Anda di halaman 1dari 16

Analisis Sastra Anak: Kajian Sastra Bukan Lisan

Oleh:

Aliya Komalasari (03020422028)

Anastasya Maryam Shidika (03020422030)

Azizatus Sayyidah (03020422032)

Tiara Annisa Ramadhani (03020422064)

Yulia Nanda Maryami (03030422071)

Azizha Putri Aisyah (03040422075)

Latifatul Qolbiyah (03040422088)

Secara konseptual, sastra anak-anak berbeda dengan sastra orang dewasa (adult
literacy). Keduanya sama berada pada wilayah sastra yang meliputi kehidupan dengan segala
perasaan, pikiran dan wawasan kehidupan. Sastra anak adalah bentuk kreasi imajinatif
dengan paparan Bahasa tertentu yang menggambarakan dunia rekaan, menghadirkan
pemahaman dan pengalaman tertentu, dan mengandung nilai estetika tertentu yang bisa
dibuat oleh orang dewasa ataupun anak-anak. Sastra anak memiliki peranan penting sebagai
media Pendidikan karakter sejak dini. Selain itu, sastra anak juga memiliki sisi positif
lainnya, karena ia bertailan erat dengan Pendidikan. Melalui sastra anak, baik orang tua
ataupun pendidik bisa mengajarkan konsep dasar seperti membaca, menulis, bahakan
berhitung berdasarkan usia anak-anak. Oleh karena itu, sastra anak juga bisa dijadikan
sebagai media pembelajaran.

Sastra anak bukan lisan adalah bentuk sastra yang ditunjukan khusus untuk anak-anak
dan tidak menggunakan kata-kata atau Bahasa lisan sebagai media utama. Sastra anak bukan
lisan meskipun isinya bukan berupa lisan tetapi dalam pembuatannya diajarkan secara lisan.
Sastra anak bukan lisan terbagi menjadi dua macam, yaitu materia dan non material.

A. Ciri-ciri sastra anak bukan lisan


1. Tradisional dan warisan budaya

1|Sastra anak bukan lisan


Sastra anak bukan lisan sering kali merupakan bagian dari budaya suatu Masyarakat
atau kelompok etnis tertentu. Mereka mungkin mewakili tradisi lama yang diwariskan
dari generasi ke generasi.
2. Kreativitas dan Variasi Lokal
Walaupun sastra anak bukan lisan memiliki unsur-unsur tradisional, tetapi sastra anak
bukan lisan juga dapat mengalami variasi local dan penyesuaian sesuai dengan
kelompok atau Masyarakat tertentu. Ini memungkinkan ekspresi budaya yang kaya
dan beragam.
3. Partisipasi komunal
Merupan konsep yang merujuk pada keterlibatan dan kontribusi aktif pada individu
anak-anak dalam sebuah kegiatan. Hal ini melibatkan berbagai aktivitas dan interaksi
yang dilakukan Bersama oleh anggota komunitas untuk mencapai tujuan Bersama.
4. Makna Simbolis
Dalam sastra bukan lisan non material memiliki makna simbolis atau mendalam.
Misalnya symbol-simbol pada permainan anak-anak tradisional dapat memiliki makna
khusus yang mewakili aspek-aspek kebudayaan tertentu dari kehidupan atau
kepercayaan budaya.

B. Contoh Sastra Anak Bukan Lisan


1. Permaina tradisional anak

Sastra anak bukan lisan dalam bentuk permainan-permainan anak yang tidak perlu
disampaikan melalui verbal, namun tujuan diciptakannya permainan tersebut dapat
dirasakan oleh anak-anak. Pembelajaran tentang kehidupan dapat dikemas melalui
permainan yang tidak memerlukan keterlibatan lisan dalam mengungkapkan
pembelajaran yang akan diajarkan anak-anak. Pada dasarnya, anak-anak suka bermain.
Sehingga, sastra anak tanpa lisan dapat mewujudkan keingginan orang tua untuk
mengajarkan anaknya pada rasa kompetitif, kebebasan berekspresi, kemudahan
bersosialisasi, dan lain-lain.

Bermain memiliki dua pandangan yang berbeda. Pada pandangan idealis, bermain
adalah bentuk dari keinginan anak itu sendiri. Rasa ingin mengekspresikan diri dalam
bermain telah dirasakan oleh anak-anak secara alami. Sehingga, mereka membutuhkan
permainan-permainan tersebut guna mengekspresikan diri mereka. Lalu, pada pandangan
pragmatik, sebuah keinginan mengekspresikan dalam budaya tertentu adalah hal yang

2|Sastra anak bukan lisan


dirasakan anak-anak dikarenakan lingkungan tempat mereka tinggal. Budaya
dikembangkan dan diciptakan pada lingkungan tersebut, sehingga anak pun juga
mengikuti arus dari kebudayaan tersebut. Dari pandangan idealis dan pandangan
pragmatik, ditunjukkan bahwa anak-anak tidak bisa lepas dari bermain.(Sanberg &
Samuelsson, 2003)

permainan anak-anak terdiri dari 3, yaitu Rekreatif, kompetitif, dan edukatif. (Untari
hal 502, 2023)
1. permainan Rekreatif adalah permainan anak-anak yang diciptakan untuk
bermain dan membebaskan ekspresinya. Contohnya adalah pada permainan
lompat tali.
2. Permainan Kompetitif adalah permainan anak-anak yang dapat membuat anak-
anak membangun jiwa kompetitifnya dan memiliki ambisi menjadi pemenang
dalam hidupnya. Contohnya adalah pada permainan lomba egrang dan ular
tangga.
3. permainan edukatif adalah permainan anak-anak yang bertujuan untuk
mendidik anak-anak akan suatu hal. Contoh pada permainan engklek.

