Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ALIH TANGAN KASUS


Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah ”Kegiatan Pendukung”
Dipresentasikan di kelas BK.3.C

DISUSUN OLEH:
Ani Rahmadhini : 2622096
Laura Sukma : 2622098
Anisa Anggraini Putri : 2622107
Nur Mega Putri : 2622112
Salsabilla : 2622116
Nadia Wulandari : 2622181
Miftahul Fadhil : 2622196
Dosen Pengampu:
Budi Santosa, M.Pd
PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SJECH M.DJAMIL DJAMBEK
BUKITTINGGI
1444 H / 2023 M
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyiapkan tugas makalah ini yang berjalan lancar tanpa adanya
hambatan yang diluar kemampuan.

Shalawat beserta salam kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa
risalah dari Allah SWT terutama Nabi yang telah membawa mukjizat-Nya yang berupa
Al-Quran yang dengannya bisa kita peroleh petunjuk dan segala macam ilmu.

Untuk yang selanjutnya kami mengucapkan terimakasih kepada teman-teman


kami, terutama kepada dosen kami yang telah memberikan tugas tersebut, sehingga
dapat tersusun makalah ini.

Adapun yang dibahas dalam makalah ini yaitu tentang “Konferensi Kasus
(Lanjutan)”. Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan, untuk itu pemakalah mohon untuk diberikan kritik dan saran untuk lebih
baik kedepannya.

Semoga makalah ini dapat bermaanfaat bagi pembaca. Amin

Wassalamualaikum wr.wb

Bukittinggi, 7 Oktober 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................1
C. Tujuan .......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengantar ..................................................................................................2
B. Tujuan Umum Dan Tujuan Khusus.........................................................4
C. Komponen ...............................................................................................6
D. Azaz .........................................................................................................8
E. Pendekatan dan Teknik ............................................................................8
F. Keterkaitan .............................................................................................10
G. Operasionalisasi kegiatan ......................................................................11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................13
B. Saran .......................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alih tangan kasus merupakan kegiatan untuk memperoleh penanganan
yang lebih tepat dan tuntas atas permasalahan yang dialami klien dengan
memindahkan penanganan kasus ke pihak lain yang lebih kompeten, seperti
kepada guru mata pelajaran atau konselor, dokter serta ahli lainnya, dengan
tujuan agar peserta didik dapat memperoleh penanganan yang lebih tepat dan
tuntas atas permasalahan yang dihadapinya melalui pihak yang lebih kompeten.
Alih tangan kasus (reveral) yang paling efektif seharusnya menggunakan data
yang akurat. Yaitu konselor dapat memanfaatkan data yang termuat dalam
komulatif record, laporan observasi, dan alat penilaian yang lain. Dengan
adanya data tersebut konselor dapat mengidentifikasi siswa yang memerlukan
bantuan. Agar data tersebut dapat dipercaya, konselor perlu mengadakan
pemutakhiran dan peninjauan terus menerus atau secara berkala.
Mengingat keputusan alih tangan kasus (reveral) bersifat kompleks
maka perlu adanya proses skrening. Petugas sekolah yang terkait seperti guru,
petugas administrasi, dan para petugas Bk perlu diajak konfrensi kasus.
Konfrensi kasus ini dalam rangka merencanakan bantuan sekolah atau apa yang
terkait dengan alih tangan kasus (reveral).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengantar alih tangan kasus
2. Apa tujuan khusu dan umum alih tangan kasus
3. Bagaimana komponen alih tangan kasus
4. Bagaimana azaz alih tangan kasus
5. Bagaimana pendekatan dan Teknik alih tangan kasus
6. Bagaimana keterkaitan alih tangan kasus
7. Bagaimana operasionalisasi alih tangan kasus

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk Mengetahui pengantar alih tangan kasus
2. Untuk Mengetahui tujuan khusus dan umum alih tangan kasus
3. Untuk Mengetahui komponen alih tangan kasus
4. Untuk Mengetahui azaz alih tangan kasus
5. Untuk Mengetahui pendekatan dan teknik alih tangan kasus
6. Untuk Mengetahui keterkaitan alih tangan kasus
7. Untuk Mengetahui operasional alih tangan kasus

