Parasimpatomimetik
Kelompok 1- Farmakologi B
Anggota
Mutiara Salsabila (2206091453)
Michelle Evelyn Rahardja (2206091402)
Astrelia Faustina Sandhari (2204825901)
Ira Rossi Adelia Turnip (2206091693)
Lathifa Syakira (2206826526)
Sheryl Esterlina (2206091522)
Resa Sentaria Damanik (2206091440)
Margaretha J Inriani (2206091472)
Nandhika Ayshiara Calista (2206092033)
Table of contents
01 02
Buat bagan Buat daftar/tabel dari masing-masing organ dan
klasifikasi tipe reseptor asetilkolin (CNS, ganglia otonom,
direct-acting dan mata, jantung, pembuluh darah, bronkus, usus,
indirect-acting saluran kemih, otot rangka, kelenjar hormon)
kolinomimetik serta second messengernya
03 04 05
Jelaskan farmakodinamik, Jelaskan perbedaan direct-acting Jelaskan gejala umum
ADME, kegunaan klinis, dan dan indirect-acting kolinomimetik keracunan insektisida
kontra indikasi dari agonis terkait poin 4 diatas secara organofosfat dan
kolinomimetik singkat/umum keracunan akut nikotin
01
Buat bagan klasifikasi
direct-acting dan
indirect-acting kolinomimetik
Kolinomimetik / Cholinomimetic
Obat Kolinomimetik adalah kelompok obat yang meniru efek asetilkolin yang
dibentuk oleh stimulan reseptor asetilkolin dan inhibitor kolinesterase.
Trevor, A., Kruidering-Hall, M., & Katzung, B. (2015). Katzung & Trevor's Pharmacology : Examination & Board Review (11th ed., p. 60). McGraw Hill Professional.
Katzung BG, Masters SB, Trevor AJ. (2013). Farmakologi Dasar dan Klinik (Terjemahan). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Trevor, A., Kruidering-Hall, M., & Katzung, B. (2015). Katzung & Trevor's Pharmacology : Examination & Board Review (11th ed., p. 60). McGraw Hill Professional.
Direct - acting
● Direct-acting terbagi menjadi muksarinik dan nikotinik
○ Reseptor muskarinik meniru efek yang ditimbulkan oleh impuls saraf parasimpatis; yaitu,
efek parasimpatomimetik. Terletak di membran plasma sel di susunan saraf pusat.
○ Reseptor nikotinik adalah bagian dari polipeptida transmembran yang subunit-subunitnya
membentuk saluran ion selektif kation. Terletak di membran plasma sel pascaganglion.
● Kelompok ini terdiri dari kelompok ester kolin (asetilkolin, metakolin, karbachol, bethanechol) dan
kelompok kedua dari alkaloid alami (muscarine, pilocarpine, nikotin, lobeline).
Trevor, A., Kruidering-Hall, M., & Katzung, B. (2015). Katzung & Trevor's Pharmacology : Examination & Board Review (11th ed., p. 60). McGraw Hill Professional.
Katzung BG, Masters SB, Trevor AJ. (2013). Farmakologi Dasar dan Klinik (Terjemahan). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Spektrum aksi Cholinomimetics
Trevor, A., Kruidering-Hall, M., & Katzung, B. (2015). Katzung & Trevor's Pharmacology : Examination & Board Review (11th ed., p. 60). McGraw Hill Professional.
Trevor, A., Kruidering-Hall, M., & Katzung, B. (2015). Katzung & Trevor's Pharmacology : Examination & Board Review (11th ed., p. 60). McGraw Hill Professional.
Indirect-acting
● Obat cholinomimetics yang bekerja tidak langsung disintesis dalam 2 kelas kimia utama: ester asam
karbamat (karbamat) dan ester asam fosfat (organofosfat).
● Obat-obatan ini adalah penghambat asetilkolinesterase (AChE), yang menghidrolisis asetilkolin
menjadi kolin dan asam asetat.
● Kelas ketiga hanya memiliki satu anggota yang berguna secara klinis: edrophonium, yang
merupakan alkohol (bukan ester) dengan durasi kerja yang sangat singkat.
● Spektrum aksi obat cholinomimetics yang bekerja tidak langsung:
Trevor, A., Kruidering-Hall, M., & Katzung, B. (2015). Katzung & Trevor's Pharmacology : Examination & Board Review (11th ed., p. 60). McGraw Hill Professional.
Trevor, A., Kruidering-Hall, M., & Katzung, B. (2015). Katzung & Trevor's Pharmacology : Examination & Board Review (11th ed., p. 60). McGraw Hill Professional.
02
Buat daftar/tabel dari masing-masing
organ dan tipe reseptor asetilkolin (CNS,
ganglia otonom, mata, jantung, pembuluh
darah, bronkus, usus, saluran kemih, otot
rangka, kelenjar hormon) serta second
messenger nya
Asetilkolin
Molekul kecil (CH3COOCH2CH2N+(CH3)3)
● Memiliki struktur kimia sederhana yang
terdiri dari sebuah ester dari kolin dan
asam asetat
● Berperan dalam regulasi belajar (learning),
memori, kontrol gerakan, dan mood
(perasaan)
● Berperan penting dalam menjaga
homeostasis di otak dengan
● bertindak sebagai neurotransmiter pada
perifer dan SSP
Muskarinik
Ganglia simpatik, Kelenjar Ludah dan Lambung, 7 Segmen transmembran yang berikatan dengan
M1
Saraf Enterik Gq/11
M2 Miokardium, SSP, jantung, otot polos 7 Segmen transmembran yang berikatan dengan Gi/o
Kelenjar eksokrin, otot polos pernapasan, 7 Segmen transmembran yang berikatan dengan
M3
saluran cerna, endotel Gq/11
Derrickson, Bryan et Tortora, Gerard J. 2012. Principles of anatomy & physiology 13th edition. US: John Wiley & Sons, Inc
Reseptor Nikotinik
Mekanisme
Reseptor Letak Respons Membran Molekular
Alfred G dan Louis SG (2011). Goodman and Gilman's The Pharmacological Basis of Therapeutics. Edisi 12. New York : The McGraw-Hill Companies
Brunton, L. L., Hilal-Dandan, R., & Knollmann, B. C. (2018c). Goodman & Gilman’s the pharmacological basis of therapeutics (13th ed.). McGraw-Hill Education.
Brunton, L. L., Hilal-Dandan, R., & Knollmann, B. C. (2018c). Goodman & Gilman’s the pharmacological basis of therapeutics (13th ed.). McGraw-Hill Education.
Brunton, L. L., Hilal-Dandan, R., & Knollmann, B. C. (2018c). Goodman & Gilman’s the pharmacological basis of therapeutics (13th ed.). McGraw-Hill Education.
Second Messenger reseptor asetilkolin
Katzung BG, Masters SB, Trevor AJ. (2013). Farmakologi Dasar dan Klinik (Terjemahan). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
03
Jelaskan farmakodinamik,
ADME, kegunaan klinis, dan
kontra indikasi dari agonis
kolinomimetik
Kolinomimetik
Direct-acting
Farmakodinamik - Mekanisme Kerja
Penjelasan Ringkas
1. Sintesis Asetilkolin → Choline acetyltransferase mengkatalisis pembentukan
acetylcholine dari choline dan acetyl-CoA
2. Penyimpanan Asetilkolin → Acetylcholine disimpan di dalam vesicles yang
memproteksi acetylcholine dari degradasi
3. Pelepasan Asetilkolin → Acetylcholine dilepaskan. Pelepasan ini dapat
diblokir oleh toxin botulinum. Lalu, bisa laba-laba juga dapat merangsang
pelepasan acetylcholine.
4. Berikatan dengan Reseptor → berikatan dengan reseptor dan memberikan
reaksi
5. Asetilkolin Didegradasi → Acetylcholine dihidrolisis oleh acetylcholinesterase
di synaptic cleft ⇒ menjadi Acetate dan Choline
6. Penggunaan kembali Choline (Recycling of Choline) → Choline dapat
digunakan untuk sintesis asetilkolin selanjutnya
Brunton, L., Parker, K., Blumenthal, D., & Buxton, I. (2010). Goodman & Gilman: Manual Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran: EGC.
Farmakodinamik - Mekanisme Kerja
Pembentukan
1. Kolin asetiltransferase (ChAT) mengkatalisis pembentukan Asetilkolin (ACh)
dari Choline dan Acetil CoA
2. Kolin akan diambil dari cairan ekstraseluler ke dalam aksoplasma melalui
transpor aktif. Pengambilan/uptake Koline dilakukan melalui pembawa yang
bergantung Na+, yaitu: CHT1 yang kerjanya dapat diblokir oleh
hemikolinium. Uptake Kolin ini akan mempengaruhi sintesis ACh dalam
varises.
3. Kolin asetiltransferase disintesis di dalam perikaryon dan kemudian diangkut
sepanjang akson terminalnya
4. Sudah ada CoA, ChAT, dan Choline. Dimulailah sintesis ACh. Kolin
mengalami asetilasi dengan asetil KoA ⇒ ACh.
5. Tahap akhir berada di sitoplasma → AcH pindah ke dalam vesikel sinaptik
Brunton, L., Parker, K., Blumenthal, D., & Buxton, I. (2010). Goodman & Gilman: Manual Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran: EGC.
Farmakodinamik - Mekanisme Kerja
Penyimpanan di Vesikel
1. ACh diangkut ke vesikel sinaptik oleh VAChT (Vehicle ACh Transporter)
menggunakan energi potensial
2. Pengangkutan proton keluar dari vesikel digabungkan dengan penyerapan
ACh ke dalam vesikel
3. Proses ini dapat dihambat oleh vesamicol
4. Perkiraan kandungan ACh di dalam vesikel sinaptik berkisar dari 1000-lebih
dari 50.000 molekul, dengan terminal saraf motorik tunggal yang
mengandung 300.000 atau lebih vesikel
Brunton, L., Parker, K., Blumenthal, D., & Buxton, I. (2010). Goodman & Gilman: Manual Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran: EGC.
Farmakodinamik - Mekanisme Kerja
Pelepasan Asetilkolin
1. Pelepasan eksositosis ACh dan ko-transmitter terjadi pada depolarisasi
terminal saraf
2. Depolarisasi terminal memungkinkan masuknya Ca2+ dan mendorong fusi
membran vesikular dengan membran plasma
3. Terdapat 2 pool vesikel. Pool pertama adalah “depot” atau “siap lepas”,
vesikel ini mengandung transmitter yang baru disintesis. Saat terjadi
depolarisasi, vesikel ini yang akan digunakan untuk melepas ACh
4. Pool lain adalah “pool cadangan”, mengisi kembali pool ‘siap lepas’ dan
mungkin diperlukan untuk mempertahankan pelepasan ACh selama periode
stimulasi saraf yang berkepanjangan atau intens
Katzung, B. G., Masters, S. B., & Trevor, A. J. (2012). Farmakologi Dasar & Klinik. Amerika Serikat: McGrawHill Medical.