Manfaat Sastra anak lisan tanpa lisan dalam bentuk permainan anak adalah bentuk
pengekspresian diri anak-anak pada masa-masa pertumbuhannya. Selain itu, sastra anak
lisan tanpa lisan dapat dijadikan sebagai media pembelajaran anak-anak mengenai rasa
kompetitif, kepekaan sosial, suportif, dan lain-lain. Seperti yang dijelaskan diatas, sastra
anak lisan tanpa lisan adalah solusi untuk orang tua yang tidak memiliki waktu untuk
anak. Orang tua tidak perlu menjelaskan apa permainan tersebut dan apa tujuan permainan
tersebut. Disaat anak memainkan permainan tersebut bersama teman-temannya, secara
tidak langsung mereka merasakan manfaat yang ditimbulkan dari permainan tersebut.
Selain itu, anak-anak tidak perlu merasa berat dan terbebani saat menjalaninya. Anak-anak
sangat menyukai permainan. Sehingga hal ini sangat efektif bagi perkembangan anak yang
lebih baik.

Selain itu, sastra anak lisan tanpa lisan umumnya berbentuk permainan sederhana.
Anak-anak tidak memerlukan biaya mahal untuk menjalaninya. Dibandingkan dengan
sastra anak berbentuk buku yang mayoritas harganya sangat mahal, anak-anak akan
memilih permainan yang lebih sederhana. Pada permainan, anak-anak bisa lebih bisa

3|Sastra anak bukan lisan


mengekspresikan dirinya ketimbang membaca buku. Selain itu, sastra anak lisan tanpa
lisan juga dapat menjadi opsi bagi orang tua dengan ekonomi terbatas.
Sastra anak bukan lisan dalam bentuk permainan terbagi menjadi dua macam yaitu
permainan anak material dan permainan anak bukan material. Biasanya permaina
tradisional yang termasuk dalam kategori folklore bukan material ini melibatkan
Tindakan, aturan, dan praktik yang diwariskan secara lisan dan tidak melibatkan objek
fisik atau benda yang memiliki nilai materi. Seperti contohnya petak umpat, permainan
gobak sodor dll. Sedangkan permainan tradisional material merupakan permainan yang
melibatkan objek fisik atau alat, seperti gasing, yoyo, atau congklak.

2. Makanan Rakyat

Makanan adalah suatu yang tumbuh disawah, ladang atau kebun. Ia dapat juga
berasal dari laut, atau dipelihara di halaman, padang rumput atau daerah di daerah
peternakan; yang dapat di beli di pasar, di warung, dan di rumah makan. Namun dari
sudut antropologi atau folklore makanan merupakan fenomena kebudayaan, oleh karena
itu makanan bukanlah sekedar produksi organisma dengan kualitas-kualitas biokimia,
yang dapat dikonsumsi oleh organisasi hidup, termasuk juga untuk bertahan hidup. Bagi
anggota kolektif, makanan selalu ditentukan oleh kebudayaannya masing-masing. Agar
suatu makanan dapat dikonsumsikan, perlu diperoleh dahulu cap persetujuan dan
pengesahan dari kebudayaannya. Hal ini disebabkan karena ada hambatan kebudayaan
terutama berbentuk larangan agama, “takhayul” mengenai Kesehatan, dan kejadian-
kejadian dalam Sejarah dan lain-lain, yang mengeluarkan bahan-bahan bergizi tertentu
dari daftar makanan suatu kolektif.

Oleh karena itu, perlu kiranya dibedakan zat begizi (nutriment) dari makanan
(food). Nutrismen merupakan konsep biokimia, yakni suatu zat yang dapat memberi
makanan pada sel-sel tubuh kita, dan menjamin Kesehatan tubuh kita. Sedangkan
makanan adalah konsep kebudayaan, dalam arti bahwa zat bersangkutan itu sesuai untuk
kita makan. Berhubung adanya pengaruh konsep kebudayaan yang ditentukan oleh
keyakinan, maka sangat sukar untuk menyuruh seorang mengubah tradisi macam
makanan. Yang lebih runyam lagi adalah di dalam kenyataan nutrimen masih merupakan
konsep modern yang asing bagi orang-orang tradisional. Bagi orang tradisional gizi sering
masih dihubungkan dengan kenyang perut dan belum kenyang sel-sel organiknya.