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengantar Alih tangan kasus
Alih tangan kasus adalah suatu tindakan mengalihkan penanganan
masalah peserta didik/konseli dari satu pihak kepada pihak lain yang lebih
berwenang dan memiliki keahlian. Guru bimbingan dan konseling atau
konselor melakukan alih tangan kasus kepihak lain karena keahlian dan
kewenangannya baik di sekolah (guru mata pelajaran) maupun di luar sekolah
(psikolog, dokter, psikiater). Sebaliknya guru bimbingan dan konseling atau
konselor menerima alih tangan kasus peserta didik dari wali kelas, guru
matapelajaran, dan pimpinan sekolah. Guru kelas melakukan alih tangan kasus
pada guru bimbingan dan konseling atau konselor dan pada ahli lain atas
persetujuan orang tua sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan bantuan
peserta didik. Dalam pelaksanaan alih tangan kasus, guru bimbingan dan
konseling atau konselor perlu menyusun kelengkapan kegiatan berupa format
pelaksanaan dan laporan pelaksanaan alih tangan kasus.1
Alih tangan kasus yaitu asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan
pelayanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu
permasalahan klien mengalihtangankan permmasalahannya itu kepada pihak
yang lebih ahli .2
Alih Tangan Kasus adalah upaya mengalihkan atau memindahkan
tanggung jawab penanganan masalah atau kasus-kasus tertentu yang dialami
klien kepada pihak lain yang lebih mengetahui dan berwenang.3 Kegiatan alih
tangan kasus diselenggarakan oleh guru BK agar masalah siswa memperoleh
pelayanan oleh ahli yang lebih handal dan sesuai. Melalui alih tangan kasus
masalah siswa dapat diselesaikan dengan baik dan professional.
Alih tangan merupakan kegiatan pendukung untuk mendapatkan
penanganan yang lebih cepat, tepat dan tuntas masalah yang dihadapi siswa
dengan memindahkan penanganan kasus dari satu pihak ke pihak lainnya.
Dalam permendikbud nomor 81 A menyebutkan bahwa alih tangan kasus yaitu

1
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan Dan
Konseling Sekolah Dasar (SD),(Jakarta: Kemendikbud, 2016) hal 80-81
2
Deni Febrini, Bimbingan dan Konseling,(Yogyakarta : Teras,2011)
3
Budi Santosa, Studi Kasus Bimbingan dan Konseling. (Bukittinggi : LP2M IAIN Bukittinggi,2014)

2
kegiatan untuk memindahkan penanganan masalah peserta didik ke pihak lain
sesuai keahlian dan kewenangan ahli yang dimaksud.4
Kegiatan referal atau alih tangan yaitu kegiatan pendukung BK untuk
mendapatkan penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas masalah yang
dialami mahasiswa atau konseli dengan memindahkan penanganan kasus dari
satu pihak ke pihak lainnya. Kegiatan ini memerlukan kerjasama yang erat
antara berbagai pihak yang dapat memberikan bantuan dan atas penanganan
masalah tersebut (terutama kerja sama dari ahli lain tempat kasus itu dialih
tangankan). Kegiatan ini menuntut agar pelayanan Bimbingan dan Konseling
tidak hanya dirasakan adanya pada waktu mahasiswa mengalami masalah dan
menghadap pada konselor saja, namun usaha Bimbingan dan Konseling
hendaknya dirasakan serta manfaatnya sebelum dan sesudah mahasiswa
menjalani layanan Bimbingan dan Konseling secara langsung.
Kegiatan referal menunjuk pada azas alih tangan kasus yaitu azas
bimbingan konseling yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu
menyelenggarakan layanan bimbingan konseling secara tepat dan tuntas atas
suatu permasalahan peserta didik mengalih tangankan permasalahan itu kepada
pihak yang lebih ahli. Kegiatan alih tangan kasus meliputi dua jalur, yaitu
sebagai berikut :
a. Jalur Kepada Konselor.
Dalam arti konselor menerima “kiriman” konseli/ mahasiswa dari pihak-
pihak lain, seperti peserta didik/teman, bagian akademik, bagian
kemahasiswaan, dosen pembimbing akademik, orang tua dll. Konselor
menerima konseli dari pihak lain dengan harapan peserta didik itu dapat
ditangani sesuai dengan permasalahan mahasiswa yang belum atau tidak
tuntas ditangani oleh pihak lain itu; atau permasalahan mahasiswa itu
tidak sesuai dengan bidang keahlian pihak yang mengirimkan peserta
didik itu.
b. Jalur Dari Konselor,
Dalam arti konselor “mengirimkan” konseli/ mahasiswa yang belum
tuntas ditangani kepada ahli-ahli lain, seperti konselor yang lebih senior,
dan ahli-ahli lain misalnya psikolog, psikiater, dan dokter. Konselor
mengalihtangankan mahasiswa kepada pihak lain apabila masalah yang
dihadapi peserta didik memang diluar kewenangan konselor untuk
menanganinya, atau setelah konselor berusaha sekuat tenaga

