Oleh:
Secara konseptual, sastra anak-anak berbeda dengan sastra orang dewasa (adult
literacy). Keduanya sama berada pada wilayah sastra yang meliputi kehidupan dengan segala
perasaan, pikiran dan wawasan kehidupan. Sastra anak adalah bentuk kreasi imajinatif
dengan paparan Bahasa tertentu yang menggambarakan dunia rekaan, menghadirkan
pemahaman dan pengalaman tertentu, dan mengandung nilai estetika tertentu yang bisa
dibuat oleh orang dewasa ataupun anak-anak. Sastra anak memiliki peranan penting sebagai
media Pendidikan karakter sejak dini. Selain itu, sastra anak juga memiliki sisi positif
lainnya, karena ia bertailan erat dengan Pendidikan. Melalui sastra anak, baik orang tua
ataupun pendidik bisa mengajarkan konsep dasar seperti membaca, menulis, bahakan
berhitung berdasarkan usia anak-anak. Oleh karena itu, sastra anak juga bisa dijadikan
sebagai media pembelajaran.
Sastra anak bukan lisan adalah bentuk sastra yang ditunjukan khusus untuk anak-anak
dan tidak menggunakan kata-kata atau Bahasa lisan sebagai media utama. Sastra anak bukan
lisan meskipun isinya bukan berupa lisan tetapi dalam pembuatannya diajarkan secara lisan.
Sastra anak bukan lisan terbagi menjadi dua macam, yaitu materia dan non material.
Sastra anak bukan lisan dalam bentuk permainan-permainan anak yang tidak perlu
disampaikan melalui verbal, namun tujuan diciptakannya permainan tersebut dapat
dirasakan oleh anak-anak. Pembelajaran tentang kehidupan dapat dikemas melalui
permainan yang tidak memerlukan keterlibatan lisan dalam mengungkapkan
pembelajaran yang akan diajarkan anak-anak. Pada dasarnya, anak-anak suka bermain.
Sehingga, sastra anak tanpa lisan dapat mewujudkan keingginan orang tua untuk
mengajarkan anaknya pada rasa kompetitif, kebebasan berekspresi, kemudahan
bersosialisasi, dan lain-lain.
Bermain memiliki dua pandangan yang berbeda. Pada pandangan idealis, bermain
adalah bentuk dari keinginan anak itu sendiri. Rasa ingin mengekspresikan diri dalam
bermain telah dirasakan oleh anak-anak secara alami. Sehingga, mereka membutuhkan
permainan-permainan tersebut guna mengekspresikan diri mereka. Lalu, pada pandangan
pragmatik, sebuah keinginan mengekspresikan dalam budaya tertentu adalah hal yang
permainan anak-anak terdiri dari 3, yaitu Rekreatif, kompetitif, dan edukatif. (Untari
hal 502, 2023)
1. permainan Rekreatif adalah permainan anak-anak yang diciptakan untuk
bermain dan membebaskan ekspresinya. Contohnya adalah pada permainan
lompat tali.
2. Permainan Kompetitif adalah permainan anak-anak yang dapat membuat anak-
anak membangun jiwa kompetitifnya dan memiliki ambisi menjadi pemenang
dalam hidupnya. Contohnya adalah pada permainan lomba egrang dan ular
tangga.
3. permainan edukatif adalah permainan anak-anak yang bertujuan untuk
mendidik anak-anak akan suatu hal. Contoh pada permainan engklek.
Manfaat Sastra anak lisan tanpa lisan dalam bentuk permainan anak adalah bentuk
pengekspresian diri anak-anak pada masa-masa pertumbuhannya. Selain itu, sastra anak
lisan tanpa lisan dapat dijadikan sebagai media pembelajaran anak-anak mengenai rasa
kompetitif, kepekaan sosial, suportif, dan lain-lain. Seperti yang dijelaskan diatas, sastra
anak lisan tanpa lisan adalah solusi untuk orang tua yang tidak memiliki waktu untuk
anak. Orang tua tidak perlu menjelaskan apa permainan tersebut dan apa tujuan permainan
tersebut. Disaat anak memainkan permainan tersebut bersama teman-temannya, secara
tidak langsung mereka merasakan manfaat yang ditimbulkan dari permainan tersebut.
