Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH FITOKIMIA 2

“KUMARIN”

Dosen :
Munawarohthus Sholikha, M.Si

Disusun oleh :
KELOMPOK 2
Putri Andriani 18330079
Khofifah Wulandari 18330088
Esa Yuni Milenia 18330098
Dela Indarani 18330106
Fatiyah Azzahrah 18330115
Marrisya Yosita 18330119
Shika Malini Hamdi 18330126
Nayung Garnisaa M. 18330131
Tika Dwi Yolanda 18330143
Indah Silviani 18330144
Rima Nurhasanah 19330501

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah dengan topik “Kumarin” dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas pada Mata kuliah Fitokimia 2 di Institut Sains dan
Teknologi Nasional. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Munawarohthus Sholikha, M.Si


selaku dosen mata kuliah Fitokimia 2. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua
pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini. Penulis menyadari makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan
penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 22 Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................ 1
1.3 Tujuan.................................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................... 3
2.1 Definisi Kumarin................................................................................................. 3
2.2 Struktur Kimia Kumarin...................................................................................... 4
2.3 Biosintesis Kumarin............................................................................................. 4
2.4 Tanaman Penghasil Kumarin............................................................................... 5
2.5 Metode Ekstraksi................................................................................................. 9
2.6 Identifikasi Tanaman dan Struktur Kumarin.......................................................10
2.7 Efek Farmakologis Kumarin................................................................................11
BAB III PENUTUP..............................................................................................................13
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................13
3.2 Saran....................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tumbuhan merupakan penghasil puluhan jenis senyawa organik yang digunakan
sebagai surnber penghasil senyawa - senyawa berkhasiat. Penemuan senyawa-senyawa
aktif baru dari tumbuhan di samping merupakan dasar untuk perkembangan ilmu kimia,
juga telah memacu berkembangnya disiplin ilmu yang terkait, seperti : farmasi, biologi,
kedokteran, dan ilmu yang lainnya. Kecuali itu juga dapat menghasilkan senyawa-
senyawa kimia yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memenuhi
kebutuhannya seperti bahan makanan, obat-obatan, zat pewangi, dan sebagainya.
Senyawa kimia dalam tumbuhan merupakan hasil metabolisme sekunder dari
tumbuhan itu sendiri. Senyawa metabolit sekunder sangat bervariasi jumlah dan jenisnya
dari setiap tumbuh-tumbuhan. Beberapa dari senyawa tersebut telah diisolasi, sebagian
diantaranya memberikan efek fisiologi dan farmakologis yang lebih dikenal sebagai
senyawa kimia aktif. Salah satu metabolit sekunder pada tumbuhan adalah golongan
kumarin.
Kumarin adalah senyawa fenol yang pada umumnya berasal dari tumbuhan
tinggi dan jarang sekali ditemukan pada mikroorganisme. Kumarin ditemukan hampir di
setiap bagian tumbuh-tumbuhan mulai dari akar, batang daun sampai bunga dan juga
buah. Kumarin banyak terdapat dalam bentuk glikosida dimana bau yang didapat dari
pengeringan seperti bau jerami mencirikan terjadinya hidrolisis glikosida senyawa
tersebut. Kumarin dapat dianggap suatu lakton dari suatu senyawa fenolik yaitu
ortokumarik (asam orto hidroksi sinamat), apabila gugus fenoliknya terikat dengan
molekul glukosa maka terbentuk glikosida yang merupakan kumarin terikat.
Senyawa kumarin dan turunannya banyak memiliki aktifitas biologis diantaranya
sebagai antikoagulan darah, antibiotik dan ada juga yang menunjukkan aktifitas
menghambat efek karsinogenik. Selain itu kumarin juga digunakan sebagai bahan dasar
pembuatan parfum dan sebagai bahan fluorisensi pada industri tekstil dan kertas.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan kumarin?
2. Bagaimana struktur kimia dari kumarin?

1
3. Bagaimana biosintesis kumarin?
4. Apa saja tanaman penghasil kumarin?
5. Bagaimana metode ekstraksi kumarin?
6. Bagaimana identifikasi tanaman dan struktur kumarin?
7. Apa efek farmakologis dari kumarin?

