Anda di halaman 1dari 29

DERMAGA ADALAH SUATU BANGUNAN PELABUHAN YANG DIGUNAKAN

UNTUK MERAPAT DAN MENAMBATKAN KAPAL YANG MELAKUKAN


BONGKAR MUAT BARANG DAN MENAIK-TURUNKAN PENUMPANG.

DERMAGA DAPAT DIBEDAKAN MENJADI DUA TIPE YAITU WHARF ATAU


QUAY DAN JETTY ATAU PIER ATAU JEMBATAN. WHARF ADALAH DERMAGA
YANG PARALEL DENGAN PANTAI DAN BIASANYA BERIMPIT DENGAN GARIS
PANTAI. JETTY ADALAH DERMAGA YANG MENJOROK KE LAUT. SEBELUM
MERANCANG DAN MEMBANGUN DERMAGA, PERLU DIKETAHUI UNTUK
KEPERLUAN APA DERMAGA TERSEBUT DIDIRIKAN( TRIATMOJO, 1996)
DERMAGA JETTY (APUNG)
Metode pelaksanaan dermaga akan dibagi menjadi 3
point utama yaitu

A. Masa Prakonstruksi
B. Masa Konstruksi
C. Masa PascaKonstruksi
Dalam Masa Prakonstruksi ini hal-hal yang dilakukan
adalah persiapan pelaksanaan, baik yang di darat maupun
di laut. Pada umumnya, sebelum pelaksanaan sudah harus
disiapkan :

A. Pembersihan lahan, yaitu membersihkan lahan proyek dan


lahan disekitar proyek yang telah dibebaskan dari hal – hal yang
akan mengganggu jalannya proyek secara keseluruhan.

B. Direksi kit, yang berfungsi sebagai tempat untuk keperluan


rapat, konfirmasi antar organisasi atau personil yang terkait,
pengawasan dan lain-lain.

c. Pos jaga, yang berfungsi sebagai tempat pengawasan alat dan


material
d. Gudang, sebagai tempat penyimpanan bahan yang
akan dipakai.
e. Pendatangan alat berat seperti crane, ponton,
hammer hydraulik untuk keperluan pemancangan
tiang pancang.
1. Pemancangan
Alat yang dipergunakan :

- 2 buah ponton
- 1 Crane
- 1 hydraulic hammer
- 2 buah Teodolit / Waterpas
Dalam pekerjaan pemancangan, tiang pancang
yang dipakai f 80 cm, dimana panjang tiang yang
dibutuhkan adalah 33.3 m (3 batang @12 m) dan f
60 cm dengan kedalaman 21,3m (2 batang @12 m)
pemancangan dilakukan dengan 2 ponton, dimana 1
ponton sebagai hydraulic hammer untuk
pemancangan dan satunya sebagai ponton crane
untuk pengambilan tiang pancang dari areal
penumpukan ke ponton pancang (lihat gambar 6.1).
Alat Teodolit dipergunakan untuk mengukur
ketepatan posisi dan kemiringan tiang saat
pemancangan gambar 6.2.
Pertama-tama ponton crane mengambil tiang pancang
yang berada pada areal penumpukan, dan kemudian
memindahkan tiang pancang dari ponton crane ke ponton
pancang, lalu kemudian dilaksanakan pemancangan.

Pada saat pemancangan, langkah-langkah pekerjaan


yang dilakukan adalah ponton pancang diarahkan ke titik
yang dituju, dengan bantuan alat teodolit untuk menentukan
ketepatan titik serta kelurusan/kemiringan tiang. Setelah
semuanya sesuai, tali pengikat tiang pada hydraulic
hammer dikendorkan sehingga tiang pancang akan turun
sampai seabed dan diukur kembali ketepatannya dengan
teodolit
Apabila sudah sesuai kembali, baru mulai dipancang dengan
hydraulic hammer sampai kedalaman yang direncanakan
(lihat gambar 6.3). Untuk kepastian pemberhentian
pemancangan, pada pemancangan ¼ tiang terakhir dilakukan
kalendering, apabila Srencana > Slapangan , pemancangan
dapat diberhentikan.

Langkah-langkah ini dilakukan sampai semua tiang pancang


perencanaan terpancang pada posisinya.

Setelah beberapa tiang pancang selesai dipancang, dapat


dilakukan pemotongan tiang pancang yang berlebih dengan
menggunakan hammer ban sampai pada elevasi tiang yang
direncanakan. Apabila pemotongan tiang sudah selesai semua,
pekerjaan selanjutnya adalah pengerjaan poer.
2. Pengecoran Poer

Sebelum merakit bekisting poer, terlebih


dahulu dipasang landasan untuk bekisting
berupa sabuk pengikat dibaut sejumlah 2 baut
untuk tiap pengikatnya pada tiang pancang
(Gambar 6.5).
Kemudian dipasang balok yang menghubungkan antara
tiang satu dengan lainya baik arah memanjang maupun
melintang. Setelah tahapan tersebut, dilanjutkan dengan
perakitan bekisting poer diatas landasan yang telah ada,
sesuai dengan ukurannya.

Untuk bagian vertikal dari bekisting poer ditopang


dengan kayu perancah ke balok yang menghubungankan
antar tiang pancang (Gambar 6.6).

Setelah bekisting poer selesai , dilakukan pemasangan


tulangan beton pengisi tiang dan tulangan poer.
Pengecoran dilakukan sekaligus sehingga antara beton
pengisi tiang dan poer monolit.
3. PENGECORAN PELAT DAN BALOK
Bekisting balok memanjang dan melintang
dipasang sesuai dengan ukuran rencana dan
ditopang dengan kayu ke landasan yang telah
terpasang pada langkah sebelumnya (Gambar
6.8), pengecoran dilakukan monolit (sekaligus)
dengan pelat dermaga, balok fender.

Sebelum pengecoran dilakukan, angker bolder


dan fender dipasang pada posisinya dengan
dilas dengan tulangan balok untuk perkuatan
1. PEMASANGAN BOLLARD

Setelah beton mengeras sempurna, bollard dapat


dipasang, angker yang sudah tertanam pada
saat pengecoran pelat bersama tulangannya
dibersihkan dan dipasangkan bollard ke
posisinya kemudian dicor setempat.
PEMASANGAN FENDER
Sama halnya dengan bollard, angker fender
yang telah tertanam dibersihkan dan fender
ditempatkan di posisinya lalu dipasang
pasangan angkernya.
PEMASANGAN REL CRANE

Dalam pemasangan crane harus diawasi dengan


ketat, dimana setiap sambungan rel harus dites
dengan ultrasonik, demikian pula dengan
kelurusan rel itu sendiri.
 TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai