Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

FARMASI SOSIAL (L)

OUTCOME PENGOBATAN PADA DEWASA DAN MANULA

Dosen Pengampu : Dr. apt. Lili Musnelina, M. Si


DISUSUN OLEH :
KELOMPOK V :
HARI SETIAWAN 22334767
FRISKA MARTIKA LUMBAN GAOL 22334769
LURI YANTI SINAGA 22334770

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata
kuliah FARMASI SOCIAL ini dengan tepat waktu.
Adapun makalah farmasi social ini telah kami kerjakan semaksimal mungkin dengan bantuan dari banya
k pihak , sehingga dapat memperlancar proses pembuatan makalah ini. Olehsebab itu, kami juga ingin
menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu makalah.
Kami menyadari bahwa
dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa, tanda baca,
maupun isi. Maka dari itu, dengan lapang dada kami membuka seluas-luasnya pintu bagi para pembaca
yang ingin memberikan kritik ataupun sarandemi penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah farmasi
social dapat bermanfaat danmenambah wawasan bagi para pembaca.

Jakarta, Oktober 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................1

DAFTAR ISI........................................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................4
1.3 Tujuan.......................................................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................5


2.1 Definisi dari farmakoekonomi.......................................................................................5
2.2 Pengukuran outcome terapi atau pengobatan............................................................6
2.3 Iuaran ekonomi, luaran klinik, dan humanistic.........................................................7
2.3.1 Iuaran Ekonomi....................................................................................................7
2.3.2 Iuaran Klinik......................................................................................................10
2.3.3 Iuaran Humanistic..............................................................................................11
2.4 Kegunaan pengukuran luaran pelayanan kesehatan................................................11
2.5 Dosis........................................................................................................................11
2.3.1 Dosis Maksimum................................................................................................12
2.3.2 Dosis Maksimum Gabungan (DM Sinergis)......................................................12
2.3.2 Dosis Manula.....................................................................................................12
2.6 Terapi .......................................................................................................................13

BAB III PENUTUP..............................................................................................................14


3.1 Kesimpulan...............................................................................................................14
3.2 Saran.........................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat ke pasien
yangmengacu kepada pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care). Kegiatan pelayanan
kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi
menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup
dari pasien.
Perubahan orientasi ini mengharuskan apoteker untuk memiliki peran yang lebih luas
darihulu ke hilir ke hilir mulai dari pembuatan, pengawasan, penyerahan hingga
pemastian bahwa obat yang akan digunakan oleh pasien memenuhi prinsipprinsip rasionalitas.
Apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku untuk dapat
meningkatkan interaksi langsung dengan pasien.
Peran farmasi klinik sendiri memberikan dampak yang baik terhadap berbagai outcometerapi
atau pengobatan pada pasien, baik dari sisi humanistic (kualitas hidup, kepuasan), sisi klinik
(control yang lebih baik pada penyakit kronis), dan sisi ekonomis (pengurangan biaya
kesehatan). Hal ini diperoleh terutama dengan melakukan pemantauan resep dan pelaporan
efek samping obat.
Lingkungan pelayanan kesehatan yang sensitive terhadap biaya saat ini
menciptakantempat kerja yang kompetitif dan menantang bagi tenaga kesehatan. Tantangan
bagi tenaga kesehatan untuk menyediakan pelayanan kesehatan yang bermutu dengan biaya
minimal. Mutu pelayanan kesehatan tidak boleh diabaikan karena masalah biaya. Saat ini
produk danpelayan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan harus mencerminkan nilai
farmakoekonomi yaitu keseimbangan antara luaran ekonomi, humanistic, dan klinik.
Farmakoekonomi yang merupakan bagian dari farmasi sosial merupakan bidang ilmu
yang bisa menyediakan cara sistematis untuk menghuitung luaran ini.
Luaran pelayanan kesehatan bisa diukur menggunakan ECHO model, yaitu Economic,
Clicinal dan Humanistic Outcome.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari farmakoekonomi?

