Anda di halaman 1dari 8

ANTROPOLOGI BUDAYA

“MIMESIS”

NAMA : MARINUS ZALUKHU


NPM : 210320021
DOSEN PENGAMPU : DR. ANNA LUCY R.,M.T

PROGRAM STUDI
ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KATOLIK SANTO THOMAS
SEMESTER GANJIL 2023/2024
ABSTRAK

Konsep mimesis dalam arsitektur mencerminkan peran pentingnya seni meniru dan
menggambarkan elemen-elemen alam atau kenyataan dalam desain bangunan. Kata "mimesis"
berasal dari bahasa Yunani yang berarti "tiruan" atau "imitasi," dan dalam konteks arsitektur,
hal ini melibatkan proses menciptakan struktur dan desain yang mencerminkan atau meniru
bentuk, proporsi, atau estetika alam.
Penelitian ini mengeksplorasi aplikasi konsep mimesis dalam arsitektur dan dampaknya
pada estetika, fungsionalitas, dan pengalaman pengguna. Melalui studi kasus dan analisis
desain arsitektur yang mencakup elemen mimesis, paper ini membahas bagaimana penggunaan
mimesis dapat memperkaya lingkungan binaan dan menciptakan koneksi yang mendalam
antara bangunan, alam, dan manusia. Kesimpulan dari penelitian ini memberikan pandangan
tentang relevansi dan potensi konsep mimesis dalam merancang ruang binaan yang lebih
harmonis dan berdaya guna.

2
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MIMESIS

Mimesis berasal dari bahasa Yunani dan berarti perwujudan dan tiruan. Dalam konteks teori
sastra, mimesis diartikan sebagai pendekatan yang selalu berupaya menghubungkan suatu karya
sastra dengan kenyataan atau realita ketika mempertimbangkannya. Pendekatan mimesis adalah
pendekatan yang memandang prosa fiksi sebagai ciptaan manusia berdasarkan pengalaman
hidup pengarangnya, baik langsung maupun tidak langsung.
Ada beberapa pendapat mengenai teori imitasi ini, antara lain Aristoteles dan Plato.
Pandangan Plato tentang mimesis sangat dipengaruhi oleh pandangannya tentang konsep Ide,
sehingga mempengaruhi pandangannya tentang seni. Dalam pernyataan Plato tentang mimesis
“realitas,” katanya, “Sastra hanyalah tiruan belaka dan tidak menghasilkan salinan yang
sebenarnya. “Seni adalah tiruan dan imajinasi dari apa yang tampak di bawah kenyataan.”Tidak
berlebihan.Dalam pemikirannya, Plato menyatakan bahwa berhadapan dengan karya seni,
terdapat dua unsur penilaian atasnya yakni, pertama, mereka yang secara kreatif membuat
sesuatu, seperti ahli bangunan dan tukang mebel. Kelompok pertama ini, bagi Plato, lebih dekat
pada kebenaran, karena mereka lebih merealisasikan idea yang ditemukan dalam pikirannya
menjadi benda tunggal yang kongkret.3

a. Defenissi misesis dalam berbagai ilmu pengetahuan


1. Karya seni
Pengertian mimesis dalam karya seni mencerminkan upaya seniman untuk
berkomunikasi, merefleksikan, dan menafsirkan dunia melalui medium seni mereka
dengan cara yang menciptakan pengalaman estetik yang mendalam.
2. Arsitektur
Mimesis dalam arsitektur adalah konsep meniru atau meniru unsur-unsur alam
atau dunia nyata dalam desain dan konstruksi bangunan. Hal ini melibatkan
penggunaan bentuk, proporsi, dan elemen arsitektur yang meniru atau
mengekspresikan karakteristik lingkungan atau objek tertentu.
Aspek utama pentingnya mimesis dalam arsitektur adalah: Peniruan bentuk
dan struktur: Arsitek menggunakan mimesis untuk meniru bentuk dan struktur alam
atau objek tertentu dalam desain arsitekturnya, yang dapat ditiru.
3. Sastra Dalam sastra, mimesis adalah konsep peniruan atau representasi realitas
dalam sebuah karya tulis.
Ini melibatkan upaya penulis untuk menciptakan dunia, karakter, atau situasi yang
mencerminkan atau meniru kenyataan. Mimesis dalam sastra memberikan pembaca
dasar untuk merasakan, memahami, dan menghubungkan dengan karya tulis.
Konsep ini sangat penting dalam penciptaan sastra sepanjang sejarah dan
memainkan peran penting dalam membentuk cara kita memahami dunia melalui
bahasa.
4. Pendidikan
Mimesis dalam pendidikan adalah proses meniru atau mereproduksi pengetahuan,

