SOP Identifikasi Bahaya Atau Aspek - Penilaian Risiko Atau Dampak Dan Penetapan Pengendalian
SOP Identifikasi Bahaya Atau Aspek - Penilaian Risiko Atau Dampak Dan Penetapan Pengendalian
I. TUJUAN
II. RUANG LINGKUP
III. REFERENSI
IV. DEFINISI
V. DIAGRAM ALIR
VI. KETENTUAN
Pengesahan :
Riwayat Revisi :
No Tanggal Diajukan Disetujui
Penjelasan Revisi
Rev Revisi oleh oleh
Halaman : 1 dari 12
PROSEDUR
IDENTIFIKASI BAHAYA/ASPEK, PENILAIAN RISIKO/DAMPAK DAN
PENETAPAN PENGENDALIAN
No : SHE-01-(0) Tgl. Berlaku : 29-04-19
I. TUJUAN
Untuk memberikan panduan dalam melakukan identifikasi bahaya dan aspek, penilaian dan
pengendalian risiko dan dampak K3L diseluruh area kerja CV. Pratama Mineral Jaya.
III. REFERENSI
1. PP No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3
2. Kepmen ESDM No 1827 Tahun 2018, Bab IV tentang Penerapan SMKP
3. ISO 14001 : 2015 klausul 6.1.2 tentang Aspek Dampak Lingkungan
4. ISO 45001 : 2018 Klausul 6.1.2 tentang Risk & Opportunity
5. AS/NZS 4360 : Hazard Indentification & Risk Assessment
6. Safety, Health, Environmental and Quality Management by Germain, Arnold, Rowan.
IV. DEFINISI
1. Bahaya (Hazard) adalah sumber (energi, situasi, atau tindakan) yang berpotensi
menyebabkan cidera dan atau penyakit akibat kerja (PAK) serta kerusakan harta benda
(property damage).
2. Risiko adalah Dampak dari ketidakpastian suatu pencapaian sasaran (K3L)
3. HIRADC adalah identifikasi bahaya, penilaian risiko dan penetapan pengendalian .
4. Identifikasi Bahaya adalah proses untuk mengenali bahaya yang ada dan mendefinisikan sifat
– sifatnya.
5. Penilaian Risiko adalah proses mengevaluasi risiko yang timbul dari adanya bahaya dengan
memperhatikan pengendalian yang ada saat ini sehingga dapat diputuskan apakah risiko
tersebut diterima atau tidak.
6. Aspek Lingkungan adalah bagian dari suatu kegiatan atau produk atau jasa dari organisasi
yang dapat berinteraksi dengan lingkungan (tanah, air, udara, flora, fauna, manusia).
7. Dampak Lingkungan adalah setiap perubahan terhadap lingkungan, baik yang merugikan
maupun menguntungkan, seluruh atau sebagian yang diakibatkan oleh aspek lingkungan dari
suatu organisasi.
8. Frekuensi adalah keseringan terjadinya kejadian berbahaya atau terpapar bahaya banyaknya
orang yang terlibat dan keseringan dalam melaksanakan aktifitas atau Sub. aktifitas kerja
yang dilakukan atau material digunakan atau produk yang dihasilkan atau jasa yang
dihasilkan.
Halaman : 2 dari 12
PROSEDUR
IDENTIFIKASI BAHAYA/ASPEK, PENILAIAN RISIKO/DAMPAK DAN
PENETAPAN PENGENDALIAN
No : SHE-01-(0) Tgl. Berlaku : 29-04-19
9. Probability adalah kemungkinan terjadinya insiden atau dampak yang mengakibatkan cidera,
PAK, kerusakan harta benda atau dampak lingkungan yang merugikan yang disebabkan oleh
suatu kejadian berbahaya atau paparan bahaya atau aspek tsb.
10. Severity adalah keparahan dari cidera, PAK, kerusakan harta benda atau dampak lingkungan
yang merugikan yang disebabkan oleh suatu kejadian berbahaya atau paparan bahaya atau
aspek tersebut.
11. Pengendalian risiko adalah upaya menurunkan tingkat risiko yang timbul akibat adanya
bahaya/aspek.
12. Insiden adalah kejadian yang berkaitan atau berhubungan dengan pekerjaan yang
mengakibatkan cidera pada karyawan, sakit akibat kerja, fatality pada karyawan perusahaan,
Kerusakan harta benda perusahaan, kejadian berbahaya termasuk dalam hal ini adalah
kecelakaan lingkungan atau kejadian yang apabila sedikit saja berbeda dapat mengakibatkan
cedera, sakit akibat kerja, fatality pada karyawan, kerusakan harta benda perusahaan,
kecelakaan lingkungan (atau sering disebut near miss).
13. Hierarki Pengendalian adalah tindakan pengendalian bahaya yang dibuat berdasarkan
urutan eliminasi, subtitusi, engineering control, kontrol administratif dan APD.
14. Sakit kronis adalah penyakit yang timbul akibat paparan bahaya jangka panjang, parah dan
berlangsung sangat lama.
15. Sakit akut adalah penyakit yang diidap secara mendadak dan berkelanjutan, singkat dan
parah.
16. Penyakit Akibat Kerja (PAK) adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau
lingkungan kerja.
17. First Aid adalah kecelakaan yang menyebabkan korban hanya mendapatkan bantuan first aid
(P3K) saja dan langsung dapat bekerja kembali seperti semula.
18. MTC (Medical Treatment Case) adalah kecelakaan yang menyebabkan korban harus dirawat
atau mendapat perlakuan medik lain diluar pertolongan pertama (P3K) dan dapat kembali
bekerja seperti semula.
19. RWDI (Restricted Work Duty Injury) adalah kecelakaan yang mengakibatkan karyawan harus
dirawat atau mendapat perlakuan medik serius/berat dan dapat kembali bekerja tetapi tidak
mampu mengerjakan semua tugas-tugasnya secara normal sesuai dengan deskripsi kerja
atau karyawan tersebut diberikan tugas lain sementara waktu karena
kecederaan/penyakitnya tersebut atau karyawan ditugaskan ke pekerjaan lain secara
sementara, atau bekerja secara permanen kurang dari waktu penuh, atau bekerja secara
permanen dalam pekerjaan yang diberikan tetapi tidak dapat melaksanakan tugasnya secara
normal.
20. LTI (Loss Time Injury) adalah kecelakaan yang menyebabkan cidera pada pekerja sehingga
pekerja tersebut tidak dapat masuk kerja pada shift/hari berikutnya.
21. Management Representative adalah orang yang ditunjuk sebagai perwakilan manajemen
dalam hal Sistem Manajemen Terpadu (IMS).
Halaman : 3 dari 12
PROSEDUR
IDENTIFIKASI BAHAYA/ASPEK, PENILAIAN RISIKO/DAMPAK DAN
PENETAPAN PENGENDALIAN
No : SHE-01-(0) Tgl. Berlaku : 29-04-19
V. DIAGRAM ALIR
DOKUMEN INDIKATOR
DIAGRAM ALIR PIC
PENDUKUNG PROSES
Mulai
- Dept. Head
1 Menunjuk Tim HIRADC / - OSHE 1. Penunjukan PIC
ASDAM
- PM sesuai
Kompetensi
2
Menyusun
HIRADC / ASDAM - Tim
- Form HIRADC / HIRADC/ASDAM
ASDAM SHE-01-01-(0) 2. HRADC/ASDAM
terisi sesuai
3 dengan
Review Tidak
HIRADC / ASDAM Persyaratan
Prosedur
- OSHE HIRADC/ASDAM
- Dept. Head
Sesuai
Ya 3. –
4 Pengesahan
HIRADC / ASDAM
4. -
5
Melakukan Tindakan - PM (Project Manager)
Pengendalian Lanjutan
- MR (Management
Representative)
- Form Tindakan
Pengendalian Bahaya 5. Pelaksanaan
dan - Dept. Head tindakan
pengendalian
Aspek
6 lanjutan tepat
Update SHE-01-02-(0)
waktu
HIRADC / ASDAM Tidak - Form HIRADC / 6. Update sesuai
ASDAM SHE-01-01-(0) dengan
schedule
7
Review - Tim
periodik
HIRADC / ASDAM HIRADC/ASDAM
8 Pengesahan - PM (Project
HIRADC / ASDAM Manager)
- MR (Management
Representative) 8. –
Selesai
Halaman : 4 dari 12
PROSEDUR
IDENTIFIKASI BAHAYA/ASPEK, PENILAIAN RISIKO/DAMPAK DAN
PENETAPAN PENGENDALIAN
No : SHE-01-(0) Tgl. Berlaku : 29-04-19
VI. KETENTUAN
1. Dept. Head di site harus membentuk tim untuk membuat dokumen HIRADC/ASDAM di Dept.
masing-masing dengan penunjukkan resmi yang disetujui oleh Project Manager (PM) dan
Management Representative (MR).
1.1 Anggota tim HIRADC/ASDAM harus mengetahui proses yang terkait dengan
HIRADC/ASDAM yang disusun dan mempunyai kompetensi dalam pembuatan
HIRADC/ASDAM, minimal sudah pernah mengikuti pelatihan yang dilaksanakan oleh
suatu lembaga pelatihan yang terakreditasi atau mengikuti pelatihan yang dilakukan
secara internal perusahaan.
1.2 Jika pelatihan HIRADC/ASDAM dilakukan secara internal perusahaan maka Instruktur
yang memberikan pelatihan adalah orang yang sudah pernah mengikuti pelatihan
internal auditor OHSAS 18001/ISO 14001 oleh lembaga yang terakreditasi atau
seorang Ahli K3.
2. Tim HIRADC/ASDAM terdiri dari 2 orang atau lebih yang bertanggung jawab membuat
HIRADC/ASDAM dan Tindakan Pengendalian Bahaya & Aspek. Tim HIRADC/ASDAM bersama
narasumber (orang yang memahami aktivitas terkait) mengidentifikasi bahaya dan menilai
risiko.
2.1 Pengisian Form HIRADC/ASDAM SHE-01-01-(0) dengan ketentuan sebagai berikut :
2.1.1 Daftar proses operasional dan proses support dari suatu site dijabarkan
(breakdown) menjadi aktifitas / sub-aktifitas / material / produk / jasa.
2.1.2 Jenis Aktifitas (R/NR) – berisi keterangan dari frekuensi dilakukannya aktifitas
tersebut, dilakukan secara rutin atau tidak rutin.
- Aktifitas rutin (R) adalah aktivitas yang dilakukan sehari-hari, terjadwal
atau memiliki interval waktu tertentu,
- Aktifitas tidak rutin (NR) adalah aktivitas yang tidak terjadwal atau tidak
dapat diprediksi interval waktunya
2.1.3 Waktu – berisi keterangan waktu (siang atau malam) dari aktifitas yang
dilakukan, tujuannya adalah membedakan penilaian apabila dilakukan pada
siang tentu akan berbeda jika malam (aspek penerangannya).
2.1.4 Tempat – berisi keterangan lokasi pengerjaan aktifitas tersebut, tujuannya
adalah membedakan penilaian ataupun bahaya jika aktifitas dilakukan di
tempat yang berbeda. Contoh proses loading-unloading di warehouse akan
berbeda jika loading-unloading dilakukan di tambang dan sebagainya.
2.1.5 Aspek Lingkungan / Bahaya K3 – berisi aspek lingkungan atau bahaya K3 dari
Aktifitas / Sub. Aktifitas / Material / Produk / Jasa yang ada.
- Aspek Lingkungan adalah bagian dari suatu kegiatan atau produk atau
jasa dari organisasi yang dapat berinteraksi dengan lingkungan (tanah,
air, udara, flora, fauna, manusia), (HANYA TERKAIT LINGKUNGAN).
- Kegiatan Identifikasi Aspek harus memperhatikan semua hal yang
berkaitan dengan dampak dari hasil produk dalam tiap tahapan proses.
Halaman : 5 dari 12
PROSEDUR
IDENTIFIKASI BAHAYA/ASPEK, PENILAIAN RISIKO/DAMPAK DAN
PENETAPAN PENGENDALIAN
No : SHE-01-(0) Tgl. Berlaku : 29-04-19
Halaman : 6 dari 12
PROSEDUR
IDENTIFIKASI BAHAYA/ASPEK, PENILAIAN RISIKO/DAMPAK DAN
PENETAPAN PENGENDALIAN
No : SHE-01-(0) Tgl. Berlaku : 29-04-19
2.1.12 Nilai Risiko (PxFxS) – berisi nilai dari hasil perkalian Probability (P), Frekuensi
(F), dan Severity (S).
2.1.13 Tingkat Risiko – berisi penggolongan dari hasil nilai risiko, dengan
penggolongan sebagai berikut :
Nilai Risiko Tingkat Risiko
≥ 226 Very High
High
≥ 10 - 25
Medium
< 10 Low
2.1.14 Kriteria – berisi penggolongan dari hasil tingkat risiko, dengan penggolongan
sebagai berikut :
Tingkat Risiko Kriteria Risiko
Very High Tidak dapat diterima
High Tidak dapat diterima
Medium Dapat Diterima
Low Dapat Diterima
2.1.15 Kategori Hirarki Kontrol (El, S, En, A, dan P) – berisi tindakan pengendalian
bahaya lanjutan yang dibuat berdasarkan urutan pengelompokan Eliminasi
(El), Subtitusi (S), Engineering Control (En), Kontrol Administratif (A), dan APD
(P).
