Anda di halaman 1dari 4

BELL’S PALSY

No. Dokumen : 005/PRT/KDPM-IN/SOP/X/2018

No. Revisi :-
SOP
Tanggal terbit : 1 Oktober 2018

Halaman : 1-4

Klinik Diana dr. Fachrudiana F.A


Permata Medika Pimpinan Klinik

1. Pengertian Bell’s Palsy adalah paralisis fasialis perifer idiopatik, yang merupakan
penyebab tersering dari paralisis fasialis perifer unilateral. Bell’s palsy
muncul mendadak (akut), unilateral, berupa paralisis saraf fasialis perifer,
yang secara gradual dapat mengalami perbaikan pada 80-90% kasus.
Bell’s palsy merupakan salah satu dari penyakit neurologis tersering yang
melibatkan saraf kranialis, dan penyebab tersering (60-75%) dari kasus
paralisis fasialis unilateral akut di dunia. Bell’s palsy lebih sering
ditemukan pada usia dewasa, orang dengan DM, dan wanita hamil.
Peningkatan kejadian berimplikasi pada kemungkinan infeksi HSV tipe I
dan reaktivasi herpes zoster dari ganglia nervus fasialis. Penyebab bell’s
palsy tidak diketahui (idiopatik), dan diduga penyakit ini merupakan
bentuk polineuritis dengan kemungkinan penyebabnya virus, inflamasi,
autoimun dan faktor iskemik.
2. Tujuan Sebagai acuan langkah-langkah petugas untuk dapat melakukan
pengelolaan penyakit yang meliputi :
1. Anamnesa (subjektif).
2. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang sederhana (objektif).
3. Penegakkan diagnosa (Assessment).
4. Penatalaksanaan komprehensif (Plan).
3. Kebijakan SK Pimpinan Klinik Nomor 029/KDPM-IN/SK/IX/2018 tentang Layanan
Klinis.
4. Prosedur/ 1. Petugas melakukan anamnesis terhadap pasien (Subjective)
Langkah- Pasien datang dengan keluhan :
langkah a. Paralisis otot fasialis atas dan bawah unilateral, dengan onset akut
(periode 48 jam).
b. Nyeri auricular posterior atau otalgia, ipsilateral.
c. Peningkatan produksi air mata (epifora), yang diikuti penurunan
produksi air mata yang dapat mengakibatkan mata kering (dry

1
eye), ipsilateral.
d. Hiperakusis ipsilateral.
e. Penurunan rasa pengecapan pada lidah, ipsilateral.

Gejala awal :
a. Kelumpuhan otot-otot fasialis unilateral, yang mengakibatkan
hilangnya kerutan dahi ipsilateral, tidak mampu menutup mata
ipsilateral, wajah merot / tertarik ke sisi kontralateral, bocor saat
berkumur, tidak bisa bersiul.
b. Nyeri Auricular Posterior.
c. Separuh pasien Bell’s palsy mengeluh nyeri auricular posterior.
Nyeri sering terjadi simultan dengan paresis, tapi nyeri mendahului
paresis 2-3 hari sekitar pada 25% pasien.
d. Gangguan Pengecapan
Walaupun hanya sepertiga pasien melaporkan gangguan
pengecapan, sekitar 80% pasien menunjukkan penurunan rasa
pengecapan. Kemungkinan pasien gagal mengenal penurunan
rasa, karena sisi lidah yang lain tidak mengalami gangguan.
Penyembuhan awal pengecapan mengindikasikan penyembuhan
komplit.

Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium darah : darah lengkap, gula darah sewaktu, tes fungsi
ginjal (BUN / kreatinin serum).
2. Penegakkan diagnosis (Assessment) dilakukan dengan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
3. Penatalaksanaan (Plan)
1. Tujuan pengobatan adalah memperbaiki fungsi saraf VII (saraf
fasialis) dan mencegah kerusakan saraf lebih lanjut.
2. Hal penting yang perlu diperhatikan :
 Pengobatan inisial
- Kortikosteroid (Prednison), dosis 1 mg/kgBB atau 60 mg/hari
selama 6 hari, diikuti penurunan bertahap total selama 10 hari.
- Apabila tidak ada gangguan fungsi ginjal, antivirus (Acyclovir)
dapat diberikan dengan dosis 400 mg per oral 5 kali sehari
selama 7-10 hari. Jika virus varicella zoster dicurigai, dosis
tinggi 800 mg per oral 5 kali/hari.
 Lindungi mata
Perawatan mata : lubrikasi okular topikal dengan air mata
2
artificial (tetes mata buatan) dapat mencegah corneal exposure.
(lihat bagian pembahasan dry eye).
 Fisioterapi atau akupuntur dapat dilakukan setelah melewati fase
akut (± 2 minggu).
a. Bila tersedia fasillitas pemeriksaan penunjang, tentukan
faktor resiko penyebab Bell’s Palsy berdasarkan hasil
pemeriksaan.
b. Bila tidak tersedia, pasien bisa dirujuk ke pelayanan
sekunder untuk penentuan faktor resiko penyebab Bell’s
Palsy dan pengobatannya.
Konseling dan Edukasi :
a. Petugas memberikan pengertian kepada pasien dan keluarganya
tentang perjalanan penyakit dan tatalaksananya, sehingga
meningkatkan kesadaran dan kepatuhan dalam berobat.
b. Diet bergizi tinggi protein terutama yang berasal dari protein hewani
(daging, ikan, susu, telur, sayuran hijau).
c. Pemakaian alas kaki untuk mencegah infeksi cacing tambang.

Kriteria Rujukan :
a. Bila dicurigai kelainan lain.
b. Tidak menunjukkan perbaikan.
c. Terjadi kekambuhan atau komplikasi.
d. Nyeri tajam pada telinga dan mastoid (60%).
e. Penurunan rasa pengecapan pada lidah, ipsilateral (30-50%).
f. Hiperakusis ipsilateral (15-30%).
g. Gangguan lakrimasi ipsilateral (60%).
h. Gangguan sensorik wajah jarang ditemukan, kecuali jika inflamasi
menyebar ke saraf trigeminal.

Faktor Risiko :
a. Paparan dingin (kehujanan, udara malam, AC).
b. Infeksi, terutama virus HSV tipe I.
c. Penyakit autoimun.
d. Diabetes mellitus.
e. Hipertensi.
f. Kehamilan.
4. Petugas melakukan pemeriksaan fisik (Objective)
a. Petugas melakukan cuci tangan / menggunakan Hand Sanitizer

3
sebelum memeriksa pasien.
b. Pemeriksaan fisik
 Kelemahan atau paralisis saraf fasial (N. VII).
 Hilangnya lipatan (kerutan) dahi dan lipatan nasolabial
unilateral.
 Kelumpuhan otot orbikularis oris unilateral, bibir akan tertarik
ke sisi wajah yang normal (kontralateral).
 Pada saat pasien diminta untuk mengangkat alis, sisi dahi
yang lumpuh terlihat datar.
 Pada fase awal adanya peningkatan salivasi.

Manifestasi Okular :
Komplikasi okular unilateral pada fase awal berupa :

 Lagoftalmus (ketidakmampuan untuk menutup mata secara


total).
 Penurunan sekresi air mata.
 paparan kornea (corneal exposure), erosi kornea, infeksi dan
ulserasi kornea.
5. Referensi Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang praktek kedokteran.

6. Dokumen terkait 1. Rekam Medis.


2. Form rujukan.
3. Informed concent.
4. Resep.
7. Unit terkait 1. Ruang Pendaftaran.
2. Ruang Pemeriksaan Umum.
3. Ruang Farmasi.
4. Rekam medis.

8. Riwayat Perubahan Dokumen

No Yang dirubah Isi Perubahan Tanggal Terbit

Anda mungkin juga menyukai