4
Suhertina, bimbingan dan konseling , (Dumai: CV. Mifan karwa Sekawan, 2017) hal 118

3
memberikan bantuan, namun permasalaha mahasiswa belum berhasil
ditangani secara tuntas.5
1. Alur alih tangan kasus dari guru bimbingan dan konseling atau
konselor atau guru kelas kepada`pihak lain
a. Komunikasi dengan konseli dan orang tua untuk memperoleh
persetujuan alih tangan kasus.
b. Konsultasi dengan pimpinan sekolah untuk menjelaskan dan
memperoleh ijin alih tangan kasus kepada ahli lain di luar
sekolah.
c. Membuat pengantar alih tangan kasus dengan dilengkapi data
pendukung.
d. Mengirim peserta didik/konseli untuk memperoleh layanan
ahli
e. Memantau perkembangan hasil layanan ahli.
f. Memperoleh dan mengadministrasikan laporan dari ahli lain
g. Apabila bantuan yang diberikan oleh ahlipun tidak berhasil
mencapai tujuan, maka perlu dilakukan analisis dan
perencanaan penanganan berikutnya antara lain melalui
konferensi kasus, konsultasi.
2. Alur alih tangan kasus dari guru kelas kepada konselor dan guru
bimbingan dan konseling
a. menyusun informasi keadaan peserta didik/konseli yang
direferal serta layanan bantuan/ tindakan yang sudah dilakukan
b. menetapkan bantuan yang diprediksi dibutuhkan peserta didik/
konseli
c. Membuat pengantar alih tangan kasus
d. Memonitor kemajuan alih tangan kasus
e. Melaksanakan layanan tindak lanjut hasil alih tangan kasus
f.
B. Tujuan umum dan Tujuan Khusus
Psikiater mengalihtangankan siswa kepada konselor (di UPBK) sesuai
dengan pekerjaan profesional konseling, yaitu menangani individu normal sedang

5
Soedarto, Buku Panduan Layanan Bimbingan Dan Konseling,(Jakarta: Universitas Sari Mulia
Banjarmasin, 2019) Hal 8-9

4
mengalami masalah belajar. Kegiatan ATK diselenggarakan oleh konselor tidak
lain bermaksud agar klien memperoleh pelayanan yang optimal (atas masalah yang
dialami) oleh ahli pelayanan profesi yang benar-benar handal. Melalui ATK yang
tepat klien akan segera memperoleh pelayanan yang tepat; sebaliknya, apabila ATK
tidak tepat akan terjadi hal-hal yang tidak mengenakkan.6
1. Tujuan Umum
Secara umum alih tangan kasus bertujuan untuk mengentaskan
permasalahan siswa secara tuntas dan optimal.7 Tujuan umum dari alih
tangan kasus adalah diperolehnya pelayanan yang optimal, setuntas
mungkin, atas masalah yang dialami konseli/peserta didik.
2. Tujuan Khusus
Secara khusus alih tangan kasus tujuannya adalah sesuai dengan fungsi
bimbingan dan konseling yaitu fungsi pengentasan. Fungsi pengentasan
dalam alih tangan kasus ini dilakukan oleh ahli, agar tidak terjadi masalah
lain yang akan dialami siswa dan menghindari parahnya kasus siswa yang
bersangkutan.8
Tujuan khusus berkaitan dengan fungsi-fungsi konseling yaitu:
a. Fungsi pengentasan : Tenaga ahli yang menjadi arah referal diminta
memberikan pelayanan yang secara spesifik lebih menuntaskan
pengentasan masalah konseli.
b. Fungsi pemahaman : Untuk memahami masalah yang sedang
dihadapi konseli guna pengentasan.
c. Fungsi pencegahan : Merupakan dampak positif yang diharapkan
dari referal untuk menghindari masalah yang lebih pelik lagi.

6
Nur afni,Bimbingan Konseling Di sekolah Dasar,(Yongyakarta:Penerbit Samudra Biru,2018) hal 148

7
Mutia Rafika Agustin, Upaya Pengentasan Masalah Siswa Melalui Tindakan Alih Tangan Kasus Di
Mtsn 5 Solok, (Jurnal Kajian Penelitian Pendidikan dan Kebudayaan (JKPPK) vol 1 no 1, 2013) hal 93
8
Mutia Rafika Agustin, Upaya Pengentasan Masalah Siswa Melalui Tindakan Alih Tangan Kasus Di
Mtsn 5 Solok, (Jurnal Kajian Penelitian Pendidikan dan Kebudayaan (JKPPK), vol 1 no 1, 2013) hal 93

5
d. Fungsi pengembangan dan pemeliharaan : Dengan terentaskannya
masalah berbagai potensi dapat terpelihara dan terkembang.
e. Fungsi advokasi : Berhubungan dengan masalah klien berkenaan
dengan terhambatnya atau teraniayanya hak-hak konseli.9
C. Komponen
Komponen dalam Referal Penyelenggaraan referal melibatkan tiga
komponen pokok, yaitu :
1. Mahasiswa dengan masalahnya Tidak semua masalah dapat dialih
tangankan, untuk itu perlu dikenali masalahmasalah apa saja yang menjadi
kewenangan konselor, seperti masalah-masalah berkenaan dengan :
a. Penyakit, baik penyakit fisik ataupun mental (kejiwaan)
b. Kriminalitas, dengan gejala bentuknya
c. Psikotropika, yang di dalamnya dapat terkait masalah kriminalitas dan
penyakit. Apabila konselor mengetahui bahwa konseli secara
substansial berkenaan dengan salah satu atau lebih dari tersebut di atas,
konselor harus mengalih tangankannya ke ahli yang lain yang
berwenang. Bila berkenaan dengan masalah kriminal, siapapun yang
mengetahuinya harus segera melapor ke pihak yang berwenang.
Dalam hal ini konselor hanya menangani klien yang masalah
kriminalnya telah diproses oleh pihak yang berwajib dan lainnya.
d. Guna-guna dalam segala bentuknya dan merupakan kondisi yang
berada di luar akal sehat sehingga merupakan kewenangan
paranormal, dan tokoh-tokoh keagamaan lainnya;

9
Soedarto, Buku Panduan Layanan Bimbingan Dan Konseling,(Jakarta: Universitas Sari Mulia
Banjarmasin, 2019) Hal 9

6
e. Keabnormalan akut, yaitu kondisi fisik dan mental yang bersifat luar
biasa (dalam arah bawah normal) yang biasanya juga merupakan
kewenangan psikiater 10
2. Konselor Dalam menangani mahasiswa, hal-hal yang perlu dikenali secara
langsung oleh konselor, bahwa hanya mahasiswa yang normal saja yang
ditangani konselor, diluar itu dialih tangankan kepada ahlinya. Untuk dapat
mengalihtangankan mahasiswa dengan baik, konselor di tuntut untuk
memiliki pengetahuan yang memadai tantang para ahli yang dapat menjadi
arah referal beserta nama dan alamatnya.
3. Ahli lain Lima ahli lain perlu dipahami oleh konselor sebagai arah referal,
yaitu dokter, psikiater, psikolog, guru/dosen, dan ahli lain dalam bidang
tertentu.
a. Dokter, adalah ahli yang menangani berbagai penyakit jasmaniah.
b. Psikiater, adalah ahli yang menangani penyakit psikis.
c. Psikolog, adalah ahli yang mendeskripsikan kondisi psikis.
d. Guru/dosen, adalah ahli dalam mata pelajaran atau bidang bidang
keilmuan tertentu.
e. Ahli bidang tertentu, adalah mereka yang menguasai bidang-bidang
tertentu seperti adat, agama, budaya tertentu, dan hukuman, serta ahli
lain pengembangan pribadi yang memerlukan kebutuhan khusus
kepada ahliahli tertentu itulah klien dialihtangankan sesuai dengan
permasalahannya. Pihak yang berwenang seperti polisi, tidak termasuk
kedalam pihak yang menjadi arah alih tangan kasus sebab masalah
criminal yang harus dilaporkan kepada polisi bukanlah alih tangan
kasus, melainkan merupakan kewajiban semua warga.11

10
Ulul Azam,Bimbingan dan Konseling Perkembangan Di Sekolah(Teori dan Praktek),(Yongyakarta:CV
Budi Utama,2016) hal 172
11
Soedarto, Buku Panduan Layanan Bimbingan Dan Konseling,(Jakarta: Universitas Sari Mulia
Banjarmasin, 2019) Hal 9-10

7
D. Azaz
Azaz yang menghendaki agar konselor yang tidak mampu
menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan dan
tuntas atas suatu permasalahan. Konseli kiranya dapat mengalihkan tangankan
kepada pihak yang lebih ahli. Konselor dapat menerima alih tangan kasus dari
orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain. Demikian pula, sebaliknya konselor,
dapat mengalihkan tangan kasus kepada pihak yang lebih kompoten, baik yang
berada didalam lembaga sekolah maupun di luar sekolah.
Asas kesukarelaan, keterbukaandan kerahasiaan diutarakan. Alih
tangan kasus diselenggarakan atas persetujuan klien (klien perlu memahami
alas an dan pentingnya alih tangan kasus, serta kemana alih tangan kasus itu
ditujukan). Kepada ahli yang baru, klien diminta untuk terbuka berkenaan
dengan masalahnya dan apa-apa yang telah dibahas dalam pelayanan terdahulu
(konselor dapat menyertakan catatan tentang klien dalam alih tangan kasus;
semua catatan itu deketahui dan disetujui oleh klien dan klien memiliki hak
untuk menyampaikan catatan itu atau tidak kepada ahli yang dituju dalam alih
tangan kasus. Untuk masalah criminal, konselor tidak mengalih tangankan
klien, melainkan menganjurkan agar klien secara sukarela malaporkan kepolisi.
E. Pendekatan dan Teknik
Pendekatan dan Teknik konferensi kasus dapat menerapkan beberapa
Teknik sebagai berikut :12
a. Kelompok informal. Konferensi kasus yang menggunakan teknik ini
bersifat tidak resmi, Artinya tidak menggunakan cara-cara tertentu
yang bersifat instruksional. Atau tidak ada instruksi atau perintah dari
siapa pun.
b. Pendekatan normatif. Penerapan teknik ini harus memperhatikan hal-
hal sebagai berikut:
• Penyebutan nama seseorang harus disertai penerapan asas
kerahasiaan (apabila memungkinkan penyebutan nama
dihindari).

12
Prayitno, Jenis Kegiatan Pendukung Konseling. Padang (2012)

8
• Pengungkapan sesuatu dan pembahasannya harus didasarkan
pada tujuan positif yang menguntungkan sumua pihak yang
terkait. Dengan perkataan lain, apapun yang dibahas tidak
merugikan pihak-pihak tertentu.
• Pembicaraan dalam suasana bebas dan terbuka, objektif tanpa
pamrih, dan tidak didasarkan atas kriteria kalah menang.
• Diminta kelompok diwarnai semangat memberi dan menerima.
• Bahasa dan cara-cara yang digunakan diwarnai oleh asas
kenormatifan.
c. Pembicaraan terfokus Semua peserta konferensi kasus bebas
menggembangkan yang diketahui, dipikirkan, dirasakan, dialami, dan
dibanyagkan akan terjadi berkaitan dengan kasus yang
dibicarakan,namun jangan samapi pembicaraan meluas dluar
konteks,mengada-ada,apalagi samapi menyentuh daerah yang
menyentuh daerah yang menyinggung pribadi-pribadi tertentu. Untuk
itu, konselor harus mampu anatara lain :
• Membangun suasana nyaman bagi seluruh peserta dalam
mengukuti pembicaraan.
• Mendorong para peserta untuk berperan optimal dalam
pembahasan kasus.
• Mengambil inti pembicaraan dan menyimpulkan seluruh isi
pembicaraan 6. Operasionalisasi kegiatan Konferensi kasus
dapat dilaksanakan dimana saja, di tempat konselor bertugas
mempraktikan pelayanan profesional, di sekolah dan madrasah
yang menyangkut siswa atau personil sekolah dan madrasah
dan di tempat-tempat lainnya.atau dibuat kesepakatan anatara
konselor dan peserta serta pihak yang bertanggung jawab atas
tempat tertentu. Prinsipnya, tempat berlagsungnya konferensi
kasus harus nyaman dan kondusif mendukung pelaksanaan
konferensi kasus sesuai tuntutan asas-asas konseli.
Secara umum dalam wawancara konseli dikenal tiga Teknik dan
pendekatan khusus dalam konseling, yaitu:
1. Directive Counseling (informative,Conselor Centered). Teknik ini
adalah proses konseling kebanyakan berada ditangan konselor.
Konselor lebih banyak mengambil inisiatif dalam proses konseling,
sehingga klien tidak menerima apa yang dikemukakan konselor.
2. Non directive counseling (clien centered counseling). Proses koneslimg
yang jadi pusatnya adalah klien bukan konselor. Dalam pemecahan

9
masalah klien itu sendiri itu didorong oleh konselor untuk mencari dan
menemukan cara untuk teknik yang terbaik dalam pemecahan masalah.
3. Elective counseling. Teknik yang memadukan Teknik directive dan non
Directive konseling. Seorang konselor akan berhasil menjalankan
tugasnya tidak hanya berpegang pada salah satu Teknik atau pendekatan
yang disesuaikan dengan sifat masalah klien atau situasi konseling itu
sendiri. (Dr. H. Hamzah, 2020)

F. Keterkaitan
Pemahaman tentang normalitas klien, subtansi masalah dan ahli lain
yang menjadi arah alih tangan kasus dapat terkait dengan semua layanan dan
kegiatan pendukung konseling lainnya. Alih tangan kasus diselenggarakan
atas dasar keadaan kurang terpenuhinya kebutuhan peserta layanan (klien)
oleh konselor, terutama kebutuhan yang pemenuhannya diluar kewenangan
konselor. Untuk itu konselor wajib berusaha memenuhi kebutuhan yang
masih tersisa itu, dengan cara mengalih tangakan klien kepada ahli yang lebih
berkewenangan agar pengentasan masalah klien lebih tuntas lagi. Berkenaan
dengan layanan ORIN, alih tangan kasus mungkin diperlukan bagi peserta
yang ingin memperoleh pendalaman lebih lanjut tentang elemen-elemen
tertentu yang mereka jumpai melaui layanan terdahulu. Kebutuhan
pendalaman yang dimaksudkan itu materi dan caranya diluar kewenangan
konselor. Untuk membantu peserta atau klien itu lebih lanjut,
dilaksanakanlah alih tangan kasus. Konselor bertanggung jawab atas
terselenggaranya alih tangan kasus itu jika klien, berdasarkan hasil analisis
masalah kebutuhan-kebutuhannya memang menghendakinya.
Berkenaan dengan layanan INFO, mungkin ada peserta layanan yang
ingin mendalami informasi tertentu dan mengaitkan secara khusus informasi
tersebut dengan permasalahan yang ia alami. Untuk itu diperlukan upaya
tindak lanjut. Keinginan peserta itu dapat diupayakan pemenuhannya oleh
konselor, dan apabila keinginan yang dimaksud itu berada diluar kewenangan
konselor, maka upaya alih tangan kasus perlu dilakukan. Konselor mengatur
pelaksanaan alih tangan kasus itu bersama peserta yang menghendaki upaya
tersebut.
Alih tangan kasus dimungkinkan atas dasar hasil penilaian dampak
layanan. Apabila ada dampak yang tidak menjadi kewenangan konselor
menanganinya, maka permasalahan baru atau lanjutan tersebut dapat
dialihkan kepada ahli yang berkewenangan. Semacam alih tangan dapat

