Dosen Pengampu :
DR. Harif Amali Rivai, SE, M.Si
Anggota Kelompok 5 :
1. Desri Erniza 2220532005
2. Dini Fitriyanthi 2220532022
3. Adylah Rivva Abady 2220532016
4. Murdiawati 2220532007
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami
Kelompok 5 dapat menyelesaikan tugas pembahasan kasus “CHAPTER 9 Conflict and
Negotiation”. Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perilaku Organisasi dan
Manajemen Perubahan. Selain itu, tugas ini bertujuan menambah wawasan bagi para pembac
a dan juga kami sebagai penulis.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, sar
an dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan tugas ini.
Kelompok 5
PEMBAHASAN
KASUS
Pada dasarnya selama ini kerjasama internasional antara pabrik mobil memiliki makna yang b
esar pada masing-masing pihak. Akan tetapi seiring perjalanannya ternyata kerjasama ini cen
derung tidak seperti yang diharapkan. Keuntungan yang diperoleh tidak seperti yang diingink
an. Seperti General Motors akhirnya harus menjual separuh kepemilikan sahamnya kepada D
aewoo Motor Co asal Korea. Pabrik mobil itu juga harus menanggung kerugian Isuzu, diman
a pabrik tersebut memiliki saham 37,5 persen. Daftar kerjasama lintas budaya yag mengecew
akan terus berlanjut: Chrysler-Mitsubishi, Chrysler-Maserati, dan Fiat Nissan semua menghas
ilkan krugian dan keuntungan yang berimbang. Dengan memburuknya hubungan antara AS-J
epang, khususnya bidang perdagangan mobil Amerika dan jepang menjadi sangat genting. Ini
lah sebuah konsekuensi dari kerjasama lintas budaya.
Sementara disisi lain Ford dan Mazda adalah sebuah pabrik motor yang berbeda deng
an yang lainnya. Perusahaan ini mampu mengatasi berbagai perbedaaan pandangan mengenai
proyek khusus, perdagangan Jepang dan Amerika, dan bahkan pernyataan tiga besar bahwa
Mazda dan pesaing jepang lainnya melakukan “ Dumping” kendaraan Minivan di Amerika S
erikat. Aliansi yang terbentuk ketika Ford masuk untuk menolong pabrik mobil Jepang di tah
un 1979, tetap berdiri tegar. Kedua perusahaan bekerjasama dalam pembuatan kendaraan bar
u dan bertukar keahlian Ford dalam pemasaran dan keuagan, Mazda dalam bidang manfufakt
ur dan pengembangan produk.
Ford Mazda bekerjasama dalam 10 mobil terbaru, dimana Mazda berspesialisasi dala
m pembuatan mesin, dan Ford dalam Desain model. Kedua Perusahaan yang berkolaborasi in
i masing-masing memilki kontribusi yang signifikan dalam hal manufacturing sampai dengan
pendistribusian, dimana mazda memiliki kemampuan untuk menjual satu dari empat produk y
ang diproduksi, sementara Ford mampu menjual dua dari setiap lima mobil yang diproduksi.
Kesuksesan Ford-Mazda terletak pada prinsip-prinsip mendasar yang diaplikasikan, yaitu :
Pertama, memberikan peluang pada manajemen puncak untuk terlibat. Para bos harus mem
berikan warna. Jika tidak, para manajer madya akan menyerahkan sebagian kendali proyek k
epada partner.
Kedua, mengadakan pertemuan dan bersifat informal. Pertemuan ini harus diadakan
pada tiap tingkat dan harus meliputi waktu untuk sosialisasi. Kepercayaan tidak dapat dibang
un semata-mata di sekitar meja perundingan.
Ketiga, penggunaan moderator. Pihak ketiga dapat menengahi terjadinya perdebatan,
menyarankan cara baru dalam mendekati mitra kerja, dan menawarkan secara menampung m
asukan yang independen.
Keempat, memelihara kebebasan masing-masing pihak, artinya kedua pihak masing-
masing mempertahankan keahliannya yang membuat mereka menjadi mitra yang diinginkan.
Kelima, tidak membolehkan hubungan yang menimbulkan korban. Artinya setiap pro
yek harus dapat berjalan untuk setiap mitra, dimana manajemen senior harus memelihara kes
eimbangan secara menyeluruh.
Keenam, menunjuk seorang pemantau untuk mengambil tanggung jawab utama untuk
memantau semua aspek dari aliansi.
Ketujuh, yaitu dengan mengantisipasi perbedaan budaya. Yaitu dengan menempatkan
eksekutif yang peka budaya di posisi strategis.
Seluruh prinsip tersebut adalah ide bahwa pengabdian segi keraman tamahan tidak me
njadi dasar untuk kemitraan. Atau, seperti yang dinyatakan oleh Ford Philip E. Benton Jr., “b
utuh kerja keras yang besar untuk membuatnya berjalan”.
1.
MASALAH UTAMA DALAM STUDI KASUS
Dari kasus di atas dapat kita melihat bahwa terdapat suatu masalah yaitu adanya kerja
sama antara Chrysler – Mitsubishi, Chrysler-Maserati, dan Fiat-Nissan yang menghasilkan k
erjasama yang mengecewakan antara kedua belah pihak. Hal ini menyebabkan memburuknya
hubungan AS-Jepang, khususnya dibidang perdagangan mobil yang menjadi sangat genting.
Akan tetapi dilain pihak Ford dan Mazda adalah sebuah pabrik motor yang berbeda de
ngan yang lainnya. Perusahaan ini mampu mengatasi berbagai perbedaaan pandangan menge
nai proyek khusus, perdagangan Jepang dan Amerika, dan bahkan pernyataan tiga besar bahw
a Mazda dan pesaing jepang lainnya melakukan “ Dumping” kendaraan Minivan di Amerika
Serikat
Perinsip yang diterapkan oleh Ford dan Mazda oleh manajemennya adalah bahwa ker
amah-tamahan serta pengabdian karyawan tidak menjadi dasar kemitraan. Melainkan konflik
diantara kedua manajemen ini bisa menguntungkan dan perlu dipelihara secara optimal dalam
mencapai tujuan perusahaan
Dari ringkasan masalah di atas dapat kita rumuskan beberapa masalah diantaranya:
1. Mengapa ada kemungkinan konflik yang tinggi dalam satu hubungan sepeti yang dialami
oleh Ford-Mazda?
2. Apakah maksud dari mengelola konflik kelompok dalam hubungan Ford Mazda?
3. Mengapa Anda berpikir kerjasama Ford-Mazda sukses, sementara yang lain tidak berhasi
l?
ANALISIS KASUS
1. Mengapa ada kemungkinan konflik yang tinggi dalam satu hubungan sepeti yan
g dialami oleh Ford-Mazda?
Konflik tidak bisa dihindari dalam organisasi. Namun, karena konflik dapat
menjadi kekuatan positif dan negatif, manajemen tidak dapat berusaha
menyelesaikan semua konflik, hanya konflik yang mempunyai dampak
mengganggu upaya organisasi untuk mencapai tujuan.
Menurut Gibson, Ivancevich, and Donnelly (2007) ada empat factor yang men
yebabkan konflik kelompok, yaitu saling ketergantungan kerja, perbedaan tujuan, per
bedaan persepsi, dan tuntutan yang meningkat akan spesialis. Manajer harus
menyadari bahwa karena penyebab konflik berbeda, maka cara menyelesaikan
konflik juga akan berbeda, tergantung pada keadaan. Metode penyelesaian
masalah konfrontasi berupaya mengurangi ketegangan melalui pertemuan tatap
muka kelompok-kelompok yang berkonflik.