Anda di halaman 1dari 3

SIFAT HAKIKAT NEGARA

Dalam membahas sifat hakikat negara, maka terdapat pangkal


haluan yang berbeda.

Seorang filsuf bernama Aristoteles mengatakan bahwa negara


merupakan seuatu kelompok (groups) dan manusia menurutnya
sebagai zoon politicon, bahwa di dalam kenyatannya manusia selalu
hidup bermasyarakat.

Sifat Hakikat Negara ditinjau dari 2 (dua) segi peninjauan, yaitu:

1. Peninjauan dari segi Sosiologis, yaitu manusia yang sudah


bermasyarakat atau disebut “Status Civilis”.
a. Negara sebagai organisasi masyarakat.
Untuk apakah negara berorganisai? Jawabannya untuk
mengatur dirinya sendiri.
Sebagaimana diketahui bawaha yang dimaksud dengan
organisasi yaitu “suatu bentuk kerjasama berdasarkan
pembagian tugas yang tetap”, untuk mempertahankan
keadaan tetap ini diperlukan alat dan negara itu dijadikan
sebagai alat”. Jadi dalam hal ini negara dianggap sebagai alat.
Menurut sarjana bernama Rudolf Von Jhering, bahawa negara
mempunyai “Monopoli Kekuasaan Jasmani” (Monopolie der
Physischen Gevald), yaitu bahwa negara memiliki kekuasaaan
yang tidak dimiliki oleh organisasi lainnya, misal: Bahwa
negara memiliki wewenang untuk mencetak uang; Negara
memiliki wewenang untuk mengukum mati seseorang. Karena
negara memiliki monopoli kekuasaan jasmani, maka
diperlukan seorang penguasa yang kuat dalam segala hal.

b. Negara sebagai kelompok manusia yang merasa terikat


satu dengan lainnya karena suatu hal.
Untuk itu maka terlebih dahulu perlu ditinjau bagaimana
terbentuknya kelompok manusia tersebut. Dalam hal ini
dapat diberikan contoh bentuk-bentuk perkelompokan, yaitu:
1) Geimeinshaft
Yaitu perkelompokan yang terbentuk karena unsur alamiah
yang didasarkan pada letak geografis
Contoh: Keluarga, famili, marga, dll.

SIFAT HAKIKAT NEGARA 1


2) Gesellschaft
Yaitu perkelompokan yang terbentuk karena adanya
persamaan dalam profesi
Contoh: Peradi, IDI, PGRI, dll.
3) Kasta
Yaitu perkelompokan yang erbentuk karena tradisi
Contoh: Kasta dalam Agama Hindu.

Bentuk-bentuk perkelompokan tersebut di atas,


dianggap kurang memuaskan karena tidak jelas termasuk
kelompok yang mana negara itu. Seorang sarjana bernama
Kranenburg mencoba mengadakan sistem pengelompokan
dengan mendasarkan pada 2 (dua) ukuran, yaitu:
1) Apakah perkelompokan itu berada di sau tempat tertentu
atau tidak
2) Apakah perkelompokan itu teratur atau tidak

Dari 2 (dua) ukuran tersebut dijumpai 4 (empat)


penggolongan, yaitu:
a) Yang ada disatu tempat tertentu dan teratur
Contohnya: Mahasiswa yang sedang mengikuti kuliah di
dalam ruang kuliah
b) Yang ada disatu tempat tertentu, tetapi tidak teratur
Contohnya: Unjuk rasa liar
c) Tidak setempat dan tidak teratur
Contohnya: Pedagang Asongan
d) Tidak setempat tetapi teratur
Contohnya: Negara
Ukuran yang keempat tersebut memang agak abstrak.
Secara historis kelompok ini mula-mula berada dalam 1
(satu) tempat, karena merasa adanya bahaya, bahaya
inilah yang dijadikan sebagai ukuran untuk teratur atau
tidak. Apabila ternyata teratur berarti adanya
persamaan rasa, perasaan rasa ini kemudian menjadi
suatu kesadaran bersama dan selanjutnya berkembang
menjadi kesadaran nasional. Jadi terlihat adanya suatu
ikatan keamauan/kehendak atau disebut “Willen
Verhaltnis”.
Seorang ahli bernama Rudolf Smend mengatakan,
bahwa tugas terpenting dari negara yaitu
mempersatukan rakyat, caranya yaitu dengan

SIFAT HAKIKAT NEGARA 2


menggunakan faktor-faktor integrasi. Integarasi
berpangkal pada negara sebagai ikatan keinginan dari
manusia, setelah adanya ikatan keinginan baru
kemudian timbul soal penguasa. Siapa yang memegang
kekuasaan, yaitu ikatan penguasa (Herrshafts
verhaltnis). Selanjunya Kranenburg mengatakan bahwa
negara merupakan satu kesatuan bangsa
(Volksgemeinshaft). Pendapat ini disangkal oleh
Herman Heller dan Logemann yaitu melihat bahwa tidak
selalu negara itu merupakan satu kesatuan bangsa,
contoh negara jajahan, antara penjajah dan yang dijajah
berbeda bangsa.

2. Peninjauan dilihat dari segi Yuridis, yaitu manusia sebelum


bermasyarakat atau disebut “Status Naturalis”.
a. Negara sebagai Rechtobject
Negara dianggap sebagai objek perjanjian, oleh karena itu
negara dalam hal ini merupakan alat dari manusia dan
manusia-manusia tertentu kedudukannya lebih tinggi dari
pada yang dijadikan objek tersebut.
Contoh: A dan B mengadakan perjanjian jual beli suau
barang. A dan B merupakan subyek sedangkan barang
tersebut merupakan obyek.
Teori ini memiliki kelemahan, karena tidak memberikan suatu
kepastian pada tata hukum disuatu tempat dimana semua
atas kemauan yang lebih tinggi.

b. Negara sebagai Rechtsubject


Negara sebagai pembenuk hukum
Dalam hal ini tidak dapat meninggalkan peninjauan
sosiologis, dimana negara merupakan organisasi kekuasaan.
Pengertian negara sebagai organisasi kekuasaan dianggap
sebagai subyek di lapangan hukum dan dapat berindak
membuat hukum.

c. Negara sebagai Rechtverhaltnis


Negara merupakan hasil perjanjian dari orang-orang tertentu.
Contoh: Teori Perjanjian Masyarakat dari JJ. Rousseau,
menurut Rosseau orang sebelum bermasyarakat, berkumpul
dan berjanji membentuk negara. Setelah itu mereka
mengadakan Verhaltnis (ikatan), maka terbentuklah negara.

SIFAT HAKIKAT NEGARA 3

Anda mungkin juga menyukai