Anda di halaman 1dari 19

BAB I

LATAR BELAKANG KELUARGA BINAAN

Tempat tinggal ketiga keluarga binaan berlokasi di Desa Selat, Kecamatan


Susut, Kabupaten Bangli, Propinsi Bali. Desa Selat terletak pada daerah dataran
tinggi dengan luas wilayah 292 Ha. Dengan jenis tanah lantosol lempung berpasir
sehingga cocok untuk daerah pertanian serta budidaya tanaman pangan,
perkebunan, tanaman keras dan lain sebagainya. Hasil pertanian warga Desa
Selat berupa padi, sedangkan untuk potensi perkebunan, hasil utama di desa Selat
adalah kacang panjang, cabai, ubi kayu, ubi jalar, manggis, salak, pepaya, durian,
sawo, pisang, jambu air, dan nangka. Ditinjau dari klimatologinya, Desa Selat
memiliki iklim tropis bersuhu harian rata-rata 35 derajat celcius. Curah hujan
relatif sesuai musim, sementara itu distribusi hujan adalah enam bulan basah dan
enam bulan kering setiap tahunnya.
Desa Selat terdiri dari 3 banjar yaitu Banjar Selat Kaja kauh, Selat Tengah
dan Selat Peken dengan jumlah penduduk Desa selat adalah 3.617 jiwa yang
terdiri atas 1.800 laki-laki dan 1.817 perempuan. Jarak pemerintahan dari desa ke
kecamatan adalah 7 km, ke kabupaten 13 km, dan ke ibu kota provinsi 51 km.
Mata pencaharian utama penduduk Desa Selat adalah petani, pemahat patung, dan
peternak. Mata pencaharian lainnya terdiri atas PNS, pedagang keliling, TNI,
POLRI, dan lain-lain. Desa Selat telah memiliki TK sebanyak satu buah dan
Sekolah Dasar sebanyak dua buah (SD Negeri 1 dan 2 Selat). Adapun sarana
Kesehatan yang tersedia di Desa Selat terdiri atas posyandu sebanyak 3 buah dan
pustu sebanyak satu buah.

1.1. Data Demografi Keluarga Binaan


Tabel 1.1. Susunan Keluarga I Wayan Predi
Umur Jenis
No. Nama Status Pendidikan Pekerjaan
(Tahun) Kelamin

1
Kepala Tidak
1 I Wayan Predi 78 th L Petani
keluarga Sekolah
Ni Nengah Tidak
2 Istri 76 th P Petani
Wadri Sekolah

Tabel 1.2. Susunan Keluarga I Nengah Keten

Umur Jenis
No. Nama Status Pendidikan Pekerjaan
(tahun) Kelamin
Kepala Tidak tamat Pemahat
1 I Nengah Keten 36 L
Keluarga SD patung
Ibu
Tidak tamat
2 Ni Wayan Rimin Istri 30 P Rumah
SD
Tangga
I Gede Candra Belum
3. Anak 8 L Pelajar
Prataman Tamat SD
Kadek Wisma Belum
4. Anak 2 L -
Adi Candra sekolah

Tabel 1.3. Susunan KK I Nengah Daweg

Umur Jenis
No. Nama Status Pendidikan Pekerjaan
(tahun) Kelamin
I Nengah Kepala
1 43 L Tamat SD Wiraswasta
Daweg Keluarga
Ni Nyoman Ibu Rumah
2 Isteri 41 P SMA
Surjiani Tangga
I Gede Soma
3 Anak 16 L SMP Pelajar
Arimbawa
Ni Kadek
Belum
4 Wulan Mertha Anak 9 P Pelajar
tamat SD
Pradewi
I Komang Tirta Belum
5 Anak 6 L Pelajar
Okantara Putra tamat SD
Tidak Tidak
6 I Wayan Lastra Ayah 88 L
Sekolah bekerja

1.2 Status Sosial Ekonomi dan Kondisi Tempat Tinggal Keluarga Binaan
I Wayan Predi

2
Bapak I Wayan Predi merupakan seoarang yang sederhana. Bapak Predi
tinggal bersama keluarganya di lingkungan Banjar Selat Peken, Desa Selat.
Bapak Predi tinggal bersama seorang istri bernama Ni Nengah Wadri. Ia juga
tinggal bersama anak, menantu, berserta dua orang cucunya. Dalam
kesehariannya, Bapak Predi tinggal bersama keluarganya dalam sebuah
rumah seluas 5 are yang juga tinggal didalamnya 3 orang KK lainnya. Selain
keluarga Pak Predi sendiri yaitu bersama istrinya, tinggal juga keluarga
anaknya, keponakan Pak Predi, dan saudara nya. Sementara untuk fasilitas
toilet, keluarga Bapak I Wayan Predi memiliki dua buah kamar mandi yang
digunakan bersama keluarga lainnya. Untuk masalah administrasi, keluarga
Bapak I Wayan Predi sudah memiliki KK (Kartu Keluarga) dan KTP (Kartu
Tanda Penduduk).
Kemudian untuk penerangan di rumah, Bapak Wayan Predi menggunakan
daya listrik sebesar 900 watt. Sementara untuk keperluan air, keluarga Bapak
I Wayan Predi menggunakan air PDAM.
Bapak Wayan Predi memiliki pekerjaan utama sebagai Petani. Namun,
semenjak menderita tekanan darah tinggi, Pak Predi sudah jarang ke sawah.
Saat ini untuk hidup sehari-hari beserta istri ditanggung oleh anaknya yang
bekerja sebagai pemahat patung. Anak Pak Predi bisa mendapatnya 50.000
100.000 rupiah per hari. Namun, terkadang penghasilan ini dirasa kurang.
Oleh karena itu Pak Predi terkadang ke sawah untuk berkebun jika tidak
terlalu merasakan sakit kepala.

I Nengah Keten
Bapak I Nengah Keten beserta anggota keluarganya tinggal di Lingkungan
Banjar Selat Peken, Desa Selat, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli.
Bapak Keten tinggal bersama seorang istri dan 2 orang anak. Dalam
kesehariannya Bapak Keten beserta istri dan anak-anaknya tinggal dalam
sebuah rumah seluas 6 are milik keluarganya yang terdiri dari 4 buah
bangunan. Dimana bangunan pertama rumah orang tua Pak Keten, bangunan
kedua rumah saudara Pak Keten, dan bangunan ketiga juga rumah saudara pak
Keten. Sementara untuk fasilitas toilet, keluarga Bapak Keten memiliki satu

3
buah kamar mandi. Untuk masalah administrasi, keluarga Bapak Keten sudah
memiliki KK (Kartu Keluarga) dan KTP (Kartu Tanda Penduduk) dan juga
JKBM.

Kemudian untuk penerangan di rumah, Bapak Keten menggunakan daya


listrik sebesar 900 watt. Sementara untuk keperluan air, keluarga Bapak I
Nengah Keten menggunakan PDAM.
Keluarga Bapak I Nengah Keten termasuk keluarga dengan ekonomi yang
kurang atau golongan ekonomi menengah ke bawah. Sumber pendapatan
keluarga ini berasal dari hasil pembuatan patung Bapak Keten saja.
Penghasilan keluarga bapak Keten berasal dari hasil patung. Penghasilan
bapak Keten dikatakan tidak menentu, dikatakan dapat menghasilkan sekitar
70.000 100.000 perhari. Namun pekerjaan ini tidak dilakukan setiap hari,
tergantung pesanan patung.

I Nengah Daweg
Keluarga I Nengah Daweg tinggal bersama dalam 1 rumah permanen
dengan luas tanah 5 are. Tanah tersebut terdiri dari 4 bangunan terpisah,
terdiri dari 1 bangunan tempat tidur keluarga pak I Nengah Daweg beserta
isteri dan anak anaknya, Bangunan lain adalah kamar orang tua Pak Daweg
yaitu Pak I Wayan Lastra. Dindingnya terbuat dari batako yang di cat putih
dan berlantai semen. Bangunan dapur dan kamar mandi terletak di sebelah
bangunan utama. Sumber listrik berasal dari PLN. Untuk sumber air keluarga
Pak Daweg menggunakan PDAM.
Keluarga Pak Daweg termasuk keluarga dengan ekonomi yang kurang
atau golongan ekonomi menengah ke bawah. Sumber pendapatan keluarga ini
berasal dari Pak Daweg yang bekerja sebagi pemahat patung sayur yang
dibantu isterinya.
Pak Daweg mengatakan kehidupan keluarga ini sehari-harinya cukup,
namun belum mampu untuk menabung. Penghasilan dari keluarga Pak
Daweg sebagai pemahat patung adalah Rp 50.000,00 hingga Rp 100.000,00
dalam sehari bekerja. Pendapatan ini terkadang bisa kurang jika pesanan

4
sedang sepi. Biasanya untuk menutupi kekurangan itu Pak Daweg membantu
saudaranya yang juga pengusaha patung.

1.3. Rumusan Masalah Kesehatan Keluarga Binaan


I Wayan Predi
Permasalahan kesehatan yang ditemukan pada keluarga binaan I Wayan
Predi, laki-laki usia 76 tahun, yang mengalami keluhan pusing-pusing, sering
merasa mual dan badan terasa lemas. Selanjutnya akan dibahas dalam laporan
kedokteran keluarga ini. Tidak ada anggota keluarga lainnya yang menderita
keluhan seperti Bapak I Wayan Predi. Penderita jarang memeriksakan
kesehatannya. Hingga kemudian penderita memeriksakan dirinya ke puskesmas
dan di diagnosis dengan Hipertensi St II.
Pada keluarga ini, budaya hidup bersih dan sehat sepertinya agak susah
diterapkan. Mandi dikatakan hanya sekali sehari karena cuaca dingin dan
ketersediaan air yang terbatas. Cuci tangan dilakukan sebelum dan setelah makan,
dengan air yang ditampung, tetapi tidak menggunakan sabun. Pakaian biasanya
diganti setiap 1-2 hari sekali.