1.3 Tujuan
1. Untuk memahami dan mengetahui definisi kumarin
2. Untuk memahami dan mengetahui struktur kimia dari kumarin
3. Untuk memahami dan mengetahui biosintesis kumarin
4. Untuk memahami dan mengetahui tanaman penghasil kumarin
5. Untuk memahami dan mengetahui metode ekstraksi kumarin
6. Untuk memahami dan mengetahui identifikasi tanaman dan struktur kumarin
7. Untuk memahami dan mengetahui efek farmakologis dari kumarin

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kumarin


Nama kumarin berasal dari bahasa Karibia “Coumarou” yang berarti pohon
tonka (Coumarouna adorata Abl), yaitu tumbuhan pertama yang diketahui mengandung
kumarin. Barulah pada tahun 1868, kumarin dikenal dengan rumus C9H6O2.

Kumarin adalah lakton asam o-hidroksisinamat. Coumarin tidak berwarna,


kristal prismatik, dan mempunyai karakteristik bau yang wangi dan rasa pahit, aromatis,
rasa yang panas, larut dalam alkohol. Kumarin juga dapat disintesis dengan cepat.
Beberapa turunan kumarin memiliki sifat antikoagulan. Kumarin juga mempunyai
aktivitas sebagai antispasmodik.
Kumarin merupakan golongan senyawa fenilpropanoid yang memiliki cincin
lakton lingkar enam dan memiliki inti 2H-l-benzopiran-2-on dengan rumus molekul
C9H5O2. Kumarin banyak memiliki aktifitas biologis dapat menstimulasi  pembentukan
pigmen kulit, mempengaruhi kerja enzim, antikoagulan darah, antimikroba dan
menunjukkan aktifitas menghambat efek karsinogen. Di sisi lain senyawa turunan
kumarin polisiklik aktif sebagai antikarsinogen yang disebabkan hidrokarbon aromatik
polisiklik karsinogen seperti 6-metil (α) piran.
Kumarin adalah senyawa fenol yang pada umumnya berasal dari tumbuhan
tinggi dan jarang sekali ditemukan pada mikroorganisme. Kumarin banyak terdapat pada
tumbuhan Angiospermae dan tidak jarang pada Gymnospermae serta tumbuhan tingkat
rendah. Pada umumnya terdapat pada famili Rutaceae, Leguminoceae, Umbelliferae dan
Graminae. Kumarin ditemukan hampir di setiap bagian tumbuh-tumbuhan mulai dari
akar, batang, daun sampai bunga dan juga buah (Robinson, 1995).

3
Senyawa kumarin dan turunannya banyak memiliki aktifitas biologis diantaranya
sebagai antikoagulan darah, antibiotik dan ada juga yang menunjukkan aktifitas
menghambat efek karsinogenik. Selain itu kumarin juga digunakan sebagai bahan dasar
pembuatan parfum dan sebagai bahan fluorisensi pada industri tekstil dan kertas.
(Murray, 1982)
Kumarin terdapat dalam beberapa tanaman dengan nama yang berbeda tetapi
mempunyai dasar sama (berbeda dalam gugus pengganti pada inti kumarin). Kumarin
berbentuk kristal keping (plat) runcing, berbau harum, dapat mencair pada suhu 68 –
700C dan mendidih pada 2970C sampai 2990C. Kelarutan kumarin dalam 1 gram larut
dalam 50 cc air mendidih, dapat juga larut dalam alkohol, kloroform, eter dan larutan
alkali hidroksida.

2.2 Struktur Kimia Kumarin

2.3 Biosintesis Kumarin


Proses pembentukan senyawa kumarin yang berasal dari asam sinamat melalui orto-
hidroksilasi (a), isomerasi trans-cis pada sisi cincin ikatan rangkap (b) dan (c), serta
laktonisasi pada (d).

4
Turunan kumarin sintetis diperoleh dengan memodifikasi cincin kumarin secara
kimia melalui reaksi substitusi yang dapat terjadi pada sisi dari 6 sisi yang tersedia pada
molekul dasar yang memiliki struktur dan aktifitas yang bervariasi. Aktivitas biologis dari
kumarin dan turunanannya, khususnya hidroksi kumarin yang merupakan pemutus-rantai
antioksidan yang kuat dan dapat diaplikasikan dalam terapeutik antikoagulan serta agen
antibakteri.
Biosintesis kumarin (bentuk lakton) terutama konfigurasi sisinya (asam kumarinat)
karena bentuk trans (asam kumarat) lebih stabil. Bentuk glikosida dapat terjadi dari trans ke
cis karena adanya penyinaran matahari.
Kumarin dapat disintesis dari reaksi antara etilasetoasetat dengan resorsinol dan
menggunakan asam sulfat pekat sebagai katalis melalui reaksi transesterifikasi. Reaksi
transesterifikasi adalah suatu reaksi pertukaran gugus ester dengan gugus alkohol melalui
mekanisme reaksi reversibel yang akhirnya membentuk suatu ester yang bentuknya berbeda.
Reaksi transesterifikasi adalah beranalog langsung dengan hidrolisis asam atau basa.
Dikarenakan reaksi transesterifikasi ini merupakan reaksi yang reversibel, biasanya
digunakan alkohol secara berlebih (Fessenden & Fessenden, 1990).

2.4 Tanaman Penghasil Kumarin


1. Acacia farnesiana (Cassie)

Umumnya dikenal sebagai akasia manis , huisache , atau semak jarum , adalah
spesies semak atau pohon kecil dalamkeluarga kacang - kacangan , Fabaceae . Ini
meranggas di sebagian daerah, tetapi selalu hijau di sebagian besar daerah. Spesies
ini tumbuh hingga ketinggian 15–30 kaki (4,6–9,1 m) dan tumbuh banyak batang.
Pangkal setiap daun disertai sepasang duri pada dahannya. Bunganya digunakan
dalam industri parfum.

5
2. Apium graviolens (celery)

Seledri (Apium graveolens L.) adalah sayuran daun dan tumbuhan obat yang biasa
digunakan sebagai bumbu masakan. Beberapa negara termasuk Jepang, Cina dan
Korea mempergunakan bagian tangkai daun sebagai bahan makanan. Di Indonesia
tumbuhan ini diperkenalkan oleh penjajah Belanda dan digunakan daunnya untuk
menyedapkan sup atau sebagai lalap. Penggunaan seledri paling lengkap adalah di
Eropa: daun, tangkai daun, buah, dan umbinya semua dimanfaatkan.

3. Cinnamomum verum (Ceylon Cinnamomum)

Kayu manis (Cinnamomum verum, sin. C. zeylanicum) ialah sejenis pohon penghasil
rempah-rempah. Termasuk ke dalam jenis rempah-rempah yang amat beraroma,
manis, dan pedas. Orang biasa menggunakan rempah-rempah dalam makanan yang
dibakar manis, anggur panas. Kayu manis juga secara tradisional dijadikan sebagai
suplemen untuk berbagai penyakit, dengan dicampur madu, misalnya untuk
pengobatan penyakit radang sendi, kulit, jantung, dan perut kembung.

6
4. Myroxylon balsamum (Balsam Peru)

Myroxylon balsamum, mahoni Santos, adalah spesies pohon dalam keluarga


Fabaceae. Ini asli hutan tropis dari Meksiko Selatan melalui wilayah Amazon di Peru
dan Brasil pada ketinggian 200–690 meter.

5. Pimpinella anisum (Anisi)

Adas manis atau anis (Pimpinella anisum) merupakan sejenis tumbuhan berbunga
dari famili Apiaceae yang berasal dari kawasan Laut Tengah bagian timur dan Asia
barat daya. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan semusim berupa terna yang
tingginya dapat mencapai satu meter. Daun pada bagian dasar tumbuhan ini
berbentuk sederhana, panjangnya 2-5 cm, dan bercuping dangkal, sementara daun
pada bagian batang yang lebih tinggi berbentuk menyirip seperti bulu dan terbagi-
bagi menjadi banyak anak daun. Bunganya berwarna putih, berdiameter 3 mm, dan
bergerombol banyak dalam payungan bunga. Buahnya merupakan skizokarp kering
berbentuk lonjong dengan panjang 3-5 mm.

7
6. Sandoricum koetjape (Kulit Batang Kecapi)

Pohon kecapi merupakan pohon yang rimbun dan besar, dapat mencapai tinggi 30 m,
meski umumnya di pekarangan hanya mencapai sekitar 20-an meter. Batang dapat
mencapai diameter 90 cm, bergetah seperti susu.
Berbagai bagian pohon kecapi memiliki khasiat obat. Rebusan daunnya digunakan
sebagai penurun demam. Serbuk kulit batangnya untuk pengobatan cacing gelang.
Akarnya untuk obat kembung, sakit perut dan diare; serta untuk penguat tubuh wanita
setelah melahirkan.

7. Nephelium lappaceum L. (Biji Buah Rambutan)

Rambutan adalah tanaman tropis yang tergolong ke dalam suku lerak-lerakan atau
Sapindaceae, berasal dari daerah kepulauan di Asia Tenggara. Kata "rambutan"
berasal dari bentuk buahnya yang mempunyai kulit menyerupai rambut.

8
8. Impatiens balsamina Linn. (Daun Pacar Air )

Pacar air adalah tanaman yang berasal dari Asia Selatan dan Asia Tenggara namun
telah diperkenalkan ke Amerika pada abad ke-19. Tanaman ini adalah tanaman
tahunan atau dua tahunan dan memiliki bunga yang berwarna putih, merah, ungu, atau
merah jambu. Bentuk bunganya menyerupai bunga anggrek yang kecil. Tinggi
tanaman ini bisa mencapai satu meter dengan batangnya yang tebal namun tidak
mengayu dan daunnya yang bergerigi tepinya.

2.5 Metode Ekstraksi Kumarin


a. Metode Ekstraksi
 Sampel diekstraksi dengan menggunakan alat soklet pendingin balik
menggunakan pelarut metanol dengan penggantian sehari sebanyak 2 kali sampai
semua sari terekstrak, ini ditunjukkan dengan larutan yang sudah tidak berwarna
lagi (bening).
 Ekstrak yang didapat kemudian dipekatkan dengan mengunakan rotary
evaporator sampai ekstrak mengental.
 Ekstrak lalu dikeringkan dengan menggunakan waterbath pada suhu 40-45 0C
sampai didapat ekstrak dengan masa kental
 Ekstrak kental tersebut ditimbang dan dihitung rendemennya.
b. Fraksinasi
 Ekstrak kental ditimbang lalu dilarutkan dengan menggunakan akuades hangat
sampai semua ekstrak larut.
 Ekstrak yang telah larut di masukkan ke dalam corong pisah 500 ml kemudian
ditambahkanbentuk 2 lapisan lalu dipisahkan antara fraksi diklormetan yang
berwarna hijau pekat dengan fraksi metanol-air yang berwarna coklat muda.
dilakukan KLT pada masing-masing fraksi.

9
2.6 Identifikasi Tanaman dan Struktur Kumarin
Kumarin yang terkandung dalam suatu tumbuhan dapat dikenal dari baunya. Bila
tumbuhan tersebut dikeringkan, maka akan memberikan bau yang khas. Untuk
pembuktian secara kualitatif dilakukan uji berdasarkan pada sifat fluoresensinya dengan
sinar ultraviolet.
Larutan kumarin dalam alkali yang baru dibuat atau disimpan pada tempat yang
gelap tidak menunjukkan adanya fluoresensi. Namun bila larutan tersebut di radiasi
dengan sinar ultraviolet, maka akan memberikan fluoresensi berwarna kuning-hijau
dalam beberapa menit. Hal yang sama dapat juga dilakukan dengan membiarkannya
dalam cahaya matahari dalam jangka waktu yang lama. Dalam proses tersebut terjadi
fototransformasi dari bentuk asam cis-hidroksinamat (III) yang tidak berfluoresensi ke
bentuk asam trans-hidroksinamat (IV) yang berfluoresensi (Erniwati, 2005).

Identifikasi berdasarkan penggolongan :


1. Hidrokumarin
a. Umbelliferone : 0,5 g umbelliferone yang ditriturasi dengan pasir murni (SiO2)
Dan 5 ml HCl, ditambahkan 5 ml air, disaring dan filtrat ditambahkan larutan
amonia dengan volume yang sama, itu memberikan fluoresensi biru yang indah.
b. Scopoletin : larutkan 0,1 g dalam etanol dan panaskan dalam water bath maka
larutan menghasilkan fluoresensi biru.
c. Daphentin : larutan daphentin memberikan warna hijau dengan larutan FeCl3 dan
menjadi merah dengan penambahan natrium karbonat.
2. Furanokumarin
a. Psoralen : 1 mg dilarutkan dalam 2 ml etanol, dicampur dengan dua tetes larutan
NaOH (0,1 M) dan larutan yang dihasilkan diberi sinar uv, memancarkan
fluoresensi kuning.
b. Methoxsalen : memberikan warna kuning jelas dengan HNO3 encer.
c. Bergapten : memberikan warna kuning emas yang jelas ketika diberi beberapa
tetes H2SO4.
d. Imperatorin : memberikan warna orange dengan reagen marquis yang cepat
berubah menjadi coklat.

10
Identifikasi struktur kumarin dapat dilakukan dengan menggunakan
Spektrofotometri Ultra Violet (UV), Spektrofotometri Infra Merah (IM), serta
Spektroskopi H NMR dan C NMR.
a. Spektrofotometri Ultra Violet (UV)
Pemeriksaan spektrofotometri UV menggunakan ± 1 mg sampel yang dilarutkan
dengan metanol (p.a) sampai larut, dan dideteksi menggunakan spektrofotometri
UV sehingga terlihat puncak panjang gelombang yang merupakan karakteristik
suatu senyawa, kemudian grafik yang terbentuk direkam. Grafik yang terbentuk
menampilkan serapan dan panjang gelombang dari sampel tersebut.
b. Spektrofotometri Infra Merah (IM)
Senyawa yang didapat kemudian dilanjutkan identifikasi dengan spektrofotometri
infra merah (FT-IR) dengan tujuan untuk mengetahui gugus fungsi apa saja yang
terdapat dalam senyawa. Caranya, cuplikan/sampel dilarutkan dengan pelarut
kloroform atau karbon tetraklorida atau karbon disulfida, dan dicatat spektrum dari
larutan ini. Larutan biasanya (1 - 5%) ditempatkan dalam sel larutan yang terdiri
dari bahan transparan. Sel yang kedua berisi pelarut murni ditempatkan pada
berkas sinar
c. Spektrokopi H NMR dan C NMR
Senyawa dilarutkan dalam deuterochloroform (CDCls), kemudian dimasukkan ke
dalam tabung dengan sejumlah pelarut dicukupkan sampai setinggi ± 5 cm.
Setelah itu, dideteksi dengan alat spektrofotometri NMR (Varian Unity INOVA
500 MHz NMR).

2.7 Efek Farmakologis Kumarin


Penggunaan secara farmakologi dari obat yang mengandung kumarin terbatas.
Aesculin disebutsebagai penguat pembuluh vena dan protektif agen pada pembuluh
darah. Ektrak sweet clover digunakan pada pengobatan gejala insufiensi pembuluh darah
vena dan limfa. Beberapa furanokumarin merupakan fotosensitizer, yang diindikasikan
untuk terapi psoriasis dan vitiligo. Visnadin yang merupakan piranokumarin yang
diisolasi adri khella, telah diekstrak dan dipasarkan karena efeknya sebagai vasodialtor
pada pembuluh darah dan dipromosikan mempunyai aktiviats yang baik dalm
pengobatan kanker; yaitu sebagai imunostimulan pada aktivitas sitotoksik. 7-hidroksi
kumarin dimetabolisme dengan cepat dihati sehingga pada beberapa kasus menyebabkan
hepatonekrosis. Sejumlah kecil obat yang mengandung kumain digunakan sebagai
11
fitoterapi, contohnya mouse-ear, angelica, ash, sweet woodruff,tetapi hubungan antara
kandungan kumarin pada obat dan aktivitasnya belum dapat dibuktikan.
Beberapa kelompok senyawa kumarin memiliki efek farmakologis dan fisiologis
tertentu seperti senyawa furanokumarin dapat menghambat efek karsinogen serta
mempunyai nilai ekonomi sebagai komponen aktif racun ikan. Turunan Psoralen
digunakan secara oral untuk mempercoklat kulit yang terkena sinar matahari dan untuk
mengobati vertiligo. Sedangkan senyawa yang tergolong 4-hidroksi kumarin
menunjukkan aktivitas anti koagulasi darah, menghambat kerja enzim, anti mikroba, anti
biotik, dan dapat mengganggu sintesa DNA/RNA (Morina Adfa 2006)

Efek Toksisitas Kumarin


Keaktifan senyawa toksik kumarin sering dimanfaatkan sebagai pestisida. Selain
itu senyawa turunan kumarin yaitu dicoumarol dapat menyebabkan perdarahan, paralisis
bahkan kematian apabila kandungannya melebihi 10 ppm (Cornel, 2010).
Pemberian oral dosis tunggal kumarin telah dibuktikan oleh Lake, yang
menyebabkan nekrosis hati dengan dosis berkisar antara 125-500 mg/kg berat badan
tikus. Nilai LD50 pemberian oral senyawa kumarin pada berbagai strain tikus, yaitu
290-680 mg/kg berat badan yang tergolong kategori sangat toksik hingga toksik sedang
(Lake, 1999).
Sementara itu berdasarkan laporan uji toksisitas akut dari Opinion of The
Scientific Committee on Cosmetic Product and Non-Food Products Intended for
Consumers, nilai LD50 pada tikus betina Sprague Dawley (SD) adalah 570 mg/kg berat
badan dan tergolong toksik sedang (Opinion Of The Scientific Committee On Cosmetic
Products And Non-Food Products Intended For Consumers, 2002).

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Kumarin merupakan golongan senyawa fenilpropanoid yang memiliki cincin lakton
lingkar enam dan memiliki inti 2H-l-benzopiran-2-on dengan rumus molekul C9H5O2.
Kumarin dan banyak memiliki aktifitas biologis dapat menstimulasi  pembentukan
pigmen kulit, mempengaruhi kerja enzim, antikoagulan darah, antimikroba dan
menunjukkan aktifitas menghambat efek karsinogen.
2. Kumarin dapat disintesis dari reaksi antara etilasetoasetat dengan resorsinol dan
menggunakan asam sulfat pekat sebagai katalis melalui reaksi transesterifikasi.Reaksi
transesterifikasi adalah suatu reaksi pertukaran gugus ester dengan gugus alkohol
melalui mekanisme reaksi reversibel yang akhirnya membentuk suatu ester yang
bentuknya berbeda.
3. Kumarin dihasilkan dari tanaman Acacia farnesiana (Cassie), Apium graviolens
(celery), Cinnamomum verum (Ceylon Cinnamomum), Myroxylon balsamum (Balsam
Peru), Pimpinella anisum (Anisi), Sandoricum koetjape (Kulit Batang Kecapi),
Nephelium lappaceum L. (Biji Buah Rambutan) dan Impatiens balsamina Linn.
(Daun Pacar Air )
4. Idenstifikasi struktur kumarin dapat dilakukan dengan menggunakan Spektrofotometri
Ultra Violet (UV), Spektrofotometri Infra Merah (IM), serta Spektroskopi H NMR
dan C NMR.
5. Beberapa kelompok senyawa kumarin memiliki efek farmakologis dan fisiologis
tertentu seperti senyawa furanokumarin dapat menghambat efek karsinogen serta
mempunyai nilai ekonomi sebagai komponen aktif racun ikan. Turunan Psoralen
digunakan secara oral untuk mempercoklat kulit yang terkena sinar matahari dan
untuk mengobati vertiligo. Sedangkan senyawa yang tergolong 4-hidroksi kumarin
menunjukkan aktivitas anti koagulasi darah, menghambat kerja enzim, anti mikroba,
anti biotik, dan dapat mengganggu sintesa DNA/RNA.

3.2 Saran
Kami menyadari jika makalah diatas masih terdapat kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu

13
pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah diatas.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Copriady, J., Yasmi, E., & Hidayati, D. (2005). Isolasi Dan Karakterisasi Senyawa
Kumarin Dari Kulit Buah Jeruk Purut (Citrus hystrix DC).
2. Densitometri, T. (2010). Identifikasi dan penetapan kadar senyawa kumarin dalam
ekstrak metanol, 38, 17–28.
3. Fessenden, dan Fessenden, (1990), Kimia Organik, Edisi ketiga, Jilid 1, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
4. Cresswel C.J., Runguist O.A., dan Campbell M.M., 1982, alibahasa Padmawinata,
Sudiro, Analisis Spektrum Senyawa Organik, penerbit: ITB, Bandung. Hal.60-181
5. Robinson, Trevor, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, 1995, Penerbit ITB
Bandung, 57-83.
6. Murray, R. D. H., J. Mendez, S. A. Brown, The Natural Coumarins (Occurrence,
Chemistry and Biochemistry), 1982, John Wiley & Sons, New York.
7. Harborne J.B., Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan,
penerbit : ITB, Bandung , 1987 ; Hal. l - 42, 184 – 196.
8. Anzini, N. I. A., Kusharyanti, I., & Nurbaeti, S. N. (2014). Uji Toksisitas Akut Fraksi
Etil Asetat Batang dan Daun Pacar Air (Impatiens balsamina Linn) Terhadap Tikus
Putih Betina Galur Sprague Dawley. Journal of Tropical Pharmacy and Chemistry,
2(4), 235-247.
9. Lake BG. 1984. Investigations into the mechanism of coumarin-induced
hepatotoxicity in the rat. Arch Toxicol. 1984; 7: 16-29.
10. Opinion Of The Scientific Committee On Cosmetic Products And Non-Food Products
Intended For Consumers. Evaluation and opinion on: Lawsone. European
Commission. 2002.

15

Anda mungkin juga menyukai