Anda di halaman 1dari 85

Moehamad Orliando Roeslan

M O D U L
Komariah

P R A K T I K U M
❑ Mikroskop Cahaya ❑ Sistem Endokrin



Persiapan dan cara Interpretasi
Sediaan Histologi
Jaringan Epitel



Sistem Pencernakan
Sistem Kardiovaskular
Sistem Limfoid
MODUL PRAKTIKUM

H I S TO L O G I

HISTOLOGI
Jaringan Ikat ❑ Kelenjar Liur
❑ Jaringan Muskular ❑ Membran Mukosa Mulut
❑ Tulang dan Tulang Rawan ❑ Sistem Pernapasan
❑ Sistem Saraf ❑ Sistem Urinaria

U N I V E R S I TA S T R I S A K T I

BAGIAN HISTOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS TRISAKTI
ISBN 979-99416-0-1 2020
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena atas iziNYA
buku praktikum ini dapat dicetak, setelah mengalami perbaikan dan penyelarasan
dengan kurikulum Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Trisakti, Jakarta.
Penerbitannya tertunda-tunda karena kandungan isi dan tata-sajinya yang masih
belum sempurna. Keterbatasan waktu juga menjadi kendala perbaikan buku ini,
sehingga tersendat-sendat. Secara bertahap, selama beberapa tahun belakangan
ini buku tersebut telah diperbaiki terutama segi redaksi dan kandungan isinya agar
sesuai dengan teori perkuliahan.

Hampir setiap judul dilengkapi tujuan umun dan sasaran yang akan dicapai oleh
mahasiswa sehingga dapat memacu minat para mahasiswa untuk menelusuri lebih
lanjut informasi ilmiah dari literatur yang tersedia di perpustakaan fakultas. Akhirnya
disepakati untuk diterbitkan dalam bentuk yang lebih baik dan akan disempurnakan
secara periodik

Terima kasih dan penghargaan yang besar disampaikan kepada semua pihak yang
membantu penerbitan ini. Kritik dan saran serta koreksi sangat diharapkan agar
penyempurnaan materi dan penampilan menjadi lebih baik.

Penyusun.
DAFTAR ISI
1. Mikroskop cahaya

2. Persiapan dan cara interpretasi sediaan histologi

3. Jaringan epitel

4. Jaringan ikat

5. Jaringan muskular

6. Tulang dan tulang rawan

7. Jaringan syaraf

8. Sistem endokrin

9. Sistem pencernaan

10. Sistem kardiovaskular

11. Sistem limfatik

12. Kelenjar liur

13. Membran mukosa mulut

14. Sistem pernapasan

15. Sistem urinari


1
MIKROSKOP CAHAYA

1.1 Tujuan instruksional umum

Mahasiswa mampu mengaplikasikan penggunaaan mikroskop di laboratorium

1.2 Sasaran pembelajaran

Setelah mempelajari teori dasar mikroskop cahaya mahasiswa mampu:


1. Memahami komponen mikroskop cahaya.
2. Dapat menunjukkan bagian mikroskop dan mendiskripsi fungsinya.
3. Dapat menggunakan mikroskop cahaya dengan baik dan benar.
4. Mampu memasang sediaan dan memfokuskan dengan pembesaran 10x, 40x dan
1000x dengan minyak emersi.
5. Memahami cara-cara pemelihraan mikroskop dengan baik dan benar.

1.3 Dasar Teori


Keterbatasan panca indera manusia telah memacu para ahli untuk menciptakan
sebagai alat bantu sebagai solusi terhadap keterbatasan tersebut, maka ditemukan
Mikroskop. Mikroskop sangat berperan dalam mernpelajari susunan histologi jaringan. Jika
pemakaian alat ini dimengerti dengan baik dan benar maka pemahaman struktur histologi
jaringan dapat diwujudkan.
Mikroskop cahaya memiliki sistim pencahayaan menggunakan tehnik Medan Terang.
Dalam hal ini sediaan yang akan dipelajari, disinari oleh cahaya penuh dari kondensor dan
semua cahaya yang menembus sediaan yang berwarna akan ditangkap oleh objektif.
Dengan demikian bagian sediaan yang tidak berwarna tampak lebih terang dibandingkan
bagian sediaan yang berwarna karena bagian tersebut menyerap cahaya.

Bagian-bagian mikroskop
Sebagaimana kita ketahui bagian-bagian mikroskop cahaya adalah :
1. Penyangga.
2. Tiang.
3. Tubus.
4. Meja sediaan.
5. Penggeser dan atau penjepit.
6. Kondensor, diafragma, dan filter.
7. Cermin atau lampu cumber cahaya dan filter.
8. Lensa objektif.
9. Lensa ocular.
10. Dudukan lensa.
11. Pemfokus kasar dan halus (makro dan mikrometer).

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 1


1. Penyangga, juga berfungsi sebagai alas mikroskop;
Bagian ini dilengkapi dengan cermin pemantul
cahaya dari lampu atau matahari. Aturlah arah
cahaya agar merata. Mikroskop jenis baru tidak lagi
memiliki cermin melainkan dilengkapi dengan
lampu sebagai sumber sumber cahaya.
2. Tiang, bagian ini terpancang di alas mikroskop
sebagai kerangka mikroskop, terpasang dengan
prinsip sumbu putar, sehingga dapat digerakkan
untuk mengatur kemiringan meja sediaan dan tubus
yang terpasang pada tiang tersebut. Dengan
demikian dapat disesuaikan dengan tinggi hadan
pemakai. Selain itu pada tiang dipasang kondensor,
diafragma, dan penjepit filter. Karena fungsinva
memegang bagian-bagian mikroskop yang dilewati
cahaya. Teknologi mikroskop berkembang terus,
sehingga mikroskop jenis baru, memiliki tiang yang
permanen tetapi tubusnya yang di dalamnva Gambar 1.1 Mikroskop Model Baru
dilengkapi dengan prisma, dibuat sedemikian rupa agar kedudukan lensa okular dapat
sesuai dengan kedudukan mata pemakai. Dengan demikian, meja-sediaan selalu datar
sehingga dapat dimanfaatkan untuk melihat sediaan basah.
3. Tubus, dilekatkan pada tiang mikroskop. Di dalamnva terpasang lensa-lensa pembentuk
bayangan. Tubus pada mikroskop jenis baru, selain adanya lensa okular dilengkapi pula
dengan prisma sebagai pembias cahaya untuk membentuk bayangan nyata dan terbalik
yang akan ditangkap oleh retina mata. Pada ujung bawah tubus ini terpasang lensa
obyektif pada plat berupa lingkaran dalam beberapa ukuran kekuatan pembesaran yaitu
5, 10, 45, dan 100 kali. Disarankan untuk menggunakan lensa objektif terkecil pada awal
pemeriksaan. Setelah didapat bagian yang akan dilihat lebih rinci, letakkan bagian itu di
tengah medan pandangan, kemudian gantilah lensa objektif dengan yang lebih besar.
Untuk diperhatikan, bahwa penggunaan lensa objektif 100 kali hanya efektif dengan
penambahan minyak imersi di atas sediaan agar diperoleh bayangan yang lebih tajam.
Lensa okular adalah tempat untuk melihat bayangan sediaan yang diperiksa terpasang
di bagian atas tubus. Lensa okular ini pada mikroskop jenis lama ada dua ukuran dengan
kekuatan pembesaran dan 10 kali, sedangkan pada mikroskop jenis baru hanya ada satu
ukuran lensa okular.
4. Meja sediaan, berupa meja datar dengan lubang di bagian tengah sebagai saluran
tempat cahaya lewat untuk menembus sediaan. Meja ini dilengkapi alat penggeser
sediaan atau sepasang alat penjepit sediaan.
5. Penggeser dan atau penjepit, merupakan penjepit kaca sediaan dan menggeser kaca
sediaan untuk mendapatkan fokus bagian sediaan histologi yang diinginkan.
6. Kondensor, diafragma, dan filter Kondensor, adalah lensa pengarah dan pengatur
cahaya yang akan menembus di bawah meja sediaan. Untuk memperoleh pembesaran
yang kuat memerlukan kedudukan kondensor tinggi, dan untuk memperoleh
pembesaran lemah memerlukan kondensor rendah. Biasanya dilengkapi dengan
diafragma yang dapat dilebarkan atau disempitkan untuk membantu mengatur berkas
cahaya guna mempertajam bayangan dan menghilangkan bayangan samping (aberasi
sferis). Selain itu terdapat pula filter cahaya biasanva filter biru berguna untuk
menghilangkan cahaya kuning manakala sumber cahaya berasal dari lampu biasanya
lampu jenis 'tungsten' (bukan halogen) yang berwarna kekuningan.

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 2


7. Diafragma, adalah alat untuk pengatur banyak atau sedikitnva cahaya yang akan
diteruskan ke lensa.
8. Cermin atau lampu sumber cahaya, cermin yang dipasang mempunvai dua muka.
Muka yang satu berupa cermin cekung dan yang lainnya cermin datar. Cermin cekung
dimanfaatkan untuk memantulkan berkas cahaya yang tidak sejajar yakni cahaya yang
berasal dari lampu. Adapun cermin datar untuk memantulkan berkas cahaya sejajar
dari matahari. Kemiringan cermin harus diatur pemakai sehingga diperoleh cahaya
sebanyak mungkin. Beberapa mikroskop hanya dilengkapi dengan lampu sebagai
sumber cahaya. Pengaturan terang atau redupnya cahaya dilakukan dengan mengatur
voltase pada tombol putar di sisi kiri alas mikroskop. Selain itu ada juga mikroskop
tertentu yang dilengkapi oleh cermin dan lampu sehingga dapat digunakan dengan atau
tanpa listrik
9. Lensa objektif, dibahas pada no. 3 dan 10.
10. Lensa okular, telah dijelaskan pada no. 3.
11. Dudukan Iensa objektif, (sebagian telah dibahas pada no. 3) adalah tempat melekat
satu seri lensa objektif. yaitu Iensa-lensa dari ukuran pembesaran 5x, 10x, dan 45x,
sedangkan lensa pembesar 100x disimpan dalam kotak khusus. Lensa objektif 100x
hanya digunakan mempelajari sediaan darah yang dipulas dengan Giemsa atau Wright,
teteskan minyak imersi tepat di daerah yang akan dipelajari agar diperoleh bayangan
yang lebih tajam..
12. Pemfokus kasar dan halus, berupa tombol putar yang disebut makrometer dan
mikrometer,berguna untuk mempertajam bayangan. Putarlah kedua tombol
makrometer terlebih dahulu dan kemudian pertajam bayangan dengan memutar tombol
mikrometer. Lakukan dengan hati-hati, jangan terlalu cepat karena kadang-kadang lensa
objektif dapat menghujam kaca sediaan hingga pecah. Prinsip kedua tombol itu adalah
menaik-turunkan lensa objektif atau meja sediaan. pada mikroskop model lama kedua
tombol itu terletak terpisah dan pada mikroskop model baru digabungkan dengan
tombol besar dan tombol kecil.
Pemeliharaan mikroskop
Pemeliharaan mutlak harus dilakukan agar dapat dipakai seawet mungkin, agar dapat
dimanfaatkan secara kontinyu, upaya itu merupakan tanggung jawab mahasiswa peserta
praktikum histologi. Oleh karena sebagian besar pemakai mikroskop adalah mahasiswa.
Mikroskop itu barang mahal tetapi mudah rusak, terutama lensa-lensa yang merupakan
komponen utama mikroskop. Selain itu. Dengan demikian perhatikan hal-hal di bawah ini
secara seksam:
1. Pahami tahapan pemakaian mikroskop secara benar
2. Gunakan tangan kanan memegang tiang dan tangan kiri memegang alas mikroskop,
pada saat mengeluarkan atau memasukan ke kotak kemudian mengangkat atau
membawa alat tersebut, lakukan secara hati-hati
3. Biasakan membersihkan lensa-lensa mikroskop (sebelum dan sesudah dipakai),
dengan lap flanel atau kertas lensa yang bersih. Jangan gunakan sapu tangan atau baju,
4. Bersihkan lensa mikroskop dengan lembut dan jangan menyentuh permukaan lensa.
Selain itu tidak boleh meniup dengan udara pernapasan karena udara pernapasan
mengandung uap air yang akan membuat lensa menjadi lembab sehingga dapat
ditumbuhi jamur. Untuk ingat !!! jika itu terjadi (lensa ditumbuhi jamur), maka lensa
tersebut tidak lagi dapat menghasilkan bayangan yang jernih walaupun telah
dibersihkan dari jamur).
5. Penggunaan lensa objektif 100x sebaiknya dibubuhkan minvak imersi untuk
mempertajam dan memperjernih bayangan. Sesudah penggunaa, lensa harus

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 3


dibersihkan dengan xilol atau campuran alkohol-eter (1:1) untuk mikroskop model
lama. Tetapi untuk mikroskop model baru hanya dibenarkan menggunakan alkohol-
eter atau alkohoI absolute. Oleh karena sistem lensa mikroskop tersebut dilengkapi
dengan pelapis ("coating") yang akan rusak bila dibersihkan dengan xilol. Disarankan
semua lensa dibersihkan, tidak jarang lensa ukuran kecil terkena minyak emersi tanpa
disengaja.
6. Kerangka juga harus dibersihkan dengan lap yang bersih dan kering. Biasakanlah
mengambil dan menyimpan mikroskop dengan hati-hati.

1.4 Evaluasi
1. Sebutkan bagian-bagian mikroskop
2. Sebutkan fungsi bagian-bagian mikroskop

1.5 Daftar Kepustakaan

Eroschenko VP. Atlas histologi. Edisi 9. Penerbit Kedokteran Jakarta. 2002


Gartner LP and Hiatt JL. Histology, 3nd ed. Saunders,2007
Junqueira LC dan Carneiro J. Histologi dasar. Edisi 10. Penerbit Buku
Kedokteran.Jakarta.2004
Subowo. Histologi umum.Edisi 2. Agung Seto. Jakarta. 2008

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 4


2
PERSIAPAN DAN CARA INTERPRETASI
SEDIAAN HISTOLOGI

2.1 Tujuan instruksional umum

Mahasiswa mampu mempersiapkan dan menginterpretasikan sediaan Histologi.

2.2 Sasaran pembelajaran


Setelah mempelajari teori dasar persiapan dan interpretasi sediaan histologi
mahasiswa mampu:
1. Memahami terminologi atau istilah yang dipakai dalam Praktikum Histologi.
2. Menyebutkan nama-nama jaringan utama.
3. Menjelaskan alasan pembuatan sediaan histology.
4. Menyebutkan langkah-langkah dan proses pembuatan sediaan histology.
5. Menyebutkan cara pembuatan blok (block making), pembelahan dan pewarnaan
Hemotoksilin Eosin (HE).
6. Menjelaskan prinsip dan langkah pewarnaan HE dan dapat menginterpretasikan
sediaan histologi.

2.3 Dasar Teori


Histologi
Istilah “Histologi” berasal dari bahasa yunani, histos yang berarti jaringan dan logis sama
dengan ilmu, jadi Histologi adalah “ilmu yang mempelajari jaringan tubuh pada tingkatan
mikroskopik” yakni berkaitan dengan struktur dasar dan fungsi yang dalam
pengembangannya dapat dimanfaatkan dalam mempelajari beberapa penyakit yang terjadi
pada jaringan tubuh.
Jaringan
Istilah “jaringan” berasal dari bahasa Perancis, kata jaringan berarti gelombang. Pemberian
nama ini didasarkan karena jika bagian tersebut ditilik dengan mikroskop memperlihatkan
beberapa komponen yang tampak bergelombang. Konsep jaringan terus dikembangkan
hingga diketahui bahwa kelompok sel dan matrik ektra seluler yang menyertainya memiliki
fungsi tertentu.
Jaringan utama:
Terdapat empat jaringan utama dalam tubuh hewan, berada bersama-sama dalam
hubungan yang erat menempati organ-organ tubuh tertentu. Dikelompokkan berdasarkan
karakteristik yang umum, sebagai berikut:
1. Jaringan epitel
2. Jaringan penyambung / ikat
3. Jaringan otot
4. Jaringan saraf.
Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 5
Proses pembuatan sediaan histologis
Suatu pekerjaan sulit bila kita ingin melihat bagian-bagian tubuh dengan mata telanjang,
oleh karena hanya struktur yang besar saja yang terlihat. Selain itu bagian dari suatu organ
tersebut biasanya gampang rusak, di samping itu letaknya sangat berdekatan, sehingga
dibutuhkan Lensa atau mikroskop untuk melihat beberapa bagian dari sediaan organ yang
sangat tipis.
Bila ingin mempelajari suatu organ dari hewan yang mati, maka dengan sendirinya
metabolismenya terhenti. Dengan demikian lisosom dari sel yang mengandung enzim-
enzim pencernaan akan pecah dan masuk ke dalam sitoplasma dimana unsur-unsur pokok
sel dicerna. Proses tersebut di namakan autolisis segera beberapa jenis mikroorganisme
menyerang sel tersebut sehingga terjadi proses pembusukan. Bila proses tersebut terjadi,
sel-sel organ itu menjadi rusak dan berubah bentuk sehingga bentuk normal jaringan atau
organ itu tidak terlihat. Untuk mempersiapan sediaan histologis dapat dilakukan proses
sebagai berikut :
Fiksasi
Prinsip fiksasi sebenarnya adalah menahan terjadinya autolisis. Hal ini dapat dilakukan
pada organ yang sudah mati atau pada seluruh bagian organ yang masih hidup dengan cara
menyuntikan larutan fiksatif ke dalam tubuh hewan tersebut.
Jika fiksasi dilakukan pada organ yang sudah mati, potong bagian tubuh yang akan
dipelajari sebesar kurang lebih berukuran 2 ml rendam dalam cairan formaldehid 10%
yang berperan sebagai bahan fiksatif atau pengawet. Cara tersebut dilakukan untuk
mengikat protein sel sehingga membran menjadi kaku. Protein dan enzim-enzim akan
membeku pada posisinya dan sel-sel menjadi keras. Bila kita ingin mengiris organ tersebut
maka cairan tidak akan keluar. Beberapa fiksatif yang umum dipakai adalah alcohol,
glutaraldehid, asam pikrit dan asam asetat.
Setelah difiksasi organ dapat dipotong menjadi beberapa irisan, tetapi akan sukar
mendapatkan potongan dengan ukuran yang sama, karena gerakan tangan pada saat
memotong tidak selalu sama dan disamping itu air yang dikandung sel itu juga berbeda
jumlahnya.
Embedding
Yaitu proses yang harus dilakukan sebelum organ tersebut ditempatkan dalam paraffin.
Embedding terdiri dari:
1. Dehidrasi, pengambilan kandungan air yang digantikan dengan alcohol dari organ
yang akan dipelajari. Biasanya dilakukan pencelupan pada serial alcohol yaitu 50%,
70% dan 90%.
2. Kliring (pencucian) agar alkohol tidak mempengaruhi paraffin maka harus direndam
dalam benzen, tuloen atau silol sebagai bahan pencuci. Biarkan beberapa saat hingga
menjadi transparan.
3. Setelah dikliring jaringan di masukkan ke dalam lelehan paraffin dalam oven dengan
suhu 60OC setengah jam kemudian di tempatkan dalam wadahnya.
Blocking
Paraffin cair dimasukkan ke dalam wadah yang berbentuk kubus kecil yang terbuat dari
stainless stile atau dapat juga dari kertas biasa, masukkan jaringan ke dalam paraffin cair,
atur posisi sesuai dengan bagian organ yang akan dipelajari dan usahakan posisi organ
berada di tengah-tengah paraffin cair. Setelah paraffin mengeras, wadah dapat dilepaskan
dan blocking siap untuk di potong dengan mikrotom.
Sectioning (pemotongan)
Pemotongan (sectioning) block dipotong 7-10 mikron dengan menggunakan mikrotom.
Biasanya mikrotom memiliki beberapa jenis pisau yang khusus sehingga dapat memotong

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 6


organ atau jaringan dalam ukuran yang sangat tipis. Biasanya hasil pemotongan yang baik
dapat diketahui dengan terbentuknya lembaran pita saat pemotongan dengan mikrotom.
Setelah itu tempelkan potongan tersebut pada gelas objek (object glass).
Staining (Pewarnaan):
Umumnya pewarnaan yang dipakai untuk mewarnai sediaan histologis adalah Hematoksilin
Eosin (HE) dengan proses sebagai berikut :
1. Hidrasi, adalah pengangkatan paraffin dengan cara merendam sediaan ke dalam xilol
selama 1 menit, kemudian ke dalam serial alkohol 100%, 90%, 70% dan 40% dan
diakhiri mencelupkan ke dalam air. Setelah itu sediaan sudah dapat diwarnai.
2. Proses pewarnaan,
1. Masukkan sediaan ke dalam Hematoksilin
2. Bilas dengan air mengalir hingga berwarna biru
3. Rendam dalam alkohol asam, disarankan untuk memeriksa sediaan di bawah
mikroskop untuk melihat apakah warna biru dan ungu hanya ditemukan
pada bagian inti sel. Proses ini disebut sebagai diferensiasi.
4. Rendam dalam air satu menit
5. Rendam dalam eosin 1% selama satu menit
6. Rendam dalam air satu menit
7. Rendam dalam serial alcohol 70%, 90%, 100%, masing-masing selama satu
menit.
8. Rendam dalam silol satu menit
Mounting
Adalah upaya menutup sediaan yang telah diwarnai dengan gelas penutup (cover glass),
teteskan bahan perekat yaitu kanada balsam atau hentelan di atas sediaan, baru setelah itu
gelas penutup ditempatkan di atas tetesan bahan perekat tadi. Guna menghilangkan
gelembung udara pada gelas penutup, perlu kecakapan khusus untuk memperkirakan
kekentalan bahan perekat. Disarankan memakai bahan perekat hentelan karena selain
harganya lebih murah, bahan ini juga lebih transparan dibandingkan kanada balsam yang
kekuningan.
Sediaan baru dapat dipelajari dengan mikroskop setelah bahan perekat mengering,
biasanya dibiarkan dalam suhu ruangan selama 4 hari, atau diletakkan dalam oven dengan
suhu 50-60oC selama 24 jam.
2.4 Evaluasi
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan histologi dan jaringan.
2. Jelaskan unsur jaringan utama pembangun organ tubuh.
3. Jelaskan mengapa jaringan diproses dalam sediaan histologi.
4. Jelaskan proses pembuatan sediaan histologi.
5. Jelaskan langkah-langkah blocking, sectioning dan mounting.
6. Jelaskan langkah-langkah pewarnaan HE.

2.5 Daftar Kepustakaan

Eroschenko VP. Atlas histologi. Edisi 9. Penerbit Kedokteran Jakarta. 2002


Gartner LP and Hiatt JL. Histology, 3nd ed. Saunders,2007
Junqueira LC dan Carneiro J. Histologi dasar. Edisi 10. Penerbit Buku
Kedokteran.Jakarta.2004
Subowo. Histologi umum.Edisi 2. Agung Seto. Jakarta. 2008

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 7


3
JARINGAN EPITEL

3.1 Tujuan instruksional umum


Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengidentifikasi struktur mikroskopis dan
histofisiologi jaringan epitel di dalam tubuh.

3.2 Sasaran pembelajaran

Setelah mempelajari teori dasar jaringan epitel mahasiswa mampu:


1. Menjelaskan klasifikasi jaringan epitel dalam tubuh
2. Menjelaskan dan mengidentifikasi secara mikroskopis dan histofisiologi jenis-jenis
jaringan epitel dalam tubuh

3.3 Dasar Teori

Jaringan Epitel
Jaringan epitel terdiri atas sel-sel polihedral yang berhimpitan, dengan substansi
ekstrasel dalam jumlah yang sangat sedikit. Sel-sel ini saling melekat erat dan membentuk
lembaran-lembaran sel yang menutupi permukaan tubuh dan membatasi rongga-rongga
tubuh.
Fungsi utama epitel (Yun. Epi, di atas, + thele, puting) adalah menutupi dan melapisi
permukaan (misalnya kulit), absorpsi (misalnya usus), sekresi (misalnya sel epitel
kelenjar), sensasi (misalnya neuroepitel).
Berdasarkan strukturnya, jaringan epitel dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
• Epitel gepeng, berbentuk seperti lapisan pipih, nukleusnya bulat yang terletak di tengah.
• Epitel batang (silindris), berbentuk seperti batang, nukleusnya bulat yang terletak di
dasar sel.
• Epitel kubus (kuboid), berbentuk seperti kubus, nukleusnya bulat, besar yang terletak di
tengah

Berdasarkan lapisan penyusunnya, jaringan epitel dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu :
1. Epitel Selapis Gepeng (Simple squamosum epithelium)
Jaringan epitel selapis gepeng disusun oleh selapis sel yang berbentuk gepeng. Sel-
sel pada jaringan epitel gepeng selapis tersusun sangat rapat dan tersusun dalam satu
lapisan. Batas-batas sel baru jelas apabila sediaan diwarnai dengan AgNO3. Epitel selapis
gepeng terdapat di endotel yang membatasi permukaan sistem peredaran darah, mesotel
yang membatasi rongga serosa, ductus alveolaris, dan permukaan dalam membrane
tympani.

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 8


Gambar 3.1 Epitel selapis gepeng
(Dikutip dari Gartner and Hiatt
2005)
1 (1) Selapis sel epitel gepeng

2. Epitel Selapis Kuboid ( Simple cuboidal epithelium )


Epitel tersusun selapis sel berbentuk kuboid dengan inti yang bulat di tengah. Dapat
dijumpai pada plexus chonroideus di ventriculus (rongga) otak, epithelium germinativum
pada permukaan ovarium, epithelium pigmentosum retinae dan duktus ekskretorius
beberapa kelenjar.

Gambar 3.2 Epitel selapis kuboid


1 (Dikutip dari Gartner and Hiatt
2005)
2
(1) Epitel selapis kuboid
(2) Inti sel epitel

3. Epitel Selapis Silindris (Simple columnar epithelium)


Epitel tersusun oleh selapis sel berbentuk silindris dengan inti sel berbentuk oval.
Epitel dijumpai pada permukaan selaput lendir sistem pencernaan dari lambung sampai
rektum, vesica fellea dan duktus ekskretorius beberapa kelenjar. Pada beberapa permukaan
tertentu selnya mengalami modifikasi yaitu dengan adanya silia dan sel goblet, misalnya
pada permukaan uterus dan bronchioles.

Gambar 3.3 Epitel selapis silindris


(Dikutip dari Gartner and Hiatt 2005)
1 (1) Epitel selapis silindris
2 (2) Inti sel epitel

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 9


4. Epitel Berlapis Gepeng (Stratified squamosum epithelium)
Pada epitel berlapis gepeng tidak semua sel penyusunnya berbentuk gepeng, sel yang
berbentuk gepeng hanya sel-sel yang terletak pada permukaan, sel basal berbentuk kuboid
atau silindris, sedangkan sel-sel di antaranya berbentuk polihedral.
Epitel jenis ini dibedakan menjadi dua macam yaitu; epitel berlapis gepeng tanpa
keratin tersusun oleh lapisan basal, lapisan intermediate dan lapisan superfisial. Epitel jenis
ini dapat dipermukaan basah seperti pada cavum oris, oesophagus, conjunctiva dan vagina.
Epitel berlapis gepeng berkeratin dan epitel berlapis gepeng tanpa keratin memiliki
struktur yang sama kecuali adanya sel-sel permukaan yang mengalami perubahan menjadi
suatu lapisan mati dan tidak jelas lagi batas selnya. Epitel jenis ini ditemukan di epidermis
kulit dan tersusun oleh lapisan basal, spinosum, granulosum, dan korneum.

Gambar 3.4 Epitel berlapis gepeng


non keratin (Dikutip dari Gartner and
1
Hiatt 2005)
2 (1) Epitel berlapis gepeng
(2) Stratum spinosum
(3) Stratum basal
3

5.Epitel Berlapis Semu atau Epitel Bertingkat(Epithelium cylindricump seudocomplex)


Epitel bertingkat merupakan epitel yang tersusun oleh satu lapis epitel silindris,
namun inti-intinya terlihat berada di beberapa lapisan, meskipun demikian apabila
diperhatikan secara seksama terlihat semua sel-sel yang menyusunya mencapai membran
basal, tapi sebagian sel tidak mencapai permukaan. Epitel jenis ini mempunyai modifikasi
dengan adanya silia pada permukaan sel yang berukuran tinggi sehingga epitel ini disebut
sebagai epitel silindris bertingkat bersilia. Epitel ini ditemukan melapisi trakea dan
bronkus.

Gambar 3.5 Epitel berlapis semu


( Dikutip dari Gartner and Hiatt 2005 )

1 (1) Epitel berlapis silindris


(2) Inti sel epitel
2

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 10


6. Epitel Berlapis Kuboid ( Stratified columnar epithelium)
Jaringan epitel berlapis kuboid disusun oleh lebih dari satu lapis sel yang berbentuk
kuboid. Jenis epitel ini tidak terlalu banyak ditemukan dalam tubuh. Jenis epitel ini terdapat
pada saluran keluar kelenjar liur dan dinding anthrum folliculi ovarii.

Gambar 3.6 Epitel berlapis kuboid


1 (Dikutip dari Gartner and Hiatt 2005)
(1) Epitel berlapis kuboid kuboid
(2) Inti sel epitel

7. Epitel Transisional (Transitional epithelium)


Bentuk epitel ini merupakan bentuk peralihan yang berubah bentuknya bergantung
pada keadaan ruangan organ yang dibatasi. Epitel jenis ini sangat tepat utuk melapisi
permukaan suatu organ berongga yang selalu mengalami perubahan volume seperti pada
kandung kemih. Selain terdapat pada kandung kemih juga terdapat di saluran kemih mulai
dari calyces renales sampai sebagian dari uretra. Sel-sel basal berbentuk kuboid atau
silindris. Pada lapisan atas sel silindris sel-sel berbentuk polihedral sedang lapisan di
atasnya terdiri atas sel-sel yang berbentuk sebagai buah labu. Sel-sel ini bentuknya
menyesuaikan dengan bentuk sel permukaan yang dapat berubah. Sel lapisan teratas
berbentuk cembung dan berukuran besar mirip payung tanpa tangkai sehingga dinamakan
sel payung.

1 Gambar 3.7 Epitel transisional


(Dikutip dari Gartner and Hiatt 2005)
(1) Sel epitel khusus

3.4 Waktu Praktikum


1 kali pertemuan selama 45 menit untuk tiap grup

3.5 Metoda Praktikum

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 11


A. Kuliah pengantar praktikum selama 15 menit
B. Praktikum mempelajari dan mengidentifikasi struktur histologi dengan
menggunakan mikroskop cahaya dengan bimbingan para asisten praktikum
A. Membuat gambar sajian histologis yang dipelajari pada halaman yang tersedia

3.6 Sarana dan Prasarana


A. Ruang praktikum biomedik
B. Preparat histologi
a. Epitel selapis gepeng
b. Epitel selapis kubis
c. Epitel selapis silindris
d. Epitel berlapis gepeng tanpa keratin
e. Epitel berlapis gepeng dengan keratin
f. Epitel bertingkat
g. Epitel transisional

3.7 Daftar Kepustakaan

Eroschenko VP. Atlas histologi. Edisi 9. Penerbit Kedokteran Jakarta. 2002


Gartner LP and Hiatt JL. Color atlas of histology, 4nd ed. Lippincott Williams and
Wilkins,2005
Gartner LP and Hiatt JL. Histology, 3nd ed. Saunders,2007
Junqueira LC dan Carneiro J. Histologi dasar. Edisi 10. Penerbit Buku Kedokteran.
Jakarta.2004
Subowo. Histologi umum.Edisi 2. Agung Seto. Jakarta. 2008

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 12


3.8 Lembar Kerja

Setelah melakukan pengamatan, gambarlah dalam lembar yang telah tersedia beserta
keteranganya !