10
dilakukan dalam rangka kajian awal terhadap potensi dan kondisi diri serta
kondisi lingkungan. Ahli tertentu dapat membantu konselor menyediakan
data yang lebih lengkap dan akurat serta dukungan dan fasilitas berkenaan
dengan pengkajian dan penanganan permasalahan subjek. Dari hasil
penilaian laiseg atau laijapen dapat diidentifikasi peserta mana yang
memerlukan tindak lanjut alih tangan kasus yang mengarah pada pendalaman
penguasaan konten dengan permasalahan yang dialami oleh peserta yang
bersangkutan.
Kaitan alih tangan kasus dengan layanan konsultasi apabila pihak ketiga
yang dibawa konsulti adalah masalah yang tidak menjadi kewenangan
konsultan untuk terlibat dalam penanganannya. Dalam hal ini konsultan harus
benar-benar berhati-hati, terlebih-lebih apabila konsulti akan membawa
masalah yang bersifat kriminal atau pidana. Sebelum konsulti lebih jauh
mengemukakan masalahnya itu, konsultan harus menghentikan kontak yang
mengarah kepembicaraan masalah yang seharusnya berurusan dengan polisi.
Pada sisi lain konsulti dapat mengalih-tangankan pihak ketiga kepada
konsultan. Dalam hal ini layanan konseling perorangan dapat dilakukan oleh
konselor terhadap pihak ketiga yang sekarang menjadi kliennya itu. Lebih
jauh konselor dapat bekerja sama dengan konsulti dalam menangani masalah
yang dialih tangankan itu. Masalah yang belum tuntas terentaskan dalam
layanan koseling perorangan dan konseling kelompok dapat dialih tangankan
(melalui prosedur) termasuk dalam aplikasi instrumentasi. Dalam layanan
mediasi, alih tangan kasus dapat dilakukan secara serentak seluruh atau
Sebagian dari peserta layanan. Hal ini tergantung pada ciri dan kondisi
individu dan masalah yang hendak dialih tangankan. Apabila alih tangan
hendak dilakukan, konselor memberikan penjelasan alasan pengalihtanganan
dan kepada siapa alih tangan dituju. Sesuai dengan keperluannya, konselor
dapat menyiapkan baha-bahan yang akan dibawa klien kepada ahli yang
dituju; minimal surat pengantar. Hasil alih tangan dibicarakan dalam layanan
mediasi lanjutan untuk lebih mantapnya hasil-hasil layanan mediasi secara
menyeluruh. Konselor harus mencermati keterkaitan alih tanga kasus dengan
jenis-jenis layanan dan kegiatan pendukung agar dapat diselenggarakan tepat
waktu, sasaran dan cara dalam kaitannya dengan layanan atau kegiatan lain
dalam pelayanan konseling.13
G. Operasionalisasi Kegiatan
1. Perencanaan

13
Prayitno, himpunan data, konferensi kasu: jurusan bimbingan dan konseling.(fakultas ilmu
Pendidikan, Universitas Negeri Padang,2004)

11
a. Menetapkan kasus (klien) yang memerlukan alih tangan kasus.
b. Meyakinkan klien tentang pentingnya alih tangan kasus.
c. Menghubungi ahli lain yang menjadi arah alih tangan kasus.
d. Menyiapkan materi yang akan disertakan dalam alih tangan kasus.
e. Menyiapkan materi yang akan disertakan dalam alih tangan kasus.
f. Menyiapkan kelengkapan administrasi.
2. Pelaksanaan
a. Mengkomunikasikan rencana alih tangan kasus kepada pihak terkait
b. Mengalihtangankan klien kepada ahli lain yang menjadi arah alih
tangan kasus.
3. Evaluasi
a. Membahas hasil alih tangan kasus melalui klien yang bersangkutan.
b. Laporan ahli yang menjadi arah alih tangan kasus.
c. Analisis hasil alih tangan kasus.
d. Mengkaji hasil alih tangan kasus terhadap pengentasan masalah klien.
4. Analisis hasil evaluasi
Melakukan analisis terhadap efektifitas alih tangan kasus terhadap
pengentasan masalah klien secara menyeluruh.
5. Tindak lanjut
Menelenggarakan layanan lanjutan (jika diperlukan) oleh pemberi
layanan terdahulu atau alih tangan kasus lanjutan.
6. Laporana.
a. Menyusun laporan kegiatan alih tangan kasus.
b. Menyampaikan laporan terhadap pihak-pihak terkait.
c. Mendokumentasikan laporan.14

14
Prayitno, himpunan data, konferensi kasu: jurusan bimbingan dan konseling.(fakultas ilmu
Pendidikan, Universitas Negeri Padang,2004)

12
BAB III
PENUTUP
A. Keimpulan
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan umum bahwa
kegiatan reveral merupakan cara alternatif yang dapat dilakukan untuk
menangani individu yang membutuhkan bantuan. Cara ini dilakukan untuk
membantu konselor dalam hal pemecahan masalah karena ketidak
mampuannya untuk menangani permasalahan tersebut, sehingga diperlukan
person atau pihak tertentu yang dianggap mampu untuk melakukan penanganan
persoalan yang dihadapi individu.
Alih tangan kasus adalah suatu tindakan pemindahan penanganan individu atau
peserta didik kepihak lain yang sesuai dengan keahlian dan kewenangannya,
baik di sekolah maupun di luar sekolah. Petugas atau lembaga diluar sekolah
diperlukan karena mereka dapat memberikan bantuan yang tidak bisa
diperoleh, baik oleh sekolah maupun konselor setempat. Rujukan dilakukan
untuk mendapatkan batuan secara khusus tetapi bukan berarti bahwa individu
yang di reveral itu memiliki masalah yang serius karena pandangan semacam
itu terlalu sempit dan salah.
Kegiatan alih tangan kasus ini seharusnya antara konselor dan individu
serta pihak-pihak yang lain harus sungguh-sungguh dalam pemecahan masalah-
masalah yang dihadapi yang individu. Demi kepentingan pribadi individu dan
konselor tersebut. Setiap kegiatan yang dilakukan harus sesuai dengan
perencanaan yang disetujui
B. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah
ini, akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu
penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat
diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk ke depannya. Sehingga bisa terus
menghasilkan karya tulis yang bermanfaat bagi banyak orang.

13
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan. 2016. Panduan Operasional


Penyelenggaraan Bimbingan Dan Konseling Sekolah Dasar (SD). Jakarta:
Kemendikbud
Febrini, Deni. 2011 Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta : Teras
Santosa, Budi. 2014. Studi Kasus Bimbingan dan Konseling. (Bukittinggi : LP2M
IAIN Bukittinggi
Suhertina.2017. bimbingan dan konseling. Dumai: CV. Mifan karwa Sekawan
Soedarto. 2019. Buku Panduan Layanan Bimbingan Dan Konseling. Jakarta:
Universitas Sari Mulia Banjarmasin
Afni, Nur. 2018. Bimbingan Konseling Di sekolah Dasar. Yongyakarta:Penerbit
Samudra Biru
Agustin, Mutia Rafika. 2013. Upaya Pengentasan Masalah Siswa Melalui Tindakan
Alih Tangan Kasus Di Mtsn 5 Solok. Jurnal Kajian Penelitian Pendidikan dan
Kebudayaan (JKPPK) vol 1 no 1
Soedarto. 2019. Buku Panduan Layanan Bimbingan Dan Konseling. Jakarta:
Universitas Sari Mulia Banjarmasin
Ulul Azam. 2016. Bimbingan dan Konseling Perkembangan Di Sekolah(Teori dan
Praktek),Yongyakarta:CV Budi Utama
Prayitno. 2012. Jenis Kegiatan Pendukung Konseling. Padang: UNP
Prayitno. 2004. himpunan data, konferensi kasu: jurusan bimbingan dan konseling.
Padang :Fakultas ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Padang

14

Anda mungkin juga menyukai