Latar belakang
Tujuan
Pratikum ini bertujuan mengetahui sifat-sifat bahan kimia dan cara bekerja
dengan bahan kimia yang digunakan serta mengidentifikasi sifat bahaya dari bahan
tersebut dan cara penanganan pertama jika terjadi kecelakaan di laboratorium.
MATERI DAN METODE
Materi
Alat yang digunakan berupa kertas dan pena. Sedangkan bahan yang
digunakan adalah semua bahan kimia yang ada di laboratorium terpadu fakultas
peternakan institute pertanian bogor
Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum adalah dengan cara melihat dan
mengetahui sifat bahan kimia pada label yang telah tersedia pada botol atau wadah
bahan kimia yang telah disediakan.
Hasil
Berikut adalah table berupa data bahan kimia organic yang telah diperoleh
saat praktikum berlangsung yang akan disajikan di bawah ini.
Pembahasan
Pengenalan terhadap zat merupakan hal yang sangat penting dan suatu
keharusan bagi siapa saja yang berada dalam lingkungan zat (terutama di
laboratorium atau gudang kimia) atau yang akan mengemas, menggunakan atau
memperlakukan zat itu dalam pekerjaan tertentu. Kemampuan ini sangat penting
dan sangat membantu bagaimana orang itu seharusnya dan sebaiknya berbuat
sehingga diri dan lingkungannya tetap bersih, sehat dan aman di samping
pekerjaannya menjadi lebih lancar dan cermat (Mulyono, 2005).
Bekerja di laboratorium kimia akan berhadapan dengan bahan kimia setiap saat.
Setiap bahan kimia memiliki sifat yang berbeda yang membutuhkan penanganan
tertentu. Sifat bahan kimia umumnya berbahya, mengiritasi, toksik dan mudah
terbakar. Sedapat mungkin kontak bahan kimia dengan kulit, pencernaan,
pernafasan harus dihindari (Wardiyah, 2008). Sumber-sumber bahaya yang perlu
diwaspadai selama di laboratorium kimia meliputi; bahan kimia yang mudah
terbakar, beracun, korosif, mudah meledak dan kersinogenik. Kemudian alat-alat
sumber panas yang rentan terhadap kebakaran dan sengatan listrik seperti kompor,
alat pemanasan, oven, lampu dan sebagainya. Dan alat-alat gelas yang mudah pecah
yang berpotensial melukai tubuh serta pemanas air atau minyak yang dapat
memercik (Wardiyah, 2008).
Bahan kimia memiliki berbagai macam karakter. Beberapa di antaranya
mudah meledak, korosif, pengoksidasi, beracun, mudah terbakar, menyebabkan
iritasi, dan sebagainya. Karakteristik yang berbeda-beda mengharuskan
penggunanya mengetahui karakteristik-karakteristik bahan-bahan kimia tersebut.
Kesalahan penanganan akan berakibat fatal bagi pengguna, sarana dan prasarana,
masyarakat sekitar, dan lingkungan. Setelah pengetahuan tentang karakterisitik
tersebut, hal lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat bahaya yang ditimbulkan
suatu bahan kimia. Tingkat bahaya dimaksud difokuskan untuk bahan kimia
berwujud cairan yang dikenal dengan konsentrasi. Bahan kimia akan berbeda
dengan adanya perbedaan konsentrasi. Perbedaan konsentrasi akan berpengaruh
langsung terhadap tingkat bahaya bahan kimia tersebut. Bahan kimia
berkonsentrasi rendah umumnya lebih aman dibanding dengan bahan kimia
berkonsentrasi tinggi. Namun, tidak selamanya demikian. Beberapa bahan kimia
tetap berbahaya bahkan pada konsentrasi rendah sekalipun. Hal ini yang
menyebabkan tingkat kompleksisitas penanganan bahan kimia tergolong rumit.
Kompleksitas ini mengharuskan penggunanya memiliki beragam keterampilan
sehingga keamanan kimia yang baik dapat terwujud.