2. Bagaimana pengukuran outcome terapi atau pengobatan?

3. Bagaimana luaran ekonomi, luaran humanistic, dan luaran klinik?

4. Apa kegunaan pengukuran luaran pelayanan kesehatan?

1.3 Tujuan Makalah

1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi dari farmakoekonomi

2. Mahasiswa dapat mengetahui pengukuran outcome terapi atau pengobatan

3. Mahasiswa dapat mengetahui luaran ekonomi, luaran humanistic, dan luaran klinik

4. Mahasiswa dapat mengetahui kegunaan pengukuran luaran pelayanan kesehatan


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi dari Farmakoekonomi


Farmakoekonomi adalah ilmu yang mengukur biaya dan hasil yang diperoleh
dihubungkan dengan penggunaan obat-obatan dalam perawatan kesehatan.
Farmakoekonomi juga didefinisikan sebagai deskripsi dan analisi dari biaya terapi dalam suat
u sistem pelayanan kesehatan. Lebih spesifik lagi adalah sebuah penilitian tentang proses
identifikasi , mengukur dan membandingkan biaya, resiko dan keuntungan dari
suatu program, pelayanan dan terapi.
Tujuan farmakoekonomi adalah membandingkan obat yang berbeda
untuk pengobatan pada kondisi yang sama. Selain itu juga membandingkan pengobatan yang
berbeda pada kondisi yang berbeda. Dimana hasilnya bisa dijadikan informasi yang dapat
membantu para pembuat kebijakan dalam menentukan pilihan atau alternatif-
alternatif pengobatan yang tersedia agar pelayanan kesehatan menjadi lebih efisien
dan ekonomis.
Informasi farmakoekonomi saat ini dianggap sama pentingnya dengan informasi khasiatdan
keamanan obat dalam menentukan pilihan obat mana yang akan digunakan. Farmakoekonomi
dapat diaplikasikan baik dalam skala mikro maupun skala makro.

Farmakoekonomi diperlukan karena adanya sumber daya yang terbatas, dimana hal
yang terpenting adalah bagaimana memberikan obat yang efektif dengan dana yang tersedia,
pengalokasian sumber daya yang tersedia secara efisien, kebutuhan pasiendimana dari sudut
pandang pasien adalah yang seminimal mungkin. Dengan keterbatasan sumber daya yang
tersedia dalam memberikan pelayanan kesehatan, maka sudah seyogyanya farmakoekonomi
dimanfaatkan dalam membantu membuat keputusan dan menentukan pilihan atas alternatif-
alternatif pengobatan agar pelayanan kesehatan menjadi lebih efisien dan ekonomis.
2.2 Pengukuran outcome terapi atau pengobatan

Kajian farmakoekonomi senantiasa mempertimbangkan dua sisi, yaitu biaya (cost) dan
hasil pengobatan (outcome). Kenyataannya, dalam kajian yang mengupas sisiekonomi dan
suatu obat/pengobatan ini, faktor biaya (cost) selalu diikutkan denganefektivitas
(effectiveness), utilitas (utility), atau manfaat (benefit) dari pengobatan (pelayanan) yang
diberikan.

Efektivitas merujuk pada kemampuan suatu obat dalam memberikan peningkatan


kesehatan (outcomes) kepada pasien dalam praktek klinik rutin (penggunaan sehari-hari di
dunia nyata, bukan di bawah kondisi optimal penelitian). Dengan mengaitkan pada
aspek ekonomi, yaitu biaya, kajian farmakoekonomi dapat memberikan besaran efektivitas-
biaya (cost-effectiveness) yang menunjukkan unit moneter (jumlah rupiah yang harus
dibelanjakan) untuk setiap unit indikator kesehatan klinis maupun nonklinis (misalnya, dalam
mg/dL penurunan kadarLDL dan/atau kolesterol total dalam darah) yang terjadi karena
penggunaan suatu obat. Semakin kecil unit moneter yang harus dibayar untuk mendapatkan
unit indikator kesehatan (klinis maupun non-klinis) yangdiinginkan, semakin tinggi nilai
efektivitas-biaya suatu obat.