Gambar 3.1. Epitel Selapis Gepeng Nama : ______________________


NIM : _____________________
Tanggal : ____________________

Sediaan No: ___


Keterangan gambar:
__________________
__________________
__________________
__________________
__________________
__________________
__________________
__________________
___
Gambar3.2. Epitel Selapis Kuboid Nama : ______________________
NIM : _____________________
Tanggal : ____________________

Sediaan No: ___


Keterangan gambar:
__________________
__________________
__________________
__________________
__________________
__________________
__________________
__________________
___
Gambar 3.3. Epitel Selapis Silindris Nama : ______________________
bertingkat NIM : _____________________
Tanggal : ____________________

Sediaan No: ___


Keterangan gambar:
__________________
__________________
__________________
__________________
__________________
__________________
__________________
__________________
___

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 13


Gambar 3.4. Epitel Berlapis Gepeng Tanpa Tanduk Nama : ______________________
NIM : _____________________
Tanggal : ____________________

Sediaan No: ___


Keterangan gambar:
__________________
__________________
__________________
__________________
__________________
__________________
__________________
__________________
___

Gambar 3.4. Epitel Berlapis Gepeng + Tanduk Nama : ______________________


NIM : _____________________
Tanggal : ____________________

Sediaan No: ___


Keterangan gambar:
__________________
__________________
__________________
__________________
__________________
__________________
__________________
__________________
___

Gambar 3.5. Epitel bertingkat Nama : ______________________


NIM : _____________________
Tanggal : ____________________

Sediaan No: ___


Keterangan gambar:
__________________
__________________
__________________
__________________
__________________
__________________
__________________
__________________
___

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 14


Gambar 3.6 . Epitel Berlapis Kuboid Nama : ______________________
NIM : _____________________
Tanggal : ____________________

Sediaan No: ___


Keterangan gambar:
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
___________

Gambar 3.7. Epitel Transisional Nama : ______________________


NIM : _____________________
Tanggal : ____________________

Sediaan No: ___


Keterangan gambar:
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
___________

NILAI
Nama :

NIM :

PARAF Dosen :

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 15


4
JARINGAN IKAT

4.1 Tujuan instruksional umum

Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengidentifikasi struktur mikroskopis dan


histofisiologi jaringan ikat di dalam tubuh.

4.2 Sasaran pembelajaran


Setelah mempelajari teori dasar jaringan ikat mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan klasifikasi jaringan ikat
2. Menjelaskan dan mengidentifikasi secara mikroskopis dan histofisiologis dari
jaringan ikat mesenkim, mukosa, elastis, kolagen, retikuler dan lemak.
3. Menjelaskan perbedaan lokasi dari berbagai jenis jaringan ikat dalam tubuh

4.3 Dasar Teori

Jaringan Ikat
Jaringan ikat membentuk dan mempertahankan bentuk dalam tubuh. Fungsi
mekaniknya adalah menyediakan matriks yang menghubungkan dan mengikat sel-sel,
organ-organ dan akhirnya menunjang seluruh tubuh. Jaringan ikat merupakan jaringan
yang paling banyak terdapat di dalam tubuh.
Jaringan ikat diklasifikasikan berdasarkan tingkat diferensiasi menjadi jaringan ikat
embrional dan jaringan ikat dewasa. Jaringan embrional yaitu jaringan mesenkim dan
jaringan mukosa atau gelatinosa. Sedangkan jaringan ikat dewasa yaitu, jaringan ikat
longgar, jaringan ikat padat, jaringan ikat retikuler dan jaringan lemak.
Secara struktural, jaringan ikat terdiri atas tiga golongan komponen yaitu; sel serat
dan substansi dasar, unsur pembentuk utama jaringan ikat adalah matriks ektrasel yang
terdiri dari kombinasi berbagai serat protein (kolagen, retikulin dan elastin) dan substasi
dasar yang merupakan kompleks makromolekul anionik (glikosaminoglikan dan
proteoglikan), yang kental dan sangat hidrofilik, dan glikoprotein multiadhesif (laminin,
fibronektin dan lain-lain) yang memberikan kekuatan dan kekakuan pada matriks.

1. Jaringan Mesenkim
Jaringan mesenkim banyak berkembang menjadi jaringan dewasa, khususnya
menjadi jaringan ikat, sehingga pada tempat-tempat perkembangan jaringan tersebut
walaupun bukan embrio lagi masih dapat dijumpai jaringan mesenkim. Jaringan mesenkim
sebagian besar tersusun secara longgar oleh sel-sel yang mempunyai tonjolan sitoplasma
yang saling berhubungan.

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 16


Gambar 4.1 Jaringan mesenkim
(pembesaran 10 x) (Bagian Histologi
2 FKG Usakti 2012)

(1) Inti sel


(2) Sitoplasma

2. Jaringan Mukosa
Jaringan mukosa merupakan jaringan embrional hanya terdapat dalam tali pusat,
humor vitreus dalam bola mata. Struktur jaringan mukosa, bentuk sel yang menyusunnya
oval dengan inti yang berbentuk sesuai dengan bentuk selnya. Dengan pewarnaan biasa
batas sel tidak jelas. Di antara sel-sel tampak serabut-serabut kolagen yang berwarna
eosinofil. Di antara sel-selnya terdapat bahan yang lebih cair yang menyerupai lendir. Pada
tali pusat bahan tersebut dinamakan Wharton jelly atau agar-agar dari Wharton.

Gambar 4.2 Jaringan mukosa


(pembesaran 10 x) (Bagian Histologi
1
FKG Usakti 2012)

(1) Inti sel


2
(2) Sitoplasma
(3) Serabut prekolagen
3

3. Jaringan Ikat Padat Elastis


Jaringan ikat padat elastis tersusun oleh serat elastin yang lebih halus dari serat
kolagen, berupa serat yang bercabang dan beranastomasis. Pada potongan memanjang
tampak berkas serat elastin tersusun sangat rapat dengan sel-sel fibroblas tersebar di
antaranya. Jaringan ikat elastis terdapat sebagai ligamentum, pada keadaan segar
ligamentum berwarna kuning.

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 17


Gambar 4.3 Jaringan ikat padat
elastis (pembesaran 10 x) (Bagian
Histologi FKG Usakti 2011)
1
(1) Inti sel
2 (2) Serabut elastin

4. Jaringan Ikat Padat Kolagen


Jaringan ikat padat kolagen terdiri atas serat kalogen yang tersusun paralel tidak
bercabang, fibriler dalam jumlah sedikit tidak berwarna, di antaranya terdapat sel fibroblas
yang seakan-akan terhimpit. Badan sel menjadi lebih panjang dengan tonjolan-tonjolan
yang melebar di antara berkas kolagen. Pada keadaan segar serat kolagen berwarna putih.
Memiliki sifat kuat, kelenturan yang rendah, tetapi daya renggang yang tinggi, Serat ini
terdapat pada tendon, fascia dan cornea.

Gambar 4.4 Jaringan ikat padat


kolagen (pembesaran 10 x) (Bagian
1
Histologi FKG Usakti 2011)
(1) Inti sel
(2) Serabut kolagen
2

5. Jaringan Retikuler
Jaringan retikuler tersusun oleh serat retikulin dengan sel retikuler primitif atau sel
makrofag. Serat retikulin merupakan serat yang paling halus, bercabang dan
beranastomosis sehingga membentuk gambaran seperti jala. Memiliki sifat kelenturan yang
rendah, ukuranya lebih tipis dari serat kolagen. Serat retikulin diwarnai dengan pewarnaan
khusus seperti inpregnasi dengan garam perak.. Serat retikulin terdapat pada hati, limpa
dan kelenjar limfe.

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 18


Gambar 4.5 Jaringan retikuler
(pembesaran 4 x) (Bagian Histologi
FKG Usakti 2011)
1 (1) Inti sel
2 (2) Serat retikulin

6. Jaringan Lemak
Jaringan lemak tersusun dari sel-sel lemak yang tidak membentuk serat-serat
interseluler atau matriks, tetapi terspesialisasi untuk penimbunan lemak. Jaringan lemak
berasal dari sel-sel mesenkim. Jaringan ini berfungsi sebagai bantalan untuk melindungi
organ-organ secara mekanis dari benturan, sebagai persediaan cadangan makanan, dan
sebagai alat pengatur panas dengan cara membantu menjaga suhu badan. Jaringan lemak
terdapat di seluruh bagian tubuh, yaitu di bawah kulit di sekitar persendian, serta di sekitar
organ bagian dalam seperti ginjal dan jantung.

Gambar 4.6 Jaringan lemak


(pembesaran 10 x) (Bagian Histologi
1 FKG Usakti 2012)

(1) Inti sel


(2) Sel lemak

4.4 Waktu Praktikum


1 kali pertemuan selama 45 menit untuk tiap grup

4.5 Metoda Praktikum


A. Kuliah pengantar praktikum selama 15 menit
B. Praktikum mempelajari dan mengidentifikasi struktur histologi dengan
menggunakan mikroskop cahaya dengan bimbingan para asisten praktikum
C. Membuat gambar sajian histologis yang dipelajari pada halaman yang tersedia

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 19


4.6 Sarana dan Prasarana
A. Ruang praktikum biomedik
B. Preparat histologi
a. Jaringan mesenkim
b. Jaringan mukosa
c. Jaringan ikat padat elastis
d. Jaringan ikat padat kolagen
e. Jaringan retikuler
f. Jaringan lemak

4.7 Daftar Kepustakaan

Eroschenko VP. Atlas histologi. Edisi 9. Penerbit Kedokteran Jakarta. 2002


Gartner LP and Hiatt JL. Color atlas of histology, 4nd ed. Lippincott Williams and
Wilkins,2005
Gartner LP and Hiatt JL. Histology, 3nd ed. Saunders,2007
Junqueira LC dan Carneiro J. Histologi dasar. Edisi 10. Penerbit Buku
Kedokteran.Jakarta.2004
Subowo. Histologi umum.Edisi 2. Agung Seto. Jakarta. 2008

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 20


4.8 Lembar Kerja

Setelah melakukan pengamatan, gambarlah dalam lembar yang telah tersedia beserta
keteranganya

Gambar 4.1 Jaringan Mesenkim Nama :


______________________
NIM : _____________________
Tanggal : ____________________

Sediaan No: ___


Keterangan gambar:
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
___________
Gambar 4.2. Jaringan Mukosa Nama :
______________________
NIM : _____________________
Tanggal : ____________________

Sediaan No: ___


Keterangan gambar:
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
Gambar 4.3. Jaringan Ikat Padat Elastis Nama :
___________
______________________
NIM : _____________________
Tanggal : ____________________

Sediaan No: ___


Keterangan gambar:
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
___________

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 21


Gambar 4.4. Jaringan Ikat Padat Kolagen Nama : ______________________
NIM : _____________________
Tanggal : ____________________

Sediaan No: ___


Keterangan gambar:
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
___________

Gambar 4.5 Jaringan Retikuler Nama : ______________________


NIM : _____________________
Tanggal : ____________________

Sediaan No: ___


Keterangan gambar:
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
___________

Gambar 4.6 Jaringan Lemak Nama : ______________________


NIM : _____________________
Tanggal : ____________________

Sediaan No: ___


Keterangan gambar:
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
___________

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 22


5
JARINGAN MUSKULAR

5.1 Tujuan instruksional umum


Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengidentifikasi secara mikroskopis dan
histofisiologi jaringan muskular (otot) di dalam tubuh.
5.2 Sasaran pembelajaran

Setelah mempelajari teori dasar jaringan muskular mahasiswa mampu:


1. Menjelaskan dan mengidentifikasi secara mikroskopis dan histofisiologi jaringan otot
polos, otot rangka dan otot jantung.
2. Menjelaskan perbedaan secara mikroskopis jaringan otot polos, otot rangka dan otot
jantung.

5.3 DasarTeori
Jaringan otot merupakan jaringan yang mampu melangsungkan kerja mekanik
dengan jalan kontraksi dan relaksasi. Sel otot berbeda dengan jaringan lain sel-sel tersusun
memanjang tanpa komponen lain. Agar dapat melangsungkan perubahan sel menjadi
pendek, sel otot memiliki struktur filamen dalam sitoplasmanya, yaitu dua jenis filamen
kontraktil aktin dan miosin. Terdapat tiga jenis jaringan otot dalam tubuh; otot polos, otot
rangka, dan otot jantung.

1. Jaringan Otot Polos


Untuk mempelajari jaringan otot polos, dapat mengamati tunika muskularis
preparat dinding usus. Lapisan bagian luar yang menyusun dinding usus, serat ototnya
berjalan memanjang. Sedangkan lapisan bagian dalam dinding usus, serat ototnya berjalan
melingkari dinding usus. Sehingga apabila dinding usus terpotong memanjang, maka serat
bagian dalam akan terlihat berjalan melintang dan serat bagian luar akan terlihat
memanjang. Pada potongan memanjang, terlihat bagian tengah sel lebar dan kedua
ujungnya meruncing. Tampak inti sel berbentuk lonjong dengan kromatin padat berada di
tengah sel. Pada potongan melintang, tampak inti bulat, tepat berada di tengah serat apabila
tepat terpotong di bagian nukleus.

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 23


Gambar 5.1 Jaringan otot polos
(pembesaran 4x) (Bagian Histologi
2 FKG Usakti 2012)
(1) Serat otot
(2) Inti sel otot

2. Jaringan Otot Rangka


Otot rangka berbentuk silindris, berinti banyak, terdiri atas berkas sel yang sangat
panjang, dan memperlihatkan garis-garis melintang. Serat otot rangka disebut juga serat
otot bercorak atau lurik. Hal ini karena adanya miofibril yang terdiri atas filamen tebal
(myosin) dan filamen tipis (aktin) yang menyusun serat dengan teratur. Miofibril tersebut
membentuk guratan gelap dan terang. Sel atau serat otot rangka dalam potongan
memanjang terlihat seperti pita-pita berjajar berkelompok membentuk berkas. Inti sel
gepeng, kromatin padat, dan berderet di tepi sel.
Pada potongan melintang, serat tampak berkelompok membentuk berkas. Tiap
berkas terlihat dibungkus oleh jaringan ikat longgar yang disebut endomisium. Kemudian
tiap endomisium membentuk kelompok lagi yang disebut perimisium, yang juga dibungkus
oleh jaringan ikat longgar. Semua berkas serat perimisium dibungkus lagi oleh jaringan ikat
padat kolagen yang disebut epimisium. Inti sel terlihat berbentuk bulat dengan kromatin
padat berada di tepi sel.

Gambar 5.2 Jaringan otot rangka


(pembesaran 4 x) (Bagian Histologi
1
FKG Usakti 2012)

2 (1) Serat otot


(2) Inti sel otot

3. Jaringan Otot Jantung


Serat otot jantung diambil dari lapisan miokardium atrium atau ventrikel. Pada
potongan melintang tampak sel berbentuk poligonal atau bulat, sedangkan inti selalu
berada di tengah, bila potongan tepat mengenai inti. Apabila potongan serat otot tidak tepat

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 24


di tengah, maka inti tidak terlihat. Miofibril tampat tersebar merata, namun di daerah di
sekitar inti tidak ada myofibril dan tampak terang, disebut daerah perinuklear.
Pada potongan memanjang, serat tampak mempunyai guratan gelap dan terang
mirip otot rangka. Serat bercabang dan beranastomosa satu dengan yang lain. Diskus
interkalaris terlihat melintasi tebal serat dan membentuk tautan dengan ujung serat yang
satu dengan yang lain.

Gambar 5.3 Jaringan otot jantung


(pembesaran 4x) (Bagian Histologi
FKG Usakti 2012)

2 (1) Serat otot


1 (2) Inti sel
3 (3) Diskus interkalaris

5.4 WaktuPraktikum
1 kali pertemuan selama 45 menit untuk tiap grup.

5.5 Metoda Praktikum


A. Kuliah pengantar praktikum selama 15 menit.
B. Praktikum mempelajari dan mengidentifikasi struktur histologi dengan
menggunakan mikroskop cahaya dengan bimbingan para asisten praktikum.
C. Membuat gambar sajian histologis yang dipelajari pada halaman yang tersedia.

5.6 SaranadanPrasarana
A. Ruang praktikum biomedik.
B. Preparat histology.
a. Jaringan otot polos.
b. Jaringan otot rangka.
c. Jaringan otot jantung.

5.7 Daftar Kepustakaan

Eroschenko VP. Atlas histologi. Edisi 9. Penerbit Kedokteran Jakarta. 2002.


Gartner LP and Hiatt JL. Color atlas of histology, 4nd ed. Lippincott Williams and
Wilkins,2005
Gartner LP and Hiatt JL. Histology, 3nd ed. Saunders,2007.
Junqueira LC dan Carneiro J. Histologi dasar. Edisi 10. Penerbit Buku Kedokteran.
Jakarta,2004.
Subowo. Histologi umum.Edisi 2. Agung Seto. Jakarta. 2008
Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 25
5.8 Lembar Kerja

Setelah melakukan pengamatan, gambarlah dalam lembar yang telah tersedia beserta
keteranganya

Gambar 5.1 Jaringan Otot Polos Nama :


______________________
NIM : _____________________
Tanggal : ____________________

Sediaan No: ___


Keterangan gambar:
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
___________
Gambar 5.2. Jaringan Otot Rangka Nama :
______________________
NIM : _____________________
Tanggal : ____________________

Sediaan No: ___


Keterangan gambar:
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
Gambar 5.3. Jaringan Otot Jantung Nama :
___________
______________________
NIM : _____________________
Tanggal : ____________________

Sediaan No: ___


Keterangan gambar:
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
___________

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 26


6
TULANG DAN TULANG RAWAN

6.1 Tujuan instruksional umum


Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengidentifikasi secara mikroskopis dan
histofisiologi jaringan penyokong tulang dan tulang rawan.
6.2 Sasaran pembelajaran
Setelah mempelajari teori dasar tulang dan tulang rawan mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan dan mengidentifikasi secara mikroskopis dan histofisiologi jaringan
penyokong tulang dan tulang rawan.
2. Menjelaskan perbedaan secara mikroskopis jaringan tulang rawan hialin, tulang
rawan elastis dan tulang rawan fibrosa.
3. Menjelaskan perbedaan secara mikroskopis osifikasi desmal dan osifikasi kondral
pada tulang.

6.3 Teori Dasar


Tulang dan tulang rawan merupakan bentuk khusus jaringan ikat. Seperti jaringan
lain tulang dan tulang rawan terdiri atas sel, serat dan matriks. Sel pada tulang rawan
terdiri atas sel kondrosit dan kondroblas dan matriks mengandung serat kolagen dan
elastin yang memberikan kekuatan dan kelenturan. Akibatnya, tulang rawan memiliki
kekuatan rengang, penyokong struktural, dan memungkinkan fleksibilitas tanpa distorsi.
Terdapat tiga jenis tulang rawan yaitu; tulang rawan hialin, tulang rawan elastis dan tulang
rawan fibrosa.
Tulang terdiri atas sel osteosit, osteoblas dan osteoklas. Terdapat deposisi mineral di
dalam matriks, tulang dapat menahan beban, berfungsi sebagai kerangka kaku bagi tubuh,
dan menyediakan tempat penambat bagi otot dan organPertumbuhan tulang dibedakan
menjadi osifikasi endokondral dan osifikasi desmal.

1. Tulang Rawan Hialin


Perhatikan preparat ini dari bagian pinggir, terdapat lapisan perikondrium yaitu
jaringan ikat yang membungkus tulang rawan mengandung sel-sel kondrogenik gepeng. Sel
kondroblas letaknya lebih dekat ke matriks tulang rawan. Bila kondroblas tenggelam dalam
matriksnya sendiri disebut sel kondrosit. Kondrosit terlihat mengeriput atau mengkerut di
dalam lakuna. Di dalam matriks juga terdapat kondrosit yang sedang membelah diri, yang
terlihat berhimpitan satu sama, terdiri atas 2-4 kondrosit atau lebih disebut sel isogen.
Tulang rawan hialin dapat ditemukan di ujung iga, hidung, laring, bronkus dan trakea.

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 27


Gambar 6.1 Tulang rawan hialin
1 (pembesaran 4x) (Bagian Histologi FKG
2 Usakti 2012)
3
(1) Lapisan perikondrium
(2) Kondrogenik
(3) Kondroblas
(4) Kondrosit
4 (5) Sel isogen

2. Tulang Rawan Elastis


Pada dasarnya semua sel yang menyusun tulang rawan elastis sama dengan tulang
rawan hialin. Yang membedakan hanyalah matriks yang menyusunnya, Pada tulang rawan
elastis, matriks tampak didominasi oleh serat elastin, yang membuat tulang rawan ini
menjadi fleksibel. Tulang rawan elastis terdapat di telinga luar (auriculla), dinding tuba
auditiva, epiglottis dan laring.

Gambar 6.2 Tulang rawan elastis


2 1 (pembesaran 4x) (Bagian Histologi
3 2 FKG Usakti 2012)
2 (1) Lapisanperikondrium
(2) Kondrogenik
(3) Kondroblas
4 (4) Kondrosit
3 5 (5) Sel Isogen
2
2

4. Tulang Rawan Fibrosa (Fibrokartilago)


Pada tulang rawan ini tidak terdapat lapisan perikondrium. Matriksnya tersusun
atas jalinan berkas kolagen. Serat kolagen tersusun konsentris membentuk bangunan
lonjong, yang di bagian tengah massa tulang rawan disebut nukleus pulposus. Kondrosit
letaknya berderet, tersusun searah dengan serat kolagen. Kondrosit mengeriput di dalam
lakuna dan berbentuk gepeng karena terhimpit berkas serat kolagen.

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 28


Gambar 6.3 Tulang rawan fibrosa
(pembesaran 4x) (Bagian Histologi
FKG Usakti 2012)
(1) Kondrosit
(2) Berkas kolagen
2
1
1
1

5. Osifikasi Kondral
Pelajari daerah-daerah epifisis, metafisis, dan diafisis tulang. Osifikasi ini terjadi di
daerah epifisis, yaitu bagian ujung tulang pipa.
1. Zona istirahat (resting zone)
Gambarannya sama dengan tulang rawan hialin,.Terletak pada lempeng epifisis.
2. Zona proliferasi (multifikasi)
Kondrosit mengalami mitosis, terlihat gepeng, kecil-kecil, tersusun bertumpuk.
3. Zona pematangan (maturasi atau hipertrofi)
Kondrosit membesar setelah berproliferasi
4. Zona pengapuran (kalsifikasi)
Kondrosit mulai mati akibat matriks di sekitarnya terjadi pengapuran.
5. Zona degenerasi
Kondrosit mengalami perusakan matriks tulang yang telah mengapur. Celah di antara
jaringan ikat yang mengisi kolom lakuna, terdapat sisa balok-balok sisa tulang.
6. Zona penulangan (osifikasi)
Sel-sel osteogenik, jaringan ikat, dan pembuluh darah akan mengisi kolom lakuna bekas
kondrosit. Kemudian sel osteogenik menjadi osteoblast yang menyusun diri berderet di
tepi balok tulang. Osteoblas mengeluarkan matriks tulang dan tenggelam dalam
matriksnya sendiri disebut osteosit.

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 29


Gambar 6.4 Osifikasi
7 endokondral (Dikutip dari
Gartner and Hiatt 2005)
(1) Zona istirahat
(2) Zona proliferasi
(3) Zona maturasi
1 2 3 4 5 6 (4) Zona pengapuran
(5) Zona degenerasi
1 3 5 (6) Zona penulangan
(7) Periosteum
1 3
2

6. Osifikasi Desmal
Pada osifikasi ini tidak ditemui balok tulang rawan, karena prosesnya tidak
didahului oleh pembentukan tulang rawan. Gambarannya adalah balok tulang yang di
kelilingi oleh osteoblas, sumsum tulang, dan osteoklas yang berinti banyak, berada di dalam
lacuna Howship. Lakuna Howship terjadi akibat resorbsi osteoklas. Osteoblas berperan
pada pembentukan matriks tulang, setelah matriks terbentuk, osteoblas akan terbenam di
dalam matriksnya sendiri. Osteoblas yang sudah dikelilingi matriks disebut osteosit.
Osteosit terletak di dalam lakuna.

Gambar 6.6 Osifikasi desmal (Dikutip


dari Gartner and Hiatt 2005)

1 (1) Osteoblas
(2) Osteosit

2
5
3

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 30


6.4 Waktu Praktikum
1 kali pertemuan selama 45 menit untuk tiap grup

6.5 Metoda Praktikum


A. Kuliah pengantar praktikum selama 15 menit
B. Praktikum mempelajari dan mengidentifikasi struktur histologi dengan
menggunakan mikroskop cahaya dengan bimbingan para asisten praktikum
C. Membuat gambar sajian histologis yang dipelajari pada halaman yang tersedia

6.6 Sarana dan Prasarana


A. Ruang praktikum biomedik
B. Preparat histologi
a. Jaringan tulang rawan hialin
b. Jaringan tulang rawan elastis
c. Jaringan tulang fibrosa
d. Osifikasi kondral
e. Osifikasi desmal

6.7 DaftarKepustakaan

Gartner LP and Hiatt JL. Color atlas of histology, 4nd ed. Lippincott Williams and
Wilkins,2005
Gartner LP and Hiatt JL. Histology. 3nd ed. Saunders,2007
Junqueira LC danCarneiro J. Histologi dasar. Edisi 10. PenerbitBukuKedokteran.
Jakarta.2004
Subowo. Histologi umum.Edisi 2. AgungSeto. Jakarta. 2008
Wonodirekso S., Martoprawiryo M., Siswojo SK., Penuntunpraktikum histologi. Dian Rakyat.
Jakarta. 2003

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 31


6.8 Lembar Kerja

Setelah melakukan pengamatan, gambarlah dalam lembar yang telah tersedia beserta
keteranganya

Gambar 6.1 Tulang Rawan Hialin Nama :


Esofagus ______________________
NIM : _____________________
Tanggal : ____________________

Sediaan No: ___


Keterangan gambar:
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
Gambar 6.2. Tulang Rawan Elastis Nama :
___________
______________________
NIM : _____________________
Tanggal : ____________________

Sediaan No: ___


Keterangan gambar:
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
Gambar 6.3. Tulang Rawan Fibrosa Nama :
___________
______________________
NIM : _____________________
Tanggal : ____________________

Sediaan No: ___


Keterangan gambar:
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
___________

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 32


Gambar 6.4 Osifikasi Kondral Nama : ______________________
NIM : _____________________
Tanggal : ____________________

Sediaan No: ___


Keterangan gambar:
__________________
__________________
__________________
__________________
__________________
__________________
__________________
__________________
___

Gambar 6.5 Zona Osifikasi Endokondral Nama : ______________________


NIM : _____________________
Tanggal : ____________________

Sediaan No: ___


Keterangan gambar:
__________________
__________________
__________________
__________________
__________________
__________________
__________________
__________________
___

Gambar 6.6 Osifikasi Desmal Nama : ______________________


NIM : _____________________
Tanggal : ____________________

Sediaan No: ___


Keterangan gambar:
__________________
__________________
__________________
__________________
__________________
__________________
__________________
__________________
___

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 33


7
SISTEM SYARAF

7.1 Tujuan instruksional umum

Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengidentifikasi secara mikroskopis dan


histofisiologi sistem saraf.

7.2 Sasaran pembelajaran

Setelah mempelajari teori dasar sistem saraf mahasiswa mampu:


1. Menjelaskan dan mengidentifikasi secara mikroskopis dan histofisiologi sel saraf
motoris, sel saraf tepi, sel saraf ganglion dan sel saraf purkinje.
2. Menjelaskan perbedaan secara mikroskopis sel saraf motoris, sel saraf tepi, sel saraf
ganglion dan sel saraf purkinje.

7.3 DasarTeori
Jaringan saraf merupakan jaringan yang terdapat hampir di seluruh jaringan tubuh
sebagai jaringan komunikasi. Jaringan saraf terdiri atas susunan saraf pusat (SSP) dan
susunan saraf tepi (SST). SSP terdiri atas neuron dan akson yang terdapat pada otak dan
medulla spinalis, yaitu pusat pengintegrasi dan komunikasi tubuh. SST terdiri atas neuron
dan akson yang terletak di luar SSP, yaitu nervus kranialis dari otak.

1. Sel Saraf Motoris


Neuron motoris multipolar besar pada SSP memiliki inti besar di tengah, dengan
sebuah nukleolus yang jelas dan sejumlah cabang sel, yaitu cabang dendrit dan satu akson
halus yang muncul dari daerah terang berbentuk kerucut pada badan sel (perikarion) yaitu
akson hillock. Sitoplasma dari perikarion neuron bercirikan banyak gumpalan granula kasar
yang disebut dengan badan nissl. Badan nissl meluas ke daerah dendrit namun tidak kearah
akson hillock atau ke dalam akson.

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 34


Gambar 7.1 Sel saraf motoris
(pembesaran 10x) (Bagian Histologi
FKG Usakti 2011)

(1) Sel saraf motoris


(2) Perikarion
(3) Nukleus dan nukleolus
2 4 (4) Akson hillock
(5) Dendrit
1 1 3 1
1 5
1

2. Sel Saraf Ganglion


Sel-sel ganglion atau neuron unipolar tampak berbagai ukuran, inti dengan
nukleolus terpulas gelap, sitoplasma sel banyak badan nissl. Setiap sel ganglion dalam
sitoplasmanya mengandung pigmen lipofusin. Di dekat sel-sel ganglion terdapat sel-sel
satelit yang jauh lebih kecil. Sel ini membentuk lapisan kapsul dalam di sekitar sel ganglion.
Kapsul luar terdiri atas sel fibroblas yang lebih gepeng .

Gambar 7.2 Sel saraf ganglion


2 (pembesaran 10x) (Bagian Histologi
1 FKG Usakti 2011)
1
(1) Sel ganglion
1
(2) Nukleus dan nukleolus
(3) Sel fibroblas
4
3 (4) Saraf bermielin
1

3. Serat Saraf Tepi


Pada potongan longitudinal selubung mielin saraf tepi tampak sebagai pita hitam
tebal mengelilingi akson pusat yang lebih terang. Pada interval tertentu, selubung ini
terlihat terputus-putus di antara sel Schwann dan sel fibroblas yang disebut sebagai nodus
ranvier. Pada potongan transversal terlihat macam ukuran akson bermielin, selubung
mielin tampak sebagai cincin hitam tebal mengelilingi akson pucat yang tidak terpulas.
Sekelompok serabut saraf atau fasikulus di kelilingi lapisan jaringan ikat disebut
perineurium. Setiap serabut saraf dikelilingi oleh selapis tipis jaringan ikat yang disebut
endonerium.

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 35


Gambar 7.2 Sel saraf tepi
(pembesaran 10x) (Bagian Histologi
5
FKG Usakti 2011)
(1) Akson
3
(2) Nodus ranvier
1 (3) Selubung mielin
2 (4) Sel schwann
(5) Sel fibroblas

4. Sel Saraf Purkinje


Pada serebellum carilah substansi grisea atau substansi kelabu (bagian korteks) dan
substansi alba atau substansi putih (bagian medula). Korteks terdiri atas dua lapisan, yaitu
lapisan molekular (sebelah luar) dan lapisan granular (sebelah dalam). Substansi putih
dengan gambaran yang lebih pucat terletak di tengah. Sel purkinje terletak di lapisan
molekular. Badan sel berada pada batas antara lapisan molekular dan granular, sedangkan
dendritnya atau percabangan sitoplasmanya, terlihat mengarah ke lapisan molekular.
Aksonnya masuk ke dalam lapisan granular. Gambaran sel purkinje mirip sebuah pohon
dengan satu batang besar yang bercabang dan beranting. Inti sel besar, berbentuk bulat
atau lonjong dengan anak inti jelas. Di lapisan molekular juga terdapat sel stelata dan sel
basket. Sel stelata adalah sel kecil yang tersebar di bagian luar lapisan molekular,
sedangkan sel yang lebih besar dikenal dengan sel basket.

Gambar 7.2 Sel saraf purkinje


(pembesaran 4x) (Bagian Histologi
1
FKG Usakti 2011)
4 (1) Lapisan Molekuler
(2) Lapisan Granuler
(3) Substansi alba
2 (4) Sel saraf purkinje

7.4 Waktu Praktikum


1 kali pertemuan selama 45 menit untuk tiap grup

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 36


7.5 Metoda Praktikum
A. Kuliah pengantar praktikum selama 15 menit
B. Praktikum mempelajari dan mengidentifikasi struktur histologi dengan
menggunakan mikroskop cahaya dengan bimbingan para asisten praktikum
C. Membuat gambar sajian histologis yang dipelajari pada halaman yang tersedia

7.6 Sarana dan Prasarana


A. Ruang praktikum biomedik
B. Preparat histologi
a. Sel saraf motoris
b. Sel saraf ganglion
c. Sel saraf tepi
d. Sel saraf purkinje

7.7 DaftarKepustakaan

Eroschenko VP. Atlas histologi. Edisi 9. Penerbit Kedokteran Jakarta. 2002


Gartner LP and Hiatt JL. Color atlas of histology, 4nd ed. Lippincott Williams and
Wilkins,2005
Gartner LP and Hiatt JL. Histology, 3nd ed. Saunders,2007
Junqueira LC dan Carneiro J. Histologi dasar. Edisi 10. Penerbit Buku Kedokteran.
Jakarta.2004
Subowo. Histologi umum.Edisi 2. Agung Seto. Jakarta. 2008
Wonodirekso S., Martoprawiryo M., Siswojo SK., Penuntun praktikum histologi. Dian Rakyat.
Jakarta. 2003

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 37


7.8 Lembar Kerja

Setelah melakukan pengamatan, gambarlah dalam lembar yang telah tersedia beserta
keteranganya

Gambar 7.1 Sel Saraf Motoris Nama :


______________________
NIM : _____________________
Tanggal : ____________________

Sediaan No: ___


Keterangan gambar:
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
Gambar 7.2. Sel Saraf Ganglion Nama :
___________
Paratiroid ______________________
NIM : _____________________
Tanggal : ____________________

Sediaan No: ___


Keterangan gambar:
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
Gambar 7.3. Sel Saraf Tepi Nama :
___________
Kelenjar Hipofisis ______________________
NIM : _____________________
Tanggal : ____________________

Sediaan No: ___


Keterangan gambar:
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
___________

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 38


Gambar 7.4 Sel Saraf Purkinje Nama :
______________________
NIM : _____________________
Tanggal : ____________________

Sediaan No: ___


Keterangan gambar:
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
___________
Gambar 7.5. Serebellum Nama :
Ganglion Paratiroid ______________________
NIM : _____________________
Tanggal : ____________________

Sediaan No: ___


Keterangan gambar:
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
___________

NILAI
Nama :

NIM :

PARAF Dosen :

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 39


8
SISTEM ENDOKRIN

8.1 Tujuan instruksional umum


Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengidentifikasi secara mikroskopis dan
histofisiologi sistem endokrin.

8.2 Sasaran pembelajaran

Setelah mempelajari teori dasar sistem pencernaan mahasiswa mampu:


1. Menjelaskan organ yang termasuk ke dalam kelenjar campuran dan oragan
2. Menjelaskan dan mengidentifikasi secara mikroskopis dan histofisiologi kelenjar
adrenal, hipofisis, hepar, pangkreas, tiroid dan paratiroid
3. Menjelaskan perbedaan secara mikroskopis kelenjar adrenal, hipifisis, hepar,
pangkreas, tiroid dan paratiroid.

8.3 Dasar Teori


Sistem endokrin terdiri atas sel-sel, jaringan, dan organ yang mensintesis dan
menyekresi hormone langsung ke dalam kapiler darah dan limf, sehingga sistem ini tidak
memiliki saluran keluar. Terdapat banyak organ eksokrin yang terkait dengan sel-sel
endokrin atau jaringan endokrin. Contoh organ campuran (endokrin-eksokrin) yaitu;
pangkreas, ginjal, organ reproduksi kedua jenis kelamin, plasenta dan saluran cerna. Juga
terdapat organ endokrin tersendiri pada tubuh, yaitu hipofisis atau kelenjar pituitaria,
kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid dan kelenjar adrenal.

1. Kelenjar Tiroid dan Paratiroid


Kelenjar tiroid mempunyai banyak folikel yang berisi substansi koloid. Substansi
koloid ini berwarna merah homogen. Folikel dibatasi oleh epitel kubis tinggi atau rendah
sampai gepeng selapis, tergantung aktivitas kelenjar. Bila folikel yang aktif, epitelnya tinggi
dan tepian substansi koloid yang berbatasan dengan epitel folikel tidak rata, sedangkan
pada folikel yang dalam istirahat (tidak aktif), epitelnya gepeng dan substansi koloidnya
memenuhi folikel. Pada kelenjar ini ditemukan sel parafolikular, yang terletak di antara sel
epitel folikel atau di dalam jaringan antar folikel.

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 40


Gambar 8.1 Kelenjar tiroid
(Dikutip dari Gartner and Hiatt 2005)
(1) Epitel folikel kelenjar
(2) Epitel parafolikel
(3) Substansi koloid
1

3
1 2
1

2. Kelenjar Paratiroid

Kelenjar paratiroid terdapat pada permukaan posterior kelenjar tiroid, namun


terpisah dari kelenjar tiroid oleh sebuah simpai tipis dari jaringan ikat. Berbeda dengan
kelenjar tiroid dan folikelnya, sel-sel paratiroid tersusun dalam kelompok atau deretan. Ada
dua jenis sel pada kelenjar paratiroid, sel utama (chief cell) dan sel oksifil. Sel oksifil lebih
besar dan jumlahnya lebih sedikit daripada sel utama. Kadang-kadang terlihat folikel-folikel
kecil berisi koloid di dalam kelenjar paratiroid.
Sel utama menghasilkan hormon paratiroid (parahormon) yang fungsi utamanya
adalah mempertahankan kadar kalsium normal dalam cairan tubuh. Sel utama jumlahnya
lebih banyak sel bulat, dengan sitoplasma pucat dan asidofilik lemak. Sel oksifil lebih besar
dan tidak sebanyak sel utama, dengan sitoplasma lebih asidofilik, dan inti lebih gelap dan
lebih kecil.

Gambar 8.2 Kelenjar paratiroid


(Dikutip dari Gartner and Hiatt
2005)
(1) Sel utama
(2) Sel oksifil
2
1

3. Kelenjar Hipofisis
Sediaan ini terdiri atas pars anterior, pars intermedia (sisa kantong Rathke), dan
pars hipofisis. Pars tuberalis jarang terpotong. Di dalam hipofisis pars anterior terdapat
deretan sel yang tidak beraturan dengan sinusoid diantaranya. Bentuk selnya bundar,

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 41


lonjong, atau polygonal dengan inti bundar dan kromatin padat. Terdapat 3 macam sel,
yaitu:

1. Sel α.
Disebut juga sel asidofil, sitoplasmanya bergranula merah, inti biru, biasanya bulat.
Bentuk sel bundar, lonjong, atau polygonal dan biasanya tampak berkelompok.
2. Sel β
Sel ini disebut juga sel basophil. Sitoplasma bergranula biru, inti dan bentuknya
seperti sel α. Biasanya terdapat diantara sel α. Namun ada juga yang membentuk
kelompok sel β.
3. Sel kromofob
Sitoplasma pucat, terlihat seakan-akan tanpa granula, biasanya terdapat diantara
kelompokan sel α dan sel β.
Hipofisis pars intermedia terletak diantara pars anterior dan pars nervosa hipofisis. Pars
intermedia merupakan sisa kantong Rathke, yang berupa sebuah ruangan berisi substansi
homogen merah di dalamnya. Hipofisis pars posterior terdiri atas serat saraf tidak
bermielin, sehingga terlihat pucat. Ditemukan sel pituisit yang merupakan sel penyokong di
dalam pars nervosa hipofisis yang sebenarnya merupakan neuroglia.

Gambar 8.2 Kelenjar hipofisis


(pembesaran 10x) (Bagian Histologi
2 FKG Usakti 2012)
3
1 (1) Sel α
1 (2) Sel β
(3) Sel Kromofob

4. Kelenjar Adrenalis
Kelenjar ini terdiri atas bagian korteks dan medulla.
A. Korteks dibagi lagi menjadi:
1. Zona Glomerulosa
Zona ini adalah bagian terluar. Sel-sel bagian ini berbentuk bulat atau polygonal,
aspek inti gelap, sitoplasma basophil dan sedikit mengandung lipid.
2. Zona Fasikulata
Bagian ini adalah yang paling tebal, terletak di bawah zona glomerulosa. Sel-
selnya berbentuk polygonal dan tersusun berderet-deret mengarah ke
medulla (pusat kelenjar). Di dalam sitoplasma banyak terdapat vakuol, sehingga
selnya disebut spongiosit (sel busa). Di antara deretan sel terdapat sinusoid
darah.
3. Zona retikularis
Sel-sel di bagian yang berrbatasan dengan medulla ini tersusun berderet-deret
dan deretan itu saling silang berjalinan satu sama lain membentuk anyaman
Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 42
mirip jala. Di antara deretan sel dipisahkan oleh sinusoid. Sitoplasma basophil
dan inti gelap.

B. Medula, sel tersusun di dalam kelompokan yang tidak beraturan. Sel berbentuk
poligonal, dan mempunyai granula coklat.

Gambar 8.3 Kelenjar Adrenalis


1 (Dikutip dari Gartner and Hiatt 2005)
2 (1) Simpai Fibrosa
(2) Zona Glomerulosa
3 (3) Zona Fasikulata
6 (4) Zona Retikularis
(5) Medula
5 (6) Korteks
5 4
6 3
3 5
5
5
3
5. Pankreas

Kelenjar pankreas terdiri atas bagian eksokrin yang terpulas lebih gelap dan bagian
endokrin yang terplihat lebih pucat. Bagian eksokrin pars terminalisnya berupa asinus,
yang di dalamnya terdapat sel sentroasiner yang membatasi lumen asinus. Sel ini
merupakan awal dinding duktus interkalaris. Saluran ini pada awalnya dindingnya berupa
epitel selapis kuboid.
Bagian endokrin disebut juga pulau Langerhans, yang terdiri atas sekelompok sel
yang terpulas lebih pucat dari sel asinus di sekitarnya (bagian eksokrin). Sel-sel ini juga
tampak lebih kecil daripada sel asinus. Berbentuk bulat dan dinding sel tidak mudah
terlihat.

Gambar 8.4 Pankreas (pembesaran


4x) (Bagian Histologi FKG Usakti
2012)
3 (1) Pulau langerhans (bagian
endokrin
1 3
(2) Asinus pankreas (bagian
3 eksokrin)
(3) Saluran keluar
2

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 43


8.4 Waktu Praktikum
1 kali pertemuan selama 45 menit untuk tiap grup

8.5 Metoda Praktikum


A. Kuliah pengantar praktikum selama 15 menit
B. Praktikum mempelajari dan mengidentifikasi struktur histologi dengan
menggunakan mikroskop cahaya dengan bimbingan para asisten praktikum
C. Membuat gambar sajian histologis yang dipelajari pada halaman yang tersedia
8.6 Sarana dan Prasarana
A. Ruang praktikum biomedik
B. Preparat histologi
a. Kelenjar tiroid
b. Kelenjar paratiroid
c. Kelenjar hipofisis
d. Kelenjar adrenalis
e. Pankreas

8.7 Daftar Kepustakaan

Eroschenko VP. Atlas histologi. Edisi 9. Penerbit Kedokteran Jakarta. 2002


Gartner LP and Hiatt JL. Color atlas of histology, 4nd ed. Lippincott Williams and
Wilkins,2005
Gartner LP and Hiatt JL. Histology, 3nd ed. Saunders,2007
Junqueira LC dan Carneiro J. Histologi dasar. Edisi 10. Penerbit Buku Kedokteran.
Jakarta.2004
Wonodirekso S., Martoprawiryo M., Siswojo SK., Penuntun praktikum histologi. Dian Rakyat.
Jakarta. 2003

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 44


8.8 Lembar Kerja

Setelah melakukan pengamatan, gambarlah dalam lembar yang telah tersedia beserta
keteranganya

Gambar 8.1 Kelenjar Tiroid Nama :


______________________
NIM : _____________________
Tanggal : ____________________

Sediaan No: ___


Keterangan gambar:
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
___________
Gambar 8.2. Kelenjar Paratiroid Nama :
______________________
NIM : _____________________
Tanggal : ____________________

Sediaan No: ___


Keterangan gambar:
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
Gambar 8.3. Kelenjar Hipofisis Nama : ______________________
_________________
___________
NIM : _____________________
Tanggal : ____________________

Sediaan No: ___


Keterangan gambar:
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
___________

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 45


Gambar 8.4 Kelenjar Adrenal Nama : ______________________
NIM : _____________________
Tanggal : ____________________

Sediaan No: ___


Keterangan gambar:
__________________
__________________
__________________
__________________
__________________
__________________
__________________
__________________
___

Gambar 8.5 Pangkreas Nama : ______________________


NIM : _____________________
Tanggal : ____________________

Sediaan No: ___


Keterangan gambar:
__________________
__________________
__________________
__________________
__________________
__________________
__________________
__________________
___

NILAI
Nama :

NIM :

PARAF Dosen :

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 46


9
SISTEM PENCERNAAN

9.1 Tujuan instruksional umum

Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengidentifikasi secara mikroskopis dan


histofisiologi sistem pencernaan yang terdiri atas ; esofagus, lambung, usus halus, usus
besar, rektum dan anus.

9.2 Sasaran pembelajaran

Setelah mempelajari teori dasar sistem pencernaan mahasiswa mampu:


1. Menjelaskan dan mengidentifikasi secara mikroskopis dan histofisiologi dinding
saluran cerna.
2. Menjelaskan dan mengidentifikasi secara mikroskopis dan histofisiologi dari
esophagus, fundus, duodenum, jejunum, ileum, rektum, dan anus.
3. Menjelaskan perbedaan secara mikroskopis esophagus, fundus, duodenum, jejunum,
ileum, rektum, dan anus.

9.3 Dasar Teori


Saluran cerna adalah struktur berongga panjang yang meluas dari esophagus sampai
ke rektum. Dinding saluran ini terdiri atas empat lapisan yaitu; mukosa, submukosa,
muskularis dan serosa. Pada beberapa saluran cerna, lapisan terluarnya terdiri atas
jaringan ikat yang disebut adventisia.
Lapisan mukosa terdiri atas epitel pelapis, sebuah lamina propria jaringan ikat yang
kaya akan pembuluh darah, pembuluh limfe, dan sel-sel otot polos; muskularis mukosa
yang biasa terdiri atas otot polos. Lapisan submukosa terdiri atas jaringan ikat padat
dengan banyak pembuluh darah dan pembuluh limfe dan suatu pleksus saraf submukosa
atau yang disebut juga pleksus meissner. Lapisan ini juga mengandung kelenjar dan jaringan
limfoid.
Lapisan muskularis mengandung sel-sel otot polos yang tersusun sebagai spiral dan
dibagi menjadi dua lapisan sesuai arah jalannya sel otot. Di lapisan dalam susunan (dekat
lumen), susunan sel otot umumnya melingkar, di lapisan luar, sebagian besar susunannya
memanjang. Lapisan ini mengandung pleksus saraf mienterikus/ pleksus auerbach, yang
terletak di antara kedua lapisan otot, pembuluh darah serta limfe dalam jaringan ikat di
antara lapisan-lapisan otot.
Lapisan serosa adalah lapisan tipis jaringan ikat longgar, yang kaya akan pembuluh
darah, pembuluh limfe, dan jaringan lemak, serta epitel selapis gepeng sebagai epitel
pelapis (mesotel).

1. Esofagus
Dinding esofagus memiliki empat lapisan yaitu, mukosa dengan epitel berlapis
gepeng tanpa lapisan tanduk/keratin, lamina propria, muskularis mukosa. Lapisan kedua
submukosa, muskular dan adventisia/serosa.

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 47


Di dalam lamina propria daerah dekat lambung terdapat kelompok kelenjar kardiak
esophagus yang mensekresi mukus. Di lapisan mukosa juga memiliki kelenjar esofagus
yang juga mensekresi mukus.
Di bagian distal esofagus, lapisan muskular hanya terdiri atas sel-sel otot polos; di
bagian tengah terdapat campuran sel otot polos dan otot rangka; dan pada ujung proksimal
hanya terdapat sel-sel otot rangka.
Lapisan serosa esofagus hanya terdapat di dalam rongga peritoneum, sisanya
ditutupi selapis jaringan ikat longgar, adventisia, yang menyatu dengan jaringan ikat
sekitar.

Gambar 9.1 Esophagus (pembesaran


2 4x) (Bagian Histologi FKG Usakti
2011)
1
(1) Epitel selapis silindri
(2) Lamina propria
3
(3) Tunika submukosa
(4) Tunika muskularis

2. Fundus
Lambung/gaster adalah perluasan organ berongga yang terletak di antara
esophagus dan usus halus. Secara anatomi memperlihatkan empat bagian lambung yaitu;
kardia, fundus, korpus, dan pilorus, karena struktus mikroskopik dari fundus dan pilorus
identik, maka secara histologi lambung terbagi menjadi tiga bagian.
Pada taut esophagus-gaster, terdapat transisi dari epitel berlapis gepeng menjadi
epitel selapis silindris. Pada permukaan lambung, terlihat banyak membentuk sumur-
sumur lambung yang disebut foveola gastrika/pit gaster. Sumur ini dibentuk oleh epitel
yang berinvaginasi ke lamina propria.
Mukosa dilapisi oleh epitel selapis silindris yang diikuti oleh lamina propria yang
terdiri dari jaringan ikat longgar yang disusupi oleh sel-sel otot polos dan sel limfoid. Pada
lamina propria terdapat banyak kelanjar lambung seperti, sel pariental,sel zimogen (chief
cell), sel enteroendokrin. Yang memisahkan mukosa dari submukosa di bawahnya adalah
selapis otot polos, yaitu muskularis mukosa.
Submukosa jaringan ikat padat, mengandung banyak pembuluh darah dan saraf
gaster. Dinding muskular tebal terdiri atas tiga lapisan, selain dua yang normal, lapisan
terluar dari lambung ditutupi oleh serosa atau peritoneum viseral.

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 48


1 Gambar 9.2 Fundus (pembesaran 4x)
(Bagian Histologi FKG Usakti 2011)
(1) Epitel selapis silindris
4 (2) Lamina propria
(3) Tunika muskularis mukosa
2 (4) Faviola gastika

3. Duodenum
Dinding duodenum terdiri atas empat lapisan: mukosa dengan epitel selapis silindris
dengan mikrovili yang membentuk striated borders, sel-sel goblet yang terpulas pucat,
lamina propria terdapat kelenjar intestinal tubular pendek (kripti Lieberkuhn)d an
muskularis mukosa, submukosa dengan jaringan ikat dan kelenjar duodenal (Brunner),
muskular dengan dua lapisan otot polos, dan lapisan serosa.

Gambar 9.3 Fundus (Dikutip dari


1
Gartner and Hiatt 2005)
(1) Epitel selapis silindris
2 (2) Kripti liberkhun
(3) Kelenjar brunner
(4) Muskular
3

4. Jejunum
Histologi jejunum, dan ileum serupa dengan duodem perkecualian tidak adanya
kelenjar duodenal yang hana terdapat pada duodenum. Pada jejunum potongan melintang
tampak sebuah lipatan permanen besar usus halus, yaitu plika sirkularis merupakan
lipatan dari lapisan mukosa dan submukosa. Epitel mukosa merupakan epitel selapis
silindris dengan mikrovilli dan sel goblet, lamina propria dan mukularis mukosa.
Submukosa tersusun oleh jaringan ikat padat serta lapisan muskular dan serosa.

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 49


Gambar 9.4 Jejunum (Dikutip dari
1
Gartner and Hiatt 2005)
(1) Epitel selapis silindris
2
(2) Lamina propria
(3) Tunika submukosa
(4) Tunika muskularis

3
4

5. Ileum
Potongan melintang memperlihatkan keempat lapisan dinding usus. Ciri khas ileum
adalah kumpulan limfonoduli yang disebut plaque peyeri (plak peyer). Setiap plak peyer
merupakan gabungan 10 atau lebih limfonoduli, sebagian besar mempunyai pusat
germinal. Noduli ini berasal dari jaringan limfoid difus lamina propria. Biasanya
limfonoduli ini meluas ke dalam submukosa menembus muskularis mukosa, dan menyebar
di jaringan ikat longgar dari submukosa.

Gambar 9.5 Ileum (Dikutip dari


1 2 Gartner and Hiatt 2005)
3 (1) Epitel selapis silindris
(2) Sel goblet
(3) Lamina propria
(4) Plak peyeri
(5) Tunika muskularis
6
(6) Kripti liberkhunn
4

6. Rektum dan Anus


Epitel pelapis rektum adalah selapis silindris dengan sedikit mikrovili dan banyak
sel goblet. Lamina propria banyak mengandung banyak jaringan limfoid difus Tautan
antara rektum dan anus disebut dengan taut anorektal atau rectoanal junction
merupakan peralihan dari epitel selapis silindris menjadi epitel berlapis gepeng dengan
keratin. Perubahan mukosa rektum menjadi mukosa anal terjadi pada apeks valvula ani.
Lapisan otot muskularis sirkular bertambah tebal di bagian atas liang anus dan
membentuk sfingter ani interna. Di bagian bawah liang anus, sfingter ini diganti oleh otot
rangka, yaitu sfinter ani ekterna. Di luar sfingter ini terdapat muskulus levator ani. Lapisan
muskularis longitudinal menipis dan hilang di jaringan ikat sfingter ani eksterna.

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 50


4 Gambar 9.6 Rektum-Anus
3
(pembesaran 4x) (Bagian Histologi
FKG Usakti 2011)
1
2 (1) Rektum
(2) Anus
(3) Epitel berlapis gepeng
(4) Epitel selapis silindris

9.4 Waktu Praktikum

1 kali pertemuan selama 45 menit untuk tiap grup

9.5 Metoda Praktikum


A. Kuliah pengantar praktikum selama 15 menit
B. Praktikum mempelajari dan mengidentifikasi struktur histologi dengan
menggunakan mikroskop cahaya dengan bimbingan para asisten praktikum
C. Membuat gambar sajian histologis yang dipelajari pada halaman yang tersedia

9.6 Sarana dan Prasarana


A. Ruang praktikum biomedik
B. Preparat histologi
a. Esofagus
b. Fundus
c. Duodenum
d. Jejunum
e. Ileum
f. Rektum
g. Rektum-Anus

9.7 Daftar Kepustakaan

Eroschenko VP. Atlas histologi. Edisi 9. Penerbit Kedokteran Jakarta. 2002


Gartner LP and Hiatt JL. Color atlas of histology, 4nd ed. Lippincott Williams and
Wilkins,2005
Gartner LP and Hiatt JL. Histology, 3nd ed. Saunders,2007
Junqueira LC dan Carneiro J. Histologi dasar. Edisi 10. Penerbit Buku Kedokteran.
Jakarta.2004
Subowo. Histologi umum.Edisi 2. Agung Seto. Jakarta. 2008

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 51


Wonodirekso S., Martoprawiryo M., Siswojo SK., Penuntun praktikum histologi. Dian Rakyat.
Jakarta. 2003

9.8 Lembar Kerja

Setelah melakukan pengamatan, gambarlah dalam lembar yang telah tersedia beserta
keteranganya

Gambar 9.1 Esofagus Nama :


______________________
NIM : _____________________
Tanggal : ____________________

Sediaan No: ___


Keterangan gambar:
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
Gambar 9.2. Fundus Nama :
___________
______________________
NIM : _____________________
Tanggal : ____________________

Sediaan No: ___


Keterangan gambar:
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
Gambar 9.3. Duodenum Nama :
___________
______________________
NIM : _____________________
Tanggal : ____________________

Sediaan No: ___


Keterangan gambar:
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
___________

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 52


Gambar 9.4 Jejunum Nama : ______________________
NIM : _____________________
Tanggal : ____________________

Sediaan No: ___


Keterangan gambar:
__________________
__________________
__________________
__________________
__________________
__________________
__________________
__________________
___

Gambar 9.5 Ileum Nama : ______________________


NIM : _____________________
Tanggal : ____________________

Sediaan No: ___


Keterangan gambar:
__________________
__________________
__________________
__________________
__________________
__________________
__________________
__________________
___

Gambar 9.6 Rektum-Anus Nama : ______________________


NIM : _____________________
Tanggal : ____________________

Sediaan No: ___


Keterangan gambar:
__________________
__________________
__________________
__________________
__________________
__________________
__________________
__________________
___

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 53


10
SISTEM KARDIOVASKULAR

10.1 Tujuan instruksional umum


Mahasiswa mampu menjelaskan dan menidentifikasi secara mikroskopis dan histofisiologi
sistem kardiovaskular yang meliputi jantung dan pembuluh-pembuluh darah arteri dan vena di dalam
tubuh

10.2 Sasaran pembelajaran

Setelah mempelajari teori dasar sistem kardiovaskular mahasiswa mampu:


1. Menjelaskan klasifikasi secara histologis pembuluh darah dalam tubuh
2. Menjelaskan dan menidentifikasi secara mikroskopis dan histofisiologi jantung, arteri dan vena.
3. Menjelaskan perbedaan struktur histologis daerah atrium dan ventrikel jantung.
4. Menjelaskan perbedaan struktur histologis arteri dan vena.
5. Menjelaskan perbedaan struktur histologis arteri elastis, muskular dan arteriol.

10.3 Dasar Teori


Sistem sirkulasi terdiri atas sistem vakular darah dan limfatik. Sistem vaskular darah
terdiri atas; struktur jantung, yakni suatu organ yang berfungsi untuk memompa darah, arteri
yakni serangkaian pembuluh eferen yang makin mengecil sewaktu bercabang dan berfungsi
untuk mengangkut darah, dengan nutrient dan oksigen ke jaringan, kapiler yakni pembuluh darah
terkecil berupa jalinan halus dan rumit yang saling beranastomosis merupakan berlangsungnya
pertukaran zat antara darah dan jaringan, Vena terbentuk dari penggabungan kapiler menjadi
sistem saluran, ukuran makin membesar sewaktu mendekati jantung. Sistem pembuluh darah
dibagi dalam makrovaskulatur yaitu pembuluh dengan diameter lebih dari 0,1 mm (arteriol
besar,arteri muskular, elastis serta vena muscular), dan mikrovaskulatur (arteriol, kapiler, dan
venula pascakapiler). Dinding pembuluh darah teriri atas tiga lapisan(tunika) yaitu; tunika intima,
tunika media dan tunika adventisia.

1. Jantung
Dinding jantung memiliki tiga lapis yaitu; endokardium, miokardium, dan epikardium.
Endokardium terdiri atas selapis sel endotel gepeng yang berada di atas selapis tipis subendotel
jaringan ikat longgar yang mengandung serat elastin kolagen, dan sel otot polos. Lapisan
subendokardium mengandung vena, sayaf, dan cabang-cabang dari sistem penghantar-impuls
jantung (sel-sel purkinje). Miokardium merupakan lapisan yang paling tebal yang terdiri atas sel-
sel otot jantung yang tersusun dalam lapisan yang mengelilingi bilik-bilik jantung dalam bentuk
pilinan yang rumit. Epikardium merupakan lapisan terluar jantung yang dilapisi oleh epitel
selapis gepeng (mesotel) yang ditopang oleh selapis tipis jaringan ikat.

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 54


Gambar 10.1 Jantung Dikutip dari
1 Gartner and Hiatt 2005)
(1) Katup arteriventrikularis
4 (2) Endokardium
(3) Miokardium
2 (4) Sel endotel

2. Arteri Elastis

Arteri elastis membantu menstabilkan aliran darah. Arteri besar mencakup aorta beserta
cabang-cabang besarnya. Warna kekuningan karena banyak serat elastin di bagian medianya.
Intima lebih tebal daripada lapisan intima di arteri sedang. Lamina elastika interna meskipun ada
tapi tidak jelas terlihat karena serupa dengan lamina-lamina elastis di lapisan media. Di antara
lamina-lamina elastis terdapat sel-sel otot polos, serat retikulin, proteoglikan, dan glikoprotein.
Tunika adventisia relative kurang berkembang.

Gambar 10.2 Arteri Elastis


1 (Dikutip dari Gartner and Hiatt
2005)
1 (1) Tunika Intima
5 2 (2) Tunika Media
(3) Tunika Adventisia
(4) Vasa variorum
6 (5) Membran Fenestra
3 (6) Lamina Elastika Interna
4

3. Arteri Muskular
Arteri muskular dapat mengendalikan banyaknya darah yang menuju organ dengan
mengontraksi atau merelaksasi sel-sel otot polos tunika media. Tunika intima memiliki lapisan
subendotel yang agak lebih tebal daripada di arteriol. Lamina elastika interna tampak jelas.
Tunika media dapat terdiri dari lapisan sel otot polos hingga 40 lapisan. Lamina elastika eksterna
hanya terdapat pada arteri muskular yang lebih besar. Tunika adventisia terdiri atas jaringan ikat,
kapiler limfe, vasa vasorum dan saraf juga terdapat yang dapat masuk sampai tunika media
bagian luar.

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 55


Gambar 10.3 Arteri Muskular
1 (pembesaran 4 x) (Bagian
4 Histologi FKG Usakti 2011)
(1) Tunika Intima
2 (2) Tunika Media
(3) Tunika Advetisia
(4) Lamina Elastika Interna

4. Arteriol
Arteriol umumnya berdiameter kurang dari 0,5 mm dan memiliki lumen yang relative
sempit. Lapisan subendotel sangat tipis. Pada arteriol kecil tidak memiliki tunika elastika interna
dan tunika media umumnya terdiri atas satu atau dua lapis sel otot polos yang melingkar, tidak
memiliki tunika elastika eksterna. Di atas arteriol terdapat arteri kecil dengan tunika media yang
lebih berkembang, dan lumenya lebih besar daripada lumen arteriol. Pada arteriol dan arteri kecil
tunika adventisia sangat tipis.

Gambar 10.4 Arteri Muskular


(Dikutip dari Gartner and Hiatt 2005)
(1) Arteriol
(2) Venul
2

10.4 Waktu Praktikum


1 kali pertemuan selama 45 menit untuk tiap grup.
10.5 Metoda Praktikum
A. Kuliah pengantar praktikum selama 15 menit.
B. Praktikum mempelajari dan mengidentifikasi struktur histologi dengan menggunakan
mikroskop cahaya dengan bimbingan para asisten praktikum.
C. Membuat gambar sajian histologis yang dipelajari pada halaman yang tersedia.

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 56


10.6 Sarana dan Prasarana
A. Ruang praktikum biomedik
B. Preparat histologi
a. Jantung.
b. Arteri elastic.
c. Arteri muscular.
d. Arteri sedang dan arteriol.
e. Vena besar dan kecil.

10.7 Daftar Kepustakaan

Eroschenko VP. Atlas histologi. Edisi 9. Penerbit Kedokteran Jakarta. 2002


Gartner LP and Hiatt JL. Color atlas of histology, 4nd ed. Lippincott Williams and Wilkins,2005
Gartner LP and Hiatt JL. Histology, 3nd ed. Saunders,2007
Junqueira LC dan Carneiro J. Histologi dasar. Edisi 10. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.2004
Subowo. Histologi umum.Edisi 2. Agung Seto. Jakarta. 2008
Wonodirekso S., Martoprawiryo M., Siswojo SK., Penuntun praktikum histologi. Dian Rakyat.
Jakarta. 2003

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 57


10.8 Lembar Kerja

Setelah melakukan pengamatan, gambarlah dalam lembar yang telah tersedia beserta
keteranganya

Gambar 10.1 Jantung Nama :


______________________
NIM : _____________________
Tanggal : ____________________

Sediaan No: ___


Keterangan gambar:
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
Gambar 10.2. Arteri Elastis Nama :
___________
______________________
NIM : _____________________
Tanggal : ____________________

Sediaan No: ___


Keterangan gambar:
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
Gambar 10.3. Arteri muscularkular Nama :
___________
bertingkat ______________________
NIM : _____________________
Tanggal : ____________________

Sediaan No: ___


Keterangan gambar:
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
___________

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 58


11
SISTEM LIMFOID

11.1 Tujuan instruksional umum


Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengidentifikasi secara mikroskopis dan
histofisiologi sistem limfoid

11.2 Sasaran pembelajaran

Setelah mempelajari teori dasar sistem limfatik mahasiswa mampu:


1. Menjelaskan dan mengidentifikasi secara mikroskopis dan histofisiologi kelenjar
adrenal, hipofisis, hepar, pangkreas, tiroid dan paratiroid
2. Menjelaskan perbedaan secara mikroskopis kelenjar adrenal, hipofisis, hepar,
pangkreas, tiroid dan paratiroid.

11.3 Dasar Teori


Di dalam organ limfoid terdapat berbagai jenis limfosit, sel retikulum, dan serat
retikulin. Ciri khas dari organ ini adalah selalu ada kelompokan limfosit. Organ ini berkaitan
dengan fungsi pertahanan tubuh terhadap infeksi. Kadang organ limfoid hanya berupa
beberapa kelompok limfosit yang membentuk limfonodulus di dinding organ tubuh.

1. Limfonodus
Seluruh permukaan sediaan ini dibungkus oleh simpai (kapsul) jaringan ikat fibrosa.
Dari simpai tersebut, di beberapa tempat muncul percabangan yang masuk ke bagian
tengah kelenjar membentuk trabekula, yang di daerah hilus, simpai tersebut menebal. Sinus
kapsularis atau sinus marginalis terdapat di bawah simpai yang melanjut ke sekitar
trabekula dan disebut sinus trabekularis atau sinus kortikalis. Sinus ini biasanya kosong
atau berisi limfosit.
Dengan pembesaran kecil di bawah simpai biasanya terdapat sejumlah
limfonodulus, yaitu bangunan membula berupa kelompokan limfosit, yang membentuk
bagian korteks. Sebuah limfonodulus terdiri atas bagian tengah yang pucat, disebut sentrum
germinativum, dan korona yang lebih gelap dan membentuk bingkai di sekeliling sentrum
germinativum. Sel-sel di korona lebih kecil dan berkerumun padat sehingga tampak lebih
gelap. Selain limfosit, sel plasma juga dapat ditemukan pada bagian tersebut.

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 59


1 Gambar 11.1 Limfonodus
(pembesaran 4x) (Bagian Histologi
FKG Usakti 2012)
3
(1) Kapsul
(2) Trabekula
(3) Sinus kapsularis
(4) Korona
(5) Sentrum germinativum
2 4 5 6 (6) Limfonodulus

2. Limpa/Lien

Untuk mempelajari sediaan ini, mulai dari tepi ke bagian tengahnya. Simpai fibrosa
merupakan jaringan ikat padat kolagen, yang kemudian simpai itu bercabang ke dalam
membentuk trabekula yang beberapa diantaranya berisi arteri atau vena trabekularis.
Pulpa putih/pulpa alba merupakan bagian yang lebih gelap, di dalamnya terdapat
kerumunan sel-sel yang membentuk bangunan berupa folikel. Bagian tengah folikel tampak
lebih terang dan selnya tersusun lebih longgar. Sebuah arteriol yang disebut arteri
folikularis atau arteri sentralis dapat ditemukan di setiap folikel, walau letaknya hampir
selalu agak ke pinggir folikel.

Gambar 11.2 Limpa/Lien (pembesaran


4x) (Bagian Histologi FKG Usakti
1
2012)
(1) Trabekula
3 (2) Arteri sentralis
2 (3) Pulpa merah
(4) Pulpa putih
4

3. Tonsil Palatina
Permukaan bebas dari organ ini yang menghadap ke rongga mulut dibentuk oleh
epitel berlapis gepeng tanpa tanduk. Sisi yang melekat pada dinding rongga mulut dibentuk
oleh jaringan ikat fibrosa. Permukaan bebasnya mempunyai sumur-sumur yang disebut

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 60


kriptus. Kriptus adalah invaginasi epitel ke dalam substansi tonsil. Di sekitar kripti dan
ditepi jaringan dipenuhi oleh limfonodulus sampai di bagian tengahnya.

Gambar 16.3 Tonsil palatina


(pembesaran 4x) (Bagian Histologi
FKG Usakti 2012)
(1) Kriptus
(2) Epitel berlapis gepeng
(3) Limfonodulus
1
3

4. Timus
Organ ini diliputi oleh kapsul fibrosa tipis yang bercabang ke dalam organ yang
kemudian membentuk sekat-sekat. Sekat inilah yang membelah lobus menjadi lobulus.
Perhatikan bagian korteks terlihat lebih gelap dan sel tersusun lebih padat, mengelilingi
bagian medula yang lebih terang. Badan Hassal dapat ditemukan di dalam medula,berupa
bangunan bulat yang dikelilingi oleh sel epiteloid, merah, dan di tengahnya terjadi
degenerasi hialin (hialinisasi). Di dalam organ ini banyak terdapat limfosit.

Gambar 16.4 Timus (pembesaran 4x)


3
(Bagian Histologi FKG Usakti 2012)
(1) Korteks
(2) Medula
(3) Badan Hassal
1

11.4 Waktu Praktikum


1 kali pertemuan selama 45 menit untuk tiap grup

11.5 Metoda Praktikum


A. Kuliah pengantar praktikum selama 15 menit
B. Praktikum mempelajari dan mengidentifikasi struktur histologi dengan
menggunakan mikroskop cahaya dengan bimbingan para asisten praktikum
C, Membuat gambar sajian histologis yang dipelajari pada halaman yang tersedia

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 61


11.6 Sarana dan Prasarana
A. Ruang praktikum biomedik
B. Preparat histologi
a. Limfonodus
b. Limpa
c. Tonsil Palatina
d. Timus

11.7 Daftar Kepustakaan

Eroschenko VP. Atlas histologi. Edisi 9. Penerbit Kedokteran Jakarta. 2002


Gartner LP and Hiatt JL. Histology, 3nd ed. Saunders,2007
Junqueira LC dan Carneiro J. Histologi dasar. Edisi 10. Penerbit Buku Kedokteran.
Jakarta.2004
Subowo. Histologi umum.Edisi 2. Agung Seto. Jakarta. 2008
Wonodirekso S., Martoprawiryo M., Siswojo SK., Penuntun praktikum histologi. Dian Rakyat.
Jakarta. 2003

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 62


11.8 Lembar Kerja

Setelah melakukan pengamatan, gambarlah dalam lembar yang telah tersedia beserta
keteranganya !

Gambar 11.1. Limfonodulus Nama : ______________________


NIM : _____________________
Tanggal : ____________________

Sediaan No: ___


Keterangan gambar:
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
___________
Gambar 11.2. Limfa Nama : ______________________
NIM : _____________________
Tanggal : ____________________

Sediaan No: ___


Keterangan gambar:
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
___________
Gambar 11.3. Tonsil Nama : ______________________
NIM : _____________________
Tanggal : ____________________

Sediaan No: ___


Keterangan gambar:
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
___________

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 63


Gambar 11.4 Timus Nama : ______________________
NIM : _____________________
Tanggal : ____________________

Sediaan No: ___


Keterangan gambar:
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
___________
Gambar 11.5. Lain-lain Nama : ______________________
NIM : _____________________
Tanggal : ____________________

Sediaan No: ___


Keterangan gambar:
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
___________

NILAI
Nama :

NIM :

PARAF Dosen :

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 64


12
KELENJAR LIUR

12.1 Tujuan instruksional umum

Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengidentifikasi secara mikroskopis dan histofisiologi


dari kelenjar liur mayor dan minor.

12.2 Sasaran pembelajaran

Setelah mempelajari teori dasar kelenjar liur mahasiswa mampu:

1. Menjelaskan klasifikasi kelenjar liur


2. Menjelaskan dan mengidentifikasi secara mikroskopis dan histofisiologi dari kelenjar liur
mayor parotis, submandibularis dan sublingualis.
3. Menjelaskan perbedaan antara kelenjar liur mayor parotis, submandibularis dan sublingualis.
4. Menjelaskan perbedaan secara mikroskopis dan histofisiologi dari kelenjar liur mayor dan
kelenjar liur minor.

12.3 Dasar Teori

Kelenjar eksokrin dalam mulut menghasilakan liur, yang memiliki fungsi digestif,
pelumas dan pelindung. Selain kelenjat kecil yang tersebar di seluruh rongga mulut, terdapat tiga
pasang kelenjar liur besar yaitu; kelenjar parotis, kelenjar submandibula (maksila) dan kelenjar
sublingual. Pada manusia, kelenjar liur minor menyekresi 10% dari volume liur total, namun
kelenjar tersebut menghasilkan lebih kurang 70% dari mukus yang disekresi.
Simpai jaringan ikat, yang kaya akan serat kolagen mengelilingi kelenjar liur besar.
Parenkim kelenjar terdiri atas terdiri atas ujung sekresi dan sistem saluran bercabang, yang
tersusun dalam lobuler, dan dipisahkan oleh septa jaringan ikat yang berasal dari simpai. Ujung
sekresi terdiri atas dua jenis sel sekresi; serosa dan mukosa serta sel-sel mioepitel nonsekretori.
Bagian sekresi diikuti oleh system saluran dengan komponen yang memodifikasi dan
menghantarkan liur ke rongga mulut.
Sel –sel serosa biasanya berbentuk piramid dengan dasar lebar yang berada di atas lamina
basal dan permukaan apikal sempit dengan mikrovilli pendek yang tidak teratur dan menghadap
lumen.
Sel-sel mukosa biasanya berbentuk kuboid sampai silindris; intinya lonjong dan terdesak
ke basal sel. Sel-sel ini menunjukkan sifat-sifat sel penghasil mucus yang mengandung
glikoprotein yang penting untuk fungsi liur yaitu membasahi dan melumasi.Kebanyakan
glikoprotein ini disebut musin dan mengandung 70-80 % bagian karbohidrat dalam strukturnya.
Sel-sel mioepitel ditemukan di dalam lamina basal dari ujung sekresi dan duktus
interkalaris, yang merupakan bagian awal sistem saluran. Sel-sel mioepitel yang mengelilingi
bagian sekresi dan kadang-kadang disebut sel keranjang.
Pada sistem duktus, ujing sekretori bermuara ke dalam duktus interkalaris, yang dilapisi
sel-sel epitel kuboid. Beberapa saluran pendek ini bergabung membentuk duktus striata
(sekretorius), yang tersusun oleh epitel selapis silindris dan duktus interlobularis (eksretorius)
yang tersusun oleh epitel berlapis semu yang berdekatan dengan duktus sekretorius dan epitel
berlapis gepeng.yang berdekatan dengan rongga mulut.

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 65


5. Kelenjar Parotis
Kelenjar parotis yang merupakan kelenjar saliva terbesar, terletak secara bilateral di depan
telinga, terbungkus simpai tipis dan mengandung asinus serus yang terdiri dari sel-sel berbentuk
piramid, duktus interkalata, dan duktus striata. Dari simpai fibrosa, sekat-sekat masuk ke dalam
kelenjar, membagi kelenjar dalam lobus dan lobulus. Sekat ini seringkali mengandung sel lemak.
Jaringan ikat tipis meliputi serta menyokong asinus dan duktusnya. Kapiler darah banyak terdapat
di dalam jaringan ikat tersebut.
Kelenjar parotis merupakan kelenjar serosa murni, Asinus diliputi oleh suatu lamina basal
dengan sel mioepitel. Sel asinar yang berbentuk piramid mengandung inti yang terletak dibagian
basal, berbentuk bundar dengan sitoplasma basofilik di bawah inti dan butir-butir sekretoris di
bagian puncaknya. Tipe percabangan branched alveolo gland.

Gambar 12.1 Kelenjar parotis


(pembesaran 4 x) (Bagian Histologi
FKG Usakti 2011)
2 4 (1) Duktus striata/sekretorius
(2) Duktus Interlobularis/eksretorius
(3) Asini Serosa
3 (4) Jaringan Ikat

6. Kelenjar Submandibularis
Kelenjar submandibularis merupakan kelenjar yang memproduksi air liur terbanyak.
Kelenjar Submandibularis merupakan kelenjar terbesar kedua. Kelenjar ini memproduksi saliva
yang bersifat serosa dan mukosa, dengan perbandingan sel asinar serus dan mukus sebesar 7 : 3.
Kelenjar ini mempunyai simpai, sekat-sekat dan sistem saluran keluar yang tampak jelas, mirip
dengan yang terdapat pada kelenjar parotis, tetapi duktus interkalatanya lebih pendek dan kurang
mencolok, sedang duktus striata panjang. Tipe percabangan branched alveolo-tubular gland.

Gambar 12.2 Kelenjar


submandibularis (pembesaran 10 x)
3 (Bagian Histologi FKG Usakti 2011)
1
(1) Asini Mukosa
(2) Asini Serosa
(3) Duktus striata
(4) Duktus eskretorius
2

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 66


7. Kelenjar Sublingualis
Kelenjar sublingualis merupakan kelenjar campuran, tubuloalveolar kompleks. Sebagian
besar asinusnya bersifat mukosa, dan beberapa diantaranya mengandung sel bulan sabit gianuzzi
(demiluna). Asini serosa yang murni jarang ditemukan pada kelenjar ini. Sel mioepitel terlihat
berhubungan dengan asinus. Duktus interkalata maupun duktus striata merupakan saluran yang
pendek atau tidak berkembang begitu juga dengan simpai yang membungkus kelenjar
sublingualis.

Gambar 12.3 Kelenjar sublingualis


1 (Dikutip dari Gartner and Hiatt 2005)
(1) Asini Mukosa
2 (2) Bulan Sabit Gianuzi

12.4 Waktu Praktikum


1 kali pertemuan selama 45 menit untuk tiap grup

12.5 Metoda Praktikum


A. Kuliah pengantar praktikum selama 15 menit
B. Praktikum mempelajari dan mengidentifikasi struktur histologi dengan
menggunakan mikroskop cahaya dengan bimbingan para asisten praktikum
C. Membuat gambar sajian histologis yang dipelajari pada halaman yang tersedia

12.6 Sarana dan Prasarana


A. Ruang praktikum biomedik
B. Preparat histologi
a. Kelenjar Parotis
b. Kelenjar Submandibularis
c. Kelenjar Sublingualis

12.7 Daftar Kepustakaan

Chatterjee K. Essenstials of oral histology. 1nd ed. Jaypee. New Delhi.2006


Eroschenko VP. Atlas histologi. Edisi 9.Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.2002
Gartner LP and Hiatt JL. Histology. 3nd ed. Saunders,2007
Junqueira LC dan Carneiro J. Histologi dasar. Edisi 10. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.2004
Subowo. Histologi umum.Edisi 2. Agung Seto. Jakarta. 2008

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 67


Ten Cate AR. Oral histology development, structure and function. 7nd ed. Mosby.2008

12.8 Lembar Kerja

Setelah melakukan pengamatan, gambarlah dalam lembar yang telah tersedia beserta
keteranganya !

Gambar 12.1. Kelenjar Parotis Nama : ______________________


NIM : _____________________
Tanggal : ____________________

Sediaan No: ___


Keterangan gambar:
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
___________
Gambar 12.2. Kelenjar Nama : ______________________
Submandiburalis NIM : _____________________
Tanggal : ____________________

Sediaan No: ___


Keterangan gambar:
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
___________
Gambar 12.3. Kelenjar Sublingualis Nama : ______________________
NIM : _____________________
Tanggal : ____________________

Sediaan No: ___


Keterangan gambar:
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
___________

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 68


13
MEMBRAN MUKOSA MULUT

13.1 Tujuan instruksional umum

Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengidentifikasi secara mikroskopis dan


histofisiologi membran mukosa mulut

13.2 Sasaran pembelajaran

Setelah mempelajari teori dasar membran mukosa mulut, mahasiswa mampu:


1. Menjelaskan klasifikasi membran mukosa mulut.
2. Menjelaskan dan mengidentifikasi secara mikroskopis dan histofisiologi antara matikatori
mukosa, lining mukosa dan spesialis mukosa.
3. Menjelaskan lokasi dari masing-masing tipe membran mukosa dalam rongga mulut

13.3 Dasar Teori

Lapisan yang menutupi rongga mulut disebut sebagai membran mukosa mulut atau mukosa
mulut. Pada bibir membran mukosa berlanjut/diteruskan dengan kulit. Membran mukosa memiliki
lapisan superfisial epitel dan pada lapisan bagian lebih dalam tersusun oleh jaringan ikat. Epitel pada
jaringan mukosa anterior sampai pada buccopharygeal berasal dari lapisan ektoderm.
Berdasarkan fungsi dari membran mukosa diklasifikasikan menjadi tiga macam yaitu;
Mastikatori mukosa terdapat pada gingiva, lining mukosa terdapat pada palantum lunak, ventral
lidah, dasar mulut, pipi, bibir, dan spesialis mukosa terdapat pada permukaan dorsal lidah.
Sedangkan berdasarkan pola keratinisasi diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu; membran
mukosa berkeratin yang tersusun oleh lapisan basal, prickle cell, granular dan keratinized.
Sedangkan membran mukosa tidak berkeratin tersusun oleh lapisan basal, prickle cell, intermediate
dan superfisial.
Membran mukosa pada rongga tersusun oleh tiga lapisan yaitu; pertama lapisan epitel mulut,
pada membran mukosa mulut epitel berlapis gepeng dapat berkeratin atau tidak tergantung pada
lokasi. Kedua lamina propria yang tersusun oleh jaringan ikat yang terbagi menjadi dua lapisan yaitu
lapisan superfisial dan lapisan retikular, perbedaan dari kedua lapisan ini adalah susunan dan
konsentrasi dari serat kolagen, selain itu pada lamina propria juga terdapat pembuluh darah, saraf.

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 69


Lapisan ketiga submukosa yang tersusun oleh jaringan ikat, pembuluh darah, saraf, yang
memisahkan mukosa mulut dari tulang atau muskular dibawahnya.

1. Mastikatori Mukosa
Mastikatori mukosa memiliki epitel mukosa yaitu epitel berlapis gepeng yang mengalami
keratinisasi, terdapat pada gingiva dan palantum keras.

1 Gambar 13.1 Mastikatori Mukosa


(Dikutip dari Gartner and Hiatt 2005)
2
(1) Stratum Korneum
3 (2) Stratum Granulosum
(3) Stratum Spinosum
4 (4) Stratum Basal

2. Lining Mukosa
Lining mukosa memiliki epitel mukosa yaitu epitel berlapis gepeng yang tidak mengalami
keratinisasi, terdapat pada palantum lunak, ventral lidah, dasar mulut, pipi, bibir.

1
Gambar 13.2 Lining Mukosa bibir
2 (Dikutip dari Gartner and Hiatt 2005)

3 (1) Stratum Superfisial


(2) Stratum Intermedium
4 (3) Stratum Basal
(4) Lamina Propria

3. Spesialis Mukosa

Spesialis mukosa memiliki epitel mukosa yang khusus, terdapat pada dorsal lidah. Lidah
terbagi menjadi duapertiga bagian anterior yaitu badan lidah dan sepertiga posterior yaitu dasar

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 70


lidah oleh sulkus terminalis. Bagian anterior dilapisi oleh epitel berlapis gepeng berkeratin dan
tidak berkeratin deangan empat tipe papila yaitu papila filiformis, papila fungiformis, papila
foliate dan papila sirkumvalata. Bagian posterior lidah tersusun oleh epitel berlapis gepeng tanpa
keratin dan terdapat linfatik nodul atau folikel.