2.1.16 Tindakan Pengendalian Lanjutan – berisi tindakan pengendalian lanjutan
untuk menambah pengendalian, dimana kategori pada termasuk kategori
“tidak dapat diterima” dan diisi berdasarkan RTP yang sudah “close” pada
revisi HIRADC/ASDAM sebelumnya (jika HIRADC/ASDAM yang baru dibuat
atau revisi nol (0) tidak perlu mengisi tindakan pengendalian lanjutan ini,
cukup menuangkan dalam RTP.
2.1.17 Nilai Risiko Residual (P, F, dan S) – berisi penilaian risiko berdasarkan
Probability (P), Frekuensi (F) & Severity (S) dari “potensial dampak lingkungan
/ potensial insiden K3” dengan mempertimbangkan tindakan pengendalian,
keefektifan tindakan pengendalian, tindakan pengendalian lanjutan serta
keefektifan tindakan pengendalian. Untuk penentuan nilai (P), (F), dan (S)
berdasarkan tabel Probability, Frekuensi & Severity pada point 2.5.
2.1.18 Nilai Risiko Residua (Nilai Risiko PxFxS) – berisi perkalian dari Probability (P),
Frekuensi (F), Severity (S).
2.1.19 Nilai Risiko Residual (Tingkat Risiko) – berisi penggolongan dari hasil nilai risiko
Halaman : 7 dari 12
PROSEDUR
IDENTIFIKASI BAHAYA/ASPEK, PENILAIAN RISIKO/DAMPAK DAN
PENETAPAN PENGENDALIAN
No : SHE-01-(0) Tgl. Berlaku : 29-04-19
2.1.20 Kriteria – berisi penggolongan dari hasil tingkat risiko setelah dilakukannya
tindakan pengendalian lanjutan.
2.1.21 Peraturan K3L Terkait – berisi Peraturan terkait aktifitas ataupun pengendalian
yang dilakukan terhadap Potensial dampak Lingkungan/ Potensial Insiden K3.
2.1.22 Update HIRADC/ASDAM Revisi – berisi revisi terakhir dari HIRADC/ASDAM
2.1.23 Sumber Update HIRADC/ASDAM – berisi sumber referensi pembuatan
HIRADC/ASDAM (Hazard Report, Laporan Investigasi, Laporan Audit, dll)
2.2 Setiap Bahaya / Aspek yang telah diidentifikasi dicatat dalam Form HIRADC/ASDAM
SHE-01-01-(0).
2.3 Nilai risiko saat ini dilakukan berdasarkan situasi nyata yang terjadi setelah dilakukan
tindakan pengendalian.
2.4 Dalam melakukan penilaian risiko harus memperhatikan aspek peraturan
perundangan dalam bidang K3L serta peraturan lainnya dalam bidang K3L sesuai
dengan potensi bahaya dari aktivitas yang dinilai risikonya.
2.5 Penilaian risiko dilakukan dengan menggunakan formula sebagai berikut :
Pasti terjadi 5
FREKUENSI NILAI
Sekali sehari 4
SEVERITY
Halaman : 8 dari 12
PROSEDUR
IDENTIFIKASI BAHAYA/ASPEK, PENILAIAN RISIKO/DAMPAK DAN
PENETAPAN PENGENDALIAN
No : SHE-01-(0) Tgl. Berlaku : 29-04-19
2.5.1 Jika risiko tidak diterima (contoh : very high atau high) dan kontrol tambahan
yang dilakukan tidak cukup untuk menurunkan nilai risiko (P, F, atau S) → maka
risiko-nya tetap kategori (high) tidak langsung turun ke (“medium” atau ‘low”).
2.5.2 Jika setelah dilakukan pengendalian lanjutan nilai risikonya tetap “high” atau
“very high”, meskipun aspek legal, sumber daya dan pengendalian lainnya
sudah dipenuhi dan diupayakan, maka Emergency Respons Plan (ERP) atau
contigency plan harus di siapkan untuk meminimalisir konsekuensi dari risiko
tersebut. ERP harus dievaluasi secara berkala agar berfungsi secara efektif
dalam kesiapan penangangannya dan untuk mengurangi kesalahan dalam
penanganan.
2.5.3 Jika ada management of change (MOC) → maka harus di masukan ke dalam
HIRADC/ASDAM.
