Anda di halaman 1dari 7

Tugas II ILMU PERUNDANG-UNDANGAN (HKUM4403)

Soal 1

Soal Polemik Aset Akademi TNI, Pemkot Magelang Akan Ikuti Keputusan Presiden

Pemerintah Kota (Pemkot) Magelang, Jawa Tengah, akan mengikuti keputusan


Presiden Joko Widodo terkait polemik aset eks Mako Akabri. "Iya jelas. Kami
menyerahkan kepada Bapak Presiden, karena Bapak Presiden adalah kuasa
pengelola aset negara, jadi semua aset negara ini di bawah kewenangannya," kata
Sekretaris Daerah Kota Magelang, Joko Budiyono, kepada wartawan, Jumat
(27/8/2021).

Joko mengaku telah melayangkan surat ke Istana tidak lama setelah logo TNI
terpasang di muka atas gedung kantor Wali Kota di Jalan Sarwo Edhie Wibowo Kota
Magelang, Rabu (26/8/2021) lalu. Surat itu juga ditujukan untuk Wakil Presiden, Ketua
DPR RI, Menhankam, Panglima TNI, Mendagri, Menkeu, Gubernur Jawa Tengah,
DPRD Tingkat I dan Kementerian Pertanahan. "Langsung kemarin tanggal 26 Agustus
2021 sudah kita kirim langsung lewat kurir (utusan), langsung tidak via pos atau via
jasa pengiriman, langsung kami kirim kurir ke Bapak Presiden," kata Joko.

Joko mengungkapkan, surat yang ditujukan kepada presiden itu berisi permohonan
bantuan penyelesaian polemik aset yang melibatkan Akademi TNI tersebut. Dia
berharap, pemerintah pusat bisa turun tangan agar polemik ini tidak berkepanjangan.

Ia pun melampirkan dasar dan penjelasan historis bagaimana Pemkot Magelang bisa
menempati tanah dan bangunan eks Mako Akabri sejak 1 April 1985 itu. "Isi surat ke
presiden, mohon penyelesaian permasalahan aset ini, dimana permohonan kami ini
didasarkan kepada prasasti dan dokumen-dokumen serah terima aset dari Dephan ke
Mendagri pada tahun 1985 lalu," ujarnya. Joko menyatakan, siap dan menerima apa
pun keputusan Presiden nantinya.

Pertanyaan:

Bandingkanlah kekuatan hukum mengikat antara Keputusan Presiden dan Peraturan


Presiden.
Soal 2

PEMERINTAH melalui Menteri Dalam Negeri, Menteri Hukum dan HAM, Menteri
Komunikasi dan Informatika, Jaksa Agung, Kapolri, dan Kepala Badan Nasional
Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengeluarkan Surat Keputusan Bersama (SKB)
tentang Larangan Kegiatan, Penggunaan Simbol, dan Atribut, serta Penghentian
Kegiatan Front Pembela Islam (FPI). Kepala Kepolisian RI menindaklanjutinya
dengan menerbitkan Maklumat Nomor Mak/1/I/2021 yang mengatur kepatuhan
terhadap larangan kegiatan, penggunaan simbol, dan atribut serta penghentian FPI
pada Jumat, 1 Januari 2021.

Secara substansi materi muatan maklumat ini justru terlihat lebih mengikat dan
operasional dibandingkan dengan SKB karena mengatur hal-hal sebagai berikut.
Pertama, masyarakat diminta tidak terlibat secara langsung maupun tidak langsung
dalam mendukung dan memfasilitasi kegiatan serta menggunakan simbol dan atribut
FPI. Kedua, masyarakat diminta melaporkan kepada aparat apabila menemukan
kegiatan, simbol, dan atribut FPI. Ketiga, mengedepankan Satpol PP dengan
dukungan TNI-Polri untuk melakukan penertiban spanduk, atribut, pamflet. Keempat,
masyarakat dilarang mengakses, mengunggah, dan menyebarluaskan konten terkait
FPI baik melalui website maupun media sosial.

Pertanyaan:

a. Berdasarkan artikel di atas, berikan analisis anda mengenai kedudukan Maklumat


Polri dalam hierarki peraturan perundang-undangan di Indonesia.

b. Berikan analisis anda apakah Surat Keputusan Bersama yang dibuat oleh Menteri
Dalam Negeri, Menteri Hukum dan HAM, Menteri Komunikasi dan Informatika, Jaksa
Agung, Kapolri, dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT)
dapat dikategorikan sebagai Keputusan Menteri.
Jawaban

1. Dalam banyak negara, terutama yang memiliki sistem pemerintahan demokratis,


peraturan presiden umumnya memiliki kekuatan yang lebih kuat dibandingkan dengan
keputusan presiden. Ini dapat bervariasi berdasarkan konstitusi dan undang-undang
yang berlaku di negara tersebut.