1 Gambar 13.3 Spesialis Mukosa


3 (Dikutip dari Gartner and Hiatt 2005)
(1) Epitel berkeratin
(2) Lamina Propria
(3) Papila Sirkumvalata

Gambar 13.4 Papila Fungiformis dan


Filiformis (pembesaran 4x) (Bagian
Histologi FKG Usakti 2012)
(1) Papila Fungiformis
(2) Papila Filiformis
2

Gambar 13.5 Papila Sirkumvalata


(pembesaran 4x) (Bagian Histologi
FKG Usakti 2012)

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 71


13.4 Waktu Praktikum

1 kali pertemuan selama 45 menit untuk tiap grup

13.5 Metoda Praktikum

A. Kuliah pengantar praktikum selama 15 menit


B. Praktikum mempelajari dan mengidentifikasi struktur histologi dengan menggunakan
mikroskop cahaya dengan bimbingan para asisten praktikum
C. Membuat gambar sajian histologis yang dipelajari pada halaman yang tersedia

13.6 Sarana dan Prasarana

A. Ruang praktikum biomedik


B. Preparat histologi
a. Labium oris
b. Papila sirkumvalata
c. Papila filiformis
d. Papila fungiformis

13.7 Daftar Kepustakaan

Chatterjee K. Essenstials of oral histology. 1nd ed. Jaypee. New Delhi.2006


Eroschenko VP. Atlas histologi. Edisi 9.Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.2002
Gartner LP and Hiatt JL. Histology. 3nd ed. Saunders,2007
Junqueira LC dan Carneiro J. Histologi dasar. Edisi 10. Penerbit Buku Kedokteran.
Jakarta.2004
Subowo. Histologi umum.Edisi 2. Agung Seto. Jakarta. 2008
Ten Cate AR. Oral histology development, structure and function. 7nd ed. Mosby.2008

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 72


13.9 Lembar Kerja

Setelah melakukan pengamatan, gambarlah dalam lembar yang telah tersedia beserta
keteranganya !

Gambar 13.1. Labium Oris Nama :


______________________
NIM : _____________________
Tanggal : ____________________

Sediaan No: ___


Keterangan gambar:
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
Gambar13.2. Papila Sirkumvalata Nama :
___________
______________________
NIM : _____________________
Tanggal : ____________________

Sediaan No: ___


Keterangan gambar:
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
Gambar 13.3. Papila Fungiformis dan Nama :
___________
Filiformis ______________________
NIM : _____________________
Tanggal : ____________________

Sediaan No: ___


Keterangan gambar:
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
___________

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 73


14
SISTEM PERNAPASAN

14.1 Tujuan instruksional umum


Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengidentifikasi secara mikroskopis dan
histofisiologi sistem pernapasan.

14.2 Sasaran pembelajaran


Setelah mempelajari teori dasar sistem pencernaan mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan dan mengidentifikasi secara mikroskopis dan histofisiologi sistim syaraf
pusat dan sistim saraf tepi
2. Menjelaskan perbedaan secara mikroskopis sistim syaraf pusat dan sistim saraf tepi

14.3 Dasar Teori


Dinding saluran napas disusun oleh lapisan mukosa, lamina propria, lapisan otot
polos, dan kerangka tulang rawan. Dinding akan semakin tipis dengan mengecilnya saluran
napas. Tulang rawan hanya akan ditemui sampai bronkus. Serat otot polos, epitel bersilia,
dan masih akan ditemui sampai saluran terkecil. Epitel selapis gepeng hanya melapisi
alveolus.
1. Epiglotis
Dengan pembesaran kecil, permukaan laringeal dibentuk oleh epitel silindris
bertingkat bersilia dan bersel goblet. Permukaan lingual dibentuk oleh epitel berlapis
gepeng tanpa tanduk. Perhatikan peralihan kedua jenis epitel tadi. Kelenjar campur
terdapat di dalam lamina propria. Lempeng tulang rawan sebagai kerangka epiglottis
terdapat di tengah organ.

2. Trakea
Permukaan trakea dibentuk oleh epitel silindris bertingkat dan bersel goblet.
Kelenjar campur terdapat di dalam lamina propria. Tulang rawan hialin yang menjadi
kerangka organ berada dalam pars kartilaginea. Sedangkan pars membranasea terdiri atas
jaringan ikat dengan kerangka jaringan otot polos. Bagian luar organ ini juga diliputi oleh
selubung jaringan ikat longgar yang disebut tunika adventisia.

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 74


1 Gambar 14.1 EpiglotisTrakea
(Dikutip dari Gartner and Hiatt 2005)

2 (1) Sel epitel


(2) Lamina propria
(3) Pembuluh darah
3 (4) Pembuluh darah

Gambar 14.2 Trakea (Dikutip dari


1 Gartner and Hiatt 2005)
2 (1) Sel epitel
(2) Lamina propria
3 (3) Kelenjar seromukosa
(4) Perikondrium

3. Paru
Mukosa bronkus intra-pulmonal dilapisi oleh epitel silindris bertingkat bersilia dan
bersel goblet. Otot polos yang tersusun melingkar tampak di lamina propria. Di bawah
lapisan otot terdapat penggalan tulang rawan hialin, yang diantaranya juga terdapat
kelenjar campur. Tunika adventisia yang merupakan jaringan ikat longgar membungkus
permukaan luarnya.
Mukosa bronkiolus atau bronkiol besar dilapisi oleh epitel selapis torak bersilia dan
bersel goblet. Sedangkan pada bronkiol kecil dilapisi oleh epitel selapis kuboid tidak
bersilia. Di dalam lamina propria tidak terdapat kelenjar dan penggalan tulang rawan.
Semakin ke distal, sel goblet makin jarang dan serat otot semakin tipis.
Bronkiol terminal hanya dapat dipelajari dengan potongan memanjang. Carilah
ujung bronkiol bercabang yang lebih dari dua, selanjutnya cabang itu bercabang lagi tetapi
belum mempunyai alveolus pada dindingnya. Cabang inilah yang disebut bronkiol terminal,
yang kemudian akan mempercabangkan bronkiol respiratori. Dilapisi oleh epitel selapis
kuboid, dan kadang serat otot polos masih terlihat.

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 75


Bronkiol respiratori dilapisi oleh epitel torak rendah atau selapis kuboid. Serat otot
polos, kolagen, dan elastin masih masih tampak. Ciri khas saluran ini adalah alveolus pada
dinding bronkiolus.
Duktus alveolar dicabangkan dari bronkiol respiratori, yang dindingnya terdiri atas
alveolus yang dilapisi epitel selapis gepeng. Dari ujung duktus alveolar terdapat pintu
menuju beberapa sakus alveolar. Bangunan ini terdiri atas beberapa alveol yang bermuara
bersama membentuk satu ruangan yang disebut atrium. Dari sakus alveolar terdapat jalan
menuju alveol, yang berupa kantong yang dilapisi oleh epitel selapis gepeng yang tipis.

Gambar 15.3 Paru (Dikutip bagian


Gartner and Hiatt 2005)
(1) Sel epitel
(2) Sel otot
1 (3) Tulang rawan
(4) Jaringan paru
3
2

14.4 Waktu Praktikum

1 kali pertemuan selama 45 menit untuk tiap grup

14.5 Metoda Praktikum

A. Kuliah pengantar praktikum selama 15 menit


B. Praktikum mempelajari dan mengidentifikasi struktur histologi dengan
menggunakan mikroskop cahaya dengan bimbingan para asisten praktikum
C. Membuat gambar sajian histologis yang dipelajari pada halaman yang tersedia

14.6 Sarana dan Prasarana


A. Ruang praktikum biomedik
B. Preparat histologi
a. Epiglotis
b. Trakea
c. Paru

14.7 Daftar Kepustakaan

Eroschenko VP. Atlas histologi. Edisi 9. Penerbit Kedokteran Jakarta. 2002


Gartner LP and Hiatt JL. Color atlas of histology, 4nd ed. Lippincott Williams and
Wilkins,2005

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 76


Gartner LP and Hiatt JL. Histology, 3nd ed. Saunders,2007
Junqueira LC dan Carneiro J. Histologi dasar. Edisi 10. Penerbit Buku Kedokteran.
Jakarta.2004
Subowo. Histologi umum.Edisi 2. Agung Seto. Jakarta. 2008
Wonodirekso S., Martoprawiryo M., Siswojo SK., Penuntun praktikum histologi. Dian Rakyat.
Jakarta. 2003
14.8 Lembar Kerja

Setelah melakukan pengamatan, gambarlah dalam lembar yang telah tersedia beserta
keteranganya !

Gambar 15.1. Epiglotis Nama :


______________________
NIM : _____________________
Tanggal : ____________________

Sediaan No: ___


Keterangan gambar:
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
Gambar 15.2. Trachea Nama :
___________
______________________
NIM : _____________________
Tanggal : ____________________

Sediaan No: ___


Keterangan gambar:
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
Gambar 15.3. Paru Nama :
___________
______________________
NIM : _____________________
Tanggal : ____________________

Sediaan No: ___


Keterangan gambar:
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti _________________ 77
___________
15
SISTEM URINARIA

15.1 Tujuan instruksional umum


Mahasiswa mampu menjelaskan dan menidentifikasi secara mikroskopis dan
histofisiologi sistem urinari

15.2 Sasaran pembelajaran

Setelah mempelajari teori dasar sistem urinari mahasiswa mampu:


1. Menjelaskan dan mengidentifikasi secara mikroskopis dan histofisologi dari ginjal
2. Menjelaskan dan mengidentifikasi secara mikroskopis dan histofisologi kandung
kemih
3. Menjelaskan dan mengidentifikasi secara mikroskopis dan histofisologi ureter.

15.3 Dasar Teori


Sistem urinaria terdiri atas dua ginjal dan dua ureter yang menuju kesatu kandung
kemih dan tra. Sistem ini berperan melihara hemeostatis melalui proses rumit yang
meliputi filtrasi, absorpsi aktif, absorpsi pasif dan sekresi. Hasilnya adalah terbentuknya
urin, yang mengeluarkan berbagai limbah metabolik. Urin diproduksi di ginjal mengalir
melalui ureter ke kandung kemih, tempat urin ditampung untuk sementara waktu, dan
kemudian dikelurkan melalui uretra.

1. Ginjal
Setiap ginjal memiliki sisi medial cekung, yaitu hilus dengan permukaan lateral yang
cembung yang terdiri atas tiga bangunan besar, yaitu arteri renalis, vena renalis dan pelvis
renalis berbentuk corong.
Ginjal dibagi atas daerah luar, yaitu korteks dan daerah dalam, yaitu medula. Korteks
ditutupi oleh simpai jaringan ikat dan jaringan lemak, di dalam korteks terdapat tubuli
kontortus, glomeruli, tubuli lurus, dan berkas medulla, selain itu ginjal juga mengandung
korpuskulum renal (kapsul glomerular (Bowman) dan glomeruli), tubuli kontortus
proximal dan distal, arteri inter lobular dan vena interlobular.
Medula ginjal dibentuk oleh sejumlah pyramid renal. Dasar setiap piramid
menghadap korteks dan apeksnya menghadap ke dalam. Apeks pyramid renal membentuk
papila yang terjulur ke dalam kaliks minor . Medula juga mengandung ansa henle dan
duktus koligens yang bergabung di medula membentuk duktus papila yang besar. Papila di
tutupi oleh epitel selapis silindris berlanjut menjadi epitel transisional.

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 78


Gambar 16.1 Ginjal (Dikutip dari
2
Gartner and Hiatt 2005)
(1) Glomerulus
(2) Tubulus Kontortus Proximal
3 (3) Kapsul Glomerulus (Bowman)

2. Kandung kemih
Kandung kemih adalah organ berongga yang fungsi utamanya adalah menampung
urin. Lumen kandung kemih dilapisi oleh epitel transisonl yang dapat meregang atau
membesar (berubah bentuk) saat diisi urin. Sel superficial berbentuk bulat dan besar, sel-
sel ini tampak pipih saat dinding kandung kemih mengandung urin. Dinding kandung kemih
terdiri atas mukosa, muskularis dan serosa.
Mukosa vesika yang kosong tampak berlipat-lipat, namun lipatan ini hilang sewaktu
vesika direngangkan. Epitel transisional mengandung banyak lapisan sel dan lamina
propria lebih lebar daripada yang diureter. Jaringan ikat longgar lebih banyak serat elastin.
Muskularis tebal, berkas saling beranastomosis dengan jaringan ikat longgar.
Lapisan terluar dari kandung kemih adalah jaringan ikat intersisial menyatu dengan
jaringan ikat serosa.

Gambar 16.2 Kandung kemih


1
(Dikutip dari Gartrner and Hiatti
2005)
2
3 (1) Epitel transisional
(2) Membran basal
(3) Lamina propria
(4) Submukosa

3. Ureter
Ureter memiliki tiga lapisan dinding yang terdiri atas mukosa, muskularis dan
adventisia. Mukosa terdiri atas epitel transisional dan lamina propria lebar, epitel
transisional terdiri atas beberapa lapis sel, lapisan terluar ditandai sel-sel kuboid besar. Sel-
sel intermediat berbentuk polyhedral karena sel di basal berbentuk kuboid atau silindris
rendah. Lamina propria terdiari atas jaringan ikat fibroelastis dengan fibroblas lebih padat
di bawah epitel lebih padat dibandingkan dengan fibroblas di dekat muskularis.
Muskularis terdiri atas lapisan otot polos longitudinal dalam dan sirkular luar,
namun lapisan-lapisan ini tidak selalu jelas. Lapisan adventisia menyatu dengan jaringan

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 79


ikat fibroelastis dan jaringan lemak di sekitarnya yang mengandung banyak arteri, venul
dan saraf kecil.

Gambar 16.3 Ureter (Dikutip dari


1 Gartrner and Hiatti 2005)
(1) Epitel transisional
(2) Membran basal
(3) Muskular
(4) Adventisia

3
4

15.4 Waktu Praktikum


1. kali pertemuan selama 45 menit untuk tiap grup

15.5 Metoda Praktikum


A. Kuliah pengantar praktikum selama 15 menit
B. Praktikum mempelajari dan mengidentifikasi struktur histologi dengan
menggunakan mikroskop cahaya dengan bimbingan para asisten praktikum
C. Membuat gambar sajian histologis yang dipelajari pada halaman yang tersedia

15.6 Sarana dan Prasarana


A. Ruang praktikum biomedik
B. Preparat histologi
a. Ginjal
b. Kandung kemih
c. Ureter

15.7 Daftar Kepustakaan

Eroschenko VP. Atlas histologi. Edisi 9. Penerbit Kedokteran Jakarta. 2002


Gartner LP and Hiatt JL. Color atlas of histology, 4nd ed. Lippincott Williams and
Wilkins,2005
Gartner LP and Hiatt JL. Histology, 3nd ed. Saunders,2007
Junqueira LC dan Carneiro J. Histologi dasar. Edisi 10. Penerbit Buku Kedokteran.
Jakarta.2004
Subowo. Histologi umum.Edisi 2. Agung Seto. Jakarta. 2008
Wonodirekso S., Martoprawiryo M., Siswojo SK., Penuntun praktikum histologi. Dian Rakyat.
Jakarta. 2003

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 80


15.8 Lembar Kerja

Setelah melakukan pengamatan, gambarlah dalam lembar yang telah tersedia beserta
keteranganya !

Gambar 16.1. Ginjal Nama :


______________________
NIM : _____________________
Tanggal : ____________________

Sediaan No: ___


Keterangan gambar:
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
Gambar16.2. Kandung kemih/vesika urinaria Nama :
___________
______________________
NIM : _____________________
Tanggal : ____________________

Sediaan No: ___


Keterangan gambar:
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
Gambar 16.3. Ureter Nama :
___________
______________________
NIM : _____________________
Tanggal : ____________________

Sediaan No: ___


Keterangan gambar:
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
_________________
___________

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 81


NILAI
Nama :

NIM :

PARAF Dosen :

NILAI
Nama :

NIM :

PARAF Dosen :

NILAI
Nama :

NIM :

PARAF Dosen :

Buku Modul Praktikum Histologi FKG Usakti 82

Anda mungkin juga menyukai