Anda di halaman 1dari 34

BAGIAN PERTAMA

HASIL PEMBINAAN KELUARGA

I. LATAR BELAKANG KELUARGA BINAAN

Dalam pelaksanaan Pelatihan Pra Dokter ke-75 tahun 2016 Fakultas


Kedokteran Universitas Udayana ini, penulis membina tiga keluarga yang
dilakukan selama lima minggu. Keluarga tersebut bertempat tinggal di
Banjar Serayi, desa Penglumbaran, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli.
Desa Pengelumbaran merupakan sebuah Desa yang terletak di
Kecamatan Susut Kabupaten Bangli. Secara garis besar desa ini memiliki
luas sekitar 484 Ha/m2 dan sebagian besar wilayah berupa hutan, tegal serta
perkebunan. Desa Penglumbaran memiliki tapal batas desa meliputi sebelah
utara dan timur berbatasan dengan Desa Tiga, Kecamatan Susut, Kabupaten
Bangli, sebelah barat berbatasan dengan Desa Manukaya, Kecamatan
Tampak Siring, Kabupaten Gianyar dan sebelah selatan berbatasan dengan
Pengiangan, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli. Desa Pengelumbaran
merupakan salah satu kawasan sejuk di pulau Bali, dengan curah hujan 51-
500 Mm dan suhu rata-rata sekitar 18º C.
Desa Pengelumbaran memiliki 8 dusun yaitu dusun Pengelumbaran
Kawan, dusun Tiga Kawan, dusun Serayi, dusun Kembang Merta, dusun
Mancingan, dusun Temen, dusun Sribatu, dan dusun Maletgusti. Dikutip
dari laporan kependudukan Desa Penglumbaran tahun 2016, pada bulan mei
Desa Pengelumbaran memiliki penduduk berjumlah 3925 jiwa , terdiri dari
917 KK, yang terbagi atas 1993 berjenis kelamin laki-laki dan 1932 berjenis
kelamin perempuan. Rumah Tangga Miskin yang terdata didesa
Pengelumbaran sebesar 131 KK.
Sebagian besar mata pencaharian masyarakat di desa penglumbaran
yaitu pengrajin, industri rumah tangga, peternak dan petani. Berbagai jenis
kerajinan diproduksi oleh masyarakat setempat didapatkan dari hasil bumi
yang tersedia. Produksi peternakan yang banyak dihasilkan oleh masyarakat
yaitu produksi telur ayam, hiasan/lukisan, dan daging dengan jenis populasi

1
ternak terbanyak yaitu ternak sapi, babi, dan ayam kampung. Selain sektor
perternakan, sektor perkebunan juga merupakan sumber mata pencaharian
sebagian besar penduduk.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari kepala desa, penduduk
Desa Penglumbaran sebagian besar adalah penduduk yang kurang mampu
dan masih tertinggal, baik dari segi ekonomi maupun pendidikan. Berbagai
faktor lingkungan fisik dan sosial yang ada mempengaruhi kesehatan
penduduk, terutama jenis penyakit yang muncul. Oleh karena itu, untuk
dapat mengidentifikasi dan mempertimbangkan berbagai faktor unik yang
ada dan dapat menjadi risiko kesehatan, diperlukan pendekatan terhadap
keluarga melalui strategi pendekatan kedokteran keluarga. Melalui program
ini, diharapkan mahasiswa yang menjalani Pelatihan Pra Dokter (PPD)
dapat mengimplementasikan ilmu yang diperoleh selama pendidikan untuk
mengidentifikasi masalah dalam keluarga binaannya dan memberikan solusi
sebagai upaya pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan.

1.1 Data Demografi Keluarga Binaan


Data demografis ketiga keluarga binaan seperti tercantum dalam tabel
di bawah ini.

Tabel 1. Data Demografi Keluarga Binaan


Hubungan
No.
Nama dengan Umur JK Pendidikan Status Pekerjaan
KK
KK
Jero
Mangku KK 67 tahun L Tamat SD Menikah Petani
Bujangga
Mangku
Almarhu Ibu rumah
Wayan Istri P Tamat SD Menikah
m tangga/Petani
Dani
I Wayan Anak
44 tahun L SMA Menikah Ketua BPD
Suana Pertama
Kadek Anak
39 tahun L SMP Menikah Petani
Astawa Kedua
Staff
Komang Anak
35 tahun L SMA Menikah pengajar di
Artana Ketiga
SDN 2 Tiga

2
Wayan
KK 32 tahun L SMA Menikah Buruh tani
Sumadi
Ibu Rumah
Ni Wayan
Istri 26 tahun P Tamat SD Menikah Tangga /
Novi Astuti
Petani
II
Ni Putu
Anak Belum
Dian 7 tahun P Kelas 2 SD Pelajar
Pertama Menikah
Cahyani
Anak Belum Belum Tidak
Kadek Nita 1 tahun P
kedua Sekolah Menikah bekerja
Ketut
KK 55 tahun L Tamat SD Menikah Petani
Sukra
Wayan Pengrajin
istri 50 tahun P Tamat SD Menikah
Kole bedeg
III
Wayan Anak Ibu rumah
35 tahun P SMA Menikah
Kertiasih Pertama tangga
Kadek Anak
25 tahun P Tamat SD Menikah Petani
Poniasih Kedua

Keluarga binaan yang pertama adalah keluarga Bapak Jero


Mangku Bujangga, dengan anggota keluarga terdiri dari 4 orang,
yaitu KK dan tiga orang anak mereka. Pekerjaan KK sehari-hari
adalah sebagai petani, dan mengurus ternak. Istri KK sudah meninggal
kurang lebih sepuluh tahun yang lalu. Bapak Jero Mangku Bujangga
memiliki tiga orang anak laki-laki. Ketiga anaknya sudah menikah,
dan masih tinggal bersama Bapak Jero Mangku Bujangga di satu
pekarangan. Anak yang pertama bekerja sebagai Ketua BPD desa
Penglumbaran, anak yang kedua bekerja sebagai petani, dan Anak
yang ketiga bekerja sebagai staff pengajar di SDN 2 Tiga. Keluarga
binaan yang kedua adalah keluarga bapak Wayan Sumadi, dengan
jumlah anggota keluarga terdiri dari empat orang, yaitu KK, Istri KK,
dan kedua orang anaknya. Pekerjaan kepala keluarga adalah sebagai
petani, sedangkan istrinya sebagai ibu rumah tangga dan mengurus
anak keduanya yang masih berumur 1 tahun. Keluarga binaan yang
ketiga adalah keluarga bapak Ketut Sukra, dengan jumlah anggota
keluarga terdiri dari 5 orang, yaitu KK, istri KK, dan dua orang anak
perempuannya yang masing-masing sudah berkeluarga. Bapak Ketut
Sukra sehari-hari bekerja sebagai petani, sedangkan istrinya mengisi

3
waktu luangnya sebagai pengrajin bedeg. Kedua anak Bapak Sukra
sudah menikah, dan sudah tidak tinggal bersama Bapak Sukra, namun
anaknya yang kedua masih sering mengunjungi kedua orang tuanya.
Karakteristik keluarga binaan dapat dilihat dari pekerjaan, status
pernikahan, dan status pendidikan. Dari pekerjaan, rata-rata masing-
masing kepala keluarga bekerja sebagai petani. Dari status pernikahan,
sebagian besar KK binaan sudah menikah. Dari tingkat pendidikan,
sebagian besar kepala keluarga hanya menempuh pendidikan sampai
tamat SD. Hanya satu kepala keluarga yang menyelesaikan
pendidikannya sampai SMA. beberapa anggota keluarga dari masing-
masing KK binaan ada yang menempuh pendidikan sampai tamat
SMP dan SMA.
Berdasarkan data demografi keluarga binaan tersebut, terdapat
beberapa faktor yang dapat berkaitan dengan kondisi kesehatan
keluarga. Jika dilihat dari status pendidikan, sebagian besar keluarga
binaan hanya bersekolah hingga SD. Hal ini dapat mempengaruhi
pengetahuan serta persepsi mereka terhadap suatu masalah kesehatan,
yang akhirnya juga berdampak pada cara mereka menyikapinya.
Sebagian besar keluarga bermata pencaharian sebagai petani, dengan
penghasilan yang tidak menentu dan pendapatan keluarga baru
diperoleh apabila musim panen. Hal ini akan mempengaruhi berbagai
aspek kehidupan berkeluarga, termasuk dalam hal pembiayaan
kesehatan.

1.2 Status Ekonomi dan Kondisi Tempat Tinggal Keluarga Binaan

1.2.1 Pendapatan Perkapita Keluarga Binaan


Bapak Jero Mangku Bujangga sehari-hari bekerja sebagai
petani, namun itu bukan sumber pendapatan utama keluaga
mereka karena ketiga anak-anak Bapak Jero Mangku Bujangga
sudah bekerja. Bapak Jero Magku Bujangga hanya mengisi
waktu senggangnya dengan bertani dan mengurus hewan ternak.