Utilitas merujuk pada tambahan usia (dalam tahun) yang dapat dinikmati dalam
keadaan sehat sempurna oleh pasien karena menggunakan suatu obat. Jumlah tahun
tambahan usia (dibanding kalau tidak diberi obat) dapat dihitung secara kuantitatif, yang jika
dikalikan dengan kualitas hidup yang dapat dinikmati (katakanlah, setara dengan sekian
bagian sehat sempurna) akan memberikan unit yang disebut QualityAdjusted Life Years-
QALY atau jumlah tahun yang disesuaikan (JTKD). Dikaitkan dengan aspek biaya, kajian
farmakoekonomi ini akan memberikan unit utilitas-biaya(cost-utility) yang menunjukkan unit
moneter yang harus dikeluarkan untuk setiap JTKDyang diperoleh. Semakin kecil jumlah
rupiah yang harus dibayar untuk mendapatkantambahan JTKD, semakin tinggi utilitas-biaya
suatu obat.
Sementara itu, manfaat (benefit) merujuk pada nilai kepuasan yang
diperoleh pasien dari penggunaan suatu obat. Nilai kepuasaan ini dinyatakan dalam besaran
moneter setelah dilakukan konversi dengan menggunakan “nilai rupiah yang reladi bayarkan
untuk mendapat kepuasan tersebut” (willingness to pay). Semakin tinggi willingness to pay
relatif terhadap harga riil obat (cost), semakin layak obat tersebut dipilih.
Menurut donabedian, kerangka konsep untuk menilai dan memastikan
kualitas pelayanan kesehatan terdiri dari tiga komponen, yaitu struktur, proses dan luaran
atau hasil. Penelitian terhadap hasil atau luaran pelayanan kesehatan dibuat untuk
membantu pasien, pembayar dan pemelihara membuat pilihan pelayanan medis yang rasional
berdasarkan pengetahuan yang lebih baik tentang akibat dari pilihan tersebut bagi
kehidupan pasien. Farmakoekonomi yang merupakan bagian dari farmasi sosialmerupakan
bidang ilmu yang bisa menyediakan cara sistematis untuk menghuitung luaran ini. Luaran
pelayanan kesehatan bisa diukur menggunakan ECHO model, yaitu Economic, Clicinal dan
Humanistic Outcome.

2.3 Luaran ekonomi, luaran klinik, dan humanistic

2.3.1 Luaran Ekonomi


Luaran ekonomi adalah biaya langsung, tidak langsung dan intangible yang
dibandingkan dengan konsekuensi dan intervensi medis. Luaran ekonomi adalah pengaruh
akibat intervensi dari biaya pelayanan kesehatan, pengukuran dan analisis luaran
ekonomi menggunakan prinsip ekonomi atau farmakoekonomi.
Farmakoekonomi adalah ilmu yang mengukur biaya dan hasil yang diperoleh
dihubungkan dengan penggunaan obat dalam perawatan kesehatan. Farmakoekonomi juga
didefinisikan sebagai deskripsi dan analisis dari biaya terapi dalam suatu
sistem pelayanan kesehatan. Lebih spesifik lagi adalah sebuah penelitian tentang proses
identifikasi, pengukuran dan perbandingan biaya resiko dan keuntungan dari suatu program,
pelayanan dan terapi.
Tujuan farmakoekonomi adalah membandingkan obat yang berbeda
untuk pengobatan pada kondisi yg sama, selain itu juga membandingkan pengobatan yang ber
beda pada kondisi yang berbeda. Hasilnya dapat digunakan sebagai informasi yang dapat
membantu para pembuat kebijakan dalam menentukan pilihan atas alternatif-alternatif
pengobatan yang tersedia agar pelayanan kesehatan menjadi lebih efisien dan ekonomis.
Informasi farmakoekonomi saat ini dianggap sama pentingnya dengan informasi khasiat dan
keamanan obat dalam menentukan pilihan obat manayang akan digunakan.

Biaya pelayanan kesehatan dapat dikelompokkan menjadi 5 kategori yaitu :


