(EKU116E G1)
“Integrasi Politik”
Dosen Pengampu :
Oleh :
Kelompok 5
Universitas Udayana
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat Beliaulah paper yang berjudul “Integrasi Politik” ini dapat terselesaikan dengan baik
dan benar. Paper ini disusun dalam rangka penyelesaian tugas semester untuk mata kuliah
Sosiologi Politik. Dalam penulisannya, penulis banyak dibimbing oleh berbagai pihak baik
bantuan secara material, serta pikiran. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada Bapak Dr. Piers Andreas Noak, SH., M.Si selaku dosen pengampu dalam mata kuliah
Sosiologi Politik kelas G1.
Di dalam penulisan paper ini, penulis menyadari bahwa paper ini masih kurang
sempurna akibat dari keterbatasan pengetahuan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik
dan saran dari Bapak Dr. Piers Andreas Noak, SH., M.Si selaku dosen pengampu dalam mata
kuliah Sosiologi Politik untuk kesempurnaan paper ini. Harapan penulis yaitu agar para
pembaca dapat memahami bentuk perwujudan dari integrasi politik. Paper ini sepenuhnya
merupakan hasil kerja keras penulis dan jika nanti terdapat banyak kesalahan serta
penyimpangan, penulis akan bertanggung jawab sepenuhnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merdeka sudah 78 tahun, dan waktu tersebut tidak sebentar. Maka perlunya
kita sebagai warga negara yang baik melihat perubahan dunia. Perubahan dunia yang demikian
cepat dan dinamis ditandai pada revolusi teknologi informasi komunikasi yang kemudian
membawa dampak pada perubahan sosial yang luar biasa. Sebagai contoh perubahan sosial
tersebut dapat dirasakan pada sebuah tatanan kehidupan antar bangsa dan goyahnya tatanan
value atau nilai-nilai masyarakat. Sehingga future shock yang menggambarkankan situasi
sekarang serta kondisi di mana masyarakat mengalami tekanan-tekanan yang menyebabkan
masyarakat dihadapkan pada banyak perubahan dalam waktu yang terlalu singkat. Perubahan-
perubahan berskala besar tersebut dan cepat ternyata direspon secara lambat (Soyomukti,
2008). Oleh karena itu, perlunya kesadaran dan keteguhan kembali pada semua lini masyarakat.
Hal tersebut mengundang realitas global yang kemudian dikenal baik dengan istilah
“globalisasi” mau tidak mau, suka tidak suka kita semua masyarakat harus menghadapi hal
tersebut. Arus besar yang dibawa oleh globalisasi merupakan kunci utama dalam membawa
dampak maupun pengaruh terhadap ruang dan waktu, sehingga arus tersebut memberikan
perubahan yang sangat cepat. Menurut Anthony Giddens dalam time space distenziation bahwa
interaksi manusia dengan teknologi, manusia dan manusia lain semakin intensif. Interaksi
tersebut sehingga menimbulkan pemaknaan baru yang didapat dari objektivitas rasional
maupun irasional dari sebuah perkembangan baris material, IPTEK yang terus berubah
(Soyomukti, 2008).
1
Bagaimana kita menghadapi perubahan dengan nilai-nilai integrasi dan identitas
nasional Indonesia? maka untuk menjawab tantangan tersebut alangkah baiknya kita
mempelajari makna dari integrasi nasional terlebih dahulu.
1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui pemaknaan integrasi politik sebagai bagian dari integrasi nasional?
2) Untuk mengetahui apa urgensi dari perwujudan integrasi nasional?
3) Untuk mengetahui apa saja faktor tantangan, hambatan dan pendukung dalam
perwujudan integrasi nasional?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Integrasi nasional terdiri dari 2 (dua) kata. “Integrasi” berasal dari bahasa Inggris
integration artinya pembauran. Pembauran dapat mewujudkan persatuan dan kesatuan
yang utuh. Kata “Nasional” berasal dari Bahasa Inggris nation artinya bangsa, rakyat,
atau negara. Maka secara etimologi integrasi nasional berarti pembauran bangsa dalam
persatuan dan kesatuan yang utuh. Pengertian ini sangat cocok untuk menyebut integrasi
nasional Indonesia. Negara Indonesia memiliki aneka ragam suku bangsa, budaya, sistem
sosial, norma dan adat-istiadat. Oleh sebab itu, perlu ada pembauran yang menyatu
dengan tidak menghilangkan ciri khas keberagamannya.
3
meliputi: yang pertama integrasi politik, kedua integrasi ekonomi, dan yang ketiga
integrasi sosial budaya (Ristek Dikti, 2016).
Secara teoritis, Paul B. Horton dan Chester L. Hunt (2006) menyebutkan integrasi
sebagai proses pembangunan masyarakat yang mana segenap kelompok ras dan etnik
mampu berperan secara bersama-sama dalam kehidupan budaya dan ekonomi.
Sedangkan integrasi nasional menurut Saafaroedin Bahar (1996 dalam Ristek Dikti.
2016) menyatakan bahwa integrasi nasional adalah upaya menyatukan seluruh unsur
suatu bangsa dengan pemerintah dan wilayahnya. Menurut Riza Noer Arfani (2001),
integrasi nasional merupakan pembentukan suatu identitas nasional dan penyatuan
beberapa kelompok sosial dan budaya ke dalam satu kesatuan wilayah. Djuliati Suroyo
(2002) menjelaskan bahwa integrasi nasional sebagai bersatunya suatu bangsa yang
menempati wilayah tertentu dalam sebuah negara yang berdaulat. Selanjutnya, Ramlan
Subekti (2010) mengungkapkan bahwa integrasi bangsa sebagai suatu proses penyatuan
beberapa kelompok sosial budaya dalam satu kesatuan wilayah dan dalam satu identitas
nasional.
4
menciptakan integrasi dengan menjembatani perbedaan antar kelompok di dalam
masyarakat.
a) Integrasi Bangsa
Integrasi bangsa menunjuk pada proses penyatuan berbagai kelompok
budaya dan sosial dalam satu kesatuan wilayah dan dalam suatu pembentukan
identitas nasional. Contohnya yaitu, tanggal 15 Agustus 2005 melalui MoU
(Memorandum of Understanding) di Vantaa, Helsinki, Finlandia, pemerintah
Indonesia berhasil secara damai mengajak Gerakan Aceh Merdeka (GAM) untuk
5
kembali bergabung dan setia memegang teguh kedaulatan bersama Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Proses ini telah berhasil menyelesaikan
kasus disintegrsai yang terjadi di Aceh sejak tahun 1975 sampai 2005.
b) Integrasi Wilayah
Integrasi wilayah menunjuk pada masalah pembentukan wewenang
kekuasaan nasional pusat di atas unit-unit sosial yang lebih kecil yang
beranggotakan kelompok kelompok social budaya masyarakat tertentu.
Contohnya yaitu, melalui Deklarasi Djuanda tanggal 13 Desember 1957,
pemerintah Indonesia mengumumkan kedaulatan wilayah Indonesia yakni lebar
laut territorial seluas 12 mil diukur dari garis yang menghubungkan titik-titik
ujung yang terluar pada pulau-pulau negara Indonesia. Dengan deklarasi ini maka
terjadi integrasi wilayah terioritas Indonesia. Wilayah Indonesia merupakan satu
kesatuan wilayah dan laut tidak lagi merupakan pemisah pulau, tetapi menjadi
penghubung pulau-pulau di Indonesia.
c) Integrasi Nilai
Integrasi nilai menunjuk pada adanya konsensus terhadap nilai yang
minimun yang diperlukan dalam memelihara tertib sosial. Misalnya pengalaman
mengembangkan Pancasila sebagai nilai integrasi terus menerus dilakukan,
misalnya melalui kegiatan pendidikan pancasila baik dengan maka kuliah di
perguruan tinggi dan mata pelajaran di sekolah. Melalui kurikulum 1975, mulai
diberikannya mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) di sekolah. Saat
ini, melalui kurikulum 2013 terdapat mata pelajaran PPKn. Melalui pelajaran ini,
pancasila sebagai nilai bersama dan sebagai dasar filsafat negara disampaikan
kepada generasi muda.
d) Integrasi elit-masa
Integrasi elit massa menunjuk pada masalah penghubungan antara
pemerintah dengan yang diperintah. Mendekatkan perbedaan-perbedaan
mengenai aspirasi dan nilai pada kelompok elit dan massa. Misalnya kunjungan
ke daerah, temu kader PKK, dan kotak pos presiden. Kegiatan yang sifatnya
mendekatkan elit dan massa akan menguatkan dimensi vertikal integrasi nasional.
e) Integrasi Perilaku
Integrasi tingkah laku (perilaku integratif). Mewujudkan perilaku integratif
dilakukan dengan pembentukan lembaga-lembaga politik dan pemerintahan
termasuk birokrasi. Dengan lembaga dan birokrasi yang terbentuk maka orang-
6
orang dapat bekerja secara terintegratif dalam suatu aturan dan pola kerja yang
teratur, sistematis dan bertujuan. Pembentukan lembaga-lembaga politik dan
birokrasi di Indonesia diawali dengan hasil sidang I PPKI tanggal 18 Agustus
1945 yakni memilih Presiden dan Wakil Presiden. Sidang PPKI ke 2 tanggal 19
Agustus 1945 memutuskan pembentukan dua belas kementriaan.
Integrasi nasional memiliki peran penting dalam memelihara persatuan dan kesatuan
bangsa. Pengembangan Integrasi nasional dapat dilakukan melalui strategi dan pendekatan
yaitu gaya politik kepemimpinan kekuatan lembaga-lembaga politik ideologi nasional dan
kesempatan pembangunan ekonomi. Makalah ini akan membahas Urgensi integritas nasional
sebagai salah satu parameter yang diperlukan untuk memperkuat persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia.
Dalam mengarungi kehidupannya, sebuah negara bangsa selalu dihadapkan pada upaya
bagaimana menyatukan keanekaragaman orang-orang yang ada di dalamnya agar memiliki
rasa persatuan, kehendak untuk bersatu dan secara bersama bersedia membangun kesejahteraan
untuk bangsa yang bersangkutan. Oleh karena itu, bagaimana mungkin suatu negara bangsa
bisa membangun, jika orang-orang yang ada di dalam negara tersebut tidak mau bersatu, tidak
memiliki perasaan sebagai satu kesatuan dan tidak bersedia mengikatkan diri sebagai satu
bangsa. Suatu negara membutuhkan persatuan untuk bangsanya yang dinamakan integrasi
nasional. Dapat dikatakan bahwa sebuah negara yang mampu membangun integrasi
nasionalnya akan memperkokoh rasa persatuan dan kesatuan bangsa-bangsa yang ada di
7
dalamnya. Integrasi nasional merupakan tolak ukur persatuan dan kesatuan bangsa. Pada bab
ini, kita akan mempelajari lebih lanjut perihal bagaimana konsep dan pentingnya integrasi
nasional bagi sebuah negara.
Integritas nasional dapat dilihat dari tiga aspek yaitu politik, ekonomi, dan sosial
budaya. Menurut Myron weiner integrasi politik adalah penyatuan masyarakat dengan
sistem politik dan Myron membagi Integrasi politik dibagi menjadi lima jenis, yakni :
integrasi bangsa, integrasi wilayah, integrasi nilai, integrasi elit-massa, dan integrasi
tingkah laku (perilaku integratif). Integrasi ekonomi berarti terjadinya saling
ketergantungan antar daerah dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup rakyat. Hubungan
saling ketergantungan akan meningkatkan hubungan kerjasama yang sinergis antar
daerah. Integrasi sosial budaya merupakan proses penyesuaian unsur-unsur yang berbeda
( seperti meliputi ras, etnis, agama bahasa, kebiasaan, sistem nilai, dan lain sebagainya)
dalam masyarakat sehingga menjadi satu
8
2. Model integrasi kolonial, merupakan hubungan birokrasi vertikal antara
kolonial dengan pribumi
3. Model integrasi nasional Indonesia, merupakan proses terbentuknya kesadaran
dan semangat berbangsa yang merdeka. Penumbuhan kesadaran berbangsa
melalui tahapan-tahapan yaitu masa perintis, masa penegas, masa percobaan,
dan masa pendobrak.
Bagi negara untuk membangun kejayaan nasional demi mencapai tujuan yang
diharapkan. Ketika masyarakat suatu negara senantiasa diwarnai oleh pertentangan atau
konflik, maka akan banyak kerugian yang diderita, baik kerugian berupa fisik material
seperti kerusakan sarana dan prasarana yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat, maupun
kerugian mental spiritual seperti perasaan kekhawatiran, cemas, ketakutan, bahkan juga
tekanan mental yang berkepanjangan. Di sisi lain, banyak pula potensi sumber daya yang
dimiliki oleh negara di mana semestinya dapat digunakan untuk melaksanakan
pembangunan bagi kesejahteraan masyarakat akhirnya harus dikorbankan untuk
menyelesaikan konflik tersebut. Dengan demikian negara yang senantiasa diwarnai
dengan konflik di dalamnya akan sulit untuk mewujudkan kemajuan.Integrasi bangsa
diperlukan guna membangkitkan kesadaran akan identitas bersama, menguatkan
identitas nasional, dan membangun persatuan bangsa.
9
negara Indonesia, sehingga diharapkan tidak adanya lagi pertikaian yang mengakibatkan
perpecahan yang kelak terjadi karena perbedaan semata.
1) Dalam dimensi horizontal, tantangan yang berakar pada perbedaan suku, agama,
ras dan geografi. Ini berkaitan dengan bagaimana suatu masyarakat memandang
suatu perbedaan yang ada. Pada dasarnya yang menjadi kendala dalam
mewujudkan integrasi nasional yaitu rendahnya rasa toleransi dan menghargai
segala perbedaan. Pada dimensi horisontal ini, salah satu persoalan yang dialami
oleh negara-negara berkembang termasuk Indonesia dalam mewujudkan intregasi
nasional adalah masalah primordialisme yang masih kuat. Titik pusat goncangan
primordial biasanya berkisar pada beberapa hal, yaitu masalah hubungan darah
(kesukuan), jenis bangsa (ras), bangsa, daerah, agama dan kebiasaan. Masih
besarnya ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan dan hasil pembangunan
dapat menimbulkan berbagai rasa tidak puas dan keputusan di masalah SARA
(Suku, Agama, Ras dan Antar golongan), Gerakan separatisme dan kedaerahan,
demonstrasi dan unjuk rasa. Konflik horizontal yang sering terjadi adalah konflik
yang berlatar belakan keagamaan. Konflik keagamaan sering terjadi dalam
intensitas yang sangat tinggi oleh karena agama merupakan sesuatu hal yang
10
sifatnya sangat sensitif. Ketersinggungan yang bernuansa keagamaan sering
memunculkan pertentangan yang meruncing yang disertai dengan tindak kekerasan
di antara kelompok penganut suatu agama dan kelompok penganut agama lainnya.
2) Dalam dimensi vertikal, tantangan yang ada adalah berupa celah perbedaan antara
elite dan massa, dimana latar belakang pendidikan kekotaan menyebabkan kaum
elite berbeda dari massa yang cenderung berpandangan tradisional. Tantangan yang
ada adalah kesediaan para pemimpin untuk terus menerus bersedia berhubungan
dengan rakyatnya. Pemimpin mau mendengar keluhan rakyat, mau turun kebawah,
dan dekat dengan kelompok-kelompok yang merasa di pinggirkan.
Tantangan dalam mewujudkan integrasi nasional juga bisa datang dari konflik
kedaerahan. Penyebab konflik kedaerahan tersebut adalah:
11
b) Semakin menonjolnya sikap materialistis yang berarti harkat dan martabat
kemanusiaan hanya diukur dari kekayaan. Hal ini bisa berakibat pada
dikesampingkannya etika dan kendurnya moralitas.
c) Arus informasi yang semakin pesat mengakibatkan akses masyarakat terhadap
nilai-nilai asing yang negatif semakin besar. (Suri & Sianturi, 2021)
d) Kurangnya penghargaan terhadap kemajemukan. Dalam mewujudkan integrasi
nasional seringkali adanya berbagai penolakan terhadap unsur kebudayaan yang
berbeda. Pola pikir yang seperti inilah menjadi kendala sehingga integrasi nasional
sulit diwujudkan.
e) Kurangnya toleransi antar sesama golongan. Berbagai keragaman masyarakat
membentuk pola pemilahan sosial yang akan ikut berpengaruh pada upaya
mewujudkan integrasi nasional. Tidak sedikit masyarakat yang memiliki pola
pemilahan sosial bercorak consolidated yang sedikit bertentangan dengan prinsip
integrasi.
f) Kurangnya kesadaran dalam diri masing-masing rakyat Indonesia. Integrasi
nasional sulit diwujudkan karena tidak adanya kesadaran dari masyarakat itu
sendiri terkait pentingnya nilai toleransi dalam menciptakan persatuan bangsa.
g) Adanya ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan. Adanya ketimpangan
yang seperti inilah yang menyebkan munculnya konflik. Terjadi kesenjangan yang
tajam antar daerah di mana daerah yang kondisinya “terbelakang” merasa
dianaktirikan oleh pemerintah pusat, adanya daerah- daerah yang merasa terpencil
dan terisolasi dari daerah lainnya, dan minimnya sarana transportasi dan sarana
komunikasi sehingga memunculkan kecemburuan antara daerah satu dengan
daerah lainnya.
h) Tidak mampu menjalankan tugasnya sebagai warga negara yang baik. Integrasi
tidak dapat diwujudkan ketika rakyat tidak menyadari tugasnya, ketidaksadaran
itulah yang menyebabkan rendahnya nilai-nilai persatuan dalam mewujdkan
Negara yang berintegrasi.
