Anda di halaman 1dari 5

BUKU JAWABAN TUGAS 3

NAMA MAHASISWA : RISKA DENDESI


NIM MAHASISWA : 859760444
KODE MATAKULIAH : PDGK4407/PENDIDIKAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
KODE UPBJJ : 83/KENDARI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Jawab :
 Kebutuhan keterampilan memelihara diri merujuk pada kemampuan seseorang untuk
menjaga kesejahteraan fisik dan mental mereka sendiri. Ini mencakup berbagai aspek,
seperti kebersihan pribadi, kesehatan, nutrisi, istirahat yang cukup, manajemen stres,
dan pengelolaan waktu. Keterampilan memelihara diri sangat penting bagi setiap
individu. Terutama bagi mereka yang menghadapi kondisi seperti anak tunadaksa,
yang mengalami batasan dalam aktivitas atau mobilitas,

 Berikut ini beberapa contoh implementasi keterampilan memelihara diri untuk anak
tunadaksa seperti Sepian:
a. Belajar mandiri: Sepian mungkin perlu belajar cara mandi, mengganti pakaian,
dan menjaga kebersihan diri dengan alat bantu atau dukungan yang sesuai dengan
kebutuhannya.
b. Nutrisi yang tepat: Sepian harus diberi makanan yang bergizi dan seimbang untuk
mendukung pertumbuhan dan perkembangannya. Ini mungkin melibatkan belajar
tentang dir khusus yang diperlukan untuk kondisinya.
c. Pengelolaan waktu dan istirahat: Sepian perlu memastikan bahwa ia memiliki
waktu yang cukup untuk tidur dan beristirahat agar tidak merasa lelah atau letih.
Inimungkin melibatkan pengaturan jadwal yang konsisten untuk tidur, makan, dan
melakukan aktivitas lainnya.
d. Manajemen stres: Sepian mungkin akan mengalami lebih banyak stres karena
kondisinya, sehingga penting bagi dia untuk belajar teknik mengatasi stres, seperti
meditasi, pernapasan dalam, atau berbicara dengan teman atau keluarga.
e. Desain lingkungan yang mendukung: Pemeliharaan diri menjadi lebih mudah jika
lingkungan sekitarnya mendukung. Hal ini mungkin melibatkan penyesuaian
tempat tinggal Sepian untuk memastikan bahwa semua fasilitas dan peralatan
yang diperlukan mudah diakses dan dapat digunakan dengan aman.

2. Jawab :
1. Aspek sosial dan emosional yang berdampak pada Andi meliputi kecemasan
akademik dan hubungan dengan teman sebaya serta orang tua. Kecemasan akademik
dapat mencakup mood (psikologis), kognitif, somatik, dan motorik. Di sisi lain, Andi
juga menghadapi masalah dalam hubungan sosialnya, seperti dijauhi oleh teman-
teman di sekolah dan konflik dengan orang tuanya ketika diberi nasihat.

2. Penjelasan dan dampak akademik dari aspek-aspek tersebut:


1. Kecemasan akademik:
 Mood (psikologis): Andi mungkin mengalami khawatir, ketegangan, panik,
dan ketakutan terkait dengan kegiatan belajar dan pencapaian hasil belajar. Hal
ini dapat menyebabkan Andi merasa tidak nyaman dan sulit berkonsentrasi
dalam belajar, sehingga berdampak negatif pada prestasi akademiknya.
 Kognitif: Kecemasan akademik juga dapat mempengaruhi proses berpikir
Andi membuatnya sulit untuk memahami konsep dan materi pelajaran.
Akibatnya, Andi mungkin mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas
dan upan.
 Somatik Kecemasan akademik dapat mempengaruhi kondisi fisik Andi, seperti
sakit kepala, mual, atau gangguan tidur. Hal ini tentunya akan mengganggu
kesehatan Andi dan berdampak pada kemampuannya untuk belajar dengan
baik.
 Motorik: Kecemasan akademik juga bisa mempengaruhi gerak motorik Andi,
seperti gemetar atau keringat dingin. Hal ini dapat mengganggu konsentrasi
dan kemampuan Andi dalam menyelesaikan tugas atau ujian.
2. Hubungan sosial
 Dijauhi teman-teman di sekolah: Andi merasa kesepian karena dijauhi oleh
teman-teman sebayanya. Hal ini dapat mempengaruhi kesejahteraan emosional
Andi dan berdampak pada motivasi serta keterlibatannya dalam kegiatan
belajar.
 Konflik dengan orang tua: Ketika Andi diberi nasihat oleh orang tuanya, ia
akan marah besar. Konflik ini dapat menimbulkan stres dan ketidakstabilan
emosional yang berdampak pada kinerja akademik Andi

3. Jawab :
Kesulitan belajar Matematika yang dialami oleh Ade kemungkinan merupakan
diskalkulia. Diskalkulia adalah gangguan neurologis yang mempengaruhi kemampuan
seseorang dalam memahami angka dan konsep matematika. Dalam kasus Ade, ini terlihat
dari kesulitan memahami dan menggunakan simbol-simbol matematika seperti +, -, x, dan
:.

Ciri-ciri visual deficit dalam diskalkulia yang dialami Ade meliputi:


a. Kesulitan mengenali simbol matematika: Ade sulit mengidentifikasi dan membedakan
antara tanda-tanda dan simbol matematika yang berbeda, seperti+x. Dan: Hal ini
menyebabkan kesulitan dalam menyelesaikan soal yang melibatkan simbol tersebut.
b. Kesulitan dengan penempatan angka atau simbol: Ade mungkin mengalami masalah
dalam menempatkan angka atau simbol matematika dengan benar saat menyelesaikan
soal. Hal ini bisa membuat jawabannya menjadi salah.
c. Persepsi spasial yang buruk: Ade mungkin mengalami kesulitan dalam memahami
konsep seperti urutan, posisi simbol, dan hubungan antara objek dalam soal
matematika. Hal ini dapat menyebabkan kesulitan dalam memecahkan masalah yang
melibatkan konsep tersebut.
d. Kesulitan dalam memvisualisasikan konsep matematika: Ade mungkin kesulitan
dalam memvisualisasikan konsep matematika, seperti penjumlahan atau pengurangan,
yang mengakibatkan salah pemahaman bagi Ade dalam menyelesaikan soal
matematika yang melibatkan simbol tersebut.
4. Jawab :
Kegiatan identifikasi dan asesmen untuk mengenali anak berkebutuhan khusus
merupakan dua tahapan yang saling terkait dalam proses penilaian dan evaluasi
kebutuhan pendidikan anak. Identifikasi adalah tahap awal untuk mencari tahu apakah
seorang anak memiliki kebutuhan khusus dalam belajar dan berkembang, sedangkan
asesmen adalah proses mendalam yang dilakukan setelah identifikasi untuk lebih
memahami kebutuhan pendidikan yang spesifik dari anak tersebut.
Berbagai teknik dalam identifikasi anak berkebutuhan khusus meliput
a) Observasi
o Identifikasi: Melibatkan pengamatan perilaku, interaksi, dan
kemampuan anak dalam Konteks berbagai situasi.
o Asesmen : Observasi memberikan data konkret tentang kebutuhan dan
kemampuan anak, membantu menentukan apakah ada tanda-tanda
kebutuhan khusus.
b) Wawancara
o Identifikasi : Proses tanya jawab dengan orang tua, guru, atau individu
yang terlibat. Langsung dengan anak untuk mendapatkan informasi
lebih lanjut tentang perkembangan dan kebutuhan anak.
o Wawancara memberikan wawasan tentang latar belakang, kebiasaan,
dan lingkungan anak yang dapat memengaruhi perkembangannya.

c) Tes Sederhana
o Identifikasi : Menggunakan alat pengukuran atau tes yang sederhana
untuk menilai Kemampuan akademik, kognitif, atau perilaku anak.
o Asesmen : Hasil tes memberikan data objektif yang dapat digunakan
untuk memahami tingkat kemampuan dan kebutuhan anak, membantu
merinci aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam program
pendukung.
Keseluruhan, identifikasi melalui observasi, wawancara, dan tes sederhana
membantu mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk memahami
kebutuhan anak berkebutuhan khusus. Hasil dari kegiatan identifikasi ini
menjadi dasar untuk melakukan asesmen lebih mendalam guna merancang
program pendukung yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi anak tersebut.

5. Jawab :
Selama masa pandemi COVID-19, kegiatan belajar anak berkebutuhan khusus di tingkat
sekolah dasar telah mengalami beberapa permasalahan dan tantangan. Berikut ini
beberapa kasus yang diambil dari berbagai sumber :

 Pengalaman belajar daring siswa berkebutuhan khusus di SD inklusif pada masa


pandemi COVID-19. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
pengalaman belajar daring siswa berkebutuhan khusus di SD inklusif selama pandemi
COVID-19.
 Problematika pembelajaran online bagi anak berkebutuhan khusus di era pandemi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa permasalahan pembelajaran anak berkebutuhan
khusus di era pandemi merupakan suatu permasalahan yang kompleks, dan diuraikan
menjadi tiga faktor, yaitu: 1) Faktor Sekolah.
 Permasalahan dalam pembelajaran selama pandemi COVID-19 bagi anak
berkebutuhan khusus di SLB Negeri 1 Linggo Sari Baganti. Penelitian ini merupakan
penelitian studi kasus yang dijabarkan dengan metode kualitatif. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran
selama pandemi COVID-19 bagi anak berkebutuhan khusus di SL.B Negeri 1 Linggo
Sari Baganti.
 Pengaruh pembelajaran pada anak berkebutuhan khusus di masa pandemi. Pada saat
ini, pendidikan dan pembelajaran di tempuh dengan cara yang berbeda. Penelitian ini
dipublikasikan pada 16 Desember 2020 dan membahas tentang kegiatan pembelajaran
yang sudah tersusun dalam desain yaitu instruksional, yang bertujuan untuk membuat
siswanya belajar dengan aktif (Sagala, 2011:62).
Dari berbagai kasus di atas, dapat dilihat bahwa anak-anak berkebutuhan khusus
menghadapi berbagai permasalahan dan tantangan dalam mengembangkan kemampuan
belajarnya selama masa pandemi COVID-19. Beberapa faktor yang mempengaruhi
permasalahan tersebut meliputi faktor sekolah, metode pembelajaran daring, dan
perubahan cara pendidikan yang dilakukan selama pandemi

Anda mungkin juga menyukai