Anda di halaman 1dari 2

Penyiaran dan Film Era Pemerintahan SBY

A. Peresmian TV Digital
Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono dengan didampingi
oleh Menteri Kominfo Tifatul Sembiring, Gubermur DKI Jakarta Fauzi Bowo dan
Direktur Utama TVRI Imas Sunarya pada tanggal 21 Desember 2010 telah
melakukan peresmian pemancar televisi digital TVRI Jakarta, Surabaya dan Batam.
Acara peresmian yang berlangsung di Auditorium TVRI Jakarta tersebut dihadiri
oleh sejumlah Pejabat di lingkungan TVRI.
Siaran televisi digital ini akan menjadi standar baru siaran televisi secara
global. Digitalisasi siaran televisi Indonesia ini bahkan lebih awal dari pada yang
diterapkan oleh pemerintah dan kalangan industri pertelevisian Amerika Serikat,
yang menurut rencana baru akan dimulai pada tahun 2011. Siaran televisi digital ini
menggantikan teknologi analog yang selama ini digunakan di Indonesia, yang
keunggulannya tidak hanya pada kualitas gambar, tetapi juga pada kemampuannya
yang mobile.
Yang lebih revolusioner dari televisi digital ini adalah kemampuan
interaktifnya antara stasiun televisi dengan penonton. Kalau dalam sistem analog,
maka siaran televisi dipancarkan oleh stasiun televisi dan penonton tinggal
menerima saja apapun yang dipancarkan.
Sikap apresiasi pemerintah terhadap TVRI ini adalah cukup wajar, karena
sudah 48 tahun TVRI berdiri sejak di tahun 1962 melalui peresmian yang bersejarah
oleh Presiden Soekarno yang kemudian menandai adanya siaran televisi hitam putih
dalam menyiarkan rangkaian pesta olah-raga Asian Games, dimana TVRI telah
banyak memberikan warna dalam membingkai dinamika kehidupan masyarakat.
Indonesia menjadi negara di garis terdepan dalam teknologi telekomunikasi di Asia.
Kemudian Presiden Soeharto secara signifikam dalam perjalanan ranah televisi dan
telekomunikasi melalui peluncuran satelit Palapa di tahun 1976, yang dampaknya
langsung terasa karena siaran televisi dapat menjangkau hampir seluruh wilayah
Inonesia. Kini di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, perkembangan televisi
mengalami loncatan percepatan melalui program siaran digital.
B. Undang-undangan Film
SBY adalah presiden ke enam dengan masa pemerintahan dimulai sejak 20
Oktober 2004 hingga 20 Oktober 2014. Membaca Undang-Undang Perfilman pada
era Presiden Soeharto (UU No.8 Tahun 1992) dan era Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono (UU No. 33 Tahun 2009) seperti membaca kitab suci yang mendasari
perfilman di Indonesia. Secara garis besar, undang-undang ini mengatur segala hal
tentang perfilman di Indonesia. Dalam UU versi orde baru, diatur juga ekosistem
film lain selain produksi film, yaitu aturan yang memberlakukan export dan import
film.
Sedangkan, dalam Undang-Undang versi terbaru yang dirilis pada tahun 2009
di era kepemimpinan presiden Susilo Bambang Yudhoyono, banyak pasal dan aturan
yang ditambahkan. Dalam UU ini, perfilman diharapkan memiliki fungsi sebagai
pendorong daya kreatif, ekonomi, pendidikan, hiburan, informasi dan kebudayaan.
Dijelaskan secara detail pula tentang klasifikasi usia untuk setiap tontonan film
yang mana dalam UU sebelumnya tidak tertulis.
C. Sejarah Lembaga APTIKA
Di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dikeluarkan Keppres Nomor 10
Tahun 2005 yang menggabungkan Kementerian Negara Komunikasi dan Informasi,
Lembaga Informasi Nasional, dan Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi (dari
Kementerian Perhubungan Republik Indonesia) serta ditambahkan direktorat
jenderal baru, yaitu Direktorat Jenderal Aplikasi Telematika. Seluruh penggabungan
ini menghasilkan Departemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo).
Pada 2009 saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memimpin Kabinet
Indonesia Bersatu II, Depkominfo diubah namanya menjadi Kementerian
Komunikasi dan Informatika, sementara Ditjen Pos dan Telekomunikasi dipecah dua
menjadi Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika, dan Ditjen Sumber Daya
Perangkat Pos dan Informatika, lalu Ditjen Aplikasi Telematika berganti nama
menjadi Ditjen Aplikasi Informatika. Sedangkan Ditjen Sarana Komunikasi dan
Diseminasi Informasi dan Badan Informasi Publik dilebur kembali menjadi
Direktorat Jenderal Informasi Komunikasi Publik.
Sebagai pemimpin negara, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
memberikan apresiasi pada dunia perfilman di Indonesia dengan cara menonton
bersama sejumlah film tersebut. Berikut 5 film yang ditonton Presiden SBY dalam
nobar dari arsip berita detikcom:
1. Ayat-ayat Cinta
2. Laskar Pelangi
3. Lima Elang
4. Born To Be Wild
5. Habibie & Ainun
Dukungan terhadap perkembangan film Indonesia adalah bagian dari solusi
besar untuk pembangunan ekonomi Indonesia. Film adalah salah satu bentuk
ekonomi kreatif yang tidak boleh diremehkan. Tahun 2007 film Indonesia
menyumbang 7 persen dari keseluruhan ekonomi. Tahun 2002 hingga 2007
menyumbang Rp 105 triliun, dan tahun 2006 sendiri menyumbang Rp 81,5 triliun.
Tahun 2002 hingga 2006, 5.4 juta tenaga terserap melalui film. Tahun 2006, 2,2 juta
tenaga kerja diserap.

Anda mungkin juga menyukai