Anda di halaman 1dari 27

PENGENALAN KEMIKALIA LABORATORIUM DAN PERSIAPAN

LARUTAN UNTUK ISOLASI DNA

Oleh :
Golongan N1/Kelompok 4B
Putri Maulidya Fitri 211510101003
Ahmad Zaki Naufal 221510101083

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS PERTANIAN
AGRONOMI
JEMBER
2023
1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahan kimia yang terdapat di laboratorium memiliki tingkat resiko yaitu
berbahaya, beresiko pada tingkat yang cukup berbahaya bagi kesehatan pengguna
laboratorium maupun lingkungan. Jenis resiko yang dapat ditimbulkan pada bahan
kimia tersebut yaitu gatal-gatal, iritasi kulit, dapat menimbulkan ledakan, panas
yang dihasilkan dapat menyebabkan kebakaran, dan kerusakan ekosistem. Hal yang
dapat ditempuh untuk mengurangi resiko bahaya suatu bahan kimia yaitu dengan
melakukan identifikasi, evaluasi, dan mitigasi resiko (Subamia et al, 2019).
Terdapat 2 jenis bahan, yaitu bahan umum dan bahan khusus. Salah satu hal
yang paling sering mengakibatkan kecelakaan pada laboratorium adalah saat
menggunakan bahan kimia. Tidak ada bahan kimia yang sepenuhnya aman pada
laboratorium (Subamia et al.2019). Bahan kimia memiliki banyak dampak bahaya
untuk kesehatan. Umumnya yang sering terjadi adalah dermatosis kontak yang
disebabkan oleh bahan yang dapat menyebabkan iritan seperti contohnya amoniak.
Selain bahan yang dapat menyebabkan iritan, terdapat pula bahan yang dapat
menyebabkan korosi atau biasa disebut bahan korosif yang dapat menyebabkan
kerusakan jaringan yang permanen pada bagian yang terkontaminasi bahan ini.
Bahan terakhir adalah bahan toksik yaitu bahan yang jika tertelan, terhirup atau hal
lain yang dapat menyebabkan bahan tersebut masuk ke dalam tubuh akan
menyebabkan penyakit kronis atau bahkan bisa menyebabkan kematian.
Bahan kimia yang digunakan secara komersial atau yang digunakan oleh
peneliti dalam menunjang analisisnya pasti dilengkapi oleh simbol atau peringatan
akan bahaya dari bahan tersebut jika terjadi kontak langsung maupun tidak
langsung dengan manusia dan lingkungan. sehingga pengetahuan tentang simbol-
simbol tersebut harus dipahami oleh para peneliti atau orang yang menggunakan
bahan kimia.. Simbol yang terletak pada kemasan bahan kimia menjadikan kita
sebagai pengguna harus ekstra hati-hati, dengan tujuan menjaga keselamatan kita
2

dalam bekerja (khususnya siswa atau mahasiswa) dalam menggunakan bahan kimia
tersebut (Al-Zyoud et al.2019)
Pengenceran bahan kimia harus dilakukan dengan benar sesuai dengan
konsentrasi yang ditentukan. Oleh karena itu pengenceran larutan harus
dipersiapkan dengan baik seperti perhitungan larutan yang digunakan sampai
menjadi bahan terlarut. Pengenceran akan mudah apabila sudah menghitung
volume larutan yang sebelum diencerkan ataupun volume yang sudah diencerkan
(Astuti dkk., 2018).

1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami arti bahan
kemikalian dan simbol yang tertera pada setiap produk kemikalian yang digunakan
di laboratorium bioteknologi supaya praktikan dapat meminimalisir dan
mengetahui cara pencegahannya.
3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bahan Kimia dan Karakteristiknya


Bahan kimia yang terdapat pada laboratorium dapat bersifat harmful,
irritant, toxic, very toxic, flammable, highly flammable, oxidizing, dangerous from
environment, explosive, inhalation dan poison. Bahan-bahan kimia yang terdapat
di laboratorium memiliki tingkat resiko yaitu berbahaya, beresiko pada tingkat yang
cukup berbahaya bagi kesehatan pengguna laboratorium maupun lingkungan. Jenis
resiko yang dapat ditimbulkan pada bahan kimia tersebut yaitu gatal-gatal, iritasi
kulit, dapat menimbulkan ledakan, panas yang dihasilkan dapat menyebabkan
kebakaran, dan kerusakan ekosistem. Hal yang dapat ditempuh untuk mengurangi
resiko bahaya suatu bahan kimia yaitu dengan melakukan identifikasi, evaluasi, dan
mitigasi resiko (Subamia et al, 2019).

