Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH FARMASI SOSIAL

LUARAN ATAU OUTCOME PENGOBATAN

Disusun oleh :

1. Reza Pramuji (19330025)


2. Rima nurhasanah (19330501)

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS FARMASI

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA

2020

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi


Maha Panyayang, Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah farmasi social dengan tepat waktu.
Adapun makalah farmasi social ini telah kami kerjakan
semaksimal mungkin.Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah
ini masih banyak kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa, tanda
baca, maupun isi. Maka dari itu, dengan lapang dada kami
membuka seluas-luasnya pintu bagi para pembaca yang ingin
memberikan kritik ataupun saran demi penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah farmasi social dapat bermanfaat dan menambah
wawasan bagi pembaca.

ii
DAFTAR ISI

Cover.......................................................................................................i
Kata pengantar.........................................................................................ii
Daftar isi..................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................1

1.1 Latar Belakang..................................................................................1


1.2 Rumusan masalah..............................................................................2
1.3 Tujuan Pembahasan...........................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................3

2.1 Definisi Farmakoekonomi.................................................................3


2.2 Pengukuran outcome terapi & pengobatan.......................................5
2.3 Luaran ekonomi, Humanistik, dan klinik..........................................8
2.4 Kegunaan pengukuran luaran pelayanan kesehatan..........................10

BAB III Kesimpulan...............................................................................12

3.1 kesimpulan........................................................................................12
Penutup..........................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya
dari obat ke pasien obat ke pasien mengacu kepada pelayanan
kefarmasian (pharmaceutical care). Kegiatan pelayanan kefarmasian
yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi
menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk
meningkatkan kualita hidup dari pasien.
Perubahan orientasi ini mengharuskan apoteker untuk memiliki peran
yang lebih luas mulai dari pembuatan, pengawasan, penyerahan
hingga pemastian bahwa obat yang akan digunakan oleh pasien
memenuhi prinsip-prinsip rasionalitas. Apoteker dituntut untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku untuk dapat
meningkatkan interaksi langsung dengan pasien.
Peran farmasi klinik sendiri memberikan dampak yang baik
terhadap berbagai outcome terapi atau pengobatan pada pasien, baik
dari sisi humanistic (kualitas hidup, kepuasan), sisi klinik (control
yang lebih baik pada penyakit kronis), dan sisi ekonomis
(pengurangan biaya kesehatan). Hal ini diperoleh terutama dengan
melakukan pemantauan resep dan pelaporan efek samping obat.
Lingkungan pelayanan kesehatan yang sensitive terhadap biaya
saat ini menciptakan tempat kerja yang kompetitif dan menantang bagi
tenaga kesehatan. Tantangan bagi tenaga kesehatan untuk
menyediakan pelayanan kesehatan yang bermutu dengan biaya
minimal. Mutu pelayanan kesehatan tidak boleh diabaikan karena
masalah biaya. Saat ini produk dan pelayan kesehatan yang diberikan
oleh tenaga kesehatan harus mencerminkan nilai farmakoekonomi

1
yaitu keseimbangn antara luaran ekonomi, humanistic, dan klinik.
Farmakoekonomi yang merupakan bagian dari farmasi sosial
merupakan bidang ilmu yang bisa menyediakan cara sistematis untuk
menghuitung luaran ini. Luaran pelayanan kesehatan bisa diukur
menggunakan ECHO model, yaitu Economic, Clicinal dan Humanistic
Outcome.

1.2 Rumusan masalah

1. Apa definisi farmakoekonomi?


2. Bagaimana outcome terapi atau pengobatan?
3. Bagaimana Luaran ekonomi, Luaran humanistic, dan Luaran klinik?
4. Apa kegunaan pengukuran luaran pelayanan kesehatan?

