Anda di halaman 1dari 5

BAB II

PEMBAHASAN

1. Dukungan Sistem

dukungan sistem merupakan komponen program yang secara tidak langsung memberikan
bantuan kepada siswa atau memfasilitasi kelancaran perkembangan siswa. Program ini
memberikan dukungan kepada guru pembimbing dalam rangka memperlancar
penyelenggaraan program layanan.
Berikut alternatif pemecahan masalah kesulitan belajar siswa dengan memggunakan
dukungan sistem:
a. Bimbingan Klasikal secara terjadwal, konselor memberikan
layanan bimbingan kepada para siswa di kelas. Kegiatan ini berupa pemberian informasi
tentang berbagai hal mengenai hal-hal yang bersangkutan dengan kesulitan belajar yang
dipandang bermanfaat bagi para siswa.
b. Bimbingan Kelompok , Konselor memberikan layanan bimbingan kepada siswa yang
mengalami kesulitan belajar melalui kelompok-kelompok kecil. Bimbingan ini ditujukan
untuk merespon seperti apa kesulitan belajar yang dialami setiap siswa.
c. Berkolaborasi dengan Guru Mata Pelajaran
Konselor berkolaborasi dengan guru dalam rangka memperoleh informasi tentang peserta
didik (prestasi dan pribadinya), dan mengidentifikasikan aspek-aspek bimbingan yang dapat
dilakukan oleh guru mata pelajaran.
d. Kerja sama dengan Orang Tua, Hal ini dilakukan untuk saling memberikan informasi,
pengertian, dan tukar pikiran antara konselor dengan orang tua dalam upaya mengembangan
potensi belajar siswa atau memecahkan masalah kesulitan belajar yang mungkin dihadapi
siswa.
e.Konseling Individu atau Kelompok, Kegiatan ini dilakukan untuk membantu para siswa
yang mengalami kesulitan, hambatan dalam mencapai tugas-tugas perkembangnnya.

2. Referral

A. Pengertian Referal
Kegiatan referal atau alih tangan yaitu kegiatan pendukung BK untuk mendapatkan
penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas masalah yang dialami peserta didik atau
konseli dengan memindahkan penanganan kasus dari satu pihak ke pihak lainnya.
Kegiatan ini memerluak kerjasama yang erat antara berbagai pihak yang dapat
memberiak bantuan dan atas penanganan masalah tersebut (terutama kerja sama dari
ahli lain tempat kasus itu dialih tangankan). Kegiatan ini menuntut agar pelayanan
Bimbingan dan Konseling tidak hanya dirasakan adanya pada waktu siswa mengalami
masalah dan menghadap pada konselor saja, namun usaha Bimbingan dan Konseling
hendaknya diarasakan juga manfaatnya sebelum dan sesudah siswa menjalani layanan
Bimbingan dan Konseling secara langsung.
Kegiatan referal menunjuk pada azas alih tangan kasus yaitu azas Bimbingan
Konseling yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan
layanan bimbingan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan peserta
didik mengalih tangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli.
Kegiatan alih tangan kasus meliputi dua jalur, yaitu jalur kepada konselor dan jalur
dari konselor. Jalur kepada konseor, dalam arti konselor menerima “kiriman” konseli
dari pihak-pihak lain, seperti orang tua, kepala sekolah, guru, pihak atau ahli lain
(misalnya dokter, psikiater, psikolog, kepala suatu kantor aau perusahaan). Sedangkan
jalur dari konselor, dalam arti konselor “mengirimkan” konseli yang belum tuntas
ditangani kepada ahli-ahli lain, seperti konselor yang lebih senior, konselor yang
membidangi spesialisasi tertentu, ahli-ahli lain (msalnya guru bidang studi, psikolog,
psikiater, dan dokter). Konselor menerima konseli dari pihak lain dengan harapan
konseli itu dapat ditangani sesuai dengan permasalahan konseli yang belum atau tidak
tuntas ditangani oleh pihak lain itu; atau permasalahan konseli itu tidak sesuai dengan
bidang keahlian pihak yang mengirimkan konseli itu. Di sisi lain, konselor mengalih
tangankan konseli kepada pihak lain apabila masalah yang dihadapi konseli memang
diluar kewenangan konselor untuk menanganinya, atau setelah konselor berusaha
sekuat tenaga memberikan bantuan, namun permasalahan konseli belum berhasil
ditangani secara tuntas.

B. Tujuan Referal
Tujuan umum dari alih tangan kasus adalah diperolehnya pelayanan yang optimal,
setuntas mungkin, atas masalah yang dialami konseli. Adapun tujuan lainnya yaitu :
1. Membantu siswa agar dapat memenuhi kebutuhannya dan memecahkan masalah
yang dialaminya.
2. Membantu siswa yang mengalami hambatan, kegagalan dalam mencapai tugas-
tugas perkembangannya.
3. Membantu peserta didik agar memiliki kompetensi mengembangkan potensi
dirinya seoptimal mungkin.
4. Membantu siswa mewujudkan nilai-nilai yang terkandung dalam tugas-tugas
perkembangan yang harus dikuasainya sebaik mungkin.
C.Pemecahan Kesulitan belajar Melalui referal
Contoh kasus :
Pada suatu ketika terjadi peristiwa seseorang siswa yang mengalami masalah tertentu
disarankan oleh guru (melalui orang tuanya) untuk dibawa ke psikiater. Orang tua memenuhi
saran tersebut. Setelah psikiater melaksanakan pelayanan profesionalnya terhadap siswa yang
dimaksud ia tidak menemukan hal-hal tertentu pada diri siswa yang perlu ditangani secara
psikiatri. Psikiater itu selanjutnya mengalihtangankan siswa tersebut ke kantor UPBK (Unit
Pelayanan Bimbingan dan Konseling) yang ada di kampus perguruan tinggi setempat.
        Di UPBK siswa tersebut ditangani oleh konselor dengan cara-cara konseling. Siswa itu
ternyata memang mengalami masalah belajar disebabkan lingkungan di rumah dan di sekolah
yang kurang kondusif. Terhadap siswa dilaksanakan layanan konseling perorangan (KP).
Kepada orang tuanya juga diberikan sejumlah informasi untuk membangun wawasan orang
tua serta saran-saran untuk terbinanya suasana hubungan sosio-emosional antar angggota
keluarga yang lebih akomodatif dan konstruktif. Akhirnya siswa dapat bersekolah kembali 
        Contoh singkat di atas memperlihatkan praktik alih tangan kasus (ATK). ATK pertama
diklasifikasikan tidak tepat. Tanpa pemahaman yang cukup memadai tentang (1) kondisi diri
siswa pada umumnya, (2) permasalahan sebenarnya yang dialami siswa, dan (3) arah
pengalih-tanganan yang tepat, guru yang sebenarnya peduli atas kondisi siswa itu
mengarahkannya untuk dibawa ke psikiater. Alih tangan kasus kedua terbilang tepat.
Psikiater mengalihtangankan siswa kepada konselor (diUPBK) sesuai dengan pekerjaan
profesional konseling,yaitu menangani individu normal yang sedang mengalami masalah
belajar.
        Kegiatan ATK diselenggarakan oleh konselor tidak lain bermaksud agar klien
memperoleh pelayanan yang optimal (atas masalah yang di alami) oleh ahli pelayanan profesi
yang benar-benar handal. Melalui ATK yang tepat klien akan segera memperoleh pelayanan
yang tepat itu; sebaliknya, apabila ATK tidak tepat akan terjadi hal-hal yang tidak
mengenakkan.Siswa tersebut diatas misalnya, dengan pengalihtanganan ke psikiater boleh
jadi siswa (dan orang tuanya) mengkhawatirkan atau bahkan menganggap siswa itu sudah
tidak normal lagi; sementara itu proses penanganan masalahnya menjadi lebih panjang dari
yang semestinya. Kerugian moril dan materil dapat terjadi karena ATK yang tidak tepat
seperti itu.
BAB III

KESIMPULAN

1.  Definisi Belajar
Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung sepanjang hayat. Hampir semua
kecakapan, keterampilan, pengetahuan, kebiasaan, kegemaran dan sikap manusia terbentuk,
dimodifikasi dan berkembang karena belajar (Suryabrata, 2002).

2. Kesulitan Belajar
Setiap individu memang tidak ada yang sama. Perbedaan individual ini pulalah yang
menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar di kalangan anak didik. Dalam keadaan ini
dimana anak didik/ siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut
dengan “kesulitan belajar”.

3. Dukungan Sistem
Merupakan komponen program yang secara tidak langsung memberikan bantuan kepada
siswa atau memfasilitasi kelancaran perkembangan siswa.

4. Kegiatan Referal
Ini menuntut agar pelayanan Bimbingan dan Konseling tidak hanya dirasakan adanya pada
waktu siswa mengalami masalah dan menghadap pada konselor saja, namun usaha Bimbingan
dan Konseling hendaknya diarasakan juga manfaatnya sebelum dan sesudah siswa menjalani
layanan Bimbingan dan Konseling secara langsung.

Kegiatan referal menunjuk pada azas alih tangan kasus yaitu azas Bimbingan Konseling
yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan layanan
bimbingan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan peserta didik mengalih
tangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli.

Kegiatan alih tangan kasus meliputi dua jalur, yaitu jalur kepada konselor dan jalur dari
konselor. Jalur kepada konseor, dalam arti konselor menerima “kiriman” konseli dari pihak-
pihak lain, seperti orang tua, kepala sekolah, guru, pihak atau ahli lain (misalnya dokter,
psikiater, psikolog, kepala suatu kantor aau perusahaan). Sedangkan jalur dari konselor,
dalam arti konselor “mengirimkan” konseli yang belum tuntas ditangani kepada ahli-ahli lain,
seperti konselor yang lebih senior, konselor yang membidangi spesialisasi tertentu, ahli-ahli
lain (msalnya guru bidang studi, psikolog, psikiater, dan dokter). Konselor menerima konseli
dari pihak lain dengan harapan konseli itu dapat ditangani sesuai dengan permasalahan
konseli yang belum atau tidak tuntas ditangani oleh pihak lain itu: atau permasalahan konseli
itu tidak sesuai dengan bidang keahlian pihak yang mengirimkan konseli itu
SARAN

Dengan adanya pembuatan makalah ini kami sangat memohon kepada pembaca agar kiranya
memberikan kritik dan saran yang membangun, agar supaya dalam pembuatan makalah
kedepannya akan lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu & Widodo Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.


Dalyono. 2015. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Daryanto & Mohammad Farid. 2015. Bimbingan Konseling. Yogyakarta: Gava Media.
Khodijah, Nyayu. 2011. Psikologi Pendidikan. Palembang: Grafika Telindo Press.
S. Sadiman, Arief dkk. 2010. Media Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Sumantri, Mohammad Syarif. 2015. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Anda mungkin juga menyukai