4|Sastra anak bukan lisan


Pengalaman masa kanak-kanak kita juga menentukan cara pemilihan makanan
setelah kita dewasa, seperti dalam bentuk sugesti yang diberikan orangtua kita, yang
mengatakan bahwa makanan tertentu kotor dan sebagainya. Makanan yang sudah terbiasa
bagi kita pada masa kanak-kanan, akan tetap menarik selera kita setelah dewasa,
sedangkan makanan yang baru kita kenal setelah dewasa, ada kecenderungan sukar untuk
menjadi kegemaran kita. Walaupun ada orang yang senang untuk mencoba mencicipi
masakan asing, namun pada umumnya orang-orang lebih senang dengan menu yang
sudah terbiasa bagi mereka.

Fungsi makanan rakyat bagi anak-anak

1. Makanan sebagai ungkapan ikatan social.


Mungkian bagi setiap Masyarakat menyajikan makanan (dan juga minuman)
mempunyai makna mempersembahkan cinta, kasih dan persahabatan. Dan
menerima makanan yang diperoleh yang dipersembahkan kepadanya berarti
mengakui dan menerima perasaan yang diungkapkan di atas, dan membalasnya
dengan itu. Sedangkan menahan makanan (seperti yang dilakukan seorang ibu
untuk menghukum anaknya yanag tidak patuh) atau lalai mempersembahkan
makana dalam konteks seperti yang diharapkan, berarti mengungkapkan
kemarahan dan kebencian.
2. Makanan sebagai ungkapan solidaritas kelompok
Di antara beberapa suku bangsa Indonesia terutama yang berpendidikan barat,
makan Bersama pada malam hari sering berfungsing sebagai solidaritas keluarga.
Jika hal ini tidak dapat diadakan setiap hari, sedikitnya akan dilakukukan pada5 |
P a g e kesempatan yang ada, seperti untuk memperingati kejadian penting dalam
hidup seseorang (ulang tahun, dan lain-lain), atau hari raya yang berhubungan
dengan keagamaan dan lain-lain.
3. Identitas budaya
Makanan tradisional seringkali merupakan bagian terpenting dari identitas budaya
suatu keluarga atau komunitas. Mengenalkan anak pada makanan tradisional dapat
membantu mereka memahami dan menghargai warisan budaya mereka.
4. Nutrisi
Beberapa makanan tradisional dapat memberikan nutrisi yang penting untuk
pertumbuhan dan perkembangan anak. Ada beberapa makanan tradisional kaya
akan vitamin, mineral, dan serat yang baik untuk Kesehatan. Tetapi banyak

5|Sastra anak bukan lisan


makanan tradisional yang mengkin kurang sehat karena lemak jenuh, gula, garam.
Ini menjadi Pelajaran bagi orang tua untuk memberikan contoh dan memilih
makanan tradisional yang sehat.
Contoh makanan rakyat untuk anak-anak
a. Kue cubit
b. Kue putu bambu
c. Kue ape pandan hijau
d. Kue putu bambu
e. Getuk lindri

Analisis Jurnal Artikel

1. Upaya Peningkatan Karakter Kejujuran Anak B1 Melalui Permainan Tradisional


Bola Bekel (Dira Ramadanti, Rika Partika Sari, Lydia Margaretha, 2023)

Hasil Penelitian; Menanamkan sikap jujur pada anak melalui permainan tradisional
sudah berkembang sesuai harapan dan mencapai kriteria. Minat dan motivasi anak dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran sudah semakin meningkat. Hal ini terlihat dari antusias
anak dalam mengikuti permainan bola bekel secara sportif.Karakter kejujuran anak sudah
terlihat berkembang dengan baik, hal ini terlihat dari anak sudah mampu menceritakan
kejadian yang sebenarnya, menceritakan temannya yang curang saat bermain, anak
mengingatkan temannya yang curang saat bermain, anak dapat menerima kekalahannya
dalam bermain dan yang terpenting anak terbiasa berkata jujur.

Pembahasan; Melalui permainan tradisional bola bekel dapat meningkatkan karakte


kejujuran anak di PAUD MUTIARA RABBANI Kota Bengkulu. Peningkatan tersebut dapat
dilihat dari adanya peningkatan presentase setelah pelaksanaan tindakan pada siklus I, siklus
II dan siklus III. Adapun karakter kejujuran yang hendak dicapai adalah jika anak
mengembalikan barang milik orang lain, tidak berbuat curang saat bermain, mengikuti aturan
permainan, dan mengungkapkan perasaan ketika bermain. Pada pelaksanaan siklus I,
presentase yang diperoleh yaitu sebesar 48% dengan kriteria Mulai Berkembang (MB).
Pelaksanaan tindakan siklus ke II sudah menunjukkan peningkatan namun belum mencapai
pencapaian yang diinginkan, presentase yang diperoleh sebesar 70% dengan kriteria
Berkembang Sesuai Harapan (BSH). Siklus ke III menunjukkan peningkatan dibandingkan

6|Sastra anak bukan lisan


siklus II Presentase pada siklus III sebesar 85% dalam kriteria Berkembang Sangat Baik
(BSB), artinya mencapai kriteria ketuntasan keberhasilan penelitian 75%-100%.

2. Inovasi Model Pembelajaran Melalui Permainan “Lempar Karet” Untuk


Mengajarkan Konsep Perkalian Bagi Siswa Dasar (Hartatik, Sri Rahayu, Dewi
Widiana, 2018)
Permainan tradisional adalah permainan yang dimainkan oleh anak-anak zaman dahulu.
Perkembangan teknologi yang mengikuti perkembangan saat ini perlahan-lahan menggese
keberadaan dari permainan tradisional. Saat ini Jarang sekali kita melihat anak-anak zaman
sekarang khususnya anak-anak di perkotaan memainkan permainan tradisional seperti petak
umpet, egrang, conglak, lompat tali, gatrik, engklek, pesawat-pesawatan, layang-layang dan
kelereng. Hal ini dikarenakan semakin sempitnya area bermain anak. Permainan tradisional
merupakan salah satu kearifan budaya lokal yang seharusnya dapat dilestarikan dan
dimanfaatkan dalam pembelajaran psikomotorik dan kognitif anak justru tergeser dengan
munculnya berbagai permainan yang dapat diunduh secara online di komputer atau gadget.
Salah satu permainan tradisional yang dapat digunakan untuk mengajarkan konsep
matematika yaitu konsep perkalian adalah permainan lempar karet. Model pembelajaran ini
merupakan inovasi model pembelajaran yang menggunakan permainan tradisional “lempar
karet” sebagai salah satu strategi dalam mengajarkan matematika. Model ini merupakan
pengembangan dari model pembelajaran kooperatif yang menggunakan konsep permainan
tradisional sebagai warisan budaya lokal masyarakat Indonesia khususnya daerah Surabaya
yang telah dikembangkan peneliti sebagai salah satu model pembelajaran matematika.
Implementasi dari model pembelajaran ini adalah dengan menggunakan teknik menghitung
jumlah karet yang diperoleh dalam permainan lempar karet konsep perkalian. Berikut ini
dipaparkan karakteristik, prinsip, alur model media dan langkah-langkah pembelajaran dalam
model pembelajaran berbasis permainan tradisional.
3. Manfaat Permainan Tradisional Lompat Tali Bagi Perkembangan Motoric Anak
Usia 5-6 Tahun (Susanti, H. Muhlihin, Sumardi, 2021)

Permainan tradisional lompat tali adalah permainan yang membudaya turun temurun,
permainan ini dapat dilakukan oleh 1-3 orang anak. Permainan nya cukup mudah dilakukan,
anak yang mempunyai giliran bermain berdiri dan meloncat sebanyak mungkin tanpa
menyentuh tali karet yang diayunkan oleh penjaga atau pemegang tali karet, apabila anak
yang sedang bermain menyentuh tali karet maka dapat dikatakan lasut atau berahirnya

7|Sastra anak bukan lisan


bermain, dan orang lain yang akan mendapat giliran bermain. Terus bergilir sampai semua
mendapat giliran bermain. (Anggraeni, dkk. 2018)

Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami manfaat dari
permainan tradisional lompat tali bagi perkembangan motorik kasar anak usia 5-6 tahun.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif karena untuk mendapatkan data yang
mendalam, menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan serta perilaku
yang diamati dari orang-orang atau sumber informasi. Teknik pengumpulan data melalui 3
teknik yaitu teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. untuk tahapan observasi peneliti
melaksanakan peninjauan ke lapangan yaitu meneliti ketika anak melakukan permainan
lompat tali, tahapan selanjutnya wawancara kepada guru apa saja kebermanfaatan permainan
lompat tali bagi perkembangan motorik kasar anak, kemudian peneliti menyamakan atau
menganalisis dengan observasi yang telah dilakukan terdahulu. Peneliti juga melakukan
dokumentasi terhadap anak ketika sedang melakukan permaian lompat tali dan melakukan
dokumentasi pada saat wawancara dengan guru.

Berdasarkan hasil wawancara maka penelitian mengenai permainan tradisional lompat tali
memiliki manfaat bagi perkembangan motorik kasar diantaranya :
1. Gerak Lokomotor
 Anak dapat melompati tali karet
 Anak dapat berjalan pelan untuk melakukan persiapan bermain lompat tali
 Anak dapat melompat menggunakan satu kaki
 Anak dapat melakukan gerakan tubuh secara terkoordinasi untuk melatih kelenturan,
keseimbangan dan kelincahan
2. Gerak Non Lokomotor
 Anak dapat mengayunkan tangannya
 Anak dapat bergerak memutarkan tali
 Anak mampu melakukan kegiatan gerakan mata yang terkoordinasi, gerakan kaki,
gerakan tangan kanan dan tangan kiri
 Anak melakukan kegiatan yang menunjukan keterampilan tangan kanan dan kiri
3. Gerak Manipulatif Melatih ketangkasan ketika anak memutarkan atau mengayunkan
tali karet
4. Egrang Batok Untuk Melatih Keterampilan Motoric Kasar Siswa Tunanetra (I.
Andrian, Ehan, 2017)

8|Sastra anak bukan lisan


Egrang menurut Achroni (Siahaan 2012, hlm. 4) “merupakan salah satu permainan
tradisional yang sangat populer, permainan ini dikenal di berbagai wilayah di nusantara.
Selain menggunakan bambu, engrang dapat pula dibuat menggunakan batok kelapa”..
Permainan egrang batok juga akan meningkatkan kekuatan otot tungkai, kaki, lengan dan
tangan, sehingga dapat melatih keseimbangan serta kelenturan tubuh. Saat bermain egrang
batok, anak harus bejalan diatas batok kelapa yang memiliki luas permukaan dengan
diametersekitar kurang lebih 10 cm, sehingga keseimbangan sangat dibutuhkan untuk bermain
permainan ini.

Berdasarkan hasil observasi, peneliti mendapati peserta didik di SLBN-A


Citeureupyang mengalami permasalahan dalam hal motorik kasar yaitu permasalahan dalam
berjalan. Cara berjalan tersebut cenderung diseret dan posisi tubuhnya juga cenderung serong
ke kiri ketika berjalan. Dari cara berjalan tersebut, akan mengalami beberapa permasalahan di
antaranya adalah hambatan mobilitas dan perkembangan motoriknya. Oleh karena itu peneliti
meyakini bahwa dengan diberikannya media egrang batok dapat mempengaruhi
keterampilanmotorik kasarnya terutama aspek gerak berjalan dan keseimbangannya. Selain
itu, permainan tradisional egrang batok ini juga bisa dijadikan solusi media pembelajaran
dalam meningkatkan keterampilan motorik kasar siswa. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh penggunaan media permainan tradisional egrang batok terhadap
peningkatan keterampilan motorik kasar siswa tunanetra di SLBN-A Citeureup. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan egrang batok dalam peningkatan
kemampuan motorik kasar aspek gerak berjalan dan aspek keseimbangan peserta didik
tunanetra. Berdasarkan hasil analisis pengolahan data yang telah dilakukan dan disajikan
dalam bentuk grafik garis maupun batang dengan menggunakan metode Single Subjeck
Research (SSR) dengan desain A1-B-A2 yang dilakukan sebanyak 13 pertemuan, dimana 13
pertemuan ini terdiri dari tiga pertemuan pada tahap baseline-1 (A-1), tujuh pertemuan pada
tahap intervensi (B) dan tiga pertemuan pada tahap baseline-2 (A-2).

5. Penerapan Permainan Tradisional Engklek Untuk Meningkatkan Kemampuan


Metorik Kasar Anak Kelompok B RA Al Hidayah 2 Tarik Sidoarjo (Dian Apriani,
2013)

Tujuan Penelitian

9|Sastra anak bukan lisan


1. Untuk mendeskripsikan aktivitas anak dalam Penerapan Permainan Tradisional
Engklek Untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Kelompok B RA Al
Hidayah 2 Tarik Sidoarjo.
2. Untuk mendeskripsikan peningkatan Kemampuan Motorik Kasar Anak Kelompok B
RA Al Hidayah 2 Tarik, Sidoarjo setelah penerapan Permainan Tradisional Engklek.
Manfaat Penelitian Bagi Siswa Hasil penilitian ini dapat meningkatkan kemampuan
motorik kasar anak melalui permainan tradisional engklek.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian Definisi Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Suharsimi, Arikunto


(2006:2-3) dalam Iskandar (2009:20-21) menyatakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan pembelajaran berupa sebuah
tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan.

Definisi Permainan tradisional engklek merupakan permainan tradisional lompat–


lompatan pada bidang–bidang datar yang digambar diatas tanah, dengan membuat gambar
kotak-kotak kemudian melompat dengan satu kaki dari kotak satu ke kotak berikutnya.
Manfaat Permainan Tradisional Engklek

Manfaat yang diperoleh dari permainan engklek ini adalah :

a) Kemampuan fisik anak menjadi kuat karena dalam permainan engklek ini anak
diharuskan untuk melompat-lompat.
b) Mengasah kemampuan bersosialisasi dengan orang lain dan mengajarkan
kebersamaan.
c) Dapat mentaati aturan-aturan permainan yang telah disepakati bersama.

Keterkaitan permainan tradisional engklek dan kemampuan motorik kasar anak. Kemampuan
motorik anak usia dini tidak akan berkembang tanpa adanya kematangan kontrol motorik,
motorik tersebut tidak akan optimal jika tidak diimbangi dengan gerakan anggota tubuh tanpa
dengan latihan fisik.

6. Pengaruh Permainan Tradisional Petak Umpet Terhadap Penesuaian Social Anak


Usia Sekolah Dasar

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh permainan tradisional petak


umpet terhadap penyesuaian sosial anak usia sekolah dasar di RT 01 dan 02 Kelurahan

10 | S a s t r a a n a k b u k a n l i s a n
Rewarangga Selatan. Permainan tradisional petak umpet adalah permainan yang sudah ada
sejak jaman dahulu yang merupakan warisan turun temurun dari satu generasi ke generasi
selanjutnya dan sering dimainkan oleh anak-anak untuk memperoleh kesenangan yang
dimainkan oleh dua atau lebih orang anak tidak memerlukan alat dalam permainannya hanya
memanfaatkan lingkungan di sekitarnya untuk bersembunyi.

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan


kuantitatif. Dalam penelitian ini, permainan tradisional petak umpet merupakan variabel bebas
(dependent variable), dinyatakan dalam X. Selanjutnya, penyesuaian sosial anak merupakan
variabel terikat (independent variable), dinyatakan dalam Y.Metode analisis data yang
dilakukan melalui analisis statistik deskriptif, uji prasayarat analisis yang meliputi uji
normalitas dan uji linieritas, uji hipotesis dengan menggunakan teknik analisis regresi
sederhana. Analysis data akan dilakukan menggunakan program SPSS versi 16.

Berdasarkan teori dan hasil penelitian diketahui bahwa permainan tradisional petak
umpet berpengaruh terhadap penyesuaian sosial anak. Apabila anak tidak dapat atau tidak
pernah melakukan permainan tradisional petak umpet maka penyesuaian sosial anak usia
sekolah dasar kurang sedangkan anak yang sering melakukan permainan tradisional petak
umpet penyesuian sosial anak semakin tinggi atau baik.artinya permainan tradisional
berpengaruh positif signifikan terhadap penyesuaian sosial anak.

7. Permainan Ular Tangga Untuk Meningkatkan Kemampuan Berhitung Anak Usia 4-


5 Tahun (L. Adlina, S. Katoningsih, 2020)

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode literature review yang berarti
analisis jurnal-jurnal penelitian. Literature review merupakan sebuah istilah yang merujuk
pada sebuah metodologi penelitian ataupun riset tertentu yang pengembangannya dilakukan
untuk mengevaluasi serta mengumpulkan tentang penelitian yang berhubungan dengan suatu
topik tertentu yang berbentuk pertanyaan untuk suatu bidang keilmuan.

Hasil analisis jurnal terkait dengan pengaruh permainan ular tangga terhadap
kemampuan berhitung anak usia 4-5 tahun. Penelitian tersebut dilakukan oleh Ayu (2016)
berjudul “Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Dalam Kegiatan Membilang Dengan
Metode Bermain Media Kartu Angka Pada Anak Usia 4-5 Tahun Di TK Taqifa Bangkinang”
menyatakan bahwa kemampuan kognitif anak dalam kegiatan membilang meningkat dengan
metode bermain media kartu angka ditandai dengan persentase yang meningkat setiap
siklusnya yaitu siklus pratindakan sebesar 46%, siklus I 58% dan siklus II 87%.

11 | S a s t r a a n a k b u k a n l i s a n
Pembahasan; Banyak didapati faktor-faktor yang mampu meningkatkan kemampuan
kognitif anak, terutama kemampuan berhitung yang dimana faktor tersebut lebih banyak
meningkatkan minat dan keaktifan anak untuk belajar.Anak dapat belajar kemampuan
berhitung salah satunya melalui permainan. Permainan dapat mendukung anak untuk
meningkatkan berbagai aspek perkembangannya. Berdasarkan jurnal yang dianalisis,
kemampuan berhitung pada anak usia dini sangat dibutuhkan, tujuannya supaya anak
mempunyai kesiapan untuk mengikuti pendidikan selanjutnya (Depdiknas, 2007:1).

8. Eksplorasi Etnomatematika Pada Permainan Tradisional Layangan (Pemahaman


Materi Bangun Datar Laying-Layang Dan Pengembangan Karakter) (I. Kuswidi, D.
Lestari, N. Arfinanti et al. 2021)

Metode yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran salah satunya yaitu dengan
mengaitkan unsur budaya yang sering dijumpai dengan unsur matematika, metode tersebut
disebut dengan Etnomatematika. Etnomatematika mengaitkan konsep matematika secara luas
dalam berbagai aktivitas matematika, berkenaan dengan aktivitas perhitungan, pengukuran,
perancangan, pengelompokkan, bermain, dan sebagainya. Indonesia merupakan negara
kepulaan terbesar di dunia dan memiliki lebih dari 360 suku bangsa. Hal tersebut membuat
Indonesia kaya akan keragaman budaya maupun tradisi. Permainan tradisional atau sering
disebut dengan permainan rakyat menjadi salah satu aktivitas budaya yang ada di Indonesia.
Darmamulya (2008) mengatakan bahwa permainan tradisional bukan hanya mengandung
unsur kesenangan, melainkan didalamnya mengandung nilai-nilai budaya serta dapat melatih
kecakapan dalam berpikir, berlogika dan berhitung. Namun, dalam perkembangannya budaya
permainan tradisional saat ini telah tergerus oleh zaman dan mulai ditinggalkan oleh
masyarakat, sehingga banyak generasi milenial yang tidak mengenal budaya permainan
daerah setempat. Hal tersebut jika dibiarkan akan menjadi hal serius dan dapat mengancam
kelestarian buadaya permainan tradisional.

Penggunaan permainan tradisional setempat sebagai media dalam metode pembelajaran


etnomatematika, menjadi salah satu solusi yang dapat mengatasi masalah tersebut. Permainan
tradisonal dapat dijadikan sebagai alat bantu dalam pembelajaran matematika yang dapat
memvisualisasikan matematika sehingga membantu dalam tumbuhnya konsep berpikir
abstrak bagi peserta didik. Terlebih nilai budaya yang terdapat dalam permainan tradisional
dapat membantu pendidik dalam menanamkan nilai-nilai karakter dalam diri peserta didik.

12 | S a s t r a a n a k b u k a n l i s a n
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif deskriptif untuk
menggali dan memperoleh informasi secara menyeluruh, meluas, dan mendalam (Prahmana,
2017). Peneliti menggunakan pendekatan etnografi, berupa pendekatan teoritis dan empiris
dengan tujuan untuk mendapatkan informasi deskripsi dan analisis menyeluruh tentang unsur
unsur matematika dan nilai-nilai karakter dalam permainan tradisional layangan.

Layangan merupakan permainan tradisional yang populer di daerah Jawa Tengah,


layangan biasanya dimainkan oleh anak-anak maupun dewasa di tanah lapang. Layangan
telah ada sejak ribuan tahun yang lalu, layangan digunakan untuk menangkal kejahatan,
menyampaikan pesan, dan bahkan digunakan untuk menentukan fenomena alam dan
mengukur cuaca. Namun pada saat ini pengunaan layangan hanya diterbangkan untuk
kesenangan saja.

9. Makanan Tradisional Dari Ulat Sagu Sebagai Upaya Mengatasi Malnutrisi Pada
Anak (N. Nuban, S. Wijaya, A. Rahmat, 2020)

Malnutrisi adalah kekurangan, kelebihan asupan gizi tidak seimbang. Gizi buruk, gizi
kurang merupakan salah satu bentuk malnutrisi yang sering ditemukan dan masih menjadi
salah satu masalah Kesehatan Indonesia. Angka gizi buruk dan gizi kurang di Indonesia
masih tinggi. Pada balita 0 - 59 bulan angka gizi buruk adalah 3,9% dan gizi kurang
mencapai 13,8% namun pada daerah seperti Maluku, Papua dan Sulawesi Tenggara,
angka gizi buruk dan gizi kurang ini jauh lebih tinggi dibandingkan rataan nasional.
Di provinsi Papua Barat misalnya, angka gizi buruk dan gizi kurang mencapai 5,1%
dan 14,1%, Sulawesi Tenggara 5,6% dan 16,4% sementara Maluku 7,4% dan 17,4%
(Kemenkes RI, 2018). Hal inimenandakan buruknya status gizi balita dan urgensi
intervensi gizi untuk balita di wilayah tersebut. Karena ulat sagu memiliki banyak kandungan
gizi yang tinggi, ulat sagu dapat menjadi pangan local alternatif pada kelompok-kelompok
Masyarakat yang tak mampu membeli ikan dan produk olahannya. Agar lebih menarik untuk
anak-anak dan mengandung berbagai tambahan nutrisi esenial lainnya, Nirmala pada tahun
2017 melakukan penelitian dengan memberikan asupan ulat sagu yang diolah menjadi
berbagai olahan makanan seperti dadar gulung dan skoteng pada anak usia 1-5 tahun
di Sulawesi Tenggara sehingga lebih menarik dan diminati.

10. Perancangan Buku Ilustrasi Makanan Tradisional Khas Kota Surabaya Untuk Anak
Usia 9-12 Tahun (V. Diana Novitasari, M. Lani Anggapuspa, 2021)

13 | S a s t r a a n a k b u k a n l i s a n
Tujuan perancangan buku ilustrasu untuk menyampaikan informasi mengenai macam-
macam makanan tradisional khas kota Surabaya. Target perancangan buku ini untuk anak
usia 9-12 tahun yang suka membaca buku ilustrasi bergambar dari wilayah Surabaya maupun
luar Surabaya. Karena dari hasil data penelitian masih minim anak-anak yang mengenal
makanan tradisional khas Surabaya. Untuk hasil pemaparan dari teknis Analisis data 5W+1H
yaitu sebagai berikut :
1. Buku ini memuat informasi tentang penjelasan macam-macam makanan tradisional
khas Surabaya
2. Tujuan perancangan buku ilustrasi ini untuk mengenalkan anak-anak tentang
makanan tradisional daerah di Indonesia.
3. Target pembaca ditunjukan untuk :
a. Demografis : anak laki-laki atau Perempuan berusia 9-12
b. Geografis : kota Surabaya dan luar kota Surabaya
c. Psikografis : memiliki ketertarikan membaca buku ilustrasi bergambar
d. Behavioral : anak yang gemar membaca
4. Hasil perancangan buku ilustrasi ini akan dijual di beberapa toko buku.
5. Buku ini siap dipasarkan ketika sudah selesai cetak dan siap untuk diedarkan

Tahapan dari proses pembuatan rancangan buku dilakukan dengan tahapan antara lain :
proses wawancara dengan narasumber, observasi ke tempat penjual kuliner khas Surabaya,
dokumentasi makanan khas Surabaya, dan studi literatur. Berikutnya menentukan konsep
buku, pembuatan layout dan sketsa lalu pewarna sampai tahap final desain.

