Anda di halaman 1dari 6

TOPIK 6: PERENCANAAN KONSTRUKSI PERKERASAN 2

g2. Perkerasan Beton Menerus Dengan Tulangan


 Penulangan Memanjang
Jarak minimum antara tulangan paling sedikit sama
dengan dua kali ukuran agregat terbesar, tetapi tidak
kurang dari 100 mm. Supaya terdapat penyaluran
beban dan kuat lekat yang mencukupi, jarak antara
batang tulangan tidak boleh lebih dari 225 mm.
Umumnya diameter batang tulangan memanjang
berkisar antara 12 hingga 20 mm. Kemudian panjang
tumpangan dibuat sebesar 25 kali diameter tulangan
atau 400 mm.
 Penulangan Melintang
Tulangan melintang dimaksudkan untuk memikul
batang tulangan arah memanjang. Jarak dan ukuran
dari batang-batang arah melintang selalu dikaitkan
dengan rencana penempatan dudukan.
 Letak Tulangan
Penulangan pada perkerasan beton menerus harus
ditempatkan pada kedalaman lebih besar dari 65 mm
dari permukaan (untuk tebal pelat ≥ 200 mm) dan
maksimum sepertiga dari tebal pelat. Tulangan arah
memanjang dipasang diatas tulangan arah melintang.

1. PELAPISAN TAMBAHAN (OVERLAY)


a. Umum
Pelapisan tambahan pada perkerasan kaku dibedakan atas:
a1. Pelapisan tambahan perkerasan kaku diatas perkerasan
lentur
a2. Pelapisan tambahan perkerasan kaku diatas perkerasan
kaku
a3. Pelapisan tambahan perkerasan lentur diatas perkerasan
kaku
b. Pelapisan tambahan perkerasan kaku diatas perkerasan lentur
Tebal lapis tambahan perkerasan kaku diatas
perkerasan lentur dihitung dengan cara sama seperti
perhitungan tebal pelat pada pembangunan baru.
Nilai modulus reaksi tanah dasar (k) diperoleh dengan
melakukan pengujian pembebanan pelat (plate loading test)
diatas permukaan lama. Untuk nilai k yang lebih besar dari 14
kg/cm3, maka dalam perhitungan ini nilai k dianggap sama
dengan 14 kg/cm3.
c. Pelapisan tambahan perkerasan kaku diatas perkerasan kaku
c1. Jenis
Terdapat tiga jenis pelapisan tambahan perkerasan kaku
diatas perkerasan kaku yaitu:
1. Pelapisan tambahan dengan lapis pemisah (unbonded
atau separated overlay)
2. Pelapisan tambahan langsung (partialy bonded atau
direct overlay)
3. Pelapisan tambahan monolit (bonded atau monolithic
overlay)
c2. Pelapisan tambahan perkerasan kaku dengan lapis
pemisah
1. Perencanaan tebal lapis tambahan
Tebal pelapisan tambahan perkerasan kaku dengan lapis
pemisah dihitung berdasarkan rumus berikut:
Tr = T2 − C. To2
dimana:
Tr = tebal lapis tambahan
T = tebal perlu berdasarkan beban rencana dan daya
dukung tanah dasar.
To = tebal pelat ada
C = koefisien yang menyatakan keadaan pelat lama
yang mempunyai nilai sebagai berikut:
C = 1 , bila struktur perkerasan lama masih dalam
keadaan baik.
C = 0,75, bila perkerasan lama mengalami retak
awal pada sambungan sudut−sudut.
C = 0,35, bila perkerasan lama secara struktur telah
rusak.
2. Tebal minimum
Tebal minimum lapis tambahan dengan lapis pemisah
sama dengan 150 mm.
3. Lapis pemisah
Lapis pemisah dimaksudkan untuk mencegah refleksi
penyebaran retak perkerasan lama ke lapis tambahan.
Lapis ini biasanya dibuat dari aspal beton dengan
ketebalan minimum 3 cm.
4. Sambungan
Letak dan jenis sambungan pada lapis tambahan
tidak perlu sama dengan letak dan jenis sambungan
pada perkerasan lama.
5. Penulangan
Penulangan pada lapis tambahan tidak tergantung
pada tulangan dan kondisi perkerasan lama.

6. Penerapan
Penulangan pada lapis tambahan tidak tergantung pada
Pelapisan tambahan perkerasan kaku dengan lapis
pemisah pada dasarnya dapat diterapkan untuk semua
kondisi struktural ( C = 0,35 sampai dengan 1 ).
Pelaksanaan pelapisan dilakukan sebagai berikut:
 Permukaan yang akan dilapis harus dibersihkan dari
kotoran-kotoran dan kelebihan bahan penutup
sambungan.
 Hamparkan lapis pemisah.
 Hamparkan lapis tambahan.

c3. Pelapisan Tambahan Langsung


1. Perencanaan tebal lapis tambahan
Tebal pelapisan tambahan perkerasan kaku langsung
dihitung berdasarkan rumus berikut:
1,4

Tr = T1,4 − C. To1,4
dimana:
Tr = tebal lapis tambahan
T = tebal perlu berdasarkan beban rencana dan daya
dukung tanah dasar.
To = tebal pelat ada
C = faktor yang menyatakan kondisi struktural
perkerasan lama, yang besarnya 0,75 sampai
dengan 1.
2. Tebal minimum
Tebal minimum lapis tambahan langsung sama dengan
130 mm.
3. Sambungan
Letak sambungan pada lapis tambahan harus sama
dengan letak sambungan pada perkerasan lama.
Jenis sambungan pada lapis tambahan tidak harus
sama dengan jenis sambungan pada perkerasan lama.
4. Penulangan
Penulangan pada lapis tambahan tidak tergantung pada
tulangan dari perkerasan lama.
5. Penerapan
Pelapisan tambahan langsung, pada dasarnya dapat
diterapkan pada perkerasan lama dengan kondisi
struktural baik ( C = 1), atau pada perkerasan lama yang
mengalami retak awal ( C = 0,75) hanya kerusakannya
dapat diperbaiki dan kondisi permukaan baik sampai
sedang.
Pelaksanaan pelapisan dilakukan sebagai berikut:
 Permukaan yang akan dilapis harus dibersihkan dari
kotoran-kotoran dan kelebihan bahan penutup
sambungan.
 Hamparkan lapis tambahan.

c4. Pelapisan Tambahan Monolitik


1. Perencanaan tebal lapis tambahan
Tebal lapis tambahan monolitik dihitung berdasarkan
rumus:
Tr = T − To
dimana:
Tr = tebal lapis tambahan
T = tebal perlu berdasarkan beban rencana dan daya
dukung tanah dasar.
To = tebal pelat ada
2. Tebal minimum
Tebal minimum lapis tambahan monolitik sama dengan
30 mm.
3. Sambungan
Letak dan jenis sambungan pada lapis tambahan harus
sama dengan letak dan jenis sambungan pada
perkerasan lama.
4. Penulangan
Pada lapis tambahan yang tipis, tidak diperlukan
tulangan. Pada lapis tambahan yang cukup tebal,
tulangan mungkin diperlukan sebagai tambahan dari
tulangan perkerasan lama.
5. Penerapan
Pelapisan tambahan monolitik hanya dapat diterapkan
pada perkerasan lama dengan kondisi struktur baik
( C = 1).
Pelaksanaan pelapisan dilakukan sebagai berikut:
 Buang bagian−bagian beton yang telah lepas-lepas.
 Bersihkan sambungan−sambungan
 Lapiskan bahan pengikat (bounding grout)
 Hamparkan lapis tambahan.

Anda mungkin juga menyukai