Anda di halaman 1dari 6

Tugas Bimbingan dan Konseling

1. Bagaimana konsep konseling?


2. Apa perbedaan guru, pendidik dan konselor?
3. Apa perbedaan peserta didik, siswa dan klien?

A. Konsep konseling
1. Pengertian

Konseling merupakan inti kegiatan bimbingan secara keseluruhan yang berkenaan dengan
pengentasan pengentasan masalah masalah dan fasilitasi perkembangan individu.

Cavanagh (1982: 1 Cavanagh (1982: 1-2) : konseling 2) : konseling merupakan suatu hubungan
antara pemberi bantuan yang terlatih dengan seseorang yang mencari bantuan, di mana
keterampilan pemberi bantuan dan suasana yang di buatnya membantu orang lain belajar untuk
berhubungan dengan dirinya sendiri dan orang lain dalam cara dalam cara-cara yang lebih
tumbuh dan cara yang lebih tumbuh dan produktif.

2. Prinsip Prinsip-prinsip pengertian konseling yaitu prinsip pengertian konseling yaitu


a. Konseling merupakan alat yang paling penting dalam keseluruhan program bimbingan
b. Dalam konseling terlihat adanya pertalian dua orang individual yaitu konselor dan
konseli, dimana konselor membantu konseli melalui serangkaian wawancara dalam
serangkaian pertemuan
c. Wawancara merupakan alat utama dalam keseluruhan konseling
d. Tujuan yang ingin dicapai dalam konseling adalah agar konseli
1) Memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya
2) Mengarahkan dirinya sesuai dengan potensi yang dimilikinya kearah tingkat
perkembangan yang optimal
3) Mampu memecahkan sendiri masalah yang dihadapinya
4) Mempunyai wawasan yang lebih realitas serta penerimaan yang obyektif tentang
dirinya
5) Memperoleh kebahagiaan dalam hidupnya dan dapat menyesuaikan diri secara lebih
efektif baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap lingkungan
6) Mencapai taraf aktualisasi diri sesuai dengan potensi yangh dimilikinya g). Terhindar
dari gejala dimilikinya
7) Terhindar dari gejala-gejala kecemasan gejala kecemasan dan salah suai (mal
adjustment).

B. Perbedaan guru, pendidik dan konselor.

1. Guru

Undang-undang nomor 14 tahun 2005 dalam (Dwi Siswoyo, 2011: 128), menyebut bahwa guru
merupakan pendidik profesional yang memiliki berbagai tugas utama yaitu mendidik, mengajar,
memimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini jalur formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Peran guru dalam proses pendidikan

a. Sumber Belajar, artinya guru harus mampumemiliki reperensi buku yang banyak
b. guru sebagai Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses
belajar mengajar
c. guru sebagai pembimbing, guru harus bisa membimbing peseta didikdan mengarah kan
mana yang baik dan mana yang tidak baik agar peserta didik mampu memilih mana yang
terbaik buat dirinya sendiri.
d. guru sebagai motivator, guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan untuk
mendinamiskan potensi siwa, menumbuhkan swadaya (aktivitas ) , dan daya cipta
(kretivitas) sehingga akan terjadi dinamikab di dalam proses belajar mengajar .
e. guru sebagai Evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam
bidanf akademik maupun tingkah laku sosialnya sehingga dapat menentukan bagaimana
anak didiknya berhasil atau tidak.

2. Pendidik

Berdasarkan pendapat Sutari Imam Bernadib dalam (Dwi Siswoyo, 2011: 127), pendidik adalah
setiap orang yang dengan sengaja mempengaruhi orang lain agar mencapai tingkat kemampuan
yang lebih tinggi. Pendidik yang dimaksud disini merupakan seseorang yang melatih atau
mengembangkan seorang individu agar memiliki kemampuan tertentu, tetapi kemampuan yang
saya maksud adalah kemampuan mengenai hal yang baik.

3. Konselor

Konselor adalah orang yang mempunyai keahlian dalam melakukan konseling. Berlatar
belakangpendidikansarjan strata ( s1 ) dari jurusan fisikologi pendidikan dan bimbingan
(PPB) .Bimbingan Konseling (BK), atau bimbinganpenyuluhan (BP ) mempunyai organisasi
bernama AsosiasiBimbingan Konseling Indonesia ( ABKI ).

Dari pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa peran konselor adalah

a. memberikan bimbingan belajar kepada peserta didik


b. memberikan bimbingan dalam mengatasi masalah pribadi
c. memberikan pelayanan konseling terhadap peserta didik

C. Perbedaan peserta didik, siswa dan klien

1.Peserta didik

Ada perbedaan yang mencolok antara “anak didik” dan “peserta didik”. Anak didik lebih
menekankan dimensi sosiologis, namun peserta didik lebih kepada dimensi menajemen
(pendidikan). Saya mengira istilah “peserta didik” yang saat ini menjadi nomenklatur semua
jenjang pendidikan sekolah dan madrasah adalah hasil desain para pemangku kebijakan
pendidikan dengan pola pemikiran manajemen.

“Peserta” adalah terminologi untuk mereka yang memiliki proses yang telah ditempuh. Ia akan
disebut peserta manakala telah menyelesaikan beberapa tahapan. Peserta didik adalah mereka
yang telah menyelesaikan tahapan pendaftaran, tahapan seleksi, tahapan heregistrasi, tahapan
penomoran, tahapan administratif dan tahapan lainnya. Tahapan inilah yang akan menjadi
prasyarat ia dipanggil sebagai peserta didik.

Artiya, “Peserta Didik” adalah istilah manajemen (pendidikan) yang menjadikan sebuah sekolah
sebagai sebuah sistem yang mana didalamnya dikelola dengan sistem tertentu. Di sana ada
manajer, ada tenaga pendidik, ada tenaga kependidikan, ada tenaga administrasi, ada peserta
didik, ada sarana prasarana dan segala sesuatunya memiliki Standar Operating Procedure
(SOP). Setiap SOP memiliki standarnya sehingga akan ada standar proses, standar pembiayaan,
standar penilaian, standar isi, standar sarana prasarana, dan standar lainnya. Dalam konteks saat
ini dikenal delapan standar pendidikan.

Karena begitu “majunya” pendidikan dengan mengaplikasikan ilmu manajemen dalam


pendidikan, maka segala sesuatu yang berhubungan pendidikan harus ditempelkan kepada
konsep manajemen pendidikan, termasuk di dalamnya istilah “Peserta didik”. Peserta didik
diperlakukan sebagai bagian dari komponen sistem pendidikan yang harus memenuhi semua
standar yang ditetapkan.

2.Siswa

“Siswa” adalah terminologi yang diambil tidak jauh dari “Taman Siswa”, sebuah lembaga yang
dikembangkan oleh Bapak Pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara. Ada tiga konsep yang
menjadi pikiran dasar pendidikan Indonesia yaitu Ing ngarso sung tulodo, Ing madya mangun
karso, dan tut wuri handayani. Ketiga dasar pemikiran ini menjadi landasan berpikir
pengembangan pendidikan Indonesia.

Tiga konsep ini lebih menekankan kepada peran guru dibanding peran siswa. (1) Ing ngarso
sung tulodo diartikan bahwa guru harus berdiri di depan sebagai model atau teladan. (2) Ing
madya mangun karsa berarti bahwa guru harus berada di tengah siswa untuk membangun
motivasi yang menghebatkan. (3) Tut wuri handayani dimaksudkan bahwa guru berperan berdiri
di belakang siswa untuk mendorong mereka menjadi sesuai kehendak pendidikan itu. Ketiganya
memperlihatkan bahwa dasar pemikirannya merupakan sebuah interaksi aktor utama dalam
pendidikan yakni guru dan siswa.

Masalah yang utama adalah, kenapa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sejak
kemerdekaan menggunakan hanya satu saja dasar pendidikan Ki Hajar Dewantara? Apakah tut
wuri handayani yang menjadi tagline pendidikan umum ala Kemendikbud menjadi satu-satunya
dasar yang diambil tidak ketiganya? Jawabannya mungkin harus bertanya kepada penyelenggara
negara saat itu, namun ini merupakan sebuah tanda. Tanda dimana tut wuri handayani lebih
penting dalam peradigma pendidikan kita.

Sejak “murid” digantikan dengan “siswa” dan mulai digunakan secara luas di persekolahan maka
hal yang muncul adalah tut wuri handayani menjadi alasan pokoknya. Hal ini bisa disimpulkan
bahwa “siswa” memiliki akar kekuatan dari tut wuri handayani, yaitu peran guru yang
mendorong siswa untuk menjadi sesuatu yang diharapkan dalam pendidikan. Siswa adalah orang
yang harus didorong oleh guru. Ini menunjukan bahwa siswa lebih menitik beratkan pada
motivasi ekstrinsik (dari luar, baca: Guru) dalam mencari ilmu. Peran guru yang mendorong
lebih besar ketimbang keinginan intrinsik siswa.

Artinya, siswa adalah terminologi yang memposisikan siswa sebagai “objek” yang harus
diberikan perlakuan untuk menjadi “subjek” dalam tindakan yang lain. Subjek yang
menggerakan objek ini adalah guru. Hal ini berbeda dengan “murid” dimana yang menjadi
subjek pembelajar adalah dirinya sendiri. Ia harus tumbuh sendiri secara mandiri, dan posisi guru
sebagai petani yang menjaga tanamannya (baca: murid). Sedangkan siswa, ia tidak mandiri dan
harus terus didorong oleh guru agar menjadi pembelajar. Hal ini mirip dengan definisi
pendidikan sebagai transfer of knowledge. Murid sebagai botol kosong yang harus diisi ilmu
oleh guru.

3.Klien

Klien merupakan orang yang perlu memperoleh perhatian sehubungan dengan masalah yang
dihadapinya, klien itu orang yang hadir ke konselor dan kondisinya dalam keadaan cemas atau
tidak kongruensi. Sekalipun klien itu individu yang memperoleh bantuan, dia bukanlah obyek,
atau individu yang pasif, atau tidak memiliki kekuatan apa-apa. Dalam konsep konseling, klien
adalah subjek yang memiliki kekuatan, motivasi, memiliki kemauan untuk berubah, dan pelaku
bagi perubahan dirinya. Pengaruh lingkungan terhadap pribadi klien, perlu sekali diperhatikan.
Daftar pustaka

Suherman. Tersedia:
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI_PEND_DAN_BIMBINGAN/
195903311986031-SUHERMAN/KONSELING_(KONSEP_DASAR)_
%5BCompatibility_Mode%5D.pdf

Krisnan. (2017). Mirip tetapi berbeda: Perbedaan Guru dan Pendidik. Tersedia:
https://meenta.net/perbedaan-guru-dan-pendidik/

Tajudin, D. (2015). Guru dan Konselor. Tersedia:


https://www.kompasiana.com/didintajudin/guru-dan-konselor_553ca3226ea834b477f39b10

Parmin. Klien dalam Konseling. Tersedia: https://mafiadoc.com/klien-dalam-


konseling_5a29e58c1723dda28221eef7.html

Mubarak.Z, (2017). Daya Beda Murid, Siswa, Santri, Anak Didik dan Peserta Didik.
Tersedia: https://zakimu.com/daya-beda-murid-siswa-santri-anak-didik-dan-peserta-didik/

Anda mungkin juga menyukai