2•Oktober 2005
Edy Suhartono
Aktivis Ornop – SPSU dan JALA
Abstrak
Pengelolaan lahan pertanian tidak hanya menyangkut aspek teknis, tetapi biasanya juga kait-mengait
dengan sistem budaya, sistem sosial, dan kepercayaan yang hidup di dalam suatu komunitas. Modernisasi
pertanian selama beberapa dekade terakhir ini di satu sisi telah membawa dampak positif pada peningkatan
produktivitas lahan pertanian, tetapi di sisi lain juga mengakibatkan hilangnya tradisi-tradisi lokal dalam
pengelolaan pertanian. Tulisan ini menguraikan salah satu tradisi lokal yang masih bertahan hidup di
tengah perubahan zaman menuju globalisasi, yaitu tradisi bondang di Asahan.
102
Edy Suhartono Tradisi Bondang dan Tantangan Globalisasi: Studi Kasus...
Ada beberapa kebiasaan hidup yang persyaratan ini, kemudian dimasukkan ke dalam
diajarkan oleh Syekh Silo kepada para tanah. Selanjutnya berlangsunglah proses dialog
pengikutnya; yang ini kemudian mengakar antara datuk dengan kekuatan gaib setempat.
dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, yakni Pada saat acara buka Bondang, do’a
tradisi Jamu Laut dan Aktivitas Pertanian yang dipanjatkan biasanya berisi pengharapan
Bondang. Salah satunya yang akan diungkap di agar bibit yang akan ditanam memberikan hasil
sini adalah aktivitas pertanian Bondang. yang memuaskan. Akan halnya proses dialog,
Aktivitas pertanian ini merupakan bentuk isinya tidak jauh beda; yakni mengharapkan
kearifan tradisional masyarakat dalam rangka penjagaan dari kekuatan gaib agar tanamannya
pengelolalan lingkungan hidup, khususnya di benar-benar memberikan hasil yang melimpah
bidang pertanian. Acara ini dibuat dalam upaya dan dihindarkan dari segala bentuk kesulitan
membentuk tertib tanam padi serentak. yang mungkin terjadi; khususnya yang berasal
Berdasarkan catatan almarhum Syekh Silo dari dunia gaib. Sementara itu, pada acara tutup
kegiatan pertanian Bondang ini sudah dilakukan Bondang proses dan substansi acara tidak jauh
sejak tahun 1925. Kegiatan ini merupakan berbeda, namun lebih ditekankan pada
perpaduan antara nilai-nilai yang terkandung di pengungkapan tanda rasa syukur atas hasil panen
dalam agama Islam serta kepercayaan tradisional padi. Pada kedua acara (buka dan tutup
masyarakat terhadap adanya kekuatan gaib di Bondang) akan dipimpin oleh seorang pengetua
dalam aktivitas pertanian. adat (datuk), ustadz serta tokoh masyarakat.
Sebagai acara terakhir, setelah
Aktivitas Bondang pembacaan do’a dan acara dialog dengan
Bondang adalah istilah dalam bahasa kekuatan gaib selesai dilanjutkan dengan acara
Melayu untuk menyebut lahan. Aktivitas tepung tawar; yakni menepungtawari bibit
Bondang baik pada saat buka maupun tutup tanaman yang akan ditanam. Acara
secara umum dapat dilihat dalam beberapa penepungtawaran ini sambil diiringi dengan
tahapan proses, yakni: (1) potong ayam; (2) teriakan “menjadi padi” maksudnya adalah agar
nasehat dari tokoh adat tentang arti penting bibit yang akan ditanam nantinya dapat benar-
Bondang; (3) zikir dan do’a; (4) dialog dengan benar menghasilkan padi yang baik. Setelah
kekuatan gaib; (5) tepung tawar bibit. Kegiatan seluruh prosesi acara selesai dilanjutkan dengan
ini biasanya dimulai dengan penyembelihan acara makan bersama.
ayam yang dibawa oleh warga desa di tempat
tertentu. Darah sembelihan, tulang belulang sisa Sistem Sosial
makanan serta kotoran hewan sembelihan Tak dapat dipungkiri bahwa kedudukan
diletakkan di tempat yang telah ditetapkan Syekh Silo di seantero Asahan cukup dikenal
sebagai persembahan. Selanjutnya warga desa baik, dan cukup mengakar khususnya di Desa
berkumpul di tempat tersebut dan membaca Silo Lama. Sebagai pendatang serta perintis di
takhtim, takhlil, dan do’a serta menepungtawari daerah ini, kehadiran Syekh Silo cukup memberi
benih yang dibawa oleh masing-masing warga. pengaruh terhadap kehidupan di masyarakat. Hal
Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan hasil ini terbukti dengan terbentuknya karakter dan
panen yang memuaskan serta terhindar dari kebiasaan hidup di masyarakat yang sepenuhnya
gangguan hama dan sebagainya. Selain mengacu dari ajaran dan aturan yang diterapkan
pembacaan do’a bersama, juga dilakukan proses oleh Syekh Silo. Sebagai misal, dalam hal
dialog antara seorang datuk dengan kekuatan ketaatan terhadap peraturan dan larangan yang
gaib melalui medium yang terdiri dari beras telah ditetapkan, maka akan ada ganjaran atau
(warna kuning dan putih) serta jagung yang hukuman yang sifatnya mendidik. Seperti
diletakkan dalam satu wadah yang beralaskan larangan mencuri, tidak boleh berzina, tidak
daun. Di atas beras dan jagung ini kemudian boleh mabuk-mabukan, tidak boleh berjudi,
diletakkan 4 buah telur (yang bagian atasnya tidak boleh menipu. Setiap yang melakukan
telah dilubangi). Telur ini diletakkan bersisian, pelanggaran terhadap larangan yang telah
masing-masing dengan sebatang rokok dan ditetapkan akan dikenakan ganjaran; yang
wadah pembungkus yang terbuat dari daun. sifatnya mendidik.
Rokok diletakkan di antara telur dan Tinjauan secara etnisitas, warga
pembungkus daun. Kesemua perlengkapan masyarakat yang bermukim di desa ini sebagian
103
Jurnal Antropologi Sosial Budaya ETNOVISI•Vol. 1•No.2•Oktober 2005
besar terdiri dari etnis Melayu dan Jawa serta sebenarnya meliputi sistem dan pola-pola
Batak Toba dalam jumlah yang relatif lebih tingkah laku masyarakat yang menjadi suatu
sedikit. Warga masyarakat di desa ini pada kebiasaan dan kecenderungan umum dari
umumnya bekerja sebagai petani, di samping masyarakatnya.
pekerjaan lain seperti pedagang, pegawai negeri, Sistem budaya yang mengacu sistem dan
sektor informal dan home industry. Selain pola-pola kelakuan masyarakat sesungguhnya
agama Islam, di desa ini juga terdapat penganut implisit dan menjadi bagian integral dari sistem
agama Kristen Protestan dan Katolik. nilai budaya. Sistem nilai budaya inilah yang
Kedatangan suku bangsa Batak di daerah ini menjadi dasar bagi terbentuknya karakter dan
diperkirakan berasal dari daerah Tapanuli Utara kepribadian masyarakat. Pada masyarakat Desa
pada masa penjajahan Belanda sebagaimana Silo Lama, karakter dan kepribadian yang
yang diungkap Cunningham dalam The Postwar dilandasi oleh nilai-nilai hidup agama Islam
Migration of Toba Batak to East Sumatra, sebenarnya cukup relevan dengan entitas Melayu
(1958). sebagai sebuah etnik yang notabene nilai-nilai
Meskipun Syekh Silo sudah tidak ada, budayanya banyak merujuk pada agama Islam.
namun ajaran-ajaran beliau melalui tarekat Al Di sini terlihat betapa sistem nilai yang
Satariyah yang diajarkan kepada masyarakat terkandung di dalam agama (baca: Islam) pada
cukup mengakar dan mewarnai dinamika akhirnya mampu mewarnai corak dan nilai-nilai
kehidupan sosial di dalam masyarakat. Seiring budaya Melayu.
dengan perjalanan waktu, sosok dan kharisma Sebagai salah satu bentuk ekspresi dan
Syekh Silo sebagai tokoh panutan di wilayah ini manifestasi dari sistem budaya yang ada pada
tampaknya akan ditentukan oleh waktu dan masyarakat Desa Silo Lama, dapat dilihat dari
Jama’ah tarekat Al Satariyah yang ada di daerah adanya budaya pencak silat yang merupakan
ini. Sejauh tarekat ini masih eksis di tengah- kebudayaan tradsional yang acap dilakukan oleh
tengah masyarakat, maka dengan sendirinya masyarakat pada setiap bulan Syawal, tepatnya
sistem sosial yang sudah terbangun selama ini satu minggu setelah Hari Raya Idul Fitri.
akan terus mampu bertahan. Hal ini sekaligus Kegiatan ini, selain dimaksudkan untuk menjaga
menentukan bagi hidup matinya tradisi Bondang dan membina kesehatan jasmani, pun juga
sebagai sebuah momentum kegiatan pertanian dimaksudkan untuk untuk membina keluarga,
yang merupakan warisan dari ajaran Syekh Silo. hubungan kerabat, dan jama’ah. Budaya pencak
Karena ajaran Al Satariyah cukup begitu ini pada dasarnya merupakan media bagi
kuat di daerah ini, yang inti ajarannya mengacu masyarakat khususnya jama’ah Al Satariyah
dan merupakan perluasan dari nilai-nilai ajaran untuk membina mental spritual dan fisik
Islam dengan sendirinya telah menjadi penopang sekaligus berdasarkan ajaran-ajaran agama Islam
dan sendi-sendi kehidupan di dalam masyarakat. yang dirangkai dengan budaya dan seni beladiri
Dengan kata lain, sistem sosial yang menjadi Melayu.
dasar bentukan kehidupan masyarakat
sepenuhnya berada dalam kaidah nilai-nilai Sistem Teknologi
agama Islam. Oleh karenanya, realitas sistem Salah satu sistem yang cukup
sosial yang ada di desa ini sebenarnya bisa menunjang dalam kehidupan manusia adalah
dilihat dari kehidupan di dalam jama’ah tarekat sistem teknologi. Sistem ini sedemikian rupa
Al Satariyah. sehingga selalu saja mengikuti perkembangan
zaman. Pada beberapa kelompok masyarakat,
Sistem Budaya perkembangan sistem teknologi sangat
Mengingat kuatnya pengaruh ajaran dipengaruhi oleh sistem pengetahuan yang
Syekh Silo di desa ini, dengan sendirinya telah berkembang di tengah-tengah masyarakat. Pada
merasuk di dalam pola-pola kehidupan masyarakat Desa Silo Lama, sesuai dengan
masyarakat. Jika sistem budaya dimaknai konteks sosial masyarakat serta latar geografi
sebagai sistem perilaku, maka sistem budaya perkembangan peradabannya masih berada
masyarakat di Desa Silo Lama identik dengan dalam konteks agraris. Relevan dengan
sistem nilai yang dibangun oleh Syekh Silo kenyataan ini, maka teknologi yang berkembang
melalui tarekat Al Satariyah yang diajarkannya. adalah teknologi yang berbasis pada realitas
Karena apapun alasannya sistem budaya agraris. Namun hingga saat ini, dengan masih
104
Edy Suhartono Tradisi Bondang dan Tantangan Globalisasi: Studi Kasus...
105
Jurnal Antropologi Sosial Budaya ETNOVISI•Vol. 1•No.2•Oktober 2005
dan adat istiadat akan menghadapi tantangan masyarakat pendukungnya. Harapannya, tentu,
globalisasi serta modernisasi yang semakin melalui identifikasi dan dokumentasi tradisi
kerap melanda kebudayaan manusia; yang Bondang ini, nilai-nilai positif, khususnya dalam
sewaktu-waktu dapat menggerus tradisi ini dari rangka pengelolaan lingkungan hidup yang
tengah-tengah masyarakat. Persoalannya, selaras dengan alam dan berkelanjutan dapat
sejauhmana tradisi Bondang ini mampu terus terus dipertahankan.
bertahan? tentunya ini sangat tergantung pada
Daftar Pustaka
Bunch, Roland. 1991. Dua Tongkol Jagung: Pedoman Pengembangan Pertanian Berpangkal pada
Rakyat. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Joachim Metzner & N. Daldjoeni (Penyunting).1987. Ekofarming: Bertani Selaras Alam. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.
Lerner, Daniel. 1983. Memudarnya Masyarakat Tradisional. Yogyakarta: Penerbit Gajah Mada
University Press.
Lister Berutu dkk. 1998. Tradisi dan Perubahan: Konteks Masyarakat Pakpak Dairi. Medan:
Penerbit Monora.
Usman Pelly. 1994. Urbanisasi dan Adaptasi: Peranan Misi Budaya Minangkabau dan
Mandailing.
Jakarta: Penerbit LP3ES.
Ecology and Farming, Magazine No. 14, Januari – April 1997, IFOAM, Germany, 1997.
Riwayat Hidup dan Perjuangan Syekh Abdurrahman Silau (Syekh Silau Laut), diterbitkan dalam
rangka Haul setengah abad (ke – 50) , 24 Desember 1989.
106