Peraturan presiden seringkali memiliki kekuatan hukum yang lebih besar karena
biasanya dibuat sesuai dengan prosedur yang lebih formal dan diatur oleh undang-
undang atau konstitusi. Mereka juga cenderung memiliki dampak yang lebih luas,
karena peraturan presiden seringkali bersifat umum dan berlaku untuk seluruh
pemerintahan atau sektor tertentu. Peraturan presiden sering kali harus mematuhi
prosedur yang lebih ketat, termasuk persetujuan dari badan legislatif atau
pengawasan hukum.

Di sisi lain, keputusan presiden mungkin lebih bersifat administratif dan lebih fleksibel.
Mereka dapat digunakan oleh presiden untuk mengambil keputusan yang berkaitan
dengan administrasi pemerintah sehari-hari, tetapi mereka mungkin lebih mudah
diubah atau dicabut oleh presiden berikutnya. Keputusan presiden biasanya tidak
mengikat pemerintahan dengan cara yang sama seperti peraturan presiden.

Namun, perbedaan dalam kekuatan antara keputusan presiden dan peraturan


presiden dapat bervariasi antara negara dan seringkali diatur oleh hukum dan
konstitusi nasional. Oleh karena itu, penting untuk merujuk pada undang-undang dan
konstitusi negara tertentu untuk memahami perbedaan dan tingkat kekuatan antara
keputusan presiden dan peraturan presiden di negara tersebut.

Artinya kedudukan keputusan presiden yang bersifat mengatur (regeling) dan


dikeluarkan sebelum berlakunya UU 10/2004 dan UU 12/2011 sama dengan
peraturan presiden. Peraturan presiden berisi muatan yang bersifat umum, abstrak
dan berlaku secara terus menerus. Semua orang terikat dengan peraturan presiden
tersebut sampai peraturan tersebut dicabut atau diganti dengan yang baru.

2 (a). Dalam hierarki peraturan perundang-undangan di Indonesia, maklumat Kepala


Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) memiliki kedudukan hukum yang lebih rendah
dibandingkan dengan undang-undang, peraturan pemerintah, dan peraturan menteri.
Maklumat adalah instrumen hukum yang biasanya dikeluarkan oleh Kepolisian
sebagai pedoman dan arahan dalam pelaksanaan tugas kepolisian.

Hierarki peraturan hukum di Indonesia secara umum adalah sebagai berikut, dari
tingkat kekuatan hukum tertinggi hingga terendah:

1) Undang-Undang (UU): Undang-undang merupakan sumber hukum tertinggi di


Indonesia. Undang-undang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Undang-undang mengikat semua
warga negara dan berlaku di seluruh wilayah Indonesia.

2) Peraturan Pemerintah (PP): Peraturan Pemerintah adalah peraturan hukum


yang dikeluarkan oleh Pemerintah atau Presiden untuk melaksanakan undang-
undang. PP memiliki tingkat kekuatan hukum yang tinggi.

3) Peraturan Menteri (Permen): Peraturan Menteri adalah peraturan yang


dikeluarkan oleh menteri atau kepala lembaga pemerintah yang relevan
berdasarkan kewenangannya. Permen mengatur rincian pelaksanaan undang-
undang atau peraturan pemerintah.

4) Keputusan Bersama (SKB): Keputusan Bersama adalah instrumen yang


dikeluarkan oleh beberapa menteri atau pejabat eksekutif tingkat tinggi untuk
mengkoordinasikan pelaksanaan kebijakan tertentu. SKB memiliki kekuatan
hukum yang lebih terbatas dan digunakan untuk mengatur masalah tertentu.

5) Maklumat: Maklumat adalah instrumen hukum yang biasanya dikeluarkan oleh


Kepolisian sebagai pedoman dan arahan operasional untuk aparat kepolisian.
Maklumat memiliki tingkat kekuatan hukum yang lebih rendah daripada
undang-undang, peraturan pemerintah, atau peraturan menteri, dan biasanya
bersifat lebih khusus dalam cakupannya.

Dengan demikian, maklumat Kapolri yang mengatur kepatuhan terhadap larangan


kegiatan, penggunaan simbol, dan atribut serta penghentian Front Pembela Islam
(FPI) tidak memiliki kekuatan hukum setinggi undang-undang atau peraturan
pemerintah. Namun, kepatuhan terhadap maklumat tersebut tetap penting dalam
konteks pelaksanaan tugas kepolisian, dan pelaksanaannya harus sesuai dengan
hukum yang berlaku. Jika ada ketidaksetujuan atau perselisihan, pengadilan atau
lembaga yudikatif akan menjadi wadah untuk menyelesaikan sengketa hukum.

2 (b). Keputusan Menteri adalah salah satu jenis peraturan yang dikeluarkan oleh seorang
menteri di pemerintahan suatu negara. Ini adalah instrumen hukum yang mengatur masalah
tertentu yang berada dalam lingkup kewenangan menteri tersebut. Keputusan Menteri sering
digunakan untuk mengatur rincian pelaksanaan undang-undang atau peraturan pemerintah
yang lebih umum.

Keputusan Menteri memiliki tingkat kekuatan hukum yang lebih rendah daripada
undang-undang dan peraturan pemerintah, tetapi tetap memiliki kekuatan hukum
yang penting dalam konteks administrasi pemerintahan. Biasanya, Keputusan Menteri
digunakan untuk menjelaskan ketentuan-ketentuan yang lebih spesifik dan teknis,
serta untuk mengatur masalah praktis yang berkaitan dengan kewenangan menteri
tersebut.

Dalam hal Surat Keputusan Bersama Menteri, aturan ini merupakan salah satu bentuk
peraturan sebagaimana dinyatakan Pasal 8 ayat (1) UU 12/2011 yang dibentuk oleh
dua atau lebih kementerian untuk mengatur hal yang sama namun sesuai dengan
tugas dan fungsinya masing-masing kementerian dalam menjalankan urusan dalam
pemerintahan. Salah satu contohnya adalah Keputusan Bersama Menteri Agama,
Menteri Ketenagakerjaan dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 617, 262, 16 Tahun 2018 tentang Hari Libur Nasional dan
Cuti Bersama Tahun 2019.

Surat Keputusan Bersama (SKB) yang dikeluarkan oleh Menteri Dalam Negeri,
Menteri Hukum dan HAM, Menteri Komunikasi dan Informatika, Jaksa Agung, Kapolri,
dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bukanlah Keputusan
Menteri dalam arti tradisional. SKB adalah instrumen hukum yang dikeluarkan oleh
beberapa menteri dan pejabat eksekutif tingkat tinggi bersama-sama untuk
mengkoordinasikan pelaksanaan kebijakan tertentu dalam berbagai bidang. Ini
biasanya mencakup masalah yang memerlukan koordinasi antara beberapa
departemen atau lembaga pemerintah.

SKB, meskipun berisi keputusan bersama, tidak dapat dikategorikan sebagai


Keputusan Menteri tunggal. Keputusan Menteri adalah instrumen hukum yang
dikeluarkan oleh seorang menteri atau kepala lembaga pemerintah yang relevan
sesuai dengan kewenangan individunya, sedangkan SKB melibatkan beberapa
menteri atau pejabat tingkat tinggi dalam proses pengambilan keputusan.

SKB sering digunakan untuk mencapai kesepakatan bersama dalam penanganan


masalah tertentu, dan biasanya memiliki tujuan koordinasi lintas sektoral. Dalam
hierarki peraturan perundang-undangan di Indonesia, SKB biasanya memiliki tingkat
kekuatan hukum yang lebih rendah daripada undang-undang, peraturan pemerintah,
dan peraturan menteri. Namun, pelaksanaannya harus tetap mengikuti hukum yang
berlaku, dan SKB dapat memberikan panduan yang penting dalam pelaksanaan
kebijakan tertentu yang mencakup berbagai aspek pemerintahan.
Sumber:

- Modul ILMU PERUNDANG-UNDANGAN (HKUM4403)


- Munawaroh, Nafiatul. 2023. Perbedaan Kekuatan Hukum Keputusan Presiden
dengan Peraturan Presiden
https://www.hukumonline.com/klinik/a/perbedaan-kekuatan-hukum-
keputusan-presiden-dengan-peraturan-presiden-lt4ffce5b9240c9/
- Masoga, Ghaos. 2021. Kedudukan Peraturan Kepolisian Dalam Struktur
Peraturan PerundangUndangan Indonesia. Jurnal Ilmiah Fakultas Hukum
Universitas Mataram
- Koran Sindo. 2021. Maklumat Kapolri dan Tertib Perundang-undangan
https://nasional.sindonews.com/read/293556/18/maklumat-kapolri-dan-tertib-
perundang-undangan-1610020874
- Yuliandri. 2019. Kedudukan SKB Menteri dalam Peraturan Perundang-
undangan
https://www.hukumonline.com/klinik/a/kedudukan-skb-menteri-dalam-
peraturan-perundang-undangan-lt5c401dcce8628
- Kumparan.com. 2023. Tugas dan Fungsi dari Keputusan Menteri di Indonesia
https://kumparan.com/berita-terkini/tugas-dan-fungsi-dari-keputusan-menteri-
di-indonesia-21SI8Mvydo3/full

Anda mungkin juga menyukai