Oleh
Evers (1987) dalam analisisnya tentang birokratisasi Asia Tenggara membedakan tiga
pola birokratisasi berikut:
(a) Pola pertama adalah birokratisasi sebagai proses rasionalisasi prosedur
pemerintahan dan aparat administrasi negara. Proses ini menjadi fokus dan dibahas
secara luas da-lam teori Weber dan oleh Evers dinamakan birokratisasi ala Weber
atau Weberisasi atau (Bw).
(b) Pola kedua adalah proses birokratisasi dalam bentuk peningkatan jumlah pegawai
negeri dan pembesaran organisasi pemerintah. Dalam literatur ilmu sosial sering
disebut nama Parkinson, tokoh ilmu sosial dari Universitas Singapura men-jadi
terkenal karena "Parkinson's Law" yang telah diciptakannya. Hukum Parkinson ini
menyatakan: (1) tiap pegawai negeri akan berusaha sekuat tenaga meningkatkan
jumlah pegawai bawahannya, dan (2) tiap pegawai akan selalu menciptakan tugas
baru bagi dirinya sendiri yang sering diragukan manfaat dan artinya. Karena itu laju
birokratisasi akan meningkat dan jumlah pegawai negeri akan naik secara otomatis
tidak tergantung dari beban tugas yang diperlukan. Pola semacam ini disebut Evers
birokratisasi Parkinson
(c) Pola ketiga adalah birokratisasi sebagai proses perluasan kekuasaan pemerintah
dengan maksud mengontrol ke-giatan ekonomi, politik dan sosial masyarakat
dengan pera-turan, regulasi, dan bila perlu pemaksaan. Proses ini di-sebut Evers
birokratisasi Orwell atau Orwellisasi sesuai dengan gambaran masyarakat yang
digambarkan oleh penulis George Orwell dalam novelnya yang berjudul "1984".
Agar dapat melaksanakan pembangunan kualitas manusia yang mencakup
dimensi-dimensi kapasitas (capacity), pemerataan (equity), pemberian kewenangan
dan kekuasaan kepada masyarakat (empowerment), keberlanjutan (sustainability) dan
kesadaran akan saling-ketergantungan (interdependency), diperlukan pemberian
kesempatan yang lebih besar kepada partisipasi masyarakat melalui LSM mau pun
lembaga perwakilan rakyat. Dengan kata lain diperlukan peninjauan kembali ten-tang
peranan birokrasi dalam usaha pembangunan nasional. Kesulitan-kesulitan yang
dihadapi selama Repelita III dan IV dan di masa-masa yang akan datang menunjukkan
bahwa pembangunan ekonomi semata-mata tidak lagi memadai untuk meningkatkan
taraf kemakmuran kita serta untuk mengejar ketertinggalan dari negara-negara maju.
Kapasitas administrasi negara untuk melaksanakan pembangunan relatif masih
rendah dan belum mampu memecahkan masalah-masalah nasional yang besar seperti
pemerataan hasil pembangunan, pening-katan produktivitas nasional, penyediaan
kesempatan kerja dan penyelenggaraan pelayanan publik. Masalah-masalah tersebut
tidak mungkin dapat dipecahkan melalui upaya pemba-ngunan yang unidimensional
atau sektoral seperti yang kita ikuti selama ini dengan semata-mata mengandalkan
kemampuan administrasi negara. Untuk mengatasi masalah-masalah nasio-nal tadi
kualitas manusia dan masyarakat perlu ditingkatkan agar potensi penduduk dapat
diarahkan pada upaya pembangunan nasional. Dalam kerangka pemikiran ini lah,
pembangunan kualitas manusia mendapatkan penekanan pada GBHN 1988.
Negara Berkembang
PEMBANGUNAN ADMINISTRASI
dan sosial. Di bidang politik mengenai system politik yang dianut keterkaitan antara
masyarakat dalam proses politik dsb, dalam bidang ekonomi pasar atau dominasi
pembaharuan dari dua sisi yaitu perubahan structural dan kinerja. Dua aspek
pelayanan.
birokrasi public.
seperti desentralisasi.
d. Perubahan sikap birokrasi, memerlukan perubahan mendasar dari
dengan masyarakat.
e. Etika birokrasi
administrasi yaitu:
terlalu umum, kabur dan tidak jelas serta sulit diterapkan secara konkrit.
Building) di Indonesia
dalam Kamus Bahasa Indonesia Lembaga biasanya digunakan untuk merujuk pada
Kelembagaan Baru penggunaan kata lembaga lebih dominan untuk merujuk pada
sekumpulan aturan, norma dan harapan yang memandu perilaku kita (Croix, 2005).
interaction. They consist of both informal constraint, and formal rules”. Bank
organisasi.
Pembangunan lembaga bisa terdiri dari pemerintah, pelaku usaha, dan anggota
hubungan antar anggota komunitas adalah lembaga swasta yang dibangun pelaku
pastian membuat biaya transaksi menjadi lebih rendah, sehingga transaksi pasar
yang ada. Jika kondisi pasar sudah terbuka dan terintegrasi, maka peran
berkembangnya pasar.
Perubahan ini bisa terjadi secara alami ataupun melalui intervensi pemerintah.
Menurut North (2005) perubahan lembaga terjadi karena interaksi antara organisasi
dan lembaga. Individu dan organisasi bersaing untuk mengambil keuntungan dari
kesempatan yang disajikan dalam struktur kelembagaan yang ada. Jika organisasi
menganggap bahwa mereka dapat mempunyai kesempatan yang lebih baik dalam
susunan aturan yang berbeda, maka mereka akan mencurahkan sumber daya untuk
merubah aturan tersebut, jika mereka pikir pilihan tersebut mempunyai peluang
untuk berhasil.
kelembagaan yakni IPK nilai Indonesia pada tahun 2010 hanya 2,8 dari skala nilai
Pembangunan lembaga yang efektif adalah hal yang rumit, namun demikian ada
empat hal utama yang dapat dijadikan panduan untuk membangun lembaga yang
keseluruhan itu lebih baik, namun ada kendala-kendala. Misal sosial, budaya dan
lembaga yang ada, menjadi dasar untuk perubahan lembaga yang lebih besar
nantinya.
digunakan mana yang tidak. Perlu eksperimen untuk melihat lembaga mana yang
paling efektif untuk kondisi masyarakat tertentu. Dua hal pertama tadi adalah faktor
yang terkait dengan penawaran lembaga yang efektif. Sedangkan dua faktor berikut
adalah faktor yang terkait dengan permintaan terhadap permintaan lembaga yang
membandingkan kondisi mereka dengan daerah dan negara lain. Dan jika mereka
melihat ada lembaga yang mungkin dapat memberikan perbaikan untuk mereka,
lembaga yang dapat menghadapi lingkungan yang lebih komplek tersebut. Kedua
lembaga tersebut.
memodifikasi yang ada, faktor kuncinya adalah apakah lembaga yang dibangun
memerlukan lembaga pelengkap atau tidak? Jika tidak maka membangun lembaga
baru adalah efektif. Tetapi jika ya maka lembaga pelengkap yang harus dibangun
dulu, atau memodifikasi lembaga yang ada supaya lebih efektif, dengan merancang
supaya dapat bekerja tanpa lembaga pendukung. Selain itu, faktor penting lainnya
adalah modal manusia, tingkat korupsi, dan biaya relatif terhadap pendapatan per
yang sederhana saja, karena kemampuan penegakkannya juga rendah. Biaya yang
lebih tinggi relatif terhadap pendapatan per kapita untuk mengakses lembaga formal
akan berarti ketidak untungan. Dan anggota masyarakat yang lebih miskin tidak
bisa mengakses lembaga ini. Korupsi yang difasilitasi oleh aturan yang rumit dalam
pasar yang tidak terbuka dan dimana insentif lain untuk efisiensi birokrasi rendah.
Dalam negara ini, untuk melengkapi kondisi yang ada, regulasi perlu diringkas.
Pada era Orde Lama, masa pemerintahan presiden Soekarno antara tahun 1959-
nasional:
Pembangunan.
iklim Indonesia yang lebih kondusip, damai, dan sejahtera. Proses mengrehablitasi
yang telah didera oleh kemiskinan dan kerugian pasca penjajahan Belanda.
masih mengutamakan bidang ekonomi mengingat urgensi yang ada pada waktu itu
(meskipun di dalamnya tidak mengabaikan sama sekali masalah-masalah
Belanda, prasarana dan lain lain yang berkaitan dengan kesejahteraan sosial). Tanpa
perencanaan semacam itu maka cita-cita utama untuk “merubah ekonomi kolonial
menjadi ekonomi nasional” tidak akan dengan sendirinya dapat terwujud. Apalagi
jika tidak diperkuat oleh Undang-Undang yang baku pada masa itu.
Sekitar tahun 1960 sampai 1965 proses sistem perencanaan pembangunan mulai
tersndat-sendat dengan kondisi politik yang masih sangat labil telah menyebabkan
kesejahtraan rakyat.
