Anda di halaman 1dari 18

Laporan Praktikum ke-2 Hari/Tanggal : Kamis/ 23 Februari 2020

Teknik Labtoratorium Nutrisi dan Tempat Praktikum : Lab. Terpadu


Teknologi Pakan Nama Asisten :
1. Lina Roikhatul jannah/ D24160011
2. Virda Sofia Rohmawati/ D24160036
3. Nursaadah Syahro Fitriyah/ D24160048
4. Laily Rinda Ardani/ D24160057

GOOD LABOLATORY PRACTICE (GLP)


KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM
PENGENALAN SIMBOL BAHAN KIMIA

Dimas Harya Winata


D24170123
Kelompok 2/G2

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2020
PENDAHULUAN

Latar belakang

Danjtie (2016) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa terdapat


perbedaan signifikan antara pengetahuan, sikap, dan praktik keselamatan dan
kesehatan kerja laboratorium kimia. Keselamatan dan kesehatan kerja laboratorium
kimia merupakan salah satu indikator sikap keamanan kimia. Sangi (2018)
mengungkapkan bahwa keselamatan dan keamanan laboratorium harus menjadi
prioritas dalam pembelajaran yang bersifat praktik. Laboratorium yang merupakan
tempat berlatih secara langsung menjadi sangat krusial bagi praktikannya.
Keselamatan dan keamanan laboratorium merupakan syarat mutlak dan indikator
utama terhadap laboratorium. Harefa (2018) menyatakan bahwa pembelajaran di
laboratorium dapat meningkatkan keterampilan pemecahan masalah siswa maupun
motivasi siswa tersebut. Dengan banyaknya manfaat yang diperoleh dari
pembelajaran berbasis laboratorium, maka keselamatan dan keamanan
laboratorium yang baik harus terealisasi.
Keamanan kimia tergolong dalam beberapa bagian. Namun, kriteria
keamanan pertama untuk skala laboratorium adalah penyimpanan bahan kimia
tersebut. Penting untuk diperhatikan bahwa penyimpanan bahan kimia sangat
krusial, setidaknya ada tiga hal yang sangat dipengaruhi oleh penyimpanan bahan
kimia antara lain adalah kemurnian bahan kimia, tingkat terjadinya bahaya, dan
efisiensi penggunaan waktu untuk mencari bahan kimia yang diinginkan.
Kemurnian bahan kimia identik dengan sifatnya yang mudah bereaksi. Kesalahan
penyimpanan memungkinkan terjadinya reaksi internal antar bahan kimia. Reaksi
tersebut menyebabkan bahan kimia tidak pada keadaan murni lagi. Ketidakmurnian
bahan kimia akan menyebabkan hasil percobaan/penelitian tidak dapat dipercaya
(tidak valid), dengan kata lain percobaan tersebut dapat dikatakan gagal. Tingkat
terjadinya bahaya berkaitan erat dengan sifat bahan kimia yang mudah meledak,
mudah terbakar, korosif, dan sebagainya. Kesalahan penyimpanan dapat
menyebabkan bahaya yang besar terhadap bahan kimia yang dapat berakibat fatal
bagi manusia dan lingkungan sekitar.
Penggabungan bahan kimia yang salah dapat mengindikasikan terjadinya
reaksi yang dapat menyebabkan kelebihan tekanan sehingga terjadi ledakan. Selain
terjadinya ledakan, kesalahan penyimpanan juga akan mempengaruhi konsentrasi.
Perubahan konsentrasi akan berbanding lurus dengan perubahan penanganan bahan
kimia tersebut. Keamanan kimia utama selain perlakuan terhadap bahan kimia
adalah prosedur bekerja dengan bahan kimia dan peralatan kimia. Bekerja dengan
bahan kimia merupakan salah satu pekerjaan rumit. Bahan kimia yang memiliki
karakter yang berbeda-beda tentu akan menentukan bagaimana cara kita bekerja
dengan bahan kimia tersebut. Untuk skala laboratorium dasar, ada beberapa yang
harus diperhatikan jika bekerja dengan bahan kimia. Pertama, bekerja dengan zat
yang toksisitas tinggi, bekerja dengan zat yang toksisitas tinggi harus memiliki
prosedur yang jelas, terperinci dan sudah tervalidasi. Zat toksisitas tinggi akan
merugikan pengguna laboratorium jika tidak ditangani dengan tepat. Zat yang
secara umum beracun ini kemungkinan akan menyebabkan keracunan dan bahkan
sampai pada kematian. Kedua, bekerja dengan bahan berbahaya hayati.
Bahan-bahan kimia berbahaya hayati merupakan bahan kimia yang sangat
ditakuti. Bahan-bahan kimia ini umumnya menyebabkan infeksi dan keracunan.
Dengan sifat yang demikian, maka diperlukan perlakuan tambahan untuk bekerja
dengan bahan-bahan ini. Perlakuan-perlakuan tersebut antara lain adalah
mengurangi potensi pembentukan aerosol, membebaskan permukaan dan peralatan
dari infeksi, penggunaan pengaman sekunder, dan mendekontaminasi limbah
penular sebelum dibuang. Ketiga, bekerja dengan bahan kimia yang mudah
terbakar. Bahan-bahan kimia ini umumnya menyebabkan kebakaran jika tidak
ditangani dengan tepat. Perlakuan-perlakuan tambahan yang dibutuhkan untuk
bekerja dengan bahan kimia demikian antara lain: menggunakan bahan kimia
seminim mungkin (sesedikit mungkin sesuai kebutuhan), mengurangi atau
menghilangkan bahan kimia yang mudah terbakar dan pengoksidasi, penggunaan
selimut gas lembam, memisahkan bahan dari operasi dan sumber penyulutan, dan
tidak memanaskan zat yang mudah terbakar. Keempat, bekerja dengan cairan
mudah terbakar. Hampir sama dengan bahan kimia mudah terbakar, bahan inipun
umumnya dapat menyebabkan kebakaran. Perlakuan-perlakuan tambahan yang
dibutuhkan untuk menangani bahan demikian, antara lain, menghindari pembuatan
konsentrasi uap yang mudah terbakar, wadah tetap tertutup, pelarutan uap yang
mudah terbakar dilakukan diruangan berventilasi, pemindahan bahan harus
dilakukan dalam tudung kimia laboratorium, pada teknik pelarutan, peralatan yang
digunakan harus tahan ledakan dan saluran pembuangan bahan harus disalurkan
kedalam tanah. Kelima, bekerja dengan senyawa reaktif dan eksplosif. Perlakuan-
perlakuan tambahan jika bekerja dengan bahan demikian antara lain adalah
penggunaan perangkat pelindung; penggunaan peralatan pelindung diri; pengujian
tetesan bahan dengan menggunakan suara yang direkam, pengujian elektrostatis,
penentuan kuantitas reaksi, dan melakukan operasi reaksi. Keenam, bekerja dengan
peroksida organik. Senyawa ini merupakan senyawa dengan stabilitas yang sangat
rendah sehingga tergolong dalam zat yang paling berbahaya yang biasanya
ditangani di laboratorium, terutama sebagai inisiator untuk reaksi radikal bebas.
Perlakuan-perlakuan tambahan jika bekerja dengan bahan demikian, antara
lain, pembatasan jumlah peroksida hingga jumlah minimal yang dibutuhkan, tidak
diperkenankan mengembalikan peroksida ke dalam wadah, mengurangi sensitivitas
sebagian besar peroksida terhadap kejutan dan panas dengan melarutkannya dengan
pelarut lembam, seperti hidrokarbon alifatik, tidak diperkenankan menggunakan
bahan kimia aromatik karena dapat menguraikan diasil peroksida, tidak
menggunakan larutan peroksida dalam pelarut yang mudah menguap, tidak
diperkenankan menggunakan spatula logam, menghindari sumber api, menghindari
gesekan, tekanan, dan segala bentuk benturan didekat peroksida, terutama
peroksida padat, dan menyimpan peroksida pada suhu terendah sesuai titik
bekunya.

Tujuan

Pratikum ini bertujuan mengetahui sifat-sifat bahan kimia dan cara bekerja
dengan bahan kimia yang digunakan serta mengidentifikasi sifat bahaya dari bahan
tersebut dan cara penanganan pertama jika terjadi kecelakaan di laboratorium.
MATERI DAN METODE

Materi

Alat yang digunakan berupa kertas dan pena. Sedangkan bahan yang
digunakan adalah semua bahan kimia yang ada di laboratorium terpadu fakultas
peternakan institute pertanian bogor

Metode

Metode yang digunakan dalam praktikum adalah dengan cara melihat dan
mengetahui sifat bahan kimia pada label yang telah tersedia pada botol atau wadah
bahan kimia yang telah disediakan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Berikut adalah table berupa data bahan kimia organic yang telah diperoleh
saat praktikum berlangsung yang akan disajikan di bawah ini.

Table 1 Jenis-jenis bahan kimia yang bersifat organik.


No Nama bahan Rumus kimia Simbol Keterangan keterangan
1 Lactophenolblue Beracun Gunakan
solution sarung
2 Formaldehyde H2CO tangan,
solution masker, jas
3 Trypane blue C34H28N6O14S4 lab dan
kaca mata.
Jangan
sampai
tertelan dan
bersifat
karsiogenik
4 Aceton C3H6O Mudah Gunakan
5 Ethanol C2H5OH terbakar sarung
tangan,
masker,
dan kaca
mata,
jauhkan
dari sumber
api
6 Lactic acid 90% C3H6O3 Korosif Berbahaya
7 Crotonic acid C4H6O2 bagi
8 Trichloro acid CCL3HOOH lingkungan
dan
perairan
dalam
jangka
Panjang,
hindari
kontakkan
kontak
langsung.
Gunakan
kaca mata,
jas lab dan
sarung
tangan.
9 Phenol C6H5OH Korosif Gunakan
dan sarung
beracun tangan,
masker,
dan kaca
mata
hindarkan
kontak
langsung
dengan
kulit.
10 Trichloro acetic CCL3COOH Korosif Gunakan
acid dan sarung
berbahaya tangan,
bagi masker,
lingkungan dan kaca
mata.
Hindari
kontak
langsung
dengan
kulit.
Berbahaya
bagi
lingkungan
dan
perairan
dalam
jangka
Panjang.
11 Methanol CH4O Beracun Gunakan
dan mudah sarung
terbakar tangan,
masker,
dan
hindarkan
dengan
sumber api,
berbahaya
bagi
lingkungan.
12 n Hexane CH3(CH)4 Mudah Gunakan
terbakar, sarung
berbahaya tangan,
dan masker,
berbahaya dan
bagi hindarkan
lingkungan dari sumber
api.
Berbahaya
bagi
lingkungan.

13 Kristalviolet C25H30CIN3 Berbahaya Gunakan


14 Methylene blue C14H15CIN3S sarung
tangan,
master, jas
lab, dan
berbahaya
saat
dihirup,
iritasi pada
kulit.
Berbahaya
jika
tertelan,
dapat
terjadi
iritasi dan
pada mata.
Table dibawah ini merupakan jenis bahan kimia anorganik. Parameter yang
diambil adalah nama bahan kimia, rumus kimia, symbol, keterangan dan keamanan
bahan kimia.

Table 2 Jenis bahan kimia anorganik


no Nama bahan Rumus simbol Keterangan Keamanan
1 Kalium KMnO4 Mudah Jauhkan dari
permangat teroksidasi sumber api,
gunakan
sarung
tangan,
masker
2 Kalium cyanid KCN Beracun Gunakan
sarung
tangan,
masker dan
menyebabkan
kangker
3 Silver nitrat AgNO3 Mudah Jauhkan dari
teroksidasi, sumber api,
korosif, berdampak
dan bahaya racun bagi
bagi lingkungan
lingkungan dan system
perairan,
hindari
kontak
langsung.
Gunakan
sarung
tangan,
masker, jas
lab
4 Potassium iodine KI Iritasi Gunakan
glanular goggles, jas
5 Calcium chloride CaCl.2H2O lab, sarung
dihydrate tangan,
beresiko
terkena mata,
berhati-hati
saat
menggunakan
. bilas air jika
terkena mata.
6 Sodium hydrogen NaHCO3 Berbahaya Gunakan
carbonat sarung
7 Diamonnium (NH4)2C2O4.H2O tangan,
oxalatmonohydrat masker,
8 Ammonia NH4OH jaslab, dan
solution goggle,
9 Iodine-sublimet I2 berbahaya
saat terhirup.
Iritasi pada
kulit,
berbahaya
jika tertelan.
10 Barriumchloride BaCl2.2H2O Berbahaya Gubakan jas
11 Iron (II) chloride FeCl.4H2O lab, goggles,
tetrahydrate dan sarung
12 Manganase (II) MnCl2.4H2O tangan.
chloride Hindari
tetrahydrate kontak
13 Iron (III) chloride FeCl3.6H2O langsung,
14 Iron (II) sulfat FeSO4 7H2O bilas dengan
heptahydrate air jika
terkena kulit.
15 Alumunium Al2(SO4)3.18H2O Iritasi Gunakan
sulphate-18- goggles, jas
hydrate lab, dan
16 Eisen (II) chlorid Cl2FeH8O4 sarung
tetrahydrate tangan.
17 Natriumdisulfit Na2O5S2 Hindari
18 Molybdatophos H3[P(MO3O10)4H2O] kontak
porsaure hudrat langsung,
bilas dengan
air jika
terkena kulit.
19 Calciumchloride CaCl2.2H2O Iritasi Gunakan
dihydrat goggles, jas
lab, dan
sarung
tangan. Bikas
dengan air
jika terkena
kulit secara
langsung.
20 Natrium carbonat Na2CO3 Iritasi Gunakan
sarung
tangan,
masker, dan
goggles.
Hindari
kontak
lanhgsung
21 Ammonium NH4Cl Berbahaya Gunakan
chloride sarung
tangan,
naseker dan
hindarkan
kontak secara
langsung
22 Sulfuric acid H2SO4 Korosif Gunakan
goggles, jas
lab dan
sarung
tangan.
Hindarkan
kontak
langsung,
bilas dengan
air jika
terkena.
23 Hidrolic acid NH4 Berbahaya Gunakan
fuming sarung
tangan,
masker dan
goggles.
Hindari
kontak
langsung
24 Sodium NaOH Korosif Gunakan
hydroxide goggles, jas
lab, dan
sarung
tangan.
Hindarkan
kontak
langsung,
bilas
langsung
dengan air
jika terkena.
25 Zinc (II) chlorid ZnCl22H2O Beracun Gunakan
dihydrat dan sarung
berbahaya tangan,
masker dan
goggles.
Jangan
tertelan.
26 Copper (II) CuSO4S.5H2O Iritasi dan Gunakan
sulfate berbahaya sarung
pentahydrate bagi tangan,
lingkungan goggles dan
jaslab.
Hindarkan
limbah dari
lingkungan
27 Sodium C12H25O4SNa Iritasi, Gunakan
dedocylsulfate mudah sarung
terbakar tsngsn,
dan korosif masker, dan
goggles.
Hindarkan
dari sumber
api. Bilas
dengan air
jika terkena
kulit.

28 Perchcloric acid HClO4 Mudah Gunakan


teroksidasi sarung
dan korosif tangan,
masker,
jaslab dan
goggles. Bilas
dengan air
jika terkena
29 Copper (II) CuSO4H2PO4 Berbahaya Gunakan
sulfate sarung
30 Ammonium NH4H2PO4 tangan,
phosphate goggles dan
monobasic jas lab.

Pembahasan

Pengenalan terhadap zat merupakan hal yang sangat penting dan suatu
keharusan bagi siapa saja yang berada dalam lingkungan zat (terutama di
laboratorium atau gudang kimia) atau yang akan mengemas, menggunakan atau
memperlakukan zat itu dalam pekerjaan tertentu. Kemampuan ini sangat penting
dan sangat membantu bagaimana orang itu seharusnya dan sebaiknya berbuat
sehingga diri dan lingkungannya tetap bersih, sehat dan aman di samping
pekerjaannya menjadi lebih lancar dan cermat (Mulyono, 2005).
Bekerja di laboratorium kimia akan berhadapan dengan bahan kimia setiap saat.
Setiap bahan kimia memiliki sifat yang berbeda yang membutuhkan penanganan
tertentu. Sifat bahan kimia umumnya berbahya, mengiritasi, toksik dan mudah
terbakar. Sedapat mungkin kontak bahan kimia dengan kulit, pencernaan,
pernafasan harus dihindari (Wardiyah, 2008). Sumber-sumber bahaya yang perlu
diwaspadai selama di laboratorium kimia meliputi; bahan kimia yang mudah
terbakar, beracun, korosif, mudah meledak dan kersinogenik. Kemudian alat-alat
sumber panas yang rentan terhadap kebakaran dan sengatan listrik seperti kompor,
alat pemanasan, oven, lampu dan sebagainya. Dan alat-alat gelas yang mudah pecah
yang berpotensial melukai tubuh serta pemanas air atau minyak yang dapat
memercik (Wardiyah, 2008).
Bahan kimia memiliki berbagai macam karakter. Beberapa di antaranya
mudah meledak, korosif, pengoksidasi, beracun, mudah terbakar, menyebabkan
iritasi, dan sebagainya. Karakteristik yang berbeda-beda mengharuskan
penggunanya mengetahui karakteristik-karakteristik bahan-bahan kimia tersebut.
Kesalahan penanganan akan berakibat fatal bagi pengguna, sarana dan prasarana,
masyarakat sekitar, dan lingkungan. Setelah pengetahuan tentang karakterisitik
tersebut, hal lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat bahaya yang ditimbulkan
suatu bahan kimia. Tingkat bahaya dimaksud difokuskan untuk bahan kimia
berwujud cairan yang dikenal dengan konsentrasi. Bahan kimia akan berbeda
dengan adanya perbedaan konsentrasi. Perbedaan konsentrasi akan berpengaruh
langsung terhadap tingkat bahaya bahan kimia tersebut. Bahan kimia
berkonsentrasi rendah umumnya lebih aman dibanding dengan bahan kimia
berkonsentrasi tinggi. Namun, tidak selamanya demikian. Beberapa bahan kimia
tetap berbahaya bahkan pada konsentrasi rendah sekalipun. Hal ini yang
menyebabkan tingkat kompleksisitas penanganan bahan kimia tergolong rumit.
Kompleksitas ini mengharuskan penggunanya memiliki beragam keterampilan
sehingga keamanan kimia yang baik dapat terwujud.
Kemasan suatu zat dapat mengandung satu bahkan lebih lambang yang
menandakan bahaya bukanlah berarti bahwa zat yang bersangkutan aman atau
bebas bahaya; setiap bahan atau reagen kimia harus berhati-hati didalam
memperlakukannya. Umumnya bahan kimia bersifat racun bagi tubuh bila masuk
kedalam tubuh melalui oral (lewat tangan tidak bersih atau luka). Megenal dulu
sebelum berhubungan langsung dengan zat yang bersangkutan akan memberikan
rasa aman bekerja; dan rasa takut atau sikap hati-hati yang berlebihan dalam
memperlakukan suatu zat merupakan tindakan yang tidak perlu (Mulyono 2005).
Simbol-simbol bahan kimia berlaku universal untuk seluruh dunia dan dirancang
oleh sekelompok ahli bahan-bahan kimia berbahaya. Simbol-simbol ini digunakan
oleh ILO (International Labour Organization) pada tahun 1956 untuk menarik
perhatian atas resiko dari bahan-bahan kimia tersebut. Beberapa simbol atau
lambang berupa gambar dapat diganti dengan satu atau dua buah huruf. Lambang
huruf ini juga berlaku universal.
Pada pengenalan bahan ada banyak sifat yang dimiliki bahan kimia. Setiap
bahn kimia memiliki sifat yang berbeda yang membutuhkan penanganan tertentu.
Sifat bahan kimia umumnya berbahaya, mengiritasi, toksik dan mudah terbakar.
Sedapat mungkin kontak bahan kimia dengan kulit, pencernaan dan pernafasan
harus dihindari. Demi keselamatan kerja di laboratorium perlu dipahami simbol
yang menyertai setiap bahan kimia yang terdapat pada wadahnya. Simbol-smbol
tersebut diperlukan untuk mengetaui sifat bahan sehingga memudahkan
penanganannya. Berikut ini beberapa simbol yang umum kita jumpai pada wadah
bahan kimia (Wardiyah, 2008) :
a. Mudah Terbakar (Flammable)
Simbol untuk bahan kimia yang mempunyai titik nyala rendah, mudah terbkar
dengan api bunsen, permukaan metal panas atau loncatan bunga. Bahan mudah
terbakar dapat berwujud gas dan cairan yang mudah menguap atau bahan padat
dalam bentuk debu dapat meledak (meledak) jika tercampur atau terdispersi dengan
udara. Contohnya, logam Na, K, P. Penanganan bahan berbahaya dapat dilakukan
dengan cara hindarkan dari api, nyala, loncatan bunga api dan panas (Wardiyah,
2008).
b. Bahan Mudah Teroksidasi (Oxidizing)
Bahan kimia bersifat pengoksidasi, dapat menyebabkan kebakaran dengan
menghasilkan panas saat kontak dengan bahan organik dan bahan pereduksi.
Contohnya KClO4, H2O2. Penanganan bahan yang mudah teroksidasi dapat
dilakukan dengan cara hindarkan dari bahan organik yang mudah atau dapat
terbakar, panas dan api (Wardiyah, 2008).
c. Bahan Mudah Meledak (Explosive)
Bahan kimia yang mudah meledak dengan adanya panas atau percikan bunga
atau percikan bunga api, gesekan atau benturan. Contohnya KClO3 TNT,
NH4NO3. Penaganan bahan kimia yang mudah terbakar dapat dilakukan dengan
cara hindarkan dari tumbukan, benturan, gesekan, panas, loncatan api dan sumber
nyala lain bahkan tanpa oksigen atmosferik (Wardiyah, 2008).
d. Bahan Korosif
Bahan korosif dilambangkan dengan C. Produk ini dapat merusak jaringan
hidup, menyebabkan iritasi pada kulit, gatal-gatal bahkan dapat menyebabkan kulit
mengelupas. Contohnya, HCl, NaOH, H2SO4. Penanganan bahan kimia yang
bersifat korosif dapat dilakukan dengan cara hindarkan kontak dengan kulit, mata
dan pernafasan (Wardiyah, 2008).
e. Bahan Beracun (Toxic)
Bahan kimia yang bersifat beracun atau toxic dapat menyebabkan kematian
atau sakit yang serius bila terhirup, tertelan atau terabsorpsi melalui kulit.
Contohnya, metanol dan benzena. Penaganan bahan kimia yang bersifat beracun
dapat dilakukan denagn cara hindarkan kontak dengan tubuh lewat kulit, mulut dan
pernafasan (Wardiyah, 2008).
f. Bahan Bahaya Iritasi (Harmful Irritant)
Bahan kimia yang mudah mengiritasi belambang I. Bahan kimia ini dapat
menyebabkan gatal-gatal, peradangan saluran Contohnya, NaOH, Cl2 dan
C6H5OH. Penanganan bahan kimia iritasi dapat dilakukan dengan cara hindarkan
kontak dengan kulit dan mata, serta jangan menghirup uapnya (Wardiyah, 2008).
Asam adalah spesi yang dapat membentuk ikatan kovalen dengan akseptor
pasangan elektron bebas dari spesi yang lain, sedangkan basa adalah spesi yang
dapat membentuk ikatan kovalen melalui donor pasangan elektron bebas kepada
spesi yang lain (Syukri S, 1999). Jenis kecelakaan yang dapat terjadi di
laboratoriumdan membutuhak pertolongan pertama adalah terkena larutan asam,
terkena logam natrium atau kalium, terkena bromin, luka bakar akibat benda panas,
terkena percikan larutan asam pada mata, terkena percikan larutan basa pada mata,
tergores saat praktikum, keracunan zat melalui pernafasan. Jika terkena asam: kulit
segera dihapuskan dengan kapas atau lap halus, dicuci dengan air mengalir
sebanyak-banyaknya. Selanjutnya cuci dengan 1% Na2CO3, kemudian cuci lagi
dengan air, keringkan dan olesi dengan salep levertran, jika terkena natrium atau
kalium: logam yang nempel segera diambil pakai pinset, kulit dicuci dengan air
mengalir kira-kira selama 15-20 menit, netralkan dengan larutan 1% asam asetat,
dikeringkan dan olesi dengan salep levertran atau luka ditutup dengan kapas steril
atau kapas yang telah dibasahi asam pikrat. Jika terkena bromin: segera dicuci
dengan larutan amonia encer, luka tersebut ditutup dengan pasta Na2CO3. jika
terkena benda panas (luka bakar): diolesi dengan salep minyak ikan atau levertran,
dicelupkan ke dalam air es secepat mungkin atau dikompres sampai rasa nyeri agak
berkurang, jika terkena percikan larutan asam: mata dapat dicuci dengan air bersih
kira-kira 15 menit terus-menerus, dicuci dengan larutan 1% Na2CO3, jika terkena
larutan basa: dicuci dengan air bersih kira-kira 15 menit terus-menerus, dicuci
dengan larutan 1% asam borat dengan gelas pencuci mata, jika tergores benda
tajam: membersihkan luka dengan alkohol, memberikan obat merah/ betadine pada
luka secara perlahan balut dengan kain kasa, jika keracunan zat kimia karena
menghirup Cl2, HCl, SO2, NO2, formaldehid, ammonia: menghindarkan korban
dari lingkungan zat tersebut, kemudian pindahkan korban ke tempat yang berudara
segar. Jika korban tidak bernafas, segera berikan pernafasan buatan dengan cara
menekan bagian dada atau pemberian pernafasan buatan dari mulut ke mulut korban
(Tim Supervisi Ditjen Dikti, 2002).

SIMPULAN

Bahan kimia digolongkan berdasarkan sifatnya, setiap bahan kimia


memiliki kerusakan yang berbeda-beda. Penyimpanan dan penanganan pertama
saat terjadi kecelakaan akan mengakibatkan hal negative bagi tubuh dan lingkungan
sekitar. Penanganan yang tepat harus dilakukan sesuai dengan prosedur dan langkah
yang telah diberikan.
DAFTAR PUSTAKA

Dantjie P.R., Baju W., Suroto. (2016). Perbedaan Pengetahuan, Sikap, dan Praktik
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Laboratorium antara Mahasiswa
Program Studi D3 dan S1 pada Institusi Pendidikan di Semarang. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 4(2).
Harefa N. (2018). Hubungan Motivasi Belajar Terhadap Keterampilan Pemecahan
Masalah Siswa Pada Metode Praktikum. Jurnal Selaras, 1(1) pp. 28-38.
Mulyono. 2005. Membuat Reagen Kimia di Laboratorium. Jakarta : Bumi Aksara.
Sangi M.S., Adey, T., (2018). Keselamatan dan Keamanan Laboratorium IPA.
Jurnal MIPA UNSRAT, 7(1).
Syukri dan Sadijah Achmad. 1999. Kimia Dasar 2. ITB : Bandung
Tim Supervisi Ditjen Dikti. (2002). Bahan Ajar Pelatihan Manajemen
Laboratorium. Jakarta: Ditjen Dikti
Wardiyah. 2008. Praktikum Kimia Dasar. Kemenkes RI : Jakarta
LAMPI RAN

Anda mungkin juga menyukai