Anda di halaman 1dari 13

Sistem

Politik di
Dunia Islam
(Tunisia)
Kelompok 9
Anggota Kelompok 9

Endah Suci
01. 02. Glagah Arum
Setyoningrum 126103211056
126103211049

03. Lia Susi Ratnasari 04. M. Zakki Muaqfiq


126103211068 12610321176
Sistem Pemerintahan Tunisia
Sistem pemerintahan di Tunisia adalah Republik Semi-presidensial. Dengan presiden sebagai kepala
negara dan perdana menteri sebagai kepala pemerintahan. Presiden dipilih secara langsung untuk masa
jabatan lima tahun, dan menunjuk kandidat partai yang memenangkan suara terbanyak dalam pemilihan
legislatif untuk membentuk pemerintahan. Parlemen Tunisia terdiri dari Majelis Perwakilan Rakyat, dengan 217
kursi. Tunisia adalah negara demokrasi pertama di dunia Arab, dan memiliki indeks pembangunan manusia
yang tinggi. Tunisia juga merupakan anggota dari Liga Arab, Uni Afrika, dan Organisasi Kerjasama Islam.

Tunisia mengalami transisi demokratis setelah revolusi 2011 yang menggulingkan rezim otoriter Zine El
Abidine Ben Ali. Sejak itu, negara ini telah mengadopsi konstitusi baru pada 2014, yang menjamin hak-hak sipil,
politik, dan sosial bagi warga negara, serta kebebasan beragama dan berekspresi. Tunisia juga telah
menyelenggarakan pemilihan umum yang bebas dan adil untuk memilih presiden, parlemen, dan dewan lokal.
Tunisia adalah satu-satunya negara di dunia Arab yang dianggap sebagai demokrasi penuh oleh Indeks
Demokrasi Economist Intelligence Unit. Tunisia adalah negara yang memiliki sejarah, budaya, dan potensi yang
kaya. Negara ini juga merupakan contoh penting bagi proses demokratisasi di kawasan Arab dan Afrika. Untuk
mempertahankan dan memperkuat pencapaiannya, Tunisia membutuhkan stabilitas politik, reformasi ekonomi,
inklusi sosial, dan dukungan internasional.
Partai Politik
Tunisia memiliki sistem multipartai yang mencerminkan keragaman
pandangan dan ideologi masyarakatnya. Sejak revolusi 2011, jumlah partai
politik yang disahkan di Tunisia ada lebih dari 100 partai resmi, termasuk
beberapa partai yang ada di bawah rezim sebelumnya. Salah satu partai
politik yang paling berpengaruh di Tunisia adalah Ennahda, sebuah partai
Islam moderat yang memenangkan pemilu legislatif tahun 2019. Partai ini
didirikan pada tahun 1981 dan telah memainkan peran penting dalam transisi
demokrasi di Tunisia. Partai ini berhaluan kanan dengan ideologi
konservatisme sosial, liberalisme ekonomi, dan demokrasi Islam. Pemimpin
partai Ennahda, Rached Ghannouchi, adalah ketua parlemen saat ini.
Berikut adalah beberapa partai politik utama di Tunisia selain Ennahda:
● Nidaa Tounes adalah partai sekuler yang didirikan pada tahun
2012 oleh bekas presiden Tunisia, Moncef Marzouki. Partai ini
pernah menjadi partai terbesar di Tunisia pada tahun 2014.
● Afek Tounes adalah partai sekuler yang didirikan pada tahun
2011. Partai ini mendukung reformasi ekonomi dan sosial.
● Popular Front adalah partai kiri yang didirikan pada tahun
2012. Partai ini mendukung keadilan sosial dan ekonomi.
● Tahya Tounes adalah partai sekuler yang didirikan pada tahun
2014. Partai ini mendukung reformasi politik dan ekonomi.
Konstitusi
Konstitusi di Tunisia adalah dokumen hukum ● Konstitusi pertama adalah Pakta
yang mengatur sistem politik, hak-hak warga, dan Fundamental 1857, yang memberikan hak-hak
lembaga-lembaga negara di Republik Tunisia. sipil kepada warga Tunisia di bawah
Konstitusi saat ini disahkan pada tahun 2014, kekuasaan Kesultanan Utsmaniyah
setelah revolusi yang menggulingkan rezim otoriter ● Konstitusi kedua adalah Konstitusi 1861,
sebelumnya. Konstitusi ini mengakui Islam yang menjadikan Tunisia sebagai monarki
sebagai agama negara, tetapi juga menjamin konstitusional pertama di dunia Arab
kebebasan beragama, kesetaraan gender, dan ● Konstitusi ketiga adalah Konstitusi 1959,
perlindungan hak asasi manusia. Konstitusi ini yang dibuat setelah kemerdekaan Tunisia dari
juga menetapkan sistem pemerintahan semi- Prancis, dan memberlakukan sistem republik
presidensial, dengan pembagian kekuasaan satu partai yang dipimpin oleh Habib
antara presiden, perdana menteri, dan Bourguiba dan kemudian Zine El Abidine Ben
parlemen. Ali
● Konstitusi 2014 adalah konstitusi keempat