Pada masa ini perekonomian Indonesia berada pada titik yang paling suram.
membubung tinggi, yang tercermin dari laju inflasi yang samapai 650 persen
ditahun 1966. keadaan plitik tidak menentu dan terus menerus bergejolak sehingga
presiden Soekarno.
2.Orde Baru
Indonesia (G30S/PKI) menandai pergantian orde dari Orde Lama ke Orde Baru.
sebuah surat yang memerintahkan pada Jenderal Soeharto untuk mengambil segala
tindakan yang perlu untuk keselamatan negara dan melindungi Soekarno sebagai
Presiden. Surat yang kemudian dikenal dengan sebutan Surat Perintah Sebelas
dalam program politiknya dan untuk mencapai stabilitas nasional terlebih dahulu
dalam bidang sosial budaya. Tekad ini tidak akan bisa terwujud tanpa melakukan
Pada masa ini juga proses pembangunan nasional terus digarap untuk dapat
pembangunan nasional. Itulah sebabnya di jaman orde lama kita memiliki rencana-
Repelita II, Repelita III, Repelita IV, Repelita V,dan Repelita VII (Bappenas).
moneter tahun 1997. Sejak tahun 1997 kondisi ekonomi Indonesia terus memburuk
seiring dengan krisis keuangan yang melanda Asia. Keadaan terus memburuk. KKN
besar-besaran dilakukan di Jakarta pada tanggal 12 Mei 1998. Pada saat itu terjadi
Keempat mahasiswa yang gugur tersebut kemudian diberi gelar sebagai “Pahlawan
Reformasi”.
mereshuffle Kabinet Pembangunan VII menjadi Kabinet Reformasi. Selain itu juga
3. Reformasi
Setelah terjadi berbagai goncangan ditanah air dan berbagai tekanan rakyat
kepada presiden Soeharto, akhirnya pada tanggal 21 Mei 1998 Presiden Soeharto
Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat, serta UU No. 8 Tahun
Selain itu pada masa ini juga memberi kebebasan dalam menyampaikan
pendapat, partisipasi masyarakat mulai terangkat kembali. Hal ini terlihat dari
rakyat, dan kebijakan pembangunanpun didasari demokrasi yang bebunyi dari, oleh
dan untuk rakyat, sehingga dengan dasar ini partisipasi rakyat tidak terkekang
Selain pemabangunan nasional pada masa ini juga ditekankan kepada hak
sangat labil, yang didera oleh berbagai persoalan antaranya pergejolakankan politik
yang belum kondusif dan juga system pemerintahan yang belum baik, sehingga
Keadaan ekonomi keuangan pada masa awal kemerdekaan amat buruk, antara lain
disebabkan oleh :
1. Inflasi yang sangat tinggi, disebabkan karena beredarnya lebih dari satu
mata uang secara tidak terkendali. Pada waktu itu, untuk sementara waktu
pemerintah RI menyatakan tiga mata uang yang berlaku di wilayah RI, yaitu
mata uang De Javasche Bank, mata uang pemerintah Hindia Belanda, dan
2. Adanya blokade ekonomi oleh Belanda sejak bulan November 1945 untuk
lain :
Masa ini disebut masa liberal, karena dalam politik maupun sistem
pasar sesuai teori-teori mazhab klasik yang menyatakan laissez faire laissez passer.
1950, untuk mengurangi jumlah uang yang beredar agar tingkat harga turun.
sirkulasi.
pada sistem etatisme (segala-galanya diatur oleh pemerintah). Dengan sistem ini,
sebagai berikut :Uang kertas pecahan Rp 500 menjadi Rp 50, uang kertas
2. Orde Baru
terjadinya stabilitas ekonomi. Karena hal itulah maka pemerintah jarang sekali
dalam jargon kebijakan ekonomi yang disebut dengan Trilogi Pembangungan, yaitu
Hal ini berhasil karena selama lebih dari 30 tahun, pemerintahan mengalami
ekonomi pada masa itu dituangkan pada Rencana Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (RAPBN), yang pada akhirnya selalu disetujui oleh Dewan
asumsi perhitungan dasar. Yaitu laju pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, harga
ekspor minyak mentah Indonesia, serta nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika.
pada perhitungan hal-hal makro. Akan tetapi, lebih kearah yang bersifat mikro-
tinggi, hingga penerapan dunia swasta dan BUMN yang baik dan bersih. Oleh
karena itu pemerintah selalu dihadapkan pada kritikan yang menyatakan bahwa
penetapan asumsi APBN tersebut tidaklah realistis sesuai keadaan yang terjadi.