Selain itu, anak-anak tidak perlu merasa berat dan terbebani saat menjalaninya. Anak-anak
sangat menyukai permainan. Sehingga hal ini sangat efektif bagi perkembangan anak yang
lebih baik.
Selain itu, sastra anak lisan tanpa lisan umumnya berbentuk permainan sederhana.
Anak-anak tidak memerlukan biaya mahal untuk menjalaninya. Dibandingkan dengan
sastra anak berbentuk buku yang mayoritas harganya sangat mahal, anak-anak akan
memilih permainan yang lebih sederhana. Pada permainan, anak-anak bisa lebih bisa
2. Makanan Rakyat
Makanan adalah suatu yang tumbuh disawah, ladang atau kebun. Ia dapat juga
berasal dari laut, atau dipelihara di halaman, padang rumput atau daerah di daerah
peternakan; yang dapat di beli di pasar, di warung, dan di rumah makan. Namun dari
sudut antropologi atau folklore makanan merupakan fenomena kebudayaan, oleh karena
itu makanan bukanlah sekedar produksi organisma dengan kualitas-kualitas biokimia,
yang dapat dikonsumsi oleh organisasi hidup, termasuk juga untuk bertahan hidup. Bagi
anggota kolektif, makanan selalu ditentukan oleh kebudayaannya masing-masing. Agar
suatu makanan dapat dikonsumsikan, perlu diperoleh dahulu cap persetujuan dan
pengesahan dari kebudayaannya. Hal ini disebabkan karena ada hambatan kebudayaan
terutama berbentuk larangan agama, “takhayul” mengenai Kesehatan, dan kejadian-
kejadian dalam Sejarah dan lain-lain, yang mengeluarkan bahan-bahan bergizi tertentu
dari daftar makanan suatu kolektif.
Oleh karena itu, perlu kiranya dibedakan zat begizi (nutriment) dari makanan
(food). Nutrismen merupakan konsep biokimia, yakni suatu zat yang dapat memberi
makanan pada sel-sel tubuh kita, dan menjamin Kesehatan tubuh kita. Sedangkan
makanan adalah konsep kebudayaan, dalam arti bahwa zat bersangkutan itu sesuai untuk
kita makan. Berhubung adanya pengaruh konsep kebudayaan yang ditentukan oleh
keyakinan, maka sangat sukar untuk menyuruh seorang mengubah tradisi macam
makanan. Yang lebih runyam lagi adalah di dalam kenyataan nutrimen masih merupakan
konsep modern yang asing bagi orang-orang tradisional. Bagi orang tradisional gizi sering
masih dihubungkan dengan kenyang perut dan belum kenyang sel-sel organiknya.
Hasil Penelitian; Menanamkan sikap jujur pada anak melalui permainan tradisional
sudah berkembang sesuai harapan dan mencapai kriteria. Minat dan motivasi anak dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran sudah semakin meningkat. Hal ini terlihat dari antusias
anak dalam mengikuti permainan bola bekel secara sportif.Karakter kejujuran anak sudah
terlihat berkembang dengan baik, hal ini terlihat dari anak sudah mampu menceritakan
kejadian yang sebenarnya, menceritakan temannya yang curang saat bermain, anak
mengingatkan temannya yang curang saat bermain, anak dapat menerima kekalahannya
dalam bermain dan yang terpenting anak terbiasa berkata jujur.
Permainan tradisional lompat tali adalah permainan yang membudaya turun temurun,
permainan ini dapat dilakukan oleh 1-3 orang anak. Permainan nya cukup mudah dilakukan,
anak yang mempunyai giliran bermain berdiri dan meloncat sebanyak mungkin tanpa
menyentuh tali karet yang diayunkan oleh penjaga atau pemegang tali karet, apabila anak
yang sedang bermain menyentuh tali karet maka dapat dikatakan lasut atau berahirnya
Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami manfaat dari
permainan tradisional lompat tali bagi perkembangan motorik kasar anak usia 5-6 tahun.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif karena untuk mendapatkan data yang
mendalam, menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan serta perilaku
yang diamati dari orang-orang atau sumber informasi. Teknik pengumpulan data melalui 3
teknik yaitu teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. untuk tahapan observasi peneliti
melaksanakan peninjauan ke lapangan yaitu meneliti ketika anak melakukan permainan
lompat tali, tahapan selanjutnya wawancara kepada guru apa saja kebermanfaatan permainan
lompat tali bagi perkembangan motorik kasar anak, kemudian peneliti menyamakan atau
menganalisis dengan observasi yang telah dilakukan terdahulu. Peneliti juga melakukan
dokumentasi terhadap anak ketika sedang melakukan permaian lompat tali dan melakukan
dokumentasi pada saat wawancara dengan guru.
Berdasarkan hasil wawancara maka penelitian mengenai permainan tradisional lompat tali
memiliki manfaat bagi perkembangan motorik kasar diantaranya :
1. Gerak Lokomotor
Anak dapat melompati tali karet
Anak dapat berjalan pelan untuk melakukan persiapan bermain lompat tali
Anak dapat melompat menggunakan satu kaki
Anak dapat melakukan gerakan tubuh secara terkoordinasi untuk melatih kelenturan,
keseimbangan dan kelincahan
2. Gerak Non Lokomotor
Anak dapat mengayunkan tangannya
Anak dapat bergerak memutarkan tali
Anak mampu melakukan kegiatan gerakan mata yang terkoordinasi, gerakan kaki,
gerakan tangan kanan dan tangan kiri
Anak melakukan kegiatan yang menunjukan keterampilan tangan kanan dan kiri
3. Gerak Manipulatif Melatih ketangkasan ketika anak memutarkan atau mengayunkan
tali karet
4. Egrang Batok Untuk Melatih Keterampilan Motoric Kasar Siswa Tunanetra (I.
Andrian, Ehan, 2017)
Tujuan Penelitian
METODE PENELITIAN
a) Kemampuan fisik anak menjadi kuat karena dalam permainan engklek ini anak
diharuskan untuk melompat-lompat.
b) Mengasah kemampuan bersosialisasi dengan orang lain dan mengajarkan
kebersamaan.
c) Dapat mentaati aturan-aturan permainan yang telah disepakati bersama.
Keterkaitan permainan tradisional engklek dan kemampuan motorik kasar anak. Kemampuan
motorik anak usia dini tidak akan berkembang tanpa adanya kematangan kontrol motorik,
motorik tersebut tidak akan optimal jika tidak diimbangi dengan gerakan anggota tubuh tanpa
dengan latihan fisik.
10 | S a s t r a a n a k b u k a n l i s a n
Rewarangga Selatan. Permainan tradisional petak umpet adalah permainan yang sudah ada
sejak jaman dahulu yang merupakan warisan turun temurun dari satu generasi ke generasi
selanjutnya dan sering dimainkan oleh anak-anak untuk memperoleh kesenangan yang
dimainkan oleh dua atau lebih orang anak tidak memerlukan alat dalam permainannya hanya
memanfaatkan lingkungan di sekitarnya untuk bersembunyi.
Berdasarkan teori dan hasil penelitian diketahui bahwa permainan tradisional petak
umpet berpengaruh terhadap penyesuaian sosial anak. Apabila anak tidak dapat atau tidak
pernah melakukan permainan tradisional petak umpet maka penyesuaian sosial anak usia
sekolah dasar kurang sedangkan anak yang sering melakukan permainan tradisional petak
umpet penyesuian sosial anak semakin tinggi atau baik.artinya permainan tradisional
berpengaruh positif signifikan terhadap penyesuaian sosial anak.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode literature review yang berarti
analisis jurnal-jurnal penelitian. Literature review merupakan sebuah istilah yang merujuk
pada sebuah metodologi penelitian ataupun riset tertentu yang pengembangannya dilakukan
untuk mengevaluasi serta mengumpulkan tentang penelitian yang berhubungan dengan suatu
topik tertentu yang berbentuk pertanyaan untuk suatu bidang keilmuan.
Hasil analisis jurnal terkait dengan pengaruh permainan ular tangga terhadap
kemampuan berhitung anak usia 4-5 tahun. Penelitian tersebut dilakukan oleh Ayu (2016)
berjudul “Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Dalam Kegiatan Membilang Dengan
Metode Bermain Media Kartu Angka Pada Anak Usia 4-5 Tahun Di TK Taqifa Bangkinang”
menyatakan bahwa kemampuan kognitif anak dalam kegiatan membilang meningkat dengan
metode bermain media kartu angka ditandai dengan persentase yang meningkat setiap
siklusnya yaitu siklus pratindakan sebesar 46%, siklus I 58% dan siklus II 87%.
11 | S a s t r a a n a k b u k a n l i s a n
Pembahasan; Banyak didapati faktor-faktor yang mampu meningkatkan kemampuan
kognitif anak, terutama kemampuan berhitung yang dimana faktor tersebut lebih banyak
meningkatkan minat dan keaktifan anak untuk belajar.Anak dapat belajar kemampuan
berhitung salah satunya melalui permainan. Permainan dapat mendukung anak untuk
meningkatkan berbagai aspek perkembangannya. Berdasarkan jurnal yang dianalisis,
kemampuan berhitung pada anak usia dini sangat dibutuhkan, tujuannya supaya anak
mempunyai kesiapan untuk mengikuti pendidikan selanjutnya (Depdiknas, 2007:1).
Metode yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran salah satunya yaitu dengan
mengaitkan unsur budaya yang sering dijumpai dengan unsur matematika, metode tersebut
disebut dengan Etnomatematika. Etnomatematika mengaitkan konsep matematika secara luas
dalam berbagai aktivitas matematika, berkenaan dengan aktivitas perhitungan, pengukuran,
perancangan, pengelompokkan, bermain, dan sebagainya. Indonesia merupakan negara
kepulaan terbesar di dunia dan memiliki lebih dari 360 suku bangsa. Hal tersebut membuat
Indonesia kaya akan keragaman budaya maupun tradisi. Permainan tradisional atau sering
disebut dengan permainan rakyat menjadi salah satu aktivitas budaya yang ada di Indonesia.
Darmamulya (2008) mengatakan bahwa permainan tradisional bukan hanya mengandung
unsur kesenangan, melainkan didalamnya mengandung nilai-nilai budaya serta dapat melatih
kecakapan dalam berpikir, berlogika dan berhitung. Namun, dalam perkembangannya budaya
permainan tradisional saat ini telah tergerus oleh zaman dan mulai ditinggalkan oleh
masyarakat, sehingga banyak generasi milenial yang tidak mengenal budaya permainan
daerah setempat. Hal tersebut jika dibiarkan akan menjadi hal serius dan dapat mengancam
kelestarian buadaya permainan tradisional.
12 | S a s t r a a n a k b u k a n l i s a n
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif deskriptif untuk
menggali dan memperoleh informasi secara menyeluruh, meluas, dan mendalam (Prahmana,
2017). Peneliti menggunakan pendekatan etnografi, berupa pendekatan teoritis dan empiris
dengan tujuan untuk mendapatkan informasi deskripsi dan analisis menyeluruh tentang unsur
unsur matematika dan nilai-nilai karakter dalam permainan tradisional layangan.
9. Makanan Tradisional Dari Ulat Sagu Sebagai Upaya Mengatasi Malnutrisi Pada
Anak (N. Nuban, S. Wijaya, A. Rahmat, 2020)
Malnutrisi adalah kekurangan, kelebihan asupan gizi tidak seimbang. Gizi buruk, gizi
kurang merupakan salah satu bentuk malnutrisi yang sering ditemukan dan masih menjadi
salah satu masalah Kesehatan Indonesia. Angka gizi buruk dan gizi kurang di Indonesia
masih tinggi. Pada balita 0 - 59 bulan angka gizi buruk adalah 3,9% dan gizi kurang
mencapai 13,8% namun pada daerah seperti Maluku, Papua dan Sulawesi Tenggara,
angka gizi buruk dan gizi kurang ini jauh lebih tinggi dibandingkan rataan nasional.
Di provinsi Papua Barat misalnya, angka gizi buruk dan gizi kurang mencapai 5,1%
dan 14,1%, Sulawesi Tenggara 5,6% dan 16,4% sementara Maluku 7,4% dan 17,4%
(Kemenkes RI, 2018). Hal inimenandakan buruknya status gizi balita dan urgensi
intervensi gizi untuk balita di wilayah tersebut. Karena ulat sagu memiliki banyak kandungan
gizi yang tinggi, ulat sagu dapat menjadi pangan local alternatif pada kelompok-kelompok
Masyarakat yang tak mampu membeli ikan dan produk olahannya. Agar lebih menarik untuk
anak-anak dan mengandung berbagai tambahan nutrisi esenial lainnya, Nirmala pada tahun
2017 melakukan penelitian dengan memberikan asupan ulat sagu yang diolah menjadi
berbagai olahan makanan seperti dadar gulung dan skoteng pada anak usia 1-5 tahun
di Sulawesi Tenggara sehingga lebih menarik dan diminati.
10. Perancangan Buku Ilustrasi Makanan Tradisional Khas Kota Surabaya Untuk Anak
Usia 9-12 Tahun (V. Diana Novitasari, M. Lani Anggapuspa, 2021)
13 | S a s t r a a n a k b u k a n l i s a n
Tujuan perancangan buku ilustrasu untuk menyampaikan informasi mengenai macam-
macam makanan tradisional khas kota Surabaya. Target perancangan buku ini untuk anak
usia 9-12 tahun yang suka membaca buku ilustrasi bergambar dari wilayah Surabaya maupun
luar Surabaya. Karena dari hasil data penelitian masih minim anak-anak yang mengenal
makanan tradisional khas Surabaya. Untuk hasil pemaparan dari teknis Analisis data 5W+1H
yaitu sebagai berikut :
1. Buku ini memuat informasi tentang penjelasan macam-macam makanan tradisional
khas Surabaya
2. Tujuan perancangan buku ilustrasi ini untuk mengenalkan anak-anak tentang
makanan tradisional daerah di Indonesia.
3. Target pembaca ditunjukan untuk :
a. Demografis : anak laki-laki atau Perempuan berusia 9-12
b. Geografis : kota Surabaya dan luar kota Surabaya
c. Psikografis : memiliki ketertarikan membaca buku ilustrasi bergambar
d. Behavioral : anak yang gemar membaca
4. Hasil perancangan buku ilustrasi ini akan dijual di beberapa toko buku.
5. Buku ini siap dipasarkan ketika sudah selesai cetak dan siap untuk diedarkan
Tahapan dari proses pembuatan rancangan buku dilakukan dengan tahapan antara lain :
proses wawancara dengan narasumber, observasi ke tempat penjual kuliner khas Surabaya,
dokumentasi makanan khas Surabaya, dan studi literatur. Berikutnya menentukan konsep
buku, pembuatan layout dan sketsa lalu pewarna sampai tahap final desain.
Daftar Pustaka
Adlina, L. M., & Katoningsih, S. (2020). Permainan Ular Tangga Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berhitung Anak Usia 4-5 Tahun. http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/86124
Andrian, I. L., & Ehan. (2017). Egrang Batok Untuk Melatih Keterampilan Motorik Kasar
Siswa Tunanetra. Jassi Anakku, 18(2), 29–34.
https://ejournal.upi.edu/index.php/jassi/article/view/9691
14 | S a s t r a a n a k b u k a n l i s a n
jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/38/article/download/35822/31862
Diana Novitasari, V., Lani Anggapuspa, M., Desain, J., & Bahasa dan Seni, F. (2021).
Perancangan Buku Ilustrasi Makanan Tradisional Khas Kota Surabaya Untuk Anak Usia
9-12 Tahun. Jurnal Barik, 3(1), 111–121. https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/JDKV/
Hartatik, S., & Rahayu, D. W. (2018). Inovasi Model Pembelajaran Melalui Permainan
Tradisional “Lempar Karet” Untuk Mengajarkan Konsep Perkalian Bagi Siswa Sekolah
Dasar. Education and Human Development Journal, 3(2), 149–158.
https://doi.org/10.33086/ehdj.v3i2.55
Krissandi, Damai Sagita, A., Febriyanto, B., Agung, K., & Radityo, D. (2018). S a s t r a A n
a k. Kreativitas: Jurnal PKM Ilmu …, 2, 1–145.
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/creativity/article/view/10076%0Ahttp://
jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/creativity/article/download/10076/4131
Kuswidi, I., Lestari, D. F., Arfinanti, N., & Azka, R. (2021). Eksplorasi Etnomatematika pada
Permainan Tradisional Layangan (Pemahaman Materi Bangun Datar Layang-Layang
dan Pengembangan Karakter). Jurnal Pengembangan Pembelajaran Matematika, 3(2),
129–137. https://doi.org/10.14421/jppm.2021.32.129-137
Nuban, N. S., Wijaya, S. M., Rahmat, A. N., & Yuniarti, W. (2020). Makanan Tradisional
dari Ulat Sagu sebagai Upaya Mengatasi Malnutrisi pada Anak. Indonesian Journal of
Nursing and Health Sciences, 1(1), 25–36. https://doi.org/10.37287/ijnhs.v1i1.224
Paudia, J. P. (2011). Jurnal Penelitian PAUDIA, Volume 1 No. 1 2011. 1(1), 59–74.
Ramadanti, D., Sari, R. P., & Margaretha, L. (2023). Upaya Peningkatan Karakter Kejujuran
Anak B1 Melalui Permainan Tradisional Bola Bekel. 4(1), 11–14.
Susanti, Muhlihin, H. Y., & Sumardi. (2021). Manfaat Permainan Tradisional Lompat Tali
bagi Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 5-6 Tahun. Jurnal PAUD Agapedia, 5(1),
80–89.
Therapy, C., Gordon, V., Meditation, C., VanRullen, R., Myers, N. E., Stokes, M. G., Nobre,
A. C., Helfrich, R. F., Fiebelkorn, I. C., Szczepanski, S. M., Lin, J. J., Parvizi, J., Knight,
R. T., Kastner, S., Wyart, V., Myers, N. E., Summerfield, C., Wan-ye-he, L. I., Yue-de,
C. H. U., … No, S. (2018). No Title ثقثقثقثق,) ث ققثق(ثق ثقثقثق, ثبثبثب.بیبیب.
http://search.ebscohost.com/login.aspx?
15 | S a s t r a a n a k b u k a n l i s a n
direct=true&db=sph&AN=119374333&site=ehost-live&scope=site%0Ahttps://doi.org/
10.1016/j.neuron.2018.07.032%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/
j.tics.2017.03.010%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.neuron.2018.08.006
16 | S a s t r a a n a k b u k a n l i s a n