Anda di halaman 1dari 5

Teori Kepribadian: Harry Stack Sullivan dan Erik Erikson

Image Source: Unsplash‍


Pendahuluan
Dalam dunia psikologi, pemahaman tentang kepribadian memainkan peran penting dalam
memahami perilaku dan pola pikir manusia. Terdapat beberapa teori kepribadian yang
telah dikembangkan oleh para tokoh psikologi terkenal. Dua tokoh yang sangat
berpengaruh dalam bidang ini adalah Harry Stack Sullivan dan Erik Erikson. Dalam artikel
ini, kita akan menjelajahi teori kepribadian yang dikembangkan oleh keduanya, serta
melihat bagaimana teori-teori ini mempengaruhi pemahaman kita tentang hubungan
interpersonal dan perkembangan kepribadian.

Biografi Harry Stack Sullivan


Harry Stack Sullivan adalah seorang psikiater dan psikoanalis terkenal yang lahir pada
tanggal 21 Februari 1892 di daerah pertanian dekat Norwich, New York. Setelah meraih
gelar dokternya dari Chicago College of Medicine and Surgery pada tahun 1917, ia juga
berdinas dalam angkatan bersenjata selama Perang Dunia I. Sullivan menganggap
kepribadian sebagai suatu hipotesis atau "sebuah ilusi" yang tidak dapat dipisahkan dari
situasi interpersonal. Ia menekankan pentingnya hubungan interpersonal dalam memahami
dan mengembangkan kepribadian seseorang.

Biografi Erik Erikson


Erik Erikson adalah seorang psikoanalis terkenal yang lahir pada tanggal 15 Juni 1902 di
Frankfurt, Jerman. Kehidupan awal Erikson penuh dengan pertanyaan tentang identitasnya
sendiri. Ayah kandungnya meninggalkan ibunya sebelum kelahirannya, dan ibunya
menikah dengan Theodore Homburger, yang kemudian menjadi ayah tiri Erikson. Namun,
identitas ayah kandungnya tetap menjadi misteri baginya. Meskipun Erikson tidak memiliki
gelar pendidikan tinggi, namun keinginannya untuk belajar tidak pernah padam. Dia
memiliki tekad yang kuat untuk menguasai berbagai bidang ilmu, termasuk psikoanalisis,
antropologi, psikohistoris, dan pendidikan.

Teori Kepribadian Harry Stack Sullivan


Salah satu teori kepribadian yang dikembangkan oleh Harry Stack Sullivan adalah Teori
Interpersonal Psikiatri. Teori ini menggambarkan kehidupan manusia sebagai sistem energi
yang berfokus pada bagaimana menghilangkan tegangan yang timbul akibat keinginan dan
kecemasan. Sullivan berpendapat bahwa tegangan tersebut dapat termanifestasi dalam
berbagai bentuk, seperti kebutuhan dan kecemasan. Dalam teorinya, Sullivan juga
mengidentifikasi dua bentuk energi yang penting dalam kepribadian seseorang, yaitu
tegangan dan transformasi energi. Tegangan merujuk pada potensi untuk bertindak, baik
yang disadari maupun yang tidak disadari. Sementara itu, transformasi energi mengacu
pada proses transformasi tingkah laku sebagai respons terhadap tegangan. Sullivan juga
menggambarkan struktur kepribadian yang terdiri dari dinamisme, personifikasi, sistem
self, dan proses kognitif. Dinamisme mengacu pada pola khas transformasi energi yang
konsisten dan berulang dalam tingkah laku seseorang. Personifikasi adalah gambaran diri
atau orang lain yang dibentuk berdasarkan pengalaman yang menyebabkan kepuasan atau
kecemasan. Sistem self adalah pola tingkah laku yang konsisten yang bertujuan
mempertahankan keamanan interpersonal. Sedangkan proses kognitif terdiri dari
prototaxis, parataxis, dan sintaksis.

Teori Kepribadian Erik Erikson


Erik Erikson mengembangkan teori perkembangan psikososial yang terdiri dari delapan
tahap. Teori ini mempertimbangkan pengaruh faktor sosial dan budaya dalam
perkembangan individu, tidak hanya faktor biologis seperti yang dikemukakan oleh
Sigmund Freud. Erikson meyakini bahwa individu mengalami konflik dalam setiap tahap
perkembangan dan bahwa konflik ini dapat memiliki dampak positif atau negatif terhadap
perkembangan kepribadian mereka.

Tahap pertama dalam teori Erikson adalah tahap kepercayaan versus ketidakpercayaan.
Tahap ini terjadi pada usia 0-1 tahun dan berkaitan dengan pengembangan kepercayaan
dasar pada dunia dan orang-orang di sekitar individu. Jika individu merasa dipenuhi dengan
rasa aman dan kepercayaan, maka ia akan mengembangkan sikap positif terhadap dunia.
Tahap kedua adalah tahap otonomi versus rasa malu yang terjadi pada usia 2-3 tahun. Pada
tahap ini, individu mengembangkan otonomi dan kepercayaan diri. Jika individu
mendapatkan dukungan dan dorongan untuk mengeksplorasi dan mengambil keputusan
sendiri, maka ia akan mengembangkan rasa otonomi yang sehat. Tahap ketiga adalah tahap
inisiatif versus rasa bersalah yang terjadi pada usia 3-6 tahun. Pada tahap ini, individu
mulai mengembangkan inisiatif dan rasa ingin tahu. Jika individu merasa didukung dan
diizinkan untuk mengungkapkan inisiatifnya, maka ia akan memiliki rasa percaya diri
dalam mengambil langkah-langkah baru.

Tahap berikutnya adalah tahap industri versus rasa rendah diri pada usia 6-12 tahun.
Tahap ini berkaitan dengan pengembangan rasa kompetensi dan kemampuan individu. Jika
individu merasa diakui dan dihargai atas usaha dan prestasinya, maka ia akan
mengembangkan rasa percaya diri yang kuat. Pada tahap identitas versus kebingungan
peran yang terjadi pada usia 12-20 tahun, individu mulai mencari identitas dan tujuan
hidupnya. Jika individu diberi kesempatan untuk mengeksplorasi pilihan dan nilai-nilai
yang penting baginya, maka ia akan mengembangkan rasa identitas yang kokoh.

Tahap berikutnya adalah tahap intimasi versus isolasi pada usia 20-40 tahun. Tahap ini
melibatkan pengembangan hubungan yang intim dengan orang lain. Jika individu dapat
membangun hubungan yang sehat dan saling mendukung, maka ia akan merasakan
keintiman yang memuaskan. Tahap generativitas versus stagnasi pada usia 40-65 tahun
berkaitan dengan mempertimbangkan warisan dan kontribusi individu terhadap generasi
berikutnya. Jika individu merasa memiliki kontribusi yang berarti dan dapat mempengaruhi
orang lain secara positif, maka ia akan mengembangkan rasa generativitas. Tahap terakhir
adalah tahap integritas versus putus asa pada usia 65 tahun ke atas. Tahap ini melibatkan
refleksi dan pengakuan terhadap hidup yang telah dijalani. Jika individu dapat melihat
hidupnya dengan rasa puas dan menerima kematian sebagai bagian alamiah dari siklus
kehidupan, maka ia akan mengembangkan rasa integritas yang memuaskan.

Relevansi Teori Kepribadian dalam Pendidikan


Teori kepribadian yang dikembangkan oleh Harry Stack Sullivan dan Erik Erikson memiliki
banyak relevansi dalam konteks pendidikan. Dalam tahap perkembangan identitas dan
kebingungan peran, siswa perlu diajarkan nilai-nilai moral dan etika yang akan membantu
mereka membangun identitas yang kuat. Penting bagi guru untuk memberikan
pembelajaran yang tidak hanya berkaitan dengan pengetahuan akademik, tetapi juga
pembelajaran karakter. Guru dapat menjadi contoh yang baik bagi siswa dalam menghadapi
konflik dan tantangan. Dengan menunjukkan sikap yang positif dan solusi yang efektif, guru
dapat menginspirasi siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial yang sehat. Penting
bagi guru untuk menghindari perilaku seenaknya yang dapat menimbulkan rasa tidak aman
dan kebingungan pada siswa. Guru harus memberikan batasan yang jelas dan konsisten,
serta memberikan pengarahan yang positif kepada siswa.
Kritik terhadap Teori Kepribadian
Tidak semua individu mengalami tahap perkembangan yang sama pada waktu yang sama.
Setiap individu memiliki keunikan dan pengalaman yang berbeda dalam perkembangannya,
sehingga tidak semua individu akan mengalami konflik dan tahap perkembangan yang
sama. Teori kepribadian ini lebih fokus pada deskripsi perkembangan sosial dan emosional
individu, tanpa memberikan penjelasan yang mendalam tentang bagaimana dan mengapa
perkembangan ini terjadi. Teori ini juga cenderung mengabaikan perbedaan gender dalam
perkembangan individu.

Kesimpulan
Harry Stack Sullivan dan Erik Erikson adalah dua tokoh penting dalam bidang psikologi
kepribadian. Teori kepribadian yang dikembangkan oleh keduanya memberikan
pemahaman yang dalam tentang hubungan interpersonal dan perkembangan kepribadian.
Dengan memahami tahap-tahap perkembangan kepribadian yang diidentifikasi oleh
mereka, kita dapat memahami bagaimana pengaruh lingkungan dan interaksi sosial
mempengaruhi pembentukan kepribadian seseorang. Teori ini juga memiliki aplikasi yang
relevan dalam konteks pendidikan. Melalui penelitian dan pemikiran mereka, Harry Stack
Sullivan dan Erik Erikson telah memberikan kontribusi yang signifikan dalam pemahaman
kita tentang bagaimana individu berkembang sepanjang hidup mereka.

Anda mungkin juga menyukai