Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

OPTIMALISASI PELAYANAN UNTUK MEWUJUDKAN INOVASI


KESEHATAN 18 PUSKESMAS DI KABUPATEN MAMASA

i
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pelayanan kesehatan merupakan salah satu hak mendasar masyarakat yang
penyediaannya wajib diselenggarakan oleh pemerintah sebagaimana telah diamanatkan
dalam Undang-undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat (1) “Setiap orang berhak hidup
sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang
baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan” dan Pasal 34 ayat (3)
“Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas
pelayanan umum yang layak”. Salah satu bentuk fasilitas pelayanan kesehatan untuk
masyarakat yang diselenggarakan oleh pemerintah adalah puskesmas.
Dalam hal ini puskesmas dituntut untuk selalu meningkatkan keprofesionalan
dari para pegawainya serta meningkatkan fasilitas atau sarana kesehatannya untuk
memberikan kepuasan kepada masyarakat pengguna jasa layanan kesehatan. Semakin
ketatnya persaingan serta pelanggan yang semakin selektif dan berpengetahuan
mengharuskan Puskesmas selaku salah satu penyedia jasa pelayanan kesehatan untuk
selalu meningkatkan kualitas pelayanannya. Untuk dapat meningkatkan kualitas
pelayanan, terlebih dahulu harus diketahui apakah pelayanan yang telah diberikan
kepada pasien atau pelanggan selama ini telah sesuai dengan harapan atau belum.
Dinas Kesehatan Kabupaten Mamasa merupakan Penanggunng jawab salah satu
penyedia pelayanan kesehatan di Kabupaten Mamasa yang juga berkewajiban dalam
meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya di 18 Puskesmas sebagai pelayanan
kesehatan di tingkat kecamatan. Oleh karena itu Puskesmas di bawah naungan Dinas
Kesehatan Kabupaten Mamasa perlu adanya evaluasi dan penguatan untuk
meningkatkan mutu kualitas pelayanannya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Dinas Kesehatan memberikan dampak melalui optimalisasi pelayanan
untuk mewujudkan sebuah inovasi kesehatan 18 Puskesmas di Kabupaten Mamasa.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep
Menurut DepKes RI (2004), Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas
Kesehatan Kabupaten yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kesehatan.
Dengan melihat perkembangan pelayanan kesehatan di Kabupaten Mamasa saat
ini, setelah upaya penanganan Covid-19 yang melanda dunia secara umum, tentunya
beberapa masalah kesehatan yang merupakan Prioritas Kesehatan Nasional di lingkup
Kabupaten Mamasa terhambat. Dinas Kesehatan Kabupaten Mamasa sebagai
pelaksana teknis pelayanan kesehatan di wilayah kerja 18 Puskemas yang ada di
Kabupaten Mamasa menghadapi beberapa isu.
B. Permasalahan Pelayanan Puskesmas di Kabupaten Mamasa
Beberapa masalah yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas beberapa tahun
terakhir sebagai berikut:
1. Stunting
Prevalensi stunting balita di Provinsi Sulawesi Barat tertinggi di Kabupaten
Polewali Mandar (Polman) berdasarkan data kesehatan pemerintah provinsi
berdasarkan hasil studi status gizi (SDGI) 2021 menunjukkan prevalensi stunting
balita di sulbar sebesar 33.8 %. Kabupaten dengan prevalensi stunting tertinggi
di Sulbar adalah Kabupaten Polman mencapai 36 % kemudian disusul Kabupaten
Majene mencapai 35,7 %. Selain itu Kabupaten Mamasa 33,7 %, Kabupaten
Mamuju 30,3 % , Kabupaten Pasangkayu 28,6 %. Daerah dengan prevalensi
stunting terendah di Sulbar, adalah Kabupaten Mamuju Tengah 26,3 %.
Dengan melihat keadaan stunting yang ada di kabupaten mamasa, tentu
merupakan persoalan yang besar dan suatu tantangan ke depan untuk mewujudkan
derajat kesehatan masyarakat mamasa di masa yang akan datang. Perlunya sebuah
terobosan yang baru antara bidang pengendalian penyakit dan bidang kesehatan
masyarakat serta lintas sektor lainnya, membentuk sebuah program yang inovatif
dan berkelanjutan.

2
2. Penyakit Tidak Menular
Tantangan kesehatan yang ada di Kabupaten Mamasa salah satunya adalah
terkait dengan Penyakit Tidak Menular (PTM). Angka PTM sejak tahun 2010
mulai meningkat. Pola makan, pola asuh, pola gerak dan pola makan seperti tinggi
kalori, rendah serat, tinggi garam, tinggi gula dan tinggi lemak diikuti gaya
hidup sedentary lifestyle, memilih makanan siap saji, ditambah dengan
kurangnya aktivitas fisik, stress dan kurangnya istirahat memicu timbulnya
penyakit Hipertensi, Diabetes Militus, Obesitas, Kanker, Jantung, dan
hiperkolesterol dikalangan Masyarakat Kabupaten Mamasa. Upaya kita harus
terus menekan angka kejadian PTM supaya rendah dalam rangka mendorong
pencapaian target pembangunan kesehatan termasuk target SDGs 2030.
Penyakit Tidak Menular adalah penyakit yang sebenarnya kita cegah
(preventable disease), dengan mengenali faktor risikonya dan merubah gaya
hidup yang lebih sehat, dengan cara CERDIK (Cek kesehatan secara berkala,
Enyahkan asap rokok, Rajin beraktivitas fisik, Diet yang sehat dan seimbang,
Istirahat yang cukup dan Kelola stress).
3. Kemampuan SDM Kesehatan Di Kabupaten Mamasa
Sumber daya manusia kesehatan berperan penting sebagai upaya kesehatan
dalam mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Sumber
Daya Manusia Kesehatan (SDMK) adalah tenaga kesehatan dan tenaga penunjang
kesehatan yang terlibat dan bekerja serta mengabdikan dirinya dalam upaya dan
manajemen kesehatan di lingkupa wilayah kerja Puskesmas.
Kondisi sumber daya manusia kesehatan di puskesmas saat ini diketahui
belum mampu memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di seluruh wilayah
Kabupaten Mamasa, terutama pada daerah 3T yaitu daerah terdepan, terpencil,
dan tertinggal.
Dalam ketersediaan SDM kesehatan untuk upaya kesehatan masyarakat,
diketahui terdapat 24% puskesmas tanpa tenaga kesehatan masyarakat;
30,2% tanpa tenaga kesehatan lingkungan. Kurangnya ketersediaan SDM
berkaitan erat dengan kurangnya pengadaan jenis pendidikan tenaga
kesehatan di institusi pendidikan dengan kebutuhan tenaga kesehatan di
3
puskesmas. Oleh karena itu, perlu adanya keseimbangan jenis penyelenggaraan
pendidikan tenaga kesehatan dengan perencanaan kebutuhan tenaga
kesehatan agar dapat terselenggara pelayanan kesehatan yang sesuai standar.
Selain kurangnya tenaga kesehatan di wilayah kerja 18 Puskesmas di
Kabupaten Mamasa, salah satu penyebab petugas mangkir dari pelayanan
kesehatan, dimana jasa atau imbalan yang di anggarkan di kabupaten tidak
mampu menfasilitasi kebutuhan para petugas kesehatan yang kebanyakan petugas
kesehatan di kabupaten Mamasa adalah honorer, sehingga muncul berbagai
persoalan salah satunya adalah mogok kerja. Tenaga honorer lebih mendominasi
SDM Kesehatan di wilayah kerja 18 Puskesmas di kabupaten mamasa, akibat
mogok kerja pelayanan terhambat, bahkan beberapa pusat pelayanan di tutup. Hal
inilah yang membuat masyarakat merasa tidak dilayani secara optimal.

