Anda di halaman 1dari 2

Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 2

Tahun 2012 bertujuan menyediakan tanah bagi pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran bangsa, negara, dan masyarakat dengan tetap menjamin
kepentingan hukum pihak yang berhak. Namun seringkali pembangunan tanah untuk
kepentingan umum menimbulkan konflik yang terjadi dalam masyarakat.

Pertanyaan :

Menurut analisis saudara, bagaimana solusi pengadaan tanah untuk pembangunan yang sering
menimbulkan konflik antara negara dengan masyarakat !

JAWABAN!

Negara mempunyai hak terhadap tanah yang disebut hak untuk menguasai ,sebagaimana
diterangkan pada pasal 33 ayat (3) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 yang
telah di amandemen yang berbunyi : “bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat”.

Dalam hal pengadaan tanah untuk pembangunan bagi kepentingan umum,hak milik atas
tanah dapat dicabut karena tanah memiliki fungsi sosial. Pengadaan tanah yang diperuntukkan
kepentingan umum oleh pemerintah dilaksanakan dengan pelepasan ataupun pembebasan hak
atas tanah. Selain itu pengadaan tanah juga dilakukan dengan cara jual beli, tukar-menukar, atau
pun dengan cara lain yang disepakati. Sebagaimana dijelaskan pada Pasal 18 Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
dijelaskan bahwa “untuk kepentingan umum, termasuk kepentingan bangsa dan negara serta
kepentingan bersama dari rakyat, hak-hak atas tanah dapat dicabut, dengan memberi ganti
kerugian yang layak dan menurut cara yang diatur dengan undang-undang.

Penyelesaian sengketa dalam pengadaan tanah ditempuh melalui musyawarah antara


instansi yang memerlukan tanah dengan pihak yang berhak atau keberatan kepada pengadilan.
Penyelesaian sengketa tanah diperlukan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat adat agar
dapat memberi rasa keadilan bagi masyarakat adat.

Tanah yang dibutuhkan oleh negara untuk kepentingan umum memerlukan jaminan baik
bagi warga negara maupun pemerintah, karena tanah pada dasarnya merupakan persoalan yang
kompleks, tanah merupakan kebutuhan yang potensial untuk pembangunan. Hak atas tanah dapat
dilepaskan secara sukarela atau ganti rugi kepada pemilik tanah. Ganti rugi dapat berupa uang,
ganti rugi tanah, relokasi, kepemilikan saham, atau bentuk lain yang disepakati para pihak, tetapi
masalahnya pemegang hak tidak menyetujui segala bentuk dan jenis ganti rugi, juga tidak mau
memberikan ganti kerugian. ke atas. haknya, meskipun ganti rugi telah dibayarkan. Dalam hal
ini, pemilik hak milik dapat menolak dan mengajukan keberatan di pengadilan negeri selambat-
lambatnya 14 (empat belas) hari kerja setelah sidang penetapan ganti rugi secara lisan.
Pengadilan berwenang untuk menentukan jumlah dan bentuk ganti rugi yang akan
diberikan kepada pemegang hak guna tanah yang haknya terpengaruh oleh perampasan tanah.
Pengadilan Negeri untuk Meninjau Keberatan Ganti Rugi Kerugian selambat-lambatnya 30 hari
kerja sejak diterimanya keberatan, Sebagai bahan pertimbangan hakim dalam menentukan
besarnya ganti rugi penilaian untuk didengar pendapatnya sebagai pembanding atas penilain
ganti kerugian.

Anda mungkin juga menyukai