Anda di halaman 1dari 319

Buku Pegangan

Dosen Panduan
Pengajar

MODUL BAHAN AJAR


PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM
(PPAM) KESEHATAN REPRODUKSI
(KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)

PENGURUS PUSAT IKATAN BIDAN INDONESIA - (PP IBI)


INDONESIAN MIDWIVES ASSOCIATION (IMA) - CENTRAL BOARD

Address: Jl. Johar Baru V No. D13 Jakarta Pusat 10560 DKI Jakarta Indonesia
Phone. +6221 4247789, +6221 4226043
Fax. +6221 4244214
Email. ppibi@cbn.net.id / ppibi@ibi.or.id
Website: www.ibi.or.id
Buku Pegangan Dosen Panduan Pengajar

MODUL BAHAN AJAR


AKET PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM) KESEHATAN REPRODUKSI (K
ADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)

Kontributor:
1. Dr. Emi Nurjasmi, M.Kes PPIBI
2. Masyitha, SST, SKM, M.Kes PPIBI
3. Indra Supradewi, SKM, MKM PPIBI
4. Rizqi Amelia, AM.Keb PPIBI
5. Ribka Sebayang (Sub.Dit Kespro – Dit Bina Kes. Ibu Kemenkes)
6. Dr. Syarifudin (Pusat Penanggulangan Krisis Kemenkes)
7. Yopita Ratnasari, SST (Pusdiklatnakes – PPSDM Kes)
8. Willa Follona, SST, M. Kes (Poltekkes Jakarta III)
9. Herlyssa, SST, M.Kes (Poltekkes Jakarta III)
10. Herlina Mansur, SST (Akbid Sismadi)
11. Kusuma Dini, AmKeb, MKM (Akbid Sismadi)
12. Dr. Rosilawati Anggraini (UNFPA)
13. Yolanda Piliang (UNFPA)

Editor :
1. Indra Supradewi, SKM, MKM
2. Kusuma Dini, AmKeb, MKM
3. Lukmanul Hakim

Disain cover dan Layout : Lukmanul Hakim

Dicetak oleh Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia

© 2015. Dipublikasikan oleh IBI Publishing

Untuk informasi lebih lanjut hubungi:


Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia (PPIBI)
Jl. Johar Baru V no. D13 Jakarta Pusat
E Mail: ppibi@cbn.net.id – ppibi@ibi.or.id
Website: http://www.ibi.or.id
SEBUAH

SEJARAH PENGEMBANGAN MODUL BAHAN AJAR PAKET PELAYANAN AWAL


MINIMUM (PPAM) KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)

Indonesia merupakan negara yang rawan bencana karena kondisi geografis dan
demografis yang disebabkan oleh baik faktor alam dan non alam seperti gempa bumi,
tsunami, letusan gunung berapi, banjir, tanah longsor, kemarau, kebakaran hutan,
konflik, dan lain-lain. Bencana dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan, kerugian harta
benda, trauma fisik maupun psikologis, masalah asupan makanan bahkan korban jiwa dan
masalah lainnya. Masalah-masalah tersebut dapat menyebabkan krisis kesehatan.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi krisis kesehatan namun pemenuhan
kebutuhan kesehatan reproduksi sering kali terabaikan. Kesehatan Reproduksi sangat
penting mendapat perhatian karena sangat berhubungan erat dengan sistem, fungsi dan
prosesnya mencakup kesehatan seksual dengan tujuan untuk meningkatkan kehidupan
dan hubungan pribadi demi terciptanya generasi penerus bangsa yang berkualitas.
Dalam situasi krisis rentan terjadinya kesakitan, kematian dan kecacatan pada
populasi yang terkena dampak terutama perempuan dan anak. Kesehatan perempuan
merupakan kunci bagi kualitas generasi penerusnya. Ibu yang sehat ketika hamil, aman
ketika melahirkan umumnya akan melahirkan bayi yang sehat pula. Hal itu dapat terjadi
jika hubungan seksual dilakukan secara aman dan bermartabat, namun jika hubungan
seksual secara paksaan atau tidak diinginkan maka kehamilannyapun tidak diharapkan
yang dapat berakhir dengan aborsi, penelantaran bayi bahkan kematian ibu dan anaknya.
Situasi krisis dan pengungsian dapat meningkatkan risiko kekerasan seksual pada
perempuan dan anak termasuk penyimpangan perilaku seksual, seperti perlecehan
seksual, perkosaan, penculikan, perdagangan anak, prostitusi, IMS, dan Kehamilan Tidak
Diinginkan. Masalah-masalah tersebut telah disusun dalam modul PPAM Kesehatan
Reproduksi pada krisis kesehatan.
Materi-materi yang terkandung dalam modul PPAM Kesehatan Reproduksi pada
krisis kesehatan sangat erat kaitannya dengan kompetensi, tugas, fungsi dan kewenangan
Bidan. Materi ini dibuat berdasarkan pengalaman-pengalaman bidan ketika mengatasi