a) Biaya langsung medis (direct medical care)
Biaya langsung medis adalah biaya yang dikeluarkan oleh pasien terkait dengan jasa
pelayanan medis, yang digunakan untuk mencegah atau mendeteksi suatu penyakit seperti
kunjungan pasien, obat-obat yang diresepkan, lama perawatan. Kategori biaya-biaya langsung
medis antara lain pengobatan, pelayanan untuk mengobati efek samping, pelayanan
pencegahan dan penanganan.
b) Biaya langsung nonmedis (direct nonmedical care)
Biaya langsung nonmedis adalah biaya yang dikeluarkan pasien tidak terkait langsung
dengan pelayanan medis, seperti transportasi pasien kerumah sakit, makanan, jasa pelayanan
lainnya yang diberikan pihak rumah sakit.
c) Biaya tidak langsung (indirect cost)
Biaya tidak langsung adalah biaya yang dapat mengurangi produktivitas pasien
atau biaya yang hilang akibat waktu produktif yang hilang. Sebagai contoh pasien
kehilangan pendapatan karena sakit yang berkepanjangan sehingga tidak dapat
memberikan nafkah pada keluarganya, pendapatan berkurang karena kematian yang
cepat.
d) Biaya tak terduga (intangible cost)
Biaya tak terduga merupakan biaya yang dikeluarkan bukan hasil tindakan medis,
tidak dapat diukur dalam mata uang. Biaya yang sulit diukur seperti rasa nyeri atau cacat,
kehilangan kebebasan, efek samping. Sifat psikologis, sukar dikonversikan dalam nilai mata
uang.
e. Biaya peluang (opportunity cost)
Biaya peluang merupakan menunjukkan besarnya manfaat ekonomis ketika
membatalkan suatu alternatif terapi sebagai pengganti terapi alternatif terbaik
berikutnya, dimana manfaat itu telah terbukti.
Dalam proses produksi atau pemberian pelayanan kesehatan, biaya dapatdibedakan menjadi
sebagai berikut :
a) Biaya rerata an biaya marjinal
Biaya rerata adalah jumlah biaya per unit hasil yang diperoleh, sementara biaya
marjinal adalah perubahan biaya atas penambahan atau pengurangan unit hasil yang
diperoleh. Sebagai contoh, jika sebuah cara pengobatan baru memungkinan pasien pulang
dari rumah sakit sehari lebih cepat dibanding cara pengobatan lama mungkin akan terpikir
untuk menghitung biaya rerata rawat inap sebagai penghematan sumber daya. Kenyataannya,
semua biaya tetap yang terhitung kedalam biaya tetap tersebut (misalnya, biaya laboratorium
tidak mengalami perubahan). Yang berubah hanyalah biaya yang terkait dengan lamanya
pasien dirawat (biaya makan, pengobatan, jasa dokter dan perawat) inilah biaya marjinal,
biaya yang betul-betul mengalami perubahan.
b) Biaya tetap dan biaya variable
Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak berubah dengan
perubahan kuantitas atau volume produk atau layanan yang diberikan dalam jangka pendek
(umumnya dalam rentang waktu 1 tahun atau kurang), misalnya gaji karyawan dan
depresiasi aset. Sementara itu, biaya variable berubah sering perubahan hasil yang
diperoleh, seperti komisi penjualan dan biaya penjualan obat.
c) Biaya tambahan (ancillary cost)
Biaya tambahan adalah biaya atas pemberian tambahan pelayanan pada suatu prosedur
medis, misalnya jasa laboratorium, skining sinar-X, dananestesi.
d) Biaya total
Biaya total adalah biaya keseluruhan yang harus dikeluarkan untuk memproduksi
serangkaian pelayanan kesehatan. Selain itu, masih ada beberapa istilah biaya lainnya yang
bersifat teknisterkait dengan perawatan Kesehatan.
Beberapa biaya yang juga sering diperhitungkan dalam telaah ekonomikesehatan tersebut
antara lain :
a) Biaya perolehan (acqusition cost)
Biaya perolehan adalah biaya atas pembelian obat, alat kesehatan dan/atauintervensi
kesehatan, baik bagi individu pasien maupun institusi.
b) Biaya yang diperkenankan (allowable cost)
Biaya yang diperkenankan adalah biaya atas pemberian pelayanan atauteknologi
kesehatan yang masih dapat ditanggung oleh penyelenggara jaminankesehatan atau
pemerintah pasien maupun institusi.

c) Biaya pengeluaran sendiri (out-of-pocket cost)


Biaya pengeluaran sendiri adalah porsi biaya yang harus dibayar olehindividu pasien
dengan uangnya sendiri. Sebagai contoh, iur biaya pesertasuransi kesehatan.
d) Biaya peluang (opportunity cost)
Biaya peluang adalah biaya yang timbul akibat pengambiln suatu pilihanyang
mengorbankan pilihan lainnya. Bila seorang pasien memutuskan untukmembeli obat A, dia
akan terkena biaya peluang karena tak dapatmenggunakan uangnya untuk hal terbaik lainnya,
termasuk pendidikan,liburan, dan sebagainya.
Identifikasi jenis-jenis biaya dapat berkembang sesuai kasus yang dikaji. Jenis
biaya yang disertakan dalam kajian farmakoekonomi tergantung pada pertanyaan yang
ingin dijawab. Terkait dengan hal ini, secara umum hasil kajian farmakoekonomi dapat
diukur daeri 3 perspektif : masyarakat, kelembagaan (pengambil kebijakan, penyedia
pelayanan kesehatan, asuransi kesehatan), dan individu (misalnya pasien).

2.3.2 Luaran Klinik

Pengukuran perubahan status kesehatan karena intervensi pelayanan kesehatan.


a) Intermediate : blood pressure, glucose, LDL-cholesterol
b) Final : stroke, myocardial infarction, death.
Evaluasi luaran klinik dilakukan dengan uji klinik atau post-marketing reports
Contoh :
a) Efek penyakit pada pasien.
b) Efek obat pada pasien.
c) Efek kepatuhan dan adherence pada pasien.
d) Efek sistem penghantaran pelayanan kesehatan pada pasien.
Cara untuk mengukur hasil/luaran atau Langkah-langkah yang digunakan untukmengukur
hasil dari minat harus sesuai dengan perspektif klinis yang dipilih.
Yang penting ukuran hasil klinis :
a) Kelangsungan hidup.
b) Hasil fungsional.
c) Kualitas hidup.

2.3.3 Luaran Humanistic

Hasil humanistik adalah hasil pasien yang dilaporkan seperti kepuasan pasien dan
kualitas kesehatan yang berhubungan dengan kehidupan. Informasitentang dampak produk
farmasi dan jasa terhadap kualitas hidup dapat memberikan data tambahan untuk pembuatan
kebijakan kesehatan dan keputusan klinis.

Kualitas hidup sebagai masukan untuk pengambilan keputusan klinis


ditingkat pasien juga sangat penting. Misalnya, pengobatan alternatif mungkin
memiliki khasiat yang sama berdasarkan parameter klinis tradisional (misalnya penurunan
tekanan darah) tetapi menghasilkan efek yang sangat berbeda pada kualitas hidup pasien.
Luaran humanistic dievaluasi menggunakan survey ataukuesioner pada pasien.
Metode yang digunakan, antara lain :
a) Health related quality of life (HRQOL).
b)Consumer Assessment of Health Plan Survey (CAHPS)

2.4 Kegunaan pengukuran luaran pelayanan kesehatan


Iuaran pelayanan kesehatan digunakan dalam rencana pengembangan kesehatan
Pharmacy benefit managers, kelompok medis, pihak pemerintah, pusat pendidikan
danindustri farmasi. Hasil luaram pelayanan kesehatan digunakan untuk mendukung
keputusan formula, kebijakan penggunaan obat, peraturan pengobatan klinik dan
evaluasi program.
Pentingnya luaran pelayanan kesehatan :
a) Menyediakan bukti tentang manfaat, resiko dan hasil dari pengobatan.
b) Mengidentifikasi strategi yang efektif dan potensi untuk memperbaiki kualitas dan nilai
pelayanan
c) Memastikan jaminan kualitas untuk pengobatan yang tersedia saat ini
2.5 Dosis
Dosis atau jumlah takaran obat adalah banyaknya suatu obat yang dapat dipergunakan atau
diberikan kepada seorang penderita, baik untuk obat dalam ataupun obat luar. Kecuali
dinyatakan lain, dosis adalah dosis maksimum dewasa untuk pemakaian melalui mulut,
injeksi subkutan, dan rektal. Selain itu dikenal juga dengan istilah dosis lazim. Dalam
Farmakope Indonesia edisi III tercantum dosis lazim untuk dewasa dan bayi atau anak yang
merupakan takaran petunjuk yang tidak mengikat. (Syamsuni, 2005:51). Ketentuan umum FI
ed. III tentang dosis :
2.5.1 Dosis Maksimum
Dosis maksimum berlaku untuk pemakaian satu kali dan satu hari. Penyerahan obat yang
dosisnya melebihi dosis maksimum dapat dilakukan dengan cara menambahkan tanda seru
dan paraf dokter penulis resep, memberikan garis bawah nama obat tersebut, dan menuliskan
banyaknya obat dengan huruf secara lengkap. (Syamsuni, 2005:54).

2.5.2 Dosis Maksimum Gabungan (DM Sinergis)


Jika dalam satu resep terdapat dua atau lebih zat aktif (bahan obat) yang kerjanya pada
reseptor atau tempat yang sama maka jumlah obat yang digunakan tidak boleh melampaui
jumlah dosis obat-obat yang berefek sama tersebut, baik sekali pemakaian ataupun dalam
pemberian dosis harian. Contoh obat yang memiliki efek yang sama - Atropin sulfat dengan
ekstrak belladoina - Pulvis opii dengan pulvis overi - Kofein dan aminofilin - Arsen trioxida
dan Natrii arsenas.

