Anda di halaman 1dari 2

BELLS’ PALSY

No. Dokumen : 03/PLYN/KCB/2019

No. Revisi : 00 dr. Liliek


SOP Sulistyaningsih, M.Kes
Tgl. Terbit : 03 Januari 2019

Halaman : 2/2

Klinik Cahaya Bunda

1. Pengertian Bells’palsy adalah paralisis fasialis perifer idiopatik, yang merupakan penyebab
tersering dari paralisis fasialis perifer unilateral. Bells’ palsy muncul mendadak
(akut), unilateral, berupa paralisis saraf fasialis perifer, yang secara gradual
dapat mengalami perbaikan pada 80-90% kasus. Bells’ palsy merupakan salah
satu dari penyakit neurologis tersering yang melibatkan saraf kranialis, dan
penyebab tersering (60-75%) dari kasus paralisis fasialis unilateral akut di dunia.
Bells’ palsy lebih sering ditemukan pada usia dewasa, orang dengan DM, dan
wanita hamil.

2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melakukan penanganan


penderita bells’ palsy dengan baik dan benar

3.Kebijakan Surat Keputusan Penanggung Jawab Klinik Cahaya Bunda nomor


01/XI/KCB/2018 tentang Kebijakan Pelayanan Klinis

4. Referensi Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
Edisi Revisi Tahun 2014

5. Alat dan Bahan 1. Stetoskop (loudness balance test) untuk mengetahui hiperakusis
2. Palu reflex
3. Tes pengecapan
4. Tes lakrimasi (tes Schirmer)
5. Kapas
6. Obat steroid
7. Obat antiviral

6. Prosedur/ Langkah- 1. Prognosis pasien Bells’ palsy umumnya baik. Karena penyebabnya idiopatik,
Langkah pengobatan Bell’s palsy masih kontroversi. Tujuan pengobatan adalah
memperbaiki fungsi saraf VII (saraf fasialis) dan mencegah kerusakan saraf
lebih lanjut.
2. Pengobatan dipertimbangkan untuk mulai diberikan pada pasien dalam fase
awal 1-4 hari onset. Hal penting yang perlu diperhatikan:
a. Pengobatan inisial
- Kortikosteroid (Prednison), dosis: 1 mg/kg atau 60 mg/day selama 6
hari, diikuti penurunan bertahap total selama 10 hari.
- Steroid dan asiklovir (dengan prednison) mungkin efektif untuk
pengobatan Bells’ palsy (American Academy Neurology/AAN,
2011).
- Steroid kemungkinan kuat efektif dan meningkatkan perbaikan
fungsi saraf kranial, jika diberikan pada onset awal (ANN, 2012).
- Apabila tidak ada gangguan gungsi ginjal, antiviral (Asiklovir) dapat
diberikan dengan dosis 400 mg oral 5 kali sehari selama 7-10 hari.
Jika virus varicella zoster dicurigai, dosis tinggi 800 mg oral 5
kali/hari.
b. Lindungi mata Perawatan mata: lubrikasi okular topikal dengan air mata
artificial (tetes air mata buatan) dapat mencegah corneal exposure. (lihat
bagian pembahasan dry eye)
c. Fisioterapi atau akupunktur dapat dilakukan setelah melewati fase akut
(+/- 2 minggu).
3. Rencana Tindak Lanjut dengan Pemeriksaan kembali fungsi nervus facialis
untuk memantau perbaikan setelah pengobatan.
4. KRITERIA RUJUKAN
a. Bila dicurigai kelainan lain ( lihat diagnosis banding)
b. Tidak menunjukkan perbaikan
c. Terjadi kekambuhan atau komplikasi

7. Diagram Alir -

8. Unit Terkait 1. Ruang Tindakan


2. Rawat Jalan

9. DokumenTerkait -

10. Rekaman historis No Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan
perubahan

2/2

Anda mungkin juga menyukai