Anda di halaman 1dari 9

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS)

SPESIFIKASI TEKNIS
PEKERJAAN PEMBUATAN JALAN RABAT BETON

PASAL 1
A. PENJELASAN UMUM
1. Lingkup pekerjaan
a. Pekerjaan pelaksanaan seperti yang dimaksud dalam Instruksi Kepada Peserta
dan gambar-gambar perencanaan. Pekerjaan ini meliputi :
 Pembuatan Jalan Rabat Beton
b. Dinas : Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Kab. Batu Bara
c. Sumber Dana : Dana P-APBD Tahun Anggaran 2020
d. Judul Proyek : Pembangunan Jalan Gang Ruslan Dusun I Desa Air Hitam
1) Pelaksanaan pekerjaan harus dilaksanakan menurut Gambar-Gambar Bestek,
RKS dan juga Semua Syarat-Syarat, Ketentuan-Ketentuan dan Cara-Cara yang
disebutkan dalam Rencana Pekerjaan ini dan Penjelasan-penjelasan tambahan,
yang dicatat atau dimuat dalam Risalah Berita Acara Pemberian Penjelasan
Pekerjaan serta Segala Petunjuk, Saran dan Perintah Lisandan Tertulis dari
Panitia Proyek maupun Pengawas Lapangan selama pekerjaan berlangsung.
2) Pekerjaan yang harus dilaksanakan adalah semua pekerjaan yang tercantum
dalam RencanaAnggaran Biaya yang dibuat berdasarkan BQ (Bill of Quantity)
yang dibuat oleh Perencana.
3) Pekerjaan meliputi mendatangkan bahan bangunan, alat-alat, perkakas dan
pengerahan tenaga kerja. Disamping itu Pemborong juga harus melaksanakan
pekerjaan persiapan serta keperluan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan
pekerjaan ini, sehingga pekerjaan bisa diselenggarakan dengan cepat, tepat
waktu, tepat mutu, baik dan sempurna sesuai dengan RKS yang ada.
4) Pemborong berkewajiban untuk meneliti Rencana Kerja dan Syarat-syarat
Teknik yang ada, Gambar-gambar Rencana lengkap dengan Gambar-gambar
Penjelasan dan Dokumen dokumen lainnya, memeriksa kebenaran dan kondisi
pekerjaan, meninjau tempat dimana pekerjaan akan dilaksanakan, melakukan
pengukuran-pengukuran dan mempertimbangkan seluruh lingkup pekerjaan
yang dibutuhkan untuk penyelesaian dan kelengkapan pelaksanaan kegiatan.
2. Kewajiban Kontraktor.
Kontraktor berkewajiban untuk meneliti Dokumen dan gambar-gambar Perencanaan,
memeriksa kebenaran dari kondisi pekerjaan, meninjau tempat pekerjaan, termasuk
tambahan dan perubahannya yang tercantum dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan
(Aanwijzing).
a. Melakukan pengukuran dan mempertimbangkan seluruh lingkup pekerjaan yang
dibutuhkan untuk penyelesaian dan kelengkapan pekerjaan.
b. Bila gambar tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) maka yang
mengikat/berlaku adalah RKS. Bila suatu gambar tidak cocok dengan gambar yang
lain, maka gambar yang mempunyai sekala lebih besar yang berlaku.
c. Bila perbedaan-perbedaan itu menimbulkan keraguan-keraguan sehingga dalam
pelaksanaan menimbukan kesalahan, kontraktor wajib menanyakan kepada
Konsultan Pengawas dan Kontraktor mengikuti Keputusan.
d. Kontraktor bertanggung jawab menanggung biaya yang timbul akibat kelalaian
kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan.
e. Pemborong harus menyediakan alat-alat yang diperlukan sesuai dengan
kebutuhannya serta dalam kondisi yang baik, menyediakan tenaga kerja yang ahli
dan cakap serta menunjuk seorang wakil yang harus selalu ada di tempat untuk
mempertanggungjawabkan pekerjaan.
f. Pemborong harus menjaga kesejahteraan dan keselamatan tenaga kerjanya selama
masa pelaksanaan pekerjaan.
g. Apabila pekerjaan telah selesai, kontraktor bertanggung jawab atas biaya
pengangkutan bahan bongkaran dan sisa bahan bangunan yang sudah tidak
dipergunakan lagi keluar lokasi pekerjaan.
3. Kuasa Kontraktor
a. Kontraktor harus bertanggung jawab penuh atas semua hasil pekerjaan sesuai
dengan kontrak yang telah ditanda tangani.
b. Kehadiran direksi selaku wakil dari pemberi tugas untuk melihat, mengawasi,
menegur atau memberi nasihat tidak mengurangi tanggung jawab penuh
tersebut di atas.
c. Kontraktor harus bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan yang timbul
akibat pelaksanaan pekerjaan. Oleh karena itu, kontraktor berkewajiban
memperbaiki kerusakan tersebut dengan biaya kontraktor sendiri.
d. Bilamana terjadi gangguan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan,
kontraktor wajib memberikan saran-saran perbaikan kepada pemberi tugas
melalui direksi. Apabila halini tidak dilakukan, kontraktor bertanggung jawab
atas kerusakan yang timbul.
e. Kontraktor bertanggung jawab menanggung biaya yang timbul akibat kelalaian
kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan.
4. Direksi / Pengawas
 Direksi/Pengawas dalam hal ini adalah Konsultan Pengawas yang ditunjuk oleh
pihak proyek yang akan mengadakan pengawasan teknis sehari-hari.
5. Pemeriksaan Pekerjaan
a. Sebelum memulai pekerjaan lanjutan yang apabila bagian pekerjaan ini telah
selesai, akan tetapi belum diperiksa oleh konsultan pengawas, Kontraktor wajib
memintakan persetujuan kepada konsultan pengawas telah menyetujui bagian
pekerjaan, kontraktor dapat meneruskan pekerjaannya.
b. Bila permohonan pemeriksaan itu dalam waktu 2 x 24 jam (dihitung dari jam
diterimanya surat permohonan pemeriksaan, tidak terhitung hari libur/hari
raya, tidak dipenuhi oleh konsultan pengawas, kontraktor dapat meneruskan
pekerjaannya dan bagian yang seharusnya diperiksa dianggap telah disetujui
konsultan pengawas. Hal ini dikecualikan bila konsultan pengawas minta
perpanjangan waktu.
c. Bila Kontraktor melanggar ayat a. pasal ini, Konsultan Pengawas berhak
membongkar bagian pekerjaan sebagian ata selurunya untuk diperbaiki. Biaya
pembongkaran dan pemasangan kembali menjadi tanggungan Kontraktor.
6. Laporan Kemajuan Pekerjaan.
 Pemborong wajib menyediakan 2 (dua) buah buku besar yang digunakan untuk :
a. Mencatat semua instruksi / catatan Direksi yang diberikan oleh
Direksi/Pengawas kegiatan pelaksanaan pekerjaan yang selanjutnya
disebut “Buku Direksi”.
b. Buku untuk mencatat tamu/ Owner /wakil owner yang datang ke lokasi
pekerjaan selama masa pelaksanaan yang selanjutnya disebut “Buku
Tamu”.
c. Kedua buku tersebut harus ditandatangani bersama-sama oleh
Pemborong dan Pengawas Lapangan. Pada serah terima pekerjaan
selesai/penyerahan pertama kalinya. Buku-buku tersebut harus
diserahkan kepada Direksi.
 Pemborong harus membuat Laporan Harian. Laporan Harian dibuat/diisi setiap
hari untuk mencatat hal-hal sebagai berikut :
a. Jumlah dan kualifikasi tenaga kerja bekerja pada hari itu serta tenaga
personalia dari Pemborong sendiri.
b. Catatan bahan meliputi : bahan yang datang, bahan yang ditolak dan
bahan yang digunakan untuk pelaksanaan perkerjaan, baik jenis maupun
jumlahnya.
c. Jenis kegiatan bagian konstruksi yang dilaksanakan pada hari tersebut
dan besarnya kuantitas pekerjaan yang diselesaikannya.
d. Hasil fisik pekerjaan yang dicapai.
e. Jumlah alat baik yang dioperasikan dan lamanya operasi alat yang
bersangkutan.
f. Keadaan cuaca (hujan, banjir, ramalan pasang surut dan lain-lain).
g. Hambatan/kendala yang ada.
 Pencatatan Buku Harian dilakukan oleh Pemborong dan diperiksa/diketahui
kebenarannya oleh Pengawas Pekerjaan/Direksi.
 Disamping membuat Laporan Harian, Pemborong wajib membuat laporan
mingguan dan laporan bulanan dalam rangkap 4 (empat) yaitu untuk :
 Pada akhir pelaksanaan pekerjaan, Pemborong diwajibkan menyetor foto
ukuran 20R sebanyak 2 (dua) buah lengkap dengan bingkainya.
7. Pekerjaan Yang tidak lancar
a. Apabila pekerjaan yang tidak lancar yaitu tidak sesuai dengan rencana
kerja, terlalu lambat atau terhenti sama sekali, maka Direksi Pekerjaan
akan memberikan peringatan peringatan/teguran-teguran secara tertulis
kepada Pemborong.
b. Apabila Pemborong ternyata dengan sengaja tidak mengindahkan
peringatan-peringatan (a) diatas dan telah cukup diberi peringatan dan
teguran-teguran tertulis 3 kali berturut-turut, maka Pemimpin Proyek
berhak melakukan pemutusan kontrak secara sepihak.
8. Pekerjaan Tambah / Kurang Perbaikan
a. untuk mengerjakan pekerjaan tambah/kurang diberitahukan dengan
tertulis dalam buku harian oleh Konsultan Pengawas serta persetujuan
Pemberi Tugas.
b. Pekerjaan tambah/kurang hanya berlaku bila nyata-nyata ada perintah
tertulis dari Konsultan Pengawas atau persetujuan pemberi tugas.
c. Biaya pekerjaan tambah/kurang akan diperhitungkan menurut daftar
harga satuan pekerjaan yang dimasukkan oleh kontraktor. yang
pembayarannya diperhitungkan bersama dengan angsuran terakhir.
d. Untuk pekerjaan tambah yang harga satuannya tidak tercantum dalam
harga satuan yang dimasukkan dalam penawaran harga satuannya akan
ditentukan lebih lanjut oleh Konsultan Pengawas bersama-sama
Kontraktor dengan persetujuan Pemberi Tugas.
e. Adanya pekerjaan tambah tidak dapat dijadikan alasan sebagai penyebab
keterlambatan penyerahan pekerjaan, tetapi Konsultan
Pengawas/Pengelolah Proyek dapat mempertimbangkan perpanjangan
waktu karena adanya pekerjaan tambahan tersebut.

PASAL 2
B. PENGUKURAN, PENENTUAN LEVEL DAN PERSIAPAN
1. Pekerjaan Pengukuran / Uitzet
a. Pekerjaan pengukuran/Uitzet yang sepenuhnya dilaksanakan oleh pemborong
harus disaksikan oleh Direksi/Pengawas.
b. Pengukuran yang dilakukan tanpa disaksikan/sepengetahuan Direksi/
Pengawas dianggap tidak syah dan diulang kembali.
c. Pekerjaan pengukuran harus dilakukan dengan cermat/teliti dengan
menggunakan alat ukur, agar sudut-sudut betul-betul tegak lurus.
d. Patok propil/bauwplank ditanam yang kuat agar tidak hilang/berubah dari
tempatnya serta dicat yang jelas.
2. Pekerjaan Persiapan
a. Untuk menjamin keamanan dan mutu bahan (termasuk peralatan dll yang
diperlukan), Kontraktor harus menyediakan gudang penyimpanan yang tertutup
kuat dan aman dari resiko hilang/kerusakan. Kontraktor juga diwajibkan untuk
menyediakan barak kerja.
b. Sebelum pekerjaan dimulai, lokasi harus dibersihkan dari segala sesuatu yang
dapat mengganggu kelancaran pekerjaan, menghilangkan humus-humus
sebelum dilakukan galian/urugan dan selanjutnya tanah - tanah kelebihan / sisa
- sisa galian/timbunan harus disingkirkan oleh pemborong.
c. Pemborong harus memasang Papan Nama Proyek.
d. Ukuran satuan yang digunakan, semua dinyatakan dalam Centimeter.
PASAL 3
C. PEKERJAAN PENINGKATAN JALAN RABAT BETON.
1. Pekerjaan Penggalian Tanah dan Pembersihan Lapangan
a. Galian Tanah : Pekerjaan galian ini diawali dengan pekerjaan pembersihan,
tanah dasar 0.5 cm untuk bouwplank atau sesuai petunjuk pengawas teknik
harus digali dan dibuang, demikian pula semua tumbuhan – tumbuhan, tunggul -
tunggul kayu sampai akar akarnya, sampah-sampah serta material lain yang
akan mengganggu pelaksanaan pekerjaan, harus dibuang.
b. Setelah bersih, dilakukan pengukuran penentuan feil rencana Lapangan
Penumpukan dengan menggunakan patok.
c. Pekerjaan Galian disesuaikan dengan Gambar Perencanaan.
d. Pekerjaan Galian dilakukan secara manual dengan bantuan tenaga manusia dan
alat Bantu.
e. Hasil galian yang dapat dipakai untuk penimbunan harus diangkat langsung
ketempat yang direncanakan, atau tempat sementara yang disetujui oleh Direksi.
2. Pekerjaan Urugan Pasir dan Pemadatan.
a. Lapisan Pasir yang dipergunakan untuk pengurugan harus dari Pasir Timbun
yang baik dan memenuhi syarat teknis, bebas dari akar, bahan – bahan organis,
barang bekas / sampah dan terlebih dahulu harus mendapatkan persetujuan
Direksi dan jika di ijinkan dapat digunakan tanah bekas galian.
b. Dan apabila tanah dasar/alasnya tidak baik, yang diperkirakan dapat merugikan
konstruksi, maka dasar/alas tersebut harus digali dulu sampai pada lapisan
dasar tanah yang baik.
c. Tanah bekas galian harus ditimbun sedemikian rupa, sehingga tidak
mengganggu bouwplank dan lobang pondasi.
d. Urugan Pasir peninggian Jalan setapak , harus dilaksanakan sesuai dengan
gambar kerja. Ukuran yang tercantum dalam gambar kerja adalah ukuran
urugan Pasir dalam keadaan padat. Untuk urugan Pasir peninggian jalan rabat
beton dengan tinggi ukuran dari 5 cm sampai dengan 20 cm sesuai dengan
keadaan lapangan, maka pemadatan harus menggunakan mesin gilas atau
Stamper.
3. Pemasangan Plastik di Atasa Urugan Pasir
a. Plastik di gunakan sebagai lantai kerja Cor Beton yang berhubungan dengan
tanah, fungsinya yaitu untuk menahan agar air semen tidak keluar, merembes
kedalam tanah.
b. Penggunaan Plastik tergolong sebagai inovasi baru menggantikan material lantai
kerja sebelumnya berupa screed atau cor Beton berkualitas rendah.
4. Pekerjaan Rabat Beton;
a. Persiapan tanah dasar ; Sebelum pelaksanaan lokasi harus dibersihkan dari
semua kotoran yang dapat mempengaruhi Struktur dan disiram dengan air dan
dipadatkan dengan menggunakan stamper sehingga tidak mengalami
penurunan saat dicor.
b. Sebelum dicor, dasar rabat beton diratakan dengan menggunakan urugan Pasir
setebal 5 sampai dengan 10 cm ( tergantung dari existing muka jalan ).
c. Untuk rabat beton digunakan mutu beton K – 175 . dengan ketebalan 15 cm
sampai dengan 20 cm.
d. Untuk mengalirkan air yang jatuh, Kemiringan rabat beton dibuat ke arah
saluran dengan kemiringan 2 %.
5. Persyaratan Bahan.
a. Semen Portland Semen yang digunakan terdiri dari satu jenis merek dari yang
baik dan disetujui oleh Direksi dan harus memenuhi SNI. Semen yang telah
mengeras sebagian atau seluruhnya tidak diperkenankan untuk digunakan.
Untuk menghindari terjadinya hal tersebut di atas. Pemborong harus
memperhatikan syarat – syarat penyimpanan semen yang baik.
b. Pasir beton harus terdir dari pasir dengan butiran yang bersih dan bebas dari
bahan organik, lumpur dan sebagainya, sesuai dengan persyaratan yang
ditentukan.
c. Koral / kerikil beton yang digunakan harus bersih dari segala macam kotoran
serta mempunyai gradasi dan kekerasan sesuai dengan persyaratan yang
tercantum di dalam NI-2 (PBI-1991) (ukuran 2/3 dan ½).
d. Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan bebas dari bahan – bahan
organis, minyak, garam alkalis, asam yang dapat merusak beton. Apabila
diperlukan, Direksi dapat meminta kepada pemborong untuk memeriksakan air
yang akan digunakan ke Laboratorium pemeriksaan yang resmi dan syah atas
biaya pemborong.
6. Adukan.
Adukan untuk beton Jalan Setapak/Jalan Lingkungan, menggunakan perbandingan volume
berdasarkan mutu beton K-175, dengan ketebalan sesuai dengan gambar.
7. Persyaratan Pelaksanaan.
a. Pengecoran beton baru dapat dilakukan setelah :
 Direksi Pengawas Lapangan selesai memeriksa dan menyetujui acuan /
bekisting yang dibuat.
 Direksi / Pengawas Lapangan telah menerima hasil CAMPURAN BETON
untuk pengecoran.
 Pengadukan Beton harus menggunakan Beton Ready Mix
- Ready mix merupakan produksi dari sebuah pabrik pencampur
(dikenal dengan batching plan) kemudian diangkut dengan truk
molen. System pencampuran bisa melalui alat batching plan,
kemudian campuran beton yang sudah jadi sesuai dengan komposisi
campuran beton yang dikehendaki dituangkan kedalam truk molen
(dikenal dengan system basah).
b. Pekerjaan yang tidak sesuai dengan ketentuan ini, harus dibongkar dan
diperbaiki atas biaya Pemborong. Konsultan Pengawas berhak memerintahkan
pembongkaran guna perbaikan atas biaya Pemborong.
8. Pekerjaan Lain – Lain
a. Sebelum penyerahan pertama, kontraktor wajib meneliti semua bagian
pekerjaan yang belum sempurna dan harus diperbaiki, semua ruangan harus
bersih, halaman harus ditata rapi, dan semua barang yang tidak berguna harus
disingkirkan dari proyek.
b. Selama masa pemeliharaan, kontraktor wajib merawat, mengamankan, dan
memperbaiki segala cacat yang timbul sehingga sebelum penyerahan kedua
dilaksanakan, pekerjaan benar-benar telah sempurna.
c. Segala sesuatu yang belum tercantum dalam RKS ini dan pada penjelasan yang
diperlukan akan dicantumkan Berita Acara Penjelasan Pekerjaan.

PASAL 4
9. Penutup
Hal-hal di luar ini apabila terdapat ketidak cocokan dalam pelaksanaan akan diselesaikan
dengan musyawarah.

Anda mungkin juga menyukai