Anda di halaman 1dari 13

UJI BOBOT KERING KECAMBAH NORMAL

LAPORAN

Disusun Oleh :
Golongan N2/Kelompok 2

Putri Maulidya Fitri 211510101003


Alifia Dia Ayu Anindia 211510101015
Imam Aditya Agung Mulyono 211510101026
Riza Azizatul Khumairoh 211510101045

PROGRAM STUDI AGRONOMI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2023
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengujian viabilitas benih melalui pendekatan fisologis dilakukan dengan
mengamati gejala pertumbuhan benih tersebut. Tolak ukur yang digunakan untuk
pengujian tersebut misalnya daya berkecambah benih yang penentuan presentase
kecambah normal dari benih yang diuji. Viabilitas benih juga dapat dinilai
berdasarkan kemampuannya dalam pembentukan biomassa kecambah yang diukur
berdasarkan bobot kering kecambah. Lot benih yang viabilitasnya lebih tinggi akan
mampu menghasilkan bobot kering kecambah lebih besar. Pengukuran bobot kering
kecambah merupakan tolak ukur yang lebih kuantitatif dan obyektif. Penyimpanan
benih menjadi salah satu Upaya untuk mempertahankan viabilitas dan vigor benih
pada periode simpan tertentu. Faktor yang menentukan kemunduran benih selama
periode simpan adalah suhu jika penyimpanan benih pada suhu rendah memiliki
daya kecambah lebih tinggi dari pada disimpan pada suhu tinggi. Suhur uang
kurang lebih 26 derajat celcius memberikan hasil kecambah normal total sebebsar
58,67% Dimana bahwa benih yang memiliki kecapatan perkecambahan tinggi
memiliki viabilitas tinggi yang daya tumbuh dapat diperoleh >80%, sedangkan
viabilitas benih rendah memiliki daya tumbuh <60% (Afriansyah dkk., 2021).
Pertumbuhan kecambah yang baik dapat terlihat dari bobot kering dan dipengaruhi
oleh cepatnya akar menjangkau air pada media sehingga meningkat pertambahan
ukuran maupun panjang akar tanaman (Siregar dkk., 2023). Selain itu pemberian
media kertas untuk perkecambahan benih menjadi pengontrol proses imbibisi
karena dalam proses perkecambahan yang lebih baik mampu meningkatkan bobot
kering kecambah (Siregar dkk., 2023).

1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk menguji viabilitas benih dengan tolak ukur
bobot kering kecambah dari 2 lot benih padi.

1
BAB 2. METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu oven, desikator, timbangan
dan kamera. Bahan yang digunakan yaitu benih kedelai viabilitas dan viabilitas
rendah, amplop putih, kertas buram, label, plastik dan semprotan berisi aquades.

2.2 Prosedur Pelaksanaan

1. Tanam benih padi dengan metode ½ UKDdp, 25 butir setiap gulung dan
2. dikecambahkan dalam alat pengecambah benih
3. Setiap taraf perlakuan terdiri dari 3 ulangan
4. Penyemprotan dilakukan pada hari ketiga
5. Hitung daya berkecambah benih pada hari ke-14
6. Setelah pengamatan daya berkecambah, lakukan pengukuran bobot kering
kecambah normal dengan cara sebagai berikut: Buang kotiledon/testa yang
masih menempel dengan hati-hati
7. Masukkan kecambah yang sudah dibuang kotiledon/testanya ke dalam
kantong
8. kecambah/amplop
9. Masukkan kantong berisi kecambah dalam keadaan terbuka ke dalam oven
suhu 60 °C selama 3 x 24 jam
10. Selanjutnya masukkan kantong dalam desikator, tunggu sampai dingin dan
timbang kecambah (g)
11. Laporan berkelompok, dikumpulkan secara lengkap mulai dari cover,
pendahuluan, bahan dan metode secara rinci, hasil dan pembahasan,
kesimpulan, Daftar Pustaka.

2
BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
Tabel 1. Data Hasil Daya Berkecambah Dan Bobot Kering Kecambah Normal
Lot Benih Ulangan Hitungan Hitungan Daya BKKN
1 2 Berkecambah (g)
(%)
Viabilitas U1 17 1 72% 0,14
Tinggi U2 19 0 76% 0,16
U3 19 1 84% 0,17
Rata-rata 77,3% 0,156
Viabilitas U1 0 0 0% 0
Rendah U2 1 0 4% 0
U3 0 0 0% 0
Rata-rata 1,3% 0

Berdasarkan tabel diatas perlakuan kedelai kedelai viabilitas tinggi


menunjukkan hasil persentase rata-rata daya berkecambah sebesar 77,3%,
sedangkan pada viabilitas rendah memiliki rata-rata daya berkecambah sebesar
1,3%. Selain itu, pada parameter lain yaitu bobot kering kecambah normal terlihat
bahwa perlakuan viabilitas tinggi dengan nilai sebesar 0,156 lebih besar daripada
viabilitas rendah yang bernilai sebesar 0.

3.2 Pembahasan
1. Korelasi daya kecambah dengan bobot kering kecambah normal (BKKN) dan
faktor yang mempengaruhi nilai BKKN
Benih erat kaitannya dengan daya kecambah karena bertujuan untuk
mengetahui tingkat kecambah dari suatu benih apakah bagus atau tidak. Oleh sebab
itu, biasanya produsen-produsen benih menguji daya kecambah tiap benih sehingga
memperoleh informasi nilai penanaman di lapangan. Daya kecambah secara umum
merupakan tolok ukur kemampuan benih untuk berkecambah atau berkembang
dalam kondisi lingkungan yang optimum (Sopian dkk., 2021). Daya kecambah
benih ini dipengaruhi yaitu periode/masa simpan, kadar air, suhu, dan masih banyak
lagi. Hal itu dapat mengakibatkan ketersediaan cadangan makanan di dalam benih
terhambat ataupun berkurang dan proses perkecambahan tidak berjalan maksimal

3
(Manambangtua dan Hidayat, 2022). Selain itu, terdapat bobot kering kecambah
normal (BKKN) yang juga digunakan oleh produsen benih sebagai pengujian dalam
menentukan kualitas benih. Bobot kering kecambah normal adalah suatu tolok ukur
tingkat viabilitas benih atau kemampuan benih berkecambah pada kondisi optimum
yang menggambarkan kandungan jumlah cadangan makanan di dalam benih
sehingga akan berkecambah maksimal ketika kondisi lingkungan sekitarnya sesuai
(Mora dkk., 2022). Nilai BKKN yang tinggi pada suatu benih berarti bahwa benih
melakukan proses metabolisme secara efektif sebab tercukupinya cadangan
makanan dan berakibat ukuran kecambah sekaligus bobotnya meningkat. Faktor
yang mempengaruhi tingkat BKKN hampir sama dengan daya kecambah seperti
suhu dan masa simpan benih. Benih yang berkualitas tentu memiliki nilai BKKN
yang tinggi dan mengindikasikan besarnya laju pertumbuhan tanaman/tumbuh
secara normal.
Korelasi antara daya kecambah dengan bobot kering kecambah normal
(BKKN) yakni berkorelasi positif yang artinya semakin tinggi daya kecambah
benih maka semakin tinggi pula nilai bobot kering kecambah normal (BKKN). Hal
itu disebabkan oleh nilai BKKN yang menggambarkan banyaknya cadangan
makanan di dalam benih dan ini berarti tercukupinya cadangan makanan benih
untuk melakukan metabolisme perkecambahan secara efisien. Pemanfaatan
cadangan makanan di dalam benih yang efisien, akan membuat bobot kering
kacambahnya lebih tinggi (Harsono dkk., 2021). Nilai BKKN benih yang tinggi
dapat menjadi acuan dalam penentuan kualitas benih bahwa benih memiliki daya
kecambah tinggi dan viabilitas benih maksimal sehingga benih mampu
berkecambah serta tumbuh dengan struktur lengkap secara normal (Mariani dkk.,
2023).
Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN) pada suatu benih terdapat
faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya seperti suhu dan masa atau periode
simpan. Adanya suhu dapat mempengaruhi nilai BKKN benih karena suhu yang
terlalu tinggi ataupun rendah mengakibatkan nilai bobotnya menurun. Suhu yang
meningkat menyebabkan respirasi akan terus berjalan di dalam benih dan itu sejalan
dengan berkurangnya cadangan makanan sehingga menurunkan nilai BKKN benih

4
sekaligus kualitasnya (Rosyadita dkk., 2023). Apabila suhu semakin rendah, maka
benih beresiko mengalami freezing injury yang dapat merusak struktur dalam
ataupun luar benih. Faktor selanjutnya yaitu masa simpan benih yang
mempengaruhi nilai BKKN benih. Masa simpan dengan nama lain lot benih
umumnya dilakukan oleh produsen-produsen benih untuk menyimpan benih secara
aman agar kualitasnya terjaga. Namun, benih dengan masa simpan terlalu lama
membuat nilai BKKN nya menurun sebab penurunan aktivitas enzim dan
perombakan di dalam benih yang berakibat kualitas benih terkait pertumbuhan
hingga daya kecambahnya menjadi menurun. Hal itu sejalan dengan hasil penelitian
Pangastuti dkk. (2019) bahwa semakin lama benih disimpan maka semakin
menurun nilai bobot kering kecambah normal pada benih.
2. Perbedaan Persentase Daya Kecambah dan berat BKKN antara Lot Tinggi dan
Lot Rendah pada Benih Padi
Hasil daya kecambah dan BKKN pada lot tinggi memberikan persentase
terbaik dibanding dengan lot rendah. Hal tersebut, mengindikasikan bahwa lot
tinggi memiliki viabilitas yang tinggi dan lot rendah memiliki viabilitas yang
rendah. Faktor yang mempengaruhi daya kecambah ada 2 yaitu faktor internal dan
eksternal. Faktor internal antara lain seperti tingkat kemasakan, kualitas benih,
ukuran, dormansi, serta penghambat perkecambahan, sedangkan faktor eksternal
yaitu seperti suhu, aur, oksigen, dan cahaya (Saragi dkk., 2020). Lot tinggi memiliki
konduktivitas yang tinggi yang dianggap memiliki viabilitas tinggi, sedangkan lot
rendah memiliki konduktivitas rendah yang dianggap memiliki viabilitas rendah.
Kondisi tersebut diduga karena status mutu dan umur simpan dari benih lot tinggi
lebih bagus dibanding dengan lot rendah. Penggunaan benih yang bermutu
selanjutnya akan menghasilkan daya kecambah dan BKKN yang tinggi. Benih padi
merupakan benih ortodok yang memiliki kadar air rendah yang dapat diturunkan
hingga 10% sehingga umur masa simpan padi cukup lama. Viabilitas benih dapat
menurun pada saat masa penyimpanan, sejalan dengan waktu semakin lama maka
viabilitas juga akan menurun (Perdana dkk., 2023). Hal yang menyebabkan
penurunan viabilitas tersebut yaitu dari tempat penyimpanannya seperti suhu dan
kelembaban. Kelembaban yang rendah menyebabkan perpindahan uap air dari

5
bahan yang akan menyebabkan penurunan kadar air terhadap benih (Fachuri dkk.,
2019). Lot tinggi dengan viabilitas atau daya kecambah yang tinggi dan ikuti
dengan BKKN yang tinggi diduga memiliki masa simpan yang cukup baik dari
tempat penyimpanan maupun cara penyimpanannya. Berbeda dengan lot rendah
yang diduga tempat penyimpanan kurang sesuai dan sudah memasuki masa akhir
dari penyimpanan karena menghasilkan daya kecambah dan BKKN yang rendah.

6
BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Nilai BKKN yang tinggi pada benih menyebabkan ukuran kecambah dan
bobotnya meningkat namun, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya
seperti suhu dan daya simpan. Korelasi antara daya kecambah dengan bobot kering
kecambah normal (BKKN) yakni berkorelasi positif yang artinya semakin tinggi
daya kecambah benih maka semakin tinggi pula nilai bobot kering kecambah
normal (BKKN). Pada benih dibedakan menjadi 2 lot benih yaitu lot tinggi
memiliki konduktivitas yang tinggi yang dianggap memiliki viabilitas tinggi,
sedangkan lot rendah memiliki konduktivitas rendah yang dianggap memiliki
viabilitas rendah. Lot tinggi yang diikuti dengan BKKN memiliki masa simpan
yang baik sedangkan lot rendah diikuti BKKN kurang sesuai dan daya kecambah
yang rendah.
4.2 Saran
Benih kedelai yang digunakan untuk praktikum sebaiknya menggunakan
benih bersertifikat agar daya berkecambah benih bagus dan tidak akan munculnya
ulat akibat terlalu lama disimpan saat menggunakan moetode UKDdp.

7
DAFTAR PUSTAKA

Afriansyah, M., Ermawati, E., Pramono, E., & Nurmiaty, Y. (2021). Viabilitas benih
dan vigor kecambah empat genotipe sorgum (Sorghum bicolor [L.]
Moench) pasca penyimpanan 16 bulan. Jurnal Agrotek Tropika, 9(1), 129-
136.