1.3 Tujuan Pembahasan


1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi dari farmakoekonomi
2. Mahasiswa dapat mengetahui pengukuran outcome terapi Mahasiswa dapat
mengetahui luaran ekonomi, luaran humanistic, dan luaran klinik
3. Mahasiswa dapat mengetahui kegunaan pengukuran luaran
pelayanan kesehatan

2
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Definisi farmakoekonomi


Farmakoekonomi adalah studi yang mengukur dan
membandingkan antara biaya dan hasil/konsekuensi dari suatu
pengobatan. Tujuan farmakoekonomi adalah untuk memberikan
informasi yang dapat membantu para pembuat kebijakan dalam
menentukan pilihan atas alternatif-alternatif pengobatan yang tersedia
agar pelayanan kesehatan menjadi lebih efisien dan ekonomis. Jika
kita dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan seperti: Apa kelebihan
suatu obat dilihat dari segi cost-effectiveness-nya dibandingkan obat
lain? Apakah diperoleh hasil terapi yang baik dengan biaya yang
wajar? Apakah suatu obat dapat dimasukkan ke dalam formularium
atau ke dalam daftar obat yang disubsidi? Maka farmakoekonomi
dapat berperan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Informasi farmakoekonomi saat ini dianggap sama pentingnya
dengan informasi khasiat dan keamanan obat dalam menentukan
pilihan obat yang akan digunakan. Farmakoekonomi dapat
diaplikasikan baik dalam skala mikro misalnya dalam menentukan
pilihan terapi untuk seorang pasien untuk suatu penyakit, maupun
dalam skala makro -misalnya dalam menentukan obat yang akan
disubsidi atau yang akan dimasukkan ke dalam formularium.
Seiring dengan berkembangnya pelayanan farmasi klinik yang
dilakukan oleh apoteker di berbagai belahan dunia, maka ruang
lingkup farmakoekonomi juga meliputi studi tentang manfaat
pelayanan farmasi klinik secara ekonomi. Hasil studi semacam ini bisa
dimanfaatkan untuk menjustifikasi apakah suatu bentuk pelayanan
farmasi klinik dapat disetujui untuk dilaksanakan di suatu unit

3
pelayanan, ataukah suatu pelayanan farmasi klinik yang sudah
berjalan dapat terus dilanjutkan.
Pihak-pihak yang berkepentingan dalam upaya menjadikan
pelayanan kesehatan lebih efisien dan ekonomis ditantang untuk
mampu melakukan penilaian menyeluruh terhadap suatu obat baik
dari segi efektifitas obat maupun dari segi nilai ekonomisnya. Untuk
itu diperlukan bekal pengetahuan tentang prinsip-prinsip
farmakoekonomi dan keterampilan yang memadai dalam melakukan
evaluasi hasil studi farmakoekonomi.
Evaluasi farmakoekonomik menggunakan tolak ukur input (cost)
dan output (benefit) selama penggunaan suatu jenis obat, dimana
keduanya diharapkan berada dalam posisi seimbang.

Evaluasi farmakoekonomi
Cost-Effectiveness Analysis
Istilah analisis Cost-Effectiveness mengacu kepada jenis evaluasi tertentu
yang dimana manfaat (benefit) dari suatu pengobatan dapat diukur dalam
bentuk unit ‘natural’ dan segala biaya (cost) yang dikeluarkan dapat
diperhitungkan. Analisis Cost-Effectiveness merupakan salah satu cara
untuk memilih dan menilai program yang terbaik bila terdapat beberapa
program yang berbeda dengan tujuan yang sama. Aplikasi dari CEA
misalnya dua obat atau lebih digunakan untuk mengobati suatu indikasi
yang sama tetapi cost dan efikasi berbeda Contoh analisis Cost-
Effectiveness dalam mengurangi gejala nyeri pada penderita reflux
esofagitis yang parah, kita membandingkan biaya yang dikeluarkan
antara penggunaan Proton Pump Inhibitor (PPI) dan H 2 receptor blocker.
Analisis jenis ini adalah analisis yang paling sering digunakan dalam
analisis ekonomi, tetapi tidak dapat digunakan bila ingin membandingkan
2 jenis obat yang sangat berbeda dengan hasil yang diharapkan juga

4
berbeda. Analisis cost-effectiveness mengkonversi cost dan benefit
(efikasi) ke dalam rasio pada obat yang dibandingkan.
2.2 Pengukuran outcome terapi dan pengobatan
Kajian farmakoekonomi senantiasa mempertimbangkan dua sisi,
yaitu biaya (cost) dan hasil pengobatan (outcome). Kenyataannya, dalam
kajian yang mengupas sisi ekonomi dari suatu obat/pengobatan ini, factor
biaya (cost) selalu dikaitkan dengan efektivitas (effectiveness), utilitas
(utility) atau manfaat (benefit) dari pengobatan (pelayanan) yang
diberikan (Kemenkes,2013)3.
Efektivitas merujuk pada kemampuan suatu obat dalam memberikan
peningkatan kesehatan (outcomes) kepada pasien dalam praktek klinik
rutin (penggunaan sehari-hari di dunia nyata, bukan di bawah kondisi
optimal penelitian). Dengan mengaitkan pada aspek ekonomi, yaitu
biaya, kajian farmakoekonomi dapat memberikan besaran efektivitas-
biaya (cost-effectiveness) yang menunjukkan unit moneter (jumlah rupiah
yang harus dibelanjakan) untuk setiap unit indikator kesehatan baik klinis
maupun nonklinis (misalnya, dalam mg/dL penurunan kadar LDL
dan/atau kolesterol total dalam darah) yang terjadi karena penggunaan
suatu obat. Semakin kecil unit moneter yang harus dibayar untuk
mendapatkan unit indicator kesehatan (klinis maupun non-klinis) yang
diinginkan, semakin tinggi nilai efektivitas-biaya suatu obat
(Kemenkes,2013)
Utilitas merujuk pada tambahan usia (dalam tahun) yang dapat
dinikmati dalam keadaan sehat sempurna oleh pasien karena
menggunakan suatu obat. Jumlah tahun tambahan usia (dibanding kalau
tidak diberi obat) dapat dihitung secara kuantitatif, yang jika dikalikan
dengan kualitas hidup yang dapat dinikmati (katakanlah, setara dengan
sekian bagian sehat sempurna) akan memberikan unit yang disebut

5
Quality Adjusted Life Years-QALY atau ‘jumlah tahun yang disesuaikan’
(JTKD). Dikaitkan dengan aspek biaya, Kajian Farmakoekonomi ini akan
memberikan unit utilitas-biaya (cost-utility) yang menunjukkan unit
moneter yang harus dikeluarkan untuk setiap JTKD yang diperoleh.
Semakin kecil jumlah rupiah yang harus dibayar untuk mendapatkan
tambahanJTKD,semakintinggiutilitas-biaya suatu obat (Kemenkes,2013).
Sementara itu, manfaat (benefit) merujuk pada nilai kepuasan yang
diperoleh pasien dari penggunaan suatu obat. Nilai kepuasan ini
dinyatakan dalam besaran moneter setelah dilakukan konversi dengan
menggunakan “nilai rupiah yang rela dibayarkan untuk mendapat
kepuasan tersebut” (willingness to pay). Semakin tinggi willingness to
pay relatif terhadap harga riil obat (cost), semakin layak obat tersebut
dipilih (Kemenkes,2013).
Menurut donabedian kerangka konsep untuk menilai dan
memastikan kualitas pelayanan kesehatan terdiri dari tiga komponen,
yaitu struktur, proses dan Luaran/hasil. Penelitian terhadap hasil/Luaran
pelayanan kesehatan dibuat untuk membantu pasien, pembayar dan
pemeliara membuat pilihan pelayanan medis yang rasional berdasarkan
pengetahuan yang lebih baik tentang akibat dari pilihan tersebut bagi
kehidupan pasien.
Tipe Luaran/Hasil pelayanan kesehatan
 Tradisional
Dikenal dengan 5 D : Death, disease, disability, discomfort dan
dissatification
 Komprehensif
ECHO model mengkategorikan Luaran/hasil pelayanan
kesehatan dari 3 kategori :
a. Luaran ekonomi

6
b. Luaran klinik
c. Luaran humanisti
Model ini mencakup konsep lima D yang termasuk dalam
luaran klinik dan humanistic dan penambahan dimensi ekonomi.