3
keterampilan, atau perilaku melalui observasi dan peniruan. Konsep ini mencakup
gagasan bahwa belajar dimungkinkan melalui peniruan dan mendengarkan, dan
bahwa siswa dapat belajar dengan mengamati dan meniru model dan contoh di
lingkungannya. Mimesis dalam pendidikan menekankan pentingnya peran model,
contoh, dan lingkungan dalam membentuk pengalaman belajar. Hal ini menjadi
dasar konsep pembelajaran sosial dan konstruktivisme dalam teori pembelajaran.

5. Antropologi
Imitasi dalam antropologi mengacu pada fenomena meniru atau mereproduksi
budaya, tindakan, dan tradisi dalam masyarakat manusia.Konsep ini menyoroti cara
manusia meniru atau mengadopsi praktik budaya, norma, dan sistem nilai
kelompok atau individu lain. Peniruan mencakup peniruan dalam berbagai konteks
budaya, termasuk bahasa, ritual, seni, teknologi, dan gaya hidup sehari-hari dan
Imitasi dapat terjadi dalam situasi interaksi lintas budaya, dimana suatu kelompok
mengadopsi atau mengadaptasi unsur-unsur dari kelompok lain, melalui suatu
proses secara sukarela atau karena tekanan budaya. dalamKonsep imitasi berkaitan
dengan difusi budaya, dimana unsur budaya dapat menyebar melalui imitasi lintas
budaya, Imitasi dapat berperan dalam pembentukan identitas kelompok, dimana
kelompok tertentu mengadopsi atau mengadaptasi praktik budaya untuk
memperkuat atau mencerminkan identitas mereka.

b. Contoh Fenomena misesis dalam arsitektur


Dalam konteks tari tradisional, fenomena imitasi budaya mengacu pada proses
peniruan atau representasi cerita, mitos, atau unsur budaya lainnya melalui gerakan fisik
dalam tari, Tarian tradisional seringkali menjadi sarana penting untuk melestarikan dan
mewariskan warisan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Contoh tarian tradisional seperti tari gantar yang digunakan dalam ritual festival
padi mencerminkan fenomena peniruan budaya dalam banyak hal.Tarian ini mungkin
meniru gerakan-gerakan yang berkaitan dengan kegiatan pertanian seperti menanam,
merawat, dan memanen padi. Gerakan-gerakan ini dapat dianggap sebagai bentuk
simulasi untuk mewakili proses pertanian khas budaya tersebut, gerakan dan simbol
tari dapat mengandung makna simbolis yang berkaitan dengan pertanian, kesuburan
tanah, dan harapan hasil panen yang baik.
Hal ini menciptakan keterkaitan antara gerakan fisik dan aspek budaya .Hal ini
tidak hanya mewakili peniruan budaya tetapi juga memperkuat ikatan sosial dalam
Masyarakat Melalui tarian tradisional, masyarakat dapat melestarikan nilai-nilai
budaya, mitos dan tradisinya, dan peniruan budaya ini berfungsi sebagai sarana untuk
menjaga warisan budaya mereka tetap hidup. Fenomena peniruan budaya dalam tari
tradisional memberikan ekspresi nyata bagaimana masyarakat memelihara,
menyebarkan dan merayakan aspek-aspek unik dari identitas budayanya.