Farmakodinamik - Mekanisme Kerja
Berikatan dengan Muskarinik (M2R)
1. Merupakan G-protein coupled receptor
2. Mengatur produksi second messenger intrasel dan memodulasi saluran ion
tertentu melalui G protein
3. Terletak di membran plasma sel di susunan saraf pusat (Contohnya: pada
M1 terletak pada korteks serebral, hipokampus, striatum, dan talamus),
organ yang disarafi oleh saraf parasimpatis
Mekanismenya:
1. Setelah alur sintesis-pelepasan
2. Asetilkolin bereaksi dengan reseptornya (kolinoreseptor) dalam hal ini
reseptor-nya adalah Muskarinik (M2R) yang terhubung melalui Gi/o dan
menghambat adenil siklase → produksi cAMP menurun
Farmakodinamik - Mekanisme Kerja
Reseptor Muskarinik inhibitory (M2)
Ester-ester kolin kurang diserap dan kurang tersebar ke SSP karena sifatnya hidrofilik
→ Semua ester kolin terhidrolisis di dalam saluran cerna → kurang aktif bila diberikan
melalui rute oral
Asetilkolin:
1. Sangat cepat dihidrolisis
2. Penyuntikan bolus intravena dalam jumlah besar → menimbulkan efek singkat
3. Penyuntikan intramuskular dan subkutan → hanya menimbulkan efek lokasi
Brunton, L., Parker, K., Blumenthal, D., & Buxton, I. (2010). Goodman & Gilman: Manual Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran: EGC.
Katzung, B. G., Masters, S. B., & Trevor, A. J. (2012). Farmakologi Dasar & Klinik. Amerika Serikat: McGrawHill Medical.
Betanekol
Brunton, L., Parker, K., Blumenthal, D., & Buxton, I. (2010). Goodman & Gilman: Manual Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran: EGC.
Katzung, B. G., Masters, S. B., & Trevor, A. J. (2012). Farmakologi Dasar & Klinik. Amerika Serikat: McGrawHill Medical.
Efek Sistem Organ
Brunton, L., Parker, K., Blumenthal, D., & Buxton, I. (2010). Goodman & Gilman: Manual Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran: EGC.
Katzung, B. G., Masters, S. B., & Trevor, A. J. (2012). Farmakologi Dasar & Klinik. Amerika Serikat: McGrawHill Medical.
Brunton, L., Parker, K., Blumenthal, D., & Buxton, I. (2010). Goodman & Gilman: Manual Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran: EGC.
Katzung, B. G., Masters, S. B., & Trevor, A. J. (2012). Farmakologi Dasar & Klinik. Amerika Serikat: McGrawHill Medical.
Farmakologis
Mata
1. Agonis muskarinik diteteskan ke dalam kantung konjungtiva
2. Menstimulasi konstriktor pupil dan otot siliari ketika digunakan secara lokal pada
mata. Selain itu akan menyebabkan konstriksi pupil dan hilangnya kemampuan
mengakomodasi penglihatan jauh.
3. Kedua efek di atas mengakibatkan iris menjauhi sudut kamera anterior dan
anyaman trabekular di pangkal otot siliaris membuka.
Sistem Kardiovaskular
1. Infus intravena asetilkolin dalam dosis minimal (20-50 mcg/mnt) → vasodilatasi,
sehingga terjadi penurunan tekanan darah.
2. Ach dalam dosis lebih besar → brakikardia dan penurunan kecepatan hantaran
nodus atrioventrikel (hipotensi)
3. Efek tersebut diperantarai oleh reseptor M2 dan berperan memperlambat
kecepatan pacu jantung (pacemaker).
Brunton, L., Parker, K., Blumenthal, D., & Buxton, I. (2010). Goodman & Gilman: Manual Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran: EGC.
Katzung, B. G., Masters, S. B., & Trevor, A. J. (2012). Farmakologi Dasar & Klinik. Amerika Serikat: McGrawHill Medical.
Farmakologis
Mata
1. Agonis muskarinik diteteskan ke dalam kantung konjungtiva
2. Menstimulasi konstriktor pupil dan otot siliari ketika digunakan secara lokal pada
mata. Selain itu akan menyebabkan konstriksi pupil dan hilangnya kemampuan
mengakomodasi penglihatan jauh.
3. Kedua efek di atas mengakibatkan iris menjauhi sudut kamera anterior dan
anyaman trabekular di pangkal otot siliaris membuka.
Sistem Kardiovaskular
1. Infus intravena asetilkolin dalam dosis minimal (20-50 mcg/mnt) → vasodilatasi,
sehingga terjadi penurunan tekanan darah.
2. Ach dalam dosis lebih besar → brakikardia dan penurunan kecepatan hantaran
nodus atrioventrikel (hipotensi)
3. Efek tersebut diperantarai oleh reseptor M2 dan berperan memperlambat
kecepatan pacu jantung (pacemaker).
Brunton, L., Parker, K., Blumenthal, D., & Buxton, I. (2010). Goodman & Gilman: Manual Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran: EGC.
Katzung, B. G., Masters, S. B., & Trevor, A. J. (2012). Farmakologi Dasar & Klinik. Amerika Serikat: McGrawHill Medical.
Farmakologis
Sistem Respirasi
1. Agonis muskarinik menyebabkan sekresi trakeobronkial dan kontraksi otot polos
saluran bronkus → menimbulkan gejala pada penderita asma.
Saluran Pencernaan
1. Meningkatkan aktivitas sekresi dan motorik usus.
2. Aktivitas peristaltik meningkat di seluruh usus dan sebagian besar sfingter
melemas.
3. Reseptor yang berperan adalah reseptor M3 (diperlukan untuk aktivasi langsung
kontraksi otot polos) dan M2 (mengurangi pembentukan cAMP dan relaksasi
yang disebabkan obat simpatomimetik)
Brunton, L., Parker, K., Blumenthal, D., & Buxton, I. (2010). Goodman & Gilman: Manual Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran: EGC.
Katzung, B. G., Masters, S. B., & Trevor, A. J. (2012). Farmakologi Dasar & Klinik. Amerika Serikat: McGrawHill Medical.
Farmakologis
Saluran Urine
1. Ester kolin dan pilokarpin → mengontraksi otot detrusor kandung kemih,
meningkatkan tekanan pengosongan, menurunkan kapasitas kandung kemih,
meningkatkan peristaltis pada ureter, serta merelaksasikan otot trigonum dan
sfingter eksternal → menyebabkan berkemih
2. Betanekol memiliki sifat selektif untuk stimulasi kandung kemih dibandingkan
untuk aktivitas kardiovaskular.
3. Reseptor yang berperan: M2 dan M3
Brunton, L., Parker, K., Blumenthal, D., & Buxton, I. (2010). Goodman & Gilman: Manual Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran: EGC.
Katzung, B. G., Masters, S. B., & Trevor, A. J. (2012). Farmakologi Dasar & Klinik. Amerika Serikat: McGrawHill Medical.
Farmakologis
Kelenjar Eksokrin
1. Ester kolin dan alkaloid muskarinik → menstimulasi sekresi kelenjar yang
menerima persarafan kolinergik parasimpatik dan simpatik. ●
2. Kelenjar yang dipengaruhi → kelenjar lakrimal, saliva, pencernaan,
trakeobronkial, dan keringat.
3. Pilokarpin menyebabkan diaforesis (2-3 L keringat dapat disekresi) dan
meningkatkan saliva.
4. Muskarin dan aerokolin → menyebabkan diaforesis.
5. Efek samping→ cegukan, salivasi, mual, muntah, lemah, dan terkadang pingsan.
Brunton, L., Parker, K., Blumenthal, D., & Buxton, I. (2010). Goodman & Gilman: Manual Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran: EGC.
Katzung, B. G., Masters, S. B., & Trevor, A. J. (2012). Farmakologi Dasar & Klinik. Amerika Serikat: McGrawHill Medical.
Farmakologis
Sistem Saraf Pusat
1. Ester kolin tidak menembus sawar darah-otak.
2. Pada konsentrasi tinggi, nikotin memicu tremor, muntah, dan stimulasi pusat
pernapasan.
3. Pada kadar yang lebih tinggi, nikotin menyebabkan kejang yang dapat berakhir
dengan koma fatal.
4. Efek mematikan tersebut menjadikan nikotin cepat diserap dan merupakan dasar
pemakaian nikotin dan derivatnya (neonikotinoid) sebagai insektisida.
Sistem Saraf Tepi
1. Ganglion otonom merupakan tempat penting kerja sinaptik nikotinik.
2. Obat nikotinik memicu potensial aksi di neuron pascaganglion.
3. Efek nikotin pada saluran cerna adalah mual, muntah, diare, dan pada saluran
kemih adalah pengeluaran urin.
Brunton, L., Parker, K., Blumenthal, D., & Buxton, I. (2010). Goodman & Gilman: Manual Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran: EGC.
Katzung, B. G., Masters, S. B., & Trevor, A. J. (2012). Farmakologi Dasar & Klinik. Amerika Serikat: McGrawHill Medical.
Farmakologis
Taut Neuromuskular
⇒ Obat nikotinik penyebab depolarisasi yang tidak cepat dihidrolisis menyebabkan
blokade depolarisasi secara cepat; blokade transmisi menetap bahkan ketika membran
mengalami repolarisasi. → Fase blokade yang terakhir bermanifestasi sebagai
paralisis lunglai pada otot rangka
Kolinomimetik
Indirect-acting
Farmakodinamik Indirect Acting
Mekanisme Kerja
Katzung BG, Masters SB, Trevor AJ. (2013). Farmakologi Dasar dan Klinik (Terjemahan). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Farmakodinamik Indirect Acting
INHIBITOR KOLINESTERASE
3. Organofosfat
Contoh : ekotiopat
● Mengalami pengikatan awal dan hidrolisis oleh enzim →
terfosforilasi
● Ikatan kovalen fosfor enzim sangat stabil dan terhidrolisis
dalam air dengan sangat lambat (ratusan jam).
● Kompleks enzim yang terfosforilasi mungkin mengalami
proses yang dinamai penuaan (aging)
● Laju penuaan bervariasi sesuai senyawa organofosfat yang
bersangkutan
Katzung BG, Masters SB, Trevor AJ. (2013). Farmakologi Dasar dan Klinik (Terjemahan). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Farmakodinamik Indirect Acting
EFEK SISTEM ORGAN
Katzung BG, Masters SB, Trevor AJ. (2013). Farmakologi Dasar dan Klinik (Terjemahan). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Farmakodinamik Indirect Acting
EFEK SISTEM ORGAN
3. Sistem Kardiovaskular
● Meningkatkan aktivitas ganglion simpatis dan parasimpatis dan di reseptor asetilkolin di sel neuroefektor
● Jantung
○ parasimpatis lebih dominan
○ edrofonium/ fisostigmin/ neostigmin → efek kronotropik, dromotropik, dan inotropik negatif, dan curah jantung turun
● Pembuluh darah
○ Efek minimal → sebagian besar anyaman pembuluh darah tidak memiliki persarafan kolinergik (kecuali koronaria)
○ Pada dosis sedang, inhibitor kolinesterase menyebabkan peningkatan resistensi vaskular sistemik dan tekanan darah
● Pemberian inhibitor kolinesterase dosis sedang → bradikardia ringan, penurunan curah jantung, dan
peningkatan resistensi vaskular
● Pada dosis tinggi (toksik) → bradikardia berat, penurunan signifikan curah jantung, dan hipotensi
Katzung BG, Masters SB, Trevor AJ. (2013). Farmakologi Dasar dan Klinik (Terjemahan). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Farmakodinamik Indirect Acting
EFEK SISTEM ORGAN
4. Taut Neuromuskulus
● Konsentrasi rendah (terapetik) → agak memperlama dan memperkuat kerja asetilkolin →
meningkatkan kekuatan kontraksi otot- otot
● Pada konsentrasi yang lebih tinggi → akumulasi asetilkolin dapat menyebabkan fibrilasi serat otot
● Beberapa inhibitor kolinesterase karbamat kuaterner (contoh: neostigmin) → memiliki efek agonis
nikotinik langsung di taut neuromuskulus → efektif untuk mengobati miastenia
Katzung BG, Masters SB, Trevor AJ. (2013). Farmakologi Dasar dan Klinik (Terjemahan). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
AGONIS KOLINOSEPTOR
Whalen, K., Finkel, R., & Panavelil, T. A. (2015). Lippincott illustrated reviews: Pharmacology (6th ed.). Philadelphia, PA: Wolters Kluwer
Trevor, A., Kruidering-Hall, M., & Katzung, B. (2015). Katzung & Trevor's Pharmacology : Examination & Board Review (11th ed., p. 60). McGraw Hill Professional.