2.2 Pelabelan Globally Harmonized System


Globally Harmonized System (GHS) merupakan sistem pengklasifikasian
dan memberi label pada bahan kimia menurut sifat bahaya intrinsiknya. Sejak tahun
1992 GHS menjadi satu landasan pengelolaan bahan kimia yang baik dan secara
konsisten menjadi agenda pembangunan berkelanjutan internasional. Disepakati
bahwa negara disorong untuk menerapkan GHS pada 2008 di bawah Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) namun,hingga saat ini adalah tidak jelas di mana,
bagaimana, dan sejauh mana GHS telah diterapkan dan faktor-faktor apa yang
paling baik menjelaskan perbedaan dalam cakupan implementasi (Persson et al,
2017).

2.3 Pengenceran Larutan


Pengenceran larutan adalah proses pembuatan larutan dari pekat menjadi encer.
Proses pengenceran terjadi dengan cara mengambil sedikit larutan yang
konsentrasinya diketahui, kemudian menambahkan cairan netral (seperti aquades)
untuk membuat larutan baru dengan volume lebih besar tetapi konsentrasi lebih
rendah. Pengenceran pada prinsipnya hanya menambahkan pelarut sehingga jumlah
4

mol zat terlarut sebelum pengenceran sama dengan jumlah mol zat terlarut sesudah
pengenceran. Pengenceran akan mudah apabila sudah menghitung volume larutan
yang sebelum diencerkan ataupun volume yang sudah diencerkan (Astuti dkk.,
2018).

2.4 Alkohol
Alkohol merupakan senyawa yang mempunyai satu bahkan lebih atom
hidrogen dalam alkana digantikan oleh sebuah gugus hidroksil. Alkohol memiliki
struktur hampir sama dengan air, akan tetapi terdapat pembeda yang terletak pada
satu hidrogen diganti dengan satu gugus alkil. Alkohol biasanya digunakan untuk
sterilisasi alat agar tidak terjadi kontaminasi serta untuk melarutkan senyawa yang
tidak bisa dilarutkan menggunakan air. Salah satu sifat dari alkohol yaitu memiliki
titik didih yang tinggi dari hidrokarbon lain sehingga ketika proses pemanasan
menjadi cepat ketika menggunakan alkohol (Rasyid dkk., 2021).
5

BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Mata Kuliah Bioteknologi Pertanian yang berjudul “Pengenalan
Kemikalia Laboratorium” dilaksanakan pada hari Jum’at, 8 September 2023 pukul
12.30-15.10 WIB dan praktikum yang berjudul “Persiapan Larutan untuk Isolasi
DNA” dilaksanakan pada hari Jum’at, 15 September 2023 pukul 12.30-15.10 WIB
bertempat di Laboratorium 1 Fakultas Pertanian Program Studi Agronomi.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
1. Handphone
2. Botol sprayer
3. Gelas beaker
4. Tabung ukur
3.2.2 Bahan
1. ATK
2. Aquadest
3. Alkohol 95%

3.3 Pelaksanaan Praktikum


Pelaksanaan kegiatan praktikum kemikalia diawali dengan pemaparan
materi tentang bahan kemikalia yang akan digunakan di laboratorium dan
penjelasan tentang GHS pictogram yang terdapat pada masing-masing bahan
kemikalia oleh asisten dosen. Selanjutnya para praktikan mendengarkan dan
memahami tentang pemaparan materi yang diberikan oleh asisten dosen. Setelah
pemaparan materi,kegiatan praktikum dilanjutkan dengan post test tentang materi
yang telah disampaikan.
Pelaksanaan praktikum persiapan larutan untuk isolasi DNA diawali dengan
belajar dan menghitung volume larutan asal yang akan diencerkan. Setelah itu,
6

membuat larutan pengenceran sesuai dengan hasil perhitungan tadi yaitu menakar
5 ml aquadest dan 15 ml aquadest.

3.4 Analisis Data


Analisis data yang digunakan pada praktikum mata kuliah Bioteknologi Pertanian
adalah analisis data kualitatif dengan menginterpretasikan hasil yang didapat pada
pengamatan secara deskriptif.
7

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Pengenalan simbol bahan kimia laboratorium berbahaya dalam analisis
tanaman dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
NO Gambar Nama Deskripsi
Simbol
1 Bahan Bahan bersifat
Beracun beracun yang ditandai
dengan notasi “toxic”,
dapat menyebabkan
(T) sakit serius bahkan
kematian bila tertelan
atau terhirup.
Cara Pencegahan :
Hindari kontak
langsung,
menggunakan
masker/sarung
tangan/kacamata saat
bekerja menggunakan
bahan ini.
8

2 Bahan Bahan bersifat


Sangat beracun yang ditandai
Beracun dengan notasi “very
toxic”, dapat
kerusakan kesehatan
(T+) akut atau kronis dan
bahkan kematian pada
konsentrasi sangat
rendah jika masuk ke
tubuh melalui
inhalasi.

Cara Pencegahan :
Hindari kontak
langsung, menggunakan
masker/sarung
tangan/kacamata saat
bekerja
menggunakan
bahan ini.

Bahan Bahan bersifat


Berbahaya berbahaya, dengan
notasi bahaya
“harmful” memiliki
(Xn) resiko merusak
kesehatan sedang jika
masuk ke tubuh
melalui inhalasi.
Cara Pencegahan :
Hindari kontak
langsung dengan
anggota badan
9

Bahan Bahan kimia


Berbahaya berbahaya bagi
untuk komponen
Lingkunga lingkungan, dapat
n menyebabkan
kerusakan ekosistem.
Cara Pencegahan :
(N) Hindari kontak
langsung atau
bercampur dengan
lingkungan yang dapat
membahayakan
mahluk hidup.

Bahan Bahan bersifat


Iritasi berbahaya yang
menyebabkan iritasi,
gatal-gatal dan
(Xi) menyebabkan luka
bakar pada kulit.
Cara Pencegahan :
Hindari kontak
langsung dengan
anggota badan (kulit,
mata) atau terhirup,
gunakan masker atau
sarung tangan.
10

Bahan Bahan bersifat korosif,


Korosif dapat merusak
jaringan hidup,
menyebabkan iritasi
(C) pada kulit, gatal-gatal
dan membuat kulit
mengelupas.
Cara Pencegahan :
Menggunakan sarung
tangan pada saat
bekerja dengan bahan
tersebut.

Bahan Bahan dan formulasi


Mudah dapat menyebabkan
Meledak luka bakar yang serius
dan kerusakan pada
mata.
(E)
Pencegahannya dengan
cara menghindarkan
dari panas, percikan api,
gesekan, dan benturan
yang dapat
menimbulkan panas/api.
11

Bahan Bahan dan formulasi


Mudah memiliki, penyalaan
Terbakar di bawah kondisi
atmosferik biasa atau
mempunyai titik nyala
(F) rendah
pencegahannya
dengan cara
menjauhkan bahan
dan formulasi dari api
dan bunga listrik

Bahan bahan dan formulasi


Sangat merupakan likuid
Mudah yang memiliki titik
Terbakar nyala sangat rendah.
cara pencegahannya
dengan cara
(F+) menjauhkan
bahan dari jangkauan
api dan bunga listrik
12

Bahan bahan dan formulasi


Mudah biasanya tidak mudah
Teroksidasi terbakar, tetapi dapat
terbakar bila kontak
dengan bahan mudah
(O) terbakar.
pencegahannya
dengan cara
menjauhkan dari
bahan yang mudah
terbakar dan di simpan
di botol yang gelap.

Bahaya Gas bahan atau formula


Bertekanan dapat mengikuti
jumlah larutan mulai
dari tidak berbahaya
hingga dapat
meledak.
pencegahannya
dengan cara disimpan
di ruangan tekanan
rendah agar bisa
disimpan dalam
keadaan cair
13

Karsinogeni bahan atau formula


k dapat menimbulkan
kerusakan saluran
pernafasan akut
apabila terhirup
bahkan menyebabkan
kematian
pencegahannya
dengan menggunakan
APD lengkap (sarung
tangan, masker, dan
kacamata)

Tris Menyebabkan iritasi


(Hydroxymet kulit, menyebabkan
hyl) iritasi mata yang
aminometha serius, dan dapat
ne menyebabkan iritasi
pernafasan.
Larutan buffer
Tris biasa digunakan
dalam berbagai
analisis dan prosedur
kimia termasuk
ekstraksi DNA dan
berfungsi menjaga pH
larutan.
Tris berinteraksi dengan
lipo- polisakarida yang
ada di membran luar
sel, dan membantu
permeabilitas membran.
14

β- Cairan yang mudah


Mercaptoeth terbakar. Beracun jika
anol tertelan atau jika
terhirup, berakibat
fatal jika kena kulit.
Menyebabkan iritasi
dan reaksi alergi kulit.
Menyebabkan
kerusakan mata yang
serius. Dapat
menyebabkan
kerusakan pada organ
(Hati, Jantung)
melalui paparan yang
lama atau berulang
jika tertelan. Sangat
beracun bagi
kehidupan akuatik
dengan efek jangka
panjang.
Berfungsi untuk
membersihkan sisa tanin
dan polifenol lainnya
yang terdapat pada
jaringan tanaman dalam
ekstraksi DNA.

Acetic Cairan dan uap yang


Acid mudah terbakar.
Glacia Menyebabkan luka
l bakar parah pada kulit
dan kerusakan mata.
Berfungsi untuk
menetralkan pH dan
menjaga untaian DNA
untuk renature
15

Ethylenediam Menyebabkan iritasi


ine kulit (menimbulkan
Tetraacetic ruam/rasa terbakar),
Acid iritasi serius pada
Disodium
Salt mata, iritasi hidung
(EDTA) dan tenggorokan, dan
dapat merusak ginjal.
Berfungsi melindungi
DNA dari enzim
degradatif (yakni
DNAse). EDTA
mengikat kation divalen
yang diperlukan untuk
aktivitas DNA

Phenol Beracun jika tertelan,


(C6H5OH) terkena kulit, atau jika
terhirup.
Menyebabkan luka
bakar kulit yang parah
dan kerusakan mata.
Diduga menyebabkan
cacat genetik. Dapat
menyebabkan
kerusakan pada organ
(Sistem saraf, ginjal,
hati, kulit) melalui
paparan yang lama
atau berulang.
Beracun bagi
kehidupan akuatik
dengan efek jangka
panjang.
Digunakan untuk
melakukan denaturasi
protein, membantu
menghilangkan protein
dan lipid nonpolar dari
larutan.
16

Chlorofor Berbahaya jika


m tertelan. Menyebabkan
(CHCl3) iritasi kulit.
Menyebabkan iritasi
mata yang serius.
Beracun jika terhirup.
Menyebabkan kantuk
atau pusing. Diduga
menyebabkan kanker.
Diduga merusak bayi
yang belum lahir.
Menyebabkan
kerusakan pada organ
(Hati, Ginjal) melalui
paparan yang lama
atau berulang jika
tertelan.
Mencegah pemotongan
DNA selama proses
isolasi berlangsung.
Kloroform juga
berperan dalam
melarutkan lipid serta
menghilangkan protein-
protein lainnya dari
DNA.
17

Isoamyl Bahan kimia yang


Alcohol berbahaya jika
terhirup serta bahan
kimia ini mudah
terbakar dan
menyebabkan iritasi
pernapasan. Paparan
yang berulang
menyebabkan kulit
kering atau pecah-
pecah.
Berfungsi untuk
mencegah fosgen
(CoCl2) dari reaksi
kloroform (CH3Cl)
dengan udara

Iso- Bahan kimia yang


Propanol sangat mudah
terbakar,
menyebabkan iritasi
mata yang serius serta
menyebabkan kantuk
atau pusing.
Berfungsi penting pada
tahap presipitasi DNA,
dengan mengikat
molekul H2O sehingga
DNA tidak ikut larut
dalam air, serta
purifikasi DNA dari
kontaminan protein,
sehingga
DNA membentuk
seperti serat.
18

Ethanol Bahan kimia yang


sangat mudah
terbakar,
menyebabkan iritasi
mata yang serius.
Berfungsi untuk
presipitasi DNA, dan
sebagai agen dehidrasi,
ethanol akan mengikat
molekul H2O sehingga
proses presipitasi
(pengendapan) DNA
dapat berlangsung serta
membantu
menghilangkan sisa
garam dan SDS dari
preparasi.