Format APBN pada masa Orde Baru dibedakan dalam penerimaan dan
pembangunan. Sirkulasi anggaran dimulai pada 1 April dan berakhir pada 31 Maret
tahun berikutnya. Kebijakan yang disebut tahun fiskal ini diterapkan seseuai dengan
APBN pada masa itu diberlakukan atas dasar kebijakan prinsip berimbang,
sehingga terdapat jumlah yang sama antara penerimaan dan pengeluaran. Hal
perimbangan tersebut sebetulnya sangat tidak mungkin, karena pada masa itu
pinjaman luar negeri selalu mengalir. Pinjaman-pinjaman luar negeri inilah yang
utang yang harus dikembalikan, dan merupakan beban pengeluaran di masa yang
akan datang. Penerapan kebijakan tersebut menimbulkan banyak kritik, karena
anggaran defisit negara ditutup dengan pinjaman luar negeri. Padahal, konsep yang
benar adalah pengeluaran pemerintah dapat ditutup dengan penerimaan pajak dalam
negeri.
Permasalahannya, pada masa itu penerimaan pajak saat minim sehingga tidak dapat
3. Reformasi
Baru kemudian disusul dengan era Reformasi yang dimulai oleh pemerintahan
Presiden Habibie. Pada masa ini tidak hanya hal ketatanegaraan yang mengalami
perubahan, namun juga kebijakan ekonomi. Sehingga apa yang telah stabil
dengan keadaan.
masa kepemimpinan presiden Abdurrahman Wahid pun, belum ada tindakan yang
berbagai persoalan ekonomi yang diwariskan orde baru harus dihadapi, antara lain
Korupsi), tetapi belum ada gebrakan konkrit dalam pemberantasan korupsi. Padahal
keberadaan korupsi membuat banyak investor berpikir dua kali untuk menanamkan
kontroversial yaitu mengurangi subsidi BBM, atau dengan kata lain menaikkan
harga BBM. Kebijakan ini dilatar belakangi oleh naiknya harga minyak dunia.
Anggaran subsidi BBM dialihkan ke subsidi sektor pendidikan dan kesehatan, serta
kedua, yakni Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi masyarakat miskin. Kebanyakan
Infrastructure Summit pada bulan November 2006 lalu, yang mempertemukan para
Pada pertengahan bulan Oktober 2006 , Indonesia melunasi seluruh sisa utang
pada IMF sebesar 3,2 miliar dolar AS. Dengan ini, maka diharapkan Indonesia tak
Namun wacana untuk berhutang lagi pada luar negri kembali mencuat, setelah
keluarnya laporan bahwa kesenjangan ekonomi antara penduduk kaya dan miskin
menajam, dan jumlah penduduk miskin meningkat dari 35,10 jiwa di bulan Februari
Hal ini disebabkan karena beberapa hal, antara lain karena pengucuran kredit
perbankan ke sector riil masih sangat kurang (perbankan lebih suka menyimpan
dana di SBI), sehingga kinerja sector riil kurang dan berimbas pada turunnya
kecilnya realisasi belanja Negara dan daya serap, karena inefisiensi pengelolaan
anggaran. Jadi, di satu sisi pemerintah berupaya mengundang investor dari luar
negri, tapi di lain pihak, kondisi dalam negeri masih kurang kondusif.
Pada masa Reformasi ini proses pembangunan nasional memang sudah
sumbangsi yang besar terhadap proses percepatan pembangunan nasional dan juga
C. Sistem Pemerintahan
1. Orde lama
2. Orde Baru
Pancasila, kapitalisme.
Soeharto dan Orde Baru tidak bisa dipisahkan. Sebab, Soeharto melahirkan
Orde Baru dan Orde Baru merupakan sistem kekuasaan yang menopang
pemerintahan Soeharto selama lebih dari tiga dekade. Betulkah Orde Baru telah
berakhir? Kita masih menyaksikan praktik-praktik nilai Orde Baru hari ini masih
menjadi karakter dan tabiat politik di negeri ini. Kita masih menyaksikan koruptor
masih bercokol di negeri ini. Perbedaan Orde Baru dan Orde Reformasi secara
kultural dan substansi semakin kabur. Mengapa semua ini terjadi? Salah satu
jawabannya, bangsa ini tidak pernah membuat garis demarkasi yang jelas terhadap
Orde Baru.
Tonggak awal reformasi 11 tahun lalu yang diharapkan bisa menarik garis
demarkasi kekuatan lama yang korup dan otoriter dengan kekuatan baru yang ingin
3. Reformasi
Liberal (neoliberaliseme), tidak jelas apa orientasinya dan mau dibawa kemana
bangsa ini.