I Nengah Keten
Keluarga Bapak I Nengah Keten memiliki kesadaran kesehatan yang
kurang. Anak Pak Keten yaitu Kadek di diagnosis menderita TBC sejak 2 bulan
yang lalu . Bapak I Nengah Keten dan keluarga sendiri masih belum mengerti
lebih detail mengenai penyakit yang diderita anaknya. Setiap kali obatnya habis,
beliau pergi membawa anak kontrol ke Rumah Sakit umum Bangli. Selain itu,
Ibu dan saudara kandung Pak Keten yang tinggal satu pekarangan dengan pak
Keten juga menderita TBC namun sudah selesai pengobatan.
Kadek Wisma Adi Candra yaitu anak kedua dari Pak Keten. Kadek Adi
lahir normal sesuai umur kehamilan dibantu oleh bidan. Kadek Adi tumbuh dan
berkembang sesuai umurnya. Namun sejak 2 bulan yang lalu Kadek Adi
dikeluhkan mengalami diare dan dirawat di RSU Bangli, saat itu dikatakan Kadek
Adi tidak mengalami peningkatan berat badan, kemudian dilakukan tuberculin test
di RSU Bangli dan didiagnosis dengan TBC Paru.

5
Keluarga Bapak Keten mengkonsumsi makanan yaitu nasi secara teratur
yaitu 3 kali sehari, dimana setiap kali makan, beliau makan 1 piring nasi dan
dengan daging dan sayur. Keluarga Pak Keten juga sering makan sayur seperti kul
dan sayur jepang. Sedangkan daging yang biasa dikonsumsi yaitu daging ikan asin
dan daging ayam. Selain itu juga sering mengkonsumsi tahu, tempe serta telur.
Untuk camilan, Bapak Keten sering mengkonsumsi buah-buahan seperti jeruk.
Keluarga Bapak Keten memiliki jaminan kesehatan berupa JKBM
(Jaminan Kesehatan Bali Mandara) yang dapat mengurangi biaya yang harus
dikeluarkan keluarga Bapak Keten.

I Nengah Daweg
Dalam 6 bulan terakhir ini yang sering sakit adalah ayah dari Pak Daweg
yaitu Pak Lastra yang terkkadang mengeluh seperti demam, batuk dan pilek. Jika
mereka merasa tidak enak badan, mereka biasa berobat ke Puskesmas Pembantu
yang ditangani oleh seorang bidan desa.
Pak Lastra juga sejak kurang lebih 5 tahun belakangan ini mengeluhkan
pandagan yang semakin kabur. Untuk mata nya ini pak Lastra belum pernah
memeriksakan diri ke dokter. Pendamping setelah melakukan pemeriksaan mata
sederhana mencurigai Pak Lastra menderita katarak.
Prilaku hidup sehat keluarga Pak Daweg tergolong kurang. Kebiasaan
mandi keluarga hanya 1 kali dalam sehari. Untuk kebiasaan cuci tangan dengan
sabun, biasa dilakukan sebelum dan sesudah makan menggunakan air dalam
baskom. Untuk memasak dan mencuci bahan makanan menggunakan air belum
dimasak. Air minum dimasak terlebih dahulu. Menu makanan sering kali hanya
berupa nasi dan sayur, sangat jarang mengkonsumsi daging. Konsumsi kopi
dikatakan jarang dan untuk kebiasaan merokok dikatakan tidak ada yang pernah
merokok.
Keluarga Pak Daweg memiliki jaminan kesehatan berupa JKBM (Jaminan
Kesehatan Bali Mandara) yang dapat mengurangi biaya yang harus dikeluarkan
jika beliau atau anaknya sakit.

6
BAB II
KEGIATAN DAN HASIL PEMBINAAN PADA KELUARGA BINAAN
Tabel 1.1. Kegiatan dan Hasil Pembinaan Keluarga I Wayan Predi
No Tanggal Pelaksanaan Masalah Pemecahan masalah
Belum saling Menjelaskan
Hari pertama
mengenal dengan tentang tujuan
1. 28 Juli 2016 berkunjung ke
keluarga I Wayan kedatangan, dan
KK binaan
Predi mengakrabkan diri
Perkenalan & Keluarga I Wayan
Menjelaskan tujuan
sosialisasi tujuan Arya belum
2 30 Juli 2016 diadakannya
program KK mengerti tujuan
program KK binaan
binaan. KK binaan
Melakukan Menganjurkan KK
pemeriksaan untuk
Ditemukannya
tanda vital pada memeriksakan diri
31 Juli 2016 Anggota Keluarga
3. KK binaan dan ke puskesdes atau
yang menderita
menanyakan pelayanan
Hipertensi
penyakit yang kesehatan terdekat
diderita yang lain
Menyarankan agar
Adanya riwayat
Melihat dan KK tidak merokok
merokok pada KK,
2 Agustus mencari riwayat lagi baik aktif
4. minum kopi, dan
2016 pribadi dan sosial maupun pasif, dan
makanan tinggi
keluarga binaan juga mengatur pola
garam dan lemak
makan
Menyarankan untuk
membuka ventilasi
Melihat dan debu dari pahatan
rumah, serta
8 Agustus mencari faktor patung menjadi
5. menggunakan
2016 risiko kesehatan faktor resiko
masker atau
dalam keluarga terjadinya penyakit
sejenisnya saat
bekerja
Memberikan KIE
Melihat dan Kebiasaan makan
agar mencuci
mencari tahu pola yang masih
10 Agustus tangan sebelum dan
6. hidup bersih dan menggunakan
2016 sesudah makan
sehat keluarga tangan yang belum
terlebih jika bisa
binaan bersih
dengan sendok
7 15 Agustus Berkunjung dan Adanya kesulitan Membantu anak

7
belajar yang
berbincang dialami anak KK Kkuntuk belajar
2016 bincang dengan dan adanya tugas dan mengerjakan
anak KK sekolah yang tugas sekolah
belum dikerjakan
Menjelaskan lebih
lanjut mengenai
Berkunjung dan
Keluarga belum Hipertensi,
17 Agustus memeriksa
8 mengerti mengenai penyebab,
2016 tekanan darah Pak
hipertensi pengobatan, dan
Predi
komplikasi yang
akan muncul
Keluarga masih
Berkunjung dan Menjelaskan
belum menyadari
18 Agustus memeriksa tentang pentingnya
9 pentingnya
2016 tekanan darah Pak rutin kontrol dan
konsumsi obat
Predi minum obat
hipertensi
Menjelaskan
Keluarga masih pentingnya aktivitas
Berkunjung dan
belum mengetahui fisik, pola makan
22 Agustus memeriksa
10 pola hidup sehat rendah garam dan
2016 tekanan darah Pak
bagi penderita lemak, serta
Predi
hipertensi memperhatikan
kebersihan diri
Kunjungan
terakhir sekaligus
24 Agustus
11 berpamitan - -
2016
dengan keluarga
Pak Predi

Tabel 1.2. Kegiatan dan Hasil Pembinaan Keluarga I Nengah Keten


No Tanggal Pelaksanaan Masalah Pemecahan masalah

8
Belum saling Menjelaskan
Hari pertama
mengenal dengan tentang tujuan
1. 26 Juli2016 berkunjung ke
keluarga I Wayan kedatangan, dan
KK binaan
Rudiawan mengakrabkan diri
Perkenalan & Keluarga I Nengah
Menjelaskan tujuan
sosialisasi tujuan Keten belum
2 28 Juli 2016 diadakannya
program KK mengerti tujuan
program KK binaan
binaan. KK binaan
Memberikan
Melakukan
dorongan semangat
pemeriksaan
KK sedikit takut dan memotivasi
tanda vital pada
1 Agustus mengenai kondisi agar KK terus
3. KK binaan dan
2016 anaknya yang melakukan
berbincang
menderita TB pengobatan agar
bincang mengenai
dapat kembali
riwayat penyakit
sembuh
Menyarankan agar
Mertua Pak Keten
Keluarga lebih
dan saudara
mencegah
Melihat dan kandung Pak
penularan dengan
6 Agustus mencari faktor Keten menderita
4. mengurangi kontak
2016 risiko kesehatan TB Paru, dan
langsung dengan
dalam keluarga saudara Pak Keten
penderita terutama
masih dalam masa
saat berbicara,
pengobatan
batuk, dan bersin.
Melihat dan
12 Agustus mencari riwayat
5. - -
2016 pribadi dan sosial
keluarga binaan
6. 18 Agustus Melihat dan Kebiasaan mandi Menyarankan agar
2015 mencari tahu pola yang 1 kali sehari, mandi minimal 2
hidup bersih dan kebiasaan mencuci kali sehari,
sehat keluarga tangan yang mengajarkan cara
binaan kurang. cuci tangan pakai
sabun dengan
benar, dan
menyarankan
penggunaan masker

9
untuk mencegah
penularan.
Memberikan KIE
mengenai
perilaku hidup
bersih dan sehat,
20 Agustus
7 dan KIE untuk - -
2016
tetap
mengkonsumsi
obat bagi anak
Pak Keten.
Berpamitan
sekaligus
24 Agustus menyerahkan
8 - -
2016 kenang-kenangan
kepada keluarga
KK binaan

Tabel 1.3. Kegiatan dan Hasil Pembinaan Keluarga I Nengah Daweg


No Tanggal Pelaksanaan Masalah Pemecahan masalah
Menjelaskan
Hari pertama Belum saling
tentang tujuan
1. 27 Juli 2016 berkunjung ke mengenal dengan
kedatangan, dan
KK binaan keluarga I Nengah
mengakrabkan diri
Perkenalan & Keluarga Ni
Menjelaskan tujuan
sosialisasi tujuan Wayan Rampe
2 30 Juli 2016 diadakannya
program KK belum mengerti
program KK binaan
binaan. tujuan KK binaan
Menjelaskan
mengenai bahaya
Melihat dan Pak Daweg
2 Agustus rokok, serta
mencari faktor memiliki
3. 2016 memberikan
risiko kesehatan kebiasaan
motivasi untuk
dalam keluarga merokok
moncoba
mengurangi rokok
4. 10 Agustus Melakukan Orang tua pak Mendata pak
2016 pemeriksaan Daweg dicurigai Daweg pada pasien
tanda vital pada menderita katarak skiring katarak, dan

10
KK binaan dan memberikan
menanyakan matur sehingga motivasi untuk
tentang riwayat tidak bisa melihat mencari pengobatan
penyakit sekarang mata.
Keluarga Pak
Memberikan
Daweg masih
motivasi, mencoba
Berbincang setengah hati
meyakinkan bahwa
17 Agustus bincang dengan untuk melakukan
5 pendamping akan
2016 keluarga KK operasi di Demulih
mengantar dan
Binaan karena kendala
membantu selama
jarak dan
proses operasi
transportasi
Mengantar Orang
tua Pak Daweg
20 Agustus yaitu Pak Lastra
6 - -
2016 untuk operasi
katarak di
Demulih
Mengantar Pak
Lastra untuk
22 Agustus kontrol post
7 - -
2016 operasi di
Puskesmas 1
Susut
Memberikan KIE
mengenai
23 Agustus perawatan pasca
8 - -
2016 operasi, serta
konrol kembali ke
puskesmas.
Berpamitan
24 Agustus
9 dengan keluarga - -
2016
pak Daweg

11
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1. Latar Belakang Kasus


Bapak I Wayan Predi merupakan kepala keluarga dari keluarga dampingan
pertama. Bapak I Wayan Predi berasal dari suku Bali yang asli berasal dari Desa
Selat, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli. Bapak I Wayan Predi saat ini bekerja
sebagai petani. I Wayan Predi sering mengeluhkan kepala sakit sampai tidak bisa
bekerja, sering merasa lemas, dan mual. Bapak Wayan Predi sudah pernah berobat
sebelumnya ke puskesmas dan didiagnosis dengan hipertensi grade 2. Pada
kesempatan ini, Bapak I Wayan Predi menjadi obyek yang mendapatkan
pendekatan kedokteran keluarga dalam rangka mencapai derajat kesehatan yang
lebih baik

Identitas Pasien
Nama : I Wayan Predi
Umur : 76 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : Tidak tamat SD
Pekerjaan : Petani

3.2 Analisis Situasi Keluarga Kasus


Keluarga binaan, dengan kepala keluarga (KK) I Wayan Predi terdiri dari 2
orang, yaitu KK dan istri KK. Pekerjaan KK dan istri adalah sebagai petani,.
Keluarga ini beragama Hindu. Dalam kehidupan sehari-hari.
Keluarga dampingan tinggal dalam satu pekarangan yang tidak terlalu
luas, terdiri dari 1 bangunan utama yang terdiri dari 2 kamar tidur yang ditempati
oleh Pak Predi beserta istri dan anak beserta menantu dan cucu Pak Predi.
Sedangkan 2 bangunan lainnya ditempati oleh KK lainnya yaitu keponakan Pak
Predi dan Saudara Pak Predi. Atap rumah terbuat dari genteng. Lantai rumah
terbuat dari keramik dan terlihat tak terawat dan kotor. Tembok rumah terlihat
mulai mengelupas dan kotor. Setiap ruangan memiliki jendela yang
memungkinkan masuknya sinar matahari ke dalam rumah, namun terdapat 1
kamar tidur yang terlihat kurang cahaya kemungkinan karena arah jendela yang
tidak langsung ke luar rumah. Kamar mandi sudah berlantai keramik namun
terlihat agak kotor dan kurang terawat. Dapur beralaskan tanah, dan memasak

12
biasanya menggunakan kayu bakar. Sumber listrik berasal dari PLN. Untuk
sumber air keluarga I Wayan Predi menggunakan PDAM.
Bapak Wayan Predi memiliki pekerjaan utama sebagai petani, namun
profesinya ini saat ini tidak terlalu banyak menghasilkan. Hal ini dikarekan Pak
Predi dan istri sudah jarang bertani karena kondisi kesehatan yang kian menurun.
Maka dari itu, untuk membantu perekonomian keluarga Pak Predi dan Istri, Pak
Predi dan istri ikut ditanggung oleh anaknya yang tinggal serumah. Anak Pak
Predi bekerja sebagai pemahat patung. Penghasilan anak Pak Predi bisa dibilang
tidak menentu karena bergantung pesanan. Biasanya perhari bisa dapat 50.000-
70.000 rupiah. Untuk membantu perekonomian keluarga ini, menantu Pak Predi
terkadang membantu di sawah sebagai buruh dengan penghasilan 30.000 50.000
rupiah per hari.
Penghasilan keluarga hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Bahkan dikatakan bahwa pendapatan tersebut terkadang tidak cukup untuk
membiayai kehidupan keluarga mereka mengingat cucu Pak Predi yang berjumlah
2 orang juga masih sekolah. Pemenuhan kebutuhan hidup adalah terutama untuk
biaya makan, sekolah, sisanya untuk keperluan listrik, air. Pengeluaran keluarga
binaan sekitar Rp 1.500.000,00 per bulan.
Dalam 6 bulan terakhir ini rata-rata anggota keluarga mereka mengalami
penyakit umum seperti batuk, pilek dan demam. Jika merasa sakit mereka lebih
memilih beristirahat, jika tidak kunjung sembuh mereka akan mencari pengobatan
ke Puskesmas pembantu atau Puskesmas Susut 1. Pak I Wayan Predi mengaku
didiagnosis hipertensi sejak 10 tahun yang lalu. Sejak saat itu Ia mengonsumsi
obat antihipertensi yang di ambil di Puskesmas. Selama 10 tahun ini, sejak
mengonsumsi obat itu terkadang tensinya normal dan terkadang tinggi ketika
diperiksa ke puskesmas. Keluhan yang dirasakan selama ini hanya sakit kepala
yang dirasakan semakin sering akhir akhir ini. Biasanya Pak Predi memeriksakan
diri ke Puskesmas jika obatnya habis. Untuk biaya pengobatan keluarga ini
menggunakan JKBM.
Pak Predi dan keluarga mengaku belum sepenuhnya mengerti mengenai
penyakit yang diderita. Pak Predi dan keluarga juga belum mengerti pola makan
dan aktivitas fisik penting untuk diperhatikan pada penderita hipertensi. Hal ini

13
terlihat dari kebiasaan Pak Predi yang minum kopi sampai 4 gelas sehari dan
konsumsi makanan yang tinggi garam dan lemak.
Perilaku hidup bersih dan sehat keluarga Bapak I Wayan Predi tergolong
kurang. Mandi dikatakan hanya sekali sehari karena cuaca dingin dan ketersediaan
air yang terbatas, PDAM hanya mengalir 2 hari sekali karena harus bergantian
dengan banjar lainnya. Menggosok gigi hanya 1 kali sehari. Cuci tangan
dilakukan sebelum dan setelah makan, dengan air yang ditampung, tetapi tidak
menggunakan sabun. Pakaian biasanya diganti setiap 1-2 hari sekali. Menu
makanan sehari-hari biasanya berupa nasi, sayur, dan terkadang berisi daging
seperti ikan atau ayam. KK memiliki riwayat merokok sekitar 4 bungkus per hari
ketika usia muda dan berhenti sekitar 16 tahun yang lalu. Saat ini, anak Pak Predi
yang tinggal serumah dengan Pak Predi juga memiliki kebiasaan merokok.

3.3 Rumusan Masalah dan Solusi Kasus


3.3.1 Riwayat Penyakit
Melalu anamnesis yang dilakukan kepada Bapak I Wayan Predi
didapatkan informasi bahwa Pak Predi telah menderita hipertensi sejak 10 tahun
yang lalu. Akhir-akhir ini Pak Predi sering mengeluhkan kepalanya terasa sangat
sakit. Rasa sakit kepala ini biasanya akan berkurang jika meminum obat hipertensi
yang didapat dari puskesmas. Pak Predi sejak beberapa bulan terakhir ini juga
belum pernah kontrol ke dokter di Puskesmas, biasanya hanya mengambil obat di
Puskesmas Pembantu dan cek tensi oleh bidan di sana. Pak Predi biasanya hanya
berbaring ditempat tidur jika mulai mengeluhkan sakit kepala. Akhir-akhir ini Pak
Predi juga merasa badannya lemas hingga kesulitan lagi untuk bekerja di sawah

Tidak ada anggota keluarga yang menderita keluhan sesak seperti ini. Riwayat
penurunan berat badan dikatakan tidak ada. Riwayat penyakit jantung dan
hipertensi dalam keluarga tidak ada. Penyakit kencing manis disangkal dalam
keluarga. Melalui pemeriksaan fisik ketika kunjungan pertama didapatkan
keadaan umum pasien baik, TB 160 cm, BB 55 kg serta tekanan darah 180/100
mmHg.

14
Pada saat kunjungan beliau mengatakan dirinya tidak mengalami keluhan apapun
dan dapat beraktivitas dengan biasa. Keluhan yang sering dirasakan seperti sakit
kepala terakhir kali dirasakan beberapa hari sebelum kunjungan.

3.3.2 Solusi Kasus


Masalah kesehatan merupakan masalah yang komplek sehingga dalam
penatalaksanaanya sangat memerlukan tindakan yang bersifat holistik
(menyeluruh). Secara holistik dalam memandang sebuah penyakit, merupakan
suatu pendekatan dalam menilai penyakit yang sedang dialami oleh seseorang
secara utuh, tidak hanya aspek medis atau biologis namun juga dari aspek lainnya
seperti psikologis, sosial, ekonomi dan religius. Kemunculan sebuah masalah
kesehatan atau penyakit itu tidak terlepas dari berbagai faktor yang mendasari
kemunculan penyakit tersebut yang dikenal dengan faktor risiko. Pendekatan
holistik dalam memandang faktor risiko sebuah permasalahan kesehatan tentunya
tidaklah hanya melihat dari sisi medis atau biologis saja, namun juga dari faktor
lingkungan, gaya hidup atau perilaku, kebugaran, gizi dan sebagainya.
Pemecahan masalah kesehatan pada kasus yang terjadi di keluarga binaan
dilakukan berdasarkan pendekatan kedokteran keluarga. Berbagai aspek harus
diperhatikan dalam pengelolaan kasus baik individu, keluarga dan lingkungan.
Tahapan pengelolaan kasus hipertensi pada keluarga binaan dilakukan sesuai
dengan enam ciri utama layanan kedokteran keluarga, yaitu:

1. Personal
Mengobati penderita dengan memberikan perlakuan sebagai manusia yang utuh
bukan sekadar mengobati penyakitnya saja. Dalam artian penderita ditangani
secara holistik dari semua aspek kehidupannya, baik secara biologis, psikologis,
sosial ekonomi, budaya, serta agamanya.
- Secara biologis, penderita dan keluarga diberikan penyuluhan mengenai apa
itu hipertensi, faktor resiko, komplikasi, serta cara mencegahnya. Selain itu
juga diberikan penyuluhan mengenai cara merawat diri (self care), penerapan
pola perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam kehidupan sehari-hari,
serta memberikan pengobatan yang optimal kepada penderita. Sebaiknya

15
dilakukan monitoring secara berkelanjutan menngenai pengobatan penderita
baik itu dari petugas kesehatan ataupun dari keluarga penderita sendiri.
- Secara psikologis, dengan memperbaiki kondisi mental penderita yaitu
dengan cara memberikan motivasi untuk tetap berobat, memberikan perhatian
dalam pengobatan, meningkatkan kasih sayang, meningkatkan keharmonisan
dalam keluarga dijaga serta tidak menngucilkan penderita.
- Secara sosial ekonomi, sebaiknya pengobatan yang diberikan disesuaikan
dengan kemampuan ekonomi yang dimiliki oleh keluarga penderita, dimana
untuk pengobatan hipertensi sudah ditanggung asuransi JKBM sehingga
penderita dan keluarga dapat memanfaatkan JKBM untuk keperluan
pengobatan.
- Secara budaya dan agama, pengobatan yang diberikan disesuaikan budaya
dan norma agama yang berlaku. Pasien disarankan untuk tetap beribadah
untuk meningkatkan spiritualitas demi kemajuan pengobatan.

2. Paripurna (Komprehensif)
Komprehensif artinya meliputi semua aspek tingkat pencegahan (primer,
sekunder, dan tersier). Upaya pencegahan tersebut dilaksanakan sesuai dengan
perjalanan alamiah penyakit tersebut.
Pencegahan Primer
- Memberikan penyuluhan kepada seluruh anggota keluarga
penderita mengenai defisini penyakit hipertensi, faktor resiko, komplikasi,
pengobatan, serta cara mencegahnya (promosi kesehatan).
- Memberikan penjelasan kepada penderita dan keluarga bagaimana
cara-cara mencegah timbulnya komplikasi dari penyakit hipertesni seperti
tidak merokok ataupun menghindari jika ada orang yang merokok agar tidak
menghirup asapnya, mengurangi konsumsi kopi, meningkatkan aktivitas fisik,
menjaga kondisi tubuh tetap sehat, serta mengurangi konsumsi makanan
tinggi garam dan tinggi lemak. (promosi kesehatan dan proteksi spesifik).
- Memberikan penjelasan mengenai pengobatan yang harus dijalani
penderita terkait penyakit hipertensi yang diderita. Penjelasannya meliputi
jenis obat, jadwal pengobatan, efek samping, serta akibat jika tidak
mengonsumsi obat (promosi kesehatan).

16
Pencegahan Sekunder
- Memberikan pengobatan yang tepat dan mengingatkan untuk tetap
rajin menggunakan obat (pengobatan yang tepat).
- Mengingatkan keluarga penderita apabila terdapat keluhan pada
pasien ataupun keluarga seperti sakit kepala yang berlebihan, sesak, mual,
atau keluhan lainnya untuk segera memeriksakan diri ke petugas kesehatan
terdekat. (deteksi dini).
- Dianjurkan agar keluarga membantu mengawasi dan memotivasi
penderita untuk menjalani pengobatan mengingat penderita sudah termasuk
usia lanjut dan sering lupa untuk konsumsi obat (pengobatan tepat).
- Menganjurkan keluarga untuk memberikan asupan makanan yang rendah
garam dan rendah lemak untuk mencegah timbulnya komplikasi (pengobatan
yang tepat).
- Menganjurkan kepada keluarga untuk berkonsultasi dengan dokter
ahli penyakit dalam untuk mendapatkan penilaian mengenai penyakit yang
diderita sehingga terapi yang diberikan dapat lebih spesifik dan terarah.
(pengobatan yang tepat).

