Anda di halaman 1dari 6

Nama Mahasiswa : Siti Hardiyanti Baharuddin

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 048203316


Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4403.68 / Ilmu Perundang-Undangan

Soal 1

Soal Polemik Aset Akademi TNI, Pemkot Magelang Akan Ikuti Keputusan Presiden

Pemerintah Kota (Pemkot) Magelang, Jawa Tengah, akan mengikuti keputusan Presiden
Joko Widodo terkait polemik aset eks Mako Akabri. "Iya jelas. Kami menyerahkan kepada
Bapak Presiden, karena Bapak Presiden adalah kuasa pengelola aset negara, jadi semua aset
negara ini di bawah kewenangannya," kata Sekretaris Daerah Kota Magelang, Joko
Budiyono, kepada wartawan, Jumat (27/8/2021).
Joko mengaku telah melayangkan surat ke Istana tidak lama setelah logo TNI terpasang
di muka atas gedung kantor Wali Kota di Jalan Sarwo Edhie Wibowo Kota Magelang, Rabu
(26/8/2021) lalu. Surat itu juga ditujukan untuk Wakil Presiden, Ketua DPR RI, Menhankam,
Panglima TNI, Mendagri, Menkeu, Gubernur Jawa Tengah, DPRD Tingkat I dan Kementerian
Pertanahan. "Langsung kemarin tanggal 26 Agustus 2021 sudah kita kirim langsung lewat
kurir (utusan), langsung tidak via pos atau via jasa pengiriman, langsung kami kirim kurir ke
Bapak Presiden," kata Joko.
Joko mengungkapkan, surat yang ditujukan kepada presiden itu berisi permohonan
bantuan penyelesaian polemik aset yang melibatkan Akademi TNI tersebut. Dia berharap,
pemerintah pusat bisa turun tangan agar polemik ini tidak berkepanjangan.
Ia pun melampirkan dasar dan penjelasan historis bagaimana Pemkot Magelang bisa
menempati tanah dan bangunan eks Mako Akabri sejak 1 April 1985 itu. "Isi surat ke
presiden, mohon penyelesaian permasalahan aset ini, dimana permohonan kami ini
didasarkan kepada prasasti dan dokumen-dokumen serah terima aset dari Dephan ke
Mendagri pada tahun 1985 lalu," ujarnya. Joko menyatakan, siap dan menerima apa pun
keputusan Presiden nantinya.

Pertanyaan:
Bandingkanlah kekuatan hukum mengikat antara Keputusan Presiden dan Peraturan
Presiden.
Jawaban :
Sebelum berlakunya UU 10/2004 (yang saat ini sudah dicabut dan diganti dengan UU
12/2011 dan perubahannya), keputusan presiden dikenal sebagai peraturan perundang-
undangan sebagaimana diatur di dalam Tap MPRS No. XX/MPRS/1966 dan Tap MPR No.
III/MPR/2000. Hal ini juga ditegaskan oleh Maria Farida Indrati S. dalam buku Ilmu
Perundang-undangan 1: Jenis, Fungsi, dan Materi Muatan bahwa keputusan presiden dapat
merupakan pengaturan secara langsung berdasarkan atribusi Pasal 4 ayat (1) UUD 1945,
yang disebut sebagai keputusan presiden yang mandiri. Selain itu, terdapat pula keputusan
presiden yang bersifat pelimpahan wewenang (delegasi) dari peraturan pemerintah atau
undang-undang untuk dilaksanakan.
Keputusan presiden tidak selalu merupakan keputusan yang bersifat penetapan dan
berlaku sekali selesai (einmahlig) tetapi juga keputusan presiden yang bersifat mengatur
dan berlaku terus menerus (dauerhafting). Namun demikian, dengan berlakunya UU
10/2004 (yang saat ini sudah dicabut dan diganti UU 12/2011 serta perubahannya), istilah
keputusan presiden yang bersifat mengatur ini disebut dengan peraturan presiden.
Artinya, saat ini keputusan presiden yang berlaku adalah yang bersifat
penetapan/keputusan (beschikking). Disarikan dari artikel Perbedaan Peraturan dan
Keputusan dijelaskan keputusan bersifat individual, konkret, dan sekali selesai. Sementara
peraturan (regeling) bersifat abstrak, umum, dan terus menerus.
Lebih lanjut, dalam Pasal 1 angka 9 UU 51/2009 dijelaskan bahwa keputusan tata usaha
negara adalah: penetapan tertulis; dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha negara;
berisi tindakan hukum tata usaha negara; berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku; bersifat konkret, individual, dan final; menimbulkan akibat hukum bagi seseorang
atau badan hukum perdata.
Sementara, menurut Pasal 175 angka 1 Perppu Cipta Kerja yang mengubah Pasal 1
angka 7 UU Administrasi Pemerintahan mendefinisikan keputusan administrasi pemerintah
atau keputusan tata usaha negara adalah ketetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan
dan/atau pejabat pemerintahan dalam penyelenggaraan pemerintahan. Akan
tetapi, keputusan presiden yang sudah ada sebelum berlakunya UU 10/2004[2] (yang saat
ini sudah dicabut) dan UU 12/2011 yang sifatnya mengatur harus dimaknai sebagai
peraturan. Hal ini merujuk pada ketentuan Pasal 100 UU 12/2011 yang berbunyi:
Semua Keputusan Presiden, Keputusan Menteri, Keputusan Gubernur, Keputusan
Bupati/Walikota, atau keputusan pejabat lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97
yang sifatnya mengatur, yang sudah ada sebelum Undang-Undang ini berlaku, harus
dimaknai sebagai peraturan, sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-Undang ini.

Apabila dalam suatu keputusan presiden terdapat kepentingan seseorang atau badan
hukum perdata yang dirugikan, maka dapat mengajukan gugatan tertulis ke Pengadilan Tata
Usaha Negara yang berisi tuntutan agar keputusan dinyatakan batal atau tidak sah, dengan
atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi/rehabilitasi. Sebagai contoh keputusan presiden
adalah Keppres 7/2020 tentang gugus tugas percepatan penanganan COVID-19.
Lantas, apa itu peraturan presiden? Peraturan presiden adalah peraturan perundang-
undangan yang ditetapkan oleh presiden untuk menjalankan perintah peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi atau dalam menyelenggaakan kekuasaan pemerintahan.
Menurut Pasal 7 ayat (1) UU 12/2011, peraturan presiden masuk dalam hierarki peraturan
peraturan perundang-undangan. Sementara, materi muatan peraturan presiden adalah:
materi yang diperintahkan oleh undang-undang; materi untuk melaksanakan peraturan
pemerintah; atau materi untuk melaksanakan penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan.
Salah satu contoh peraturan presiden adalah Perpres 10/2021 tentang bidang usaha
penanaman modal.
Apabila terdapat pihak-pihak yang dirugikan atas norma dalam peraturan presiden,
maka dapat mengajukan judicial review ke Mahkamah Agung (“MA”), sesuai dengan
kewenangan MA untuk menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang
terhadap undang-undang sebagaimana diatur di dalam Pasal 24A ayat (1) UUD 1945.
Apabila keputusan presiden tersebut bersifat konkret, individual, final atau sekali selesai,
maka isi keputusan hanya berlaku dan mengikat kepada orang atau pihak tertentu yang
disebut dan mengenai hal yang diatur dalam keputusan presiden tersebut.
Jika keputusan presiden tersebut berisi muatan yang bersifat abstrak, umum, dan terus
menerus, yang dikeluarkan sebelum berlakunya UU 10/2004 dan UU 12/2011, maka
keputusan presiden tersebut dianggap sebagai peraturan dan berlaku untuk semua orang
sampai keputusan presiden tersebut dicabut atau diganti dengan aturan baru.
Artinya kedudukan keputusan presiden yang bersifat mengatur (regeling) dan
dikeluarkan sebelum berlakunya UU 10/2004 dan UU 12/2011 sama dengan peraturan
presiden. Peraturan presiden berisi muatan yang bersifat umum, abstrak dan berlaku secara
terus menerus. Semua orang terikat dengan peraturan presiden tersebut sampai peraturan
tersebut dicabut atau diganti dengan yang baru.

Soal 2
Pemerintah melalui Menteri Dalam Negeri, Menteri Hukum dan HAM, Menteri
Komunikasi dan Informatika, Jaksa Agung, Kapolri, dan Kepala Badan Nasional
Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengeluarkan Surat Keputusan Bersama (SKB)
tentang Larangan Kegiatan, Penggunaan Simbol, dan Atribut, serta Penghentian
Kegiatan Front Pembela Islam (FPI). Kepala Kepolisian RI menindaklanjutinya
dengan menerbitkan Maklumat Nomor Mak/1/I/2021 yang mengatur kepatuhan
terhadap larangan kegiatan, penggunaan simbol, dan atribut serta penghentian FPI
pada Jumat, 1 Januari 2021.
Secara substansi materi muatan maklumat ini justru terlihat lebih mengikat dan
operasional dibandingkan dengan SKB karena mengatur hal-hal sebagai berikut.
Pertama, masyarakat diminta tidak terlibat secara langsung maupun tidak langsung
dalam mendukung dan memfasilitasi kegiatan serta menggunakan simbol dan atribut
FPI. Kedua, masyarakat diminta melaporkan kepada aparat apabila menemukan
kegiatan, simbol, dan atribut FPI. Ketiga, mengedepankan Satpol PP dengan
dukungan TNI-Polri untuk melakukan penertiban spanduk, atribut, pamflet. Keempat,
masyarakat dilarang mengakses, mengunggah, dan menyebarluaskan konten terkait
FPI baik melalui website maupun media sosial.

Pertanyaan:
a. Berdasarkan artikel di atas, berikan analisis anda mengenai kedudukan Maklumat
Polri dalam hierarki peraturan perundang-undangan di Indonesia.
b. Berikan analisis anda apakah Surat Keputusan Bersama yang dibuat oleh Menteri
Dalam Negeri, Menteri Hukum dan HAM, Menteri Komunikasi dan Informatika,
Jaksa Agung, Kapolri, dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme
(BNPT) dapat dikategorikan sebagai Keputusan Menteri.

Jawaban :

2.a
Surat Keputusan Bersama (SKB) yang dikeluarkan oleh Menteri Dalam Negeri, Menteri
Hukum dan HAM, Menteri Komunikasi dan Informatika, Jaksa Agung, Kapolri, dan Kepala
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) tidak dapat dikategorikan sebagai
Keputusan Menteri. Keputusan Menteri biasanya dikeluarkan oleh satu Menteri yang
memiliki kewenangan dalam bidang tertentu. Namun, SKB ini dikeluarkan oleh beberapa
Menteri dan pejabat terkait yang memiliki kewenangan dalam bidang yang berbeda. SKB
merupakan bentuk keputusan bersama yang diambil oleh beberapa pihak yang memiliki
kewenangan terkait masalah yang dibahas.
Dalam hal ini, SKB tersebut merupakan hasil kesepakatan dan koordinasi antara
Menteri Dalam Negeri, Menteri Hukum dan HAM, Menteri Komunikasi dan Informatika,
Jaksa Agung, Kapolri, dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) untuk
mengeluarkan kebijakan terkait larangan kegiatan, penggunaan simbol, dan atribut serta
penghentian kegiatan Front Pembela Islam (FPI). SKB ini memiliki kekuatan hukum yang
sama dengan keputusan menteri, namun karena dikeluarkan oleh beberapa pihak, tidak
dapat dikategorikan sebagai Keputusan Menteri.
Berdasarkan artikel di atas, Maklumat Polri memiliki kedudukan di bawah Undang-
Undang (UU) dan Peraturan Pemerintah (PP) dalam hierarki peraturan perundang-undangan
di Indonesia. Maklumat Polri merupakan peraturan yang dikeluarkan oleh Kepala Kepolisian
RI sebagai pelaksanaan dari UU dan PP yang lebih tinggi. Meskipun memiliki kekuatan
hukum, Maklumat Polri tidak memiliki tingkat keabsahan yang sama dengan UU dan PP.
Maklumat Polri biasanya digunakan untuk mengatur hal-hal yang bersifat operasional dan
teknis dalam pelaksanaan tugas kepolisian.

2b.
Surat Keputusan Bersama (SKB) menteri yang dibuat sejumlah kementerian dalam
pertanyaan, tidak bisa dikategorikan sebagai keputusan menteri. Karena keputusan
menteri hanya dikeluarkan oleh satu kementerian saja dan menyangkut bidang tugas yang
menjadi kewenangan kementerian bersangkutan.
Dalam hal SKB yang dikeluarkan oleh menteri, menteri memiliki wewenang membuat
aturan kebijakan yang tidak didasarkan kepada suatu peraturan perundang-undangan
tetapi didasarkan asalkan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang
ada dan prinsip-prinsip umum penyelenggaraan pemerintahan yang baik.
SKB Menteri bisa dikeluarkan jika memenuhi unsur diskresi pemerintah : Dilakukan
untuk kepentingan umum/ kesejahteraan umum; dilakukan atas inisiatif administrasi Negara
itu sendiri; untuk menyelesaikan masalah konkrit dengan cepat yang timbul secara tiba-tiba;
tindakan itu dimungkinkan oleh hukum.
Adapun keputusan Menteri selalu bersifat individual, kongkret berlaku sekali selesai.
Seperti dijelaskan dalam jawaban diatas, keputusan menteri hanya dikeluarkan oleh satu
kementerian saja dan menyangkut bidang tugas yang menjadi kewenangan
kementerian bersangkutan.
Dalam hal ini, SKB yang mengatur larangan kegiatan, penggunaan simbol, atribut, serta
penghentian Front Pembela Islam (FPI) merupakan instrumen hukum yang dikeluarkan oleh
beberapa Menteri dan pejabat lainnya. Oleh karena itu, SKB tersebut tidak dapat
dikategorikan sebagai Keputusan Menteri.

Referensi :

Ahmad Husen. Eksistensi Peraturan Presiden Pasca Diberlakukannya Undang-Undang


Nomor 10 Tahun 2004 dan Implikasi Yuridisnya terhadap Sistem Perundang-undangan di
Indonesia. Al-Ahkam, Vol. 15 No. 1, Juni 2019.

Maria Farida Indrati S. Ilmu Perundang-undangan 1. Cet. 22. Yogyakarta: Penerbit


Universitas Terbuka, 2021.

Anda mungkin juga menyukai