4
Untuk kebutuhan sehari-hari, bapak jero mangku bujangga
dibiayai oleh ketiga anaknya.
Untuk keluarga Bapak Wayan Sumadi, pendapatan
keluarga diperoleh melalui pekerjaannya sebagai buruh tani.
Sumber pendapatan keluarga saat ini yang utama berasal dari
hasil kebun seluas 10 are yang panen satu hingga 2 kali dalam
setahun. Dikatakan kebun tersebut bukan milik pribadi,
melainkan milik orang lain yang dikelola oleh keluarga bapak
Wayan Sumadi. Menurut Bapak Wayan Sumadi, pendapatan
yang diperoleh tidak menentu, dengan rata-rata pendapatan
setiap bulan sebesar sebesar Rp 500.000,00.
Untuk keluarga Bapak Ketut Sukra, sumber utama
pendapatan keluarga juga diperoleh dari pekerjaan kepala
keluarga sebagai petani. Pendapatan yang diperoleh keluarga
Bapak Ketut Sukra adalah sekitar Rp 6.000.000,00 sampai Rp
7.000.000,00 per tahun. Jadi dapat diperkirakan pendapatan
keluarga Bapak Ketut Sukra dalam sebulan adalah maksimal
sekitar Rp 500.000,00 hingga Rp 600.000,00.

1.2.2 Pengeluaran Perkapita Keluarga Binaan


Pengeluaran perkapita keluarga Bapak Jero Mangku Bujangga
tidak menentu. Menurut bapak Jero Mangku Bujangga,
pengeluaran keluarga mereka tiap bulannya rata-rata untuk
makan, listrik, air, dan suka duka. Pengeluaran perkapita
keluarga Bapak Wayan Sumadi rata-rata sebesar Rp 800.000,00
per bulan dengan rincian Rp 500.000,00 untuk makan, Rp
50.000,00 untuk listrik, air, dan suka duka, serta Rp 250.000,00
untuk biaya sekolah anak, biaya susu anaknya yang masih kecil,
dan keperluan lainnya. Pengeluaran perkapita keluarga Bapak
Ketut Sukra tiap bulannya rata-rata sebesar Rp 400.000,00 per
bulan, dengan rincian Rp 300.000,00 untuk makan, Rp
50.000,00 untuk listrik, air, dan suka duka.

5
1.2.3 Kepemilikan Aset Berharga
Keluarga Bapak Jero Mangku Bujangga memiliki aset berupa
pekarangan seluas 5 are, kebun seluas kurang lebih 10 are, dan
hewan ternak yaitu sapi. Untuk keluarga Bapak Wayan Sumadi
memiliki aset berupa pekarangan seluas 4 are dan hewan ternak.
Keluarga Bapak Ketut Sukra memiliki aset berupa pekarangan
seluas 3 are, kebun seluas kurang lebih 5 are, dan hewan ternak.

1.2.4 Analisis Status Ekonomi


Secara umum, ketiga keluarga binaan yang dibina termasuk
dalam golongan ekonomi menengah ke bawah. Penghasilan
ketiga keluarga binaan rata-rata hanya cukup untuk memenuhi
kebutuhan hidup primer dan kebutuhan sehari-hari.
Masalah ekonomi keluarga binaan sebagian besar berasal
dari pekerjaan mereka yang hanya petani dan buruh tani. Hasil
panen dari kebun rata-rata hanya bisa dinikmati dua kali dalam
setahun. Keluarga yang memiliki kebun hanya menggarap lahan
yang tidak terlalu luas, sedangkan keluarga yang bekerja sebagai
buruh tani tidak memiliki tanah sendiri untuk digarap. Selain itu,
tingkat pendidikan yang tergolong rendah juga menyulitkan
mereka mencari pekerjaan lain.

1.2.5 Deskripsi Keadaan Lingkungan Fisik


Keluarga Bapak Jero Mangku Bujangga tinggal dalam satu
pekarangan yang terdiri dari 4 bangunan utama yang mana
masing-masing bangunan didiami oleh bapak Jero Mangku
Bujangga dan ketiga anak laki-lakinya beserta keluarga mereka
masing-masing. Bapak Jero Mangku Bujangga tinggal sendiri di
salah satu bangunan tersebut karena istrinya telah meninggal
dunia. Bangunan yang menjadi tempat tinggal Bapak Jero
Mangku Bujangga merupakan bangunan semi permanen satu
lantai dengan arsitektur khas Bali yang di dalamnya terdapat 1
kamar tidur, 1 ruang tengah, serta satu ruangan yang berfungsi

6
sebagai tempat penyimpanan barang-barang dan perabot rumah
tangga. Bangunan tersebut merupakan bangunan sederhana
dengan tembok bata yang dicat berwarna putih dan lantai
keramik. Atap rumah terbuat dari genteng. Kamar tidur
berukuran 3 x 4 meter. Setiap ruangan terkesan pengap dan
tertutup sehingga udara tidak bebas keluar masuk. Terdapat 2
jendela, 1 pintu utama, dan 3 ventilasi di bagian depan rumah.
Dalam bangunan tersebut tidak terdapat kamar mandi. Kamar
mandi terletak dibelakang pekarangan yang dipakai oleh seluruh
anggota keluarga. Selain 4 bangunan utama, di pekarangan
rumah keluarga Bapak Jero Mangku Bujangga juga terdapat satu
buah sanggah berukuran kurang lebih 5 x 5 meter, bale dangin,
sebuah dapur yang dipakai oleh seluruh anggota keluarga, dan
sebuah warung yang terletak di depan rumah disebelah gerbang
utama. Bapak Jero Mangku Bujangga mengatakan bahwa
kebunnya terletak jauh dari rumahnya, dan disana juga terdapat
kandang ternak peliharaanya.
Keluarga Bapak Wayan Sumadi tinggal di sebuah
pekarangan seluas kurang lebih 4 are yang mana dalam
pekarangan tersebut didiami oleh 5 kepala keluarga. Semua
yang tinggal di pekarangan tersebut merupakan saudara dari
Bapak Wayan Sumadi. Keluarga Bapak Wayan Sumadi tinggal
di sebuah bangunan semi permanen satu lantai yang memiliki 4
ruangan, yaitu 1 kamar tamu dan 2 kamar tidur dan 1 dapur.
Untuk kamar mandi terletak di bagian belakang pekarangan
yang dipakai oleh kelima kepala keluarga yang tinggal disana.
Lantai kamar mandi menggunakan semen, begitu pula dengan
bak penampungan air. Rumah keluarga Bapak Wayan Sumadi
tergolong bersih dan rapi dengan atap bangunan dari seng,
tembok batako yang dicat, lantai rumah dari bahan keramik, dan
terdapat ventilasi yang cukup. Penempatan barang-barang rumah

7
tangga pun cukup rapi. Lingkungan halaman rumah juga tampak
bersih dan tidak terlihat adanya sampah yang berserakan.
Bapak Ketut Sukra hanya tinggal bersama istrinya. Anak
pertamanya sudah menikah dan tinggal bersama suaminya.
Begitu pula anak keduanya juga sudah menikah dan tinggal
bersama suaminya yang rumahnya tidak jauh dari rumah
keluarga bapak Ketut Sukra. Anak keduanya ini sering
berkunjung untuk mengurus ibunya yang sedang sakit. Keluarga
Bapak Ketut Sukra tinggal di sebuah pekarangan dengan luas
kurang lebih 3 are. Dalam pekarangan tersebut terdapat dua
bangunan. Bangunan pertama merupakan tempat tinggal Bapak
Ketut Sukra beserta istrinya yang terdiri dari dua buah kamar
tidur dan satu buah teras di depannya. Bangunan tersebut
berdinding bedeg, berlantai semen yang diplester dan
beratapkan seng. Di dalam bangunan tersebut tampak pengap
karena tidak adanya ventelasi udara, dan sedikit gelap walaupun
pada siang hari.Barang-barang juga terlihat cukup berantakan.
Bangunan kedua digunakan sebagai dapur dan tempat menaruh
barang-barang rumah tangga. Bangunan ini juga berdinding
bedeg, dan beratap seng. Keluarga Bapak Ketut Sukra masih
menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar untuk memasak.
Untuk kamar mandi terletak di belakang pekarangan, terpisah
dari dua bangunan utama. Sumber air berasal dari air tadahan
hujan. Di halaman depan terlihat tumpukan bedeg karena istri
Bapak Ketut Sukra merupakan pengrajin bedeg. Walaupun
bangunannya sangat sederhana namun secara umum lingkungan
keluarga Bapak Ketut Sukra cukup bersih, tidak terlihat sampah-
sampah yang berserakan, namun terlihat cukup rimbun karena
ditanami banyak tumbuhan.

1.2.6 Analisis Status Lingkungan Fisik


Untuk keadaan lingkungan fisik, kondisi sebagian besar
keluarga binaan sudah cukup memadai. Pada keluarga Bapak

8
Jero Mangku bujangga terlihat lingkungan halaman rumahnya
cukup rapi. Namun masih ada beberapa kekurangan yang
menyebabkan sanitasi lingkungan menjadi buruk, seperti terlihat
sedikit sampah yang berserakan masih banyak lalat yang
berterbangan disekitar halaman rumah dan tidak tersedianya
jamban pribadi.
Pada keluarga Bapak Wayan Sumadi, keadaan lingkungan
fisik cukup bersih dan rapi. Tidak terlihat sampah yang
berserakan. Namun terlihat cukup kumuh karena dengan luas
pekarangan yang hanya 4 are tersebut didiami oleh 5 kepala
keluarga, yang menyebabkan lingkungan semakin padat, dan
penyakit-penyakit menular lebih mudah menyebar.
Pada keluarga Bapak Ketut Sukra, walaupun halaman
rumah terlihat bersih, namun keadaan didalam rumah cukup
berantakan, berdebu, sedikit ventilasi dan pencahayaan, serta
keadaan ruangan cukup lembab. Jamban pribadi juga kotor dan
terkesan tidak terawat. Keluarga ini juga masih menggunakan
kayu bakar, yang mana hal tersebut dapat meningkatkan risiko
masalah kesehatan pada sistem pernapasan.
Rumah keluarga I dan II rumah berdinding tembok yang
dicat dan beratap genteng dan seng, sementara keluarga III
masih berdinding bedeg dan beratap seng. Sebagian besar rumah
keluarga binaan beralaskan keramik, hanya keluarga III yang
beralaskan semen yang diplester. Pada rumah keluarga I,
terdapat masih banyak lalat yang berterbangan. Disarankan pada
keluarga untuk lebih menjaga kebersihan lingkungan. Pada
rumah keluarga III masih terlihat pengap dan sedikit
pencahayaan, sehingga disarankan untuk membuat ventilasi
udara agar sirkulasi udara baik. Keluarga III juga memiliki
dapur yang masih menggunakan tungku dan kayu bakar yang
asapnya tidak baik untuk kesehatan. Rumah keluarga III terasa
paling lembab dan gelap karena ventilasi dan penerangan di

9
dalam rumah sangat kurang. Perlu ditekankan untuk lebih sering
membuka jendela sehingga udara dan sinar matahari dapat
masuk ke dalam rumah. Semua keluarga binaan menggunakan
jamban yang dipakai oleh banyak kepala keluarga. Memiliki
jamban pribadi dan terjaga kebersihannya juga penting agar
tidak menjadi sumber penularan penyakit.

1.3 Rumusan Masalah Kesehatan Keluarga Binaan

1.3.1 Kondisi Kesehatan Keluarga Binaan


Pada keluarga binaan I, Bapak Jero Mangku Bujangga
mengeluhkan memiliki tekanan darah tinggi. Pada keluarga
binaan II, anak kedua dari Bapak Wayan Sumadi dikeluhkan
memiliki berat badan yang kurang dibandingkan dengan anak
seusianya. Pada keluarga binaan III, Bapak Ketut Sukra
mengeluhkan sering merasa nyeri pada lututnya, sedangkan
istrinya sedang dalam pengobatan kemoterapi untuk kanker
serviks yang dideritanya.

1.3.2 Deskripsi Permasalahan Kesehatan


Permasalahan kesehatan yang ditemukan pada keluarga binaan I
adalah pada kepala keluarga, yaitu Bapak Jero Mangku
Bujangga. Beliau mengeluh memiliki tekanan darah tinggi.
Tekanan darah tinggi ini sudah diketahui kurang lebih 11 tahun
yang lalu. Awalnya Bapak Jero Mangku Bujangga tidak
merasakan gejala apa-apa, namun saat melakukan pemeriksaan
tekanan darah di dokter baru diketahui bahwa ia memiliki
tekanan darah tinggi. Bapak Jero Mangku Bujangga mengaku
tidak merasakan gejala-gejala yang berarti, namun beliau
mengatakan sesekali merasa sakit kepala. Bapak Jero Mangku
Bujangga rutin memeriksakan tekanan darahnya ke petugas
kesehatan setiap satu minggu sekali. Beliau mengaku rutin
mengkonsumsi obat tekanan darah tinggi setiap hari, namun

10
ketika dilakukan pengecekan tekanan darah oleh penulis pada
saat kunjungan, didapatkan tekanan darah Bapak Jero Mangku
Bujangga adalah 210/100 mmHg. Setelah di tanyakan kembali
ternyata beliau akhir-akhir ini sempat putus minum obat dan hari
saat dilakukan pemeriksaan beliau sama sekali belum
mengkonsumsi obat. Bapak Jero Mangku Bujangga memiliki
riwayat keluarga yang menderita tekanan darah tinggi, yaitu
ibunya dan saudara-saudaranya. Menurut Bapak Jero Mangku
Bujangga, tekanan darah tinggi yang dimilikinya tidak sampai
mengganggu aktivitas sehari-hari beliau sebagai petani karena
tidak menimbulkan gejala. Bapak Jero Mangku Bujangga
mengatakan dirinya memiliki kebiasaan merokok 1 bungkus per
hari sejak dia seumuran anak SMP. Bapak Jero Mangku
Bujangga juga memiliki kebiasaan minum kopi pada pagi hari
sebelum ia bekerja di kebun dan pada malam hari. Beliau dulu
sering mengkonsumsi arak ketika ada acara adat atau upacara
keagamaan di desa, namun sekarang sudah mulai berkurang.
Permasalahan kesehatan yang ditemukan pada keluarga
binaan II adalah pada anak kedua dari Bapak Wayan Sumadi.
Anak yang baru berusia 1 tahun ini dikeluhkan memiliki berat
badan yang kurang dibandingkan dengan anak seusianya.
Keluhan ini disadari ketika melakukan penimbangan berat badan
di posyandu saat berusia 3 bulan. Sampai saat ini anaknya masih
diberikan ASI, namun ketika usia 4 bulan ibunya mengaku
memberikan makanan tambahan selain ASI pada anaknya
karena berat badannya tidak kunjung meningkat. Nafsu makan
anaknya dikatakan seperti biasa. Menurut Ibunya anaknya lahir
normal pervaginam langsung menangis ditolong oleh bidan.
Saat lahir tidak ditemukan adanya kelainan, namun ketika
anaknya berusia 1 bulan sempat dirawat di rumah sakit karena
dikatakan mengalami kebocoran pada jantung. Dan saat ini
dikatakan kebocoran jantungnya sudah menutup dan sudah tidak

11
melakukan rawat jalan lagi. Saat ini Anaknya hanya
mengkonsumsi vitamin yang diberikan oleh dokter. Pada
keluarga dikatakan tidak pernah ada yang menderita penyakit
seperti yang dialami anaknya. Juga tidak ada keluarga yang
menderita penyakit infeksi yang dapat menularkan ke anaknya.
Riwayat imunisasi dikatakan sudah lengkap, yang terakhir
adalah imunisasi campak. Anaknya dikatakan tidak memiliki
riwayat alergi.
Permasalahan kesehatan yang ditemukan pada keluarga
binaan III adalah pada kepala keluarga dan istrinya. Bapak Ketut
Sukra mengeluh sering merasa nyeri pada lutut kanannya. Nyeri
tersebut sudah dirasakan sejak kurang lebih satu tahun yang lalu.
Nyeri pada lututnya tidak dirasakan setiap hari, dirasakan hilang
timbul. Nyeri dirasakan seperti ada yang menusuk-nusuk bagian
lututnya. Apabila serangan nyeri lutut itu timbul Bapak Ketut
Sukra mengaku nyeri dirasakan cukup berat sehingga sulit untuk
menggerakan lututnya dan mengganggu aktivitas sehari-hari.
Nyeri semakin memberat apabila Bapak Ketut Sukra
menggerakan lutunya yang sakit, dan membaik dengan
mengistirahatkan lutut yang sakit tersebut. Selama satu tahun
terakhir Bapak Ketut Sukra mengaku sudah beberapa kali
mengalami nyeri pada lutut kananya. Biasanya gejala tersebut
hilang sendiri tanpa pengobatan, namun apabila gejala dirasakan
cukup berat, Bapak Ketut Sukra hanya mengobatinya dengan
anti nyeri. Bapak Ketut Sukra menyangkal pernah memiliki
riwayat penyakit lain seperti diabetes, asam urat, dan tekanan
darah tinggi. Beliau juga mengatakan tidak ada anggota keluarga
yang menderita keluhan yang sama. Sehari-hari Bapak Ketut
Sukra bekerja sebagai petani. Pola makan beliau dikatakan
normal tiga kali sehari, namun tidak pernah memperhatikan
komposisi makanan yang dikonsumsi. Beliau juga mengaku
memiliki kebiasaan merokok dan mengkonsumsi minuman

12
beralkohol namun jarang. Beliau juga mengaku sering
mengkonsumsi makanan berlemak.
Istri dari Bapak Ketut Sukra juga sedang dalam
pengobatan kemoterapi karena menderita kanker serviks.
Pengobatan dijadwalkan setiap 6 bulan sekali selama 3 tahun di
RSUP Sanglah Denpasar. Saat dilakukan kunjungan, istri dari
Bapak Ketut Sukra sempat mengeluh merasa pusing, lemas, dan
tidak nafsu makan. Keluhan tersebut masih tetap dirasakan oleh
beliau selama beberapa kali kunjungan.

1.3.3 Analisis Kondisi Kesehatan


Kondisi kesehatan ketiga keluarga binaan bervariasi. Pada
keluarga binaan I, masalah kesehatan yang ditemukan terkait
dengan kebiasaan hidup, seperti merokok, konsumsi kopi,
alkohol, faktor keturunan, dan faktor usia. Pada keluarga binaan
II, masalah kesehatan yang ditemukan terkait dengan faktor
genetik dan lingkungan. Pada keluarga binaan III, masalah
kesehatan yang ditemukan terkait dengan kebiasaan hidup.
Permasalahan kesehatan dapat dipengaruhi oleh berbagai
macam faktor, yaitu genetik, perilaku, lingkungan, dan
pelayanan kesehatan masyarakat. Faktor yang ditemukan pada
ketiga keluarga binaan sebagian besar dari faktor perilaku dan
lingkungan. Pada keluarga I dan III, masalah kesehatan
disebabkan oleh faktor gaya hidup dan kebiasaan masyarakat,
namun pada keluarga II permasalahan kesehatan lebih berkaitan
kepada faktor genetik dan lingkungan.

1.3.4 Pola Hidup Bersih dan Sehat pada Keluarga Binaan


Pada keluarga Bapak Jero Mangku Bujangga, budaya hidup
sehat terlihat masih belum sempurna. Mandi dikatakan hanya
sekali sehari karena cuaca dingin. Walaupun lingkungan terlihat
cukup rapi, namun masih ada beberapa kekurangan yang
menyebabkan sanitasi lingkungan menjadi buruk, seperti terlihat

13
sedikit sampah yang berserakan masih banyak lalat yang
berterbangan disekitar halaman rumah dan tidak tersedianya
jamban pribadi. Pakaian biasanya diganti setiap 1-2 hari sekali.
Pada keluarga Bapak Wayan Sumadi, budaya hidup sehat
belum diterapkan dengan sempurna. Kegiatan mandi biasanya
dilakukan sehari sekali. Pakaian biasanya diganti 1-2 hari sekali.
Walaupun keadaan lingkungan fisik cukup bersih dan rapi.
Tidak terlihat sampah yang berserakan. Namun terlihat cukup
kumuh karena dengan luas pekarangan yang hanya 4 are
tersebut didiami oleh 5 kepala keluarga, yang menyebabkan
lingkungan semakin padat, dan penyakit-penyakit menular lebih
mudah menyebar.
Pada keluarga Bapak Ketut Sukra, pengetahuan tentang
hidup sehat dan bersih dirasakan masih kurang. Anggota
keluarga mandi hanya satu kali dalam sehari yaitu pada sore
hari, atau tidak mandi dalam sehari. Ganti pakaian dua kali
sehari. Kebiasaan mencuci tangan juga kurang. Walaupun
halaman rumah terlihat bersih, namun keadaan didalam rumah
cukup berantakan, berdebu, sedikit ventilasi dan pencahayaan,
serta keadaan ruangan cukup lembab. Jamban pribadi juga kotor
dan terkesan tidak terawat.

1.3.5 Analisis Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


Pada ketiga keluarga binaan penerapan perilaku hidup bersih
dan sehat dinilai masih belum sempurna. Hal ini terlihat dari
kebersihan pribadi yang masih kurang diperhatikan. Kebiasaan
mandi sekali sehari dan berganti pakaian hingga 2 hari sekali
mencerminkan bahwa keluarga binaan tidak bisa menjaga
kebersihan diri sendiri, walaupun pada beberapa keluarga
lingkungan fisik terlihat cukup bersih dan rapi. Kesibukan
keluarga bekerja seharian di kebun dan iklim dingin di desa ini
merupakan salah satu faktor penyebabnya. Pemakaian sabun dan
air mengalir untuk mencuci tangan juga masih kurang pada

14
ketiga keluarga ini. Mereka berpandangan bahwa cukup
mencuci tangan dengan air dalam wadah saja tetapi sebetulnya
itu belum memenuhi syarat cuci tangan yang baik sehingga
rentan terhadap infeksi yang ditularkan melalui makanan. Selain
itu, sumber air yang digunakan untuk memasak berasal dari air
tadah hujan yang tidak terjamin kebersihannya.

II. KEGIATAN DAN HASIL PEMBINAAN PADA KELUARGA


BINAAN

Keluarga Bapak Jero Mangku Bujangga


No Tanggal Kegiatan
1 Sabtu, 30 Juli Perkenalan dengan KK binaan ditemani oleh bapak
2016 kelian adat Banjar Serayi dan menjelaskan tujuan dari
dilaksanakannya program PPD
2 Minggu, 31 Juli Mengetahui profil keluarga KK binaan dan identifikasi
2016 riwayat serta masalah kesehatan yang dialami oleh
keluarga
3 Kamis, 4 Promosi kesehatan tentang pentingnya menjaga
Agustus 2016 kesehatan diri dan kesehatan lingkungan
4 Minggu, 7 Promosi kesehatan mengenai perilaku hidup bersih dan
Agustus 2016 sehat pada keluarga Bapak Jero Mangku Bujangga
5 Senin, 8 Promosi kesehatan tentang bahaya merokok dan alkohol
Agustus 2016 terhadap kesehatan
6 Selasa, 9 Penjelasan terhadap masalah kesehatan (hipertensi) yang
Agustus 2016 sedang dialami oleh Bapak Jero Mangku Bujangga
7 Rabu, 10 Edukasi keluarga mengenai hipertensi, meliputi faktor
Agustus 2016 risiko dan perjalanan penyakit
8 Jumat, 12 Edukasi keluarga mengenai hipertensi, meliputi
Agustus 2016 penanganan penyakit, komplikasi dan gejalanya, serta
prognosis
9 Sabtu, 13 Edukasi mengenai diet bagi penderita hipertensi kepada
Agustus 2016 semua anggota keluarga
10 Senin, 15 Edukasi mengenai modifikasi kebiasaan hidup yang
Agustus 2016 berkaitan dengan faktor risiko hipertensi kepada semua

15
anggota keluarga
Selasa, 16 Edukasi mengenai pentingnya pemeriksaan tekanan
11
Agustus 2016 darah berkala dan pengobatan jangka panjang
Kamis, 18 Berdiskusi untuk mengetahui perubahan persepsi
12 Agustus 2016 keluarga terhadap masalah kesehatan yang dihadapi
salah satu anggota keluarganya saat ini.
Minggu, 21 Membicarakan dan melakukan pemantauan mengenai
13 Agustus 2016 penerapan solusi penyelesaian yang telah diberikan
melalui program pendampingan KK ini.
Selasa, 23 Membicarakan dan melakukan pemantauan mengenai
14 Agustus 2016 penerapan solusi penyelesaian yang telah diberikan
melalui program pendampingan KK ini.
Rabu, 24 Perpisahan dengan Keluarga Bapak Jero Mangku
15 Agustus 2016 Bujangga, dan pemberian kenang-kenangan serta berfoto
bersama.

Partisipasi dari keluarga Bapak Jero Mangku Bujangga cukup baik dan mereka
cukup antusias menerima mahasiswa PPD dan mampu menerima penjelasan dan
edukasi yang diberikan selama beberapa kali kunjungan ke rumahnya. Promosi
kesehatan diberikan pada seluruh keluarga Bapak Jero Mangku Bujangga,
terutama difokuskan pada Bapak Jero Mangku Bujangga sendiri yang sedang
mengalami hipertensi. Saat ini keluarga Bapak Jero Mangku Bujangga sudah
mulai menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti membuang sampah
pada tempatnya, cuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir, serta menjaga
kebersihan diri dengan mandi dan mengganti pakaian secara teratur. Bapak Jero
Mangku Bujangga sendiri sudah berusaha untuk mengurangi konsumsi rokok,
kopi, dan alkohol, memahami jenis makanan yang dianjurkan sebagai diet
hipertensi, serta telah memahami bahwa dirinya harus memeriksakan diri secara
berkala dan mengkonsumsi obat antihipertensi dalam jangka panjang.

Keluarga Bapak Wayan Sumadi


No Tanggal Kegiatan
1 Sabtu, 30 Juli Perkenalan dengan KK binaan ditemani oleh bapak
2016 kelian adat Banjar Serayi dan menjelaskan tujuan dari

16
dilaksanakannya program PPD
2 Minggu, 31 Juli Mengetahui profil keluarga KK Dampingan dan
2016 identifikasi riwayat serta masalah kesehatan
3 Kamis, 4 Promosi kesehatan mengenai perilaku hidup bersih dan
Agustus 2016 sehat pada keluarga Bapak Wayan Sumadi
4 Minggu, 7 Promosi kesehatan tentang pentingnya menjaga
Agustus 2016 kesehatan diri dan kesehatan lingkungan
5 Senin, 8 Promosi kesehatan tentang bahaya merokok dan alkohol
Agustus 2016 terhadap kesehatan
6 Selasa, 9 Penjelasan terhadap masalah kesehatan (Gizi kurang)
Agustus 2016 yang sedang dialami oleh anak kedua dari keluarga
Bapak Wayan Sumadi saat ini
7 Rabu, 10 Edukasi keluarga mengenai gizi kurang, meliputi
Agustus 2016 penyebab dan perjalanan penyakit
8 Jumat, 12 Edukasi keluarga mengenai gizi kurang, meliputi
Agustus 2016 penanganan penyakit, komplikasi, dan prognosis
9 Sabtu, 13 Edukasi mengenai pentingnya pemberian ASI eksklusif
Agustus 2016 untuk pertumbuhan dan perkembangan anak.
10 Senin, 15 Edukasi mengenai pentingnya menjaga kebersihan
Agustus 2016 lingkungan untuk mencegah penyakit infeksi kepada
semua anggota keluarga
Selasa, 16 Edukasi mengenai makanan pendamping ASI yang baik
11
Agustus 2016 diberikan untuk balita.
Kamis, 18 Mengajak Bapak Wayan Sumadi untuk aktif mengikuti
12 Agustus 2016 kegiatan posyandu setiap bulan untuk mengetahui
perkembangan berat badan balitanya
Minggu, 21 Membicarakan dan melakukan pemantauan mengenai
13 Agustus 2016 penerapan solusi penyelesaian yang telah diberikan
melalui program pendampingan KK ini.
Selasa, 23 Membicarakan dan melakukan pemantauan mengenai
14 Agustus 2016 penerapan solusi penyelesaian yang telah diberikan
melalui program pendampingan KK ini.
Rabu, 24 Perpisahan dengan Keluarga Bapak Wayan Sumadi, dan
15
Agustus 2016 pemberian kenang-kenangan serta berfoto bersama.

Partisipasi dari keluarga Bapak Wayan Sumadi sangat baik dan sangat menerima
kedatangan mahasiswa PPD. Mereka sangat terbuka dalam mengemukakan

17
masalah – masalah yang kesehatan yang dialaminya. Promosi kesehatan diberikan
pada seluruh keluarga Bapak Wayan Sumadi dan mereka secara umum telah
memahami kondisi kesehatan anaknya dan telah memahami cara hidup bersih dan
sehat. Istri dari Bapak Wayan Sumadi juga sudah lebih memahami pentingnya
ASI eksklusif bagi pertumbuhan dan perkembangan anaknya.

Keluarga Bapak Ketut Sukra


No Tanggal Kegiatan
1 Sabtu, 30 Juli Perkenalan dengan KK binaan ditemani oleh bapak
2016 kelian adat Banjar Serayi dan menjelaskan tujuan dari
dilaksanakannya program PPD
2 Minggu, 31 Juli Mengetahui profil keluarga KK Dampingan dan
2016 identifikasi riwayat serta masalah kesehatan
3 Kamis, 4 Promosi kesehatan mengenai perilaku hidup bersih dan
Agustus 2016 sehat pada keluarga Bapak Ketut Sukra
4 Minggu, 7 Promosi kesehatan tentang pentingnya menjaga
Agustus 2016 kesehatan diri dan kesehatan lingkungan, serta
pentingnya cuci tangan menggunakan sabun.
5 Senin, 8 Promosi kesehatan tentang bahaya merokok dan alkohol
Agustus 2016 terhadap kesehatan
6 Selasa, 9 Penjelasan terhadap masalah kesehatan (osteoartritis dan
Agustus 2016 kanker serviks) yang sedang dialami oleh kepala
keluarga dan istrinya saat ini.
7 Rabu, 10 Edukasi keluarga mengenai osteoporosis dan kanker
Agustus 2016 serviks, meliputi penyebab dan perjalanan penyakit
8 Jumat, 12 Edukasi keluarga mengenai osteoporosis dan kanker
Agustus 2016 serviks, meliputi penanganan penyakit, komplikasi, dan
prognosis
9 Sabtu, 13 Edukasi mengenai penyakit infeksi menular sexual, dan
Agustus 2016 cara mencegah agar tidak tertular.
10 Senin, 15 Edukasi mengenai apa itu kemoterapi dan bagaimana
Agustus 2016 penanganan kanker serviks.
Selasa, 16 Edukasi mengenai perilaku yang dapat meningkatkan
11
Agustus 2016 risiko osteoporosis
12 Kamis, 18 Edukasi mengenai efek samping penggunaan obat anti
Agustus 2016 nyeri apabila dikonsumsi dalam jangka waktu yang

18
lama.
Minggu, 21 Berdiskusi untuk mengetahui perubahan persepsi
13
Agustus 2016 keluarga terhadap masalah kesehatan yang dihadapi.
Selasa, 23 Membicarakan dan melakukan pemantauan mengenai
14 Agustus 2016 penerapan solusi penyelesaian yang telah diberikan
melalui program pendampingan KK ini.
Rabu, 24 Perpisahan dengan Keluarga Bapak Wayan Sumadi, dan
15
Agustus 2016 pemberian kenang-kenangan serta berfoto bersama.

Partisipasi dari keluarga Bapak Ketut Sukra sangat baik dan menerima dengan
hangat kunjungan dari mahasiswa PPD. Mereka sangat terbuka dalam
mengemukakan masalah – masalah yang kesehatan yang dialaminya. Bapak Ketut
Sukra dan keluarganya saat ini sudah menyadari pentingnya perilaku hidup brsih
dan sehat, mereka sekeluarga sudah lebih memahami tentang penyakit yang
diderita oleh Bapak Ketut Sukra dan istrinya.

III. PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA KELUARGA BINAAN


(Kasus)

3.1 Latar Belakang Kasus


Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang prevalensinya cukup
tinggi dan merupakan faktor risiko utama penyakit kardiovaskuler dan
stroke. Hipertensi bukannlah penyakit yang bisa disembuhkan,
melainkan suatu penyakit yang dapat dicegah progresivitasnya agar
tidak terjadi komplikasi yang berbahaya dan dikontrol melalui
pengobatan dan mengubah pola hidup.

3.2 Analisis Situasi Keluarga Kasus


Pada keluarga binaan Bapak Jero Mangku Bujangga, dengan anggota
keluarga terdiri dari 5 orang, yaitu KK, istri KK, dan tiga orang anak.
Istri KK sudah meninggal kurang lebih sepuluh tahun yang lalu.
Bapak Jero Mangku Bujangga memiliki tiga orang anak laki-laki.
Ketiga anaknya sudah menikah, dan masih tinggal bersama Bapak
Jero Mangku Bujangga di satu pekarangan. Bapak Jero Mangku

19
Bujangga sehari-hari bekerja sebagai petani, namun itu bukan sumber
pendapatan utama keluaga mereka karena ketiga anak-anak Bapak
Jero Mangku Bujangga sudah bekerja. Bapak Jero Magku Bujangga
hanya mengisi waktu senggangnya dengan bertani dan mengurus
hewan ternak. Untuk kebutuhan sehari-hari, bapak jero mangku
bujangga dibiayai oleh ketiga anaknya.
Keluarga Bapak Jero Mangku Bujangga tinggal dalam satu
pekarangan yang terdiri dari 4 bangunan utama yang mana masing-
masing bangunan didiami oleh bapak Jero Mangku Bujangga dan
ketiga anak laki-lakinya beserta keluarga mereka masing-masing.
Bapak Jero Mangku Bujangga tinggal sendiri di salah satu bangunan
tersebut karena istrinya telah meninggal dunia. Terlihat lingkungan
halaman rumahnya cukup rapi. Namun masih ada beberapa
kekurangan yang menyebabkan sanitasi lingkungan menjadi buruk,
seperti terlihat sedikit sampah yang berserakan masih banyak lalat
yang berterbangan disekitar halaman rumah dan tidak tersedianya
jamban pribadi. Hubungan antara anggota keluarga dan masyarakat
dapat terjalin dengan baik.

3.3 Rumusan Masalah dan Solusi Kasus


Permasalahan kesehatan pada keluarga Bapak Jero Mangku Bujangga
adalah pemahamannya tentang hipertensi serta persepsi mereka
mengenai kondisi sehat sakit masih kurang. Bapak Jero Mangku
Bujangga mengaku rutin mengkonsumsi obat hipertensi, namun
setelah dilakukan pemeriksaan tekanan darah pada saat kunjungan,
didapatkan tekanan darah Bapak Jero Mangku Bujangga adalah
210/100 mmHg. Setelah ditanya lebih mendalam, ternyata Bapak Jero
Mangku Bujangga hanya mengkonsumsi obat antihipertensi apabila
merasakan gejala-gejala seperti sakit kepala, pusing, dan sakit pada
tengkuk. Bapak Jero Mangku Bujangga mengira ia sudah sehat
apabila tidak ada gejala. Hal ini mengindikasikan bahwa presepsi
Bapak Jero Mangku Bujangga mengenai kondisi sehat sakit masih

20
kurang. Selain itu, kebiasaan beliau juga berkontribusi terhadap
hipertensinya, seperti merokok, mengkonsumsi kopi, dan alkohol.
Masalah-masalah diatas yang mempengaruhi kondisi kesehatan
Bapak Jero Mangku Bujangga tersebut masih dapat dimodifikasi.
Oleh karena itu diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan
pengetahuan dan sikap sehingga dapat menginisiasi partisipasi aktif
setiap anggota keluarga untuk memelihara dan mencegah risiko
terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta
komplikasinya, serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan
masyarakat. Dengan menerapkan prinsip pelayanan kedokteran
keluarga yang personal, komprehensif, bersinambung, koordinatif dan
kolaboratif, mengutamakan pencegahan pada penderita dalam satu
kesatuan sebagai anggota keluarga dan masyarakat, diharapkan dapat
mewujudkan keadaan sehat bagi setiap anggota keluarga.
IV. SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan
1. Pemahaman keluarga binaan tentang kondisi kesehatan yang
mereka alami terutama pemahaman tentang presepsi kondisi sehat
sakit dirasa masih kurang, sehingga diperlukan pembinaan dan
edukasi yang mendalam tentang kondisi kesehatan yang sedang
mereka alami.
2. Secara umum pelaksanaan perilaku hidup bersih dan sehat pada
keluarga binaan dirasa masih kurang, hal tersebut terlihat dari
beberapa hal yang menyebabkan sanitasi lingkungan menjadi
buruk, seperti terlihat sedikit sampah yang berserakan masih
banyak lalat yang berterbangan disekitar halaman rumah, tidak
tersedianya jamban pribadi, masih menggunakan kayu bakar
sebagai bahan bakar memasak, dan menggunakan air tadah hujan
untuk memasak.
3. Masalah kesehatan keluarga binaan di Banjar Serayi, Desa
Penglumbaran, Kecamatan Susut dipengaruhi oleh faktor kebiasaan

21
hidup, genetik dan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun
lingkungan sosial.

4.2 Saran
1. Petugas kesehatan dan seluruh pihak-pihak yang terkait harus
berperan aktif untuk memberikan komunikasi, informasi dan
edukasi yang tepat dan berkelanjutan pada setiap keluarga yang
memiliki masalah kesehatan. Persepsi sehat-sakit yang salah di
masing-masing keluarga binaan harus diubah secara perlahan
dengan melibatkan dukungan kader-kader kasehatan dan peran
serta pihak pustu dan puskesmas yang lebih intensif melalui
program penyuluhan kesehatan atau pelatihan yang melibatkan
masyarakat secara langsung.
2. Seluruh anggota keluarga harus paham dan memiliki kesadaran
serta turut berpartisipasi secara aktif dalam upaya pemeliharaan
kesehatan pribadi, keluarga, dan lingkungan, terutama dalam hal
perilaku hidup bersih dan sehat.
3. Setiap elemen masyarakat harus berperan aktif dalam mencegah
timbulnya suatu penyakit dengan mengintervensi faktor-faktor
risiko timbulnya suatu penyakit yang dapat dimodifikasi, seperti
faktor kebiasaan hidup dan faktor lingkungan, baik lingkungan
fisik maupun lingkungan sosial.

22
BAGIAN KEDUA
KASUS DOKTER KELUARGA

PENANGGULANGAN MASALAH HIPERTENSI DENGAN


PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kasus


Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang membutuhkan
perhatian karena dapat menyebabkan kematian di Negara-negara maju
dan berkembang. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik
lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg
pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam
keadaan istirahat. Berbagai komplikasi dapat ditimbulkan akibat
hipertensi, diantaranya yaitu penyakit kardiovaskular, stroke, gagal
ginjal hingga kebutaan. Beberapa penelitian melaporkan bahwa
penyakit hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan peluang
tujuh kali lebih besar terkena stroke, enam kali congestive heart
failure, tiga kali serangan jantung.
Orang dengan hipertensi sebenarnya dapat hidup dengan baik
seperti orang sehat lainnya apabila hipertensi yang dialaminya dapat
terkontrol dengan baik. Pada hipertensi primer, hampir sebagian besar
faktor risikonya dapat dimodifikasi, kecuali faktor genetik. Namun,
biasanya penderita hipertensi kurang mengetahui hal ini, dan mereka
jarang mau memeriksakan diri apabila keluhan telah hilang dan obat
telah habis. Padahal, hipertensi bukannlah penyakit yang bisa
disembuhkan, melainkan suatu penyakit yang dapat dicegah
progresivitasnya agar tidak terjadi komplikasi yang berbahaya dan
dikontrol melalui pengobatan dan mengubah pola hidup. Berdasarkan
latar belakang diatas maka penulis mengangkat kasus hipertensi
sebagai kasus keluarga binaan.

23
Identitas Penderita
- Nama : Jero Mangku Bujangga
- Umur : 67 tahun
- Jenis Kelamin : Laki-laki
- Alamat : Banjar Serayi, Desa Pengelumbaran, Susut, Bangli
- Agama : Hindu
- Pekerjaan : Petani
- Pendidikan : Tamat SD

Data Keluarga:

No Jenis
Nama Ket Umur Pendidikan Status Pekerjaan
. Kelamin
Mangku Ibu rumah
1 Wayan Istri Almarhum P Tamat SD Menikah tangga/Pet
Dani ani
Wayan Anak Ketua
2 44 tahun L SMA Menikah
Suana Pertama BPD
Kadek Anak
3 39 tahun L SMP Menikah Petani
Astawa Kedua
Staff
Komang Anak pengajar
4 35 tahun L SMA Menikah
Artana Ketiga di SDN 2
Tiga

1.2 Riwayat Kasus


Permasalahan kesehatan yang ditemukan pada keluarga binaan I
adalah pada kepala keluarga, yaitu Bapak Jero Mangku Bujangga.
Beliau mengeluh memiliki tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi
ini sudah diketahui kurang lebih 11 tahun yang lalu. Awalnya Bapak
Jero Mangku Bujangga tidak merasakan gejala apa-apa, namun saat
melakukan pemeriksaan tekanan darah di dokter baru diketahui bahwa
ia memiliki tekanan darah tinggi. Bapak Jero Mangku Bujangga
mengaku tidak merasakan gejala-gejala yang berarti, namun beliau
mengatakan sesekali merasa sakit kepala. Menurut Bapak Jero

24
Mangku Bujangga, tekanan darah tinggi yang dimilikinya tidak
sampai mengganggu aktivitas sehari-hari beliau sebagai petani karena
tidak menimbulkan gejala.
Bapak Jero Mangku Bujangga rutin memeriksakan tekanan
darahnya ke petugas kesehatan setiap satu minggu sekali. Beliau
mengaku rutin mengkonsumsi obat tekanan darah tinggi setiap hari.
Obat yang dikonsumsi oleh Bapak Jero Mangku Bujangga Captopril
25 mg 1x1 tablet sehari. Namun ketika dilakukan pengecekan tekanan
darah oleh penulis pada saat kunjungan, didapatkan tekanan darah
Bapak Jero Mangku Bujangga adalah 210/100 mmHg. Setelah di
tanyakan kembali ternyata beliau akhir-akhir ini sempat putus minum
obat dan hari saat dilakukan pemeriksaan beliau sama sekali belum
mengkonsumsi obat.
Bapak Jero Mangku Bujangga menyangkal memiliki riwayat
penyakit lain seperti Riwayat alergi, diabetes, dan penyakit jantung
Beliau mengatakan memiliki riwayat keluarga yang menderita tekanan
darah tinggi, yaitu ibunya dan saudara-saudaranya. Riwayat keluarga
yang mengalami penyakit kronis lainnya seperti penyakit jantung,
ginjal, kencing manis disangkal
Bapak Jero Mangku Bujangga mengatakan dirinya memiliki
kebiasaan merokok 1 bungkus per hari sejak dia seumuran anak SMP.
Bapak Jero Mangku Bujangga juga memiliki kebiasaan minum kopi
pada pagi hari sebelum ia bekerja di kebun dan pada malam hari.
Beliau dulu sering mengkonsumsi arak ketika ada acara adat atau
upacara keagamaan di desa, namun sekarang sudah mulai berkurang.

II. HASIL PENELUSURAN KELUARGA BINAAN

2.1 Aspek Lingkungan Fisik Keluarga Binaan


Keluarga Bapak Jero Mangku Bujangga tinggal dalam satu
pekarangan yang terdiri dari 4 bangunan utama yang mana masing-
masing bangunan didiami oleh bapak Jero Mangku Bujangga dan

25
ketiga anak laki-lakinya beserta keluarga mereka masing-masing.
Bapak Jero Mangku Bujangga tinggal sendiri di salah satu bangunan
tersebut karena istrinya telah meninggal dunia. Bangunan yang
menjadi tempat tinggal Bapak Jero Mangku Bujangga merupakan
bangunan semi permanen satu lantai dengan arsitektur khas Bali yang
di dalamnya terdapat 1 kamar tidur, 1 ruang tengah, serta satu ruangan
yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan barang-barang dan
perabot rumah tangga. Bangunan tersebut merupakan bangunan
sederhana dengan tembok bata yang dicat berwarna putih dan lantai
keramik. Atap rumah terbuat dari genteng. Kamar tidur berukuran 3 x
4 meter. Setiap ruangan terkesan pengap dan tertutup sehingga udara
tidak bebas keluar masuk. Terdapat 2 jendela, 1 pintu utama, dan 3
ventilasi di bagian depan rumah. Dalam bangunan tersebut tidak
terdapat kamar mandi. Kamar mandi terletak dibelakang pekarangan
yang dipakai oleh seluruh anggota keluarga. Selain 4 bangunan utama,
di pekarangan rumah keluarga Bapak Jero Mangku Bujangga juga
terdapat satu buah sanggah berukuran kurang lebih 5 x 5 meter, bale
dangin, sebuah dapur yang dipakai oleh seluruh anggota keluarga, dan
sebuah warung yang terletak di depan rumah disebelah gerbang
utama. Bapak Jero Mangku Bujangga mengatakan bahwa kebunnya
terletak jauh dari rumahnya, dan disana juga terdapat kandang ternak
peliharaanya.

2.2 Aspek Sosial Ekonomi Keluarga Binaan


Bapak Jero Mangku Bujangga sehari-hari bekerja sebagai petani,
namun itu bukan sumber pendapatan utama keluaga mereka karena
ketiga anak-anak Bapak Jero Mangku Bujangga sudah bekerja. Bapak
Jero Magku Bujangga hanya mengisi waktu senggangnya dengan
bertani dan mengurus hewan ternak. Untuk kebutuhan sehari-hari,
bapak jero mangku bujangga dibiayai oleh ketiga anaknya.
Pengeluaran perkapita keluarga Bapak Jero Mangku Bujangga
tidak menentu. Menurut bapak Jero Mangku Bujangga, pengeluaran

26
keluarga mereka tiap bulannya rata-rata untuk makan, listrik, air, dan
suka duka. Keluarga Bapak Jero Mangku Bujangga memiliki aset
berupa pekarangan seluas 5 are, kebun seluas kurang lebih 10 are, dan
hewan ternak yaitu sapi.

2.3 Aspek Sosial Budaya Keluarga Binaan


Seluruh anggota keluarga Bapak Jero Mangku Bujangga beragama
Hindu. Untuk keperluan persembahyangan sehari-hari, keluarga
Bapak Jero Mangku Bujangga menyiapkan sendiri sarana
persembahyangannya. Sedangkan, pada hari-hari besar atau upacara
keagamaan di desa keluarga Bapak Jero Mangku Bujangga biasanya
membeli beberapa keperluan banten dan sarana lainnya. Keluarga
Bapak Jero Mangku Bujangga tidak menganggarkan secara khusus
biaya-biaya di bidang sosial, seperti seperti iuran banjar, uang untuk
warga yang memiliki duka (sakit, kematian, ngaben). Pengeluaran
dalam hal ini biasanya disesuaikan dengan kondisi keuangan keluarga
saat itu.

2.4 Aspek Psikologis Keluarga Binaan


Secara psikologis keluarga Bapak Jero Mangku Bujangga dalam
kondisi psikologis yang baik dimana hubungan personal antar
keluarga dapat terjalin dengan baik. Beliau mengatakan mereka hidup
harmonis antar keluarga. Hubungan antara Bapak Jero Mangku
Bujangga sebagai KK, dengan anaknya dapat terjalin dengan baik.
Begitu pula hubungan antara keluarga Bapak Jero Mangku Bujangga
dengan keluarga lain yang tinggal di sekitar mereka.
Istri Bapak Jero Mangku Bujangga telah meninggal kurang lebih
sepuluh tahun yang lalu. Almarhumah berpulang meninggalkan suami
dan tiga orang anak. Hal tersebut sempat membuat Bapak Jero
Mangku Bujangga merasa terpukul dan sangat sedih, namun sekarang
menurut beliau, ia telah bisa menerima kepergian istrinya dan sudah
bisa menjalani hidup seperti biasa.

27
III. RUMUSAN MASALAH DAN SOLUSI

3.1 Permasalahan yang Berkaitan dengan Kondisi Kesehatan


Keluarga Binaan
Permasalahan kesehatan pada keluarga Bapak Jero Mangku Bujangga
adalah Bapak Jero Mangku Bujangga mengetahui dirinya menderita
hipertensi, begitu pula keluarganya, namun pemahamannya tentang
hipertensi serta persepsi mereka mengenai kondisi sehat sakit masih
kurang. Bapak Jero Mangku Bujangga mengaku rutin mengkonsumsi
obat hipertensi, namun setelah dilakukan pemeriksaan tekanan darah
pada saat kunjungan, didapatkan tekanan darah Bapak Jero Mangku
Bujangga adalah 210/100 mmHg. Setelah ditanya lebih mendalam,
ternyata Bapak Jero Mangku Bujangga hanya mengkonsumsi obat
antihipertensi apabila merasakan gejala-gejala seperti sakit kepala,
pusing, dan sakit pada tengkuk. Bapak Jero Mangku Bujangga
mengira ia sudah sehat apabila tidak ada gejala. Hal ini
mengindikasikan bahwa presepsi Bapak Jero Mangku Bujangga
mengenai kondisi sehat sakit masih kurang. Selain itu, kebiasaan
beliau juga berkontribusi terhadap hipertensinya, seperti merokok,
mengkonsumsi kopi, dan alkohol.
Masalah-masalah diatas yang mempengaruhi kondisi kesehatan
Bapak Jero Mangku Bujangga tersebut masih dapat dimodifikasi.
Oleh karena itu diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan
pengetahuan dan sikap sehingga dapat menginisiasi partisipasi aktif
setiap anggota keluarga untuk memelihara dan mencegah risiko
terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta
komplikasinya, serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan
masyarakat. Dengan menerapkan prinsip pelayanan kedokteran
keluarga yang personal, komprehensif, bersinambung, koordinatif dan
kolaboratif, mengutamakan pencegahan pada penderita dalam satu

28
kesatuan sebagai anggota keluarga dan masyarakat, diharapkan dapat
mewujudkan keadaan sehat bagi setiap anggota keluarga.
3.2 Memberikan Solusi melalui Penerapan Prinsip Kedokteran
Keluarga

Personal
Penanganan yang diberikan kepada Bapak Jero Mangku Bujangga
tidak hanya untuk menangani penyakit yang diderita saja, melainkan
menangani pasien sebagai seorang manusia seutuhnya secara holistik,
baik dari segi fisik, psikis, spiritual, dan sosial. Penerapan prinsip ini
terhadap Bapak Jero Mangku Bujangga dilakukan dengan menggali
masalah hipertensi yang dialami Bapak Jero Mangku Bujangga dari
berbagai aspek dan memberikan penanganan yang sesuai.
 Memberikan penjelasan tentang hipertensi kepada Bapak Jero
Mangku Bujangga dan keluarga, apa penyebab, gejala-gejala,
pengobatan hipertensi, pola makan dan olah raga.
 Menyarankan kepada Bapak Jero Mangku Bujangga agar makan
makanan yang cukup bergizi, merubah kebiasaan makan yang
tidak sehat (mengurangi mengkonsumsi garam dan makanan yang
mengandung lemak, serta mengurangi kebiasaan merokok), tidur
dan istirahat yang cukup dan jangan terlalu capek agar tidak stres.
 Menyarankan kepada Bapak Jero Mangku Bujangga agar
merubah sedikit pola hidup yang telah dijalani dengan berolah
raga yang aktif dan teratur, serta tidur dan istirahat yang cukup.
 Menjelaskan mengenai pengobatan yang sekarang dijalani oleh
Bapak Jero Mangku Bujangga. Jenis obat, tujuan pengobatan,
efek samping dan akibatnya bila tidak patuh dalam menjalani
pengobatan. Kepatuhan dalam minum obat sangat diperlukan agar
tekanan darah tetap terkontrol, hal ini ditekankan pada Bapak Jero
Mangku Bujangga. Serta pola makan Bapak Jero Mangku
Bujangga juga harus diperhatikan yaitu untuk mengurangi
makanan asin, yang banyak mengandung lemak, dan mengurangi
konsumsi kopi apabila memiliki kebiasaan tersebut.