C. Optimalisasi penguatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mamasa dalam


Mewujudkan sebuah inovasi Kesehatan Di Kabupaten Mamasa
Dalam pelayanan kesehatan 18 Puskesmas di Kabupaten Mamasa, melalui Dinas
Kesehatan dengan melakukan Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian.
Beberapa upaya yang dilakukan oleh Dinas Kesahatan Kabupaten Mamasa baik
bidang pengendalian penyakit maupun kesehatan masyarakat untuk mengatasi 3 pokok
Masalah yang terjadi saat ini di 18 Puskesmas di Kabupaten Mamasa dengan
memberikan beberapa inovasi kesehatan diantaranya:
1. Penanganan Stunting
Semenjak tahun 2022 Dinas Kesehatan Kabupaten Mamasa berupaya
memberantas stunting dengan melibat lintas sektor yang ada di wilayah kerja 18
Puskesmas serta bekerja sama dengan setiap OPD di lingkup Kabupaten Mamasa.
Dinas Kesehatan juga memfasilitasi Kementrian Kesehtan melalui Survay Status
Gizi di 60 Desa (lokus) yang ada di Kabupaten Mamasa. Beberapa Upaya yang
dilakukan:
a. Peningkatan akses pada air bersih dan sanitasi yang memadai.

4
b. Edukasi tentang pola makan yang seimbang dan asupan gizi yang cukup pada
anak-anak dan ibu hamil.
c. Peningkatan akses pada layanan kesehatan, termasuk pemeriksaan rutin dan
imunisasi bagi anak-anak.
d. Peningkatan ketersediaan dan akses pada bahan makanan yang kaya nutrisi,
seperti sayuran dan buah-buahan.
e. Peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang stunting dan
dampak buruknya pada pertumbuhan dan perkembangan anak.
f. Selain itu, penting juga untuk mengatasi faktor-faktor sosial-ekonomi yang
berperan dalam terjadinya stunting, seperti kemiskinan dan ketidaksetaraan
gender. Upaya ini dapat dilakukan melalui program-program yang fokus pada
peningkatan ekonomi masyarakat, termasuk pemberdayaan perempuan dan
program-program bantuan sosial untuk keluarga miskin.
Setelah melihat beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk menangani Stunting
bidang pengendalian penyakit dan kesehatan masyarakat membentuk sebuah
program yag relevan untuk memberikan dampak yang besar dalam menurunkan
angka kejadian stunting di Kabupaten Mamasa dengan meluncurkan sebuah
program aksi yakni “lindungi mereka sejak awal kehidupan” sebuah inovasi ini
tentunya berangkat dari sebuah kepercayaan seorang ibu untuk merawat dan
melindungi cabang bayi sejak awal kehidupan. Dinas Kesehatan Kabupaten
Mamasa membentuk sebuah tim turun ke setiap wilayah kerja Puskesmas untuk
memberikan sebuah penguatan dan motivasi bahwa saat awal kehamilan dan awal
kehidupan seorang ibu harus menjaga kehamilannya dengan ketat dan terus
menerus sampai melahirkan. Tim ini pun menyediakan beberapa kebutuhan bagi
ibu yang memiliki kekurangan ekonomi dan keterbatasan dalam melindungi
cabang bayi sejak awal kehamilan.

2. Penanganan Penyakit Tidak Menular


Untuk menjawab permasalahan dan tantangan kesehatan dimasa pandemi,
maka diperlukan Strategi yang harus dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
Mamasa yaitu :

5
a. Memperkuat Kemampuan Edukasi dan Komunikasi dimana saja dan kapan
saja tentang pentingnya pencegahan dan pengendalian
PTM berupa : Edukasi melalui media cetak dan elektronik, sosial media,
virtual zoom iklan layanan masyarakat, atau tatap muka dengan
menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
b. Memperkuat Jejaring Kemitraan dengan menanamkan pemahaman yang sama
tentang pentingnya membangun dan menggalang kemitraan.
c. Memperkuat Pemberdayaan Masyarakat dengan mencari pola dan strategi
yang sesuai dengan karakteritik dan sosial budaya masyarakat.
3. Upaya Dinas Kesehatan dalam Manangani Ketersedian SDM Kesehatan Di
Kabupatean Mamasa
a. Komitmen
Komitmen dapat diartikan perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu.
Hal ini dapat diartikan bahwa setiap orang/ pihak/ institusi wajib berkomitmen
terhadap pembinaan Puskesmas.
b. Kerja tim
Pembinaan Puskesmas mendorong adanya kerja sama kelompok (team work)
antar tenaga kesehatan (perawat, bidan, dokter, dan tenaga kesehatan lainnya)
dan non kesehatan. Kerja sama tim merupakan salah satu penentu keberhasilan
pembinaan Puskesmas.
c. Pembelajaran berkelanjutan
Pembinaan Puskesmas mendorong terjadinya pembelajaran berkelanjutan di
Puskesmas binaan yang memungkinkan setiap individu untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilannya, sehingga dapat mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan sebagai ajang kaji banding.
d. Efektif dan efisien
Pembinaan Puskesmas dilaksanakan secara efektif dan efisien. Pembinaan
yang dilakukan secara efektif dan efisien akan mempengaruhi hasil pelayanan
kesehatan, apalagi sumber daya pelayanan kesehatan pada umumnya terbatas.
e. Optimalisasi Jasa Honorer Tenaga Kesehatan

6
Salah satu upaya yang dapat diberikan oleh Dinas Kesehatan dalam
menangani masalah yang terjadi di Puskesmas khususnya tenaga honorer,
dimana kita tahu bahwa jasa tenaga honorer tidak di anggarkan secara khusus.
Dalam memenuhi jasa para honorer yang ada di Puskesmas, kita dapat melihat
beberapa program yang membutuhkan SDM sesuai pendidikan yang dimiliki,
dengan memberikan program untuk di jalankan di wilayah kerja Puskesmas,
setidaknya anggaran program melalui perjalanan dinas ke wilayah kerja
Puskesmas dapat memenuhi kebutuhan tenaga honorer, meskipun nominal
jasa yang didapat tidak sesuai standar gaji.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah organisasi fungsional yang
menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat
diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan
menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan
biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Upaya kesehatan tesebut
diselenggarakan dengan menitikberatkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna
mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada
perorangan. Sebagai ujung tombak pelayanan dan pembangunan kesehatan di
Kabupaten Mamasa maka Puskesmas perlu mendapatkan perhatian terutama berkaitan
dengan mutu pelayanan kesehatan untuk menyelesaikan beberapa persoalan kesehatan
di masyarakat.
B. SARAN
7
Pelayanan kesehatan di Puskesmas saat ini menghadapi kondisi yang paling buruk
karena harus menghadapi ancaman yang bersumber pada lingkungan luar, dan pada saat
yang bersamaan dilanda berbagai kelemahan internal melalui SDM Kesehatan. Strategi
yang tepat pada keadaan demikian ialah strategi defensif dalam arti mengurangi atau
merubah bentuk pelayanan kesehatan yakni :
1. Merubah paradigma berupa paradigma sehat yakni upaya kesehatan
menitikberatkan pada upaya promotif dan preventif tanpa mengesampingkan upaya
kuratif dan rehabilitatif dalam memberantas penyakit tidak menular di masyarakat.
2. Upaya kesehatan Puskesmas lebih menitikberatkan pada upaya kesehatan yang
mempunyai daya ungkit besar terhadap penurunan stunting dengan sebuah inovasi
“lindungi mereka sejak awal kehidupan” di Kabupaten Mamasa.
3. Upaya kesehatan Puskesmas memfokuskan pada program pokok utama ketersediaan
SDM Kesehatan di Kabupaten Mamasa

Anda mungkin juga menyukai