Anda di halaman 1dari 103

BAB IV

PAPARAN ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Paparan

Dalam paparan data kepustakaan ini akan dijelaskan dari paparan data

tentang gambaran umum dua hasil skripsi yang akan diteliti dan

dikomparasikan. Kemuadian, setelah itu akan dipaparkan tentang konten (isi)

dari dua buah skripsi Nurul Huda tahun 2019 dan Dina Haudah tahun 2019.

1. Gambaran Umum Skripsi Yang di Teliti

a. Garis besar skripsi 1

1) Latar Belakang Penulisan Skripsi

Pada latar belakang skripsi pertama dari Nurul Huda ini diawali

dengan membahas tentang Era Revolusi Industri 4.0. persaingan global

semakin ketat di tengah derasnya perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi. Semua negara berlomba-lomba untuk melahirkan invensi dan

inovasi dengan memperkuat riset dan mutu pendidikan tinggi, tak

terkecuali negara Indonesia. Oleh karena itu, untuk dapat memenangkan

kompetensi di Era Revolusi Industri 4.0. ini tentu diperlukan adanya

peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas yang memiliki

kompetensi dan daya saing tinggi.

Peneliti menyebutkan bahwa Pendidikan menentukan

perkembangan peradaban suatu bangsa. Kemajuan pendidikan berbanding

lurus dengan perkembangan bangsa, oleh sebab itu pendidkan merupakan

sarana yang mutlak diperlukan agar dapat bersaing dengan bangsa-bangsa

70
lain yang tidak tertindas oleh zaman. Kemudian peneliti menguraikan

tentang Pendidikan Kewarganegaraan yang merupakan salah satu

pelajaran penting dan wajib untuk dipelajari. Peneliti juga menguraikan

definisi serta tujuan dari PPKn, yang mana Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan ini menjadi muatan yang dipilih peneliti sebagai mata

pelajaran yang akan dilakukan di dalam penelitian tindakan kelas.

Didalam latar belakang ini peneliti memaparkan hasil temuannya

di lapangan yang mana ditemukan bahwa ada beberapa masalah dalam

mata pelajaran PPKn. Masalah tersebut meliputi siswa belum mampu

berpikir kritis dalam pembelajaran. Siswa cenderung pasif dalam

pembelajaran karena minat siswa masih kurang dalam belajar. Kurangnya

minat siswa mengakibatkan siswa mudah bosan dalam belajar. .Kemudian

kebosanan siswa dapat menimbulkan masalah selanjutnya yaitu siswa

gaduh saat proses pembelajaran. Masalah lainya yaitu siswa tidak percaya

diri dalam proses pembelajaran, walaupun ada beberapa siswa yang aktif

dalam pembelajaran. Selain itu, siswa tidak dapat mengembangkan

kreativitas yang dimilikinya, kurangnya kerja sama antar siswa dan

kurangnya interaksi dalam proses pembelajaran.

Dari permasalahan tersebut Peneliti memaparkan bukti yang

didapat dari hasil wawancara pada tanggal 16 Maret 2019 dengan Ibu

Vinny Delfany S.Pd. selaku wali kelas IV SDN Sungai Jingah 1, diperoleh

informasi bahwa hasil belajar siswa muatan PPKn masih tergolong rendah.

Hal ini dibuktikan dari data hasil ulangan harian siswa pada muatan PPKn

71
tahun ajaran 2017/2018 yang menunjukkan bahwa dari 16 orang siswa,

hanya 7 orang siswa (44%) yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal

(KKM), sedangkan 9 orang siswa (56%) masih belum mencapai kriteria

ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu ≥70.

Jadi dapat disimpulkan bahwa memang terjadi suatu permasalahan

belajar pada pelajaran PPKn khususnya pada Tema Kayanya Negeriku hal

ini dikarenakan adanya kecenderungan rendahnya hasil belajar yang di

dapatkan siswa. Harapan yang disampaikan didalam latar belakang ini,

peneliti dapat lebih meningkatkan keaktifan siswa pada saat pembelajaran,

serta membuat siswa lebih memahami materi yang sedang diajarkan.

Selain itu juga yang paling penting adalah membuat siswa tidak merasa

bosan pada saat pembelajaran.

Setelah mendapat permasalahan dan harapan yang di inginkan

berikutnya peneliti memberikan upaya atau solusi dalam menyelesaikan

permasalahan tersebut. Solusi yang dipaparkan peneliti yaitu

menggunakan kombinasi model pembelajaran yang akan dilakukan

peneliti di dalam penelitian tindakan kelas. Model kombinasi yang

digunakan adalah model Group Investigation (GI), Numbered Head

Together (NHT) dan Word Square pada pertemuan tersebut sehingga akan

memberikan dampak positif terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa.

2) Setting Penelitian

a.) Waktu dan Tempat Penelitian

72
Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti ini

dilaksanakan di SDN Sungai Jingah 1 Banjarmasin. Alamat Jl. Sungai

Jingah Kec. Banjarmasin Utara Kab. Kota Banjarmasin. Provinsi

Kalimantan Selatan. Kode Pos 70121. Adapun subjek penelitian adalah

siswa kelas IV dengan 16 orang siswa Kegiatan penelitian tindakan

kelas ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2018/2019.

Penelitian dilaksanakan pada mata pelajaran PPKn Tema Kayanya

Negeriku dengan menggunakan model pembelajaran Group

Investigation (GI), Numbered Head Together (NHT) dan Word Square.

Dipilihnya kelas IV dalam penelitian ini dikarenakan masih

banyaknya siswa yang kesulitan dalam memahami mata pelajaran PPKn

khususnya pada Tema Kayanya Negeriku. Hal ini dibuktikan dengan

data dan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada wali

kelas IV SDN Sungai Jingah 1 Banjarmasin. Penyebab rendahnya nilai

hasil belajar siswa disebabkan karena kurangnya rasa semangat untuk

belajar pada diri siswa, siswa juga terlihat pasif dan kurang percaya diri

saat proses pembelajaran berlangsung. Siswa juga sering ribut saat

pembelajaran berlangsung sehingga materi yang guru sampaikan

menjadi tidak optimal diterima siswa. Selain itu siswa juga dalam

mengingat informasi yang disampaikan guru. Berdasarkan alasan

tersebut maka dalam penelitian ini dilakukan proses pembelajaran yang

menggunakan model pembelajaran Group Investigation (GI), agar

siswa mampu aktif dan kooperatif dalam pembelajaran tentang Hak dan

73
Kewajiban dan di kombinasikan dengan model Numbered Head

Together (NHT) dan Word Square yang tentunya akan mampu

membuat pembelajaran menjadi lebih menarik, tidak kaku dan tidak

membosankan. Dengan ketiga kombinasi model pembelajaran

kooperatif ini diharapkan siswa tidak hanya diam dan mendengarkan

penjelasan saja, tetapi siswa mampu berperan aktif dalam pembelajaran.

b.) Indikator Keberhasilan

Penelitian ini dikatakan berhasil apabila memenuhi indikator

keberhasilan aktivitas guru, aktivitas siswa dan hasil belajar dalam

pembelajaran Tema kayanya Negeriku menggunakan model

pembelajaran Group Investigation (GI) dikombinasikan dengan

Numbered Heads Together (NHT) dan Word Square

(1) Aktivitas Guru

Indikator keberhasilan guru apabila langkah-langkah yang

telah direncanakan dalam melaksanakan kombinasi model

pembelajaran Group Investigation (GI), Numbered Head Together

(NHT) dan Word Square Muatan PPKn tema Kayanya Negeriku

pada kelas IV SDN Sungai Jingah 1 Banjarmasin dari awal sampai

akhir pembelajan. Aktivitas guru dikatakan berhasil apabila skor

hasil aktivitas guru berada pada kualifikasi Sangat Baik yaitu nilai

32-40.

74
(2) Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa secara klasikal dinilai berhasil jika dalam

menggunakan kombinasi model pembelajaran Group Investigation

(GI), Numbered Head Together (NHT) dan Word Square ≥ 80%

berada pada kategori Aktif dan Sangat Aktif

(3) Hasil Belajar

(a.) Kognitif

Ketuntasan Individual, ketuntasan belajar siswa dalam

proses belajar melalui kombinasi model pembelajaran Group

Investigation (GI), Numbered Head Together (NHT) dan Word

Square Muatan PPKn tema Kayanya Negeriku pada kelas IV

SDN Sungai Jingah 1 Banjarmasin tahun ajaran 2018/2019

dianggap selesai secara menyeluruh jika mencapai nilai ≥ 70

yang dilihat dari hasil belajar aspek kognitif.

Ketuntasan Klasikal, ketuntasan belajar siswa dalam

proses belajar melalui kombinasi model pembelajaran Group

Investigation (GI), Numbered Head Together (NHT) dan Word

Square Muatan PPKn tema Kayanya Negeriku pada kelas IV

SDN Sungai Jingah 1 Banjarmasin tahun ajaran 2018/2019

dianggap selesai secara menyeluruh jika mencapai nilai ≥ 80%

dengan kriteria hampir seluruhnya tuntas atau seluruhnya

Tuntas.

75
(b.) Afektif

Ketuntasan Individual, ketuntasan belajar siswa dalam

proses belajar melalui kombinasi model pembelajaran Group

Investigation (GI), Numbered Head Together (NHT) dan Word

Square Muatan PPKn tema Kayanya Negeriku pada kelas IV

SDN Sungai Jingah 1 Banjarmasin tahun ajaran 2018/2019

masing-masing sikap yang direncanakan dapat memenuhi KKM

afektif yang ditetapkan yaitu: Minimal sudah berkembang

Ketuntasan Klasikal, ketuntasan belajar siswa dalam

proses belajar melalui kombinasi model pembelajaran Group

Investigation (GI), Numbered Head Together (NHT) dan Word

Square Muatan PPKn Tema Kayanya Negeriku pada kelas IV

SDN Sungai Jingah 1 Banjarmasin tahun ajaran 2018/2019

masing-masing sikap yang direncanakan terdapat minimal 80%

siswa berkategori Sudah Berkembang.

(c.) Psikomotorik

Ketuntasan Individual, ketuntasan belajar siswa dalam

proses belajar melalui kombinasi model pembelajaran Group

Investigation (GI), Numbered Head Together (NHT) dan Word

Square Muatan PPKn tema Kayanya Negeriku pada kelas IV

SDN Sungai Jingah 1 Banjarmasin tahun ajaran 2018/2019

dianggap selesai secara menyeluruh jika mencapai nilai ≥ 70

yang dilihat dari hasil belajar aspek psikomotorik.

76
Ketuntasan Klasikal, ketuntasan belajar siswa dalam

proses belajar melalui kombinasi model pembelajaran Group

Investigation (GI), Numbered Head Together (NHT) dan Word

Square Muatan PPKn Tema Kayanya Negeriku pada kelas IV

SDN Sungai Jingah 1 Banjarmasin tahun ajaran 2018/2019

dianggap selesai secara menyeluruh jika mencapai nilai ≥ 80%

dengan kriteria hamper seluruhnya sangat baik atau seluruhnya

Baik Sekali.

3) Riwayat Hidup Peneliti

Nama Nurul Huda dilahirkan pada tanggal 31. Agustus 1996 di

Banjarmasin. Peneliti sekarang bertempat tinggal di desa Pegatan Besar RT

002 RW 001 Kecamatan Takisung, Kabupaten Tanah Laut Provinsi

Kalimantan Selatan. Pendidikan sekolah dasar yaitu di SDN Pegatan Besar

1 lulus pada tahun 2009, pada tahun 2012 melanjutkan pendidikan ke SMPN

1 Takisung, setelah lulus SMP lalu melanjutkan pendidikan ke SMAN 1

Takisung dan lulus pada tahun 2015. Setelah lulus dari jenjang pendidikan

SMA penulis melanjutkan pendidikan hingga menempuh masa kuliah di

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan jurusan Pendidikan Guru Sekolah

Dasar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin.

b. Garis besar skripsi 2

1) Latar Belakang Penulisan Skripsi

Pada latar belakang skripsi kedua dari Dina Haudah ini diawali

dengan membahas tentang Kualitas pembelajaran di sekolah beracuan

77
pada proses pembelajaran dan hasil belajar seiring dengan kebutuhan

dan harapan stakeholder pendidikan. Proses pembelajaran dapat

dikatakan bermutu jika guru dapat membuat suasana kelas menjadi aktif,

kreatif, dan menyenangkan. Pembelajaran yang bermutu berpengaruh

terhadap prestasi belajar siswa. Ada tiga variabel dalam mutu

pembelajaran, yaitu budaya sekolah, proses belajar mengajar, dan

realitas sekolah.

Untuk meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah hendaknya

melibatkan lima faktor dominan yaitu kepala sekolah, guru, siswa,

kurikulum, dan jaringan kerja sama. Peran guru sangat penting dalam

proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan aktivitas siswa dalam

mengikuti kegiatan pembelajaran. Disini guru harus dapat menstimulus

dan memberikan dorongan kepada siswa agar dapat berperan aktif

dalam proses pembelajaran sehingga dengan penjelasan diatas, aktivitas

belajar yang baik akan terwujud apabila siswa terlibat aktif dalam proses

pembelajaran. Belajar aktif adalah salah satu usaha manusia untuk

membangun pengetahuan dalam dirinya Pembelajaran akan

menghasilkan suatu perubahan dan peningkatan kemampuan,

pengetahuan, dan keterampilan pada diri siswa.

Pada Mata pelajaran PPKn adalah pelajaran yang memfokuskan

untuk dapat membentuk warga negara agar mampu memahami dan

melaksanakan serta menerapkan hak-hak dan kewajibannya untuk

menjadi warga negara yang cerdas, terampil, serta berkarakter sesuai

78
yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (Asniwati, 2016).

Untuk mencapai tujuan pembelajaran muatan PPKn kondisi ideal yang

diharapkan, kurikulum 2013 berbasis kompetisi dapat dimaknai sebagai

suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan

kemampuan melakukan (kompetisi) tugas-tugas dengan standar

performasi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta

didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetisi tertentu

(Susanto, 2013:225-226).

Akan tetapi kenyataannya dilapangan berkata lain, hasil belajar

siswa di kelas IV SDN Alalak Utara 3 Banjarmasin pada muatan PPKn

rendah. Hal itu terbukti pada tahun 2017/2018 menunjukkan bahwa dari

28 orang siswa hanya 9 orang siswa (32 %) yang mampu mencapai

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sedangkan 19 (68 %) orang siswa

lainnya belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70.

Permasalahan tersebut disebabkan karena pembelajaran kurangnya

strategi dalam menyampaikan pembelajaran dan pembelajaran yang

hanya bersifat satu arah. Sehingga membuat pembelajaran menjadi tidak

menarik dan menyenangkan. Apabila hal ini tidak diatasi, maka dampak

yang akan diterima siswa akan semakin besar, dimana siswa tidak

mampu untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif,

tidak mampu mengemukakan pendapatnya secara langsung serta hanya

beberapa siswa saja yang mampu bekerja sama dengan baik. Oleh

karena itu, dalam upaya memecahkan permasalahan yang telah

79
dipaparkan diatas, peneliti mencoba melakukan penelitian tindakan

kelas menggunakan model kooperatif dengan judul ” Meningkatkan

Hasil Belajar Siswa Tema Kayanya Negeriku Muatan PPKn Materi hak

dan kewajiban Menggunakan Kombinasi Model Pembelajaran Group

Investigation (GI), Numbered Heads Together (NHT), dan Word Square

Pada Siswa Kelas IV SDN Alalak Utara 3 Banjarmasin.

2) Setting Penelitian

a.) Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti ini

dilaksanakan di SDN Alalak Utara 3. Alamat Jl. Alalak Utara Rt.

11 No. 113 Kel. Alalak Utara Kec. Banjarmasin Utara Kota

Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan. Kode Pos 70125.

Adapun subjek penelitian adalah siswa kelas IV dengan jumlah

siswa sebanyak 28 terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 11 siswi

perempuan. Kegiatan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan

pada semester genap tahun pelajaran 2018/2019. Penelitian

dilaksanakan pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

(PPKN) materi Hak dan Kewajiban dengan menerapkan model

pembelajaran Group Investiation (GI), dikombinasikan dengan

model Numbered Heads Together (NHT) dan Word Square.

Pemilihan SDN Alalak Utara 3 sebagai tempat penelitian

oleh Dina Haudah berdasarkan informasi yang telah diberikan oleh

guru kelas IV yaitu Bapak Supriadi, S.Pd. Informasi yang diperoleh

80
yaitu bahwa pelaksanaan pembelajaran Kurikulum 2013 yang ada

memuat mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

(PPKn) pada materi hak dan kewajiban belum berjalan secara

optimal dengan kategori kurang memuaskan. Hal tersebut terlihat

pada tahun 2017/2018 menunjukkan bahwa dari 28 siswa hanya 9

orang siswa (32,14%) yang mampu mencapai Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) sedangkan 19 (67,85%) orang siswa lainnya belum

mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70.

Berdasarkan hasil observasi yang diperoleh dari peneliti

menjelaskan bahwa aktivitas belajar siswa dalam proses kegiatan

pembelajaran belum optimal dikarenakan kurangnya antusias siswa

untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran yang berlangsung.

Dimana hal ini terjadi disebabkan oleh proses pembelajaran yang

ada kurang memberikan motivasi untuk siswa karena proses

pembelajaran tidak menggunakan variasi metode dan model

pembelajaran, serta pembelajaran bertumpu pada kegiatan

pembelajaran satu arah saja atau dapat dikatakan bersifat kaku dan

pasif. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk memperbaiki proses

pembelajaran yang ada. Sehingga peneliti menerapkan kombinasi

model pembelajaran Group Investigation (GI), Numbered Heads

Together (NHT), dan Word Square untuk mengatasi permasalah

yang ada.

81
b) Indikator Keberhasilan

(1) Aktivitas Guru

Aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran

dikategorikan berhasil dalam proses belajar melalui kombinasi

model Group Investigation, Numbered Heads Together, dan

Word Square pada tema Kayanya Negeriku apabila pada lembar

observasi mencapai skor dengan rentang antara ≥ 26 yang

dikategorikan Sangat Baik.

(2) Aktivitas Siswa

Terdapatnya peningkatan keaktifan siswa dalam proses

belajar dengan kombinasi model pembelajaran Group

Investigation, Numbered Heads Together, dan Word Square

pada tema Kayanya Negeriku muatan PPKn materi hak dan

kewajiban di kelas IV SDN Alalak Utara 3 Banjarmasin dapat

dikatakan berhasil apabila ≥80% jumlah keseluruhan siswa

mencapai skor dengan ≥16 yang tergolong dengan kategori

Aktif dan Sangat Aktif.

(3) Hasil Belajar

(a) Kognitif

Adapun hasil belajar yang diteliti oleh peneliti kedua

berupa hasil belajar individu dan klasikal baik itu soal

evaluasi dan pilihan ganda. Penelitian ini dapat dinyatakan

berhasil apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

82
1) Ketuntasan Individual

Ketuntasan belajar siswa dianggap selesai secara

menyeluruh apabila siswa dapat mencapai nilai ≥70.

2) Ketuntasan Klasikal

Penyelesaian daya serap klasikal dapat dilihat

dari hasil semua siswa secara keseluruhan mencapai ≥

80% dari seluruh jumlah siswa yang mencapai nilai ≥ 70.

b.) Riwayat Hidup Peneliti

Nama Dina Haudah lahir pada tanggal 12 Januari 1998 di desa

Kuangan, Kecamatan Amuntai Utara, Kabupaten Hulu Sungai Utara,

Provinsi Kalimantan Selatan. Alamat tinggal di Jalan Amuntai Tanjung,

Desa Kecamatan Amuntai Utara, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Provinsi

Kalimantan Selatan. Pernah bersekolah di TK Pertiwi pada tahun 2002 dan

melanjutkan sekolah di SDN Sungai Turak pada tahun 2003 setelah itu

melanjukan sekolah di MTsN Amuntai Utara pada tahun 2009 - 2012, lalu

melanjutkan ke sekolah tingkat atas di SMAN 1 Amuntai pada tahun 2012-

2015 kemudian pada tahun 2015-2019 menempuh pada tahun 2019 lulus dari

pendidikan tinggi S1 PGSD di Universitas Lambung Mangkurat

Banjarmasin.

2. Gambaran Konten (isi) Skripsi yang di Teliti

a. Isi Skripsi 1

Pada skripsi 1 ada beberapa konten yang akan dipaparkan yaitu 1)

aktivitas guru beserta skor persiklus dan penyebab terjadinya

83
peningkatan/penurunan skor, 2) aktivitas siswa beserta persentasi klasikal

persiklus dan penyebab terjadinya peningkatan/penurunan presentasi

klasikal, 3) Akumulasi klasikal hasil belajar persiklus mencakup aspek

kognitif, afektif dan psikomotoriknya serta penyebab terjadinya

peningkatan/penurunan presentasi klasikal yang dilaksanakan sebanyak 4

kali pertemuan. Untuk lebih jelas bisa dilihat pada tebel berikut :

1) Aktivitas Guru

Pada faktor aktivitas guru ini peneliti pertama oleh Nurul Huda

menggunakan kombinasi model Pembelajaran Group Investigation (GI).

Numbered Head Together (NHT) dan Word Square. Peneliti mengatakan

kombinasi model yang diterapkan oleh guru, sehingga dalam pembelajaran

anak dapat aktif dan berpartisipasi secara penuh dalam proses pembelajaran

berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Hasil dari pengamatan aktivitas

guru dari observer dalam kegiatan pembelajaran di kelas pada pertemuan

pertama dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 4. 1 Skor Persiklus Ativitas Guru Skripsi 1

Aspek yang di Skor Persiklus


No. Keterangan
amati
I II III IV
pada siklus I guru mendapat
skor 3 karena guru kurang
Aktivitas guru menyampaikan materi
pembelajaran dengan jelas,
menyajikan
1 3 4 4 5 Pada siklus II dan III guru
materi mengalami peningkatan skor
pembelajaran menjadi 4 karena guru telah
menjelaskan dengan bahasa
yang mudah dipahami siswa,

84
menggunakan media sesuai
dengan materi, menggunakan
gambar yang jelas, dan
menyampaikan materi
pembelajaran dengan jelas.
Pada siklus IV guru kembali
mengalami peningkatan skor
menjdi 5 dikarenakan guru
telah menggunakan bahasa
yang mudah dipahami oleh
siswa. Menurut Adam
(2003:3) menyatakan
bahwa bahasa adalah alat
untuk berinteraksi atau
sebagai alat untuk
berkomunikasi, dalam arti
luas alat untuk
menyampaikan fikiran,
gagasan, konsep, atau
perasaan. dengan
menggunakan bahasa yang
mudah dipahami maka
sebuah gagasan atau
konsep yang ingin
disampaikan kepada siswa
tersampaikan
pada siklus I dan II guru
mendapat skor 3 karena
gurunya tidak membagi
kelompok secara tertib, kelas
menjadi sangat ribut dan
banyak siswa yang berebut
nomor kepala. Guru juga
tidak memberikan arahan
Aktivitas guru yang jelas kepada siswa.
membagi siswa Sehingga banyak siswa yang
bingung. Dan pada Siklus III
menjadi
2 3 3 4 4 dan IV mengalami
beberapa peningkatan skor menjadi 4
kelompok yang dikarenakan guru membagi
heterogen kelompok secara heterogen,
memastikan siswa
mendapatkan nomor dan
memberikan arahan yang
jelas kepada siswa dan ini
merupakan pengelolaan
kelompok kecil. Ini sejalan
dengan pendapat Shoimin
(2016:80) yang menyatakan

85
bahwa langkah-langkah
model Group Investigation
(GI), ini adalah termasuk
guru membagi kelompok
secara heterogen, guru
menjelaskan dan memanggil
perwakilan ketua kelompok.
pada siklus I guru mendapat
skor 3 karena guru tidak
memberikan contoh cara
mengerjakannya dan tidak
memberikan arahan yang
jelas. pada Siklus II dan III
mengalami skor yang tetap
yaitu 3 karena guru telah
Aktivitas guru membimbing siswa
mengerjakannya,
memanggil
memastikan setiap kelompok
ketua mendapatkan LKK dan
kelompok memberikan waktu kepada
untuk siswa untuk mengerjakannya.
memberikan Pada siklus IV guru kembali
tugas-tugas mengalami peningkatan skor
3 yang berbeda 3 3 3 5 menjdi 5 dikarenakan guru
pada tiap telah memberikan
kelompok pemahaman yang mudah dan
untuk dapat cepat di respon siswa.
siswa Menurut teori belajar
behavioristik atau aliran
investigasi dan
tingkah laku dalam Siregar &
mengumpulkan Nara (2014:25) mengatakan
data “belajar diartikan sebagai
proses perubahan tingkah
laku sebagi akibat dari
interaksi antara stimulus dan
respons, dengan memahami
perintah guru maka dapat
mempengaruhi respon
perubahan tingkah laku
siswa.
Aktivitas guru pada siklus I guru mendapat
membimbing skor 3 karena guru tidak
masing-masing memberikan arahan cara
kelompok berdiskusi dan tidak
memastikan anggota
4 mendiskusikan 3 4 4 5
kelompok mengerjakannya.
jawaban yang Pada siklus II dan III guru
benar dan mengalami peningkatan skor
memastikan menjadi 4 karena guru telah
tiap anggota memastikan anggota

86
kelompok kelompok mengerjakannya,
untuk dapat menjelaskan contoh cara
siswa mengerjakan, memberikan
investigasi dan bantuan kepada kelompok
mengumpulkan yang mengalami kesulitan
dan melakukan kontrol. Pada
data
siklus IV guru kembali
mengalami peningkatan skor
menjdi 5 dikarenakan guru
mudah dalam melakukan
kontrol terhadap kelompok
yang mengalami kesulitan.
Hal ini sejalan dengan
pendapat Suriansyah, dkk
(2014: 5) yang menyatakan
bahwa dalam proses
pembelajaran, guru tidak
hanya berperan sebagai
model atau teladan bagi siswa
yang diajarnya, tetapi juga
sebagai pengelola dalam
pembelajaran (Manager
Learning).
pada siklus I guru
mendapat skor 3 karena
guru kurang menarik dan
tidak menanyakan
pendapat kelompok lain
dan kurang memberikan
Aktivitas guru penguatan pada siswa. Dan
mengarahkan pada siklus II dan III skor
dan memanggil masih 3 karena guru telah
satu nomor mengarahkan cara
kepala melaporkan hasil diskusi,
kelompok memastikan semua nomor
5 untuk 3 3 3 4 terpanggil dan
menyampaikan memberikan klarifikasi
hasil dalam proses
investigasi pembelajaran. Pada siklus
kelompok ke IV mengalami
mereka masing peningkatan skor menjadi
masing 4 dikarenakan guru mudah
mengarahkan dan
memanggil nomor kepala
perwakilan kelompok. Ini
merupakan pendapat dari
Daryanto, (2012:245) yang
menyatakan bahwa

87
Numbered Heads Together
(NHT) atau penomoran
berpikir bersama adalah
merupakan jenis model
pembelajaran Kooperatif
yang menggunakan nomor
kepala pada pembagian
kelompok untuk mudah di
arahkan oleh guru
pada siklus I guru
mendapat skor 2 karena
guru tidak memberikan
kesempatan secara merata,
memberikan klasifikasi
dan memberikan respon
positif. Guru tidak tegas
dan masih kebingungan
menentuka nomor kepala
yang akan memberikan
tanggapan laporan
temannya dan pada siklus
II dan III guru mengalami
peningkatan skor 3 karena
Aktivitas guru telah memberikan arahan
memberi cara menanggapi dan
kesempatan memanggil nomor kepala
6 kepada siswa 2 3 3 4 yang lain, dan memberikan
menanggapi kesempatan secara merata.
laporan Pada siklus ke 4
kelompok lain mengalami peningkatan
skor 4 dikarenakan guru
telah memberikan
kesempatan kepada siswa
untuk menanggapi. Ini
sejalan dengan pendapat
(Huda, 2011:3) yang
menyatakan bahwa tujuan
Numbered Heads Together
(NHT) adalah memberi
kesempatan kepada siswa
untuk saling berbagi
gagasan, ide-ide ataupun
tanggapan kepada
kelompok lain.
Aktivitas guru pada siklus I guru mendapat
7 3 3 4 5
membimbing skor 3 karena guru tidak

88
saat siswa memberikan bimbingan
menjawab soal dalam mengarsir jawaban dan
kemudian tidak memberikan waktu
mengarsir yang cukup kepada siswa
huruf dalam mencari jawaban, sehingga
banyak siswa yang kurang
kotak sesuai
paham dan terjadi keributan.
jawaban secara Pada setiap siklus II, III dan
vertikal, IV mengalami peningkatan
horizontal skor 3, 4 dan 5 dikarenakan
maupun guru sebelum siswa
diagonal. mengarsir huruf guru terlebih
dahulu menanyakan jawaban
siswa, guru meminta
pendapat kelompok lain
terhadap jawabaan temannya,
setelah selesai guru
memberikan motivasi kepada
siswa namun guru
memberikan bimbingan
dalam mengarsir jawaban. Ini
merupakan sejalan dengan
pendapat Kurniasih dan Sani
(2017:97) mengenai model
Word Square lebih mirip
dengan teka-teki silang akan
tetapi perbedaan mendasar
adalah model ini sudah
memiliki jawaban, namun
disamarkan jawabannya dan
adanya motivasi dari guru
untuk membimbing dan
mengaksir jawaban yang
ditulis siswa.
pada siklus I guru mendapat
skor 2 karena guru tidak
semangat dan tidak jelas
dalam memberikan poin tidak
memberikan penghargaan
Guru kepada siswa dan tidak
memberikan memberikan motivasi kepada
poin setiap siswa. Dan pada siklus II, III,
8 2 3 4 5
jawaban yang dan IV mengalami jumlah
benar dalam peningkatan skor 3, 4 dan 5
kotak dikarenakan guru telah
memeriksa jawaban siswa,
memberikan poin pada setiap
jawaban yang benar dan
menjumlahkan semua poin
yang diperoleh setiap

89
kelompok dan memberikan
penghargaan kepada siswa.
Menurut pendapat Kurniasih
dan Sani (2017:98).
Mengenai langkah-langkah
model pembelajaran Word
Square dan termasuk
memberikan poin- poin setiap
jawaban yang benar dan
memberikan penghargaan
kepada siswa.
Terlihat dari jumlah skor
persiklus guru yang
mendapatkan skor terus
meningkat dari siklus I
hingga pertemuan IV
dikarenakan guru dapat
memperbaiki dan
memaksimalkan aktivitasnya
22 25 29 37 pada setiap siklus. Hal ini
Jumlah Skor
55% (65%) (73%) (93%) Senada dengan yang
diungkapkan oleh Sutikno
(2013:43), bahwa
peningkatan pada aktivitas
guru tersebut juga
dikarenakan guru selalu
berusaha memperbaiki
aktivitas yang telah dilakukan
sebelumnya.
Cukup
Kategori Baik Baik Sangat Baik
Baik

Dari tabel aktivitas guru diatas dapat disimpulkan bahwa aktivitas

guru setiap siklus mengalami peningkatan darisiklus I hingga siklus IV

dengan kriteria “Sangat Baik”. Karena Dapat dikatakan telah mencapai

indikator keberhasilan yang telah ditetapkan yakni skor yang diperoleh ≥ 32.

Hal ini kemudiam menunjukkan bahwa penelitian yang dilakukan dengan

menggunakan kombinasi model pembelajaran Group Investigation (GI),

Numbered Head Together (NHT) dan Word Square berlangsung dengan

90
optimal dan mendapatkan hasil yang sangat memuaskan. Peningkatan

aktivitas guru tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :

(a) Guru telah menggunakan bahasa yang mudah dipahami siswa. Menurut

Adam (2003:3) menyatakan bahwa bahasa adalah alat untuk berinteraksi

atau sebagai alat untuk berkomunikasi, dalam arti luas alat untuk

menyampaikan fikiran, gagasan, konsep, atau perasaan. dengan

menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Sehingga sebuah gagasan

atau konsep yang ingin disampaikan kepada siswa tersampaikan.

(b) Guru membagi kelompok secara heterogen, memastikan siswa


mendapatkan nomor dan memberikan arahan yang jelas kepada siswa

dan ini merupakan pengelolaan kelompok kecil. Ini sejalan dengan

pendapat Shoimin (2016:80) yang menyatakan bahwa langkah-langkah

model Group Investigation (GI), ini adalah termasuk guru membagi

kelompok secara heterogen, guru menjelaskan dan memanggil

perwakilan ketua kelompok.

(c) Guru mudah dalam melakukan kontrol terhadap kelompok yang

mengalami kesulitan. Ulasan ini sejalan dengan pendapat pendapat

Suriansyah, dkk (2014:5) yang menyatakan bahwa dalam proses

pembelajaran, guru tidak hanya berperan sebagai model atau teladan bagi

siswa yang diajarnya, tetapi juga sebagai pengelola dalam pembelajaran

(Manager Learning). Sehingga guru lebih leluasa didalam menerapkan

suatu strategi dan model pembelajaran dikarenakan guru memegang

91
peranan kuasa penuh dalam pembelajaran baik dari segi bimbingan

maupun peraturan di dalam kelas.

(d) Guru sebelum siswa mengarsir huruf terlebih dahulu menanyakan

jawaban siswa, guru meminta pendapat kelompok lain terhadap

jawabaan temannya, setelah selesai guru memberikan motivasi kepada

siswa namun guru memberikan bimbingan dalam mengarsir jawaban. Ini

merupakan sama persis pendapat Kurniasih dan Sani (2017:97) mengenai

model Word Square lebih mirip dengan teka-teki silang akan tetapi

perbedaan mendasar adalah model ini sudah memiliki jawaban, namun

disamarkan jawabannya dan adanya motivasi dari guru untuk

membimbing dan mengaksir jawaban yang ditulis siswa. Penggunaan

model pembelajaran ini mengharuskan siswa untuk menjawab

pertanyaan dan mencocokkan jawaban pada kolom-kolom jawaban yang

dibuat oleh guru dan dengan model ini membuat proses pembelajaran

menjadi efektif dan siswa akan terlatih untuk bersikap teliti serta kritis.

(e) Guru telah memeriksa jawaban siswa, memberikan poin pada setiap

jawaban yang benar dan menjumlahkan semua poin yang diperoleh

setiap kelompok dan memberikan penghargaan kepada siswa. Menurut

pendapat Kurniasih dan Sani (2017:98). Mengenai langkah-langkah

model pembelajaran Word Square dan termasuk memberikan poin setiap

jawaban yang benar dan memberikan penghargaan kepada siswa.

Pemberian penghargaan atau reward kepada siswa merupakan langkah

utama menumbuhkan semangat dalam hal evaluasi pembelajaran, tentu

92
ini membangkitkan motivasi anak untuk menjawab perntanyaan yang

disediakan oleh guru.

Keberhasilan dari implementasi suatu model pembelajaran tergantung

pada guru dalam menggunakan model pembelajaran tersebut serta ketepatan

guru dalam pemilihan suatu model pembelajaran yang dapat membuat siswa

berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini sejalan dengan

pendapat Susanto (2014:93) bahwa guru harus mampu merancang suatu

model pembelajaran yang bermakna bagi siswa, oleh sebab itu guru harus

bisa kreatif dalam mendesain suatu model pembelajaran yang

memungkinkan siswa dapat berpartisipasi secara aktif dan kreatif terhadap

materi yang diajarkan di dalam kelas.

Tercapainya tujuan akhir dari suatu proses kegiatan pembelajaran

dilatar belakangi oleh adanya suatu usaha dari guru dalam merencanakan

pembelajaran yang lebih maksimal. Hal ini sesuai dengan pendapat

Suriansyah, dkk. (2014:4) yang mengemukakan bahwa guru merupakan

salah satu komponen yang sangat menentukan dalam pelaksanaan suatu

strategi pembelajaran yang ada dikelas. Guru yang menganggap mengajar

hanya sebatas menyampaikan suatu materi pembelajaran saja akan berbeda

dengan guru yang menganggap mengajar adalah suatu proses pemberian

bantuan kepada siswa. Masing-masing perbedaan tersebut dapat

mempengaruhi baik dalam penyusunan strategi maupun dalam pelaksanaan

pembelajaran. Oleh sebab itu, pelaksanaan suatu proses pembelajaran di

kelas sangat bergantung pada kemampuan dan kualitas dari seorang guru.

93
2) Aktivitas Siswa

Pada aktivitas siswa peneliti pertama oleh Nurul Huda menerapkan

kombinasi model Group Investigation (GI), Numbered Head Together

(NHT) dan Word Square. Pada aktivitas siswa ini terdapat beberapa langkah

yang dipaparkan oleh peneliti pertama. Aktivitas siswa secara keseluruhan

yang diteliti oleh peneliti dimulai dari awal pembelajaran sampai akhir

pembelajaran yakni :

Tabel 4. 2 Presentasi Klasikal Persiklus Ativitas Siswa Skripsi 1

Aspek yang di Klasikal


No Keterangan
amati I II III IV
Pada siklus I aktivitas siswa dengan
kategori aktif, dikarenakan
kurangnya guru dalam menjelaskan
kelebihan model yang diterapkan
sehingga banyak siswa yang tidak
mau ikut kelompok yang sudah
dibagikan dan siswa sibuk sendiri
dan saling berbicara sehingga kelas
menjadi ribut. Pada siklus II
aktivitas siswa mulai meningkat
dikarenakan guru mulai
mengarahkan siswa membentuk
kelompok sehingga banyak siswa
Membentuk yang ikut membentuk kelompok.
Pada siklus III hingga IV aktivitas
1 kelompok 19% 37% 55% 61% siswa membentuk kelompok
bersama guru meningkat dikarenakan guru mulai
melaksanakan model Group
Investigation (GI) sehingga banyak
siswa yang ikut membentuk
kelompok. Menurut (Shoimin,
2014:81-82) menyatatakan
Kelebihan model pembelajaran
kooperatif tipe Group Investigation
(GI) dalam proses pembalajaran
adalah secara pribadi dapat belajar
untuk memecahan dan menangani
suatu masalah, secara sosial dapat
meningkatkan partisipasi dalam
membentuk kelompok, membuat

94
suatu keputusan, dan secara
akademik siswa terlatih untuk
mempertanggung jawabkan
jawaban yang diberikan.
Pada siklus I aktivitas siswa dengan
kategori kurang aktif, dikarenakan
kurangnya arahan dan penjelasan
dari guru sehingga banyak siswa
yang ribut dan mengganggu
temannya yang sedang berdiskusi
sehingga kundisi kelas menjadi
tidak tenang. Pada siklus II mulai
cukup aktif dikarenakan mengikuti
arahan guru, sehingga siswa mudah
memcari permasalahan, mencatat
jawaban, mengumpulkan
informasi, dan bertanya kepada
siswa mengenai materi yang belum
Memecahkan
2 25% 37% 66% 72% dipahami. Pada siklus III hingga IV
masalah aktivitas siswa menjadi kategori
aktif dikarenakan mengikuti arahan
guru, sehingga siswa mampu dalam
memecahkan masalah tersebut. Hal
ini sejalan dengan pendapat Uno
dan Mohamad (2014:138),
menyatakan bahwa untuk
menciptakan pembelajaran aktif,
salah satunya adalah anak belajar
dari pengalamannya, selain anak
harus belajar dari pengalamannya,
anak harus belajar memecahkan
masalah yang dia peroleh dari
arahan guru.
Pada siklus I aktivitas siswa dengan
kategori cukup aktif dikarenakan
kurangnya penjelasan dari guru
membuat siswa tidak tertib dalam
diskusi dan mengganggu temannya
sehingga terjadi keributan. Pada
siklus II dan III aktivitas siswa
Bekerja sama mulai memasuki kategori sangat
3 dalam 25% 44% 55% 61% aktif dikarenakan guru sudah dapat
kelompok mengarahkan dan membimbing
siswa tersebut, sehingga siswa
berperan aktif bekerja sama dalam
kelompok, berbagi tugas dengan
kelompoknya, memberikan
penjelasan kepada temannya serta
melakukan diskusi dengan tenang
dan melakukan tanya jawab

95
sesaman anggota kelompok. Dan
pada siklus IV aktivitas siswa
sangat aktif dikarenakan guru
mengimplementasikan model
pembelajaran sehingga hampir
semua siswa ikut berpartisipasi
dalam kegiatan kelompok. Hal ini
sejalan dengan pendapat
Suriansyah dkk (2014:217)
menyatakan peserta didik berperan
sebagai subjek belajar di kelas
terutama dalam kegiatan kelompok
yaitu ikut dalam partisipasi
kelompok.
Pada siklus I aktivitas siswa
tergolong kategori cukup aktif,
karena kurangnya pemyampian
guru dalam pembelajaran
menggunakan bahasa yang mudah
dipahami siswa sehingga siswa
tidak menggunakan suara yang
jelas dan tidak memahami apa yang
disampaikannya, banyak siswa
yang ribut dan mengganggu
temannya sehingga terjadilah
keributan. Pada siklus II hingga III
memperoleh kategori sangat aktif,
dikarenakan mendapat arahan dari
guru sehingga siswa mampu
mempresentasikan hasil kerja
Melaporkan mereka. Pada siklus IV aktivitas
4 hasil diskusi 25% 37% 44% 67% siswa meningkat dikarenakan
kelompok mendapat arahan dari guru yang
maksimal dalam membimbing,
sehingga siswa mampu
mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya. Hal ini sejalan
dengan pendapat Fathurrohman
(2015:16) yang menyatakan bahwa
pembelajaran sebenarnya adalah
proses untuk membantu peserta
didik untuk dapat belajar dengan
baik Pengertian ini memberikan
pemahaman bahwa peran guru
adalah sebagai fasilitator dan
pembimbing siswa, dalam
mendorong siswa untuk belajar
dalam lingkungan kooperatif
sehingga siswa mampu

96
mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya.
Pada siklus I, II dan III aktivitas
siswa tergolong aktif, dikarenakan
guru menggunakan bahasa yang
mudah sehingga siswa juga dalam
memberikan tanggapan
menggunakan bahasa yang mudah
dipahami, menggunakan suara
yang jelas serta melaporkan isi
sesuai dengan lengkap dan
memahami apa yang ia sampaikan.
Pada siklus IV mulai meningkat
dikarenakan mendapat arahan dan
Memberi
5 13% 25% 50% 56% motivasi dari guru sehingga siswa
tanggapan yang bersangkutan telah berupaya
memperbaiki giat lagi dalam proses
pembelajaran dan ingin menjadi
yang terbaik. Hal ini sejalan dengan
pendapat (Prastika & Wahyudi,
2017). Yang menyatakan bahwa
motivasi dan arahan guru adalah
merupakan elemen penting agar
siswa serius dan giat dalam belajar,
Dengan demikain tentunya siswa
akan mau terlibat aktif pada
pembelajaran.
Terlihat dari jumlah klasikal
persiklus maka dapat disimpulkan
bahwa dari siklus I hingga siklus ke
IV aktivitas siswa selalu meningkat
sejalan dengan meningkatnya
aktivitas guru. Menurut pendapat
6 Jumlah Klasikal 44% 62% 78% 89% Rusman (2011:76) perbaikan
kegiatan guru dalam mengajar tidak
lepas dari peran guru untuk
menciptakan suasana pembelajaran
yang efektif bagi siswa, hal ini akan
berdampak pada meningkatnya
aktivitas siswa.

Dari tabel aktivitas siswa diatas dapat disimpulkan bahwa aktivitas

siswa setiap pertemuan mengalami peningkatan dari siklus I hingga siklus

IV dengan kriteria “Sangat Baik”. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian

yang dilakukan dengan menggunakan kombinasi model pembelajaran

97
Group Investigation (GI), Numbered Head Together (NHT) dan Word

Square berlangsung dengan optimal dan mendapatkan hasil yang sangat

memuaskan. Peningkatkan aktivitas siswa ini sesuai dengan pendapat

Suriansyah,dkk. (2014:217) bahwa siswa akan menjadi lebih aktif karena

berperan sebagai subjek belajar di kelas, siswa akan lebih aktif untuk

mempelajari materi pembelajaran yang dapat menyiapkan siswa untuk

hidup, dan membuat informasi yang diterima lebih lama di ingat dan

disimpan. Peningkatan aktivitas siswa disebabkan beberapa faktor

diantaranya yaitu:

(a) Dengan mengikuti arahan guru, sehingga siswa mampu dalam

memecahkan masalah tersebut. Menurut pendapat Uno dan Mohamad

(2014:138), menyatakan bahwa untuk menciptakan pembelajaran aktif,

salah satunya adalah anak belajar dari pengalamannya, selain anak harus

belajar dari pengalamannya, anak harus belajar memecahkan masalah

yang di peroleh dari bimbingan guru.

(b) Mendapat arahan dari guru yang maksimal dalam membimbing,

sehingga siswa mampu mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.

Hal ini sejalan dengan pendapat Fathurrohman (2015:16) yang

menyatakan bahwa pembelajaran sebenarnya adalah proses untuk

membantu peserta didik untuk dapat belajar dengan baik Pengertian ini

memberikan pemahaman bahwa peran guru adalah sebagai fasilitator

dan pembimbing siswa, dalam mendorong siswa untuk belajar dalam

98
lingkungan kooperatif sehingga siswa mampu mempresentasikan hasil

diskusi kelompoknya.

(c) Mendapat arahan dan motivasi dari guru sehingga siswa yang

bersangkutan telah berupaya memperbaiki giat lagi dalam proses

pembelajaran dan ingin menjadi yang terbaik. Menurut pendapat

(Prastika & Wahyudi, 2017). menyatakan bahwa motivasi adalah

merupakan elemen penting agar siswa serius dan giat dalam belajar,

Dengan demikain tentunya siswa akan mau terlibat aktif pada proses

pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas sejalan dengan pendapat Suprijono

(2015:111) menyatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode

Numbered Head Together (NHT) di awali dengan numbering. Guru

membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil. Jumlah kelompok

sebaikanya di pertimbangkan dengan jumlah konsep yang dipelajari, guna

menunjang hasil belajar siswa.

3) Hasil Belajar

Adapun hasil belajar yang diteliti oleh peneliti pertama berupa hasil

belajar individu dan klasikal berupa tugas investigasi kerja kelompok secara

tertulis. Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa

yang diteliti di setiap siklus, peneliti mengatakan hasil belajar perlu diteliti

untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar siswa. Adapun hasil belajar

yang diteliti meliputi 3 aspek yaitu aspek Kognitif, Afektif dan

Psikomotorik. Dalam hal ini mengetahui seberapa besar peningkatan hasil

99
belajar siswa setelah peneliti berikan pembelajaran dengan menggunakan

kombinasi model, Group Investigation (GI), Numbered Head Together

(NHT) dan Word Square. Hasil belajar siswa secara keseluruhan yang

diteliti oleh peneliti dimulai dari awal pembelajaran sampai akhir

pembelajaran yakni :

Tabel 4. 3 Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Persiklus Skripsi 1

Aspek Ketuntasan Klasikal


No Keterangan
Penilaian I II III IV

Pada ranah kognitif terdapat 1


penilaian yatu tes tertulis. Pada
siklus I ketuntasan klasikal masih
cukup rendah oleh karena itu pada
siklus II hingga siklus III masih
tergolong rendah. Dan pada siklus
ke IV ini meningkat dan
dinyatakan Tuntas. Karena dengan
bimbingan guru mereka mudah
menjawab pertanyaan yang
1 Kognitif 37% 56% 72% 94% berkaitan dengan materi yang
diberikan sebelumnya, sehingga
siswa mudah menemukan poin –
poin yang penting selama
pembelajaran dan mudah
menjawab pertanyaan. Menurut
Kurniasih dan Sani (2017:98) salah
satu langkah-langkah pembelajaran
word square adalah memberikan
poin setiap jawaban pada kotak,
sehingga mereka mudah dalam
menjawab pertayaan yang
diberikan oleh guru.
Pada ranah afektif terdapat
3 aspek penilaian yaitu Perduli,
Bertanggung Jawab, dan Percaya
2. Afektif 44% 50% 78% 89% diri. Pada siklus I hingga siklus II
ketuntasan klasikal masih belum
optimal. Pada Siklus III hingga
siklus IV dapat di kategorikan
mulai berkembang. Karena guru

100
mengimplementasikan kombinasi
model Group Investigation (GI),
Numbered Head Together (NHT)
dan Word Square sehingga semua
siswa sudah terlihat terbiasa dengan
pembelajaran kombinasi model
pembelajaran yang diterapkan guru
selama pembelajaran, sehingga
siswa juga terlihat aktif
mengikutinya, tampa ada rasa malu
lagi ataupun takut mengemukakan
pendapat dan juga lingkungan
pembelajaran yang kondusif.
Menurut Creswell (2009),
menyatakan bahwa kombinasi
model merupakan pendekatan
dalam penelitian yang
mengkombinasikan atau
menghubungkan antara metode
penelitian kuantitatif dan kualitatif,
agar terciptanya aktivitas siswa
yang aktif dan lingkungan
pembelajaran menjadi kondusif
bagi siswa.
Pada ranah psikomotorik
terdapat 4 aspek yaitu : Perlu
Bimbingan, Cukup Baik, Baik, dan
Baik Sekali. Pada siklus I
ketuntasan klasikal masih rendah,
Pada siklus ke II, III dan IV
mengalami peningkatan setiap
pertemuan dan sampai masuk
kategori Baik Sekali. Karena guru
3 Psikomotorik 31% 44% 72% 89% menggunakan instrumen penilaian
mendiskusikan dan
mempresentasikan kepada siswa,
dengan penilaian yang sudah tertera
dibuku guru. Menurut arikunto
(2010:203) menyatakan bahwa
instrumen merupakan alat bantu
yang dipilih dan digunakan oleh
peneliti dalam kegiatanya
mengumpulkan data agar kegiatan
tersebut menjadi sistematis dan
dipermudah olehnya.

Dari tabel hasil belajar diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

setiap siklus mengalami peningkatan dari siklus I hingga siklus IV dengan

101
kriteria “Baik Sekali” Hal ini menunjukkan bahwa penelitian yang dilakukan

dengan menggunakan kombinasi model pembelajaran Group Investigation

(GI), Numbered Head Together (NHT) dan Word Square berlangsung

dengan optimal dan mendapatkan hasil yang sangat memuaskan.

Peningkatan hasil belajar siswa tersebut disebabkan oleh beberapa faktor

yaitu:

(a) Dengan bimbingan guru mereka mudah menjawab pertanyaan yang

berkaitan dengan materi yang diberikan sebelumnya, sehingga siswa

mudah menemukan poin – poin yang penting selama pembelajaran dan

mudah menjawab pertanyaan. Menurut Kurniasih dan Sani ( 2017:98)

salah satu langkah-langkah pembelajaran word square adalah

memberikan poin setiap jawaban pada kotak, sehingga mereka mudah

dalam menjawab pertayaan yang diberikan oleh guru.

(b) Guru mengimplementasikan kombinasi model Group Investigation (GI),

Numbered Head Together (NHT) dan Word Square sehingga semua

siswa sudah terlihat terbiasa dengan pembelajaran kombinasi model

pembelajaran yang diterapkan guru selama pembelajaran, sehingga

siswa juga terlihat aktif mengikutinya, tampa ada rasa malu lagi ataupun

takut mengemukakan pendapat dan juga lingkungan pembelajaran yang

kondusif. Menurut Creswell (2009), menyatakan bahwa kombinasi

model merupakan pendekatan dalam penelitian yang

mengkombinasikan atau menghubungkan antara metode penelitian

kuantitatif dan kualitatif. Dengan ini dapat diketahui secara jelas data

102
yang di kumpulkan secara kualitatif kemudian dituangkan ke dalam

matematis untuk mengetahui keaktifan siswa dan mampu guru dalam

menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

(c) Guru menggunakan instrumen penilaian mendiskusikan dan

mempresentasikan kepada siswa, dengan penilaian yang sudah tertera

dibuku guru. Menurut arikunto (2010:203) menyatakan bahwa

instrumen merupakan alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh

peneliti dalam kegiatanya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut

menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Dalam hal ini instrumen

digunakan untuk menilai hasil diskusi dan persentasi siswa di buku

guru. Untuk meningkatkan aktivitas siswa dengan model Group

Investigation (GI), Numbered Heads Together (NHT) dan Word Square

saat proses pembelajaran.

B. Skripsi II

Pada skripsi 2 ada beberapa konten yang akan dipaparkan yaitu 1)

aktivitas guru beserta skor persiklus dan penyebab terjadinya

peningkatan/penurunan skor, 2) aktivitas siswa beserta persentase klasikal

persiklus dan penyebab terjadinya peningkatan/penurunan persentase

klasikal, 3) Akumulasi klasikal hasil belajar persiklus mencakup aspek

kognitif dan penyebab terjadinya peningkatan/penurunan persentase

klasikal. Untuk lebih jelas bisa dilihat pada tabel berikut:

1) Aktivitas Guru

103
Pada faktor aktivitas guru ini peneliti ke dua Dina Haudah

menggunakan kombinasi model pembelajaran Group Investigation,

Numbered Heads Together, dan Word Square. Peneliti mengatakan

kombinasi model yang diterapkan oleh guru dalam pembelajaran ini

membuat anak dapat aktif dan berpartisipasi secara penuh dalam proses

pembelajaran berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, untuk lebih

jelas bisa dilihat pada tebel berikut:

Tabel 4. 4 Skor Aktivitas Guru Persiklus Skripsi II

Aspek Yang Skor Persiklus


No. Keterangan
Diamati I II III IV
Pada siklus 1 guru mendapatkan
skor 4 karena pada saat
penyampaian materi telah
menggunakan suara yang jelas
dan tegas, mengaitkan materi
dengan keadaan dilingkungan
dan memberikan contoh yang
relevan dengan materi dan
memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya.
Pada siklus II, III, dan IV
mendapatkan skor 4 dengan
Guru kriteria sangat baik karena guru
menyampaikan melakukan apersepsi terlabih
materi sesuai dahulu sebelum masuk materi
1. kompetisi dan 4 4 4 4 pembelajaran, setelah
tujuan memasuki materi pembelajaran
pembelajaran yang guru menyampaikan materi
ingin dicapai. sesuai dengan kompetensi dan
tujuan pembelajaran serta
menggunakan bahasa yang
mudah di pahami siswa.
Menurut Adam (2003:3)
menyatakan bahwa bahasa
adalah alat untuk berinteraksi
atau sebagai alat untuk
berkomunikasi, dalam arti luas
alat untuk menyampaikan
fikiran, gagasan, konsep, atau
perasaan dengan menggunakan
bahasa yang mudah dipahami

104
maka sebuah gagasan atau
konsep yang ingin disampaikan
kepada siswa tersampaikan
pada siklus I guru mendapat
skor 3 karena guru
melaksanakan pembentukan
anggota kelompok membuat
siswa menjadi ribut dan tidak
adanya jarak antara kelompok
satu dengan kelompok lainnya.
Pada siklus II, III dan IV guru
Guru membagi mengelami peningkatan skor
siswa menjadi menjadi 4 dikarenakan guru
beberapa membagi siswa menjadi
kelompok yang beberapa kelompok secara
2.
heterogen dan 3 4 4 4 heterogen, guru sudah dapat
membagikan mengkondisikan kelas dan
nomor kepala sudah memberi jarak antar
kepada setiap kelompok. Menurut pendapat
siswa. Suprijono (2016:80)
menyatakan bahwa guru
membagi kelompok secara
heterogen, memastikan siswa
mendapatkan nomor dan
memberikan arahan yang jelas
kepada siswa dan ini
merupakan pengelolaan
kelompok kecil.
Pada siklus I guru mendapat
skor 3 karena guru hanya
meminta kelompok untuk
menentukan ketua kelompok
tanpa adanya penjelasan
maksud tugas kelompok
terlebih dahulu. Pada siklus II,
Guru menjelaskan III dan IV memperoleh skor 4
maksud karena guru menjelaskan
pembelajaran dan maksud pembelajaran dan tugas
3. tugas kelompok kelompok dengan sangat jelas
3 4 4 4
serta meminta yaitu untuk mengetahui
kelompok untuk pemahaman siswa terhadap
menentukan ketua materi pembelajaran dan
kelompok. melatih siswa untuk bekerja
sama serta saling memberi
pendapat masing-masing.
Menurut Huda, (2011:3)
menyatakan bahwa dalam
kelompok siswa saling berbagi
informasi, ide – ide, gagasan
ataupun pendapat.

105
Pada siklus I dan II
memperoleh skor 3 dikarenakan
guru hanya meminta ketua
kelompok untuk mengambil
materi tugas secara kooperatif
namun bahasa yang digunakan
kurang jelas yang membuat
siswa kesulitan memahaminya.
Pada siklus III dan IV
memperoleh skor 4 dikarenakan
Guru mengundang guru sudah meminta ketua
ketua-ketua kelompok untuk mengambil
kelompok untuk materi tugas secara kooperatif
4. 3 3 4 4
mengambil materi atau bekerja sama dengan
tugas secara meminta pendapat teman
kooperatif dalam anggota kelompok terlebih
kelompoknya. dahulu. Hal ini sejalan dengan
pendapat Fathurrohman
(2015:82) menyatakan bahwa
dalam kelompok siswa saling
berbagi gagasan, ide-ide,
informasi ataupun pendapat
teman mengenai solusi
permasalahan terhadap
kelompok dan milihan ketua
kelompok sebagai pengambil
tugas
Pada siklus I dan II memperoleh
skor 3 dikarenakan guru hanya
membimbing siswa untuk
melakukan investigasi secara
merata tanpa memberikan
sumbangan argumen. Pada
siklus III dan IV memperoleh
Guru skor 4 dikarenakan guru sudah
membimbing membimbing dan mengarahkan
siswa secara berkelompok
5. siswa secara
3 3 4 4 untuk melakukan investigasi
berkelompok dengan menghampiri setiap
untuk melakukan anggota kelompok. Ini sejalan
investigasi. dengan pendapat Shoimin
(2016:81) menyatakan bahwa
mengenai permasalan dan
investigasi dalam kelompok,
agar kelompok yang kesulitan
dalam menemukan solusi
permasalahan akan diketahui
oleh guru.
6. Guru memanggil Pada siklus I dan II memperoleh
3 3 4 4
nomor kepala skor 3 dikarenakan guru belum

106
secara acak pada tersturktur dalam memanggil
setiap siswa sesuai dengan nomor
kelompoknya kepala untuk melakukan
maju untuk presentasi hasil diskusi dan
mempresentasikan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk
hasil diskusi dan
menanggapi hasil presentasi
mengembangkan dari temannya, Pada siklus III
diskusi lebih dan IV memperoleh skor 4
mendalam dengan Disebabkan guru terstruktur
memberikan dalam melakukan kegiatannya.
kesempatan Menurut Suriansyah, dkk,
kepada siswa (2014:17-18) menjelaskan
untuk menanggapi bahawa model pembelajaran
hasil presentasi adalah suatu tahapan yang
dari temannya. terstruktur dalam
mengimplementasikan
pengalaman belajar agar dapat
mencapai tujuan tertentu dan
sebagai petunjuk bagi guru
dalam mengajar.
Pada siklus I memperoleh skor
3 dikarenakan penjelasan guru
kurang jelas sehingga membuat
3 kelompok mengalami
kebingungan. Pada siklus II
memperoleh skor 4 dikarenakan
guru sudah meminta siswa
menjawab soal dengan arahan
Guru membagikan guru. Pada siklus III
lembar kegiatan memperoleh skor 3 dikarenakan
serta meminta guru hanya meminta siswa
siswa menjawab menjawab soal tanpa
soal dan memberikan contoh terlebih
7.
mengarsir huruf 3 4 3 4 dahulu. Pada siklus IV
dalam kotak memperoleh skor 4 dikarenakan
sesuai jawaban guru sudah memberikan contoh
vertikal, terlebih dahulu sebelum
horizontal maupun meminta siswa untuk
menjawab. Ini sejalan dengan
diagonal.
pendapan Kurniasih dan Sani
(2017:97) mengenai model
Word Square lebih mirip
dengan teka-teki silang akan
tetapi perbedaan mendasar
adalah model ini sudah
memiliki contoh jawaban,
namun disamarkan.
8. Guru memanggil Pada siklus I sampai siklus IV
3 3 3 3
nomor kepala memperoleh skor 3 dikarenakan

107
secara acak pada guru hanya memanggil nomor
setiap kelompok kepala secara acak pada setiap
untuk mengarsir kelompok untuk mengarsir kata
kata dalam kotak dalam kotak sesuai dengan hasil
pada karton sesuai diskusi kelompok tanpa
memberikan poin secara
jawaban secara
transparan pada setiap jawaban
vertikal, siswa. Menurut Kurniasih dan
horizontal, Sani (2017:98). Mengenai
maupun diagonal langkah-langkah model
dan memberikan pembelajaran Word Square dan
poin setiap isinya termasuk memberikan
jawaban dalam poin setiap jawaban yang benar
kotak. dan memberikan penghargaan
kepada siswa
Terlihat dari jumlah skor
persiklus guru mendapatkan
skor yang terus meningkat dari
siklus I hingga siklus IV.
Disebabkan guru dapat
memperbaiki dan
memaksimalkan aktivitasnya
pada setiap siklus sehingga
dapat mencapai indikator
Jumlah Skor 25 28 30 31 keberhasilan yang telah
ditetapkan. Hal ini sependapat
dengan Sutikno (2013:43),
bahwa peningkatan pada
aktivitas guru tersebut juga
dikarenakan guru selalu
berusaha memperbaiki aktivitas
yang telah dilakukan
sebelumnya.
Telihat dari persentasi
ketercapaian persiklus guru
mendapatkan skor yang terus
meningkat dari siklus 1 hingga
siklus IV dikarenakan guru
Persentasi Ketercapaian 63% 70% 75% 78% dapat memperbaiki dan
memaksimalkan aktivitasnya
pada setiap siklus sehingga
dapat mencapai indikator
keberhasilan yang telah
ditatapkan

Dari tabel aktivitas guru diatas pada konten skripsi ke 2 dari peneliti

dapat disimpulkan bahwa aktivitas guru setiap siklus mengalami

108
peningkatan darisiklus I hingga siklus IV dengan kriteria “Sangat Baik”.

Karena Dapat dikatakan telah mencapai indikator keberhasilan yang telah

ditetapkan yakni skor yang diperoleh ≥ 32. Hal ini kemudiam menunjukkan

bahwa penelitian yang dilakukan dengan menggunakan kombinasi model

pembelajaran Group Investigation (GI), Numbered Head Together (NHT)

dan Word Square berlangsung dengan optimal dan mendapatkan hasil yang

sangat memuaskan. Peningkatan aktivitas guru tersebut disebabkan oleh

beberapa faktor yaitu :

(a) guru melakukan apersepsi terlabih dahulu sebelum masuk materi

pembelajaran, setelah memasuki materi pembelajaran guru

menyampaikan materi sesuai dengan kompetensi dan tujuan

pembelajaran serta menggunakan bahasa yang mudah di pahami siswa.

Hal ini sejalan dengan pendapat Adam (2003:3) menyatakan bahwa

bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau sebagai alat untuk

berkomunikasi, dalam arti luas alat untuk menyampaikan fikiran,

gagasan, konsep, atau perasaan kepada peserta didik. dengan

menggunakan bahasa yang mudah dipahami maka sebuah gagasan atau

konsep yang ingin disampaikan kepada siswa tersampaikan.

(b) guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok secara heterogen, guru

sudah dapat mengkondisikan kelas dan sudah memberi jarak antar

kelompok. Menurut pendapat Suprijono (2016:80) menyatakan bahwa

guru membagi kelompok secara heterogen, memastikan siswa

109
mendapatkan nomor dan memberikan arahan yang jelas kepada siswa

dan ini merupakan pengelolaan kelompok kecil.

(c) Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok dengan

sangat jelas yaitu untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi

pembelajaran dan melatih siswa untuk bekerja sama serta saling memberi

pendapat masing-masing. Menurut Huda, (2011:3) menyatakan bahwa

dalam kelompok siswa saling berbagi informasi, ide – ide, gagasan

ataupun pendapat, Terhadap teman dan kelompok lainnya.

(d) guru sudah membimbing dan mengarahkan siswa secara berkelompok

untuk melakukan investigasi dengan menghampiri setiap anggota

kelompok. ini sejalan dengan pendapat Shoimin (2016:81) mengenai

permasalahan dan investigasi dalam kelompok, Sehingga kelompok yang

mengalami kesulitan didalam menemukan solusi akan diketahui oleh

guru.

(e) guru sudah memberikan contoh terlebih dahulu sebelum meminta siswa
untuk menjawab. Ini sejalan dengan pendapan Kurniasih dan Sani
(2017:97) mengenai model Word Square lebih mirip dengan teka-teki
silang akan tetapi perbedaan mendasar adalah model ini sudah memiliki
contoh jawaban, namun disamarkan. Dengan adanya contoh tersebut
sehingga siswa mudah dalam melaksanakan tugas tersebut.

Keberhasilan dari implementasi suatu model pembelajaran

tergantung pada guru dalam menggunakan model pembelajaran tersebut

serta ketepatan guru dalam pemilihan suatu model pembelajaran yang dapat

membuat siswa berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran.

110
Menurut Susanto (2014:93) bahwa guru harus mampu merancang suatu

model pembelajaran yang bermakna bagi siswa, oleh sebab itu guru harus

bisa kreatif dalam mendesain suatu model pembelajaran yang

memungkinkan siswa dapat berpartisipasi secara aktif, kreatif dan efektif

terhadap materi yang diajarkan di dalam kelas.

2) Aktivitas Siswa

Pada aktivitas siswa peneliti kedua Dina Haudah menerapkan

kombinasi model Group Investigation, Numbered Heads Together, dan

Word Square. Pada aktivitas siswa ini terdapat beberapa langkah yang

dipaparkan oleh peneliti pertama. Aktivitas siswa secara keseluruhan yang

diteliti oleh peneliti dimulai dari awal pembelajaran sampai akhir

pembelajaran, untuk lebih jelas bisa dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. 5 Presentasi Klasikal Persiklus Ativitas Siswa Skripsi II

No Aspek Yang Skor Persiklus


Keterangan
Diamati I II III IV
Pada siklus I aktivitas siswa
memperoleh skor 63% atau 12
siswa telah aktif dikarenakan guru
memberikan pertanyaan kepada
siswa sehingga siswa dapat
menjawab terkait dengan materi
pembelajaran. Pada siklus II, III dan
Aktivitas IV memperoleh skor yang optimal
siswa saat yaitu 83% atau 22 orang
dikarenakan guru melakukan tanya
1. guru 50% 72% 82% 83%
jawab terkait materi pembelajaran
melakukan dengan melibatkan media
tanya jawab pembelajaran, sehingga siswa
antusias dalam menjawab
pertanyaan tersebut. Menurut
pendapat (Suriansyah, 2017). Guru
di tuntut untuk mampu
mencipatakan suasana belajar
dengan baik dan mengelola kelas
dengan efektif hal tersebut menjadi

111
unsur pembeda dalam pelaksanaan
aktivitas guru pada sesi tanya jawab
pada pembelajaran kooperatif dan
menggunakan media pembelajaran
yang beragam, mulai dari visual,
Audio dan Audio visual yang
memanfaatkan alat-alat teknologi
sehingga siswa antusias dalam
mengikuti tanya jawab tersebut.
Pada siklus I memperoleh skor 83%
dikarenakan guru belum maksimal
mengarahkan siswa sehingga ada 20
siswa membentuk kelompok aktif
saja namun belum secara tertib dan
teratur. Pada siklus II memperoleh
skor 92% dikarenakan guru kurang
mengarahkan siswa, sehingga ada
23 siswa membentuk kelompok
Ketertiban sesuai dengan arahan guru namun
siswa 100 100 lanban bergerak. Pada siklus III dan
2. membentuk 83% 92% IV memperoleh skor 100%
kelompok % % dikarenakan guru mengarahkan
sesuai dengan siswa, sehingga ada 24 siswa
arahan guru. membentuk kelompok. Menurut
pendapat (Sugiyanto, 2010:37)
menyatakan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah model
pembelajaran yang berfokus pada
penggunaan kelompok kecil siswa
untuk bekerja sama dalam
memaksimalkan kondisi belajar
untuk mencapai tujuan belajar yang
di arahkan guru atau pembimbing.
Pada siklus I dan II memperoleh
skor 66% dikarenakan guru
menjelaskan tentang tugas
Partisipasi kelompok dan penentuan ketua
siswa dalam kelompok, namun ada 16 siswa saja
menentukan yang mendengarkan. Pada siklus III
ketua memperoleh skor 90% dikarenakan
kelompok guru menjelaskan tentang tugas
3.
setelah 66% 66% 90% 99% kelompok dan penetuan ketua
mendengar kelompok, namun hanya ada 20
penjelasan siswa yang mendengarkan dan ikut
guru maksud serta ketua kelompok hanya
pembelajaran beberapa orang saja. Dan pada
siklus IV memperoleh skor 99% dan
kelompok .
ada 21 siswa meningkat dikarenakan
mendengarkan penjelasan guru
tentang tugas kelompok dan

112
penentuan ketua kelompok
walaupun masih terdapat beberapa
siswa tanpa berpartisipasi aktif
dalam penentuan ketua kelompok.
Hal ini sejalan dengan pendapat
(Boediono, 2001) menyatakan
bahwa murid akan lebih berhasil jika
mereka diberi kesempatan
memainkan peran dalam
bermusyawarah untuk menentukan
ketua kelompok dan bersikap mau
menerima kekalahan sehingga
dengan melakukan berbagai
kegiatan tersebut secara aktif
berpartisipasi, mereka akan lebih
mudah menguasai apa yang mereka
pelajari.
Pada siklus I memperoleh skor 58%
dikarenakan kurangya guru dalam
memotivasi siswa sehingga ada 14
siswa saja yang aktif dalam kerja
kelompok. Pada siklus II
memperoleh skor 72% dikarenakan
guru memberikan kepercayan diri
kepada siswa sehingga ada 18 siswa
telah bertanggung jawab terhadap
tugas kelompok yang diberikan oleh
guru dengan memberikan
pendapatnya ataupun mencari bahan
referensi dalam memecahkan
masalah yang diberikan oleh guru.
Keaktifan Pada siklus III dan IV memperoleh
skor 100% dikarenakan guru
4. siswa dalam 100 100
58% 72% % memberikan motivasi, kepercayaan
kerja %
diri dan tugas kepada siswa,
kelompok. sehingga ada 24 siswa telah
bertanggung jawab terhadap tugas
kelompok dengan memberikan
pendapatnya ataupun mencari bahan
referensi dan memecahkan masalah
tersebut. Menurut (Shoimin, 2014)
model pembelajaran Numbered
Heads Together (NHT) merupakan
salah satu model kooperatif yang
dirancang secera berkelompok,
setiap anggota kelompoknya
bertanggung jawab atas tugas
kelompoknya sehingga tidak ada
pemisahan antara siswa yang satu
dan siswa yang lain dalam

113
memberikan pendapatnya, satu
kelompok untuk saling memberi dan
menerima antara satu dengan yang
lainnya agar referensi mudah
ditemukan beserta dengan solusi
permasalahannya.
Pada siklus I memperoleh skor 13%
dikarenakan guru kurang
memotivasi siswa, sehingga masih
banyak siswa yang diam saja tanpa
memberikan tanggapun apapun dari
hasil diskusi kelompok temannya
yang presentasi. Pada siklus II
memperoleh skor 20% dikarenakan
guru kurang aktif memotivasi siswa,
sehingga masih banyak siswa yang
diam saja tanpa memberikan
tanggapun apapun dari hasil diskusi
kelompok temannya yang
dipresentasikan. Pada siklus III
memperoleh skor 40% dikarenakan
Keaktifan guru kurang aktif dalam memotivasi
siswa siswa saat proses pembelajaran,
5. mempresentas sehingga banyak siswa yang diam
13% 20% 40% 50% saja tanpa memberikan tanggapun
ikan dan
memberi apapun dari hasil diskusi kelompok
tanggapan. temannya yang dipresentasikan.
Pada siklus IV memperoleh skor
50% dikarenakan guru kurang
memotivasi dan mengarahkan
siswa, sehingga banyak siswa yang
diam saja tanpa memberikan
tanggapun apapun dari hasil diskusi
kelompok temannya yang
dipresentasikan. Menurut pendapat
(Rusman, 2016) yang menyatakan
bahwa salah satu langkah dari model
pembelajaran Group Investigation
(GI) yaitu setelah selesai diskusi
kelompok, juru bicara kelompok
menyampaikan hasil
pembahasannya.
Pada siklus I memperoleh skor 63%
Keaktifan dikarenakan tidak adanya
siswa dalam kepercayaan yang ditanamkan guru
6. berdiskusi kepada siswa, sehingga hanya ada
63% 64% 76% 83%
pada 15 siswa yang bertanggung jawab
permainan dalam menyelesaikan tugas
Word Square kelompok. Pada siklus II
memperoleh skor 64% dikarenakan

114
guru memberikan keyakinan
terhadap siswa sehingga ada 16
siswa bertanggung jawab dalam
menyelesaikan tugas kelompok
yang diberikan oleh guru namun
masih terdapat beberapa siswa yang
hanya melihat temannya
menyelesaikan saja tanpa membantu
mencari jawabannya. Pada siklus III
memperoleh skor 76% dikarenakan
guru memberikan keyakinan dan
mtivasi terhadap siswa sehingga ada
19 siswa bertanggung jawab dalam
menyelesaikan tugas kelompok
yang diberikan oleh guru namun
masih terdapat beberapa siswa yang
hanya melihat temannya
menyelesaikan saja tanpa membantu
mencari jawabannya dan masih
adanya siswa yang tidak peduli
terhadap tugas kelompok yang
diberikan oleh guru. Pada siklus IV
memperoleh skor 83% dikarenakan
guru memberikan motivasi, arahan
dan kepercayaan yang ditanamkan
kepada siwa sehingga ada 20 siswa
yang bertanggung jawab dalam
menyelesaikan tugas kelompok,
namun masih terdapat beberapa
siswa yang hanya melihat temannya
menyelesaikan tampa membantu
mencari jawabannya dan masih
adanya siswa yang tidak peduli
terhadap tugas kelompok. Hal ini
sejalan dengan pendapat (Uno dan
Mohammad, 2015:120) yang
menyatakan bahwa Pembelajaran
kooperatif (cooverative learning)
merupakan belajar dengan bekerja
sama dengan teman, dimana teman
yang lebih mampu dapat menolong
teman yang lemah. Setiap anggota
kelompok dapat memberi pendapat
dalam menyelesaikan tugas
kelompok.
Terlihat dari jumlah klasikal
persiklus maka dapat disimpulkan
Jumlah Klasikal 58% 68% 80% 88% bahwa dari siklus I hingga siklus ke
IV aktivitas siswa mengalami
peningkatan sejalan dengan

115
meningkatnya aktivitas guru. Hal ini
sejalan dengan pendapat Rusman
(2011:76) perbaikan kegiatan guru
dalam mengajar tidak lepas dari
peran guru untuk menciptakan
suasana pembelajaran yang efektif
bagi siswa, hal ini akan berdampak
pada meningkatnya aktivitas siswa.

Dari tabel konten skripsi kedua aktivitas siswa diatas dapat

disimpulkan bahwa aktivitas siswa setiap pertemuan mengalami

peningkatan dari siklus I hingga siklus IV dengan kriteria “Sangat Aktif”.

Hal ini menunjukkan bahwa penelitian yang dilakukan dengan

menggunakan kombinasi model pembelajaran Group Investigation (GI),

Numbered Head Together (NHT) dan Word Square berlangsung dengan

optimal dan mendapatkan hasil yang sangat memuaskan. Peningkatkan

aktivitas siswa ini sesuai dengan pendapat Suriansyah,dkk. (2014:217)

bahwa siswa akan menjadi lebih aktif karena berperan sebagai subjek belajar

di kelas, siswa akan lebih aktif untuk mempelajari materi pembelajaran yang

dapat menyiapkan siswa untuk hidup, dan membuat informasi yang diterima

lebih lama di ingat dan disimpan. Peningkatan aktivitas siswa disebabkan

beberapa faktor diantaranya yaitu:

(a). Guru melakukan tanya jawab terkait materi pembelajaran dengan

melibatkan media pembelajaran, sehingga siswa antusias dalam

menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini sejalan dengan pendapat

(Suriansyah, 2017). Guru di tuntut untuk mampu mencipatakan suasana

belajar dengan baik dan mengelola kelas dengan efektif hal tersebut

menjadi unsur pembeda dalam pelaksanaan aktivitas guru pada sesi

116
tanya jawab pada pembelajaran kooperatif dan menggunakan media

pembelajaran yang beragam, mulai dari visual, Audio dan Audio visual

yang memanfaatkan alat-alat teknologi. Sehingga siswa antusias dalam

mengikuti tanya jawab tersebut karena adanya media yang diterapkan

guru dalam pelaksanaan pembelajaran.

(b). Guru mengarahkan siswa, sehingga ada 24 siswa yang membentuk

kelompok. Menurut pendapat (Sugiyanto, 2010:37) menyatakan bahwa

pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berfokus

pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam

memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar yang di

arahkan guru atau pembimbing.

(c). Guru memberikan motivasi, kepercayaan diri dan tugas kepada siswa,

sehingga ada 24 siswa telah bertanggung jawab terhadap tugas kelompok

dengan memberikan pendapatnya ataupun mencari bahan referensi dan

memecahkan masalah tersebut. Hal ini sejalan dengan pendapat

(Shoimin, 2014) model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)

merupakan salah satu model kooperatif yang dirancang secera

berkelompok, setiap anggota kelompoknya bertanggung jawab atas tugas

kelompoknya sehingga tidak ada pemisahan antara siswa yang satu dan

siswa yang lain dalam satu kelompok untuk saling memberi dan

menerima antara satu dengan yang lainnya.

117
3) Hasil Belajar

Adapun hasil belajar yang diteliti oleh peneliti kedua berupa

hasil belajar individu dan klasikal berupa soal evaluasi pilihan ganda,

yaitu untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa

yang diteliti di setiap pertemuannya. Peneliti mengatakan hasil belajar

perlu diteliti untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar siswa.

Adapun hasil belajar yang diteliti Kognitif. Dalam hal ini mengetahui

seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa setelah peneliti berikan

pembelajaran dengan menggunakan kombinasi model Group

Investigation (GI), Numbered Heads Together (NHT) dan Word Square

pada kelas IV di SDN Alalak Utara 3 Banjarmasin, untuk lebih jelas bisa

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. 6 Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Persiklus Skripsi II

Aspek Ketuntasan Klasikal


No Keterangan
Penilaian
I II III IV
1. Pada ranah kognitif terdapat 2 penilian yatu
penugasanan dan tes tertulis. Pada siklus I
ketuntasan klasikal masih cukup rendah
oleh karena itu pada siklus II hingga siklus
III guru lebih memusatkan materi
pembelajaran sehingga siswa dapat lebih
menguasai materi pembelajaran. Pada siklus
ke IV hasil kognitif lebih meningkat
dikarenakan guru menjelaskan
Kognitif 54% 60% 76% 83%
pembelajaran dengan bahasa yang mudah
dipahami oleh siswa sehingga siswa
memahami materi pembelajaran. Menurut
Susanto, 2013:5). Menyatakan bahwa anak
yang berhasil dalam belajar adalah anak
yang berhasil mempelajari dan memahami
materi pembelajaran sesuai dengan tujuan-
tujuan pembelajaran, yang di sampaikan
oleh guru.

118
Dari tabel hasil belajar diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

setiap siklus mengalami peningkatan dari siklus I hingga siklus IV dengan

kriteria “Sangat Baik”. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian yang

dilakukan dengan menggunakan kombinasi model pembelajaran Group

Investigation (GI), Numbered Head Together (NHT) dan Word Square.

berlangsung dengan optimal dan mendapatkan hasil yang sangat

memuaskan. Peningkatan hasil belajar tersebut disebabkan oleh beberapa

faktor yaitu: (a) Guru menjelaskan pembelajaran dengan bahasa yang mudah

dipahami oleh siswa sehingga siswa memahami materi pembelajaran. Hal

ini sejalan dengan pendapat Susanto, (2013:5). Menyatakan bahwa anak

yang berhasil dalam belajar adalah anak yang berhasil mempelajari dan

memahami materi pembelajaran sesuai dengan tujuan-tujuan pembelajaran,

yang di sampaikan oleh guru. Peningkatan hasil belajar siswa tidak lepas

dari peran guru yang memberikan presentasi informasi yang akan

memberikan ilustrasi-ilustrasi tentang topik yang akan dipelajari siswa,

sehingga siswa mempunyai parameter dalam pencapaian tujuan

pembelajaran. Sehingga siswa telah mempunyai gambaran umum tentang

materi pelajaran, guru membimbing siswa untuk menemukan konsep

tertentu dari ilustrasi yang diberikan, agar pemerataan pemahaman siswa

lebih luas dengan adanya pertanyaan-pertanyaan antara siswa dengan guru.

Menurut pendapat (Shoimin, 2004:18) yang menyatakan bahwa setiap

proses belajar mengajar keberhasilan diukur dari seberapa jauh hasil belajar

yang dicapai siswa. Peningkatan hasil belajar ini karena penyampaian

119
pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan sehingga konsep-konsep

yang disampaikan dapat lebih mudah diterima oleh siswa. Dengan

pembelajaran yang inovatif mampu membuat siswa berpikir kritis dan aktif

dalam pembelajaran agar hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai.

B. Analisis Data Individual dan Data Lintas Individual

1. Analisis Individual dan Temuan Sementara

a. Skripsi 1 (Nurul Huda)

1). Aktivitas Guru

Berdasarkan paparan konten skripsi 1, maka dapat ditemukan

beberapa temuan sementara yang menonjol pada aktivitas guru yaitu:

a) guru melakukan apersepsi terlabih dahulu sebelum masuk materi

pembelajaran, setelah memasuki materi pembelajaran guru

menyampaikan materi sesuai dengan kompetensi dan tujuan

pembelajaran serta menggunakan bahasa yang mudah di pahami siswa.

Menurut Adam (2003:3) menyatakan bahwa bahasa adalah alat untuk

berinteraksi atau sebagai alat untuk berkomunikasi, dalam arti luas alat

untuk menyampaikan fikiran, gagasan, konsep, atau perasaan. dengan

menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Sehingga sebuah gagasan

atau konsep yang ingin disampaikan kepada siswa tersampaikan.

b) Guru membagi kelompok secara heterogen, memastikan siswa


mendapatkan nomor dan memberikan arahan yang jelas kepada siswa

dan ini merupakan pengelolaan kelompok kecil. Ini sejalan dengan

pendapat Shoimin (2016:80) yang menyatakan bahwa langkah-

120
langkah model Group Investigation (GI), ini adalah termasuk guru

membagi kelompok secara heterogen, guru menjelaskan dan

memanggil perwakilan ketua kelompok.

c) Guru mudah dalam melakukan kontrol terhadap kelompok yang

mengalami kesulitan. Hal ini sejalan dengan pendapat pendapat

Suriansyah, dkk (2014:5) yang menyatakan bahwa dalam proses

pembelajaran, guru tidak hanya berperan sebagai model atau teladan

bagi siswa yang diajarnya, tetapi juga sebagai pengelola dalam

pembelajaran (Manager Learning). Sehingga guru lebih leluasa

didalam menerapkan suatu strategi dan model pembelajaran

dikarenakan guru memegang peranan kuasa penuh dalam

pembelajaran baik dari segi bimbingan maupun peraturan di dalam

kelas.

d) Guru sebelum siswa mengarsir huruf terlebih dahulu menanyakan

jawaban siswa, guru meminta pendapat kelompok lain terhadap

jawabaan temannya, setelah selesai guru memberikan motivasi kepada

siswa namun guru memberikan bimbingan dalam mengarsir jawaban.

Ini merupakan sama persis pendapat Kurniasih dan Sani (2017:97)

mengenai model Word Square lebih mirip dengan teka-teki silang akan

tetapi perbedaan mendasar adalah model ini sudah memiliki jawaban,

namun disamarkan jawabannya dan adanya motivasi dari guru untuk

membimbing dan mengaksir jawaban yang ditulis siswa. Penggunaan

model pembelajaran ini mengharuskan siswa untuk menjawab

121
pertanyaan dan mencocokkan jawaban pada kolom-kolom jawaban

yang dibuat oleh guru dan dengan model ini membuat proses

pembelajaran menjadi efektif dan siswa akan terlatih untuk bersikap

teliti serta kritis.

e) Guru telah memeriksa jawaban siswa, memberikan poin pada setiap

jawaban yang benar dan menjumlahkan semua poin yang diperoleh

setiap kelompok dan memberikan penghargaan kepada siswa. Menurut

pendapat Kurniasih dan Sani (2017:98). Mengenai langkah-langkah

model pembelajaran Word Square dan termasuk memberikan poin

setiap jawaban yang benar dan memberikan penghargaan kepada

siswa. Pemberian penghargaan atau reward kepada siswa merupakan

langkah utama menumbuhkan semangat dalam hal evaluasi

pembelajaran, tentu ini membangkitkan motivasi anak untuk

menjawab perntanyaan yang disediakan oleh guru.

2). Aktivitas Siswa

Berdasarkan paparan konten skripsi 1, maka dapat ditemukan

beberapa temuan sementara yang menonjol pada aktivitas siswa yaitu:

a) Dengan mengikuti arahan guru, sehingga siswa mampu dalam

memecahkan masalah tersebut. Menurut pendapat Uno dan Mohamad

(2014:138), menyatakan bahwa untuk menciptakan pembelajaran

aktif, salah satunya adalah anak belajar dari pengalamannya, selain

anak harus belajar dari pengalamannya, anak harus belajar

memecahkan masalah yang di peroleh dari bimbingan guru.

122
b) Mendapat arahan dari guru yang maksimal dalam membimbing,

sehingga siswa mampu mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.

Hal ini sejalan dengan pendapat Fathurrohman (2015:16) yang

menyatakan bahwa pembelajaran sebenarnya adalah proses untuk

membantu peserta didik untuk dapat belajar dengan baik Pengertian ini

memberikan pemahaman bahwa peran guru adalah sebagai fasilitator

dan pembimbing siswa, dalam mendorong siswa untuk belajar dalam

lingkungan kooperatif sehingga siswa mampu mempresentasikan hasil

diskusi kelompoknya.

c) Mendapat arahan dan motivasi dari guru sehingga siswa yang

bersangkutan telah berupaya memperbaiki giat lagi dalam proses

pembelajaran dan ingin menjadi yang terbaik. Menurut pendapat

(Prastika & Wahyudi, 2017). menyatakan bahwa motivasi adalah

merupakan elemen penting agar siswa serius dan giat dalam belajar,

Dengan demikain tentunya siswa akan mau terlibat aktif pada proses

pembelajaran.

3). Hasil Belajar

Berdasarkan paparan konten skripsi 1, maka dapat ditemukan

beberapa temuan sementara yang menonjol pada hasil belajar siswa yaitu:

a) Dengan bimbingan guru mereka mudah menjawab pertanyaan yang


berkaitan dengan materi yang diberikan sebelumnya, sehingga siswa

mudah menemukan poin – poin yang penting selama pembelajaran dan

mudah menjawab pertanyaan. Menurut Kurniasih dan Sani ( 2017:98)

123
salah satu langkah-langkah pembelajaran word square adalah

memberikan poin setiap jawaban pada kotak, sehingga mereka mudah

dalam menjawab pertayaan yang diberikan oleh guru.

b) Guru mengimplementasikan kombinasi model Group Investigation

(GI), Numbered Head Together (NHT) dan Word Square sehingga

semua siswa sudah terlihat terbiasa dengan pembelajaran kombinasi

model pembelajaran yang diterapkan guru selama pembelajaran,

sehingga siswa juga terlihat aktif mengikutinya, tampa ada rasa malu

lagi ataupun takut mengemukakan pendapat dan juga lingkungan

pembelajaran menjadi kondusif. Menurut Creswell (2009),

menyatakan bahwa kombinasi model merupakan pendekatan dalam

penelitian yang mengkombinasikan atau menghubungkan antara

metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Dengan ini dapat diketahui

secara jelas data yang di kumpulkan secara kualitatif kemudian

dituangkan ke dalam matematis untuk mengetahui keaktifan siswa dan

mampu guru dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

c) Guru menggunakan instrumen penilaian mendiskusikan dan

mempresentasikan kepada siswa, dengan penilaian yang sudah tertera

dibuku guru. Menurut arikunto (2010:203) menyatakan bahwa

instrumen merupakan alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh

peneliti dalam kegiatanya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut

menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Dalam hal ini instrumen

digunakan untuk menilai hasil diskusi dan persentasi siswa di buku

124
guru. Untuk meningkatkan aktivitas siswa dengan model Group

Investigation (GI), Numbered Heads Together (NHT) dan Word

Square saat proses pembelajaran.

b. Skripsi 2 (Dina Haudah)

1). Aktivitas Guru

Berdasarkan paparan konten skripsi 2, maka dapat ditemukan

beberapa temuan sementara yang menonjol pada aktivitas guru yaitu :

a) Guru melakukan apersepsi terlabih dahulu sebelum masuk materi

pembelajaran, setelah memasuki materi pembelajaran guru

menyampaikan materi sesuai dengan kompetensi dan tujuan

pembelajaran serta menggunakan bahasa yang mudah di pahami siswa.

Hal ini sejalan dengan pendapat Adam (2003:3) menyatakan bahwa

bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau sebagai alat untuk

berkomunikasi, dalam arti luas alat untuk menyampaikan fikiran,

gagasan, konsep, atau perasaan kepada peserta didik. dengan

menggunakan bahasa yang mudah dipahami maka sebuah gagasan

atau konsep yang ingin disampaikan kepada siswa tersampaikan.

b) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok secara heterogen,

guru sudah dapat mengkondisikan kelas dan sudah memberi jarak antar

kelompok. urut pendapat Suprijono (2016:80) menyatakan bahwa guru

membagi kelompok secara heterogen, memastikan siswa mendapatkan

nomor dan memberikan arahan yang jelas kepada siswa dan ini

merupakan pengelolaan kelompok kecil.

125
c) Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok dengan

sangat jelas yaitu untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi

pembelajaran dan melatih siswa untuk bekerja sama serta saling

memberi pendapat masing-masing. Menurut Huda, (2011:3)

menyatakan bahwa dalam kelompok siswa saling berbagi informasi,

ide – ide, gagasan ataupun pendapat, Terhadap teman dan kelompok

lainnya.

d) Guru sudah membimbing dan mengarahkan siswa secara berkelompok

untuk melakukan investigasi dengan menghampiri setiap anggota

kelompok. Ini sejalan dengan pendapat Shoimin (2016:81) mengenai

permasalahan dan investigasi dalam kelompok, Sehingga kelompok

yang mengalami kesulitan didalam menemukan solusi akan diketahui

oleh guru.

e) guru sudah memberikan contoh terlebih dahulu sebelum meminta

siswa untuk menjawab. Ini sejalan dengan pendapan Kurniasih dan

Sani (2017:97) mengenai model Word Square lebih mirip dengan teka-

teki silang akan tetapi perbedaan mendasar adalah model ini sudah

memiliki contoh jawaban, namun disamarkan. Dengan adanya contoh

tersebut sehingga siswa mudah dalam melaksanakan tugas tersebut.

2). Aktivitas Siswa

Berdasarkan paparan konten skripsi 2, maka dapat ditemukan

beberapa temuan sementara yang menonjol pada aktivitas siswa yaitu:

126
a) Guru melakukan tanya jawab terkait materi pembelajaran dengan

melibatkan media pembelajaran, sehingga siswa antusias dalam

menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini sejalan dengan pendapat

(Suriansyah, 2017). Guru di tuntut untuk mampu mencipatakan suasana

belajar dengan baik dan mengelola kelas dengan efektif hal tersebut

menjadi unsur pembeda dalam pelaksanaan aktivitas guru pada sesi

tanya jawab pada pembelajaran kooperatif dan menggunakan media

pembelajaran yang beragam, mulai dari visual, Audio dan Audio visual

yang memanfaatkan alat-alat teknologi. Sehingga siswa antusias dalam

mengikuti tanya jawab tersebut karena adanya media yang diterapkan

guru dalam pelaksanaan pembelajaran.

b) Guru mengarahkan siswa, sehingga siswa yang membentuk kelompok.

Menurut pendapat (Sugiyanto, 2010:37) menyatakan bahwa

pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berfokus

pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam

memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar yang di

arahkan guru atau pembimbing.

c) Guru memberikan motivasi, kepercayaan diri dan tugas kepada siswa,

sehingga ada 24 siswa telah bertanggung jawab terhadap tugas

kelompok dengan memberikan pendapatnya ataupun mencari bahan

referensi dan memecahkan masalah tersebut. Hal ini sejalan dengan

pendapat (Shoimin, 2014) model pembelajaran Numbered Heads

Together (NHT) merupakan salah satu model kooperatif yang dirancang

127
secera berkelompok, setiap anggota kelompoknya bertanggung jawab

atas tugas kelompoknya sehingga tidak ada pemisahan antara siswa

yang satu dan siswa yang lain dalam satu kelompok untuk saling

memberi dan menerima antara satu dengan yang lainnya.

3). Hasil Belajar

Berdasarkan paparan konten skripsi 2, maka dapat ditemukan

beberapa temuan sementara yang menonjol pada hasil belajar siswa yaitu:

a) Guru menjelaskan pembelajaran dengan bahasa yang mudah dipahami

oleh siswa sehingga siswa memahami materi pembelajaran. Hal ini

sejalan dengan pendapat Susanto, (2013:5). Menyatakan bahwa anak

yang berhasil dalam belajar adalah anak yang berhasil mempelajari dan

memahami materi pembelajaran sesuai dengan tujuan-tujuan

pembelajaran, yang di sampaikan oleh guru.

2. Analisis Lintas Individu

a. Aktivitas Guru

Dari dua temuan individual, maka akan dikomparasikan sehingga

menghasilkan temuan lintas sebagai berikut:

Tabel 4. 7 Temuan Lintas Ativitas Guru

No Skripsi 1 Skripsi 2 Temuan Lintas

1 guru melakukan apersepsi guru melakukan Guru melakukan


terlabih dahulu sebelum apersepsi terlabih apersepsi terlebih
masuk materi pembelajaran, dahulu sebelum masuk dahulu sebelum masuk
setelah memasuki materi materi pembelajaran, materi pembelajaran,
pembelajaran guru setelah memasuki guru menyampaikan
menyampaikan materi sesuai materi pembelajaran
materi sesuai dengan
dengan kompetensi dan guru menyampaikan

128
tujuan pembelajaran serta materi sesuai dengan kompetensi dan tujuan
menggunakan bahasa yang kompetensi dan tujuan pembelajaran serta
mudah di pahami siswa. pembelajaran serta menggunakan bahasa
menggunakan bahasa yang mudah di pahami
yang mudah di pahami oleh siswa.
siswa.
2 guru membagi guru membagi siswa guru mengarahkan siswa
kelompok secara menjadi beberapa dan membagi siswa
heterogen, memastikan kelompok secara menjadi beberapa
siswa mendapatkan nomor heterogen, guru kelompok secara
heterogen, guru sudah
dan memberikan arahan sudah dapat
dapat mengkondisikan
yang jelas kepada siswa mengkondisikan kelas, sudah memberi
dan ini merupakan kelas dan sudah jarak antar kelompok dan
pengelolaan kelompok memberi jarak antar dapat mengelola
kecil. kelompok. kelompok kecil di kelas.
3 Guru menjelaskan Guru menjelaskan
maksud pembelajaran maksud pembelajaran
dan tugas kelompok dan tugas kelompok
dengan sangat jelas dengan sangat jelas yaitu
yaitu untuk mengetahui untuk mengetahui
pemahaman siswa pemahaman siswa
terhadap materi terhadap materi
pembelajaran dan pembelajaran dan melatih
melatih siswa untuk siswa untuk bekerja sama
bekerja sama serta serta saling memberi
saling memberi pendapat masing-masing.
pendapat masing-
masing.
4 Guru mudah dalam Guru mudah dalam
melakukan kontrol terhadap melakukan kontrol
kelompok yang mengalami terhadap kelompok yang
kesulitan. mengalami kesulitan.
5 guru sudah guru sudah membimbing
membimbing dan dan mengarahkan siswa
mengarahkan siswa secara berkelompok
secara berkelompok untuk melakukan
untuk melakukan investigasi dengan
investigasi dengan menghampiri setiap
menghampiri setiap anggota kelompok.
anggota kelompok.
6 guru sebelum siswa mengarsir guru sudah Guru sudah memberikan
huruf terlebih dahulu memberikan contoh contoh terlebih dahulu
menanyakan jawaban siswa, terlebih dahulu sebelum siswa mengarsir
guru meminta pendapat sebelum meminta huruf dan menanyakan
kelompok lain terhadap jawaban siswa, kemudian
siswa untuk
jawabaan temannya, setelah meminta pendapat
menjawab.
selesai guru memberikan kelompok lain terhadap
motivasi kepada siswa namun jawaban temannya,
setelah itu guru

129
guru memberikan bimbingan memberikan motivasi
dalam mengarsir jawaban. dan bimbingan kepada
siswa untuk menjawab
tugas/soal.
7 Guru telah memeriksa Guru telah memeriksa
jawaban siswa, memberikan jawaban siswa,
poin pada setiap jawaban memberikan poin pada
yang benar dan setiap jawaban yang
menjumlahkan semua poin benar dan menjumlahkan
yang diperoleh setiap semua poin yang
kelompok dan memberikan diperoleh setiap
penghargaan kepada siswa. kelompok dan
memberikan
penghargaan kepada
siswa

Berdasarkan visualisasi data pada tebel 4.7 maka dapat dirumuskan

perbedaan dan persamaan dari aktivitas guru dalam penerapan model

Group Investigation (GI), Numbered Head Together (NHT) dan Word

Square.

1) Perbedaan antara hasil penelitian pertama dan hasil penelitian kedua

berdasarkan analisis komparatif hasil penelitian 1 oleh Nurul Huda dan

hasil penelitian 2 oleh Dina Haudah maka ditemukan beberapa

berbedaan yaitu:

a). Perbedaan persentasi peningkatan hasil skor aktivitas guru persiklus.

pada skripsi 1 oleh Nurul Huda guru mendaptakan jumlah skor 22, 26,

29, 37 pada siklus I hingga IV. Sedangkan pada skripsi 2 oleh Dina

Haudah guru mendapatkan jumlah skor 25, 28, 30, 31 pada siklus 1

hingga siklus IV. Dapat dilihat dari jumlah skor pada akhir penelitian

skripsi 1 mencapai skor akhir 37 dalam kategori sangat baik

sedangkan skripsi 2 mendapatkan skor lebih rendah yaitu 31 dalam

130
kategori sangat baik. Tetapi jika dilihat dari persentase peningkatan

hasil skor aktivitas guru persiklus, maka akan mendapatkan hasil yang

berbeda. Pada skripsi 1 oleh Nurul Huda, guru mendapat persentase

ketercapaian dengan jumlah 55%, 65%, 73% dan 93% pada siklus I

hingga siklus IV. Sedangkan pada skripsi 2 oleh Dina Haudah guru

mendapat persentase ketercapaian dengan jumlah 63%, 70%, 75% dan

78% pada siklus I hingga siklus IV. Dapat dilihat dari jumlah

persentase ketercapaian pada akhir penelitian skripsi 1 mencapai

persentase akhir 93% dalam kriteria sangat baik, sedangkan skripsi 2

mencapai persentase ketercapaian akhir 78% dalam kriteria sangat

baik. yang menunjukan bahwa hasil penelitian aktivitas guru pada

skripsi 1 lebih baik dibandingkan dengan skripsi 2.

Kreteria penilaian mengacu pada indikator keberhasilan

yang ditetapkan peneliti dan juga didukung dengan pendapat dari

Arikunto (2010) yang menyatakan kriteria penilaian < 40 termasuk

dalam kriteria kurang baik, 41-60 termasuk dalam kriteria cukup baik,

61-80 termasuk dalam kriteria baik, dan 81-100 termasuk dalam

kriteria sangat baik.

b). Perbedaan peningkatan skor aktivitas guru model pembelajaran

Group Investigation (GI), Numbered Head Together (NHT) dan Word

Square pada skripsi 1 dan 2 diantaranya yaitu: (1) Guru menjelaskan

maksud pembelajaran dan tugas kelompok dengan sangat jelas yaitu

untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran

131
dan melatih siswa untuk bekerja sama serta saling memberi pendapat

masing-masing. Menurut Huda, (2011:3) menyatakan bahwa dalam

kelompok siswa saling berbagi informasi, ide – ide, gagasan ataupun

pendapat, Terhadap teman dan kelompok lainnya. (2) Guru mudah

dalam melakukan kontrol terhadap kelompok yang mengalami

kesulitan. Hal ini sejalan dengan pendapat pendapat Suriansyah, dkk

(2014:5) yang menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran, guru

tidak hanya berperan sebagai model atau teladan bagi siswa yang

diajarnya, tetapi juga sebagai pengelola dalam pembelajaran (Manager

Learning). Sehingga guru lebih leluasa didalam menerapkan suatu

strategi dan model pembelajaran dikarenakan guru memegang peranan

kuasa penuh dalam pembelajaran baik dari segi bimbingan maupun

peraturan di dalam kelas. guru sudah membimbing dan mengarahkan

siswa secara berkelompok untuk melakukan investigasi dengan

menghampiri setiap anggota kelompok. Menurut pendapat Shoimin

(2016:81) mengenai permasalahan dan investigasi dalam kelompok,

Sehingga kelompok yang mengalami kesulitan didalam menemukan

solusi akan diketahui oleh guru. (3) Guru sudah membimbing dan

mengarahkan siswa secara berkelompok untuk melakukan investigasi

dengan menghampiri setiap anggota kelompok. Ini sejalan dengan

pendapat Shoimin (2016:81) mengenai permasalahan dan investigasi

dalam kelompok, Sehingga kelompok yang mengalami kesulitan

didalam menemukan solusi akan diketahui oleh guru. (4) Guru telah

132
memeriksa jawaban siswa, memberikan poin pada setiap jawaban yang

benar dan menjumlahkan semua poin yang diperoleh setiap kelompok

dan memberikan penghargaan kepada siswa. Hal ini sejalan dengan

pendapat pendapat Kurniasih dan Sani (2017:98). Mengenai langkah-

langkah model pembelajaran Word Square dan termasuk memberikan

poin setiap jawaban yang benar dan memberikan penghargaan kepada

siswa. Pemberian penghargaan atau reward kepada siswa merupakan

langkah utama menumbuhkan semangat dalam hal evaluasi

pembelajaran, tentu ini membangkitkan motivasi peserta didik untuk

menjawab perntanyaan yang disediakan oleh guru.

2) Persamaan antara hasil penelitian pertama dan hasil penelitian kedua

Berdasarkan analisis komparatif hasi penelitian 1 Nurul Huda dan hasil

penelitian 2 oleh Dina Haudah maka ditemukan beberapa berbedaan

yaitu:

a) Sintak langkah kegiatan guru memiliki beberapa persamaan sintak

langkah kegiatan yang memiliki persamaan. Persamaan sintak ini

disebabkan karena skripsi 1 dan 2 menggunakan 3 kombinasi model

yang sama yaitu model Group Investigation (GI), Numbered Head

Together (NHT) dan Word Sqoare.

b) Persamaan pada peningkatan skor persiklus yaitu sama-sama

meneningkat kearah yang sangat baik pada setiap siklusnya, hal ini

disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: (1) guru melakukan apersepsi

terlabih dahulu sebelum masuk materi pembelajaran, setelah

133
memasuki materi pembelajaran guru menyampaikan materi sesuai

dengan kompetensi dan tujuan pembelajaran serta menggunakan

bahasa yang mudah di pahami siswa. Menurut Adam (2003:3)

menyatakan bahwa bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau

sebagai alat untuk berkomunikasi, dalam arti luas alat untuk

menyampaikan fikiran, gagasan, konsep, atau perasaan. dengan

menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Sehingga sebuah

gagasan atau konsep yang ingin disampaikan kepada siswa

tersampaikan. (2) guru membagi kelompok secara heterogen,

memastikan siswa mendapatkan nomor dan memberikan arahan

yang jelas kepada siswa dan ini merupakan pengelolaan kelompok

kecil. Ini sejalan dengan pendapat Shoimin (2016:80) yang

menyatakan bahwa langkah-langkah model Group Investigation

(GI), ini adalah termasuk guru membagi kelompok secara heterogen,

guru menjelaskan dan memanggil perwakilan ketua kelompok. (3)

guru sebelum siswa mengarsir huruf terlebih dahulu menanyakan

jawaban siswa, guru meminta pendapat kelompok lain terhadap

jawabaan temannya, setelah selesai guru memberikan motivasi

kepada siswa namun guru memberikan bimbingan dalam mengarsir

jawaban. Ini merupakan sama persis pendapat Kurniasih dan Sani

(2017:97) mengenai model Word Square lebih mirip dengan teka-

teki silang akan tetapi perbedaan mendasar adalah model ini sudah

memiliki jawaban, namun disamarkan jawabannya dan adanya

134
motivasi dari guru untuk membimbing dan mengaksir jawaban yang

ditulis siswa. Penggunaan model pembelajaran ini mengharuskan

siswa untuk menjawab pertanyaan dan mencocokkan jawaban pada

kolom-kolom jawaban yang dibuat oleh guru dan dengan model ini

membuat proses pembelajaran menjadi efektif dan siswa akan

terlatih untuk bersikap teliti serta kritis.

b. Aktivitas Siswa

Dari dua temuan individual, maka akan dikomparasikan sehingga

menghasilkan temuan lintas sebagai berikut yaitu:

Tabel 4.8 Temuan Lintas Aktivitas Siswa

No Skripsi 1 Skripsi 2 Temuan Lintas

1 Guru melakukan tanya Guru melakukan tanya


jawab terkait materi jawab terkait materi
pembelajaran dengan pembelajaran dengan
melibatkan media melibatkan media
pembelajaran, sehingga pembelajaran, sehingga
siswa antusias dalam
siswa antusias dalam
menjawab pertanyaan
menjawab pertanyaan tersebut.
tersebut.
2 Dengan mengikuti Guru mengarahkan siswa, Dengan mengikuti arahan
arahan guru, sehingga sehingga siswa guru, sehingga siswa mampu
siswa mampu dalam membentuk kelompok. dalam membentuk
memecahkan masalah kelompok dan memecahkan
tersebut. masalah tersebut.
3 Mendapat arahan dari mendapat arahan dari guru
guru yang maksimal yang maksimal dalam
dalam membimbing, membimbing, sehingga
sehingga siswa mampu siswa mampu dalam
mempresentasikan hasil mempresentasikan hasil
kerja kelompoknya. kerja kelompoknya.

135
4 Mendapat arahan dan Guru memberikan Guru memberikan arahan,
motivasi dari guru motivasi, kepercayaan diri motivasi, kepercayaan diri
sehingga siswa yang dan tugas kepada siswa, dan tugas kepada siswa,
bersangkutan telah sehingga siswa telah sehingga siswa telah
berupaya memperbaiki bertanggung jawab memperbaiki giat lagi dalam
giat lagi dalam proses terhadap tugas kelompok proses pembelajaran dan
pembelajaran dan ingin dengan memberikan bertanggung jawab terhadap
menjadi yang terbaik. pendapatnya ataupun tugas kelompok dengan
mencari bahan referensi memberikan pendapatnya
dan memecahkan masalah ataupun mencari bahan
tersebut. referensi dan memecahkan
masalah tersebut. agar ingin
menjadi yang terbaik

Berdasarkan visualisasi data pada tebel 4.8 maka dapat dirumuskan

perbedaan dan persamaan dari aktivitas siswa dalam penerapan model

Group Investigation (GI), Numbered Head Together (NHT) dan Word

Square.

1) Perbedaan hasil penelitian pertama dan hasil penelitian kedua.

Berdasarkan analisis komparatif hasi penelitian 1 oleh Nurul Huda

dan hasil penelitian 2 oleh Dina Haudah maka ditemukan beberapa

berbedaan yaitu:

a) Perbedaan persentasi peningkatan klasikal aktivitas siswa persiklus.

Pada skripsi 1 siswa mendapatkan jumlah klasikal 44%, 62%, 78%,

89% pada siklus I hingga siklus IV dari 16 orang siswa. sedangkan

pada skripsi 2 siswa mendapatkan jumlah klasikal 58%, 68%, 80%,

88% pada siklus I hingga siklus IV dari 28 orang siswa. Dapat dilihat

dari hasil akhir penelitian, skripsi 1 mendapatkan presentasi klasikal

89% dengan kategori sangat baik pada siklus IV, sedangkan skripsi 2

mendapatkan presentasi klasikal 88% dengan kreteria sangat baik pada

136
siklus IV yang menandakan bahwa hasil penelitian skripsi 1 lebih baik

dalam peningkatan aktivitas siswa dari pada hasil penelitian skripsi 2.

Kreteria penilaian mengacu pada indikator keberhasilan yang

ditetapkan peneliti dan juga didukung dengan pendapat dari Arikunto

(2010) yang menyatakan bahwa kriteria penilaian < 40 termasuk

dalam kriteria kurang baik, 41-60 termasuk dalam kriteria cukup baik,

61-80 termasuk dalam kriteria baik, dan 81-100 termasuk dalam

kriteria sangat baik.

b) Perbedaan persentasi peningkatan klasikal aktivitas siswa persiklus

terlihat pada penerapan langkah aktivitas siswa di Model Pembelajaran

Group Investigation (GI), yang mana pada Skripsi 1. (1) Guru tidak

melibatkan media dalam pembelajaran dan hanya melakukan tanya

jawab saja, sedangkan pada skripsi 2 guru melakukan tanya jawab

terkait materi pembelajaran dengan melibatkan media pembelajaran,

sehingga siswa antusias dalam menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini

sejalan dengan pendapat (Suriansyah, 2017). Guru di tuntut untuk

mampu mencipatakan suasana belajar dengan baik dan mengelola

kelas dengan efektif hal tersebut menjadi unsur pembeda dalam

pelaksanaan aktivitas guru pada sesi tanya jawab pada model

pembelajaran kooperatif dan menggunakan media pembelajaran yang

beragam, mulai dari visual, Audio dan Audio visual yang

memanfaatkan alat-alat teknologi. Dan pada skripsi 1. (2) Mendapat

arahan dari guru yang maksimal dalam membimbing, sehingga siswa

137
mampu mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Hal ini sejalan

dengan pendapat Fathurrohman (2015:16) yang menyatakan bahwa

pembelajaran sebenarnya adalah proses untuk membantu peserta didik

untuk dapat belajar dengan baik Pengertian ini memberikan

pemahaman bahwa peran guru adalah sebagai fasilitator dan

pembimbing siswa, dalam mendorong siswa untuk belajar dalam

lingkungan kooperatif sehingga siswa mampu mempresentasikan hasil

diskusi kelompoknya. Sedangkan pada skripsi 2 guru kurang maksimal

dalam membimbing.

2) Persamaan antara hasil penelitian pertama dan hasil penelitian kedua.

Berdasarkan analisis komparatif hasi penelitian 1 oleh Nurul Huda dan

hasil penelitian 2 oleh Dina Haudah maka ditemukan beberapa

berbedaan yaitu:

a) Sintak langkah kegiatan siswa memiliki beberapa persamaan.

Persamaan sintak ini disebabkan karena skripsi 1 dan 2

menggunakan 3 kombinasi model yang sama yaitu model Group

Investigation (GI), Numbered Head Together (NHT) dan Word

Square.

b) Persamaan pada peningkatan klasikal persiklus yaitu sama-sama

meneningkat kearah yang sangat baik pada setiap siklusnya, hal ini

disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: (1) Dengan mengikuti

arahan guru, sehingga siswa mampu dalam memecahkan masalah

tersebut. Menurut pendapat Uno dan Mohamad (2014:138),

138
menyatakan bahwa untuk menciptakan pembelajaran aktif, salah

satunya adalah anak belajar dari pengalamannya, selain anak harus

belajar dari pengalamannya, anak harus belajar memecahkan

masalah yang di peroleh dari bimbingan guru. (2) Mendapat arahan

dan motivasi dari guru sehingga siswa yang bersangkutan telah

berupaya memperbaiki giat lagi dalam proses pembelajaran dan

ingin menjadi yang terbaik. Menurut pendapat (Prastika &

Wahyudi, 2017). menyatakan bahwa motivasi adalah merupakan

elemen penting agar siswa serius dan giat dalam belajar, Dengan

demikain tentunya siswa akan mau terlibat aktif pada proses

pembelajaran.

c. Hasil Belajar

Dari dua temuan individual, maka akan dikomparasikan sehingga

manghasilkan temuan lintas sebagai berikut:

Tabel 4.9 Temuan Lintas Hasil Belajar


No Skripsi 1 Skripsi 2 Temuan Lintas

1 Dengan bimbingan guru Guru menjelaskan Dengan bimbingan guru


mereka mudah menjawab pembelajaran dengan dan menjelaskan materi
pertanyaan yang berkaitan bahasa yang mudah pembelajaran dengan
dengan materi yang dipahami oleh siswa, bahasa yang mudah
diberikan sebelumnya, sehingga siswa dipahami oleh siswa,
memahami materi sehingga siswa mudah
sehingga siswa mudah
pembelajaran. menemukan poin-poin
menemukan poin – poin yang penting selama
yang penting selama proses pembelajaran dan
pembelajaran dan mudah mudah menjawab
menjawab pertanyaan. pertanyaan
2 Guru mengimplementasikan Guru
kombinasi model Group mengimplementasikan
Investigation (GI), kombinasi model Group
Numbered Head Together Investigation (GI),

139
(NHT) dan Word Square Numbered Head
sehingga semua siswa sudah Together (NHT) dan
terlihat terbiasa dengan Word Square sehingga
pembelajaran kombinasi semua siswa sudah
model pembelajaran yang terlihat terbiasa dengan
diterapkan guru selama pembelajaran kombinasi
pembelajaran, sehingga model pembelajaran
siswa juga terlihat aktif yang diterapkan guru
mengikutinya, tampa ada selama pembelajaran,
rasa malu lagi ataupun takut sehingga siswa juga
mengemukakan pendapat terlihat aktif
dan juga lingkungan mengikutinya, tampa ada
pembelajaran yang kondusif. rasa malu lagi ataupun
takut mengemukakan
pendapat
3 guru menggunakan guru menggunakan
instrumen penilaian instrumen penilaian
mendiskusikan dan mendiskusikan dan
mempresentasikan kepada mempresentasikan
siswa, dengan penilaian yang kepada siswa, dengan
sudah tertera dibuku. penilaian yang sudah
tertera dibuku.

Berdasarkan visualisasi data pada tebel 4.9 maka dapat dirumuskan

perbedaan dan persamaan dari Hasil Belajar dalam penerapan model Group

Investigation (GI), Numbered Head Together (NHT) dan Word Square

1) Perbedaan hasil penelitian pertama dan hasil penelitian kedua.

Berdasarkan analisis komparatif hasi penelitian 1 oleh Nurul Huda dan

hasil penelitian 2 oleh Dina Haudah maka ditemukan beberapa berbedaan

yaitu:

a) Perbedaan persentasi klasikal hasil belajar kognitif siswa, pada skripsi

1 hasil belajar siswa mendapatkan presentasi klasikal 37%, 56%, 72%

dan 94% dari siklus I hingga siklus IV, sedangkan pada skripsi 2 hasil

belajar siswa mendapatkan presentasi klasikal 54%, 60%, 76%, dan

83% dari siklus I hingga siklus IV. Jika dirata-ratakan maka skripsi 1

140
mendapatkan rata-rata klasikal persiklus sebesar 65%, sedangkan

skripsi 2 mendatkan rata-rata klasikal persiklus sebesar 68%. Oleh

karena itu dapat dinyatakan bahwa hasil belajar kognitif siswa pada

skripsi 2 lebih baik dibandingkan dengan skripsi 1.

b) Terlihat dari jenis penilaian hasil belajar siswa pada skripsi 1 Nurul

Huda peneliti menggunakan 3 aspek penilaian yaitu: kognitif, afektif

dan Psikomotorik. Sedangkan pada skripsi 2 Dina Haudah hanya

menggunakan 1 aspek penilaian yaitu aspek kognitif. Sehingga

perbedaan tersebut disebabkan oleh, (1) Guru mengimplementasikan

kombinasi model Group Investigation (GI), Numbered Head Together

(NHT) dan Word Square sehingga semua siswa sudah terlihat terbiasa

dengan pembelajaran kombinasi model pembelajaran yang diterapkan

guru selama pembelajaran, sehingga siswa juga terlihat aktif

mengikutinya, tampa ada rasa malu lagi ataupun takut mengemukakan

pendapat dan juga lingkungan pembelajaran menjadi kondusif. Menurut

Creswell (2009), menyatakan bahwa kombinasi model merupakan

pendekatan dalam penelitian yang mengkombinasikan atau

menghubungkan antara metode penelitian kuantitatif dan kualitatif.

Dengan ini dapat diketahui secara jelas data yang di kumpulkan secara

kualitatif kemudian dituangkan ke dalam matematis untuk mengetahui

keaktifan siswa dan mampu guru dalam menciptakan lingkungan belajar

yang kondusif. (2) Guru menggunakan instrumen penilaian

mendiskusikan dan mempresentasikan kepada siswa, dengan penilaian

141
yang sudah tertera dibuku guru. Menurut arikunto (2010:203)

menyatakan bahwa instrumen merupakan alat bantu yang dipilih dan

digunakan oleh peneliti dalam kegiatanya mengumpulkan data agar

kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.

2) Persamaan antara hasil penelitian pertama dan hasil penelitian kedua

Berdasarkan analisis komparatif hasi penelitian 1 oleh Nurul Huda dan

hasil penelitian 2 oleh Dina Haudah maka ditemukan beberapa

persamaan yaitu:

a) Terlihat dari jenis penilaian hasil belajar siswa pada skripsi 1 dan 2

oleh Nurul Huda dan Dina Haudah, peneliti sama-sama menggunakan

penilaian dengan aspek kognitif untuk mengukur hasil belajar siswa.

b) Presentasi klasikal skripsi 1 dan 2 sama-sama meningkat perlahan

kerahan yang lebih baik hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu

(1) Dengan bimbingan guru dan menjelaskan materi pembelajaran

dengan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa, sehingga siswa

mudah menemukan poin-poin yang penting selama proses

pembelajaran dan mudah menjawab pertanyaan. Hal ini sejalan

dengan pendapat. Menurut Kurniasih dan Sani ( 2017:98) salah satu

langkah-langkah pembelajaran word square adalah memberikan poin

setiap jawaban pada kotak, sehingga mereka mudah dalam menjawab

pertayaan yang diberikan oleh guru.

142
C. Pembahasan

Pada bagian ini dielaborasi tentang pembahasan yang terdiri dari

aktivitas, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa.

1. Aktivitas Guru

Berdasarkan hasil temuan pada dua skripsi diketahui bahwa kedua skripsi

sudah mengalami peningkatan aktivitas guru secara signifikan kearah

yang lebih baik. Dalam proses pembelajaran, peran guru adalah sebagai

fasilitator yang berperan dalam memberikan pelayanan untuk

memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran (Warso,

2014:41-44).Dengan demikian, efektivitas proses pembelajaran terletak di

pundak guru. Oleh karena itu, keberhasilan suatu proses pembelajaran

sangat ditentukan oleh kualitas atau kemampuan guru.

Pada observasi aktvitas guru terdapat variasi peningkatan skor

aktivitas guru yakni dari kriteria cukup baik hingga sangat baik. Pada

skripsi 1 hasil observasi aktivitas guru meningkat dari kriteria cukup baik

hingga sangat baik. Pada siklus I guru mendapatkan jumlah skor 22 yang

termasuk dalam cukup baik, pada siklus ini guru masih belum dapat

mencapai skor minimal untuk bisa dikatakan sangat baik yaitu dengan skor

minimal ≥ 32. Pada siklus II guru mendapatkan skor 25 yang

berarti sudah meningkat dari siklus sebelumnya tetapi masih dalam

kriteria cukup baik. Pada siklus III guru mendapatkan skor 29 yang

berarti sudah meningkat dari siklus sebelumnya tetapi masih dalam

143
kriteria baik. Jumlah skor semakin meningkat pada siklus IV yaitu guru

mendapatkan skor 37 yang sudah termasuk dalam kriteria sangat baik.

Sedangkan pada skripsi 2 hasil observasi aktivitas guru juga

meningkat dari kriteria baik hingga sangat baik. Pada siklus I guru

mendapatkan jumlah skor 25 yang termasuk dalam kriteria baik, pada

siklus ini guru masih belum dapat mencapai skor minimal untuk bisa

dikatakan sangat baik yaitu dengan skor minimal ≥ 32. Pada siklus II guru

mendapatkan skor 28 yang berarti sudah meningkat dari siklus

sebelumnya tetapi masil dalam kriteria baik. Jumlah skor

semakin meningkat pada siklus III yaitu guru mendapatkan skor 30 yang

sudah termasuk dalam kriteria sangat baik. Peningkatan juga terjadi pada

siklus IV yaitu guru mendapatkan skor 31 yang berarti termasuk dalam

kriteria sangat baik.

Dari data tersebut dapat ketahui bahwa hasil observasi aktivitas

guru pada skripsi 1 mendaptkan skor akhir 37 sedangkan hasil observasi

aktivitas guru pada skripsi 2 mendapatkan skor akhir 31 yang menandakan

bahwa hasil observasi aktivitas guru pada skripsi I lebih baik dari pada

hasil observasi aktivitas guru skripsi 2. Menurut Mulyasa (2009:5), guru

merupakan komponen utama dalam pembangunan pendidikan khususnya

yang diselenggarakan secara formal di sekolah. Selain itu, guru juga

menentukan keberhasilan peserta didik, terutama dalam kaitannya dengan

proses pembelajaran dan guru merupakan komponen yang paling

berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pembelajaran yang

144
yang berkualitas. Perbedaan besaran peningkatan skor aktivitas guru

dipengaruhi oleh beberapa hal. Faktor penyebab peningkatan skor

aktivitas guru tersebut meliputi:

a. Guru melakukan apersepsi terlabih dahulu sebelum masuk materi

pembelajaran, setelah memasuki materi pembelajaran guru

menyampaikan materi sesuai dengan kompetensi dan tujuan

pembelajaran serta menggunakan bahasa yang mudah di pahami siswa.

Menurut Adam (2003:3) menyatakan bahwa bahasa adalah alat untuk

berinteraksi atau sebagai alat untuk berkomunikasi, dalam arti luas alat

untuk menyampaikan fikiran, gagasan, konsep, atau perasaan. dengan

menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Sehingga sebuah gagasan

atau konsep yang ingin disampaikan kepada siswa tersampaikan.

b. Guru membagi kelompok secara heterogen, memastikan siswa

mendapatkan nomor dan memberikan arahan yang jelas kepada siswa

dan ini merupakan pengelolaan kelompok kecil. Ini sejalan dengan

pendapat Shoimin (2016:80) yang menyatakan bahwa langkah-

langkah model Group Investigation (GI), ini adalah termasuk guru

membagi kelompok secara heterogen, guru menjelaskan dan

memanggil perwakilan ketua kelompok.

c. Guru sebelum siswa mengarsir huruf terlebih dahulu menanyakan

jawaban siswa, guru meminta pendapat kelompok lain terhadap

jawabaan temannya, setelah selesai guru memberikan motivasi kepada

siswa namun guru memberikan bimbingan dalam mengarsir jawaban.

145
Ini merupakan sama persis pendapat Kurniasih dan Sani (2017:97)

mengenai model Word Square lebih mirip dengan teka-teki silang akan

tetapi perbedaan mendasar adalah model ini sudah memiliki jawaban,

namun disamarkan jawabannya dan adanya motivasi dari guru untuk

membimbing dan mengaksir jawaban yang ditulis siswa. Penggunaan

model pembelajaran ini mengharuskan siswa untuk menjawab

pertanyaan dan mencocokkan jawaban pada kolom-kolom jawaban

yang dibuat oleh guru dan dengan model ini membuat proses

pembelajaran menjadi efektif dan siswa akan terlatih untuk bersikap

teliti serta kritis.

d. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok dengan

sangat jelas yaitu untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi

pembelajaran dan melatih siswa untuk bekerja sama serta saling

memberi pendapat masing-masing. Menurut Huda, (2011:3)

menyatakan bahwa dalam kelompok siswa saling berbagi informasi, ide

– ide, gagasan ataupun pendapat, Terhadap teman dan kelompok

lainnya. Agar temuan solusi terhadap permasalahan lebih mudah

dipecahkan akibat adanya kerja sama kelompok.

e. Guru mudah dalam melakukan kontrol terhadap kelompok yang

mengalami kesulitan. Hal ini sejalan dengan pendapat pendapat

Suriansyah, dkk (2014:5) yang menyatakan bahwa dalam proses

pembelajaran, guru tidak hanya berperan sebagai model atau teladan

bagi siswa yang diajarnya, tetapi juga sebagai pengelola dalam

146
pembelajaran (Manager Learning). Sehingga guru lebih leluasa

didalam menerapkan suatu strategi dan model pembelajaran

dikarenakan guru memegang peranan kuasa penuh dalam pembelajaran

baik dari segi bimbingan maupun peraturan di dalam kelas. guru sudah

membimbing dan mengarahkan siswa secara berkelompok untuk

melakukan investigasi dengan menghampiri setiap anggota kelompok.

Menurut pendapat Shoimin (2016:81) mengenai permasalahan dan

investigasi dalam kelompok, Sehingga kelompok yang mengalami

kesulitan didalam menemukan solusi akan diketahui oleh guru.

f. Guru sudah membimbing dan mengarahkan siswa secara berkelompok

untuk melakukan investigasi dengan menghampiri setiap anggota

kelompok. Ini sejalan dengan pendapat Shoimin (2016:81) menyatakan

bahwa mengenai permasalahan dan investigasi dalam kelompok,

Sehingga kelompok yang mengalami kesulitan didalam menemukan

solusi akan diketahui oleh guru.

g. Guru telah memeriksa jawaban siswa, memberikan poin pada setiap

jawaban yang benar dan menjumlahkan semua poin yang diperoleh

setiap kelompok dan memberikan penghargaan kepada siswa. Hal ini

sejalan dengan pendapat pendapat Kurniasih dan Sani (2017:98).

Mengenai langkah-langkah model pembelajaran Word Square dan

termasuk memberikan poin setiap jawaban yang benar dan memberikan

penghargaan kepada siswa. Pemberian penghargaan atau reward

kepada siswa merupakan langkah utama menumbuhkan semangat

147
dalam hal evaluasi pembelajaran, tentu ini membangkitkan motivasi

peserta didik untuk menjawab perntanyaan yang disediakan oleh guru.

Perbedaan hasil penelitian skripsi 1 dengan skripsi 2 juga

dikarenakan perbedaan setting penelitian, peneliti pada skripsi 1

melakukan penelitian di SDN Sungai Jingah 1 Banjarmasin, sedangkan

peneliti pada skripsi 2 melakukan penelitian di SDN Alalak Utara 3

Banjarmasin. Penelitian juga dilakukan oleh 2 orang yang mempunyai

kemampuan yang berbeda sehingga hasil yang didapat juga mengalami

perbedaan.

2. Aktivitas Siswa

Berdasarkan hasil temuan pada dua skripsi diketahui bahwa

aktivitas siswa kedua skripsi sudah mengalami peningkatan secara

perlahan kearah yang lebih baik hal ini dikarenakan guru dapat

memperbaiki kualitas pembelajaran, hal ini sejalan dengan pendapat

Asniwati (2016) yang menyatakan bahwa pembelajaran yang

menggunakan sistem kooperatif memiliki dampak yang baik bagi kualitas

pembelajaran.

Pada observasi aktivitas siswa terdapat variasi peningkatan skor

aktivitas siswa yakni dari kriteria kurang baik hingga sangat baik. Pada

skripsi 1 hasil observasi aktivitas siswa meningkat dari kriteria kurang

baik hingga sangat baik. Pada siklus I siswa mendapatkan persentase

klasikal 44% yang termasuk dalam kriteria aktif, pada siklus ini siswa

148
masih belum dapat mencapai skor minimal untuk bisa dikatakan sangat

baik yaitu dengan persentase ≥81%.

Pada siklus II siswa mendapatkan persentase klasikal 62% yang

berarti mengalami peningkatkatan drastis dari siklus sebelumnya dengan

kategori aktif. Jumlah skor semakin meningkat pada siklus III yaitu

siswa mendapatkan persentase klasikal 78% yang sudah termasuk dalam

kriteria aktif. Peningkatan juga terjadi pada siklus IV yaitu siswa

mendapatkan persentase klasikal 89% yang berarti termasuk dalam

kriteria sangat baik, penentuan kriteria tersebut sesuai dengan indikator

keberhasilan yang ditetapkan peneliti dan ini sejalan dengan pendapat dari

Arikunto (2010) yang menyatakan kriteria penilaian < 40 termasuk dalam

kriteria kurang baik, 41-60 termasuk dalam kriteria cukup baik, 61-80

termasuk dalam kriteria baik, dan 81-100 termasuk dalam kriteria sangat

baik.

Sedangkan Pada skripsi 2 hasil observasi aktivitas siswa

meningkat dari kriteria baik hingga sangat baik. Pada siklus I siswa

mendapatkan persentase klasikal 58% yang termasuk dalam kriteria

kurang aktif, pada siklus ini siswa masih belum dapat mencapai skor

minimal untuk bisa dikatakan sangat baik yaitu dengan persentase ≥ 81%.

Pada siklus II siswa mendapatkan persentase klasikal 68% yang berarti

mengalami peningkatkatan dari siklus sebelumnya tetapi masil dalam

kategori aktif. Jumlah skor semakin meningkat pada siklus III yaitu siswa

mendapatkan persentase klasikal 80% yang sudah termasuk dalam kriteria

149
sangat aktif. Peningkatan juga terjadi pada siklus IV yaitu siswa

mendapatkan persentase klasikal 88% yang berarti termasuk dalam

kriteria sangat aktif. Peningkatan juga terjadi pada siklus IV yaitu siswa

mendapatkan persentase klasikal 88% yang berarti termasuk dalam

kriteria sangat baik, penentuan kriteria tersebut sesuai dengan indikator

keberhasilan yang ditetapkan peneliti dan sejalan dengan pendapat dari

Arikunto (2010) yang menyatakan kriteria penilaian < 40 termasuk dalam

kriteria kurang aktif, 41-60 termasuk dalam kriteria cukup aktif, 61-80

termasuk dalam kriteria aktif, dan 81-100 termasuk dalam kriteria sangat

aktif.

Dari data di atas dapat dilihat hasil akhir penelitian skripsi 1

mendaptkan persentase klasikal 89% pada siklus 4 sedangkan skripsi 2

mendapatkan persentase klasikal 88% yang menandakan bahwa hasil

penelitian skripsi 1 lebih baik dari pada hasil penelitian skripsi 2.

Perbedaan besaran peningkatan persentase klasikal aktivitas siswa

dipengaruhi oleh beberapa hal. Faktor penyebab peningkatan persentase

klasikal aktivitas siswa pada kedua skripsi tersebut meliputi:

a. Guru melakukan tanya jawab terkait materi pembelajaran dengan

melibatkan media pembelajaran, sehingga siswa antusias dalam

menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini sejalan dengan pendapat

(Suriansyah, 2017). Guru di tuntut untuk mampu mencipatakan

suasana belajar dengan baik dan mengelola kelas dengan efektif hal

tersebut menjadi unsur pembeda dalam pelaksanaan aktivitas guru

150
pada sesi tanya jawab pada model pembelajaran kooperatif dan

menggunakan media pembelajaran yang beragam, mulai dari visual,

Audio dan Audio visual yang memanfaatkan alat-alat teknologi.

b. Mendapat arahan dari guru yang maksimal dalam membimbing,

sehingga siswa mampu mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.

Hal ini sejalan dengan pendapat Fathurrohman (2015:16) yang

menyatakan bahwa pembelajaran sebenarnya adalah proses untuk

membantu peserta didik untuk dapat belajar dengan baik Pengertian ini

memberikan pemahaman bahwa peran guru adalah sebagai fasilitator

dan pembimbing siswa, dalam mendorong siswa untuk belajar dalam

lingkungan kooperatif sehingga siswa mampu mempresentasikan hasil

diskusi kelompoknya. Sedangkan pada skripsi 2 guru kurang maksimal

dalam membimbing.

c. Dengan mengikuti arahan guru, sehingga siswa mampu dalam

memecahkan masalah tersebut. Menurut pendapat Uno dan Mohamad

(2014:138), menyatakan bahwa untuk menciptakan pembelajaran

aktif, salah satunya adalah anak belajar dari pengalamannya, selain

anak harus belajar dari pengalamannya, anak harus belajar

memecahkan masalah yang di peroleh dari bimbingan guru.

d. Mendapat arahan dan motivasi dari guru sehingga siswa yang

bersangkutan telah berupaya memperbaiki giat lagi dalam proses

pembelajaran dan ingin menjadi yang terbaik. Menurut pendapat

(Prastika & Wahyudi, 2017). menyatakan bahwa motivasi adalah

151
merupakan elemen penting agar siswa serius dan giat dalam belajar,

Dengan demikain tentunya siswa akan mau terlibat aktif pada proses

pembelajaran.

Perbedaan hasil penelitian skripsi 1 dengan skripsi 2 juga

dikarenakan perbedaan setting penelitian, peneliti pada skripsi 1

melakukan penelitian di SDN Sungai Jingah 1 Banjarmasin dengan jumlah

siswa 16 orang sedangkan peneliti pada skripsi 2 melakukan penelitian di

SDN Alalak Utara 3 Banjarmasin dengan jumlah siswa 28 orang.

Penelitian juga dilakukan oleh 2 orang yang mempunyai kemampuan yang

berbeda sehingga hasil yang didapat juga mengalami perbedaan.

3. Hasil Belajar

Berdasarkan hasil temuan pada dua skripsi diketahui bahwa hasil

belajar siswa pada kedua skripsi sudah mengalami peningkatan secara

perlahan kearah yang lebih baik hal ini dikarenakan guru dapat

memperbaiki kualitas pembelajaran yang berdampak baik pada hasil

belajar siswa, hal ini sejalan dengan pendapat Asniwati (2016) yang

menyatakan bahwa pembelajaran yang menggunakan sistem kooperatif

memiliki dampak yang baik bagi kualitas pembelajaran. Pada ranah

kognitif siklus I hasil belajar siswa mendapatkan klasikal 37% yang

termasuk dalam kategori kurang baik, Pada siklus II siswa mendapatkan

persentase klasikal 56% yang termasuk dalam kategori cukup baik, jumlah

skor semakin meningkat pada siklus III yaitu siswa mendapatkan

152
persentase klasikal 72% yang termasuk dalam kategori baik, tetapi belum

mencapai presentasi klasikal minimal untuk bisa dikatakan sangat baik

yaitu dengan persentase 81%. Peningkatan juga terjadi pada siklus IV

yaitu siswa mendapatkan persentase klasikal 94% yang berarti termasuk

dalam kriteria sangat baik.

Sedangkan pada skripsi 2 pada hasil belajar siswa meningkat dari

kategori baik hingga sangat baik. Pada siklus I hasil belajar siswa

mendapatkan klasikal 54% yang termasuk dalam kategori cukup baik,

tetapi belum mencapai presentasi klasikal minimal untuk bisa dikatakan

sangat baik yaitu dengan persentase 81%. Pada siklus II siswa

mendapatkan persentase klasikal 60% yang termasuk dalam kategori baik,

jumlah skor semakin meningkat pada siklus III yaitu siswa mendapatkan

persentase klasikal 76% yang termasuk dalam kategori baik. Peningkatan

juga terjadi pada siklus IV yaitu siswa mendapatkan persentase klasikal

83% yang berarti termasuk dalam kriteria sangat baik. penentuan kriteria

tersebut sesuai dengan indikator keberhasilan yang ditetapkan peneliti dan

sejalan dengan pendapat dari Arikunto (2010) yang menyatakan kriteria

penilaian < 40 termasuk dalam kriteria kurang baik, 41-60 termasuk dalam

kriteria cukup baik, 61-80 termasuk dalam kriteria baik, dan 81-100

termasuk dalam kriteria sangat baik.

Dari data di atas dapat dilihat hasil akhir belajar siswa skripsi 1

mendaptkan persentase klasikal 94% pada siklus 4, sedangkan skripsi 2

mendapatkan persentase klasikal 83% yang menandakan bahwa hasil

153
penelitian skripsi 1 lebih baik dari pada hasil penelitian skripsi 2.

Perbedaan besaran peningkatan presentasi klasikal hasil belajar siswa

dipengaruhi oleh beberapa hal, faktor penyebab peningkatan presentasi

klasikal hasil belajar siswa pada kedua skripsi tersebut meliputi:

a. Dengan bimbingan guru dan menjelaskan materi pembelajaran

dengan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa, sehingga siswa

mudah menemukan poin-poin yang penting selama proses

pembelajaran dan mudah menjawab pertanyaan. Hal ini sejalan

dengan pendapat. Menurut Kurniasih dan Sani ( 2017:98) salah satu

langkah-langkah model pembelajaran Word Square adalah

memberikan poin setiap jawaban pada kotak, sehingga mereka mudah

dalam menjawab pertayaan yang diberikan oleh guru. Peran model

pembelajaran juga tidak kalah penting dalam proses pembelajaran,

dengan pemilihan model pembelajaran yang tepat guru dapat

menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan menyenangkan.

Pendapat ini juga sejalan dengan teori dari Trianto (2010: 51),

menyebutkan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan

atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan

pembelajaran di kelas.

4. Persamaan dan Perbedaan Aktivitas Guru

Berdasarkan dari penerapan model Group Investigation (GI),

Numbered Heads Together (NHT) dan Word Square letak persamaan dan

154
perbedaan aktivitas guru pada skripsi I oleh Nurul Huda dan Skripsi 2 oleh

Dina Haudah adalah sebagai berikut:

a). Temuan persamaan pada aktivitas guru skripsi I dan skripsi 2 oleh

peneliti diantarannya yaitu :

(1) guru melakukan apersepsi terlabih dahulu sebelum masuk materi

pembelajaran, setelah memasuki materi pembelajaran guru

menyampaikan materi sesuai dengan kompetensi dan tujuan

pembelajaran serta menggunakan bahasa yang mudah di pahami

siswa. Menurut Adam (2003:3) menyatakan bahwa bahasa adalah

alat untuk berinteraksi atau sebagai alat untuk berkomunikasi,

dalam arti luas alat untuk menyampaikan fikiran, gagasan, konsep,

atau perasaan. dengan menggunakan bahasa yang mudah

dipahami. Sehingga sebuah gagasan atau konsep yang ingin

disampaikan kepada siswa tersampaikan.

(2) Guru membagi kelompok secara heterogen, memastikan siswa

mendapatkan nomor dan memberikan arahan yang jelas kepada

siswa dan ini merupakan pengelolaan kelompok kecil. Ini sejalan

dengan pendapat Shoimin (2016:80) yang menyatakan bahwa

langkah-langkah model Group Investigation (GI), ini adalah

termasuk guru membagi kelompok secara heterogen, guru

menjelaskan dan memanggil perwakilan ketua kelompok.

(3) Guru sebelum siswa mengarsir huruf terlebih dahulu menanyakan

jawaban siswa, guru meminta pendapat kelompok lain terhadap

155
jawabaan temannya, setelah selesai guru memberikan motivasi

kepada siswa namun guru memberikan bimbingan dalam

mengarsir jawaban. Ini merupakan sama persis pendapat

Kurniasih dan Sani (2017:97) mengenai model Word Square lebih

mirip dengan teka-teki silang akan tetapi perbedaan mendasar

adalah model ini sudah memiliki jawaban, namun disamarkan

jawabannya dan adanya motivasi dari guru untuk membimbing

dan mengaksir jawaban yang ditulis siswa. Penggunaan model

pembelajaran ini mengharuskan siswa untuk menjawab

pertanyaan dan mencocokkan jawaban pada kolom-kolom

jawaban yang dibuat oleh guru dan dengan model ini membuat

proses pembelajaran menjadi efektif dan siswa akan terlatih untuk

bersikap teliti serta kritis.

b). Temuan perbedaan pada aktivitas guru skripsi 1 dan skripsi 2 oleh

peneliti diantarannya yaitu :

(1) Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok

dengan sangat jelas yaitu untuk mengetahui pemahaman siswa

terhadap materi pembelajaran dan melatih siswa untuk bekerja

sama serta saling memberi pendapat masing-masing, terdapat pada

skripsi 2. Menurut Huda, (2011:3) menyatakan bahwa dalam

kelompok siswa saling berbagi informasi, ide – ide, gagasan

ataupun pendapat, Terhadap teman dan kelompok lainnya. Agar

156
temuan solusi terhadap permasalahan lebih mudah dipecahkan

akibat adanya kerja sama kelompok.

(2) Guru mudah dalam melakukan kontrol terhadap kelompok yang

mengalami kesulitan, kegiatan ini terdapat pada skripsi 1. Hal ini

sejalan dengan pendapat pendapat Suriansyah, dkk (2014:5) yang

menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran, guru tidak hanya

berperan sebagai model atau teladan bagi siswa yang diajarnya,

tetapi juga sebagai pengelola dalam pembelajaran (Manager

Learning). Sehingga guru lebih leluasa didalam menerapkan suatu

strategi dan model pembelajaran dikarenakan guru memegang

peranan kuasa penuh dalam pembelajaran baik dari segi bimbingan

maupun peraturan di dalam kelas. guru sudah membimbing dan

mengarahkan siswa secara berkelompok untuk melakukan

investigasi dengan menghampiri setiap anggota kelompok.