Kemasan suatu zat dapat mengandung satu bahkan lebih lambang yang
menandakan bahaya bukanlah berarti bahwa zat yang bersangkutan aman atau
bebas bahaya; setiap bahan atau reagen kimia harus berhati-hati didalam
memperlakukannya. Umumnya bahan kimia bersifat racun bagi tubuh bila masuk
kedalam tubuh melalui oral (lewat tangan tidak bersih atau luka). Megenal dulu
sebelum berhubungan langsung dengan zat yang bersangkutan akan memberikan
rasa aman bekerja; dan rasa takut atau sikap hati-hati yang berlebihan dalam
memperlakukan suatu zat merupakan tindakan yang tidak perlu (Mulyono 2005).
Simbol-simbol bahan kimia berlaku universal untuk seluruh dunia dan dirancang
oleh sekelompok ahli bahan-bahan kimia berbahaya. Simbol-simbol ini digunakan
oleh ILO (International Labour Organization) pada tahun 1956 untuk menarik
perhatian atas resiko dari bahan-bahan kimia tersebut. Beberapa simbol atau
lambang berupa gambar dapat diganti dengan satu atau dua buah huruf. Lambang
huruf ini juga berlaku universal.
Pada pengenalan bahan ada banyak sifat yang dimiliki bahan kimia. Setiap
bahn kimia memiliki sifat yang berbeda yang membutuhkan penanganan tertentu.
Sifat bahan kimia umumnya berbahaya, mengiritasi, toksik dan mudah terbakar.
Sedapat mungkin kontak bahan kimia dengan kulit, pencernaan dan pernafasan
harus dihindari. Demi keselamatan kerja di laboratorium perlu dipahami simbol
yang menyertai setiap bahan kimia yang terdapat pada wadahnya. Simbol-smbol
tersebut diperlukan untuk mengetaui sifat bahan sehingga memudahkan
penanganannya. Berikut ini beberapa simbol yang umum kita jumpai pada wadah
bahan kimia (Wardiyah, 2008) :
a. Mudah Terbakar (Flammable)
Simbol untuk bahan kimia yang mempunyai titik nyala rendah, mudah terbkar
dengan api bunsen, permukaan metal panas atau loncatan bunga. Bahan mudah
terbakar dapat berwujud gas dan cairan yang mudah menguap atau bahan padat
dalam bentuk debu dapat meledak (meledak) jika tercampur atau terdispersi dengan
udara. Contohnya, logam Na, K, P. Penanganan bahan berbahaya dapat dilakukan
dengan cara hindarkan dari api, nyala, loncatan bunga api dan panas (Wardiyah,
2008).
b. Bahan Mudah Teroksidasi (Oxidizing)
Bahan kimia bersifat pengoksidasi, dapat menyebabkan kebakaran dengan
menghasilkan panas saat kontak dengan bahan organik dan bahan pereduksi.
Contohnya KClO4, H2O2. Penanganan bahan yang mudah teroksidasi dapat
dilakukan dengan cara hindarkan dari bahan organik yang mudah atau dapat
terbakar, panas dan api (Wardiyah, 2008).
c. Bahan Mudah Meledak (Explosive)
Bahan kimia yang mudah meledak dengan adanya panas atau percikan bunga
atau percikan bunga api, gesekan atau benturan. Contohnya KClO3 TNT,
NH4NO3. Penaganan bahan kimia yang mudah terbakar dapat dilakukan dengan
cara hindarkan dari tumbukan, benturan, gesekan, panas, loncatan api dan sumber
nyala lain bahkan tanpa oksigen atmosferik (Wardiyah, 2008).
d. Bahan Korosif
Bahan korosif dilambangkan dengan C. Produk ini dapat merusak jaringan
hidup, menyebabkan iritasi pada kulit, gatal-gatal bahkan dapat menyebabkan kulit
mengelupas. Contohnya, HCl, NaOH, H2SO4. Penanganan bahan kimia yang
bersifat korosif dapat dilakukan dengan cara hindarkan kontak dengan kulit, mata
dan pernafasan (Wardiyah, 2008).
e. Bahan Beracun (Toxic)
Bahan kimia yang bersifat beracun atau toxic dapat menyebabkan kematian
atau sakit yang serius bila terhirup, tertelan atau terabsorpsi melalui kulit.
Contohnya, metanol dan benzena. Penaganan bahan kimia yang bersifat beracun
dapat dilakukan denagn cara hindarkan kontak dengan tubuh lewat kulit, mulut dan
pernafasan (Wardiyah, 2008).
f. Bahan Bahaya Iritasi (Harmful Irritant)
Bahan kimia yang mudah mengiritasi belambang I. Bahan kimia ini dapat
menyebabkan gatal-gatal, peradangan saluran Contohnya, NaOH, Cl2 dan
C6H5OH. Penanganan bahan kimia iritasi dapat dilakukan dengan cara hindarkan
kontak dengan kulit dan mata, serta jangan menghirup uapnya (Wardiyah, 2008).
Asam adalah spesi yang dapat membentuk ikatan kovalen dengan akseptor
pasangan elektron bebas dari spesi yang lain, sedangkan basa adalah spesi yang
dapat membentuk ikatan kovalen melalui donor pasangan elektron bebas kepada
spesi yang lain (Syukri S, 1999). Jenis kecelakaan yang dapat terjadi di
laboratoriumdan membutuhak pertolongan pertama adalah terkena larutan asam,
terkena logam natrium atau kalium, terkena bromin, luka bakar akibat benda panas,
terkena percikan larutan asam pada mata, terkena percikan larutan basa pada mata,
tergores saat praktikum, keracunan zat melalui pernafasan. Jika terkena asam: kulit
segera dihapuskan dengan kapas atau lap halus, dicuci dengan air mengalir
sebanyak-banyaknya. Selanjutnya cuci dengan 1% Na2CO3, kemudian cuci lagi
dengan air, keringkan dan olesi dengan salep levertran, jika terkena natrium atau
kalium: logam yang nempel segera diambil pakai pinset, kulit dicuci dengan air
mengalir kira-kira selama 15-20 menit, netralkan dengan larutan 1% asam asetat,
dikeringkan dan olesi dengan salep levertran atau luka ditutup dengan kapas steril
atau kapas yang telah dibasahi asam pikrat. Jika terkena bromin: segera dicuci
dengan larutan amonia encer, luka tersebut ditutup dengan pasta Na2CO3. jika
terkena benda panas (luka bakar): diolesi dengan salep minyak ikan atau levertran,
dicelupkan ke dalam air es secepat mungkin atau dikompres sampai rasa nyeri agak
berkurang, jika terkena percikan larutan asam: mata dapat dicuci dengan air bersih
kira-kira 15 menit terus-menerus, dicuci dengan larutan 1% Na2CO3, jika terkena
larutan basa: dicuci dengan air bersih kira-kira 15 menit terus-menerus, dicuci
dengan larutan 1% asam borat dengan gelas pencuci mata, jika tergores benda
tajam: membersihkan luka dengan alkohol, memberikan obat merah/ betadine pada
luka secara perlahan balut dengan kain kasa, jika keracunan zat kimia karena
menghirup Cl2, HCl, SO2, NO2, formaldehid, ammonia: menghindarkan korban
dari lingkungan zat tersebut, kemudian pindahkan korban ke tempat yang berudara
segar. Jika korban tidak bernafas, segera berikan pernafasan buatan dengan cara
menekan bagian dada atau pemberian pernafasan buatan dari mulut ke mulut korban
(Tim Supervisi Ditjen Dikti, 2002).
SIMPULAN
Dantjie P.R., Baju W., Suroto. (2016). Perbedaan Pengetahuan, Sikap, dan Praktik
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Laboratorium antara Mahasiswa
Program Studi D3 dan S1 pada Institusi Pendidikan di Semarang. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 4(2).
Harefa N. (2018). Hubungan Motivasi Belajar Terhadap Keterampilan Pemecahan
Masalah Siswa Pada Metode Praktikum. Jurnal Selaras, 1(1) pp. 28-38.
Mulyono. 2005. Membuat Reagen Kimia di Laboratorium. Jakarta : Bumi Aksara.
Sangi M.S., Adey, T., (2018). Keselamatan dan Keamanan Laboratorium IPA.
Jurnal MIPA UNSRAT, 7(1).
Syukri dan Sadijah Achmad. 1999. Kimia Dasar 2. ITB : Bandung
Tim Supervisi Ditjen Dikti. (2002). Bahan Ajar Pelatihan Manajemen
Laboratorium. Jakarta: Ditjen Dikti
Wardiyah. 2008. Praktikum Kimia Dasar. Kemenkes RI : Jakarta
LAMPI RAN