2.6 Penggolongan nilai risiko dan tindak lanjutnya sebagai berikut :
Nilai Tingkat Kriteria
Tindak Lanjut Keterangan
Risiko Risiko Risiko
Tidak Pengendalian harus diupayakan
Dimasukan ke
≥ 226 Very High dapat sampai level nilai risiko turun ke
Tindakan
diterima level dapat diterima
Halaman : 9 dari 12
PROSEDUR
IDENTIFIKASI BAHAYA/ASPEK, PENILAIAN RISIKO/DAMPAK DAN
PENETAPAN PENGENDALIAN
No : SHE-01-(0) Tgl. Berlaku : 29-04-19
3. OSHE Departemen dan Departemen Head memeriksa HIRADC/ASDAM yang telah dibuat dari
tiap departemen. HIRADC/ASDAM yang belum sesuai pengisiannya, maka akan dikembalikan
kepada Tim HIRADC/ASDAM departemen terkait untuk diperbaiki.
4. Tindakan Pengendalian Bahaya & Aspek yang sudah sesuai, diserahkan kepada Project
Manager (PM) dan Management Representative (MR) untuk direview dan diminta
persetujuannya.
4.1 Jika tindakan perbaikan yang diusulkan memerlukan keputusan dari management pada
level yang lebih tinggi sesuai dengan peraturan perusahaan maka harus dikonsultasikan
terlebih dahulu kepada atasan – atasannya hingga mendapatkan persetujuan atau
alternative tindakan perbaikan lainnya.
Halaman : 10 dari 12
PROSEDUR
IDENTIFIKASI BAHAYA/ASPEK, PENILAIAN RISIKO/DAMPAK
DAN
PENETAPAN PENGENDALIAN
No : SHE-01-(0) Tgl. Berlaku : 29-04-19
4.2 Jika tindakan perbaikan yang diusulkan memerlukan keputusan dari pemilik konsesi
pertambangan atau customer maka harus dikonsultasikan dan dikomunikasikan kepada
pemilik konsesi dalam hal ini adalah Kepala Teknik Tambang atau customer hinga
mendapatkan persetujuan atau mendapatkan alternative tindakan perbaikan lainnya.
5. Tim HIRADC membuat Tindakan Pengendalian bahaya & Aspek pada Form Tindakan
Pengendalian Bahaya dan Aspek SHE-01-02-(0) dari hasil HIRADC/ASDAM yang sudah
direview oleh OSHE Departemen sebagai rencana pengendalian untuk risiko yang tidak
dapat diterima.
5.1 Tindakan Pengendalian Bahaya & Aspek yang dilakukan harus dapat dipastikan akan
dapat menurunkan nilai risiko menjadi nilai risiko yang dapat diterima.
5.2 Tindakan Pengendalian Bahaya & Aspek yang disusun merupakan salah satu dasar
dalam penyusunan Objective, Target dan Program K3L sekaligus dijadikan sebagai
bagian dari tindakan pengendalian terhadap semua kegaiatan operasional sesuai
dengan hasil pemetaan proses bisnis perusahaan.
5.3 Tindakan Pengendalian Bahaya & Aspek yang akan dilakukan harus menggunakan
prinsip hirarki pengendalian risiko yang meliputi Eliminasi, Subtitusi, Pengendalian
Engineering, Pengendalian Administratif, dan Alat Pelindung Diri yang dilakukan secara
berurutan sesuai dengan urutan pengendalian risiko.
5.4 Tindakan Pengendalian Bahaya & Aspek yang dilakukan harus memperhatikan adanya
kemungkinan timbulnya bahaya lainnya yang memiliki nilai risiko yang lebih besar atau
sama.
5.5 Jika diperlukan suatu analisa lanjutan untuk memastikan agar Tindakan Pengendalian
Bahaya & Aspek yang dilakukan tidak menimbulkan bahaya lainnya dengan risiko yang
lebih besar atau sama maka tim HIRADC/ASDAM dapat meminta bantuan kepada badan
atau orang yang memiliki keahlian yang sesuai misalnya welder yang bersertifikat, ahli
K3, KTT dan lain – lain.
Halaman :
7. HIRADC/ASDAM yang sudah direview oleh OSHE Departemen dan Departemen Head akan
disahkan oleh Project Manager (PM) dan Management Representative (MR). Jika tindakan
pengendalian bahaya & aspek masih belum sesuai, maka akan dikembalikan lagi ke Tim
HIRADC/ASDAM untuk dilakukan perbaikan.
8. Tindakan Pengendalian Bahaya & Aspek yang sudah sesuai, diserahkan kepada Project
Manager (PM) dan Management Representative (MR) untuk direview dan diminta
persetujuannya kembali.
8.1 Masing-masing Departemen Head, menindak lanjuti hasil tindakan perbaikan kepada
penanggung jawab pelaksanaan perbaikan serta memberikan salinan Tindakan
Pengendalian Bahaya & Aspek ke departemen OSHE kemudian Departemen OSHE akan
memverifikasi tindak lanjut hasil perbaikan tersebut.
12 dari 12