Seperti yang dijelaskan oleh Kozma, luaran klinik adalah peristiwa


medis yang terjadi sebagai hasil dari kondisi atau pengobatan.
Luaran ekonomi adalah biaya langsung, tidak langsung, dan intangible
yang dibandingkan dengan konsekuensi dari intervensi medis.

Sejalan dengan kepuasan pasien, luaran humanistik adalah fungsi


penilaian diri dan kebahagiaan, atau health-related quality of life
(HRQOL).

Gambar 1. Konsep ECHO Model

7
2.3 Luran ekonomi, Luran humanistic, dan Luran klinik.
Luaran ekonomi
Luaran ekonomi adalah biaya langsung, tidak langsung dan
intangible yang dibandingkan dengan konsekuensi dan intervensi medis.
Luaran ekonomi adalah pengaruh akibat Intervensi dari biaya pelayanan
kesehatan, pengukuran dan analisis luaran ekonomi menggunakan prinsip
ekonomi atau farmakoekonomi.
Farmakoekonomi adalah ilmu yang mengukur biaya dan hasil yang
diperoleh dihubungkan dengan penggunaan obat dalam perawatan keseatan.
Farmakoekonomi juga didefenisikan sebagai deskripsi dan analisis dari
biaya terapi dalam suatu system
pelayanan keseatan. Lebih spesifik lagi adalah sebuah penelitian tentang
proses identifikasi, pengukuran dan perbandingan biaya resiko dan
keuntungan dari suatu program, pelayanan dan terapi. Tujuan
farmakoekonomi adalah membandingkan obat yang berbeda untuk
pengobatan pada kondisi yang sama, selain itu juga membandingkan
pengobatan yang berbeda pada kondisi yang berbeda. Hasilnya dapat
digunakan sebagai informasi yang dapat membantu para pembuat kebijakan
dalam menentukan pilihan atas alternative-alternatif pengobatan yang
tersedia agar pelayanan kesehatan menjadi lebih efisien dan ekonomis.
Informasi farmakoekonomi saat ini dianggap sama pentingnya dengan
informasi khasiat dan kemanan obat dalam menentukan pilihan obat mana
yang akan digunakan.

Biaya pelayanan kesehatan dapat dikelompokkan menjadi lima kategori


yaitu:

1. Biaya langsung medis (Direct medical cost)

Biaya langsung meliputi rawat inap pasien per malam, biaya


pemeriksaan konsultasi, penunjang/laboratorium,alat, biaya tindakan

8
medis, obat serta biaya administrasi. Menurut hilton (2005) Biaya
langsung adalah biaya yang terjadi pada suatu segmen dan terjadi karena
adanya segmen tersebut.

2. Biaya langsung non medis


Biaya langsung non medis adalah biaya yang harus dikeluarkan
secara langsung yang tidak terkait langsung dengan pembelian produk
atau jasa pelayanan kesehatan.

3. Biaya tidak langsung (Indirect cost)


Biaya tidak langsung adalah biaya gabungan (joint cost) atau biaya
biaya overhead untuk semua satuan output yang diproduksi

4. Biaya tak terduga (Intangible cost)


Biaya tak terduga merupakan biaya yang dikeluarkan bukan hasil
tindakan medis, tidak dapat diukur dalam mata uang. Biaya yang sulit
diukur seperti rasa nyeri/cacat, kehilangan kebebasan, efek samping.
Sifatnya psikologis, sukar dikonversikan dalam nilai mata uang
(Vogenberg, 2001).

5. Biaya Peluang (Opportunity cost)


Biaya peluang merupakan menunjukkan besarnya manfaat
ekonomis ketika membatalkan suatu alternative terapi sebagai pengganti
terapi alternative terbaik berikutnya, dimana manfaat itu telah terbukti
(Vogenberg, 2001).