Sodium Bahan berupa padatan


Dodecyl yang mudah terbakar,
Sulfate menyebabkan iritasi
(SDS) kulit, kerusakan mata
yang serius.
Berfungsi untuk
memecah membran lipid
dan melarutkan protein
seluler.
19

Ethidium Bahan yang jika


Bromide tertelan menyebabkan
(ETBR) cacat genetik.
Berfungsi untuk
visualisasi DNA setelah
elektroforesis, sebagai
zat pewarna.

4.1.2 Pengenceran Larutan


V1 x M1=V2 x M2
Keterangan:
V1 = Merupakan Volume Larutan Pekat (L)
M1 = Merupakan Konsentrasi Larutan Pekat (M)
V2 = Merupakan Volume Larutan Encer (L)
Dari rumus diatas, dihitung jumlah volume larutan. Berdasarkan praktikum ini,
terjadi pembuatan larutan 20 ml menjadi 70% dan 92% dengan volume larutan yang
akan diencerkan sebesar 95%.
70%=V1= (V2 x M2)/ M1
V1=(70 x 20)/95=14,7=15 ml (aquadest: 20-15=5 ml)
92%= V1= (V2 x M2)/ M1
V1=(92 x 20)/95=19 ml= (aquadest: 20-19=1 ml)
20

4.2 Pembahasan
Kemikalia adalah zat murni atau campuran beberapa elemen kimia.
Kemikalia atau yang sering disebut dengan bahan kimia umumnya mempunyai
beberapa jenis. Jenis tersebut dapat dibedakan dari segi nama dan simbol yang
tertera di label produk bahan kimia tersebut. Simbol tersebut menjelaskan cara
menyimpan, cara pembuangan hingga cara mengatasi apabila kontak langsung
dengan bahan kimia yang berbahaya. Penyimpanan bahan kimia harus disesuaikan
dengan wujud zat, konsentrasi zat hingga kemudahan zat tersebut menguap. Bahan
yang dapat bereaksi dengan plastik sebaiknya disimpan dalam botol kaca.
Sedangkan bahan yang dapat bereaksi dengan kaca sebaiknya disimpan dalam botol
plastik. Selain itu, bahan yang dapat berubah wujud ketika terkena matahari
langsung harus disimpan dalam botol gelap dan diletakkan dalam lemari tertutup.
Apabila terdapat Bahan berbahaya dan bahan korosif, sebaiknya disimpan terpisah
dari bahan lainnya. Pengambilan bahan kimia dari botol secukupnya saja sesuai
kebutuhan, dan sisa bahan praktikum disimpan dalam botol kecil, jangan
dikembalikan ke dalam botol induk, bertujuan untuk menghindari rusaknya bahan
dalam botol induk (Sidik dkk., 2018).
Kemikalia dalam penggunaannya harus hati-hati agar tidak terjadi
kecelakaan kerja saat di laboratorium. Apabila terjadi kecelakaan kerja, maka
diperlukan penanganan secara cepat agar nyawa seseorang tetap tertolong.
Kecelakaan kerja saat di laboratorium sangat beragam mulai dari keracunan bahan
kimia berbahaya, terhirup gas beracun, dan terkena zat kimia yang bersifat korosif.
Beberapa kecelakaan tersebut memiliki cara penanganan yang berbeda-beda.
Keracunan bahan kimia berbahaya dengan tidak sengaja tertelan, maka korban
diberikan minum susu atau air minum sekitar 2 sampai 4 gelas. Setelah itu, korban
segera diperiksa ke dokter untuk menghindari kelanjutan dampak yang
ditimbulkan. Gas beracun yang terhirup oleh seseorang di laboratorium dapat
menimbulkan kematian tanpa disadari. Maka korban harus menyadari tanda-tanda
keracunan seperti pusing dan mengantuk. Ketika tanda keracunan disadari, korban
segera menghirup udara segar dari luar yang dapat dilakukan dengan membuka
jendela laboratorium agar udara dari luar masuk ke laboratorium sehingga gas
21

beracun di dalam laboratorium dapat dikeluarkan atau korban segera langsung


keluar dari laboratorium untuk menghirup udara segar di luar. Kecelakaan dengan
tidak sengaja terkena kontak langsung dari bahan kimia yang bersifat korosif dapat
ditangani dengan membilas bagian yang terkontak menggunakan air mengalir.
Pembilasan tersebut dilakukan untuk memperlambat dampak yang ditimbulkan.
Ketika pembilasan sudah cukup maka korban segera dibawa ke dokter untuk
penanganan medis lebih lanjut. Tingkat keracunan seorang korban mulai dari
keracunan rendah, sedang, dan tinggi tergantung seberapa lama korban terpapar.
Semakin lama korban terpapar bahan kimia, maka keracunan bahan kimia tersebut
sudah dalam tahap tinggi. Penanganan apabila terjadi kecelakaan sangat penting,
akan tetapi pencegahan lebih baik dilakukan untuk terhindar dari kecelakaan akibat
kelalaian ketika di dalam laboratorium. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah
dengan memakai jas laboratorium, menggunakan masker dan sarung tangan lateks
serta berhati-hati dalam penggunaan bahan kimia (Usman, 2022).
Persiapan larutan sebelum isolasi DNA bersifat wajib. Larutan yang
disiapkan tidak hanya diambil di dalam laboratorium saja, akan tetapi diperlukan
pengenceran. Pengenceran larutan tidak boleh hanya dicampur air biasa tanpa
adanya perhitungan. Hal tersebut dikarenakan semakin perhitungan larutan tidak
sesuai maka larutan dapat menjadi terlalu encer bahkan terlalu pekat. Berdasarkan
hasil perhitungan, didapatkan hasil nilai V1 untuk larutan 70% adalah 15 ml dengan
aquadest 5 ml. Sedangkan nilai V1 untuk larutan 92% yaitu 19 ml dengan aquadest
1 ml.
22

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Upaya menghindari kemungkinan terjadinya potensi bahaya di tempat kerja,
maka para pekerja laboratorium perlu mengetahui sumber-sumber bahaya di
laboratorium, simbol-simbol bahan kimia berbahaya dan kegiatan laboratorium
yang dapat menimbulkan kecelakaan. Bahan bakar meliputi bahan mudah terbakar,
bersifat racun, korosif, tidak stabil, sangat reaktif, dan gas yang berbahaya.
Penggunaan senyawa yang bersifat karsinogenik dalam industri maupun
laboratorium merupakan masalahyang signifikan, baik karena sifatnya yang
berbahaya maupun cara yang ditempuh dalam penanganannya.

5.2 Saran
Penggunaan alat-alat laboratorium harus secara hati-hati dan rutin pemeliharaan
serta melakukan kalibrasi pada alat-alat tersebut dengan tujuan mempertahankan
keakuratan. Dan melakukan sosialisasi kepada mahasiswa pertanian khususnya
agronomi dengan tujuan mahasiswa mampu mengetahui nama alat dan fungsinya
dengan baik.
23

DAFTAR PUSTAKA

Al-Zyoud, W., Qunies, A. M., Walters, A. U., & Jalsa, N. K. 2019. Perceptions of
chemical safety in laboratories. Safety, 5(2), 21.
Astuti, N. P Widya., Suaniti, N. M., Mustika, I G. 2018. Validasi Metode Dalam
Penentuan Kadar Etanol Pada Arak Menggunakan Kromatografi Gas
Detektor Ionisasi Nyala. Jurnal Kimia, 12 (2).
Persson, L., Karlsson-Vinkhuyzen, S., Lai, A., Persson, Å., & Fick, S. (2017). The
globally harmonized system of classification and labelling of chemicals—
explaining the legal implementation gap. Sustainability, 9(12), 2176.
Rasyid, N. Q., Muawanah, M., & Suardi, S. 2021. Metode Sederhana Untuk
Mendeteksi Keracunan Alkohol Dalam Saliva. Jurnal Media Analis
Kesehatan, 12(2), 86-93.
Sidik, W. A., Sunardi, Supriyanto. 2018. Model Manajemen Persediaan Dan
Kontrol Kemikalia Di Laboratorium Kimia Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Jenderal Soedirman. Jurnal Pembelajaran
Kimia, 3(2), 31-34.
Subamia, I. D. P., , I. G. N. Sriwahyuni., dan N. N. Widiasih. 2019. Analisis Resiko
Bahan Kimia Berbahaya di Laboratorium Kimia Organik. Jurnal Matematika,
Sains dan Pembelajaranya, 13 (1) : 49-70.
Usman, M., & Tejamaya, M. (2022). Penilaian Risiko Inhalasi Penggunaan Bahan
Kimia pada Air Umpan Boiler di Fasilitas Produksi Minyak dan Gas di PT X.
Promotif: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 12(1), 23-35.
24

LAMPIRAN
25
26

Anda mungkin juga menyukai