Pencegahan Tersier
- Menganjurkan keluarga untuk memberikan perawatan dan pengawasan yang
lebih ketat kepada penderita mengingat penderita sudah usia lanjut dan
memiliki kewaspadaan akan keselamatan pribadi (self safety) yang rendah
sehingga penderita terhindar dari perilaku yang dapat mencederai diri sendiri.

3. Berkesinambungan
- Memantau perkembangan penyakit penderita dengan rutin
memeriksa tekanan darah saat kunjungan rumah setiap minggunya.
- Pengobatan dilakukan secara teratur dan kontinyu untuk
mengoptimalkan status kesehatan penderita.

4 Koordinatif dan kolaboratif


- Menyarankan kepada keluarga penderita untuk ikut berpartisipasi aktif dalam
pengobatan penderita. Misalnya selalu mengantarkan penderita setiap kali

17
berobat, mengawasai minum obat penderita, serta menciptakan suasanya
rumah yang nyaman.
- Meningkatkan kerjasama dengan pihak lain seperti dokter ahli penyakit dalam
untuk mendapatkan terapi yang lebih optimal.
- Meningkatkan kerjasama antara puskesmas untuk deteksi penyakit hipertensi
pada masyarakat, untuk mencegah timbulnya komplikasi akibat hipertensi
yang tidak terkontrol.
- Meningkatkan kerjasama dengan puskesmas khususnya melalui program
Promosi Kesehatan agar pencegahan hipertensi lebih optimal.
- Meningkatkan kerjasama dengan kantor Perbekel Desa Selat dalam
memfasilitasi pengobatan penderita melalui asuransi JKBM.

5. Mengutamakan pencegahan
- Menjelaskan kepada keluarga bahwa penyakit Hipertensi merupakan penyakit
yang prevalensinya cukup tinggi.
- Menyarankan kepada penderita dan anggota keluarganya agar menerapkan
perilaku hidup bersih dan sehat khususnyam untuk rajin berolahraga, makan
makanan yang sehat dan bergizi, menghindari rokok, dan mengurangi
makanan yang tinggi lemak.

6. Memberdayakan keluarga dan masyarakat


- Memberikan penjelasan kepada keluarga penderita tentang kondisi penderita
yang sesungguhnya. Dijelaskan bahwa diperlukan adanya tindakan
pencegahan agar penyakitnya tidak menimbulkan komplikasi. Peran keluarga
dan lingkungan sangatlah besar dalam mengawasi kesehatan penderita
terutama dalam pengawasan pengobatan.
- Menjelaskan mengenai pengobatan dan menjelaskan apabila muncul keluhan
agar segera ke pusat pelayanan kesehatan untuk menerima pengobatan
selanjutnya.

18
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

4.1. Simpulan
1. Ketiga keluarga binaan memiliki tingkat pendidikan yang hampir sama ada
yang tamat SD dan ada yang tidak taman SD. Untuk pekerjaan, 2 KK
bekerja sebagai pemahat patung, sedangkan 1 KK bekerja sebagai petani.
2. Rendahnya pengetahuan keluarga mengenai penyakit yang diderita
menyebabkan kurangnya kesadaran untuk memperhatikan pengobatan.
Terutama pada penderita hipertensi yang terkadang tidak minum obat
ketika tidak merasa sakit.
3. Ketiga keluarga binaan memiliki lingkungan fisik rumah yang tergolong
cukup baik, dengan keadaan ekonomi kurang, dan prilaku hidup bersih dan
sehat yang masih kurang tetapi terjalin hubungan yang harmonis baik
dalam lingkungan keluarga ataupun masyarakat sekitarnya.

4.2. Saran
1. Dibutuhkan peran aktif dari petugas kesehatan, dalam hal ini puskesmas
Susut 1 untuk memberikan komunikasi, informasi dan edukasi agar
masyarakat memiliki pemahaman yang lebih baik tentang masalah
kesehatan yang dihadapi.
2. Seluruh anggota keluarga diharapkan turut aktif meningkatkan derajat
kesehatan, yaitu dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat,
menerapkan pola makan 4 sehat 5 sempurna, serta segera membawa
anggota keluarga ke pusat pelayanan kesehatan terdekat, yaitu Puskesmas
Pembantu Selat ataupun Puskesmas jika mengalami masalah kesehatan
agar segera mendapat pengobatan yang tepat demi mencegah timbulnya
komplikasi.

19

Anda mungkin juga menyukai