Menurut pendapat Shoimin (2016:81) mengenai permasalahan dan

investigasi dalam kelompok, Sehingga kelompok yang mengalami

kesulitan didalam menemukan solusi akan diketahui oleh guru.

(3) Guru sudah membimbing dan mengarahkan siswa secara

berkelompok untuk melakukan investigasi dengan menghampiri

setiap anggota kelompok, terdapat pada skripsi 2. Ini sejalan

dengan pendapat Shoimin (2016:81) menyatakan bahwa mengenai

permasalahan dan investigasi dalam kelompok, Sehingga

157
kelompok yang mengalami kesulitan didalam menemukan solusi

akan diketahui oleh guru.

(4) Guru telah memeriksa jawaban siswa, memberikan poin pada setiap

jawaban yang benar dan menjumlahkan semua poin yang diperoleh

setiap kelompok dan memberikan penghargaan kepada siswa

kegiatan ini terdapat pada skripsi 1. Hal ini sejalan dengan pendapat

pendapat Kurniasih dan Sani (2017:98). Mengenai langkah-

langkah model pembelajaran Word Square dan termasuk

memberikan poin setiap jawaban yang benar dan memberikan

penghargaan kepada siswa. Pemberian penghargaan atau reward

kepada siswa merupakan langkah utama menumbuhkan semangat

dalam hal evaluasi pembelajaran, tentu ini membangkitkan

motivasi peserta didik untuk menjawab perntanyaan yang

disediakan oleh guru.

5. Persamaan dan Perbedaan Aktivitas siswa

Berdasarkan dari penerapan model Group Investigation (GI),

Numbered Heads Together (NHT) dan Word Square letak persamaan dan

perbedaan aktivitas siswa pada skripsi I oleh Nurul Huda dan Skripsi 2 oleh

Dina Haudah adalah sebagai berikut:

a). Temuan persamaan pada aktivitas siswa skripsi I dan skripsi 2 oleh

peneliti yaitu :

158
(1) dengan mengikuti arahan guru, sehingga siswa mampu dalam

memecahkan masalah tersebut. Menurut pendapat Uno dan

Mohamad (2014:138), menyatakan bahwa untuk menciptakan

pembelajaran aktif, salah satunya adalah anak belajar dari

pengalamannya, selain anak harus belajar dari pengalamannya, anak

harus belajar memecahkan masalah yang di peroleh dari bimbingan

guru.

(2) Mendapat arahan dan motivasi dari guru sehingga siswa yang

bersangkutan telah berupaya memperbaiki giat lagi dalam proses

pembelajaran dan ingin menjadi yang terbaik. Menurut pendapat

(Prastika & Wahyudi, 2017). menyatakan bahwa motivasi adalah

merupakan elemen penting agar siswa serius dan giat dalam belajar,

dengan demikain tentunya siswa akan mau terlibat aktif pada proses

pembelajaran.

b). Temuan perbedaan pada aktivitas siswa skripsi I dan skripsi 2 oleh

peneliti yaitu :

(1) guru melakukan tanya jawab terkait materi pembelajaran dengan

melibatkan media pembelajaran, sehingga siswa antusias dalam

menjawab pertanyaan tersebut yang terdapat pada skripsi 2. Hal ini

sejalan dengan pendapat (Suriansyah, 2017). Guru di tuntut untuk

mampu mencipatakan suasana belajar dengan baik dan mengelola

kelas dengan efektif hal tersebut menjadi unsur pembeda dalam

pelaksanaan aktivitas guru pada sesi tanya jawab pada model

159
pembelajaran kooperatif dan menggunakan media pembelajaran

yang beragam, mulai dari visual, Audio dan Audio visual yang

memanfaatkan alat-alat teknologi.

(2) Mendapat arahan dari guru yang maksimal dalam membimbing,

sehingga siswa mampu mempresentasikan hasil kerja kelompoknya

yang terdapat pada skripsi 1. Hal ini sejalan dengan pendapat

Fathurrohman (2015:16) yang menyatakan bahwa pembelajaran

sebenarnya adalah proses untuk membantu peserta didik untuk dapat

belajar dengan baik Pengertian ini memberikan pemahaman bahwa

peran guru adalah sebagai fasilitator dan pembimbing siswa, dalam

mendorong siswa untuk belajar dalam lingkungan kooperatif

sehingga siswa mampu mempresentasikan hasil diskusi

kelompoknya. Sedangkan pada skripsi 2 guru kurang maksimal

dalam membimbing.

6. Persamaan dan Perbedaan Hasil Belajar Siswa

Berdasarkan dari penerapan model Group Investigation (GI),

Numbered Heads Together (NHT) dan Word Square letak persamaan dan

perbedaan hasil belajar siswa pada skripsi I oleh Nurul Huda dan Skripsi 2

oleh Dina Haudah adalah sebagai berikut:

a. Temuan persamaan pada aktivitas siswa skripsi I dan skripsi 2 oleh

peneliti yaitu, dengan bimbingan guru dan menjelaskan materi

pembelajaran dengan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa,

sehingga siswa mudah menemukan poin-poin yang penting selama

160
proses pembelajaran dan mudah menjawab pertanyaan. Hal ini sejalan

dengan pendapat. Menurut Kurniasih dan Sani ( 2017:98) salah satu

langkah-langkah pembelajaran word square adalah memberikan poin

setiap jawaban pada kotak, sehingga mereka mudah dalam menjawab

pertayaan yang diberikan oleh guru.

b. Temuan perbedaan pada aktivitas siswa skripsi I dan skripsi 2 oleh

peneliti yaitu :

1) Guru mengimplementasikan kombinasi model Group Investigation

(GI), Numbered Head Together (NHT) dan Word Square sehingga

semua siswa sudah terlihat terbiasa dengan pembelajaran kombinasi

model pembelajaran yang diterapkan guru selama pembelajaran,

sehingga siswa juga terlihat aktif mengikutinya, tampa ada rasa malu

lagi ataupun takut mengemukakan pendapat dan juga lingkungan

pembelajaran menjadi kondusif terdapat pada skripsi 1 . Menurut

Creswell (2009), menyatakan bahwa kombinasi model merupakan

pendekatan dalam penelitian yang mengkombinasikan atau

menghubungkan antara metode penelitian kuantitatif dan kualitatif.

Dengan ini dapat diketahui secara jelas data yang di kumpulkan

secara kualitatif kemudian dituangkan ke dalam matematis untuk

mengetahui keaktifan siswa dan mampu guru dalam menciptakan

lingkungan belajar yang kondusif.

2) Guru menggunakan instrumen penilaian mendiskusikan dan

mempresentasikan kepada siswa, dengan penilaian yang sudah

161
tertera dibuku guru terdapat pada skripsi 1. Menurut arikunto

(2010:203) menyatakan bahwa instrumen merupakan alat bantu

yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatanya

mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan

dipermudah olehnya.

Dapat disimpulkan bahwa dari uraian jenis penilaian hasil

belajar siswa pada skripsi 1 Nurul Huda peneliti menggunakan 3 aspek

penilaian yaitu: kognitif, afektif dan Psikomotorik. Sedangkan pada

skripsi 2 Dina Haudah hanya menggunakan 1 aspek penilaian yaitu

aspek kognitif.

7. Kelebihan dan kekurangan Group Investigation (GI), Numbered Heads

Together (NHT) dan Word Square pada dua buah hasil skripsi oleh

Nurul Huda dan Dina Haudah.

a. Kelebihan

1) Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok

dengan sangat jelas yaitu untuk mengetahui pemahaman siswa

terhadap materi pembelajaran dan melatih siswa untuk bekerja sama

serta saling memberi pendapat masing-masing, Terdapat pada

skripsi 2. Menurut Huda, (2011:3) menyatakan bahwa dalam

kelompok siswa saling berbagi informasi, ide–ide, gagasan ataupun

pendapat, Terhadap teman dan kelompok lainnya.

2) guru melakukan tanya jawab terkait materi pembelajaran dengan

melibatkan media pembelajaran, sehingga siswa antusias dalam

162
menjawab pertanyaan tersebut terdapat pada skripsi 2. Hal ini

sejalan dengan pendapat (Suriansyah, 2017). Guru di tuntut untuk

mampu mencipatakan suasana belajar dengan baik dan mengelola

kelas dengan efektif hal tersebut menjadi unsur pembeda dalam

pelaksanaan aktivitas guru pada sesi tanya jawab pada model

pembelajaran kooperatif dan menggunakan media pembelajaran

yang beragam, mulai dari visual, Audio dan Audio visual yang

memanfaatkan alat-alat teknologi.

3) Guru mudah dalam melakukan kontrol terhadap kelompok yang

mengalami kesulitan Terdapat pada skripsi 1. Hal ini sejalan dengan

pendapat pendapat Suriansyah, dkk (2014:5) yang menyatakan

bahwa dalam proses pembelajaran, guru tidak hanya berperan

sebagai model atau teladan bagi siswa yang diajarnya, tetapi juga

sebagai pengelola dalam pembelajaran (Manager Learning).

4) Guru sudah membimbing dan mengarahkan siswa secara

berkelompok untuk melakukan investigasi dengan menghampiri

setiap anggota kelompok, Terdapat pada skripsi 2. Ini sejalan

dengan pendapat Shoimin (2016:81) mengenai permasalahan dan

investigasi dalam kelompok, Sehingga kelompok yang mengalami

kesulitan didalam menemukan solusi akan diketahui oleh guru.

5) Guru telah memeriksa jawaban siswa, memberikan poin pada setiap

jawaban yang benar dan menjumlahkan semua poin yang diperoleh

setiap kelompok dan memberikan penghargaan kepada siswa.

163
Mnurut Kurniasih dan Sani (2017:98). Mengenai langkah-langkah

model pembelajaran Word Square dan termasuk memberikan poin-

poin setiap jawaban yang benar dan memberikan penghargaan

kepada siswa. Terdapat pada skripsi 1,

6) guru memuat ke tiga aspek belajar yaitu kognitif, afektif dan

psikomotorik pada skripsi 1.

b. kekurangan

1) Guru tidak ada menjelaskan maksud pembelajaran pada skripsi 1.

2) Guru tidak ada melibatkan media dalam pembelajaran dan hanya

melakukan tanya jawab saja terdapat pada skripsi 1,

3) guru tidak mudah dalam melakukan kontrol terdapat pada skripsi 2

4) guru hanya memberikan poin-poin saja tetapi tidak memberikan

penghargaan/reward kepada siswa terdapat pada skripsi 2.

5) guru tidak ada memuat hasil belajar siswa yaitu afektif dan

psikomotorik, hanya ada hasil kognitif saja yang terdapat pada

skripsi 2.

164
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis komparatif penerapan kombinasi model

Group Investigation, Numbered Heads Together (NHT) dan Word Square pada

muatan PPKn Tema Kayanya Negeriku pada kelas IV Sekolah Dasar Negeri

maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan

kombinasi model Group Investigation (GI), Numbered Heads Together

(NHT) dan Word Square pada muatan PPKn Tema Kayanya Negeriku pada

Kelas IV Sekolah Dasar Negeri pada dua buah skripsi telah terlaksana

sesuai dengan harapan dan berhasil memperoleh skor yang memuaskan

dengan kriteria sangat baik. Dari hasil analisis komparatif yang telah

dilakukan peneliti dapat disimpulkan bahwa aktivitas guru pada skripsi 1

lebih baik dibandingkan dengan aktivitas guru pada skripsi 2. Hal ini

dikarenakan perbedaan perolehan skor yang diperoleh pada kedua skripsi,

Pada skripsi 1 oleh Nurul Huda guru mendapatkan skor akhir 37 yang

termasuk dalam kreteria sangat baik, sedangkan skripsi 2 oleh Dina Haudah

guru medapatkan skor akhir 31 yang juga termasuk dalam kreteria sangat

baik yang menunjukan bahwa skripsi 1 memiliki perolehan skor lebih tinggi

dari skripsi 2.

2. Aktivitas siswa dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan

kombinasi model Group Investigation (GI), Numbered Heads Together

165
(NHT) dan Word Square pada muatan PPKn Tema Kayanya Negeriku pada

Kelas IV Sekolah Dasar Negeri pada dua buah skripsi telah terlaksana

sesuai dengan harapan dan berhasil memperoleh skor yang memuaskan

dengan kriteria sangat baik. Dari hasil analisis komparatif yang telah

dilakukan peneliti dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa pada skripsi 1

lebih baik dibandingkan dengan aktivitas siswa pada skripsi 2. Hal ini

dikarenakan perbedaan perolehan presentasi klasikal aktivitas siswa yang

diperoleh kedua skripsi yaitu pada skripsi 1 oleh Nurul Huda siswa

mendapatkan presentasi klasikal 89%yang termasuk dalam kreteria sangat

baik sedangkan pada skripsi 2 oleh Dina Haudah siswa mendapkan

presentasi klasikal 88% yang juga termasuk dalam kreteria sangat baik

menunjukan bahwa perolehan presesntasi klasikal aktivitas siswa pada

skripsi 1 lebih tinggi dibandingkan dengan presesntasi klasikal aktivitas

siswa pada skripsi 2

3. Hasil kognitif siswa dalam pelaksanakan pembelajaran menggunakan

kombinasi model Group Investigation (GI), Numbered Heads Together

(NHT) dan Word Square pada muatan PPKn Tema Kayanya Negeriku pada

Kelas IV Sekolah Dasar Negeri pada dua buah skripsi telah terlaksana

sesuai dengan harapan dan berhasil memperoleh skor yang memuaskan

dengan kriteria sangat baik. Dari hasil analisis komparatif yang telah

dilakukan peneliti dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada skripsi

1 lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar siswa pada skripsi 2. Hal ini

dikarenakan perbedaan perolehan presentasi klasikal hasil belajar kognitif

166
siswa yang diperoleh kedua skripsi yaitu pada skripsi 1 oleh Nurul Huda

siswa mendapatkan presentasi klasikal 94% yang termasuk dalam kreteria

sangat baik sedangkan skripsi 2 oleh Dina Haudah siswa mendapkan

presentasi klasikal 83% yang juga termasuk dalam kreteria sangat baik yang

menunjukan bahwa perolehan presesntasi klasikal hasil belajar siswa pada

skripsi 1 lebih tinggi dibandingkan dengan presesntasi klasikal hasil belajar

siswa pada skripsi 2.

4. Perbedaan dan persamaan aktivitas guru pada kedua buah skripsi yaitu

terdapat perbedaan pada beberapa sintak langkah aktivitas guru, perbedaan

pada persentase ketercapaian aktivitas guru dan perbedaan pada beberapa

faktor penyebab meningkatnya skor aktivitas guru. Sedangkan persamaan

pada aktivitas guru yaitu terdapat persamaan pada beberapa sintak langkah

aktivitas guru, persamaan pada peningkatan persentase ketercapaian

aktivitas guru menuju arah yang lebih baik dan persamaan pada beberapa

faktor penyebab meningkatnya skor aktivitas guru.

5. Perbedaan dan persamaan aktivitas siswa pada kedua buah skripsi yaitu

terdapat perbedaan pada beberapa sintak langkah aktivitas siswa dan

perbedaan pada persentase klasikal aktivitas siswa. Sedangkan persamaan

pada aktivitas guru yaitu terdapat persamaan pada beberapa sintak langkah

aktivitas guru, persamaan pada peningkatan persentase ketercapaian

aktivitas guru menuju arah yang lebih baik dan persamaan pada faktor

penyebab peningkatan klasikal aktivitas siswa.

167
6. Perbedaan dan persamaan hasil belajar siswa pada kedua buah skripsi yaitu

terdapat perbedaan pada jumlah penilaian hasil belajar siswa dan perbedaan

pada persentase klasikal hasil belajar siswa. Sedangkan persamaan pada

salah satu jenis penilaian yang digunkan pada kedua buah skripsi,

persamaan pada peningkatan persentase klasikal hasil belajar siswa menuju

arah yang lebih baik dan persamaan pada faktor penyebab peningkatan

klasikal hasil belajar siswa

7. Kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanakan pembelajaran

menggunakan kombinasi model Group Investigation (GI), Numbered

Heads Together (NHT) dan Word Square pada muatan PPKn Tema

Kayanya Negeriku pada Kelas IV Sekolah Dasar Negeri pada dua buah

skripsi diantaranya yaitu. a) Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan

tugas kelompok dengan sangat jelas yaitu untuk mengetahui pemahaman

siswa terhadap materi pembelajaran dan melatih siswa untuk bekerja sama

serta saling memberi pendapat masing-masing. kekurangannya pada skripsi

1 tidak ada menjelaskan maksud pembelajaran. b) guru melakukan tanya

jawab terkait materi pembelajaran dengan melibatkan media pembelajaran,

sehingga siswa antusias dalam menjawab pertanyaan tersebut terdapat pada

skripsi 2. Kekurangan pada skripsi 1 Guru tidak melibatkan media dalam

pembelajaran dan hanya melakukan tanya jawab saja. c) Guru mudah dalam

melakukan kontrol terhadap kelompok yang mengalami kesulitan terdapat

pada skripsi 1. Kekurangannya pada skripsi 2 tidak mudah dalam

melakukan kontrol. d) Guru sudah membimbing dan mengarahkan siswa

168
secara berkelompok untuk melakukan investigasi dengan menghampiri

setiap anggota kelompok terdapat pada terdapat pada skripsi 2.

Kekurangannya pada skripsi 1 tidak ditemukan melakukan investigasi

dengan menghampiri setiap anggota kelompok. e) Guru telah memeriksa

jawaban siswa, memberikan poin pada setiap jawaban yang benar dan

menjumlahkan semua poin yang diperoleh setiap kelompok dan

memberikan penghargaan kepada siswa terdapat pada skripsi 1,

kekurangannya pada skripsi 2 guru hanya memberikan poin-poin saja tetapi

tidak memberikan penghargaan/reward kepada siswa. f) guru memuat ke

tiga aspek belajar yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.guru pada skripsi

1, kekurangannya pada skripsi 2 tidak ada memuat hasil belajar siswa yaitu

afektif dan psikomotorik, hanya ada hasil kognitif saja.

B. Saran

169
DAFTAR PUSTAKA

Agus Suprijono . (2010). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Media.


Ali Mudlofir. (2012). Pendidikan Profesional. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Creswell, J. W. (2009). Education Research: Planning, Conducting, and
Evaluating Qualitative Reseacrh . New Jersey: Person.
Daryanto & Rahardjo, M. (2012). Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta:
Gava Media.
Fathurrahman, M. (2015). Model-Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Ar-
ruzz Media.
Hamalik , O. (2014). Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Hamalik, O. (2014). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hamalik, O. (2014). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hamdayama, J. (2014). Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan
Berkarakter. Bogor: Ghalia Indonesia.
Huda, M. (2011). Cooperative Learning: Metode, Teknik, Struktur dan Model
Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Huda, M. (2015). Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran . Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
Karwati, E. (2014). Manajemin Kelas. Bandung: Alfabeta.
Kunandar. (2010). Guru Profesional dalam Implementasi Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: PT Rajawali Pers.
Kurniasih, I. (2017). Ragam Pengembangan Model Pembelajaran untuk
Peningkatan Profesionalitas. Jakarta: Kata Pena.
Mahmud, H. (2015). Administrasi Pendidikan (Menuju Sekolah Efektif).
Makassar: Penerbit Aksara Timur.
Mudjiono, D. &. (2015). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Mulyasa, E. (2011). Standar Kompetensi dan Sertifikat Guru . Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Ngalimun. (2012). Strategi dan Model Pembelajaran . Banjarmasin: Aswaja
Pressindo.

170
Rusman. (2011:322). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan
Profesionalisme Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Rusman. (2016). Model-Model Pembelajaran. Jakarta : Rajawali Pers.
Rusman, d. (2011). Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Jakarta: Rajawali Pers, PT. Raja Grafindo Persada.
Sardiman. (2012). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar . Jakarta: PT Raja
Grafindo.
Shoimin, A. (2014). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Shoimin, A. (2016). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.


Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Sumantri, S, M. (2015). Strategi Pembelajaran: Teori dan Praktek di Tingkat
Pendidikan Dasar . Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Suprijono. (2012). Cooperative Learning : Teori dan Aplikasi Paikem.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Suriansyah, A. (2011). Landasan Pendidikan . Banjarmasin: Comdes Kalimantan.
Suriansyah, Ahmad , d. (2014). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Susanto, A. (2013). Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Kencana.
Widyastuti, A. (2020). Manajemen Berbasis Sekolah Konsep, Strategi dan
Perencanaan. Jakarta: Yayasan Kita Menulis.

171
172

Anda mungkin juga menyukai