Anda di halaman 1dari 4

TUGAS PERTEMUAN 11 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

“EKONOMI ISLAM”

OLEH:

Fikri Ardiansya Putra (23089112)

DOSEN PENGAMPU

Dr. Rini Rahman, S.Ag. M.Ag.

DEPARTEMEN ILMU KEOLAHRAGAAN

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2023
Tugas Pertemuan XI

1. Bagaimana penilaian ananda terhadap pelaksanaan ekonomi di sekeliling


ananda, penilaian ananda disertai kritik dan saran. Mengevaluasi
2. Coba ananda uraikan dengan rinci larangan-larangan ekonomi dalam Islam,
lengkapi dengan contoh ! Menganalisis
Jawaban

1. Saya melihat adanya ketimpangan ekonomi yang signifikan di sekeliling saya.


Beberapa orang atau kelompok mendapatkan manfaat yang besar, sementara yang lain
tetap menghadapi kemiskinan dan keterbatasan ekonomi. Saya berkritik terhadap
ketimpangan ini dan mengusulkan agar ada kebijakan yang lebih inklusif, seperti
program peningkatan keterampilan atau bantuan dalam akses modal bagi mereka yang
membutuhkan, sehingga dapat mengurangi kesenjangan ekonomi yang ada.
Kedua, saya juga melihat perlunya perlindungan lingkungan dalam pelaksanaan
ekonomi di sekitar saya. Beberapa praktik ekonomi masih berdampak negatif pada
lingkungan, seperti penggunaan bahan-bahan berbahaya atau pertanian intensif yang
merusak ekosistem. Saya mengkritik pengabaian terhadap tanggung jawab lingkungan
dan sarankan agar pelaku ekonomi mengadopsi praktik yang lebih berkelanjutan,
seperti penggunaan energi terbarukan atau pengelolaan limbah yang ramah
lingkungan.
Dalam kesimpulannya, penilaian saya terhadap pelaksanaan ekonomi di sekeliling
saya menunjukkan adanya ketimpangan ekonomi yang signifikan, serta perlindungan
lingkungan yang kurang. Saya mengkritik hal-hal ini dan memberikan saran untuk
perbaikan, yaitu dengan meningkatkan transparansi dan akuntabilitas, mengadopsi
kebijakan yang inklusif, serta menerapkan praktik ekonomi yang lebih berkelanjutan
demi keberlanjutan dan keseimbangan yang lebih baik di dalam ekonomi sekitar saya.

2. Dalam ekonomi islam, ada beberapa etika yang dilarang dalam islam, yaitu:

 Islam melarang masir


Maisir atau Qimar yaitu suatu bentuk permainan yang didalamnya
dipersyaratkan, jika salah seorang pemain menang, maka ia akan mengambil
keuntungan dari pemain yang kalah dan sebaliknya. Contoh dari maysir ini
adalah judi, sedangkan beberapa aktivitas yang termasuk dalam kategori judi
yang telah dilarang misalnya seperti SMS berhadiah sesuai dengan Fatwa MUI
No. 9 Tahun 2008 Tentang SMS Berhadiah dan kuis berbasis telepon sesuai
arahan dari Dr. Nasr Farid, Mufti Mesir, Sekjen Majma al Buhuts al
Islamiyyah, Wafa Abu „Ajuz dan Syeikh Abdul Aziz bin Baz.
Mengenai hal ini sudah terdapat dalil Al-Qur‟an yang melarang maysir/gharar
dalam QS. Al Maidah:90 berikut:

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar,


berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah
perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan
itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al Maidah:90)

 Islam melarang gharar


Gharar yaitu ketidakpastian dalam transaksi yang diakibatkan dari tidak
terpenuhinya ketentuan syariah dalam transaksi tersebut. Dampak dari
transaksi yang mengandung gharar adalah adanya pendzaliman atas salah satu
pihak yang bertransaksi sehingga hal ini dilarang dalam islam. Beberapa
kategori unsur gharar antara lain dari segi kuantitas tidak sesuainya timbangan
atau takaran, kemudian dari siis kualitas terdapat ketidakjelasan pada kualitas
barang, selanjutnya dari sisi harga adanya dua harga dalam satu transaksi, dan
yang terakhir dari sisi waktu yaitu terdapat ketidakjelasan pada waktu
penyerahan. Contohnya penjual menjual barang dengan harga Rp100 ribu,
tetapi tidak ada kejelasan barang tersebut, menjual tanah, namun tidak
mengetahui ukuran tanah tersebut, dan sebagainya.

 Islam melarang riba


Dari segi istilah bahasa sama dengan “Ziyadah” artinya tambahan, sedangkan
menurut istilah teknis, riba berarti pengambilan tambahan dari harta pokok
(modal) secara bathil. Terdapat perbedaan pendapat dalam menjelaskan riba.
Secara umum Riba adalah penambahan terhadap hutang. Maknanya: Setiap
penambahan pada hutang baik kwalitas ataupun kwantitas, banyak maupun
sedikit, adalah riba yang diharamkan. Adapun beberapa jenis riba, diantaranya
yaitu:

 Riba Yad
Riba yad terjadi dalam transaksi (baik jual beli maupun tukar menukar
barang) yang awalnya terjadi tanpa adanya kelebihan. Namun, karena
adanya penundaan pembayaran akibat ada salah satu pihak yang
meninggalkan akad sebelum serah terima barang, maka nilainya
menjadi bertambah. Contohnya Anda membeli mobil dari seseorang
dengan harga Rp100 juta. Tapi karena Anda membayar 6 bulan
setelahnya, harganya menjadi Rp105 juta.

 Riba Qardh
adalah jenis riba paling umum ketika seseorang meminjam uang
dengan waktu pelunasan (tenor) dan bunga tertentu. Misalnya, Anda
meminjam uang Rp60 juta dengan bunga sebesar 15% dan waktu
pelunasan 6 bulan. Besaran bunga biasanya menjadi persyaratan yang
diberikan oleh pemberi utang.
 Riba Nasi‟ah
Riba nasiah merupakah kelebihan yang diperoleh lewat transaksi jual
beli dalam waktu tertentu. Barang yang digunakan dalam transaksi
tersebut jenisnya sama, hanya saja dalam pembayarannya ada
penangguhan. Misalnya saja, seseorang menjual beras sebanyak 1
kilogram kepada Anda dengan harga Rp10.000 dengan jangka waktu
pembayaran tertentu. Tapi karena ada penangguhan dalam
pembayarannya, Anda dikenakan biaya tambahan atas penangguhan
tersebut. Kelebihan dari nilai beras sebenarnya dengan nilai yang Anda
bayarkan inilah yang menjadi riba.

Anda mungkin juga menyukai