ADME Indirect Acting
Terdapat 3 gugus kimia pada inhibitor
kolinesterase, yaitu:
● Alkohol sederhana yang mengandung
1 gugus amonium kuartener (misalnya
edrofonium)
● Ester asam karbamat alkohol yang
memiliki gugus amonium kuartener
atau tersier (gol. karbamat misalnya
neostigmin)
● Turunan organik dari asam fosfat
(organofosfat misalnya ekotiofat)
Whalen, K., Finkel, R., & Panavelil, T. A. (2015). Lippincott illustrated reviews: Pharmacology (6th ed.). Philadelphia, PA: Wolters Kluwer
Trevor, A., Kruidering-Hall, M., & Katzung, B. (2015). Katzung & Trevor's Pharmacology : Examination & Board Review (11th ed., p. 60). McGraw Hill Professional.
Agonis Indirect Acting
AGONIS AGONIS
REVERSIBLE IRREVERSIBLE
● Ikatannya berumur pendek atau ● Ikatannya berumur panjang atau
mudah terputus akibat adanya ikatan sulit terputus akibat adanya
elektrostatik & hidrogen ikatan kovalen
● Contoh: alkohol sederhana (hitungan ● Contoh: organofosfat (ratusan
menit) & ester karbamat alkohol jam/resisten)
(kurang lebih 30 menit sampai 6 jam)
Whalen, K., Finkel, R., & Panavelil, T. A. (2015). Lippincott illustrated reviews: Pharmacology (6th ed.). Philadelphia, PA: Wolters Kluwer
Trevor, A., Kruidering-Hall, M., & Katzung, B. (2015). Katzung & Trevor's Pharmacology : Examination & Board Review (11th ed., p. 60). McGraw Hill Professional.
Edrophonium
CONTOH REVERSIBLE
● Edrophonium mengikat secara
reversibel ke pusat aktif AChE,
mencegah hidrolisis ACh
● Digunakan sebagai alat diagnostik
untuk penyakit myasthenia
gravis/autoimun
● Injeksi edrophonium intravena
menyebabkan peningkatan kekuatan
otot yang cepat
Whalen, K., Finkel, R., & Panavelil, T. A. (2015). Lippincott illustrated reviews: Pharmacology (6th ed.). Philadelphia, PA: Wolters Kluwer
Trevor, A., Kruidering-Hall, M., & Katzung, B. (2015). Katzung & Trevor's Pharmacology : Examination & Board Review (11th ed., p. 60). McGraw Hill Professional.
Physostigmine
CONTOH REVERSIBLE
● Bekerja dengan cara menghambat
enzim AchE sehingga memicu aksi
asetilkolin → meningkatkan kontraksi
pada otot polos mata
● Digunakan dalam pengobatan
penyakit glaukoma
● Mudah diserap dari semua tempat
● Obat ini tersebar ke susunan saraf
pusat dan lebih toksik daripada
berbagai karbamat kuaterner yang
lebih populer
Whalen, K., Finkel, R., & Panavelil, T. A. (2015). Lippincott illustrated reviews: Pharmacology (6th ed.). Philadelphia, PA: Wolters Kluwer
Trevor, A., Kruidering-Hall, M., & Katzung, B. (2015). Katzung & Trevor's Pharmacology : Examination & Board Review (11th ed., p. 60). McGraw Hill Professional.
Neostigmine
CONTOH REVERSIBLE
● Senyawa sintetis ester asam karbamat,
● Secara reversibel menghambat AChE dengan cara
yang mirip dengan physostigmine.
● Neostigmin juga digunakan untuk mengelola
gejala myastenia gravis.
● Karbamat kuartener: penyerapannya dari
konjungtiva, kulit, usus, dan paru kurang karena
muatan yang permanen menyebabkan zat ini
cenderung kurang larut dalam lemak
● Karbamat relatif stabil dalam larutan air tetapi
dapat dimetabolisasi oleh esterase non-spesifik di
tubuh serta oleh kolinesterase.
Whalen, K., Finkel, R., & Panavelil, T. A. (2015). Lippincott illustrated reviews: Pharmacology (6th ed.). Philadelphia, PA: Wolters Kluwer
Trevor, A., Kruidering-Hall, M., & Katzung, B. (2015). Katzung & Trevor's Pharmacology : Examination & Board Review (11th ed., p. 60). McGraw Hill Professional.
CONTOH REVERSIBLE
Whalen, K., Finkel, R., & Panavelil, T. A. (2015). Lippincott illustrated reviews: Pharmacology (6th ed.). Philadelphia, PA: Wolters Kluwer
Trevor, A., Kruidering-Hall, M., & Katzung, B. (2015). Katzung & Trevor's Pharmacology : Examination & Board Review (11th ed., p. 60). McGraw Hill Professional.
CONTOH IRREVERSIBLE
Whalen, K., Finkel, R., & Panavelil, T. A. (2015). Lippincott illustrated reviews: Pharmacology (6th ed.). Philadelphia, PA: Wolters Kluwer
Trevor, A., Kruidering-Hall, M., & Katzung, B. (2015). Katzung & Trevor's Pharmacology : Examination & Board Review (11th ed., p. 60). McGraw Hill Professional.
Kegunaan
klinis dan
kontraindikasi
Direct Acting
● Bethanechol: menstimulasi kandung kemih atonik, khususnya saat
pasca operasi. Dapat digunakan untuk mengatasi neurogenik dan
megakolon. Efek samping : efek stimulasi kolinergik umum
● Karbakol: agen miotik untuk mengatasi glaukoma dengan
memberikan kontraksi pada pupil dan menurunkan tekanan
intraokular
● Pilokarpin: digunakan secara topikal kepada mata, untuk mengatasi
glaukoma dan merupakan obat yang dipilih saat darurat untuk
menurunkan tekanan intraokular pada glaukoma sudut terbuka dan
glaukoma sudut tertutup
Whalen, K., Finkel, R., & Panavelil, T. A. (2015). Lippincott illustrated reviews: Pharmacology (6th ed.). Philadelphia, PA: Wolters Kluwer.
Derian, A. (2023). Bethanechol - StatPearls - NCBI Bookshelf. Retrieved from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560587/
Indirect Acting
● Edrophonium: Digunakan untuk diagnosis miastenia gravis, sebagai
penangkal neuromuskular kompetitif, memiliki durasi yang singkat (10-20
min)
● Fisostigmin: meningkatkan motilitas saluran pencernaan dan kandung
kemih, mengatasi overdosis obat yang memiliki aksi antikolinergik seperti
atropin. Efek samping: kejang (apabila dosis tinggi), dapat juga
bradikardia
● Neostigmine: menstimulasi saluran kemih dan saluran gastrointestinal,
sebagai antidot, mengatasi gejala miastenia gravis. Durasi 0,5-2 jam. Efek
samping: stimulasi kolinergik
Whalen, K., Finkel, R., & Panavelil, T. A. (2015). Lippincott illustrated reviews: Pharmacology (6th ed.). Philadelphia, PA: Wolters Kluwer.
Indirect Acting
● Takrin, donepezil, rivastigmine, galantamine: mengatasi
Alzheimer (pasien dengan alzheimer memiliki kekurangan
neuron kolinergik pada sistem saraf pusat)
● Ekotiofat: larutan optalmik topikal untuk mengatasi glaukoma
open angle. Tetapi, jarang digunakan karena efek sampingnya
dapat menyebabkan katarak
Whalen, K., Finkel, R., & Panavelil, T. A. (2015). Lippincott illustrated reviews: Pharmacology (6th ed.). Philadelphia, PA: Wolters Kluwer.
Kontraindikasi Agonis Kolinomimetik
Kontraindikasi adalah suatu kondisi spesifik yang dapat membuat pengobatan atau
prosedur tidak boleh diberikan karena dapat membahayakan pasien. Keterangan
kontraindikasi umumnya terdapat pada kemasan obat atau brosur obat.
MIMS
Kontraindikasi Agonis Kolinomimetik
3. Karbakol: memiliki kontraindikasi pada pasien yang hipersensitivitas terhadap carbachol
atau bahan apapun dalam formulasi dan kondisi dimana konstriksi pupil tidak diinginkan
(misalnya iritis akut, blok pupil).
4. Endrofonium: memiliki kontraindikasi hipersensitivitas terhadap pasien edrophonium
dengan obstruksi saluran cerna dan saluran kemih. Lalu untuk pasien aritmia jantung dan
asma diperlukan kewaspadaan dan pemantauan.
5. Fisostigmin: memiliki kontraindikasi kepada kasus obstruksi usus atau saluran kemih
mekanis dan harus berhati-hati kepada pasien dengan asma bronkial
6. Neostigmine: Terdapat ion bromida maka disarankan tidak diberikan kepada pasien
dengan riwayat reaksi terhadap bromida → pasien dengan peritontis atau obstruksi
mekanis pada usus atau saluran kemih.
MIMS
Kontraindikasi Agonis Kolinomimetik
7. Takrin: tidak disarankan untuk pasien yang memiliki hipersensitivitas terhadap takrin
atau derivat akridin. Tidak disarankan juga, untuk pasien yang memiliki riwayat
penyakit kuning dengan terapi takrin. Tidak untuk pasien menyusui.
Echothiophate. echothiophate [TUSOM | Pharmwiki]. (n.d.). Retrieved November 2, 2022, from https://tmedweb.tulane.edu/pharmwiki/doku.php/echothiophate
MIMS
04
Jelaskan perbedaan
direct-acting dan indirect-acting
kolinomimetik terkait poin 4
diatas secara singkat/umum
Perbedaan Direct-acting & Indirect-acting
Direct-acting Indirect-acting
ADME Absorpsi ● Ester-kolin sulit diabsorpsi karena sifatnya ● Karbamat kuartener: penyerapannya dari
yang hidrofilik. Saluran cerna menghidrolisis konjungtiva, kulit, usus, dan paru kurang
ester-kolin. karena muatan yang permanen menyebabkan
● Alkaloid kolinomimetik alami teriser zat ini cenderung kurang larut dalam lemak
(pilokarpin, nikotin, dan lobelin) diserap ● Fisostigmin: mudah diserap dari semua tempat
baik pada sebagian besar rute pemberian. ● Inhibitor kolinesterase organofosfat (kecuali
Nikotin dapat masuk ke dalam tubuh melalui ekotiopat) mudah diserap dari kulit, paru,
kulit karena cukup larut dalam lemak. usus, dan konjungtiva.
● Saluran pencernaan tidak menyerap
muscarin sepenuhnya.
Distribusi ● Ester-kolin kurang terdistribusi ke sistem ● Fisostigmin: tersebar ke susunan saraf pusat
saraf pusat karena sifatnya yang hidrofilik. dan lebih toksik daripada berbagai karbamat
● Muskarin dapat terdistribusi hingga otak. kuaterner yang lebih populer
Metabolism ● Amina-amina tersebut diekskresikan ● Karbamat relatif stabil dalam larutan air,
e dan terutama melalui ginjal. dapat dimetabolisme oleh esterase
Ekskresi non-spesifik di tubuh serta oleh kolinesterase.
Trevor, A., Kruidering-Hall, M., & Katzung, B. (2015). Katzung & Trevor's Pharmacology : Examination & Board Review (11th ed., p. 60). McGraw Hill Professional.
Perbedaan Direct-acting & Indirect-acting
Direct-acting Indirect-acting
Trevor, A., Kruidering-Hall, M., & Katzung, B. (2015). Katzung & Trevor's Pharmacology : Examination & Board Review (11th ed., p. 60). McGraw Hill Professional.
Perbedaan Direct-acting & Indirect-acting
Direct-acting Indirect-acting
Trevor, A., Kruidering-Hall, M., & Katzung, B. (2015). Katzung & Trevor's Pharmacology : Examination & Board Review (11th ed., p. 60). McGraw Hill Professional.
KEGUNAAN KLINIS
Whalen, K., Finkel, R., & Panavelil, T. A. (2015). Lippincott illustrated reviews: Pharmacology (6th ed.). Philadelphia, PA: Wolters Kluwer.
KONTRAINDIKASI
Langsung (direct-acting) Tidak Langsung (indirect-acting)
Bethanechol → Pasien yang daya tahan dinding Fisostigmin → Obstruksi usus atau saluran kemih
kandung kemih dan saluran pencernaannya mekanis
terganggu, pasien menyusui
Karbakol → Hipersensitivitas terhadap iritis akut, Neostigmine → Pasien dengan peritontis atau
blok pupil obstruksi mekanis pada usus atau saluran kemih
Katzung BG, Masters SB, Trevor AJ. (2013). Farmakologi Dasar dan Klinik (Terjemahan). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
05
Jelaskan gejala umum
keracunan insektisida
organofosfat dan keracunan
akut nikotin
Organofosfat
➢ Keracunan adalah masuknya zat racun ke tubuh,
baik melalui saluran cerna, napas, maupun kulit dan
mukosa sehingga menimbulkan gejala keracunan.
➢ Insektisida adalah bahan kimia berbentuk cairan
beracun yang digunakan untuk membunuh
serangga.
● Zat kimia organofosfat dihasilkan melalui proses esterifikasi antara asam fosfat
dan alkohol.
● Zat kimia sintetis yang terkandung pada pestisida untuk membunuh hama seperti
(serangga, jamur, atau gulma).
● Merupakan komponen utama herbisida, pestisida, dan insektisida.
● merupakan senyawa beracun yang sangat kuat
● Berbahaya bagi kesehatan spesies yang bukan targetnya
Gejala Keracunan
Krisis Kolinergik Akut
● Reseptor muskarinik parasimpatis :
○ Menghasilkan SLUDGE (salivation, lacrimation, urination, defecation, gastric upset,
and emesis) atau
○ DUMBBELS (defecation, urination, miosis, bronchorrhea, bradycardia, emesis,
lacrimation, salivation).
● Reseptor nikotinik:
○ Depolarisasi cepat dengan fasikulasi otot diikuti oleh blokade reseptor yang
mengakibatkan kelumpuhan atau kelemahan.
○ Kelumpuhan dapat menyebabkan gagal napas yang berakibat menjadi penyebab
kematian umum dalam keracunan OP. Pada umumnya kelumpuhan sembuh dalam
waktu 48-72 jam tetapi pemulihan klinis dapat memakan waktu satu minggu
setelah paparan.
● Sistem saraf pusat: agitasi, depresi, koma, dan kejang
Peter JV, Sudarsan TI, Moran JL. Clinical features of organophosphate poisoning: A review of different classification systems and approaches. Indian J Crit Care Med. 2014 Nov;18(11):735-45. doi: 10.4103/0972-5229.144017. PMID: 25425841; PMCID: PMC4238091.
Gejala Keracunan
Intermediate Myasthenia Syndrome (IMS)
● Reseptor nikotinik
○ Menyebabkan kelemahan otot bahkan sampai kelumpuhan.
○ Terbagi dalam tiga kategori otot berikut:
■ Otot-otot fleksor leher dan otot tungkai proksimal;
■ Otot yang dipersarafi oleh saraf kranial motorik dan/atau
■ Otot pernapasan.
● Tingkat gejala
○ Ringan, dapat pulih dalam waktu 2 hingga 7 hari dan memiliki prognosis yang baik.
○ Parah, kelumpuhan pernapasan membutuhkan intubasi endotrakeal segera dan ventilasi
mekanik karena gagal napas bisa berakibat fatal.
Organophosphate Induced Delayed Polyneuropathy (OPIDPN)
● Muncul 1-4 minggu setelah paparan, lama setelah gejala kolinergik menghilang.
● Gejala awal yang muncul: parestesia dan nyeri betis yang diikuti dengan kelemahan pada
otot-otot distal kaki selama dua minggu
● Seiring waktu, pasien dapat memperoleh kembali beberapa fungsinya
Peter JV, Sudarsan TI, Moran JL. Clinical features of organophosphate poisoning: A review of different classification systems and approaches. Indian J Crit Care Med. 2014 Nov;18(11):735-45. doi: 10.4103/0972-5229.144017. PMID: 25425841; PMCID: PMC4238091.
Penyembuhan
Pertolongan pertama:
● Menjauhkan pasien dari sumber kontaminasi, terutama dari tempat paparan inhalasi
● Pakaian yang terkontaminasi harus dilepas
● Kulit harus dicuci dengan air dan sabun alkali
Pengobatan
● Oral: kalium permanganat 1-3% atau natrium bikarbonat 0,5%. Bilas lambung dapat
membantu bahkan berjam-jam setelah konsumsi.
● Krisis Kolinergik Akut: Atropin 2-5 mg IV pada orang dewasa atau 0,05 mg/kgBB pada
anak-anak. Alternatif untuk dosis berulang atropin adalah infus kontinu (0,02-0,08
mg/kgBB/jam) setelah bolus awal diberikan.
● IMS: Reaktor kolinesterase (Oximes) → PAM (Pralidoxime) efektif untuk perawatan dalam
membalikkan tanda-tanda nikotinik
● Kejang: Diazepam 5- 15 mg IV setiap 5 hingga 10 menit sesuai kebutuhan
Peter JV, Sudarsan TI, Moran JL. Clinical features of organophosphate poisoning: A review of different classification systems and approaches. Indian J Crit Care Med. 2014 Nov;18(11):735-45. doi: 10.4103/0972-5229.144017. PMID: 25425841; PMCID: PMC4238091.
Studi Kasus
Menjelang sore, JM, seorang pria 43 tahun, dibawa teman sekerjanya ke ruang gawat-darurat
karena ia tidak lagi sanggup memetik sayuran. Ayunan langkahnya tidak mantap dan ia
berjalan dengan bantuan teman-temannya. JM mengalami kesulitan berbicara dan menelan,
penglihatannya kabur, dan matanya dipenuhi oleh air mata. Rekan Rekan sekerjanya
menyampaikan bahwa JM telah bekerja di lapangan yang baru disemprot pada pagi harinya
oleh suatu bahan yang berbau belerang. Dalam 3 jam setelah mulai bekerja, JM mengeluh
dadanya sesak sehingga ia sulit bernapas, dan ia meminta bantuan sebelum mengalami
disorientasi. Bagaimana Anda selanjutnya memeriksa dan mengobati JM? Apa yang perlu
dilakukan kepada teman temannya?
Jawaban Studi Kasus
● Gambaran pasien adalah khas keracunan inhibitor kolinesterase organofosfat.
● Tanyakan rekan sekerjanya, bahan yang digunakan.
● Dekontaminasi pasien dengan membuka baju dan mencuci bagian yang terkena.
● Pastikan jalan napas terbuka dan berikan oksigen.
● Untuk kelebihan muskarinik, berikan atropin (0,5-5 mg) intravena sampai tanda-tanda
kelebihan muskarinik (dispnu, lakrimasi, kebingungan) mereda.
● Untuk mengatasi kelebihan nikotinik, infus 2-PAM (awalnya larutan 1-2% dalam 15-30
menit) diikuti oleh infus larutan 1% (200- 500 mg/jam) sampai fasikulasi otot mereda. Jika
diperlukan, dekontaminasi rekan sekerja dan isolasi semua baju yang tercemar.
Nikotin
● Diperoleh dari daun kering Nicotiana tabacum dan N. rustica.
● Cukup larut lemak sehingga mudah diserap oleh kulit.
● Umumnya digunakan untuk pestisida dan sebagai zat utama
pembentuk rokok.
● Nikotin ditemukan dalam rokok, cerutu, rokok elektrik, tanaman
tembakau, beberapa insektisida, dan dalam produk pengganti nikotin
(permen karet nikotin, koyo, tablet hisap, inhaler, dan semprotan
hidung)
● Zat aditif yang mempengaruhi syaraf dan peredaran darah pada
serangga bahkan kalau terlalu tinggi dosis juga terpengaruh pada
manusia.
● Bersifat karsinogenik, dan mampu memicu kanker paru-paru yang
mematikan.
Gejala Keracunan
● Reseptor nikotinik: menyebabkan tubuh gemetar dan berubah menjadi gerakan tak beraturan
atau kejang-kejang, muntah, hingga menyebabkan kematian
● Pada sistem kardiovaskular, efek nikotin terutama adalah simpatomimetik.
● Penyuntikan nikotin parenteral menimbulkan hipertensi dramatis; takikardia simpatis yang
mungkin bergantian dengan bradikardia.
● Di saluran cerna dan kemih, efek umumnya adalah parasimpatomimetik: sering dijumpai mual,
muntah, diare, dan pengeluaran urin.
Anonym. (2021). Nicotine poisoning: Symptoms, causes, treatment & prevention. Nicotine Poisoning. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/21582-nicotine-poisoning
Diagnosis
● Peningkatan kadar nikotin dapat dideteksi dengan pengecekan urin atau darah.
Pengobatan
● Keracunan :
○ Menggunakan benzodiazepin untuk mengatasi kejang.
○ Atropin untuk mengatasi detak jantung lambat.
● Ketagihan : Menggunakan tempelan nikotin transdermis atau obat bupropion untuk
mengurangi ketagihan nikotin
○ Naltrekson juga membantu orang berhenti dari nikotin (merokok) tanpa disertai
banyak penambahan berat badan.
Anonym. (2021). Nicotine poisoning: Symptoms, causes, treatment & prevention. Nicotine Poisoning. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/21582-nicotine-poisoning
TERIMA
KASIH
CREDITS: This presentation template was
created by Slidesgo, including icons by
Flaticon, infographics & images by Freepik