Metode mengeringan spray drying merupakan metode pengeringan yang paling banyak
digunakan dalam industri terutama industri makanan. Metode ini mampu menghasilkan
produk dalam bentuk bubuk atau serbuk dari bahan-bahan seperti susu, buah buahan, dll.
Bagian-bagian dari unit spray dryer:
1. Feed pump
2. Atomizer
3. Pemanas uap (air heater)
4. Pendispersi udara (air disperse)
5. Drying chamber
6. Recovery powder system
7. Pembersih udara keluaran
Cara kerja spray dryer adalah sebagai berikut:
Pertama-tama seluruh air dari bahan yang ingin dikeringkan, diubah ke dalam bentuk
butiran-butiran air dengan cara diuapkan menggunakan atomizer. Air dari bahan yang telah
berbentuk tetesan-tetesan tersebut kemudian di kontakan dengan udara panas. Peristiwa
pengontakkan ini menyebabkan air dalam bentuk tetesan-tetesan tersebut mengering dan
berubah menjadi serbuk. Selanjutnya proses pemisahan antara uap panas dengan serbuk
dilakukan dengan cyclone atau penyaring. Setelah di pisahkan, serbuk kemudian kembali
diturunkan suhunya sesuai dengan kebutuhan produksi.
Prinsip dasar Spray drying adalah memperluas permukaan cairan yang akan dikeringkan
dengan cara pembentukan droplet yang selanjutnya dikontakkan dengan udara pengering
yang panas. Udara panas akan memberikan energi untuk proses penguapan dan menyerap uap
air yang keluar dari bahan. Spray dryer menyemprotkan cairan melalui atomizer. Cairan
tersebut akan dilewatkan ke dalam aliran gas panas dalam sebuah tabung. Akibatnya, air
dalam tetesan bisa menguap dengan cepat dan yang tertinggal hanyalah serbuk atau bubuk
yang kering. Langkah selanjutnya adalah memisahkan serbuk dari udara yang
mengangkutnya. Pemisahan ini dilakukan oleh separator atau kolektor serbuk.
Secara umum proses pengeringan dengan metode spray drying melalui 5 tahap :
1. Penentuan konsentrasi
Konsentrasi bahan yang akan dikeringkan harus tepat, kandungan bahan terlarut 30%
hingga 50%. Jika bahan yang digunakan sangat encer dengan total padatan terlarut yang
sangat rendah maka harus dilakukan pemekatan terlebih dahulu melalui proses evaporasi.
Jika kadar air bahan yang akan dikeringkan terlalu tinggi maka proses spray drying kurang
maksimal dimana bubuk yang dihasilkan masih mengandung kadar air yang tinggi. Selin itu
juga menyebabkan kebutuhn energi yang tinggi dalam proses pengeringan.
Perbandingan konsumsi energy yang akan dibutuhkan sesuai dengan Total Solid
(konsentrasi) feed (bahan) yang masuk ke dalam spray drying:
– 10 % = 23.650 kJ/kg powder – 40% = 3.970 kJ/kg Powder
– 20% = 10.460 kJ/kg powder – 50% = 2.680 kJ/kg powder
– 30% = 6.170 kJ/kg powder
2. Atomization
Bahan yang akan dimasukkan dalam alat spray drier harus dihomogenisasikan terlebih
dahulu agar ukuran droplet yang dihasilkan seragam dan tidak terjadi penyumbatan atomizer.
Homogenisasi dilakukan dengan cara pengadukan. selanjutnya bahan dialirkan kedalam
atomizer berupa ring/wheel dengan lubang-lubang kecil yang berputar. Atomization
merupakan proses pembentukan droplet, dimana bahan cair yang akan dikeringkan dirubah
ukurannya menjadi partikel (droplet) yang lebih halus. Tujuan dari atomizer ini adalah untuk
memperluas permukaan sehingga pengeringan dapat terjadi lebih cepat. Pada Industri
makanan, luas permukaan droplet setelah melalui atomizer adalah mencapai 1-400
mikrometer.
3. Kontak droplet dengan udara pengering
Pada sebagian besar spray dryer, nozzle (atomizer) tersusun melingkar. Dan pada
tengahnya disemprotkan udara panas bertekanan tinggi dengan suhu mencapai 300 0C. Udara
panas dan droplet hasil atomisasi disemprotkan ke bawah. Kondisi ini menyebabkan
terjadinya kontak antara droplet dengan udara panas sehingga terjadi pengeringan secara
simultan.
4. Pengeringan droplet
Adanya kontak broplet dengan udara panas menyebabkan evaporasi kadungan air
pada droplet hingga 95% sehingga dihasilkan bubuk. Bubuk yang telah kering jatuh ke bawah
drying chamber (ruang pengering) yang berukuran tinggi sekitar 25 m dan diameter 5 m. dari
atas chamber hingga mencapai dasar hanya memerlukan waktu selama beberapa detik.
5. Separasi
Udara hasil pengeringan dipisahkan dengan pengambilan udara yang mengandung
serpihan serbuk dalam chamber, selanjutnya udara akan memasuki separator. Udara hasil
pengeringan dan serpihan serbuk dipisahkan dengan menggunakan gaya sentrifulgal.
Selanjutnya udara dibuang, dan serpihan bahan dikembalikan dengan cara di blow sehingga
bergabung lagi dengan produk dalam line proses.
o Cyclone
Cyclone berfungsi sebagai bak penampung hasil proses pengeringan. Bubuk yang
dihasilkan akan dipompa menuju Cyclone.
o Bag Filter
Bag Filter berfungsi untuk menyaring atau memisahkan udara setelah digunakan
pengeringan dengan bubuk yang terbawa setelah proses.
