OLEH
KELOMPOK 8
M. IBNU RABI : 20211100065
Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas segala limpahan taufiq, hidayah,
inayah serta karunia-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas terstruktur
ini tepat waktu guna memenuhi tugas terstruktur untuk mata kuliah Hadis
Tarbawi.
Dan tidak lupa pula sholawat serta salam kita haturkan kepada penghulu
kita yakni baginda Nabi Muhammad Saw. beserta keluarga, kerabat, tabi’in tabi’at
dan pengikut hingga akhir zaman.
Kami menyadari dalam makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena
terbatasnya bahan, pengetahuan, dan pengalaman yang kami punya dalam
membuat makalah. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak sehingga dikemudian hari kami dapat
memperbaiki penulisan selanjutnya.
Demikian yang dapat kami sampaikan, kami berharap semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi kami sendiri maupun perkembangan dunia
pendidikan.
Akhirnya penulis berharap semoga karya ini bisa mendatangkan manfaat
untuk kita semua, terlebih untuk penulis sendiri. Aamiin Yaa Rabbal ‘Alamiin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................... 2
D. Manfaat .................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Hadis Belajar dengan Niat Ibadah (Bukhari: 1) .................... 3
B. Hadis Belajar Secara Bertahap/Berjenjang (Bukhari: 5) ....... 11
C. Hadis Mempelajari Ilmu-ilmu yang Terpuji (Ibnu Majah:
3843) ..................................................................................... 14
BAB III PENUTUP
A. Simpulan ............................................................................... 19
B. Saran ....................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan bimbingan dan pertolongan secara sadar yang
diberikan oleh pendidik kepada peserta didik sesuai dengan perkembangan
jasmaniah dan rohaniah ke arah kedewasaan. Peserta didik didalam mencari nilai-
nilai hidup, harus dapat bimbingan sepenuhnya dari pendidik, karena menurut
ajaran Islam, saat anak dilahirkan dalam keadaan lemah dan suci fitrah sedangkan
alam sekitarnya akan memberi corak warna terhadap niali hidup atas pendidikan
agama peserta didik.
Dilihat dari segi kedudukannya, peserta didik adalah makhluk yang
sedang berada dalam proses pekembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya
masing-masing. Mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisiten
menuju ke arah titik optimal kemampuan fitrahnya. Dengan demikian, kita
membutuhkan materi lebih lanjut mengenai sifat-sifat yang harus ada dalam
peserta didik. Dalam sifat tersebut terdapat berbagai macam hal-hal yang harus
tertanam dalam diri penuntut ilmu, salah satunya ialah mempunyai niat yang
mulia dalam menuntut ilmu dan menghormati pendidik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penyusun merumuskan makalah
sebagai berikut.
1. Bagaimana Hadis Belajar dengan Niat Ibadah (Bukhari: 1)?
2. Bagaimana Hadis Belajar Secara Bertahap/Berjenjang (Bukhari: 5)?
3. Bagaimana Hadis Mempelajari Ilmu-ilmu yang Terpuji (Ibnu Majah:
3843)?
1
2
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan pembahasan tersebut, maka tujuan kami membuat makalah
ini sebagai berikut.
1. Untuk Mengetahui Hadis Belajar dengan Niat Ibadah (Bukhari: 1).
2. Untuk Mengetahui Hadis Belajar Secara Bertahap/Berjenjang (Bukhari:
5).
3. Untuk Mengetahui Hadis Mempelajari Ilmu-ilmu yang Terpuji (Ibnu
Majah: 3843).
D. Manfaat
Makalah ini diharapkan memiliki beberapa manfaat diantaranya adalah:
1. Pembaca makalah terutama para mahasiswa/i dapat mempelajari,
mengembangkan dan mendalami materi Etika Peserta Didik.
2. Pembaca makalah terutama mahasiswa/i dapat mengemplementasikan
atau mempraktekkan materi Etika Peserta Didik dalam kehidupan sehari.
BAB II
PEMBAHASAN
3
4
2. Terjemah
Telah menceritakan kepada kami Al-Humaidi Abdullah bin Az-
Zubair dia berkata, telah menceritakan kepada kami Sufyan yang berkata,
bahwa telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa'id Al-Anshari berkata,
telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ibrahim At-Taimi, bahwa
dia pernah mendengar 'Alqamah bin Waqqash Al-Laitsi berkata; saya pernah
mendengar Umar bin Al-Khaththab diatas mimbar berkata; saya mendengar
akan banyak. Amalan di sini adalah seluruh yang diperbuat oleh hamba,
baik lisan, hati, dan anggota badan.
Sebagai contoh, ada dua orang bersedekah. Kedua-duanya
dengan niat dengan benar. Satu orang berniat: saya bersedekah karena
Allah, lainnya saya sedekah karena Allah kepada orang terdekat, kerabat
yang paling membutuhkan, maka yang kedua lebih banyak pahalanya
karena syariat menuntunkan untuk mendahulukan kerabat jika antara
kerabat dan bukan kerabat tingkat kebutuhannya sama. Secara lahir,
kedua amalan tersebut sama, yang membedakan adalah niatnya.
Dalam rincian yang lain; di sini, fungsi niat yang pertama adalah
membedakan amal kebiasaan atau amalan adat dengan ibadah. Firman
Allah dalam surat Al-Bayyinah,
َ َ َّ ۟ ُ ْ ُ َ َ ٰ َ َّ ۟ ُ ُ َ َ ٓ َ َ ُ َ ِّ ُ َ َ ْ َ َّ ۟ ُ َّ ۟ ُ ٓ
ٍ ٱلََّ ٰو َو َما أ ِم ُر ٓوا ِإَّل ِل َي ِْع ُبدوا ٱلله ُمخ ِل َِين له ٱلدين حنفاء وي ِقيموا ٱلَلو ٍ ويؤتوا
َْ ُ َ َ
ين ٱلق ِّي َم ِة َوذ ٰ ِلك ِد
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah
Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka
mendirikan sholat dan menunaikan zakat; dan yang demikian
Itulah agama yang lurus. (Q.S. Al-Bayyinah [98]: 5)
Allah memberikan sebuah syarat, bahwa syarat agar amalan
ibadah diterima adalah dengan memurnikan ketaatan kepada Allah
(ikhlash). Maka, seseorang yang melakukan amal tanpa diniati untuk
beribadah kepada Allah akan sia-sia. Sebagai contoh, ada dua orang
melakukan sebuah amalan mandi. Orang pertama meniatkan amalannya
untuk bersuci dan mengikuti sunnah Rasulullah, sedangkan orang kedua
tidak meniatkan untuk apapun dan hanya melakukan rutinitas biasa. Oleh
karena itu, orang pertama mendapatkan pahala dan orang kedua tidak
mendapatkan pahala apapun. Contoh yang lain, dua orang sama-sama
duduk di masjid, yang satu diniatkan untuk istirahat melepas lelah dan
lainnya untuk i’tikaf, maka yang terakhirlah yang mendapatkan pahala.
Seorang menahan lapar dari sebelum terbit fajar sampai terbenam jika
6
pada Allah dan Rasul”. Kata Allah dan Rasul diulang karena pentingnya
hal tersebut. Barangsiapa hijrahnya adalah untuk yang dia cari misalnya
perempuan yang dinikahi, maka hijrahnya kembali padanya. Penyebutan
tidak perlu diulangi karena hinanya hal tersebut.
d. Makna Hijrah
Pertama, hijrah ma’nawi. Makna hijrah secara syariat adalah
meninggalkan sesuatu demi Allah dan Rasul-Nya , mencari sesuatu yang
ada untuk mencari sesuatu di sisi-Nya. Meninggalkan kemaksyiatan
menuju kepada amal soleh, misalnya dari berjilbab belum benar menjadi
benar dalam berjilbab.
Kedua, hijrah demi Rasul-Nya adalah dalam rangka ittiba’. Dia
mencontoh Rasul dan senang terhadap tuntunan Rasul. Kedua hal ini
adalah hijrah hati atau hijrah maknawi. Kedua hijrah fisik, yakni terwujud
dengan berpindahnya jasad dari satu tempat ke tempat lainnya. Hijrah ini
dikategorikan ke dalam tiga perpindahan.
Pertama, meninggalkan negeri syirik ke negeri tauhid. Hukumnya
wajib sepanjang masa bagi yang mampu dalam segi finansial dan fisik,
yakni bagi orang yang tidak ampu melaksanakan syiar Islam di negeri
tersebut. Adapun jika dia mampu menzahirkan kewajiban Islam di negeri
tersebut, maka boleh tidak pindah.
Kedua, meninggalkan negeri yang penuh bid’ah ke negeri yang
penuh dengan sunnah. Maka orang yang tinggal di perkampungan yang
penuh dengan bid’ah dan ia harus melakukan bid’ah ketika ia tidak bisa
melaksanakan sunnah. Jika ia mau merubahnya, maka boleh tinggal
dengan syarat tidak terwarnai dengan amalan bid’ah.
Ketiga, meninggalkan negeri yang terdapat kemaksyiatan ke
negeri yang kurang kemaksyiatannya. Allohua’lam.
4. Pelajaran yang Dipetik
Pelajaran yang dapat dipetik dari hadis tersebut bahwasanya barang
siapa mencari ilmu untuk menunjukkan riya’ dan sum’ah kepada orang lain
agar di anggap pandai, dan untuk mengelabuhi orang-orang bodoh dengan
9
cara angkuh dan sombong, dan menarik perhatian kepada orang lain, maka
jahanam sebagai balasan dengan apa yang telah ia lakukan.
Seorang peserta didik agar menghias dirinya dengan sifat-sifat yang
utama, selalu mendekatkan diri kepada Allah, tidak menggunakan ilmu yang
dipelajari untuk menonjolkan atau menyombongkan diri, bermegah-megahan
atau pamer kepandaian.1
Hendaknya peserta didik dalam menuntut ilmu memiliki niat yang
ikhlas hanya karena Allah ta’ala semata, juga berdasarkan sebuah hadits yang
sangat populer yang diriwayatkan oleh Amirul Mukminin ‘Umar bin Khattab
tergantung pada niatnya.’’ Apabila ilmu tidak didasari dengan keikhlasan niat,
dia berubah dari ibadah yang paling mulia menjadi kemaksiatan yang paling
hina. Dan tidak ada sesuatupun yang paling bisa menghancurkan ilmu semisal
riya’, baik riya’ yang menjerumuskan pada kesyirikan ataupun riya’ yang
menghilangkan keikhlasan, juga semisal sum’ah seperti kalau dia berkata:
“Saya mengetahui..... Saya hafal...’’.2
5. Biografi Singkat Perawi Sahabat
Umar bin Khattab mempunyai nama lengkap Umar bin Khattab Ibn
Nufail Ibn Abd al-‘Uzza Ibn Riyah Ibn Qurth Ibn Razah Ibn ‘Adiy Ibn Lu’aiy
al-Qurasyiy al-‘Adawiy. Umar lebih muda tiga belas tahun dari Nabi
Muhammad ﷺ, karena Umar lahir tiga belas tahun setelah tahun Gajah
1
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), h.183.
2
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Syarah Adab & Manfaat Menuntut Ilmu,
(Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2005), h.10-11.
3
Abdul Wahhab An-Najjar, Al-Khulafa’ Al-Rasyidun, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah,
1990), h. 106.
10
hal itulah Umar menemui Nabi Muhammad ﷺ di rumah al-Arqam yang
sana, selain Hamzah bin Abdul Muttalib yaitu paman Nabi Muhammad ﷺ,
para sahabat yang berada di dalam rumah al-Arqam menjadi ketakutan..
Dengan ketenangan dan wibawanya Nabi Muhammad menyambut
kedatangan Umar, melihat sikap yang ditunjukkan Nabi tersebut Umar
menjadi lemah dan takut. Setelah itu, Umar diperintahkan oleh Nabi untuk
4
Ahmad Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: PT Intermasa, 1996), h. 901.
11
2. Terjemah
Telah menceritakan kepada kami Abdan, dia berkata, telah
mengabarkan kepada kami Abdullah, telah mengabarkan kepada kami Yunus
dari Az-Zuhri dan dengan riwayat yang sama, telah menceritakan pula kepada
kami Bisyir bin Muhammad, beliau berkata, telah mengabarkan kepada kami
Abdullah, beliau berkata, telah mengabarkan kepada kami Yunus dan Ma'mar
dari Az-Zuhri seperti lainnya berkata, telah mengabarkan kepada kami
12
Ubaidullah bin Abdullah dari Ibnu ‘Abbas, beliau berkata, bahwa Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam adalah manusia yang paling lembut terutama
pada bulan Ramadlan ketika Jibril 'alaihis salam menemuinya, dan adalah
Jibril 'alaihis salam mendatanginya setiap malam di bulan Ramadlan,
dimana Jibril 'alaihis salam mengajarkan Alquran. Sungguh Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam jauh lebih lembut daripada angin yang
berhembus.
3. Penjelasan Hadist
5
Muhammad Husain Az Zahabi, Al Tafsir Wal Mufassirun Jilid 1, (Kairo: Maktabah
Wahbah, 2003), h. 50.
6
Mochtar Efendi, Ensiklopedi Agama dan Filsafat, Jilid I, (Palembang: Universitas
Sriwijaya, 2000), 14.
14
Berkata َ َق
ال
ُ
Mintalah atau Mohonlah َسلوا
Muhammad Al Jazari, Asdul Ghabah Fi Ma’rifat Al Sahabah, Jilid III, (Khairo: Darul
7
ْ
Ilmu ِعل ًما
َ
Bermanfaat ْ ِاف ًِعا
َْ َ
Tidak Bermanfaat َّل َينف ُع
2. Terjemah
Telah menceritakan kepada kami Ali bin Muhammad telah
menceritakan kepada kami Waki’ daripada Usamah bin Zaid daripada
c. Kita harus memilih dan mempelajari ilmu yang bermanfaat agar hidup
bahagia dunia dan akhirat serta terhindar dari dari hati yang tidak
khusyu’, dari jiwa yang tidak pernah puas, dan dari doa yang tidak
dikabulkan.
d. Dalam hal menuntut ilmu, kita harus selalu berdo’a agar diberikan ilmu
yang bermanfaat dan dijauhkan dari ilmu yang tidak bermanfaat.
5. Biografi Singkat Perawi Sahabat
Nama lengkap beliau adalah Jabir bin Abdillah bin Amru bin Haram
bin Tsa’labah bin Ka’ab bin Ghanam bin Ka’ab bin Salimah bin Said bin Ali
bin Asad bin Saradah bin Tazid bin Jusyam bin al-Khazraj al-Anshori.
Abu Ahmad al-Madani berkata tentang Jabir bin Abdillah, dia adalah
sahabat Rasulullah dan anaknya pun sahabat nabi.
Thalhah bin Ubaidillah, Abdullah bin Anas, Ali bin Abi Thalib, Umar bin
Khatab, Muadz bin Jabal, Abu Bakar Sidiq. Murid-murid yang meriwayatkan
hadis dari beliau diantaranya adalah Ibrahim bin Abdillah, Ibrahim bin
Abdurrahman bin Abi Rabi’ah al-Makhzumi, Ismail bin Basyir, Abizzubair
(Muhammad bin Muslim al- Makki), Muhammad bin Munkadir.
Jabir bin Abdullah diistilahkan telah memeluk Islam ketika ia masih
kecil. Menurut sejarah, ia diketahui telah berjuang dalam perang sebanyak 19
kali di bawah komando Nabi Muhammad ﷺ. Dan dia juga datang pada saat
menaklukkan Mekah.
Dalam perang Uhud, Jabir bin Abdullah tidak diizinkan oleh ayahnya
untuk perang Uhud. Jabir bin Abdullah memiliki 7 saudara (beberapa
berbakat sejarah benar yang menyebut 9) dan ayahnya akan dia untuk
mengurus keluarganya. Jadi, bukannya perang, tetapi Jabir bin Abdullah
meladeni tentara yang haus. Ayahnya tewas dalam perang Uhud bersama
dengan saudaranya iparnya, Amru bin Jamuuh, keduanya telah mencapai
hampir berusia masa zaman.
18
A. Simpulan
Hadist Bukhari 1: menjelaskan hendaknya peserta didik dalam menuntut
ilmu memiliki niat yang ikhlas hanya karena Allah ta’ala semata, juga
berdasarkan sebuah hadits yang sangat populer yang diriwayatkan oleh Amirul
“Sesungguhnya semua amal itu tergantung pada niatnya.’’ Apabila ilmu tidak
didasari dengan keikhlasan niat, dia berubah dari ibadah yang paling mulia
menjadi kemaksiatan yang paling hina.
B. Saran
Demikianlah makalah yang saya susun, semoga bermanfaat bagi pembaca
maupun pemakalah sendiri. Semoga materi yang terdapat di dalam makalah ini
bisa menambah wawasan tentang Etika Peserta Didik. Sebenarnya masih banyak
materi yang harus dibahas dalam makakah ini, berhubung keterbatasan saya dalam
mencari berbagai materi, maka hanya ini yang dapat saya sajikan.
Dan saya menyadari masih banyak kekeliruan dalam hal penyajian, baik itu
materi, penulisan, atau yang lainnya. Kami juga memohon saran yang konstruktif
agar dalam penyajian makalah kedepannya bisa lebih baik lagi. Atas kritik dan
sarannya saya ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
21