2.5.3 Dosis Manula

Manusia lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas, yang
umumnya lebih peka terhadap obat dan efek sampingnya, karena perubahan-perubahan
fisiologis, seperti menurunnya fungsi ginjal dan metabolisme hati, meningkatnya rasio lemak
air dan berkurangnya sirkulasi darah. Karena fungsi hati dan ginjal sudah menurun, maka
eliminasi obat pun lebih lambat. Eliminasi obat akan mempengaruhi kadar obat di dalam
tubuh pasien. Hal lain selain eliminasi obat adalah adanya pengurangan jumlah albumin
dalam darah manula. Jumlah albumin darah pada manula lebih sedikit, sehingga pengikatan
obat pun berkurang. Hal ini menyebabkan bentuk bebas dan aktif dari obat menjadi lebih
besar dan bahaya keracunan semakin meningkat, terutama untuk obat-obatan anti-koagulan,
fenilbutson, obat tidur, obat opioida, psikofarmaka, obat jantung, hormone insulin. Oleh
Karena faktor-faktor tersebut, bagi manula dianjurkan menggunakan dosis yang lebih rendah.
Tujuan dari pengurangan dosis ini untuk menjaga atau mengurangi resiko rusaknya organ
yang bisa berakibat fatal pada kondisi pasien.
2.6 Terapi
Pengukuran Outcome terapi dilihat dari pengukuran saat periksa dan data rekam
medis yang memuat perkembangan selama pasien menjalani pengobatan.Data disajikan
dalam bentuk diagram dan persentase untuk menunjukkan tercapainya target pengobatan
pasien.
Sebagian besar populasi manula telah memahami cara untuk mendapatkan dan
menggunakan obat dengan baik dan benar. Namun, sebagian besar manula masih kurang
memahami cara menyimpan dan membuang obat yang baik dan benar. Saran yang dapat kami
berikan kepada masyarakat luas agar lebih memperhatikan tentang pengelolaan obat terutama
aspek penyimpanan dan pembuangan obat yang baik dan benar sehingga didapatkan outcome
terapi yang diharapkan. Untuk apoteker dan tenaga kesehatan lain adalah agar dapat
memberikan edukasi kepada pasien, sehingga masyarakat lebih mengetahui tentang cara
mendapatkan, menggunakan, menyimpan, dan membuang obat dengan baik dan benar.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Farmakoekonomi adalah ilmu yang mengukur biaya dan hasil yang diperoleh
dihubungkan dengan penggunaan obat dalam perawatan kesehatan. Tujuan farmakoekonomi
adalah membandingkan obat yang berbeda untuk pengobatan kepada kondisi yang
sama.Selain itu juga membandingkan pengobatan yang berbeda pada kondisi yang berbeda.
Farmakoekonomi yang merupakan bagian dari farmasi sosial merupakan bidang ilmu
yang bisa menyediakan cara sistematis untuk menghitung luaran ini. Luaran pelayanan
kesehatan bisa diukur menggunakan ECHO models, yaitu Economic, Clinical dan Humanistic
outcome.
a) Luaran klinik adalah peristiwa medis yang terjadi sebagai hasil dari kondisi
atau pengobatan.
b) Luaran ekonomi adalah biaya langsung, tidak langsung dan intangible yang dibandingkan
dengan konsekuensi dan intervensi medis.
c) Luaran humanistic adalah fungsi penilaian-penilaian diri dan kebahagiaan atau
Health-releated quality of life (HRQOL).

3.2 Saran
Dari makalah ini kami mengharapkan agar para pembaca bisa membacanya,
memahaminya dan membuat makalah ini menjadi referensi untuk belajar mengetahui
lebih jelas apa dan bagaimana pengukuran outcome terapi ini. Demi sempurnanya makalah
ini kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar makalah
ini bisamenjadi lebih baik untuk selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Andayani, Tri
Murti.,2013., Farmakoekonomi Prinsip dan Metodologi.,Yogyakarta :BursaIlmu.
2. Anonim.,2013., Pedoman Penerapan Kajian Farmakoekonomi.,Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai