Anda di halaman 1dari 2

PENGHARGAAN ISLAM TERHADAP PENEGAK HUKUM YANG TINGGI

A. PENEGAK HUKUM DALAM ISLAM

Penegak hukum dalam Islam dikenal dengan sebutan “qadi” atau “hakim”.
Mereka memiliki tanggung jawab besar dalam menjalankan hukum dan
menjaga keadilan dalam masyarakat. Para qadi diharapkan untuk bertindak
adil, tidak memihak, dan tidak terpengaruh oleh tekanan atau suap.
Seorang hakim wajib memiliki integritas (keutuhan pribadi) moral yang
luhur, dalam bentuk kejujuran dan kepribadian yang baik. Dalam
melaksanakan tugas-tugasnya seorang hakim harus pada prinsip Iman,
Islam dan Ihsan, sebab ketiga hal ini tidak dapat dipisahkan satu dengan
yang lain, karena dari sinilah lahirnya etika moral untuk dijadikan
pedoman dan pegangan bagi dirinya; Rasulullah SAW. Pernah bersabda
dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Arba’ah dan disahkan
oleh Ibnu Khusaimah dan Ibnu Hibban sebagai berikut :
“Hakim itu ada tiga golongan, yang satu golongan akan masuk Syurga dan
dua golongan lainnya akan masuk Neraka. Golongan hakim yang akan
masuk Syurga adalah hakim yang memenuhi persyaratan intlektualitas,
profesionalisme dan memiliki moral yang baik serta memutus perkara
dengan baik dan benar sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasulnya.
Sedangkan satu golongan hakim yang masuk Neraka adalah hakim yang
memiliki ilmu pengetahuan/intlektual dan profisionalisme yang tinggi,
tetapi dia tidak memutus perkara dengan tuntunan Allah dan Rasulnya
tetapi dia memutus perkara dengan hawa nafsunya. Dan satu golongan lagi
hakim yang akan masuk Neraka adalah hakim yang bodoh, tidak memiliki
ilmu pengetahuan yang cukup dan tidak memiliki profesionalisme dalam
bidang tugasnya serta memutus perkara dengan kebodohannya”
B. ANCAMAN BAGI SEORANG HAKIM YANG DZALIM
Menjadi hakim yang memutuskan dengan kebenaran dan keadilan
merupakan perkara yang diperintahkan oleh Allâh Azza wa Jalla. Allâh
Azza wa Jalla memerintahkan Nabi-Nya dengan firman-Nya:
Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa
yang diturunkan Allâh, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka.
Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak
memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allâh
kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan
Allâh), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allâh menghendaki akan
menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa
mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang
fasik.” [Qs. Al-Mâidah/5: 49]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan, jika hakim tidak
memutuskan dengan keadilan, maka setan akan menjadi kawannya.Dari
Abdullah bin Abi Aufa, dia berkata: Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Sesungguhnya Allâh bersama hakim selama dia tidak
menyimpang, jika dia menyimpang Allâh meninggalkannya, dan
syaitanpun menemaninya.” (HR. Tirmizi, no. 1330. Dihasankan oleh
Syaikh Albani).
Bahkan lebih dahsyat dari itu adalah bahwa banyak hakim masuk neraka,
karena penyimpangannya atau karena kebodohannya. Oleh karena inilah
perbuatan hakim yang membuat keputusan yang menyimpang dari
kebenaran merupakan dosa besar.

C. KEUTAMAAN PENEGAK HUKUM


Sejatinya penegakan hukum itu dapat melebur dan menghapus dosa bagi
pelakukejahatan di samping bertobat. Tapi ingat, penegakan hukum yang
dimaksud harus benar-benar adil. Rasulullah ‫ صلى هللا عليه وسلم‬bersabda:
"Suatu hukum yang ditegakkan di bumi lebih baik baginya daripada diberi
hujan selama empat puluh hari." (HR an-Nasai, Ibnu Majah)
Pahala berlaku adil berikutnya adalah akan dicintai oleh Allah SWT,
seperti firman-Nya, ”Dan hendaklah kamu berlaku adil. Sesungguhnya
Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. al-Hujurat/49: 9).
Kalau Allah SWT sudah mencintai seseorang, maka semua makhluk juga
akan mencintainya, yang ada di langit dan juga di bumi

DAFTAR PUSTAKA

 Bulughul Maram Min Adillatil Ahkam karya Al-Hafidz Ibnu Hajar (w:
852 H) Bab. Al-Qadha (Hukum).
 Depag RI. Tahun.1974 ”Terjemahan Al-Qur’anulkarim”

Anda mungkin juga menyukai