29
 Manajemen stres dan pendekatan spiritual juga disarankan,
terutama belajar pasrah dan bersyukur akan semua yang sudah
diberikan Tuhan kepada dirinya. Motivasi dan dukungan dari
kelurga Bapak Jero Mangku Bujangga juga sangat diharapkan
untuk dapat terwujudnya manajemen stres yang baik. Selain itu,
adanya aktivitas komunikasi dengan masyarakat dan keluarga
yang dilakukan sehari-hari membuat kesehatan mental Bapak Jero
Mangku Bujangga tetap terjaga baik. Kesehatan sosial pada
Bapak Jero Mangku Bujangga ini dapat dinilai dari kelancaran
komunikasi dan hubungan interpersonal Bapak Jero Mangku
Bujangga dengan kelurga dan lingkungan sosial.

Paripurna (komprehensif)
Penjelasan diberikan kepada Bapak Jero Mangku Bujangga mengenai
masalah kesehatan yang dialaminya, penyebabnya, proses terjadinya,
terapi, komplikasi, cara pencegahan terjadinya komplikasi, dan
prognosis. Edukasi juga meliputi diet bagi penderita hipertensi,
pentingnya berolahraga, serta penekanan terhadap pentingnya
pemeriksaan berkala serta kepatuhan terhadap pengobatan jangka
panjang. Keluarga Bapak Jero Mangku Bujangga juga diberikan
penjelasan mengenai kondisi penderita sehingga dapat membantu dan
mendukung penderita. Perilaku hidup bersih dan sehat juga perlu
ditekankan pada Bapak Jero Mangku Bujangga dan keluarga sehingga
dapat menciptakan suatu lingkungan kondusif sebagai tempat tinggal
penderita dan keluarga.

Berkesinambungan
Bapak Jero Mangku Bujangga disarankan untuk mengukur tekanan
darahnya secara rutin minimal 1 kali dalam 2 minggu. Bila tekanan
darah Bapak Jero Mangku Bujangga masih tinggi, diharapkan minum
obat anti hipertensi secara teratur. Bila tekanan darah Bapak Jero
Mangku Bujangga mulai terkontrol baik, cek tekanan darah dapat
dilakukan 1 kali dalam 1 bulan di pelayanan kesehatan terdekat.

30
Memberikan pengarahan kepada anggota keluarga lain untuk
mengawasi pasien dalam minum obat.
Koordinatif dan Kolaboratif
Melakukan koordinasi dengan poskesdes Desa Penglumbaran, kepala
desa, dan bidan desa untuk melakukan pengecekan tekanan darah
secara rutin terhadap pasien. Kehadiran tenaga kesehatan di tempat
pelayanan sangat berhubungan erat dengan tingkat kunjungan pasien
untuk melakukan kontrol. Berkoordinasi dengan keluarga Bapak Jero
Mangku Bujangga untuk berpartisipasi aktif dalam pengobatan Bapak
Jero Mangku Bujangga, misalnya dengan mengantarkan Bapak Jero
Mangku Bujangga setiap kali ke Puskesmas, mengawasi aktivitas dan
pola makan Bapak Jero Mangku Bujangga untuk mencegah
perburukan dari kondisi pasien, dan juga ikut membantu mengawasi
dan mengingatkan pasien dalam minum obat.

Mengutamakan Pencegahan
Pencegahan terhadap penyakit dapat dilakukan dalam tiga tahap
pencegahan yakni pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan
pencegahan tersier. Pencegahan yang dilaksanakan untuk keluarga
Bapak Jero Mangku Bujangga adalah pencegahan primer. Hal ini
dilakukan untuk mencegah keluarga Bapak Jero Mangku Bujangga
menderita hipertensi. Hal-hal yang telah dilakukan adalah
memberikan informasi tentang hipertensi dan komplikasinya kepada
keluarga Bapak Jero Mangku Bujangga, menganjurkan kepada
keluarga Bapak Jero Mangku Bujangga untuk mengurangi asupan
garam pada makanan sehari-hari, termasuk pembatasan penggunaan
penyedap rasa, menganjurkan kepada keluarga Bapak Jero Mangku
Bujangga untuk tidak merokok, tidak minum kopi, dan tidak minum
minuman beralkohol, menganjurkan kepada keluarga Bapak Jero
Mangku Bujangga untuk mengurangi asupan lemak, terutama jenis
lemak hewani (lemak jenuh), menganjurkan keluarga Bapak Jero
Mangku Bujangga untuk memperbanyak asupan sayuran dan buah-
buahan yang kaya vitamin, menganjurkan kepada keluarga Bapak Jero

31
Mangku Bujangga untuk melakukan aktivitas fisik yang teratur
minimal 2 kali dalam satu minggu dengan beban yang sesuai (aktivitas
dengan beban sedang, seperti berjalan kaki atau berjalan cepat),
menganjurkan kepada keluarga Bapak Jero Mangku Bujangga untuk
melakukan manajemen stres yang baik, menganjurkan kepada
keluarga Bapak Jero Mangku Bujangga untuk meningkatkan
hubungan spiritual dengan Tuhan yang Maha Esa.

Menimbang Keluarga, Masyarakat, dan Lingkungannya


Peran keluarga dan lingkungan sangatlah besar dalam mengawasi
kesehatan Bapak Jero Mangku Bujangga. Keluarga juga mempunyai
pengaruh penting dalam pencegahan untuk mengurangi faktor risiko
terjadinya komplikasi. Selain itu, keluarga mungkin saja memiliki
risiko penyakit yang sama, begitu pula masyarakat disekitarnya.
Penjelasan diberikan kepada setiap anggota keluarga mengenai hal ini
agar mereka semua memahami, memiliki kesadaran dan turut
berpartisipasi aktif dalam upaya pemeliharaan kesehatan keluarga.
Penjelasan mengenai pentingnya menjaga kebersihan diri dan
lingkungan juga diberikan agar keluarga terlindungi dari risiko
kesehatan yang lain, terutama penyakit infeksi. Sehingga, dengan
memperhatikan lingkungan rumah maupun lingkungan sekitar, setiap
anggota keluarga memiliki tanggung jawab untuk memelihara
kesehatan keluarga dan masyarakat.

IV. SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan
1. Pemahaman keluarga binaan tentang kondisi kesehatan yang
mereka alami terutama pemahaman tentang presepsi kondisi sehat
sakit dirasa masih kurang, sehingga diperlukan pembinaan dan
edukasi yang mendalam tentang kondisi kesehatan yang sedang
mereka alami.

32
2. Secara umum pelaksanaan perilaku hidup bersih dan sehat pada
keluarga binaan dirasa masih kurang, hal tersebut terlihat dari
beberapa hal yang menyebabkan sanitasi lingkungan menjadi
buruk, seperti terlihat sedikit sampah yang berserakan masih
banyak lalat yang berterbangan disekitar halaman rumah, tidak
tersedianya jamban pribadi, masih menggunakan kayu bakar
sebagai bahan bakar memasak, dan menggunakan air tadah hujan
untuk memasak.
3. Masalah kesehatan keluarga binaan di Banjar Serayi, Desa
Penglumbaran, Kecamatan Susut dipengaruhi oleh faktor
kebiasaan hidup, genetik dan lingkungan, baik lingkungan fisik
maupun lingkungan sosial.

4.2 Saran
1. Petugas kesehatan dan seluruh pihak-pihak yang terkait harus
berperan aktif untuk memberikan komunikasi, informasi dan
edukasi yang tepat dan berkelanjutan pada setiap keluarga yang
memiliki masalah kesehatan. Persepsi sehat-sakit yang salah di
masing-masing keluarga binaan harus diubah secara perlahan
dengan melibatkan dukungan kader-kader kasehatan dan peran
serta pihak pustu dan puskesmas yang lebih intensif melalui
program penyuluhan kesehatan atau pelatihan yang melibatkan
masyarakat secara langsung.
2. Seluruh anggota keluarga harus paham dan memiliki kesadaran
serta turut berpartisipasi secara aktif dalam upaya pemeliharaan
kesehatan pribadi, keluarga, dan lingkungan, terutama dalam hal
perilaku hidup bersih dan sehat.
3. Setiap elemen masyarakat harus berperan aktif dalam mencegah
timbulnya suatu penyakit dengan mengintervensi faktor-faktor
risiko timbulnya suatu penyakit yang dapat dimodifikasi, seperti
faktor kebiasaan hidup dan faktor lingkungan, baik lingkungan
fisik maupun lingkungan sosial.

33
34

Anda mungkin juga menyukai