dalam sejarah Tunisia.
Sistem Hukum
Sistem hukum di Tunisia adalah sistem hukum campuran yang menggabungkan
unsur-unsur dari hukum perdata Prancis, hukum Islam, dan hukum adat. Konstitusi
Tunisia adalah sumber hukum tertinggi di negara ini, dan menjamin hak-hak dasar
warga negara seperti kebebasan, kehormatan, keadilan, dan ketertiban. Hukum
keluarga di Tunisia juga mengalami pembaharuan sejak kemerdekaan dari Prancis
pada tahun 1956, dengan melarang poligami, menghapuskan pengadilan syariah,
dan memberikan hak-hak lebih besar bagi perempuan dan anak-anak. Tunisia adalah
satu-satunya negara demokrasi di Dunia Arab, dan memiliki indeks pembangunan
manusia yang tinggi.
Mekanisme Kelembagaan
Eksekutif Legislatif Yudikatif
Dipimpin oleh Presiden dan Diwakili oleh Majelis Dikepalai oleh Mahkamah
Perdana Menteri Perwakilan Rakyat Konstitusi
 Presiden adalah kepala negara yang dipilih secara langsung oleh rakyat untuk masa jabatan 5 tahun.
Presiden berwenang mengangkat menteri pertahanan, luar negeri, dan dalam negeri, serta mengajukan
referendum, membubarkan parlemen, dan mengumumkan keadaan darurat.
 Perdana menteri adalah kepala pemerintahan yang diusulkan oleh presiden dan disetujui oleh parlemen.
Perdana menteri bertanggung jawab atas kebijakan domestik, ekonomi, dan sosial, dan mengangkat
menteri-menteri lainnya, kecuali 3 menteri yang diangkat oleh presiden.
 MPR adalah badan legislatif unikameral yang terdiri dari 217 anggota yang dipilih secara proporsional untuk
masa jabatan 5 tahun. MPR berwenang membuat undang-undang, mengawasi pemerintah, dan
memberikan persetujuan kepada perdana menteri yang diusulkan oleh presiden.
 MK adalah lembaga yudikatif tertinggi yang bertugas meninjau kesesuaian undang-undang dengan
konstitusi, menyelesaikan sengketa antara lembaga-lembaga negara, dan mengawasi proses pemilu. MK
terdiri dari 12 hakim yang ditunjuk untuk masa jabatan 9 tahun, dengan 4 hakim diusulkan oleh presiden, 4
hakim diusulkan oleh perdana menteri, dan empat hakim diusulkan oleh parlemen.
Revolusi Tunisia
Revolusi di Tunisia adalah sebuah peristiwa sejarah yang terjadi pada tahun
2010-2011, sebuah gerakan rakyat yang menentang rezim otoriter Presiden Zine
Ben Ali, yang telah berkuasa sejak 1987. Gerakan ini dimulai pada akhir tahun
2010, ketika seorang pedagang buah bernama Muhammad Bouazizi membakar
dirinya sendiri sebagai protes terhadap penindasan dan ketidakadilan yang
dialaminya. Aksi ini memicu gelombang demonstrasi dan protes di seluruh
Tunisia, yang menuntut reformasi politik, sosial, dan ekonomi. Gerakan ini
dikenal dengan nama Revolusi Melati, karena melati adalah bunga nasional
Tunisia. Revolusi Melati berhasil menggulingkan Ben Ali pada 14 Januari 2011,
setelah ia melarikan diri ke Arab Saudi. Revolusi ini juga menjadi inspirasi bagi
gerakan pro-demokrasi di negara-negara Arab lainnya, seperti Mesir, Libya,
Yaman, dan Suriah, yang disebut sebagai Arab Spring. Revolusi ini dianggap
sebagai salah satu peristiwa penting dalam sejarah Tunisia dan Timur Tengah,
karena berhasil mengakhiri era kekuasaan otoriter dan membuka jalan bagi
demokratisasi dan perubahan sosial.
Demokrasi Tunisia
Setelah revolusi, Tunisia berhasil melakukan transisi
menuju demokrasi dengan menyelenggarakan pemilihan
umum yang bebas dan adil untuk memilih Majelis
Konstituante pada tahun 2011, Presiden dan Parlemen
pada tahun 2014, dan Presiden dan Parlemen lagi pada
tahun 2019. Tunisia juga mengesahkan konstitusi baru
pada tahun 2014, yang mengakui hak-hak sipil, politik,
sosial, dan ekonomi rakyatnya, termasuk kesetaraan
gender dan kebebasan beragama. Meskipun demikian,
proses demokrasi di Tunisia masih menghadapi berbagai
tantangan, seperti krisis ekonomi, ketidakstabilan
keamanan, polarisasi politik, korupsi, dan ketidakpuasan
sosial. Tunisia juga masih mencari model pemerintahan
yang sesuai dengan identitas dan aspirasi rakyatnya,
yang mencerminkan nilai-nilai Islam dan demokrasi. Oleh
karena itu, proses demokrasi di Tunisia membutuhkan
komitmen, partisipasi, dan dialog dari semua pihak yang
terlibat, agar dapat mencapai kemajuan dan
kesejahteraan bagi bangsa dan negaranya.
Rangkaian Peristiwa Penting

Oktober 2011 Januari 2014 Oktober 2014


Pengadaan pemilu pertama yang Pengesahan konstitusi baru yang Pengadaan pemilu legislatif dan
bebas dan demokratis untuk mengakui hak-hak sipil, presiden yang kedua, yang
memilih Majelis Konstituante kebebasan beragama, dimenangkan oleh partai sekuler
yang bertugas menyusun kesetaraan gender, dan sistem Nidaa Tounes dan kandidat
konstitusi baru pemerintahan semi-presidensial independen Beji Caid Essebsi

Desember 2015 September 2019 Juli 2021


Penerimaan Hadiah Nobel Pengadaan pemilu legislatif dan Presiden Kais Saied
Perdamaian atas peran Kelompok presiden yang ketiga, yang memberlakukan keadaan
Kuartet Dialog Nasional yang dimenangkan oleh partai Islam darurat, membubarkan parlemen,
membantu menyelesaikan krisis politik moderat Ennahda dan kandidat dan memberhentikan perdana
dan transisi demokrasi di negara luar negeri Kais Saied menteri.
tersebut
Perbandingan Sistem Politik
Kriteria Indonesia Tunisia

Bentuk Pemerintahan Republik Republik

Bentuk Negara Kesatuan Kesatuan

Sistem Pemerintahan Presidensial Semi-presidensial

Sistem Kepartaian Multi-partai Multi-partai

Presiden dan Perdana


Eksekutif Presiden
Menteri

Dewan Perwakilan Rakyat


Legislatif dan Dewan Perwakilan Majelis Perwakilan Rakyat
Daerah

Mahkamah Agung,
Mahkamah Konstitusi dan
Yudikatif Mahkamah Konstitusi dan
Sistem Peradilan
Komisi Yudisial
—Kesimpulan
Tunisia adalah negara pertama yang mengalami gelombang demokratisasi yang
dikenal sebagai Arab Spring pada 2011, ketika rakyatnya berhasil menggulingkan
Presiden Zine al-Abidine Ben Ali yang berkuasa selama 23 tahun. Sejak itu, Tunisia
telah mengadakan beberapa pemilu yang dianggap bebas dan adil, serta membentuk
konstitusi baru yang mengakui hak-hak sipil dan politik. Namun, Tunisia juga
menghadapi tantangan-tantangan besar, seperti pertumbuhan ekonomi yang lambat,
pengangguran yang tinggi, ketimpangan sosial, dan ancaman terorisme. Krisis politik
terbaru di Tunisia menimbulkan pertanyaan tentang masa depan demokrasi dan
stabilitas di negara itu. Situasi politik di Tunisia saat ini sedang mengalami krisis,
setelah Presiden Kais Saied membekukan parlemen dan memecat Perdana Menteri
Hichem Mechichi pada 25 Juli 2021. Langkah ini dianggap sebagai kudeta oleh
sebagian pihak, termasuk partai terbesar di parlemen, Ennahda². Presiden Saied
mengklaim bahwa ia bertindak sesuai dengan konstitusi dan untuk menyelamatkan
negara dari korupsi dan krisis ekonomi. Namun, oposisi dan sejumlah negara asing,
seperti Amerika Serikat, Prancis, dan Turki, mengkhawatirkan dampaknya terhadap
demokrasi dan hak asasi manusia di Tunisia.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai