KEPENTINGAN PRIVAT
( Pengadaan Lahan dan Pematangan Lahan )
PENGANTAR
Pertumbuhan penduduk yang terjadi menimbulkan berbagai permasalahan, salah satunya adalah ketersediaan
lahan. Akibatnya muncul individu-individu maupun lembaga berbadan hukum yang berupaya menguasai dan
mengumpulkan tanah-tanah orang lemah yang dihimpit oleh jeratan ekonomi, dengan dalih kepentingan
umum, kemudian tidak adanya komitmen tegas pemerintah untuk melindungi dan menegakkan hak-hak semua
rakyatnya untuk mendapatkan akses rumah tinggal, pelayanan, dan penghidupan yang layak.
Salah satu faktor mendasar timbulnya permasalahan permasalahan pertanahan di Indonesia, khususnya yang
terkait dengan pengambilalihan (perolehan) tanah dalam era desentralisasi adalah aspek legal formal
peraturan perundang-undangan yang ada tidak kondusif bagi pemecahan masalah pertanahan yang ada.
Aspek ini akan membawa dampak negatif pada aspek-aspek lainnya seperti aspek teknis, administratif, dan
operasional dari kebijakan pertanahan.
MANAJEMEN LAHAN
“segala upaya yang dilakukan terhadap • Melakukan efisiensi dan optimalisasi 1. Pengadaan: menyediakan lahan
lahan agar dapat memberikan manfaat penggunaan lahan untuk kegiatan tertentu pada waktu
sebesar-besarnya bagi pihak-pihak yang • Melakukan agihan/alokasi lahan secara yang tepat dengan harga yang
berkepentingan” adil dan merata terjangkau di lokasi yang diinginkan
• Mencapai efisiensi yang optimum 2. Pemanfaatan: memperoleh
dalam pemanfaatan dan penggunaan penggunaan lahan terbaik dan nilai
Kata Kunci: tertinggi bagi masyarakat banyak
lahan
Optimasi pemanfaatan 3. Pengendalian: mengarahkan
• Mengadakan lahan secara mudah,
Kegiatan / tujuan tertentu cepat, tepat waktu, serta dengan kegiatan dan pemanfaatan lahan
Tepat waktu harga yang terjangkau dan lokasi yang sesuai dengan rencana tata ruang
memenuhi persyaratan yang ditetapkan
Terjangkau
Tepat lokasi • Mencegah usaha spekulasi dan usaha
untuk mencapai keuntungan secara
tidak wajar di dalam kegiatan investasi
pengembangan lahan
• Memperoleh manfaat ekonomi secara
wajar untuk kepentingan publik
• Lahan terlantar
• Stagnasi fungsi (pusat kota/kota lama)
Penataan lahan
• Ketidakteraturan pemanfaatan lahan
• Pengembangan kegiatan di lokasi yang tidak tepat
Pemanfaatan lahan
Tujuan :
• Keuntungan/manfaat umum (Public Purpose) Perangkat Zoning, Subdivision regulation, building codes,
• Melindungi kepentingan umum, masyarakat, moral dan Perangkat kendali estetika, rambu, pelestarian bangunan
keselamatan (Public interest)
• Terjaminnya kesejahteraan umum (social welfare) Contoh : Melarang kegiatan tertentu di suatu lokasi tertentu
3. Eminent Domain ( Penguasaan Tertinggi atas Lahan )
Ketentuan dasar pencabutan hak atas tanah
• Hanya untuk kepentingan umum
• Dapat diberikan kompensasi
• Diatur oleh peraturan perundang undangan
• Prosedur yang adil
Perangkat Operasional :
1. Kebijaksanaan lahan : Perangkat alat untuk mencapai 6. Perpajakan : Pajak Bumi dan Bangunan, Retribusi
tujuan yang ditetapkan pemerintah serta mengurangi perijinan, disinsentif, intensif
inefisiensi dan meningkatkan pemerataan. 7. Pengadaan Lahan : Jual beli, pencabutan hak atas lahan,
2. Peraturan Perundangan : Pengaturan hak, pendaftaran, ruislag (tukar guling), konsolidasi lahan, sewa, pengalihan
pemanfaatan, pengendalian, perpajakan, pengembangan hak, bank lahan, land sharing,
kelembagaan, dan lain-lain. 8. Penataan Lahan : Konsolidasi lahan, peremajaan,
3. Hak atas Lahan : Hak milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna pembangunan Kembali
Bangunan, Hak Pakai, Hak Sewa, Hak Pengelolaan, Hak 9. Pengendalian Pemanfaatan Ruang : Perijinan,
Tanggungan, Hak Lainnya. pengawasan, penertiban, perjanjian/kontrak, site plan
4. Penataan Ruang : Rencana Tata Ruang Wilayah, Zoning, control.
building codes, dan lain-lain. 10. Kelembagaan Lahan : Adminstrasi, perijinan,
5. Ekonomi dan nilai lahan : pengembangan, pemanfaatan, pengendalian lahan.
Kebijakan lahan, peremajaan, pembangunan kembali, Penanaman modal, penertiban, pengadilan
pengembangan lahan, perubahan fungsi, penataan lahan, 11. Perangkat pendukung : Land information system
penetapan peruntukan.
Dalam banyak kasus, sering kali pemerintah dihadapkan pada situasi dimana tidak ada pilihan lain selain
mengakuisisi lahan.
Jika negosiasi gagal, dimungkinkan ditempuh prosedur hukum untuk mendapatkan tanah tersebut. Menurut
Komisi Ekonomi dan Sosial untuk Asia Pasifik PBB (ESCAP), ada beberapa metode yang bisa dipakai pemerintah
dalam pengadaan lahan bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum di banyak negara.
1. Land Banking
Konsep mengenai bank lahan sebenarnya bukan suatu hal yang baru. Bahkan secara internasional pernah ditetapkan oleh
World Bank sebagai salah satu kebijakan lahan yang dianut dan diyakini sebagai salah satu solusi terbaik pada tahun 70-an.
Secara konvensional, bank lahan biasanya merujuk pada salah satu pengertian dibawah ini (Hagman, 1980. Dunkerley, 1983.
CITYNET, 1995):
a. Pembebasan atau pengadaan tanah didepan (sebelum diperlukan) untuk digunakan oleh pemerintah sendiri dimasa datang.
b. Penguasaan atau pemilikan publik dengan skala besar atas lahan-lahan yang belum terbangun yang direncanakan untuk
penggunaan di masa mendatang (campur tangan pemerintah untuk mempengaruhi penggunaan lahan dan harga lahan).
2. Land Sharing
Konsep land sharing adalah para pemilik lahan menyerahkan penggunaan lahannya (hak kepemilikan tetap dipegang si pemilik)
ke suatu entitas badan hukum yang biasanya pemerintah, dan kemudian lahan tersebut dikembangkan atau dipasarkan untuk
suatu aktivitas produktif di atasnya dengan hak sekunder, dan penghasilan yang diperoleh oleh entitas badan hokum tersebut
kemudian dibagi kepada para pemilik lahan sebagai deviden atau bunga.
Pertimbangan khusus yang seharusnya diberikan adalah bagaimana pemerintah memfasilitasi pemakaian lahan tersebut yang
dapat dijadikan sebagai alternatif dalam pengadaan lahan dalam pembangunan untuk kepentingan umum. Rencana konsep land
sharing ini memerlukan adanya hukum yang tegas dan kemudahan proses administratif untuk pemerintah dalam memperoleh
lahan yang akan dikembangkan atau digunakan dalam pembangunan untuk kepentingan umum tersebut serta pembagian
keuntungan yang diperoleh dari adanya aktivitas di atas lahan tersebut.
3. Land Readjusment
Metode lain yang dapat diterapkan dalam pengadaan lahan untuk kepentingan umum adalah dengan apa yang disebut sebagai
land readjustment (konversi peruntukan lahan).
Konversi biasanya dilakukan terhadap lahan yang semula pertanian menjadi lahan perkotaan. Beberapa kelebihan dari metode
ini adalah skema ini memungkinkan dilakukann ya suatu pembangunan terencana terhadap lahan dan jaringan infrastruktur
sehingga bisa dihindari terjadinya pembangunan ‘lompatan katak’ dimana berbagai fungsi lahan campur aduk dalam satu
kawasan. Land readjustment juga merupakan metode yang menarik untuk mengendalikan laju dan lokasi pembanguinan
perkotaan yang baru.
Metode ini sulit dikembangkan di wilayah perkotaan yang sudah mengalami perkembangan karena sang pemilik tanah belum
tentu bersedia mengkonversikan lahannya untuk penggunaan pembangunan untuk kepentingan umum, apalagi jika lahan
tersebut mempunyai nilai ekonomis yang lebih tinggi bila digunakan untuk aktivitas lain yang dapat memberikan keuntungan
lebih besar
4. Land Consolidation
Terdapat beberapa pengertian mengenai konsolidasi lahan, diantaranya :
a. Konsolidasi lahan perkotaan merupakan salah satu model pembangunan di bidang pertanahan, yang mencakup wilayah
perkotaan dan wilayah pertanian, dan bertujuan mengoptimalkan penggunaan tanah dalam hubungan dengan pemanfaatan,
peningkatan produktivitas dan konsevasi bagi kelestarian lingkungan (Johara, 1999).
b. Konsolidasi lahan perkotaan adalah model pengendalian lahan yang berkaitan dengan kebijaksanaan penataan lingkungan
pemukiman lengkap dengan rencana sara atau prasarana dengan cara mengikutsertakan peran aktif dan positif masyarakat
pemilik tanah di lokasi yang bersangkutan (Moehtadi, 1991).
c. Konsolidasi lahan perkotaan adalah kebijaksanaan pertanahan mengenai penataan kembali penguasaan dan penggunaan
tanah serta usaha pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan, untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan
pemeliharaan sumberdaya alam dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat (Kepala BPN).
5. Akuisisi Lahan
Dibeberapa negara berkembang untuk mengontrol penggunaan lahan melalui nasionalisasi lahan. Metode nasionalisasi antara
lain pernah diterapkan di Aljazair berdasarkan undang-undang tahun 1974.
Pemerintah diberi wewenang penuh untuk mengontrol transaksi tanah yang bersangkutan.
Pengadaan Tanah
Yang dimaksud :
1. Pengadaan tanah adalah setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah dengan cara memberikan ganti kerugian kepada yang
berhak atas tanah tersebut.
2. Pelepasan atau penyerahan hak atas tanah adalah kegiatan melepaskan hubungan hukum antara pemegang hak atas tanah
dengan tanah yang dikuasainya dengan memberikan ganti kerugian atas dasar musyawarah.
3. Kepentingan umum adalah kepentingan seluruh lapisan masyarakat.
4. Panitia Pengadaan Tanah adalah panitia yang dibentuk untuk membentu pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan
untuk kepentingan umum.
5. Musyawarah adalah proses atau kegiatan saling mendengar dengan sikap saling menerima pendapat dan keinginan yang
didasarkan atas kesukarelaan antara pihak pemegang hak atas tanah dan pihak yang memerlukan tanah, untuk memperoleh
kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti kerugian.
6. Hak Atas Tanah adalah hak atas sebidang tanah sebagaimana diatur dalam Undangundang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria.
7. Ganti Kerugian adalah penggantian atas nilai tanah berikut bangunan, tanaman dan atau benda-benda lain yang terkait
dengan tanah sebagai akibat pelepasan atau penyerahan hak atas tanah.
Dalam hal pengadaan tanah oleh pihak swasta, maka cara-cara yang dilakukan adalah melalui :
1. Jual – Beli,
2. Tukar – Menukar, atau
3. Cara lain yang disepakati oleh pihak-pihak yang bersangkutan, yang dapat dilakukan secara langsung antara pihak yang
berkepentingan (misalnya: antara pengembang dengan pemegang hak) dengan pemberian ganti kerugian yang besar atau
jenisnya ditentukan dalam musyawarah.
Sedangkan dalam hal pengadaan tanah oleh pemerintah atau pemerintah daerah untuk pelaksanaan pembangunan demi
kepentingan umum dapat dilaksanakan dengan cara :
1. Pelepasan atau penyerahan hak atas tanah, atau
2. Pencabutan hak atas tanah.
Pengadaan dan rencana pemenuhan kebutuhan tanah, yang diperlukan bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan
umum hanya dapat dilakukan apabila berdasarkan pada Rencana Tata Ruang Wilayah yang telah ditetapkan.
diganti
Syarat
Dalam menjalankan perangkat ini terdapat syarat yang harus dipenuhi oleh pihak yang mengadakan lahan diantaranya adalah :
• Alasan substantif yang dapat diterima masyarakat atas dasar kepentingan umum,
• Memperhatikan prinsip-prinsip keadilan, yaitu kompensasi yang jujur dan adil, serta
• Mengikuti prosedur yang mendapat perlakuan hukum yang sama dan adil
Menurut Kitay, Michael G. ; 1985 beberapa negara telah menerapkan variasi dalam pengadan lahan dengan :
• Compulsory power (eminent-domain) yaitu Kewenangan yang berkaitan dengan tindakan mengambil alih atau mencabut hak
atas lahan di dalam batas kewenangannya
• Non-Compulsory power, untuk pengaturannya diperlukan hukum yang mau digunakan ataupun tidak sebagai bahan
pertimbangan, dan perangkat hukum tersebut harus kuat.
Pematangan lahan adalah pekerjaan persiapan pembangunan agar nantinya lahan tanah bisa digali dan dibenamkan pondasi
sesuai dengan perencanaan baik secara dimensi dan kedalamannya.
Pematangan lahan pada pekerjaan pengembang perumahan (developer) akan luas sekali tanah yang akan dimatangkan,
sedangkan untuk 1 unit rumah akan lebih kecil luasannya sehingga alat yang digunakannya berbeda.