Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTEK FARMASI ANALISIS INSTRUMENTAL

MENGENAI KCKT I DAN II

DOSEN PENGAMPU :
Apt. Iswandi, S.Farm., M.Sc

Disusun Oleh :
ANGGOTA KELOMPOK 5
PRAKTEK C
1. Anggy Setyaningsih (A28226845)
2. Jasmine Nova Fortuna (A28226846)
3. Nikolia Wening Audrey (A28226847)
4. Yosina Kristiani Rihi (A28226848)
5. Ricky Romadhon (A28226849)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2023
I. TUJUAN
Untuk mengetahui dan memahami cara aplikasi kromatografi HPLC untuk penetapan
kadar sediaan obat dan mengetahui kecepatan aliran fase gerak.

II. DASAR TEORI


Kromatografi adalah suatu istilah umum yang digunakan untuk bermacam-
macam teknik pemisahan yang didasarkan atas partisi sampel diantara suatu rasa gerak
yang bisa berupa gas ataupun cair dan rasa diam yang juga bisa berupa cairan ataupun
suatu padatan. Penemu Kromatografi adalah Tswett yang pada tahun 1903, mencoba
memisahkan pigmen-pigmen dari daun dengan menggunakan suatu kolom yang berisi
kapur (CaSO4). lstilah kromatografi diciptakan oleh Tswett untuk melukiskan daerah-
daerah yang berwarna yang bergerak kebawah kolom. Pada waktu yang hampir
bersamaan, D.T. Day juga menggunakan kromatografi untuk memisahkan fraksi-fraksi
petroleum, namun Tswett lah yang pertama diakui sebagai penemu dan yang
menjelaskan tentang proses kromatografi.
Penyelidikan tentang kromatografi kendor untuk beberapa tahun sampai
digunakan suatu teknik dalam bentuk kromatografi padatan cair (LSC). Kemudian pada
akhir tahun 1930 an dan permulaan tahun 1940 an, kromatografi mulai berkembang.
Dasar kromatografi lapisan tipis (TLC) diletakkan pada tahun 1938 oleh Izmailov dan
Schreiber, dan kemudian diperhalus oleh Stahl pada tahun 1958. Hasil karya yang baik
sekali dari Martin dan Synge pada tahun 1941 (untuk ini mereka memenangkan Nobel)
tidak hanya mengubah dengan cepat kroinatografi cair tetapi seperangkat umum langkah
untuk pengembangan kromatografi gas dan kromatografi kertas. Pada tahun 1952 Martin
dan James mempublikasikan makalah pertama mengenai kromatografi gas. Diantara
tahun 1952 dan akhir tahun 1960 an kromatografi gas dikembangkan menjadi suatu
teknik analisis yang canggih.
Kromatografi cair, dalam praktek ditampilkan dalam kolom gelas berdiameter
besar, pada dasamya dibawah kondisi atmosfer. Waktu analisis lama dan segala prosedur
biasanya sangat membosankan. Pada akhir tahun 1960 an, semakin banyak usaha
dilakukan untuk pengembangan kromatografi cair sebagai suatu teknik mengimbangi
kromatografi gas. High Performance Liquid Chromatography (HPLC) atau
Kromatografi Cair Penampilan Tinggi atau High Preformance = Tekanan atau Kinerja
Tinggi, High Speed = Kecepatan Tinggi dan Modern = moderen) telah berhasil
dikembangkan dari usaha ini. Kemajuan dalam keduanya instrumentasi dan pengepakan
kolom terjadi dengan cepatnya sehingga sulit untuk mempertahankan suatu bentuk hasil
keahlian membuat instrumentasi dan pengepakan kolom dalam keadaan tertentu. Tentu
saja, saat ini dengan teknik yang sudah matang dan dengan cepat KCKT mencapai suatu
keadaan yang sederajat dengan kromatografi gas.

III. ALAT DAN BAHAN


Alat
- Serangkaian HPLC Shimadzu model LC – 10 AS yang dilengkapi dengan detector
UV-VIS SPD – 10 A, kolom C18 RP (fase balik) dan memproses data Class C – R10
- Labu ukur
- Pipet volume

Bahan

- Fase gerak meanol : air = 1:1


- Fase gerak methanol : air = 1:2
- Larutan parasetamol
- Larutan Caffein
- Larutan campuran parasetamol dan caffeine

IV. CARA KERJA


V. HASIL PENGAMATAN
VI. PEMBAHASAN
Prinsip kerja HPLC yaitu pada prinsipnya adalah pemisahan analit berdasarkan
kepolarannya, alat terdiri darikolom sebagai fase diam, dan larutan (air, methanol,
dan asam asetat glasial) sebagai fase geraknya. Pada praktikum kali ini digunakan
instrument HPLC dengan jenis kolom reserve phase (fase terbalik), dengan
menggunakan fase diam yang bersifat non polar sedangkan fase gerak polar.
Pada KCKT 1 pada sampel parasetamol dengan perbandingan 1,0 alir fase gerak
1:1 variabel N diperoleh hasil 2128,2464 cm, HETP diperoleh hasil 0,00704 cm, dan
Tf diperoleh hasil 3,125 cm. Pada sampel caffein dengan perbandingan 1,0 alir fase
gerak 1:1 variabel N diperoleh 2779,7504 cm, HETP diperoleh hasil 0,005396 cm,
dan Tf diperoleh hasil 4,5 cm. Dan pada campuran R diperoleh hasil 3,0814 cm.
Pada sampel parasetamol perbandingan kecepatan 1,0 alir fase gerak 1:2 variabel
N diperoleh hasil 81,10 cm, HETP diperoleh hasil 0,18495 cm, dan Tf diperoleh hasil
1,8571 cm. Pada sampel caffein dengan perbandingan 1,0 alir fase gerak 1:2 variabel
N diperoleh hasil 466,502 cm, HETP diperoleh hasil 0,03215 cm, dan Tf diperoleh
hasil 2,055 cm. Dan pada campuran, R diperoleh hasil 2,61452 cm.
Pada KCKT 2 pada sampel paracetamol dengan perbandingan kecepatan 1,0 mL
alir variable N diperoleh hasil 81,10 cm, HETP diperoleh hasil 0,18495 cm, dan Tf
diperoleh hasil 1,8571 cm. Pada sampel caffein dengan perbandingan kecepatan 1,0
mL alir variable N diperoleh hasil 466,502 cm, HETP diperoleh hasil 0,03215 cm,
dan Tf diperoleh hasil 2,055 cm. Dan pada campuran, R diperoleh hasil 2,61452 cm.
Pada sempel paracetamol perbandingan kecepatan 1,5 mL alir variable N
diperoleh hasil 297,27513 cm, pada HETP diperoleh hasil 0,050458 cm, dan pada Tf
diperoleh hasil 2,625 cm. Pada sampel caffein dengan perbandingan perbandingan
1,5 mL alir variable N diperoleh 1821,64 cm, pada HETP diperoleh hasil 0,0082343
cm, dan pada Tf diperoleh hasil 0,2571 cm. Dan pada campuran, R diperoleh hasil
1,5727 cm.

VII. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil data kami KCKT 1 dengan perbandingan 1:1 kecepatan alir
1,0 ml lebih baik dari perbandingan 1:2 kecepatan alir 1,0 ml. Sedangan KCKT 2
dengan perbandingan kecepatan alir 1,0 ml/menit lebih baik dari kecepatan alir 1,5
ml/menit.

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Ilmi Hazin, 2021, Makalah kromatografi cair kinerja tinggi.
Setiawan Roni, 2020, Laporan resmi anfar KCKT, Universitas Muhamadiyah
Kalimantan Timur.
Khaerunnisa Ida, 2014, Laporan Praktikum HPLC, Universitas Pendidikan
Indonesia Bandung

Anda mungkin juga menyukai