Luaran humanistik
Informasi tentang dampak produk farmasi dan jasa terhadap
kuallitas hidup yang dapat memberikan data tambahan untuk embuatan
kebijakan keseatan dan keputusan klinis kualitas hidup sebagai masukan

9
untuk pengambilam keputusan klinis tingkat pasien juga sangat penting.
Misalnya , penobatan alternative mungkin memiliki khasiat yang sama
berdasarkan parameter klinis tradisional (Misalnya penurunan tekanan
darah) menghasilkan efek yang sangat berbeda pada kualitas hidup
pasien.
Luara Humanistic dievaluasi menggunakan survey atau kuesioner pada
pasien. Metode yang diguakan :
1.Health related quality of life (HRQOL)
2.Consumer Assessment of Health Plant Survey (CAHPS)
(Andayani,2013)
Luaran klinik
Pengukuran perubahan status kesehatan karena intervensi pelayanan
kesehatan.
 Intermediate : blood pressure, glucose, ldl-colester,ALC
 Final : stroke,myocardial infarction,death

Evaluasi luaran klinik dilakukan dengan uji klinik atau post-


marketing repost Contoh :
 Efek penyakit pada pasien
 Efek obat pada pasien
 Efek kepatuhan dan adherence pada pasien
 Efek system penghantaran pelayanan kesehatan pada pasien
2.4 Kegunaan pengukuran luaran pelayanan kesehatan
Luaran pelayanan kesehatan digunakan dalam rencana
pengembanga kesehatan Pharmacy benefit managers, kelompok medis,
pihak pemerintah, pusat pendidikan dan industri farmasi. Hasil luaram
pelayanan kesehatan digunakan untuk mendukung keputusan formula,

10
kebijakan penggunaan obat, peraturan pengobatan klinik dan evaluasi
program
Pentingnya luaran pelayanan kesehatan :
o Menyediakan bukti tentang manfaat, resiko dan hasil dari

pengobatan.

o Mengidentifikasi strategi yang efektif dan potensi untuk

memperbaiki kualitas dan nilai pelayanan

o Memastikan jaminan kualitas untuk pengobatan yang tersedia saat

ini.

Mempertimbangkan seluruh hasil atau luaran bersama-sama untuk


mengevaluasi nilai sebenarnya dari intervensi medis untuk memastikan
pengambilan keputusan yang bermutu tinggi.
Pihak-pihak yang menggunakan luaran pelayanan kesehatan :

 Pharmacists
 Physicians
 Perawat
 Ahli ekonomi
 Kelompok medis dan rencana pelayanan kesehatan
Pemerintah
 Perusahaan farmasi
 Institusi akademik
 Profesional kesehatan lainnya

11
BAB III

Kesimpulan

3.1 Kesimpulan
Farmakoekonomi adalah ilmu yang mengukur biaya dan hasil yang
diperoleh dihubungkan dengan penggunaan obat dalam perawatan
kesehatan.Tujuan farmakoekonomi adalah membandingkan obat yang
berbeda untuk pengobatan kepada kondisi yang sama. Selain itu juga
membandingkan pengobatan yang berbeda pada kondisi yang berbeda.
Farmakoekonomi yang merupakan bagian dari farmasi sosial merupakan
bidang ilmu yang bisa menyediakan cara sistematis untuk menghitung
luaran ini.Luaran pelayanan kesehatan bisa diukur menggunakan ECHO
models, yaitu Economic, Clinical dan Humanistic outcome.

Penutup
Makalah ini kami mengharapkan agar para pembaca bisa
membacanya, memahaminya dan membuat makalah ini menjadi referensi
untuk belajar mengetahui lebih jelas apa dan bagaimana pengukuran
outcame terapi itu. Demi sempurnanya makalah ini kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar makalah ini bisa
menjadi lebih baik untuk selanjutnya

12
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2013. Pedoman Penerapan Kajian Farmakoekonomi.


Kementrian Kesehatan Republic Indonesia

Andayani,Tri Murti. 2013. Farmakoekonomi Prinsip dan


Metodologi.Yogyakarta : Bursa Ilmu.

Bootman, J. L., Townsend, R. J., and McGhan, W. F., 2005, Principles of


Pharmacoeconomics, 3rd Ed., 1-18, Harvey Whitney Book Company,
USA.

13

Anda mungkin juga menyukai