12
pemerintah pun menerapkan penggunaan Bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu
bangsa. Agar tidak terjadi miskomunikasi antar masyarakat yang berbeda bahasa.
Penerapan penggunaaan bahasa yang baik dan benar dapat kita jumpai di lembaga
Pendidikan seperti sekolah dan acara acara resmi lainnya.
2) Toleransi dan Solidaritas Antar Golongan
Untuk bisa bersatu padu membentuk negara yang tentram dan rukun, warna negara
Indonesia tentu diwajibkan untuk terus menjaga toleransi di tengah budaya
multikultural ini. Sebagai sesama rakyat Indonesia, sudah sepatutnya kita bersikap
saling menghargai antar golongan yang satu dengan golongan lainnya. Sikap
Toleran yang tinggi serta didukung dengan solidaritas pada masyarakat tentunya
akan mewujudkan integrasi nasional.
3) Menanamkan Sikap Tenggang Rasa
Sikap tenggang rasa atau saling membantu satu sama lain merupakan hal yang
harus selalu kita terapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan
melakukan hal tersebut, maka kita bisa hidup dengan rukun dan bersatu padu demi
keutuhan Negara, serta menghindari intrik antar sesam rakyat Indonesia. Jika suatu
Negara mampu menjalankan intergrasi nasional dengan baik, maka negara tersebut
bisa menjadi negara yang semakin maju dengan masyarakat yang rukun dan
sejahtera. Karena jika setiap golongan ingin sama-sama bersatu dan berintegrasi
tentu cita-cita luhur bangsa bisa tercapai. Oleh sebab itu, sebagai warga negara
Indonesia yang baik, kita perlu untuk menanammkan sikap tenggang rasa dan
toleransi terhadap sesame rakyat sebagaimana yang telah dicita-citakan dalam
pancasila.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dan juga pembahasan pada bab sebelumnya,
maka dapat disimpulkan beberapa point point penting mengenai Integrasi politik yang
meliputi:
1) Integrasi politik merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari integrasi nasional.
Integrasi nasional merupakan proses mempersatukan bagian-bagian, unsur atau elemen
yang terpisah dari masyarakat menjadi kesatuan yang lebih bulat, sehingga menjadi satu
nation (bangsa). Integrasi nasional bisa dilihat dari 2 dimensi yaitu vertikal dan
horizontal. integrasi vertikal ialah usaha untuk menciptakan integrasi dengan
menjembatani adanya perbedaan diantara pemerintah dan rakyat. Sedangkan integrasi
horizontal merupakan usahaa menciptakan integrasi dengan menjembatani perbedaan
antar kelompok di dalam masyarakat.
2) Integrasi politik pada dasarnya merupakan upaya penyatuan masyarakat melalui sistem
politik. Integrasi politik dibagi menjadi lima jenis yaitu integrasi bangsa, wilayah, nilai,
elit-masa, dan integrasi perilaku.
3) Integrasi nasional memiliki peran penting dalam memelihara persatuan dan kesatuan
bangsa. Pengembangan Integrasi nasional dapat dilakukan melalui strategi dan
pendekatan yaitu gaya politik kepemimpinan kekuatan lembaga-lembaga politik
ideologi nasional dan kesempatan pembangunan ekonomi.
4) Dalam mewujudkan integrasi nasional Indonesia, tentunya tidak selalu berjalan mulus.
Ada beberapa tantangan yang dihadapi baik itu datang dari dimensi horizontal maupun
vertikal. Dalam dimensi horizontal, tantangan yang berakar pada perbedaan suku,
agama, ras dan geografi. Ini berkaitan dengan bagaimana suatu masyarakat memandang
suatu perbedaan yang ada. Dalam dimensi vertikal, tantangan yang ada adalah berupa
celah perbedaan antara elite dan massa, dimana latar belakang pendidikan kekotaan
menyebabkan kaum elite berbeda dari massa yang cenderung berpandangan tradisional
14
DAFTAR PUSTAKA
15