Anda di halaman 1dari 4

SLIDE 1

Tujuan dari PSAK 71 adalah menetapkan prinsip pelaporan keuangan atas asset dan liabilitas
keuangan yang menyajikan informasi relevan bagi pengguna laporan keuangan untuk
melakukan penilaian terhadap jumlah, waktu, dan ketidakpastian arus kas masa depan entitas.

SLIDE 2

PSAK 71 berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2020. PSAK 71 menggantikan sebagian
besar pengaturan yang sudah ada dalam PSAK sebelumnya yaitu PSAK 55 mengenai
instrument keuangan pengakuan dan pengukuran.

SLIDE 3

Secara garis besar terdapat 3 perbedaan utama antara pengaturan di PSAK 55 dengan PSAK
71

1. Klasifikasi dan pengukuran


Di dalam klasifikasi dan pengukuran ini perbedaan utamanya teredapat di dalam hal
klasifikasi dan pengukuran asset keuangan. Kalau di liabilitas keuangan namun ada
sedikit perbedaannya. Jadi kita akan focus pembahasannya di bagian asset keuangan.
2. Penurunan nilai asset keuangan
Kalau di PSAK 55 dikenal dengan income loss sedangkan di PSAK 71 disebut dengan
expected loss. Berarti tidak hanya mempertimbangkan informasi masa lalu dan terkini
tetapi mempertimbangan juga forward looking (kondisi di masa kini). Perubahan ini
mengakibatkan perubahan pula di dalam pengukuran nilai impairment nya. Sehingga
umumnya dampaknya akan ada peningkatan jumlah impairment loss yang harus
diakui oleh perusahaan.
3. Akuntansi lindung nilai
Perubahannya lebih mengarah kepada pengaturan mengenai lindung nilainya sendiri.
Jadi di dalam pengaturan mengenai lindung nilai ini ada beberapa rileksasi pengaturan
mengenai akuntansi lindung nilai.

SLIDE 4
Terdapat perubahan signifikan yaitu sekarang klasifikasi dan pengukuran asset keuangan ada
3 jenis yaitu

1. FVTPL : Fair Value Through Profit or Loss (diukur pada nilai wajar melalui laba rugi
2. FVOCI : Fair Value Through OCI (diukur pada nilai wajar melalui penghasilan
komprehensif lain)
3. Amortised cost

Sebenarnya kalau dilihat hanya dari posisi pengukurannya saja, tipe pengukuran ini
sebenarnya sudah ada di PSAK 55 tetapi kalau dalam PSAK 55 yang berbeda adalah
penentuan klasifikasinya. Kalau di PSAK 55 terdapat 4 klasifikasi yaitu FVTPL, Loan and
Receivable, HTM, dan AFS. Kalau FVTPL pengukurannya menggunakan FVTPL. Kalau
Loan and Receivable dan HTM pengukuran menggunakan amortised cost, serta AFS
pengukurannya menggunakan FVOCI. Jadi, dari klasifikasi dan jenis pengukurannya
sebenarnya sama. Tetapi untuk kesimpulan pengukurannya menggunakan FVTPL, amortised
cost, atau FVOCI. Dan sekarang berbeda dengan PSAK 55. Jadi, sekarang klasifikasi
keuangannya tidak menggunakan yang sebelah kiri tetapi pakai yang sebelah kanan.

SLIDE 5

Ada 2 hal yang akan dilakukan oleh perusahaan setiap kali ingin memutuskan klasifikasi dan
pengukuran asset keuangannya. Yaitu yang pertama akan dilakukan SPPI Test / Uji SPPI.
SPPI merupakan kepanjangan dari Solely Payments of Principal and Interest. Jadi perusahaan
akan mengkases apakah asset keuangan perusahaan memiliki kontraktual yang terdiri dari
pembayaran pokok dan bunga. Jadi, apakah memenuhi SPPI Test atau tidak. Lalu
perusahaan juga harus menentukan bisnis model asset keuangan yang dimiliki oleh
perusahaan. Di dalam standar disebutkan ada 3 jenis model yaitu

1. Arus kas kontraktual (hold to collect contractual cash flow)


Jadi, tujuan mengelola asset keuangan yaitu untuk memperoleh contractual cash
flow).
2. Arus kas kontraktual (hold to collect contractual) dan penjualan (selling)
Tujuan mengelola asset keuangan yaitu untuk memperoleh contractual cash flow dan
penjualan (selling). Ada 2 tujuan yaitu perusahaan ingin mendapatkan contractual
cash flow tapi apabila dalam periode tertentu perusahaan memiliki kebutuhan menjual
maka perusahaan akan melakukan penjualan (selling) dari asset keuangan yang
perusahaan miliki.

3. Trading
Jadi, tujuan mengelola asset keuangan yaitu untuk trading. Perusahaan harus akses
bisnis modelnya untuk asset keuangannya masuk ke bisnis model yang mana, bisnis
model pertama, kedua/ketiga karena akan mempengaruhi pencatatan dari asset
keuangan yang dimaksud, apakah amortised cost, FVTPL/FVTOCI.

SLIDE 6

Di dalam standar juga diberikan opsi. Opsi ini artinya perusahaan diberikan pilihan untuk
melakukan pengukuran yang berbeda dari klasifikasi yang seharusnya. Jadi, misalkan
berdasarkan SPPI Test ataupun model bisnisnya harusnya asset keuangan tadi klasifikasinya
menggunakan amortised cost. Untuk beberapa kasus, diberikan opsi. Bisa memilih opsi
pengukurannya menggunakan FVTPL / FVTOCI. Opsi pengukuran dapat dilakukan pada saat
pengakuan awal dan tidak dibatalkan. Maksudnya kalau perusahaan menetapkan asset
keuangannya untuk diukur pada FVTPL / FVTOCI maka pilihan tersebut tidak dapat
dibatalkan selama perusahaan memiliki asset keuangan.

SLIDE 7

Secara garis besar, liabilitas keuangan secara garis besar perlakuan akuntansinya sama. Ada
amortised cost, FVTPL, dan juga diberikan opsi untuk menetapkan fair value option. Jadi,
artinya kalau awalnya menggunakan amortised cost dalam kondisi tujuannya untuk
menghilangkan accounting mismatch dapat diukur menjadi FVTPL.

SLIDE 8

Di dalam PSAK 71 disebutkan bahwa asset keuangan hanya bisa dilakukan reklasifikasi. Jadi
transfer antar kategori klasifikasi. Kapan kita bisa mengubah amortised cost menjadi FVTPL
dari FVTPL menjadi FVTOCI, dan sebaginya. Dalam PSAK 71 diatur bahwa reklasifikasi
hanya mungkin terjadi jika ada perubahan dari model bisnis. Kalua tidak ada perubahan
model bisnis, maka perusahaan tidak boleh melakukan reklasifikasi dan dalam standar
disebutkan seharusnya jarang terjadi karena seharusnya perusahaan tidak melakukan
perubahan model bisnisnya dalam waktu yang singkat dan sering. Sedangkan untuk liabilitas
keuangan tidak diijinkan reklasfikasi.

SLIDE 9

Saat ini penurunan nilai asset keuangan menggunakan konsep expected loss sedangkan PSAK
55 menggunakan konsep incurred loss. Konsep expected loss berarti perusahaan tidak hanya
mempertimbangkan informasi masa lalu dan kini saja tetapi harus mempertimbangkan
kondisi di masa yang akan datang. Jadi, harus ada memasukkan informasi yang sifatnya
forward looking. Konsep expected loss tidak perlu menunggu sampai adanya default dulu
baru melakikan impairment. Jadi, semua asset keuangan harus di akses berapa impairment
yang harus diakui.

SLIDE 10

Sebenarnya dari sisi akuntansi tidak ada perubahana yang signifikan tapi perubahan
signifikan terkait dengan bagaimana perusahaan bisa memutuskan apakah perusahaan
memenuhi kriteria menggunakan akuntansi lindung nilai atau tidak. Sedangkan dari sisi jenis
lindung nilainya tidak ada perbedaan.

Anda mungkin juga menyukai