Anda di halaman 1dari 2

PENATALAKSANAAN

BELL’S PALSY
Nomor:
SOP No.Revisi:
Tgl.Terbit:
Halaman: 1/2

UPT Puskesmas Rawat dr.Jhoni Effensyah


InapSukaraja NIP.119831027 201101 1 002

Bells’palsy adalah paralisis fasialis idiopatik, merupakan penyebab


tersering dari paralisis fasialis unilateral. Bells’ palsy merupakan
1. Pengertian
kejadian akut, unilateral, paralisis saraf fasial type LMN (perifer),
yang secara gradual mengalami perbaikan pada 80-90% kasus.
Seba s Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk mengatur tatacara
2. Tujuan melakukan penanganan penderita bells’ palsy dengan baik dan
benar.
SK Kepala Puskesmas Tentang Kebijakan Pelayanan Klinis dalam
Meningkatkan Mutu dan Keselamatan Pasien di Puskesmas Rawat
3. Kebijakan
Inap Sukaraja Bandar Lampung No. 440/
/PKM/SKJ/SOP.I/VII /2016
UU RI No. 36 tahun 2009 ps 5 ttg pelayanan, monitoring dan
evaluasi pelayanan kesehatan di Puskesmas
Permenkes 1483 tahun 2010 ttg Standar Pelayanan Kedokteran
4. Referensi
Permenkes 5 tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter
Permenkes 75 tahun 2014 tentang Pusat kesehatan Masyarakat
1. Karena prognosis pasien dengan Bells’ palsy umumnya baik,
pengobatan masih kontroversi. Tujuan pengobatan adalah
memperbaiki fungsi saraf VII (saraf fasialis) dan menurunkan
kerusakan saraf.
2. Pengobatan dipertimbangkan untuk pasien dalam 1-4 hari onset.
3. Hal penting yang perlu diperhatikan:
Pengobatan inisial
4. Steroid dan asiklovir (dengan prednison) mungkin efektif untuk
pengobatan Bells’ palsy (American Academy Neurology/AAN,
2011).
5. Steroid kemungkinan kuat efektif dan meningkatkan perbaikan
fungsi saraf kranial, jika diberikan pada onset awal (ANN,
2012).
6. Kortikosteroid (Prednison), dosis: 1 mg/kg atau 60 mg/day
5. Prosedur selama 6 hari, diikuti penurunan bertahap total selama 10 hari.
7. Antiviral: asiklovir diberikan dengan dosis 400 mg oral 5 kali
sehari selama 10 hari. Jika virus varicella zoster dicurigai, dosis
tinggi 800 mg oral 5 kali/hari.
8. Lindungi mata
a. Perawatan mata: lubrikasi okular topikal (artifisial air mata
pada siang hari) dapat mencegah corneal exposure.
b. Fisioterapi atau akupunktur: dapat mempercepat perbaikan
dan menurunkan sequele.
A. RENCANA TINDAK LANJUT
a. Pemeriksaan kembali fungsi nervus facialis untuk memantau
perbaikan setelah pengobatan.
B. KRITERIA RUJUKAN
a. Bila dicurigai kelainan supranuklear
b. Tidak menunjukkan perbaikan
PENATALAKSANAAN
BELL’S PALSY
Nomor:
SOP No.Revisi:
Tgl.Terbit:
Halaman:2/2

UPT Puskesmas Rawat dr.Jhoni Effensyah


Inap Sukaraja NIP.119831027 201101 1 002

6. Diagram Alir
(bila perlu)

7. Hal-hal yang perlu


diperhatikan Gejala datang secara mendadak dan sulit diketahui penyebabnya

8. Unit terkait Poli umum


MTBS
KIA
UGD
Rawat Inap

9. Dokumen terkait Rekam medis


Formulir rujukan
Resep
Formulir persetujuan tindakan
10.Rekaman Historis No Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai
Perubahan Diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai