Anda di halaman 1dari 13

Bimbingan dan konseling pengembangan seluruh aspek kepribadian siswa, pencegahan

terhadap timbulnya masalah yang akan menghambat perkembangannya, dan


menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya, baik sekarang maupun masa yang
akan dating. Sehubungan dengan target populasi layanan bimbingan dan konseling,
layanan ini tidak terbatas pada individu yang bermasalah saja, tetapi meliputi seluruh
siswa. (Nurihsan, 2006: 42)
Sejalan dengan visi tersebut, maka misi bimbingan dan konseling harus membantu
memudahkan siswa mengembangkan seluruh aspek kepribadiannya seoptimal mungkin,
sehingga terwujud siswa yang tangguh menghadapi masa kini dan masa mendatang.
Layanan bimbingan dan konseling merupakan bagian yang integral dari keseluruhan
proses pendidikan di sekolah. Oleh karena itu, pelaksanaan bimbingan dan konseling di
sekolah menjadi tanggung jawab bersama antara personel sekolah, yaitu kepala sekolah,
guru, konselor, dan pengawas. Kegiatan bimbingan dan konseling mencakup banyak spek
dan saling kait mengkait, sehingga tidak memungkinkan jika layanan bimbingan dan
konseling hanya menjadi tanggung jawab konselor saja. (Soetjipto, 2004: 99)

Berbicara tentang pendidikan nasional atau sekolah di negara ini, yang sering menjadi
sorotan adalah masalah nilai atau kemampuan kognitif siswa, bangunan sekolah, dan
kesejahteraan guru. Jarang sekali isu kepribadian siswa diungkit, apalagi peran guru
Bimbingan dan Konseling atau konselor sekolah dalam pembentukan pribadi siswa.

Bimbingan Konseling seolah menjadi topik yang tidak seksi untuk dibicarakan. Padahal,
kalau merujuk ke negara yang pendidikannya maju, seperti Amerika Serikat, Singapura,
bahkan Malaysia, peran guru BK sangat diperhatikan. Beberapa minggu yang lalu
seorang teman di Malaysia bercerita betapa berkembanganya ilmu BK di negeri itu. Lalu,
kenapa di Indonesia isu tentang BK menjadi isu nomor 2, kalaupun diangkat, bukan
menjadi isu nasional tetapi daerah. Gerakan yang terlihat malah dari daerah, bahkan dari
sekolah-sekolah.

Isu BK yang tidak seksi ini mengakibatkan sekolah-sekolah tidak memiliki paradigma
yang tunggal terhadap BK. Di bawah ini saya mencoba membangi sekolah ke dalam 5
kelompok, berkaitan dengan BK: Pertama, sekolah yang sadar betul pentingnya BK
untuk membangun karakter siswa. Kesadaran ini mendorong sekolah ini menata sistem
ke BK-an menjadi salah satu elemen penting sekolah. Untuk membangun sistim ke BK-
an ini mereka melakukan studi banding, membangun fasilitas BK, memberikan waktu
masuk kelas untuk guru BK, melibatkan tenaga BK dalam seluruh prose perkembangan
siswa, menempatkan BK sebagai rekan guru bukan hanya sebagai pelengkap, mengirim
guru-guru BK mengikuti seminar.

Kedua, sekolah yang sadar akan kedudukan BK dalam pembentukan pribadi siswa, tetapi
tidak didukung oleh materi, tenaga dan yayasan (swasta) atau pemerintah (negeri).
Keberadaan BK di sekolah ini antara ada dan tiada, hidup segan mati tak mau. Di sekolah
kategori ini semua konsep ke BK-an hanya tinggal dalam angan-angan. Untuk
membangun manajemen BK di sekolah ini butuh tenaga ekstra. Pendekatan yang
dilakukanpun harus bervariasi. Ada pendekatan pragmatis, ada pendekatan structural.

Ketiga, Sekolah yang masih menerapkan manajemen BK jadul. Guru BK masih dianggap
sebagai polisi sekolah, hanya menangani orang yang bermasalah. Sekolah ini cenderung
tidak terbuka terhadap perkembangan ilmu BK dan tidak melihat fungsi BK dalam
pembentukan pribadi siswa. Guru BK masih ditempatkan sebagai pelengkap dalam
proses pendidikan anak, bukan sebagai rekan tenaga pengajar. Bahkan ironisnya, yang
menjadi guru BK bukan lulusan Bimbingan dan Konseling. Sekolah ini anti perubahan.

Keempat, sekolah yang belum memiliki manajemen BK. Penyembanya, bisa karena
belum ada tenaga, atau tidak ada yang tahu sehingga tidak ada yang memulau, atau bisa
juga karena masalah financial, atau menganggap tidak perlu. Biasanya sekolah kategori
ini terdapat di kecamatan atau sekolah anak tidak mampu.

Kondisi ini menjadi tantangan bagi Program Studi Bimbingan dan Konseling. Mampukan
Prodi BK melihat ini menjadi peluang, menjadikan sekolah-sekolah in sebagai
laboratorium bagi mahasiswa. Salah satu gagasan yang bias dicoba Prodi BK adalah
membentuk satu uni formal menangani manajemen ke-BK-an di sekolah-sekolah yang
belum ada BKnya. Unit formal ini bias diberi nama Unit Pendampingan Sekolah. Fungsi
unit ini adalah melaklukan monitoring, training, dan pendampingan berkelanjutan sampai
BK di sekolah itu terbentuk dan berfungsi dengan baik. Pembentukan unit ini akan
memberi arti ganda kepada Prodi BK. Di satu sisi menjadi tempat mahasiswa berpraktek,
disisi lain mengangkat citra BK. Mari kita wujudkan.

Di bawah ini dijelaskan tugas-tugas personel sekolah yang berkaitan dengan kegiatan
layanan bimbingan dan konseling di sekolah.
1. Kepala Sekolah
Kepala sekolah adalah penanggung jawab pelaksanaan teknis bimbingan dan konseling di
sekolah. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya kepala sekolah dibantu oleh wakil kepala
sekolah.
Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan pembelajaran, secara berkala
kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan supervisi, yang dapat dilakukan melalui
kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara langsung,
terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode, media yang digunakan dan
keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.
Kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah secara otomatis memimpin sekolah, sekaligus
menyusun dan mengatur program bimbingan dan konseling sedemikian rupa agar
program tersebut dapat besatu dan terlaksana bersamaan dengan program pendidikan.
(Umar, 2001: 114)
Sebagai penanggung jawab kegiatan pendidikan secara menyeluruh di sekolah, tugas
kepala sekolah adalah:
a. Mengkoordinasikan segenap kegiatan yang diprogramkan di sekolah
b. Menyediakan sarana prasarana, tenaga, dan berbagai kemudahan bagi terlaksananya
bimbingan dan konseling yang efektif dan efisien
c. Melaksanakan pengawasan dan pembinaan terhadap program layanan bimbingan dan
konseling
d. Mempertanggung jawabkan pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di
sekolah kepada Kanwil yang menjadi atasannya
e. Mengadakan hubungan dengan pihak atau lembaga lain, seperti dokter, psikiater, dan
sebagainya. (Sukardi, 2002: 56)

Kegiatan konselor (guru pembimbing) yang perlu diketahui oleh kepala sekolah antara
lain:
a. Melaporkan kegiatan bimbingan dan konseling sebulan sekali
b. Laporan tentang kelengkapan data.
2. Konselor
Konselor adalah pelaksana utama yang mengkoordinasi semua kegiatan yang terkait
dalam pelaksana bimbingan dan koseling di sekolah.
Konselor dituntut untuk bertindak secara bijaksana, ramah, bisa menghargai, dan
memeriksa keadaan orang lain, serta berkepribadian baik, karena konselor itu nantinya
akan berhubungan dengan siswa khususnya dan juga pihak lain yang sekiranya
bermasalah. Konselor juga mengadakan kerja sama dengan guru-guru lain, sehingga
guru-guru dapat meningkatkan mutu pelayanan dan pengetahuannya demi suksesnya
program bimbingan dan konseling. (Umar, 2001: 118)
Masalah-masalah perkembangan peserta didik yang dihadapi guru pada saat
pembelajaran dirujuk kepada konselor untuk penanganannya. Demikian pula, masalah-
masalah peserta didik yang ditangani konselor terkait dengan proses pembelajaran bidang
studi dirujuk kepada guru untuk menindaklanjutinya.
Sebagai pelaksana utama, tenaga inti, dan ahli, konselor (guru pembimbing) bertugas:
a. Memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling
b. Merencanakan program bimbingan dan konseling
c. Melaksanakan segenap pelayanan bimbingan dan konseling
d. Melakaksanakan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling
e. Menilai proses dan hasil layanan bimbingan dan konseling
f. Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian
g. Mengadministrasikan layanan program bimbingan dan konseling
h. Mempertanggung jawabkan tugas dan kegiatan bimbingan dan konseling tersebut.
(Sukardi, 2002: 56)
Konselor disamping bertugas memberikan layanan kepada siswa, juga sebagai sumber
data yang meliputi:
a. kartu akademis
b. catatan konseling
c. data psikotes
d. catatan konperensi kasus.

3. Guru
Guru adalah pelaksana pengajaran serta bertanggung jawab memberikan informasi
tentang siswa untuk kepentingan bimbingan dan konseling.
Di sekolah salah satu tugas utama guru adalah mengajar. Dalam kesempatan mengjar
siswa, guru mengenal tingkah laku, sifat-sifat, kelebihan dan kelemahan tiap-tiap siswa.
Dengan demikian, disamping bertugas sebagai pengajar, guru juga dapat bertugas dan
berperan dalam bimbingan antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, maupun guru
dengan orang tua. Sebagai pembimbing, guru merupakan tangan pertama dalam usaha
membantu memecahkan kesulitan-kesulitan siswa. (Umar, 2001: 117)
Sebagai tenaga ahli pengajaran dalam mata pelajaran atau program pelatihan tertentu, dan
sebagai personel yang sehari-hari langsung berhubungan dengan siswa, peranan guru
dalam layanan bimbingan adalah:
a. Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa
b. Membantu koselor mengidentifikasikan siswa yang memerlukan layanan bimbingan
dan konseling
c. Mengalihtangankan siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling kepada
konselor
d. Membantu mengembangkan suasana kelas
e. Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan layanan
bimbingan dan konseling
f. Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa
g. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian bimbingan
dan konseling dalam upaya tindak lanjut
Guru juga membantu memberikan informasi tentang data siswa yang meliputi:
a. Dafatar nilai siswa
b. Observasi
c. Catatan anekdot (Sukardi, 2002: 52-58)
Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan dan konseling di
sekolah akan lebih efektif bila guru dapat bekerja sama dengan konselor dalam proses
pembelajaran. Adanya keterbatasan-keterbatasan dari kedua belah pihak (guru dan
konselor) menuntut adanya kerja sama tersebut.

4. Pengawas atau Supervisor


Supervisi adalah pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka
dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang
lebih baik. (Burhanuddin, 2005: 99).
Supervisi adalah bantuan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah untuk
mengembangkan situasi belajar mengajar yang baik. (Sukardi, 2002: 240).
Untuk menjamin teerlaksananya pelayanan bimbingan dan konseling secara tepat
diperlukan kegiatan pengawasan bimbingan dan konseling baik secara teknik maupun
secara administrasi. Fungsi kepengawasan layangan bimbingan dan konseling antara lain
memantau, menilai, memperbaiki, meningkatkan dan mengembangkan kegiatan layanan
bimbingan dan konseling. Pengawasan tersebut ada pada setiap Kanwil. (Sukardi,
2002:65).
Selain mengawasi perkembangan dan pelaksanaan pendidikan di sekolah, pengawas juga
melihat perkembangan pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah tersebut.
Pengawas sekolah juga berfungsi sebagai konsultan bagi kepala sekolah, guru, maupun
konselor untuk membicarakan upaya-upaya lain dalam rangka memajukan bimbingan
dan konseling.
Pengawas juga harus dapat mengupayakan langkah-langkah yang bisa ditempuh untuk
memajukan dan menambah pengetahuan kepala sekolah, guru, dan konselor, misalnya
melalui penataran, seminar, latihan-latihan demi memajukan program bimbingan dan
konseling. (Umar, 2001: 119).
Adapun manfaat supervisi dalam program bimbingan dan konseling adalah:
a. Mengontrol kegiatan-kegiatan dari para personel bimbingan dan konseling, yaitu
bagaimana pelaksanaan tugas dan tanggung jawab mereka masing-masing
b. Mengontrol adanya kemungkinan hambatan-hambatan yang ditemui oleh para personel
bimbingan dalam melaksanakan tugasnya masing-masing
c. Memungkinkan dicarinya jalan keluar terhadap hambatan-hambatan yang ditemui
d. Memungkinkan terlaksananya program bimbingan secara lancar kearah pencapaian
tujuan sebagai mana yang telah ditetapkan. (Nurihsan, 2006: 68)

B. Peran guru dalam melaksanakan bimbingan di Sd

Pertimbangan guru harus melaksanakan bimbingan


Pelaksanaan tugas pokok guru dalam proses pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari
kegiatan bimbingan, sebaliknya layanan bimbingan di sekolah perlu dukungan atau
bantuan guru. Ada beberapa pertimbangan mengapa guru juga harus melaksanakan
kegiatan bimbingan dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini Rohman Natawidjaja dan
Muh. Surya mengutip pendapat Miller yang menyatakan bahwa :
a. Proses belajar menjadi sangat efektif, apabila bahan yang dipelajari dikaitkan langsung
dengan tujuan-tujuan pribadi siswa. Ini berarti guru dituntut untuk memahami harapan-
harapan dan kesulitan-kesulitan siswa, selanjutnya guru dapat menciptakan situasi belajar
atau iklim kelas yang memungkinkan siswa dapat belajar dengan baik.
b. Guru yang memahami siswa dan masalah-masalah yang dihadapinya, lebih peka
terhadap hal-hal yang dapat memperlancar dan mengganggu kelancaran kegiatan kelas.
Guru mempunyai kesempatan yang luas untuk mengadakan pengamatan terhadap siswa
yang diperkirakan mempunyai masalah. Dengan demikian masala-masalah itu dapat
diatasi sedini mungkin, sehingga para siswa dapat belajar dengan baik tanpa dibebani
oleh suatu permasalahan.
c. Guru memperhatikan perkembangan masalah atau kesulitan siswa secara lebih nyata.
Berhubung guru mempunyaikesempatan yang terjadwal untuk bertatap muka dengan para
siswa, maka ia akan dapat memperoleh informasi yang lebih banayak tentang keadaan
siswa, yang menyangkut masalah pribadi siswa, baik kelebihan maupun kekurangannya.
Dalam keadaan seperti itu peran guru dalam kegiatan bimbingan sangat penting.

C. Keterbatasan Guru dalam melaksanakan bimbingan dan cara mengatasinya

1. Keterbatasan-keterbatasan guru dalam melaksanakan bimbingan


a. Guru tidak mungkin lagi menangani masalah-masalah siswa yang bermacam-macam,
karena guru tidak terlatih untuk melaksanakan semua tugas itu.
b. Guru sudah mempunyai tugas yang berat, yaitu mengajar. Sehingga tidak mungkin lagi
ditambah tugas yang lebih banyak untuk memecahkan berbagai macam masalah siswa.
2. Cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi keterbatasan-keterbatasan guru dalam
melaksanakan bimbingan

a. Mengadakan konferensi kasus ( case conference). Bila guru menemui masalah yang
sudah berada di luar batas kewenangannya, guru dapat mengalihtangankan masalah siswa
tersebut kepada konselor.
b. Guru dapat bekerjasama dengan konselor untuk menangani bermacam masalah siswa,
kegiatan-kegiatan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan di Sekolah
dikoordinasikan oleh konselor, sehingga pelaksanaan kegiatan bimbingan oleh para guru
tidak lepas begitu saja, tetapi dipantau oleh konselor.

D. Kerjasama guru dengan konselor dalam layanan bimbingan

Pelaksanaan tugas pokok guru dalam proses pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari
kegiatan bimbingan, sebaliknya layanan bimbingan di sekolah perlu bimbingan atau
bantuan guru.
Tugas-tugas pendidik untuk mengembangkan peserta didik secara utuh dan optimal
sesungguhnya merupakan tugas bersama yang harus dilaksnakan oleh guru, konselor, dan
tenaga pendidik lainnya sebagai mitra kerja. Sementara itu, masing-masing pihak tetap
memiliki wilayah pelayanan khusus dalam mendukung realisasi diri dan pencapaian
kompetensi peserta didik. Dalam hubungan fungsional kemitraan antara konselor dengan
guru, antara lain dapat dilakukan melalui kegiatan rujukan (referal)
Masalah-masalah perkembangan peserta didik yang dihadapi guru pada saat
pembelajaran dirujuk kepada konselor untuk penanganannya. Demikian pula, masalah-
masalah peserta didik yang ditangani konselor terkait dengan proses pembelajaran bidang
studi dirujuk kepada guru untuk menindaklanjutinya.
Masalah kesulitan belajar peserta didik sesungguhnya akan lebih banyak bersumber dari
proses pembelajaran itu sendiri. Hal ini berarti dalam pengembangan dan proses
pembelajaran fungsi-fungsi bimbingan dan konseling perlu mendapat perhatian guru.
Sebaliknya, fungsi-fungsi pembelajaran bidang studi perlu mendapat perhatian konselor
Konselor sekolah adalah penyelenggara kegiatan BK di sekolah Istilah konselor secara

resmi digunakan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 dengan menyatakan “konselor

adalah pendidik” dan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2005

menyatakan “konselor adalah pelaksana pelayanan konseling di sekolah” yang sebelumnya

menggunakan istilah petugas BP, guru BP/BK dan guru pembimbing.

Dalam Surat Keputusan Bersama Mendikbud dan Kepala BAKN No. 0433/P/1993 dan No. 25
Tahun 1993 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru Pembimbing dan Angka
Kreditnya dijelaskan bahwa guru pembimbing (konselor sekolah) adalah guru yang mempunyai
tugas, tanggung jawab, wewenang

Kemudian, dalam Pasal 39 Ayat 2 UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional menyebutkan:

Pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan


melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.

Semua pendidik, termasuk di dalamnya konselor melakukan kegiatan

pembelajaran, penilaian, pembimbingan dan pelatihan dengan berbagai muatan dalam

ranah belajar kognitif, afektif, psikomotor serta keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan

Yang Maha Esa.

Sebagaimana telah diutarakan di atas, sebagai seorang pendidik konselor adalah

tenaga profesional yang bertugas: 1) merencanakan dan menyelenggarakan proses

pembelajaran, 2) menilai hasil pembelajaraan, 3) melakukan pembimbingan dan

pelatihan. Arah pelaksanaan pembelajaran yang dimaksud adalah melaksanakan

pelayanan BK berupa berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung serta berbagai

keterkaitannya.
1. Tugas Pokok Konselor Sekolah

Konselor sekolah adalah konselor yang mempunyai tugas, tanggung jawab,

wewenang dan hak secara penuh dalam kegiatan BK terhadap sejumlah peserta didik.

Pelayanan BK di sekolah merupakan kegiatan untuk membantu siswa dalam upaya

menemukan dirinya, penyesuaian terhadap lingkungan serta dapat merencanakan masa

depannya. Prayitno (2004a:3) menyebutkan bahwa pada hakikatnya pelaksanaan BK di

sekolah untuk mencapai tri sukses, yaitu: sukses bidang akdemik, sukses dalam persiapan

karir dan sukses dalam hubungan kemasyarakatan.

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan “konselor adalah pendidik”

dan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2005

mengemukakan “konselor adalah pelaksana pelayanan konseling di sekolah”.

Dalam Pasal 39 Ayat 2 Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional menyebutkan:

Pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan


melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa seorang konselor juga

merupakan pendidik, yaitu tenaga profesional yang bertugas: (1) merencanakan dan

menyelenggarakan proses pembelajaran, (2) menilai hasil pembelajaraan (3) melakukan

pembimbingan dan pelatihan. Arah pelaksanaan pembelajaran dan penilaian hasil

pembelajaran yang dimaksud adalah melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling

yaitu berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung konseling dan berbagai

keterkaitannya serta penilaianya.


Semua pendidik, termasuk di dalamnya konselor, melakukan kegiatan

pembelajaran, penilaian, pembimbingan dan pelatihan dengan berbagai muatan dalam

ranah belajar kognitif, afektif, psikomotor, serta keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan

Yang Maha Esa.

Selanjutnya konselor sekolah mempunyai tugas berkenaan dengan pelayanan BK.

Menurut Erickson yang dikutip Mortensen dan Schumuller (1964:8) “individual

inventory, the counseling, the information services, the placement services and the follow

up services”.

Berdasarkan pendapat di atas kegiatan pelayanan BK mencakup: pengumpulan

data, konseling, pemberian informasi, penempatan dan tindak lanjut. Senada dengan itu

Bernard dan Fullmer menambahkan research and consultation (1977:8) yang berarti

pemahaman dan konsultasi. Selanjutnya Gibson dan Mitchell (1987:67) mengemukakan

tugas konselor sekolah adalah:

(1) assessment of the individual's and other characteristics;(2) counseling the


individual;, (3) group counseling and guidance activities; (4) career guidance,
including the providing of occupational educational information; (5) placement,
follow up, and accountability evaluation; and 6) consultation with teachers and
other school personnel, parents, pupils, in group and appropriate community
agencies.

Tugas konselor sekolah adalah mengenal siswa dengan berbagai karakteristiknya,

melaksanakan konseling perorangan, bimbingan dan konseling kelompok, melaksanakan

bimbingan karir termasuk informasi pendidikan dan karir, penempatan, tindak lanjut dan

penilaian, konsultasi dengan konselor, semua personil sekolah, orang tua, siswa,

kelompok dan masyarakat.

Selanjutnya Prayitno, dkk (1997:117-140) mengemukakan tugas konselor sekolah,

sebagai berikut:
(1) memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling, (2) merencanakan
program bimbingan dan konseling terutama program-program satuan layanan dan
satuan kegiatan pendukung untuk satuan-satuan waktu tertentu, program-program
tesebut dikemas dalam program harian, mingguan, bulanan, semesteran dan
tahunan, (3) melaksanakan segenap satuan layanan bimbingan dan konseling, (4)
melaksanakan segenap progam satuan kegiatan pendukung bimbingan dan
konseling, (5) menilai proses dan hasil pelaksanaan satuan layanan dan kegiatan
pendukung, (6) menganalisis hasil penilaian layanan dan kegiatan pendukung
bimbingan dan konseling, (7) melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil
penilaian layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling, (8)
mengadministrasikan kegiatan satuan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan
yang dilaksanakan, (9) mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatannya dalam
pelayanan bimbingan dan konseling secara menyeluruh kepada koordinator
bimbingan dan konseling dan kepala sekolah.

Dalam upaya mewujudkan pelaksanaan BK di sekolah, pemerintah melalui SK

Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala Badan Administrasi

Kepegawaian Negara Nomor 0433/P/1993 dan Nomor 25 Tahun 1993 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru Pembimbing dan Angka Kreditnya serta

Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 025/O/1995

tentang Petunjuk Teknis Ketentuan Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru Pembimbing

dan Angka Kreditnya, menetapkan tugas guru pembimbing (konselor sekolah) sebagai

berikut: (1) menyusun program bimbingan dan konseling, (2) melaksanakan bimbingan

dan konseling, (3) mengevaluasi hasil pelaksanaan bimbingan dan konseling, (4)

menganalisis hasil evaluasi pelaksanaan bimbingan dan konseling, (5) tindak lanjut

pelaksanaan bimbingan dan konseling.

Secara umum tugas konselor sekolah adalah bertanggung jawab untuk

membimbing peserta didik secara individual sehingga memiliki kepribadian yang matang

dan mengenal potensi dirinya secara menyeluruh. Dengan demikian diharapkan siswa

tersebut mampu membuat keputusan terbaik untuk dirinya, baik dalam memecahkan

masalah mereka sendiri maupun dalam menetapkan karir mereka dimasa yang akan

datang ketika individu tersebut terjun di masyarakat.


Selanjutnya disebutkan sebagai pelaksana utama konselor sekolah bertugas:

(1) memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling, (2) merencanakan


program bimbingan, (3) melaksanakan segenap satuan layanan bimbingan, (4)
melaksanakan kegiatan pendukung bimbingan, (5) menilai proses dan hasil
pelaksanaan satuan layanan dan kegiatan pendukungnya, (6) melaksanakan tindak
lanjut berdasarkan hasil penilaian, (7) Mengadministrasikan layanan kegiatan
pendukung bimbingan dan konseling, (8) Mempertanggung jawabkan tugas dan
kegitannya dalam pelayanan bimbingan kepada koordinator bimbingan (Dewa
Ketut, 2000:56)

Sejalan dengan itu Thantawy (1995:73-77) menyebutkan tugas konselor sekolah

ialah menyelenggarakan pelayanan bimbingan yang meliputi: bidang bimbingan pribadi,

bidang bimbingan sosial, bidang bimbingan belajar dan bidang bimbingan karir yang

disesuaikan dengan tahap perkembangan siswa. Adapun tugas dan rincian tugas pokok

konselor sekolah: (1) menyusun program bimbingan dan konseling, (2) melaksanakan

program bimbingan dan konseling, (3) mengevaluasi pelaksanaan bimbingan dan

konseling , (4) menganalisis hasil evaluasi pelaksanaan bimbingan dan konseling, (5)

melaksanakan tindak lanjut pelaksanaan bimbingan dan konseling, (6) membimbing

siswa dalam kegiatan ektra kurikuler, (7) membimbing konselor sekolah (bagi guru

pembina s/d guru utama).

Selanjutnya berikut rincian tugas pokok konselor sekolah berdasarkan pangkat dan

golongan sebagai berikut:

a. Rincian tugas Guru Madya dan Guru Madya Tingkat I (Gol.III/a III/b) adalah : (1)

melaksanakan penyusunan program bimbingan dan konseling, (2) melaksanakan

program bimbingan dan konseling, (3) melaksanakan mengevaluasi pelaksanaan

bimbingan dan konseling, (4) melaksanakan analisis hasil evaluasi pelaksanaan

bimbingan dan konseling (5) menyusun dan melaksanakan program tindak lanjut

bimbingan dan konseling (6), menyusun dan melaksanakan program bimbing dan
konseling di kelas yang menjadi tanggung jawabnya. (7) membimbing siswa dalam

kegiatan ektra kurikuler

b. Rincian tugas Guru Dewasa dan Guru Dewasa tingkat I (Gol.III/c III/d) adalah : (1)

melaksanakan penyusunan program bimbingan dan konseling, (2) melaksanakan

program bimbingan dan konseling, (3) melaksanakan mengevaluasi pelaksanaan

bimbingan dan konseling, (4) melaksanakan analisis hasil evaluasi pelaksanaan

bimbingan dan konseling (5) menyusun dan melaksanakan program tindak lanjut

bimbing dan dan konseling (6), menyusun dan melaksanakan program bimbing dan

konseling di kelas yang menjadi tanggung jawabnya. (7) membimbing siswa dalam

kegiatan ektra kurikuler (8) membimbing guru dalam kegiatan bimbingan dan

konseling.

c. Rincian tugas Guru Pembina sampai dengan Guru Utama (Gol.VI/a VI/c) adalah : (1)

melaksanakan penyusunan program bimbingan dan konseling, (2) melaksanakan

program bimbingan dan konseling, (3) melaksanakan mengevaluasi pelaksanaan

bimbingan dan konseling, (4) melaksanakan analisis hasil evaluasi pelaksanaan

bimbingan dan konseling (5) menyusun dan melaksanakan program tindak lanjut

bimbing dan dan konseling (6), menyusun dan melaksanakan program bimbing dan

konseling di kelas yang menjadi tanggung jawabnya. (7) membimbing siswa dalam

kegiatan ekstra kurikuler (8) membimbing guru dalam kegiatan bimbingan dan

konseling.(9) membuat karya tulis/karya ilmiah di bidang pendidikan (10)

menemukan teknologi tepat guna dalam bidang pendidikan (11) membuat alat

bimbingan (12) menciptakan karya seni (13) mengikuti kegiatan pengembangan

kurikulum.

Berdasarkan berbagai sumber di atas dapat dipahami bahwa tugas pokok konselor

sekolah pada prinsipnya mencakup hal-hal yaitu: (1) memasyarakatkan pelayanan

bimbingan dan konseling, (2) menyusun program bimbingan dan konseling, (3)
melaksanakan bimbingan dan konseling, (4) mengevaluasi hasil pelaksanaan bimbingan

dan konseling, (5) menganalisis hasil evaluasi pelaksanaan bimbingan dan konseling, (6)

tindak lanjut pelaksanaan bimbingan dan konseling. (7) membimbing konselor sekolah

(bagi guru pembina s/d guru utama).(8) mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatannya

dalam pelayanan bimbingan dan konseling secara menyeluruh kepada koordinator

bimbingan dan konseling dan kepala sekolah

Dalam penelitian ini tidak semua aspek tugas pokok akan diteliti, melainkan

dibatasi pada pelaksanaan tugas pokok yang mencakup lima aspek yaitu (1) menyusun

program bimbingan dan konseling, (2) melaksanakan bimbingan dan konseling, (3)

mengevaluasi hasil pelaksanaan bimbingan dan konseling, (4) menganalisis hasil evaluasi

pelaksanaan bimbingan dan konseling, (5) tindak lanjut pelaksanaan bimbingan dan

konseling. Yang secara spesifik akan melihat keterlaksanaan tugas pokoknya berdasarkan

pangkat dan golongan yaitu dari Guru Madya (Gol.III) hingga Guru Pembina (VI/a).

Anda mungkin juga menyukai