Faktor yang perlu mendapat perhatian dalam sistem Spray Dryer adalah ruang pengeringan
yang umumnya berbentuk siklon, yakni hendaklah memilih material siklon yang tepat,
kehalusan permukaan dinding bagian dalam siklon yang memenuhi syarat termasuk dimensi
dan sebagainya, sehingga tidak menghambat kelangsungan proses pengeringan seperti bahan
dapat mengalir turun tanpa hambatan, waktu pengeringan yang cukup, separasi udara dengan
bahan dapat berlangsung secara sempurna, dan sebagainya.
Parameter kritis spray drying
1. Suhu pengering yang masuk : Semakin tinggi suhu udara yang digunakan untuk
pengeringan maka proses penguapan air pada bahan akan semakin cepat, namun suhu
yang tinggi memungkinkan terjadinya kerusakan secara fisik maupun kimia pada bahan
yang tidak tahan panas.
2. Suhu pengering yang keluar : Suhu pengering yang keluar mengontrol kadar air bahan
hasil pengeringan (bubuk) yang terbentuk.
3. Viskositas bahan (larutan) yang masuk : Viskositas bahan yang akan dikeringkan
mempengaruhi partikel yang keluar melalui nozel. Viskositas yang rendah menyebabkan
kurangnya energi dan tekanan dalam menghasilkan partikel pada atomization.
4. Jumlah padatan terlarut : Jumlah padatan terlarut pada bahan yang masuk diatas 30% agar
ukuran partikel yang terbentuk tepat.
5. Tegangan permukaan : Tegangan permukaan yang tinggi dapat menghambat proses
pengeringan, umumnya untuk menurunkan tegangan permukaan dilakukan penambahan
emulsifier. Emulsifier juga dapat menyebabkan ukuran partikel yang keluar dari nozzle
lebih kecil sehingga mempercepat proses pengeringan.
6. Suhu bahan yang masuk : Peningkatan suhu bahan yang akan dikeringkan sebelum
memasuki alat akan membawa energi sehingga proses pengeringan akan lebih cepat.
7. Tingkat volatilitas bahan pelarut : bahan pelarut dengan tingkat volatilitas yang tinggi
dapat mempercepat proses pengeringan. Namun dalam prakteknya air menjadi pelarrut
utama dalam bahan pangan yang dikeringkan.
8. Bahan dasar nozzle umumnya terbuat dari stainless steel karena tahan karat sehingga
aman dalam proses penggunaannya.
Kelebihan sistem Spray drying
o Kapasitas pengeringan besar dan proses pengeringan terjadi dalam waktu yang sangat
cepat. Kapasitas pengeringan mencapai 100 ton/jam.
o Tidak terjadi kehilangan senyawa volatile dalam jumlah besar (aroma)
o Cocok untuk produk yang tidak tahan pemanasan (tinggi protein)
o Memproduksi partikel kering dengan ukuran, bentuk, dan kandungan air serta sifat-sifat
lain yang dapat dikontrol sesuai yang diinginkan
o Mempunyai kapasitas produksi yang besar dan merupakan system kontinyu yang dapat
dikontrol secara manual maupun otomatis
2. Drum dryer
Terdiri dari gulungan logam panas yang berputar. Pada bagian luar terjadi penguapan
lapisan tipis zat cair atau lumpur untuk dikeringkan. Padatan keringdikeluarkan dari gulungan
yang putarannya lebih diperlambat. Drum dryer sangatcocok untuk penanganan lumpur atau
padatan yang berbentuk pasta atau suspensiserta untuk bermacam-macam larutan. Bagian
drum berfungsi sebagai suatuevaporator. Beberapa variasi dari jenis drum tunggal adalah dua
drum yang berputar dengan umpan masuk dari atas atau bagian bawah kedua drum tersebut
Prinsip kerja drum dryer
Terdiri dari gulungan logam panas yang berputar. Pada bagian luar terjadi penguapan
lapisan tipis zat cair atau lumpur untuk dikeringkan. Padatankering dikeluarkan dari gulungan
yang putarannya lebih diperlambat.
3. Freeze Drying
𝑑𝑄 = 𝑘. 𝐴. 𝑑𝑇
𝑑𝑋 (Joule/jam) ...(11)
Keterangan:
k = Konduktivitas termal (𝐽𝑜𝑢𝑙𝑒 𝑗𝑎𝑚.m.K)
A = Luas permukaan penghantar (𝑚2)
dT = Perpindahan suhu (𝑇1 - 𝑇2) (°C atau K)
dX = Tebal dinding (m)
dimana:
q = Kalor yang dipindahkan
h = Koefisien perpindahan panas secara konveksi
A = Luas bidang permukaan perpindahan panas
T = Temperatur
Perpindahan kalor dengan jalan aliran dalam industri kimia merupakan cara
pengangkutan kalor yang paling banyak dipakai. Oleh karena konveksi hanya
dapat terjadi melalui zat yang mengalir, maka bentuk pengangkutan kalor ini
hanya terdapat pada zat cair dan gas. Pada pemanasan zat cair/gas terjadi aliran,
karena massa yang akan dipanaskan tidak sekaligus di bawa ke suhu yang sama
tinggi. Oleh karena itu bagian yang paling banyak atau yang pertama dipanaskan
memperoleh massa jenis yang lebih kecil daripada bagian massa yang lebih
dingin. Sebagai akibatnya terjadi sirkulasi, sehingga kalor akhimya tersebar pada
seluruh zat. Perpindahan panas secara konveksi merupakan perpindahan energi
antara permukaan padatan dan cairan atau gas yang berdekatan, dimana gas atau
cairan tersebut sedang bergerak.
Perpindahan panas konveksi dibedakan menjadi dua, yaitu konveksi bebas
dan konveksi paksa.