Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 2

NAMA : DWI FEBRIAN ADITAMA


NIM : 0490023387
MATKUL : HUKUM ILMU PERUNDANG UNDANGAN

PERTANYAAN:
Soal 1

Soal Polemik Aset Akademi TNI, Pemkot Magelang Akan Ikuti Keputusan Presiden.

Pemerintah Kota (Pemkot) Magelang, Jawa Tengah, akan mengikuti keputusan Presiden Joko
Widodo terkait polemik aset eks Mako Akabri. "Iya jelas. Kami menyerahkan kepada Bapak
Presiden, karena Bapak Presiden adalah kuasa pengelola aset negara, jadi semua aset negara
ini di bawah kewenangannya," kata Sekretaris Daerah Kota Magelang, Joko Budiyono,
kepada wartawan, Jumat (27/8/2021).

Joko mengaku telah melayangkan surat ke Istana tidak lama setelah logo TNI terpasang di
muka atas gedung kantor Wali Kota di Jalan Sarwo Edhie Wibowo Kota Magelang, Rabu
(26/8/2021) lalu. Surat itu juga ditujukan untuk Wakil Presiden, Ketua DPR RI, Menhankam,
Panglima TNI, Mendagri, Menkeu, Gubernur Jawa Tengah, DPRD Tingkat I dan
Kementerian Pertanahan. "Langsung kemarin tanggal 26 Agustus 2021 sudah kita kirim
langsung lewat kurir (utusan), langsung tidak via pos atau via jasa pengiriman, langsung kami
kirim kurir ke Bapak Presiden," kata Joko.

Joko mengungkapkan, surat yang ditujukan kepada presiden itu berisi permohonan bantuan
penyelesaian polemik aset yang melibatkan Akademi TNI tersebut. Dia berharap, pemerintah
pusat bisa turun tangan agar polemik ini tidak berkepanjangan.

Ia pun melampirkan dasar dan penjelasan historis bagaimana Pemkot Magelang bisa
menempati tanah dan bangunan eks Mako Akabri sejak 1 April 1985 itu. "Isi surat ke
presiden, mohon penyelesaian permasalahan aset ini, dimana permohonan kami ini
didasarkan kepada prasasti dan dokumen-dokumen serah terima aset dari Dephan ke
Mendagri pada tahun 1985 lalu," ujarnya. Joko menyatakan, siap dan menerima apa pun
keputusan Presiden nantinya.

Pertanyaan:

Bandingkanlah kekuatan hukum mengikat antara Keputusan Presiden dan Peraturan Presiden.

Jawab :

Perbandingan kekuatan hukum yang mengikat antara peraturan Presiden dengan Keputusan
Presiden tidak terlepas dari makna kata peraturan dan keputusan. Perbedaan Keputusan
Dengan Peraturan, suatu keputusan (beschikking) selalu bersifat individual, kongkret dan
berlaku sekali selesai (enmahlig). Sedangkan, suatu peraturan (regels) selalu bersifat umum,
abstrak dan berlaku secara terus menerus (dauerhaftig).
Dengan demikian, Keputusan Presiden (Keppres) berbeda dengan Peraturan Presiden
(Perpres). Keputusan Presiden adalah norma hukum yang bersifat konkret, individual, dan
sekali selesai (contoh: Keppres No. 6/M Tahun 2000 tentang Pengangkatan Ir. Cacuk
Sudarijanto sebagai Ketua Badan Penyehatan Perbankan Nasional). Sedangkan Peraturan
Presiden adalah norma hukum yang bersifat abstrak, umum, dan terusmenerus (contoh:
Perpres No. 64 Tahun 2012 tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Penetapan Harga Bahan
Bakar Gas Untuk Transportasi Jalan).
Kecuali untuk Keputusan Presiden yang sampai saat ini masih berlaku dan mengatur hal
yang umum contohnya Keppres No. 63 Tahun 2004 tentang Pengamanan Objek Vital
Nasional, maka berdasarkan Pasal 100 UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan (“UU 12/2011”), Keppres tersebut harus dimaknai sebagai
peraturan.
Jadi, Keputusan Presiden berbeda dengan Peraturan Presiden karena sifat dari Keputusan
adalah konkret, individual, dan sekali selesai sedangkan sifat dari Peraturan adalah abstrak,
umum, dan terusmenerus. Bila Keppres bersifat mengatur hal yang umum, maka harus
dimaknai sebagai Peraturan.
Mengenai kekuatan hukum dan pemberlakuan suatu Keputusan Presiden, kembali pada
materi yang diatur dalam Keputusan Presiden tersebut. Apabila Keppres tersebut bersifat
konkret, individual, sekali selesai, maka isi Keppres hanya berlaku dan mengikat kepada
orang atau pihak tertentu yang disebut dan mengenai hal yang diatur dalam Keppres tersebut.
Beda halnya jika Keppres tersebut berisi muatan yang bersifat abstrak, umum, dan terus
menerus, maka Keppres tersebut berlaku untuk semua orang dan tetap berlaku sampai
Keppres tersebut dicabut atau diganti dengan aturan baru.
Jadi, Keppres berbeda dengan Perpres karena sifat-sifat dari Keputusan Presiden adalah
konkret, individual, dan sekali selesai sedangkan sifat dari Peraturan Presiden adalah abstrak,
umum, dan terusmenerus. Isi Keppres berlaku untuk orang atau pihak tertentu yang disebut
dalam Keppres tersebut, sedangkan isi Perpres berlaku untuk umum. Kecuali bila Keppres
memiliki muatan seperti Perpres, maka keberlakuannya juga sama seperti Perpres.
Berdasarkan uraian di atas, dapat kita lihat bahwa instruksi presiden hanya terbatas untuk
memberikan arahan, menuntun, membimbing dalam hal suatu pelaksanaan tugas dan
pekerjaan. Sedangkan keputusan presiden, ada yang bersifat mengatur (regeling) (yang
dipersamakan dengan peraturan presiden) dan ada yang bersifatnya menetapkan
(beschikking).

Soal 2
PEMERINTAH melalui Menteri Dalam Negeri, Menteri Hukum dan HAM, Menteri
Komunikasi dan Informatika, Jaksa Agung, Kapolri, dan Kepala Badan Nasional
Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengeluarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) tentang
Larangan Kegiatan, Penggunaan Simbol, dan Atribut, serta Penghentian Kegiatan Front
Pembela Islam (FPI). Kepala Kepolisian RI menindaklanjutinya dengan menerbitkan
Maklumat Nomor Mak/1/I/2021 yang mengatur kepatuhan terhadap larangan kegiatan,
penggunaan simbol, dan atribut serta penghentian FPI pada Jumat, 1 Januari 2021.
Secara substansi materi muatan maklumat ini justru terlihat lebih mengikat dan operasional
dibandingkan dengan SKB karena mengatur hal-hal sebagai berikut. Pertama, masyarakat
diminta tidak terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam mendukung dan
memfasilitasi kegiatan serta menggunakan simbol dan atribut FPI. Kedua, masyarakat
diminta melaporkan kepada aparat apabila menemukan kegiatan, simbol, dan atribut FPI.
Ketiga, mengedepankan Satpol PP dengan dukungan TNI-Polri untuk melakukan penertiban
spanduk, atribut, pamflet. Keempat, masyarakat dilarang mengakses, mengunggah, dan
menyebarluaskan konten terkait FPI baik melalui website maupun media sosial.
Pertanyaan:
a. Berdasarkan artikel di atas, berikan analisis anda mengenai kedudukan Maklumat Polri
dalam hierarki peraturan perundang-undangan di Indonesia.
b. Berikan analisis anda apakah Surat Keputusan Bersama yang dibuat oleh Menteri Dalam
Negeri, Menteri Hukum dan HAM, Menteri Komunikasi dan Informatika, Jaksa Agung,
Kapolri, dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dapat dikategorikan
sebagai Keputusan Menteri.
Jawab :
a) Dalam hierarki peraturan perundang-undangan di Indonesia, Maklumat Polri berada pada
tingkatan yang lebih rendah. Hierarki tersebut telah diatur dalam Undang-Undang No. 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Berdasarkan undang-
undang tersebut, hierarki tersebut dimulai dari Undang-Undang Dasar (UUD) yang
menjadi hukum tertinggi di Indonesia, kemudian turun ke Undang-Undang dan atau
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan
Presiden, Peraturan Daerah, dan berakhir di tingkatan Peraturan Desa yang menjadi
hukum terendah dalam hierarki perundang-undangan.

Maklumat Polri tidak termasuk dalam hierarki peraturan perundang-undangan yang


ditransformasikan menjadi hukum resmi. Maklumat sebenarnya lebih berfungsi sebagai
arahan atau petunjuk bersifat internal dalam kepolisian yang menegaskan posisi, paham,
atau sikap Polri terhadap suatu isu atau masalah yang tengah berkembang. Maklumat
juga dipergunakan sebagai tolak ukur dan standar dalam melaksanakan tugas-tugas
kepolisian.

Walau memiliki kedudukan yang lebih rendah, Maklumat Polri dianggap sangat penting
karena berfungsi sebagai acuan bagi aparat kepolisian dalam melaksanakan tugasnya.
Hal ini sangat penting untuk memastikan organisasi Polri beroperasi berdasarkan aturan
dan hukum yang berlaku, serta menjaga nilai-nilai profesionalisme dan akuntabilitas
dalam melaksanakan tugasnya.

Sejatinya, dalam konteks hukum, kedudukan Maklumat Polri tidak mengikat secara
hukum bagi masyarakat umum, tetapi memiliki kekuatan mengikat secara internal dalam
Polri. Dalam praktiknya, maklumat seperti ini menegaskan posisi institusi tentang
bagaimana seharusnya perilaku anggotanya dan apakah sanksi yang akan dikenakan jika
ada pelanggaran. Oleh karena itu, meski tidak termasuk dalam hierarki peraturan
perundang-undangan, pentingnya Maklumat Polri tidak bisa diabaikan secara
keseluruhan.

b) Surat Keputusan Bersama yang dibuat oleh Menteri Dalam Negeri, Menteri Hukum dan
HAM, Menteri Komunikasi dan Informatika, Jaksa Agung, Kapolri, dan Kepala Badan
Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) tidak dapat dikategorikan sebagai
Keputusan Menteri.

Keputusan Menteri biasanya dikeluarkan oleh satu Menteri yang memiliki kewenangan
dalam bidang tertentu. Namun, Surat Keputusan Bersama melibatkan beberapa Menteri
dan pejabat terkait untuk mengambil keputusan bersama dalam suatu masalah yang
melibatkan bidang tugas mereka masing-masing.

Surat Keputusan Bersama ini biasanya dikeluarkan untuk mengkoordinasikan kebijakan


dan tindakan antara beberapa kementerian atau lembaga terkait. Tujuannya adalah untuk
memastikan keselarasan dan sinergi dalam penanganan suatu masalah yang melibatkan
berbagai aspek.

Dalam hal ini, Surat Keputusan Bersama yang dibuat oleh Menteri Dalam Negeri,
Menteri Hukum dan HAM, Menteri Komunikasi dan Informatika, Jaksa Agung, Kapolri,
dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) merupakan hasil
kesepakatan dan koordinasi antara beberapa kementerian dan lembaga terkait. Oleh
karena itu, Surat Keputusan Bersama ini tidak dapat dikategorikan sebagai Keputusan
Menteri yang dikeluarkan oleh satu Menteri saja.

Anda mungkin juga menyukai