4
https://id.wikipedia.org/wiki/Tari_Gantar

c. Contoh Fenomena misesis dalam arsitektur


merupakan salah satu contoh karya arsitektur yang menerapkan konsep
misesis/imitasi. Alun-alun ini dirancang oleh Michelangelo pada abad ke 16.
Dalam desainnya, Michelangelo membuat salinan patung Romulus dan Remus
yang melambangkan legenda pendiri Roma. Konsep peniruan tercermin melalui
penggunaan salinan untuk menciptakan kesan bahwa mitos hadir di tempat ini.
Dengan membuat salinan patung Romulus dan Remus, Michelangelo berupaya
menghidupkan kembali legenda berdirinya Roma dan menghubungkan Piazza del
Campidoglio dengan sejarah dan identitas kota Roma. Piazza del Campidoglio
sendiri merupakan alun-alun terbuka yang terletak di Bukit Capitoline,
salahsatudari tujuh bukit Roma. Desainnya menggabungkan elemen Romawi
klasik dengan fitur Renaisans karya Michelangelo. Alun-alun ini juga dikelilingi
oleh tiga bangunan penting yaitu Palazzo Senatorio, Palazzo dei Conservatori dan
Palazzo Nuovo .

https://pixabay.com/id/photos/piazza-del-campidoglio-
roma-italia-457899/

5
d. - Refleksi kritik bagaimana proses mimesis terjadi dalam budaya dan
arsitektur
Dalam segi budaya proses mimesis dimulai dengan pengamatan
terhadap berbagai aspek budaya, seperti bahasa, tradisi, seni, dan norma-
norma sosial. Dan dalam segi arsitektur proses mimesis dimulai dengan
studi dan analisis terhadap karya arsitektur yang ada. Berdasarkan studi
tersebut, arsitek dapat memilih untuk meniru atau mengadopsi gaya dan
bentuk tertentu dalam desain mereka. Arsitek dapat memberikan sentuhan
pribadi atau kreativitas dalam mengadopsi elemen-elemen yang diinspirasi
dari gaya atau budaya tertentu

- Refleksi kritik sisi positif dan negatif misesis dalam budaya dan arsitektur
Dampak positif:
Pertukaran Budaya:
Proses mimesis dapat menghasilkan pertukaran budaya yang memperkaya
masyarakat dengan berbagai gagasan, tradisi, dan seni dari berbagai
belahan dunia.

Inovasi dalam Seni dan Arsitektur:


Adopsi elemen baru dari berbagai budaya dapat memicu kreativitas dan
inovasi dalam seni dan desain arsitektur, menciptakan bentuk-bentuk yang
unik dan menarik.

Pengenalan Teknologi Baru:


Proses mimesis dapat membawa pengenalan teknologi dan material baru
dalam desain arsitektur, membuka peluang untuk proyek-proyek yang
lebih efisien dan berkelanjutan.

- Dampak negatif

Kehilangan Identitas Budaya Lokal:


Terlalu banyak mimesis dapat menyebabkan hilangnya identitas budaya
lokal karena unsur-unsur khas digantikan oleh elemen-elemen yang

6
berasal dari budaya luar.

Eksploitasi Budaya:
Eksploitasi dan Komersialisasi: Budaya sering dieksploitasi untuk
kepentingan komersial, dan mimesis yang tidak diatur dengan baik dapat
mengarah pada komersialisasi yang merugikan.

Ketidaksetaraan dan Pengaruh yang Tidak Seimbang:


Proses mimesis bisa menciptakan ketidaksetaraan, dengan budaya global
yang mendominasi budaya lokal dan mungkin mengancam keberagaman
budaya.

7
Refrensi

https://www.neliti.com/publications/177870/perpustakaan-di-manado-mimesis-dalam-
arsitektur

Wells, John C. (2008), Longman Pronunciation Dictionary (edisi ke-3rd), Longman, ISBN
9781405881180

Gebauer and Wulf (1992, 1).

https://www.kompas.com/skola/read/2022/04/13/100000069/teori-mimesis--pengertian-dan-
contohnya-dalam-karya-seni?page=all

Kompas.com. (2022, April 13). Teori Mimesis: Pengertian dan Contohnya dalam Karya Seni.

Pasla, V. D. (2016). Arsitektur Mimesis. Media Matrasain, 13(1). 47-54.

Anda mungkin juga menyukai