Fachruri, M., Muhidong, J., dan Sapsal, M. T. (2019). Analisis pengaruh suhu dan
kelembaban ruang terhadap kadar air benih padi di gudang penyimpanan
PT. Sang Hyang Seri. Jurnal Agritechno, 131-137.

Harsono, N. A., F. M. Bayfurqon, dan E. Azizah. (2021). Pengaruh periode simpan


dan konsentrasi ekstrak bawah merah (Allium Cepa L.) terhadap viabilitas
dan vigor benih timun apel (Cucumis Sp.). Jurnal Ilmiah Wahana
Pendidikan. 7(5): 14-26.

Manambangtua, A. P., dan T. S. Hidayat. (2023). Pengaruh Penyiraman terhadap


Kecepatan Berkecambah dan Daya Kecambah Benih Kelapa Dalam.
In Seminar Nasional Lahan Suboptimal. 10(1): 736-741.

Mariani, A. P., A. Herwati, dan N. Haerani. Invigorasi benih kedelai (Glycine max
L. Merril) melalui perlakuan matriconditioning dan agen hayati. J. Agrotan.
9(2): 33-40.

Mora, Y. F., M. Rafli, I. Ismadi, F. Faisal, dan N. Nilahayati. (2022). Uji


perkecambahan benih jagung manis (Zea mays saccharata Sturt) pada
berbagai media kertas menggunakan alat perkecambahan benih F&F
manual germinator. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Agroekoteknologi. 1(3): 58-
62.

Pangastuti, D., K. Setiawan, E. Pramono, dan N. Sa'diyah. (2019). Pengaruh suhu


ruang dan lama penyimpanan terhadap vigor benih dan kecambah sorgum
varietas super-2. Agrotek Tropika. 7(3): 443-449.

8
Perdana, M. A., Moeljani, I. R., dan Soedjarwo, D. P. (2023). Pengaruh Masa
Simpan Dan Suhu Simpan Terhadap Viabilitas Dan Vigor Benih Coating
Kedelai. Jurnal Agrium, 20(1), 1-7.

Rosyadita, H. B., A. Zamzami, dan R. Diaguna. (2023). Pemilahan benih kedelai


(Glycine max (L.) Merr.) serta hubungan ukuran benih dengan mutu
benih. Jurnal AGROSAINS dan TEKNOLOGI. 8(1): 1-10.

Saragi, E. W., Hagemur, S., dan Nuhuyanan, L. (2020). Daya Kecambah Biji
Lamtoro Leucaena lecocephala cv Tarramba dengan Perlakuan Perendaman
Air pada Suhu dan Umur Simpan yang Berbeda. In Prosiding Seminar
Nasional Teknologi Agribisnis Peternakan (Stap) (Vol. 7, Pp. 567-576).

Siregar, A. A., Rafli, M., Ismadi, I., Faisal, F., & Nasruddin, N. (2023). Uji
Perkecambahan Benih Kedelai (Glycine Max L. Merril) Pada Berbagai
Media Berbeda Menggunakan Alat Pengecambah Benih F&F Manual
Germinator. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Agroekoteknologi, 2(2), 45-49.

Siregar, K., Faisal, F., Handayani, R. S., Rafli, M., & Ismadi, I. (2023). Uji
Perkecambahan Benih Kedelai (Glycine Max L. Merril) Pada Berbagai
Media Kertas Menggunakan Alat Pengecambah Benih F&F Manual
Germinator. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Agroekoteknologi, 2(2), 36-40.

Sopian, K. A., N. Nurmauli, Y. C. Ginting, E. Ermawati. (2021). Pengaruh varietas


dan pelembaban pada viabilitas benih kedelai (Glycinemax[L] Merrill)
pasca simpan tujuh belas bulan. inovasi pembangunan. Jurnal Kelitbangan.
9(3): 327-340.

9
LAMPIRAN

Lot tinggi suhu ruang U1 hitungan 1 dan 2

Lot tinggi suhu ruang U2 hitungan 1 dan 2

Lot tinggi suhu ruang U3 hitungan 1 dan 2

10
Lot rendah U1 hitungan 1 dan 2

Lot rendah U2 hitungan 1 dan 2

BKKBN Lot tinggi U1

BKKBN Lot tinggi U2

11
BKKBN Lot tinggi U3

BKKBN Lot rendah U2

12

Anda mungkin juga menyukai