Daftar Pustaka

Adlina, L. M., & Katoningsih, S. (2020). Permainan Ular Tangga Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berhitung Anak Usia 4-5 Tahun. http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/86124

Andrian, I. L., & Ehan. (2017). Egrang Batok Untuk Melatih Keterampilan Motorik Kasar
Siswa Tunanetra. Jassi Anakku, 18(2), 29–34.
https://ejournal.upi.edu/index.php/jassi/article/view/9691

Dian Apriani. (2013). Penerapan Permainan Tradisional Engklek Untuk Meningkatkan


Kemampuan Motorik Kasar Anak Kelompok B RA Al Hidayah 2 Tarik Sidoarjo.
PAUD Teratai, 2(1), 1–13.
https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/38/article/view/35822%0Ahttps://

14 | S a s t r a a n a k b u k a n l i s a n
jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/38/article/download/35822/31862

Diana Novitasari, V., Lani Anggapuspa, M., Desain, J., & Bahasa dan Seni, F. (2021).
Perancangan Buku Ilustrasi Makanan Tradisional Khas Kota Surabaya Untuk Anak Usia
9-12 Tahun. Jurnal Barik, 3(1), 111–121. https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/JDKV/

Hartatik, S., & Rahayu, D. W. (2018). Inovasi Model Pembelajaran Melalui Permainan
Tradisional “Lempar Karet” Untuk Mengajarkan Konsep Perkalian Bagi Siswa Sekolah
Dasar. Education and Human Development Journal, 3(2), 149–158.
https://doi.org/10.33086/ehdj.v3i2.55

Krissandi, Damai Sagita, A., Febriyanto, B., Agung, K., & Radityo, D. (2018). S a s t r a A n
a k. Kreativitas: Jurnal PKM Ilmu …, 2, 1–145.
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/creativity/article/view/10076%0Ahttp://
jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/creativity/article/download/10076/4131

Kuswidi, I., Lestari, D. F., Arfinanti, N., & Azka, R. (2021). Eksplorasi Etnomatematika pada
Permainan Tradisional Layangan (Pemahaman Materi Bangun Datar Layang-Layang
dan Pengembangan Karakter). Jurnal Pengembangan Pembelajaran Matematika, 3(2),
129–137. https://doi.org/10.14421/jppm.2021.32.129-137

Nuban, N. S., Wijaya, S. M., Rahmat, A. N., & Yuniarti, W. (2020). Makanan Tradisional
dari Ulat Sagu sebagai Upaya Mengatasi Malnutrisi pada Anak. Indonesian Journal of
Nursing and Health Sciences, 1(1), 25–36. https://doi.org/10.37287/ijnhs.v1i1.224

Paudia, J. P. (2011). Jurnal Penelitian PAUDIA, Volume 1 No. 1 2011. 1(1), 59–74.

Ramadanti, D., Sari, R. P., & Margaretha, L. (2023). Upaya Peningkatan Karakter Kejujuran
Anak B1 Melalui Permainan Tradisional Bola Bekel. 4(1), 11–14.

Susanti, Muhlihin, H. Y., & Sumardi. (2021). Manfaat Permainan Tradisional Lompat Tali
bagi Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 5-6 Tahun. Jurnal PAUD Agapedia, 5(1),
80–89.

Therapy, C., Gordon, V., Meditation, C., VanRullen, R., Myers, N. E., Stokes, M. G., Nobre,
A. C., Helfrich, R. F., Fiebelkorn, I. C., Szczepanski, S. M., Lin, J. J., Parvizi, J., Knight,
R. T., Kastner, S., Wyart, V., Myers, N. E., Summerfield, C., Wan-ye-he, L. I., Yue-de,
C. H. U., … No, S. (2018). No Title ‫ ثقثقثقثق‬,)‫ ث ققثق(ثق ثقثقثق‬,‫ ثبثبثب‬.‫بیبیب‬.
http://search.ebscohost.com/login.aspx?

15 | S a s t r a a n a k b u k a n l i s a n
direct=true&db=sph&AN=119374333&site=ehost-live&scope=site%0Ahttps://doi.org/
10.1016/j.neuron.2018.07.032%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/
j.tics.2017.03.010%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.neuron.2018.08.006

16 | S a s t r a a n a k b u k a n l i s a n

Anda mungkin juga menyukai