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA
i
SEBUAH

masalah PPAM dan Kesehatan Reproduksi pada daerah krisis kesehatan antara lain
peristiwa tsunami di provinsi NAD, gempa di Yogyakarta, gunung meletus di Sumatera
Utara, banjir di Jakarta. Berdasarkan kepedulian bidan tentang kemanusiaan dalam situasi
krisis kesehatan tersebut maka UNFPA menilai bahwa IBI mempunyai potensi untuk
dilibatkan dalam mengatasi masalah situasi krisis kesehatan dan bencana, terutama
kesehatan reproduksi sebagai salah satu area kewenangan bidan.
Area kewenangan bidan ini telah diakui dan tercantum dalam Undang-Undang
nomor 71 tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi, Undang-Undang nomor 36 tahun
2014 tentang Tenaga Kesehatan, Permenkes nomor 369 tahun 2007 tentang Standar
Profersi Bidan dan Permenkes nomor 1464 tahun 2010 tentang Registrasi dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan.
IBI merupakan unsur penting pada setiap pelatihan – pelatihan PPAM Kespro yang
diselenggarakan oleh UNFPA dan Kemenkes RI. IBI memegang peran kunci sebagai Pelatih
dan Fasilitator pada pelatihan PPAM Kespro utamanya pada materi Maternal Neonatal,
KB, Kespro, Kespro Remaja dan Paska Keguguran. Saat ini IBI memiliki sejumlah pelatih
dan fasilitator PPAM tingkat nasional dan tingkat Regional Asia Pasifik.
Melihat besarnya sumber daya yang dimiliki oleh IBI, UNFPA berkomitmen
mendukung IBI dalam menyiapkan bidan yang siap pakai pada kondisi darurat/krisis.
Dukungan yang diberikan berupa pelatihan PPAM Kespro Situasi Bencana bagi 66 dosen
pada tanggal 10–13 Desember 2012 di Yogyakarta dan tanggal 22–25 Mei 2013 di
Makassar. Peserta pelatihan merekomendasikan perlu dikembangkannya sebuah modul
bahan ajar PPAM Kespro bagi mahasiswi kebidanan, yang dapat digunakan sebagai
pedoman untuk pembekalan kepada peserta didik yang kelak setelah lulus dari
pendidikan, dapat memberikan layanan awal minimal kesehatan reproduksi pada kondisi
darurat di daerah bencana.
Tindaklanjut dari rekomendasi tersebut adalah UNFPA memberikan fasilitasi
pengembangan Modul Bahan Ajar PPAM Kespro yang dimulai pada bulan Juni 2014, yang
terdiri dari kegiatan berikut ini:
a. Kegiatan Penyusunan draft Modul Bahan Ajar oleh Tim IBI dan UNFPA yang
berlangsung pada periode Januari – Mei 2014.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA
i
SEBUAH

b. Kegiatan Diseminasi Modul Bahan Ajara pada tanggal 21 Juli 2014 di Jakarta
yang dihadiri oleh 60 peserta terdiri dari 50 perwakilan institusi se
Jabodetabek, Kemenkes, PPSDM dan IBI. Pada kegiatan ini didapat beberapa
masukan sebagai bahan penyempurnaan modul yang akan diujicobakan.
c. Briefing Pra Uji Coba Modul Bahan Ajar PPAM pada tanggal 8- 9 Agustus 2014
di Jakarta
d. Ujicoba Modul Bahan Ajar PPAM Kespro pada September – Desember 2014 di
6 (enam) Institusi Pendidikan Kebidanan yaitu:
1) Jurusan kebidanan Poltekkes Kemenkes Aceh
Dilaksanakan pada tanggal 14 - 27 September 2014. Jumlah Peserta
didik yang menjadi sasaran ujicoba sebanyak 25 orang.
2) Akademi Kebidanan Alifah Padang
Dilaksanakan tanggal 15 - 26 September 2014.Jumlah peserta kegiatan
adalah sebanyak 30 mahasiswa.
3) Jurusan kebidanan Stikes Aisiyah Yogyakarta
Dilaksanakan tanggal 22 - 27 September 2014. Jumlah peserta kegiatan
adalah sebanyak 20 orang yang terdiri dari 17 orang mahasiswa D III
kebidanan dan 3 orang mahasiswa D IV Kebidanan
4) Prodi Kebidanan Sutomo Poltekkes Surabaya
Dilaksanakan pada tanggal 1 – 13 September 2014. Peserta ujicoba
modul adalah mahasiswa Kebidanan Poltekes Kebidanan Surabaya
tingkat akhir sejumlah 30 mahasiswa.
5) Jurusan kebidanan Poltekkes Kupang
Kegiatan Uji coba modul dilaksanakan pada tanggal 28 Agustus – 6 Sept
2014. Peserta ujicoba modul adalah mahasiswa Kebidanan Poltekes
Kebidanan Kupang sejumlah 20 mahasiswa.
6) Jurusan kebidanan Poltekkes Ambon
Kegiatan Uji coba modul dilaksanakan tanggal 27 Agustus sampai
dengan 5 September 2014. Peserta ujicoba modul adalah mahasiswa
Tingkat III Jurusan Kebidanan Poltekes Ambon sejumlah 30 mahasiswa.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA
i
SEBUAH

Sesuai hasil evaluasi ujicoba serta dari lapangan/lahan ujicoba, PPIBI telah
melakukan revisi terhadap modul dengan memasukan muatan lokal sesuai dengan kondisi
di Indonesia. Modul ini telah disesuaikan dengan Revisi Pedoman Praktis Kespro pada
Penanggulangan Bencana di Indonesia Kemenkes Tahun 2015. Finalisasi modul
dilaksanakan pada tanggal 11 – 13 Mei 2015, dan 18 – 20 Mei 2015 yang melibatkan Dit.
Bina Kes Ibu, Pusat Penanggulangan Krisis Kemenkes, PPSDM, IBI, Perwakilan Dosen dan
UNFPA.
Selanjutnya Modul Bahan Ajar PPAM Kesehatan Reproduksi pada Situasi Tanggap
Darurat Bencana telah siap untuk digunakan sebagai mata ajar dan diterapkan pada
kurikulum pendidikan kebidanan di institusi masing – masing.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA
i
SEBUAH

PEDOMAN IMPLEMENTASI
MODUL BAHAN AJAR PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM) KESEHATAN
REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI TANGGAP DARURAT
BENCANA) DALAM KURIKULUM

A. MUATAN LOKAL
Penerapan modul ini dapat digunakan sebagai mata ajar baru berupa muatan lokal
(mulok) dengan beban 2 (dua) SKS dengan syarat diberikan kepada peserta didik di
semeter 5 (lima), dimana mahasiswi sudah memiliki pengetahuan pelayanan
kebidanan pada situasi normal.

Diharapkan setelah menyelesaikan modul ini, peserta didik dapat memposisikan


diri dalam memberikan pelayanan kebidanan “awal minimal” pada saat krisis dan
pelayanan kebidanan “paripurna” pada situasi normal.

Penerapan Modul Bahan Ajar PPAM Kespro pada Krisis Kesehatan (Situasi Tanggap
Darurat Bencana) sebagai mulok disarankan dilaksanakan di institusi yang
daerahnya “sering” terkena bencana alam seperti gempa, gunung meletus, banjir
atau bencana akibat konflik.

B. INSERTING
Modul ini juga dapat digunakan sebagai insert pada mata ajaran yang telah ada
seperti asuhan kebidanan, asuhan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi
yang disampaikan pada akhir sesi mata ajar, sehingga peserta ajar dapat langsung
mengetahui perbedaan palayanan kebidanan di situasi normal dan pada saat krisis
terjadi.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA
v
KATA

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
taufik serta hidayah-Nya, maka Modul PPAM (Paket Pelayanan Awal Minimum) Kesehatan
Reproduksi pada Krisis Kesehatan dapat diselesaikan. Modul ini merupakan standar bagi
para pekerja kemanusiaan, yang secara garis besar menguraikan komponen kesehatan
reproduksi untuk mencegah kesakitan, kecacatan dan kematian terutama bagi kelompok
rentan yaitu perempuan, remaja, bayi dan anak pada krisis kesehatan dalam upaya
mengintegrasikan kesehatan reproduksi pada awal respon krisis tersebut. Sehubungan
dengan hal itu diperlukan adanya peningkatan pengetahuan dan kemampuan bidan sejak
di pendidikan (mahasiswa kebidanan) dalam penanganan permasalahan di bidang
kesehatan, khususnya untuk bidang kesehatan reproduksi pada krisis kesehatan, sejak di
pendidikan mahasiswa kebidanan.

Penyusunan Modul “PPAM Kesehatan Reproduksi pada Krisis Kesehatan”,


diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman untuk pembekalan kepada mahasiswa
kebidanan yang nantinya akan berfungsi sebagai penyedia layanan kesehatan reproduksi
pada krisis kesehatan.

Modul ini dikembangkan atas kerjasama antara IBI dengan UNFPA, oleh karena itu
kami mengucapkan terimakasih kepada UNFPA atas bantuan dan dukungannya serta
semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan modul ini. Kami menyadari
bahwa modul ini masih banyak kekurangannya untuk itu kami mohon masukan dan saran
guna penyempurnaan modul tersebut. Semoga modul ini bermanfaat dan dapat
diterapkan di Institusi Pendidikan.

Jakarta, Mei 2015


TIM PENYUSUN

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN
i
Kata Pengantar

SAMBUTAN
KETUA UMUM IKATAN BIDAN INDONESIA

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat -Nya
kepada kita sekalian. Khususnya saat ini, dimana atas ridho-Nya IBI dapat menyelesaikan
penyusunan Modul/Bahan Ajar Paket Pelayanan Awal Minimal ( PPAM) Kesehatan Reproduksi Pada
Situasi Darurat Bencana. Modul ini diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman untuk
pembekalan kepada mahasiswa kebidanan yang nantinya akan berfungsi sebagai penyedia
layanan kesehatan reproduksi pada kondisi darurat di daerah bencana.

PPAM merupakan standar bagi para pekerja kemanusiaan yang secara garis besar menguraikan
komponen kesehatan reproduksi untuk mencegah kesakitan, kecacatan dan kematian terutama
bagi kelompok rentan yaitu perempuan, remaja, bayi dan anak pada situasi darurat bencana
dalam upaya mengintegrasikan kesehatan reproduksi pada awal respon bencana tersebut.
Sehubungan dengan hal itu diperlukan adanya peningkatan pengetahuan dan kemampuan
bidan sejak di pendidikan (mahasiswa kebidanan) dalam penanganan permasalahan di bidang
kesehatan, khususnya untuk bidang kesehatan reproduksi dalam kondisi darurat bencana.

Peran dan partisipasi IBI dan para anggotanya dalam pembangunan kesehatan masyarakat,
khususnya Kesehatan Ibu dan anak, Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi telah nyata serta
diakui oleh berbagai pihak baik pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat dan organisasi
profesi kesehatan lain. Selain pengakuan tersebut, peningkatan angka cakupan berbagai jenis
pelayanan bidan telah terbukti melalui data -data hasil penelitian lembaga terpercaya di Indonesia
menunjukkan eksistensi IBI dan bidan yang kuat dalam pembangunan kesehatan.

Pelayanan terhadap Ibu dan Anak akan selalu ada, dan tidak boleh diabaikan meskipun
dalam keadaan darurat bencana. Saya yakin Modul Bahan Ajar ini akan dapat berguna sebagai
bahan ajar dalam membekali bidan muda guna memastikan pelayanan KIA dan KB pada segala
situasi termasuk pada saat darurat bencana..

Akhirnya saya tidak lupa menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi -
tingginya kepada sejawat anggota PPIBI utamanya kepada Kelompok Kerja PPAM yang telah
bekerja untuk menyusun dan menyempurnakan Modul Bahan Ajar ini serta kepada UNFPA
atas dukungannya sehingga modul ini dapat terwujud.

Sekian, terima kasih.


Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Jakarta, Mei 2015


Pengurus Pusat Ikatan Bidan indonesia

Dr. Emi Nurjasmi


Ketua Umum

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM) KESEHATAN
REPRODUKSI PADA SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA
ii
GLOSA

GLOSARI

IBI : Ikatan Bidan Indonesia

KESPRO : Kesehatan Reproduksi

HAM : Hak Asasi Manusia

MDG’s : Milleneum Development Goals

PPAM : Paket Pelayanan Awal Minimum

MISP : Minimum Initial Service Package

LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat

PPK : Pusat Penanggulan Krisis

BNPB : Badan Nasional Penanggulangan

Bencana

NAPZA : Narkotik, Psikotropika dan Zat Adiktif

KPA : Komisi Penanggulan AIDS

IMS : Infeksi Menular Seksual

UNFPA : United Nation Fund Population Agency

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI
DAFTAR ISI -

DAFTAR ISI

Halaman
Kata Pengantar i

Kata Sambutan Ketua Umum IBI ii

Daftar Isi iii

Materi 1 Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM) Kesehatan Reproduksi A


Pada Krisis Kesehatan.

Materi 2 Kebijakan Kesehatan Reproduksi Pada Krisis Kesehatan. B

Materi 3 Mekanisme Koordinasi Untuk Implementasi Paket Pelayanan Awal C


Minimum (PPAM) Pada Krisis Kesehatan.

Materi 4 Kesehatan Reproduksi Remaja Pada Krisis Kesehatan. D

Materi 5 Pencegahan IMS & HIV Pada Krisis Kesehatan. E

Materi 6 Pencegahan Kesakitan Dan Kematian Maternal Dan Neonatal Pada F


Krisis Kesehatan.

Materi 7 Keluarga Berencana Pada Krisis Kesehatan. G

Materi 8 Pencegahan Dan Penanganan Kekerasan Seksual Berbasis Gender/ H


Seksual Gender Basic Violence (SGBV) Pada Krisis Kesehatan.

Materi 9 Asuhan Pasca Keguguran Pada Krisis Kesehatan. I

Materi 10 Suplai Dan Logistik Kesehatan Reproduksi Pada Krisis Kesehatan. J

SILABUS K

Lampira
n Check List PPAM Kespro
Daftar Obat dan Alat Habis Pakai

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN
i
MATERI 1

PAKET PELAYANAN AWAL


MINIMUM (PPAM) KESEHATAN
REPRODUKSI (KESPRO)
PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)

A
Daftar Isi Materi 1

DAFTAR ISI

I. DESKRIPSI SINGKAT................................................................................................... 1

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Pembelajaran Umum.............................................................................1
B. Tujuan Pembelajaran Khusus............................................................................1

III. POKOK BAHASAN......................................................................................................2

IV. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN......................................................................2

V. URAIAN MATERI
1. Definisi Kondisi Darurat dan Kesehatan Reproduksi.......................................3
2. Definisi PPAM..................................................................................................5
3. PPAM sebagai kebutuhan................................................................................8
4. Tujuan PPAM...................................................................................................14
5. Komponen-komponen PPAM kesehatan reproduksi......................................15

VI. RANGKUMAN............................................................................................................23

VII. EVALUASI SESI...........................................................................................................26

VIII. REFERENSI................................................................................................................ 27

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN
MATERI 1 :
KONSEP DAN KOMPONEN
PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM KESEHATAN

MATERI 1
PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)
KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)

Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM) Kesehatan Reproduksi (Kespro) pada situasi
darurat bencana merupakan serangkaian kegiatan prioritas kesehatan reproduksi yang
harus dilaksanakan segera pada tahap awal bencana untuk menyelamatkan jiwa
khususnya pada kelompok perempuan dan remaja perempuan Pengabaian kesehatan
reproduksi pada situasi darurat bencana dapat berisiko terhadap kesakitan dan kematian
ibu, bayi dan anak, kekerasan seksual/perkosaan yang dapat berakibat trauma dan
penularan Infeksi menular seksual, Human Immunodeficiency Virus (HIV), kehamilan tidak
diharapkan (KTD), aborsi tidak aman, sehubungan dengan hal masalah yang mungkin
terjadi tersebut diperlukan PPAM sesuai dengan standar SPHERE

I. DESKRIPSI SINGKAT

Materi ini membahas tentang definisi PPAM, pentingnya PPAM Kesehatan Reproduksi
(Kespro), komponen-komponen dalam PPAM dan cara mengakses alat bantu dan
sumber daya untuk mendukung mengimplementasikan PPAM Kespro pada situasi
darurat bencana.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mempelajari materi ini, peserta didik diharapkan mampu memahami
tentang konsep PPAM dan penerapannya pada situasi darurat bencana.
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti sesi ini, peserta diharapkan mampu :
1. Menjelaskan definisi PPAM Kespro pada situasi darurat bencana.
2. Menjelaskan pentingnya PPAM Kespro pada situasi darurat bencana.
3. Menjelaskan komponen-komponen dalam PPAM Kespro pada situasi darurat
bencana.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 1 :
KONSEP DAN KOMPONEN
PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM KESEHATAN

4. Mengimplementasikan PPAM Kespro pada situasi darurat bencana.


5. Menjelaskan cara mengakses alat bantu dan sumber daya untuk mendukung
mengimplementasikan PPAM Kespro pada situasi darurat bencana.

III. POKOK BAHASAN


Dalam modul ini akan membahas mengenai :
1. Definisi PPAM Kespro pada situasi darurat bencana.
2. Pentingnya PPAM Kespro pada situasi darurat bencana.
3. Komponen-komponen dalam PPAM Kespro pada situasi darurat bencana.
4. Cara mengakses alat bantu dan sumber daya PPAM Kespro pada situasi darurat
bencana.

IV. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN


Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran materi ini.
Langkah 1. Persiapan
1. Memastikan handout powerpoint digandakan (Jika dibutuhkan).
2. Memastikan materi yang akan disampaikan telah dipelajari (Dengan merujuk pada
bacaan yang dianjurkan pada bagian akhir sesi ini).
3. Memastikan perlengkapan pembelajaran seperti spidol, flipchart atau papan tulis
putih.
4. Menguasai metode pembelajaran interaktif.
5. Waktu yang diperlukan 90 menit.

Langkah 2. Penyampaian Materi


1. Membuka sesi pembelajaran dengan apersepsi, dapat dengan menanyakan
kepada peserta tentang pengertian ” kondisi darurat” dan “Kespro”
2. Memberikan umpan balik secara singkat selanjutnya klik powerpoint untuk
menunjukkan jawaban.
3. Menjelaskan kepada peserta didik bahwa sesi ini akan menguraikan beberapa
konsep inti tentang PPAM Kespro pada situasi darurat bencana. Klik power point
untuk menunjukkan konsep inti.
PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)
KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 1 :
KONSEP DAN KOMPONEN
PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM KESEHATAN

Langkah 3. Rangkuman dan Kesimpulan


1. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya.
2. Melakukan rangkuman dan kesimpulan dapat dilakukan bersama- sama dengan
peserta didik.
3. Menutup sesi pembelajaran, dapat ditutup dengan menyampaikan pesan kunci.

V. URAIAN MATERI

1. Definisi Kondisi Darurat dan Kesehatan Reproduksi


a. Kondisi Darurat adalah suatu gangguan serius terhadap fungsi masyarakat
yang menyebabkan kerugian manusia, material, maupun lingkungan secara
luas, untuk mengatasi dengan menggunakan sumber daya sendiri melebihi
kemampuan masyarakat yang terkena dampak (UNDRO/United Nations
Disaster Relief Organization atau Badan PBB yang bergerak di bidang
pemulihan bencana).
b. Fase akut emergency ditandai dengan adanya angka kematian kasar yang
melebihi 1/10,000/hari. Angka Kematian Kasar adalah angka kematian yang
disebabkan oleh sebab apapun, misalnya jumlah pengungsi 200,000 orang,
masih dikatakan fase akut bila angka kematian lebih dari 20 orang per hari.
Pada situasi stabil bervariasi antara 0,2 – 0,3 per 10.000/hari.
c. Saat tanggap darurat (menurut Peraturan Meneteri Kesehatan no 64 tahun
2013) adalah keadaan mengancam nyawa individu atau lelompok masyarakat
luas sehingga menyebabkan ketidak berdayaan yang memerlukan respon
intervensi sesegera mungkin guna menghindari kematian atau kecacatan serta
kerusakan lingkungan yang luas. Kondisi darurat (fase emergency) akan dimulai
dengan saat normal/tidak ada bencana, diisi dengan kegiatan kesiapsiagaan.
Jika terjadi bencana maka kondisi akan menjadi akut dan setelah beberapa
waktu akan menjadi post akut (bisa jadi kronik) dan kemudian berlanjut
dengan fase rehabilitasi dan rekonstruksi. Ini adalah merupakan siklus yang
akan terus berjalan dan biasanya disebut dengan siklus bencana.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
3
MATERI 1 :
KONSEP DAN KOMPONEN
PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM KESEHATAN

d. Kespro adalah keadaan fisik, mental, dan kesejahteraan social yang sempurna
dan bukan hanya ketiadaan penyakit dan kelemahan, namun dalam segala hal
yang berkaitan dengan sistem, proses, dan fungsi reproduksi. Sebagai implikasi
kesehatan reproduksi adalah setiap individu dapat memiliki kepuasan dalam
kehidupan seks yang aman dan mereka memiliki kemampuan, untuk
bereproduksi dan bebas untuk memutuskan apakah, kapan, dan seberapa
sering, juga termasuk kesehatan seksual, sebagai tujuan adalah peningkatan
hidup dan hubungan pribadi (ICPD, 1994)

Landasan hukum tentang penanggulangan bencana di Indonesia, tercantum


dalam :
o UU no 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana: perlindungan
terhadap kelompok rentan termasuk dalam Penyelenggaraan Tanggap
Darurat (pasal 48e), prioritas untuk mendapatkan penyelamatan, evakuasi,
pengamanan, pelayanan kesehatan, dan psikososial (pasal 55). Kelompok
rentan yang dimaksud di sini adalah ibu hamil, ibu menyusui, balita, orang
cacad, manula.
o Peraturan Menteri Kesehatan RI no 64 tahun 2013: tentang
penanggulangan krisis kesehatan, Pelayanan Kesehatan Reproduksi masuk
ke dalam pelayanan kesehatan yang harus disediakan pada tahap tanggap
darurat dan pasca krisis
 Pasal 22:
 Pemenuhan kebutuhan kesehatan antara lain berupa sumber daya
manusia kesehatan, pendanaan, fasilitas untuk
mengoperasionalkan system pelayanan kesehatan yang meliputi
pelayanan medic, obat dan perbekalan kesehatan, gizi,
pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan, kesehatan jiwa,
kesehatan reproduksi dan identifikasi korban sesuai kebutuhan.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
4
MATERI 1 :
KONSEP DAN KOMPONEN
PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM KESEHATAN

2. Definisi PPAM
Dalam situasi fase akut emergency adalah kacau dan anda tidak bisa menyediakan
semua komponen kesehatan seksual dan reproduksi. Anda harus membatasi
intervensi pada kegiatan kesehatan seksual dan reproduksi yang penting untuk
menyelamatkan nyawa. Pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi minimum
harus merupakan bagian pelayanan kesehatan dasar pada awal keadaan darurat,
kemudian didefinisikan menjadi PPAM.

Yang dimaksud PPAM adalah


a. Paket : Kegiatan, koordinasi, perencanaan, supplies
b. Pelayanan : Pelayanan yang diberikan kepada penduduk
c. Awal : Untuk digunakan dalam kondisi darurat, tanpa assessment di tempat
d. Minimum : Dasar, Kesehatan Reproduksi terbatas

 Paket tidak berarti sebuah kotak yang dapat dibuka seseorang, tetapi mengacu
pada strategi yang mencakupkan koordinasi/perencanaan, supplies dan
kegiatan-kegiatan kesehatan seksual dan reproduksi.
 Awal: tanpa membutuhkan assessment karena sudah terbukti manfaat PPAM.
Tidak perlu assessment untuk menilai apakah ada kebutuhan Kesehatan
Reproduksi karena sudah pasti ada. Tidak perlu assessment untuk menilai
intervensi yang diperlukan untuk kesehatan reproduksi dalam kondisi darurat
karena yang harus diterapkan adalah PPAM. Apapun jenis bencananya (gempa,
banjir, konflik, gunung meletus dll), intervensinya adalah tetap sama yaitu
PPAM. Dalam kondisi darurat kita tidak perlu mencari data tentang target
populasi khusus misalnya berapa banyak ibu hamil, ibu melahirkan, wanita usia
subur dll. Data tsb tidak perlu dikumpulkan karena berdasarkan pengalaman
sangat sulit untuk mendapatkan data tsb. Pada fase awal bencana, data yang
tersedia biasanya adalah hanya data pengungsi. Secara statistik jumlah ibu
hamil dalam kondisi darurat adalah 4% dari jumlah populasi, 15-20% ibu hamil
akan mengalami komplikasi, 25% populasi adalah wanita usia subur dll. Apabila
situasi sudah lebih stabil, dapat mulai mengumpulkan data riil populasi target.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
5
MATERI 1 :
KONSEP DAN KOMPONEN
PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM KESEHATAN

Assessment yang dilakukan adalah: assessment mengenai kondisi fasilitas


kesehatan (puskesmas, puskesmas PONED, RS PONEK). Dilihat apakah fasilitas
tsb masih berfungsi, bagaimana dengan kondisi peralatan dan obat-obatan.
Selain itu perlu juga dilakukan assessment tentang kondisi tenaga kesehatan
(dokter, bidan dan dr spesialis obsgyn) apakah tenaga kesehatan ikut terkena
dampak bencana? Apakah tenaga kesehatan perlu didatangkan dari daerah
lain dll.
Berdasarkan penjelasan di atas, yang dimaksud dengan PPAM adalah serangkaian
kegiatan prioritas kesehatan reproduksi yang harus dilaksanakan segera pada
tahap awal bencana untuk menyelamatkan jiwa khususnya pada kelompok
perempuan dan remaja perempuan.

Konsep PPAM dikenalkan tahun 1995 Kelompok Kerja Antar Lembaga (IAWG/Inter
Agency Working group) untuk kesehatan seksual dan reproduksi dalam situasi
darurat (dahulu ‘dalam situasi Pengungsian’), dibawah koordinasi UNHCR
(lembaga PBB untuk pengungsi) yang terdiri lebih dari 30 badan PBB, LSM,
akademisi internasional dan lembaga donor. Tugas utama kelompok ini adalah
mengorganisir dan memfasilitasi pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi di
seluruh situasi pengungsian. WHO bertindak sebagai lembaga yang menyusun
standar teknis untuk kelompok ini. Bertahun-tahun lamanya, kelompok telah
mengembangkan beberapa alat bantu/tools. Dimulai dengan konsep PPAM untuk
kesehatan seksual dan reproduksi dalam situasi krisis, yang dikembangkan pada
1995 dan dijelaskan dalam Pedoman Lapangan Antar Lembaga. Konsep PPAM
mulai diperkenalkan di Indonesia tahun 2003 dengan diterbitkannya buku
pedoman nasional Kesehatan Reproduksi bagi pengungsi.

Dalam kondisi daruat idealnya semua layanan Kespro harus tersedia, tapi jika tidak
memungkinkan, kita bisa memprioritaskan untuk layanan yang sangat penting
untuk penyelamatan nyawa melalui PPAM. Setelah situasi sudah
memungkinkan/stabil layanan Kespro komprehensif akan diberikan seperti saat
situasi normal. Kapan situasi dikatakan sudah stabil? Dapat menggunakan

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
6
MATERI 1 :
KONSEP DAN KOMPONEN
PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM KESEHATAN

indikator

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
7
MATERI 1 :
KONSEP DAN KOMPONEN
PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM KESEHATAN

angka kematian kasar seperti yang sudah dijelaskan di awal. Dapat juga merujuk
pernyataan dari pemerintah/presiden mengenai masa tanggap darurat. Misalnya
di Aceh: 6 bulan, di Jogja: 1 bulan dan di Padang : 1 bulan. Jika pemerintah
menyatakan bahwa masa tanggap darurat sudah berakhir artinya situasi sudah
menjadi lebih stabil.

Ini adalah lembar contekan (cheat sheet) yang bisa dijadikan panduan/pegangan
saat terjadi bencana/kondisi darurat.

Di lembar contekan ini mencakup informasi:


1. Tentang PPAM dan tujuan yang ingin dicapai
2. Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menerapkan PPAM
3. Perbedaan antara PPAM (fase akut bencana) dan Kespro komprehensif (fase
stabil)
4. Daftar supply and logistik yang dibutuhkan untuk penerapan PPAM

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
8
MATERI 1 :
KONSEP DAN KOMPONEN
PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM KESEHATAN

3. PPAM sebagai Kebutuhan


Alasan PPAM Kespro sebagai kebutuhan pada situasi darurat bencana, karena
merupakan salah satu dari Hak Asasi Manusia (HAM) yaitu hak untuk mendapat
layanan kesehatan yang bermutu, termasuk di dalamnya layanan Kespro dalam
kondisi normal ataupun darurat. Dari 8 tujuan MDG (Millenium Development
Goals), 50% dari goals itu terkait dengan kesehatan reproduksi: MDG 3 :
Kesetaraan Jender, MDG 4 dan 5: Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) termasuk akses
universal ke layanan Kespro, MDG 6: pemberantasan penyakit menular termasuk
HIV/AIDS. Jika kita ingin mencapai target MDGs harus dipastikan kalau layanan
Kespro tersedia dalam kondisi apapun termasuk kondisi darurat.

Dalam kondisi normal, di Indonesia sudah banyak permasalahan terkait Kespro


dan kondisi akan lebih buruk saat terjadi bencana. Kesehatan Reproduksi dalam
kondisi darurat harus diberikan karena merupakan standard SPHERE/piagam
kemanusiaan. Standard SPHERE telah dipergunakan sebagai acuan bagi para
pekerja kemanusiaan di seluruh dunia. Tiap pekerja kemanusiaan harus berusaha
semaksimal mungkin memenuhi standard minimal bagi pengungsi/penduduk yang
terkena bencana untuk hidup secara layak dan bermartabat. Ada beberapa bidang
dalam standard SPHERE misalnya bidang pangan, air, kesehatan dll. Misalnya
dalam kondisi darurat setiap pengungsi harus mendapat akses terhadap air bersih
sebanyak minimal 15 liter per orang per hari untuk memenuhi kebutuhan makan,
minum dan sanitasi. Satu toilet dipergunakan untuk maksimal 20 orang di
pengungsian dll.

PPAM untuk Kespro dalam kondisi bencana sudah masuk standard SPHERE edisi
tahun 2004 yaitu akses terhadap PPAM Kespro dalam kondisi darurat. Kebutuhan
Kespro berlanjut terutama selama krisis; ada beberapa masalah yang mungkin
dihadapi :
a. Dalam kondisi darurat terutama konflik, biasanya tidak ada hukum dan aturan
yang berlaku dalam situasi pengungsian sehingga dapat meningkatkan resiko

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
9
MATERI 1 :
KONSEP DAN KOMPONEN
PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM KESEHATAN

terjadinya kekerasan seksual misalnya pada saat kerusuhan Jakarta tahun 1998
banyak sekali kasus perkosaan pada etnis tertentu. Cara mengatur camp
pengungsian juga meningkatkan resiko terjadinya kekerasan seksual misalnya
pengaturan tenda, penempatan toilet, penerangan, mekanisme distribusi
bantuan dll. Dalam kondisi darurat akan terjadi hilangnya kekuasaan dan
status laki-laki dan hilangnya pendapatan bagi perempuan yang menemukan
dirinya sendiri sebagai penanggungjawab tunggal rumah tangga, mudah
mengalami kekerasan seksual, perkosaan, penyiksaan seksual, dan paksaan
prostitusi.
b. Resiko untuk meningkatnya penularan HIV adalah karena meningkatnya resiko
kekerasan seksual. Selain itu pada situasi darurat, seringkali terjadi
peningkatan kebutuhan pelayanan kesehatan, tetapi tidak tercukupinya alat
dan bahan untuk menjamin tindakan kewaspadaan universal terhadap
penularan HIV/IMS. Lebih lanjut, sistem persediaan supply darah yang aman
biasanya terputus, sedangkan mungkin saja terjadi kebutuhan transfusi darah
yang lebih besar, khususnya dalam keadaan darurat yang kompleks.
Contoh kasus pasca gempa di Jogjakarta: ada bidan desa yang mendadak
setelah gempa menerima sekitar 20 pasien dengan luka dan cedera yang
banyak mengeluarkan darah dan membutuhkan pertolongan segera. Karena
bidan itu sendiri dan dia tidak memiliki peralatan yang cukup, maka bidan tsb
memakai alat menjahit yang sama untuk semua pasien tanpa memalui
standard sterilisasi alat. Jika salah satu saja dari pasien itu HIV positif, maka
resiko penularan akan sangat besar. Ini sangat mungkin terjadi jika skala
bencana sangat besar seperti di Aceh, dimana sistem kesehatan lumpuh, serta
peralatan dan bahan tidak tersedia.
c. Malnutrisi akan mengakibatkan anemia, yang akan meningkatkan resiko
perdarahan post partum. Jika ibu hamil tinggal di pengungsian dalam waktu
yang cukup lama, kemungkinan kebutuhan gizinya tidak terpenuhi misalnya
terjadi anemia, kurang gizi sehingga melahirkan bayi berat lahir rendah dll.
d. Dalam kondisi darurat akan tetap ada ibu hamil yang akan melahirkan kapan
saja 24 Jam/hari. Bahkan karena kondisi yang kacau, ibu yang belum waktunya

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 1 :
KONSEP DAN KOMPONEN
PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM KESEHATAN

melahirkan dapat melahirkan lebih cepat/premature karena harus berlari saat


mengungsi, dalam kondisi stress akibat bencana dll. Misalnya kasus ibu hamil
yang mendadak melahirkan premature saat gempa di Jogja karena isu tsunami.
Ibu hamil tsb sudah datang ke beberapa rumah sakit yang ternyata tidak bisa
menerima karena RS penuh dengan korban luka/trauma.
Selain ibu hamil yang akan melahirkan normal, secara statisitik 15-20% ibu
hamil akan mengalami komplikasi misalnya perdarahan, eklampsia dll. Ibu-ibu
yang mengalami komplikasi ini harus mendapat pertolongan segera.
Ketidaktersedianya layanan kegawatdaruratan kebidanan akan menyebabkan
resiko meningkatnya kematian ibu.

Beberapa foto contoh camp pengungsian

Foto pengungsi letusan gunung


Merapi. Pengungsi gunung
Merapi tidak mau tinggal di
tenda/lapangan karena takut
terkena debu dan awan panas.
Mereka lebih memilih tinggal di
dalam gedung seperti sekolah,
balai desa, masjid dll sehingga
berdesak-desakan, tercampur
laki-laki dan perempuan dll yang
meningkatkan resiko kekerasan
seksual

Pengungsi yang tinggal di rumah darurat di Foto pengungsian di pasar tradisional


depan rumah yang hancur/roboh di Pada Kabupaten Agam, Sumatera Barat.
Pariaman; untuk melindungi barang-barang yang Penggungsi tinggal di lorong pasar tanpa
dimiliki pembatas dan hanya ditutup terpal

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 1 :
KONSEP DAN KOMPONEN
PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM KESEHATAN

Jadi kondisi pengungsian adalah bermacam-macam dan pengaturan yang salah


bisa meningkatkan resiko kekerasan seksual/perkosaan

Kondisi toilet:

Foto toilet darurat untuk pengungsi korban Foto toilet di barak pengungsian letusan
banjir bandang di Wassior. Meski darurat, toilet gunung Merapi. Toilet sudah diberi tanda laki
sudah terpisah antara laki-laki dan perempuan perempuan tapi masih bercampur dan tidak
terpisah

Toilet darurat di Manokwari, tidak terpisah laki Toilet di barak pengungsian Aceh
dan perempuan, tidak ada penerangan, tidak Cara mendesain toilet juga menetukan
bisa ditutup rapat dan dikunci. terhadap resiko terjadinya perkosaan.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 1 :
KONSEP DAN KOMPONEN
PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM KESEHATAN

Toilet yang aman adalah toilet yang:


1. Terpisah antara laki-laki dan perempuan
2. Memiliki penerangan yang cukup
3. Bisa dikunci
4. Ada patroli keamanan di sekitar toilet sehingga tetap aman apabila malam-
malam harus ke toilet

Di setiap situasi bencana selalu saja ada ibu-ibu yang melahirkan tanpa memandang
waktu dan tempat. Bahkan ada ibu-ibu yang meskipun belum waktunya melahirkan,
harus melahirkan lebih awal/prematur karena situasi yang kacau, harus mengungsi
dll.

Ibu yang melahirkan di mobil saat proses Ibu yang melahirkan tepat di saat terjadi gempa
evakuasi letusan gunung merapi kuat di Padang tahun 2009, bayinya diberi nama
Gempawati

Bayi kembar yang terpaksa tidur di lantai Seorang bidan di Aceh yang melahirkan di
beralas tikar di puskesmas saat terjadi gempa pengungsian setelah terjadi gempa dan tsunami
Padang tahun 2009 di Aceh

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 1 :
KONSEP DAN KOMPONEN
PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM KESEHATAN

Biasanya saat terjadi pengungsian dan fasilitas kesehatan mengalami kerusakan, akan
dibuat pos-pos kesehatan darurat atau RS lapangan. Sebaiknya ada tenda layanan khusus
kesehatan reproduksi yang memastikan privacy dari pasien yang datang untuk
pemeriksaan kehamilan, melahirkan, mendapatkan layanan KB, mendapatkan pelayan
pasca perkosaan dll.

Kondisi RSUD Bantul setelah gempa Yogya, 2006 Pos kesehatan sementara pasca gempa
Padang 2009

RS lapangan di Padang 2009

Harapannya, di setiap posko kesehatan di lokasi pengungsian, disediakan tenda khusus


kesehatan reproduksi sehingga client/pasien dapat mendapatkan pelayanan kesehatan
reproduksi dengan nyaman dan kerahasiaan/privacynya terjamin.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 1 :
KONSEP DAN KOMPONEN
PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM KESEHATAN

Foto tenda kesehatan reproduksi di Aceh Besar

Photo penyuluhan di tenda kesehatan Foto ibu yang memeriksakan kehamilannya


reproduksi di Aceh Besar di pos kesehatan di camp pengungsian di
Manokwari

4. TUJUAN PPAM
a. Mengidentifikasi koordinator kesehatan reproduksi
b. Mencegah dan menangani konsekuensi kekerasan seksual
c. Mengurangi penularan IMS/HIV
d. Mencegah peningkatan kesakitan dan kematian maternal serta neonatal
e. Merencanakan layanan Kesehatan Reproduksi komprehensif terintegrasi pada
layanan kesehatan primer, sesegera mungkin

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 1 :
KONSEP DAN KOMPONEN
PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM KESEHATAN

5. KOMPONEN-KOMPONEN PPAM KESEHATAN REPRODUKSI


Komponen Kespro komprehensif diberikan pada kondisi normal, namun tidak
semua harus diberikan dalam kondisi darurat, tapi hanya fokus pada PPAM,
misalnya:
1. Safe motherhood atau Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) terdiri dari: Ante Natal
Care (ANC), Persalinan, Post Natal Care (PNC). Semuanya adalah penting, tapi
dalam kondisi darurat karena keterbatasan tenaga dan alat, prioritas diberikan
untuk persalinan karena kematian banyak terjadi saat proses persalinan,
Tindakan pencegahan meningkatnya kesakitan dan kematian maternal serta
neonatal
a. Pelayananan kegawatdaruratan kebidanan dan neonatal tersedia
b. Terbentuknya Sistem rujukan 24 jam/7 hari
c. Kit persalinan bersih: terdiri dari peralatan sederhana seperti perlak,
sabun cuci tangan silet untuk memotong tali pusat, tali untuk mengikat tali
pusat dll. Kit persalinan bersih didistribusikan kepada ibu hamil yang akan
melahirkan dalam waktu dekat dengan pesan bahwa ibu hamil tetap harus
melahirkan di tenaga kesehatan. Kit ini hanya dipakai pada saat kondisi
darurat saja dimana ibu yang akan melahirkan tsb tidak bisa bertemu
bidan atau puskesmas karena bencana susulan, jalan terendam banjir dll.
Setidaknya ibu yang melahirkan itu memiliki alat yang bersih untuk
memotong tali pusat bayinya. Jadi kit persalinan bersih tidak
mempromosikan persalinan di rumah.
2. KB, layanan ginekologis, penghapusan Female Genital Mutilation (sunat
perempuan) dan praktek tradisional yang membahayakan tidak termasuk
PPAM. Tapi menyediakan alat kontrasepsi bagi yang sudah memakai KB
sebelum bencana adalah dianjurkan
3. Pencegahan IMS/HIV saat daruart fokus pada pencegahan penularan HIV,
dengan cara :
a. Pemberian Transfusi darah yang aman, Transfusi darah hanya diberikan
atas indikasi, gunakan cairan pengganti darah selama masih
memungkinkan, Pilih donor dari golongan yang tidak beresiko, Darah yang

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 1 :
KONSEP DAN KOMPONEN
PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM KESEHATAN

akan

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 1 :
KONSEP DAN KOMPONEN
PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM KESEHATAN

ditransfusikan harus di-screening/disaring terlebih dahulu untuk virus HIV,


Hepatitis B dan Syphillis
b. Diterapkannya standard kewaspadaan universal : Praktek pencegahan
infeksi harus diterapkan, karena dalam kondisi darurat ada kecenderungan
tenaga kesehatan untuk potong kompas, Alat dan bahan harus tersedia
secara mencukupi
c. Disediakan Kondom gratis tersedia. Menyediakan kondom bagi yang sudah
memakai kondom sebelumnya dan tidak didistribusikan secara luas,
misalnya disediakan di toilet, pos kesehatan dll
4. Pencegahan dan penanganan Kekerasan Berbasis Gender (GBV), dari sekian
banyak jenis dari GBV, PPAM hanya fokus pada pencegahan dan penanganan
kekerasan seksual pada fase akut.
Mengingat isu kesehatan reproduksi sering terlupakan saat kondisi darurat
maka perlu ditunjuk koordinator kesehatan reproduksi karena pelayanan
kesehatan reproduksi memerlukan pendekatan multi-sektor. Jika system
cluster terbentuk maka koordinator harus melaporkan kondisi kesehatan
reproduksi kepada cluster kesehatan. Jika system cluster tidak terbentuk,
koordinator kesehatan reproduksi dapat melapor ke koordinator bidang
kesehatan. Sistem cluster adalah mekanisme kooridnasi yang akan diterapkan
untuk bencana berskala besar dengan melibatkan bantuan internasional dan
lembaga-lembaga yang bekerja dikelompokkan berdasarkan bidang
kerjanya/cluster. Koordinator kesehatan reproduksi yaitu dengan
menyelenggarakan pertemuan untuk mendiskusikan masalah kesehatan
reproduksi dan memastikan alat dan bahan untuk penerapan PPAM tersedia
serta memastikan cluster/sektor kesehatan untuk mengidentifikasi lembaga
yang memimpin pelaksanaan PPAM.

Merencanakan pelayanan kesehatan reproduksi komprehensif yang terintegrasi ke


dalam layanan kesehatan dasar, untuk itu perlu sesegera mungkin, dengan cara :
mengumpulkan data dasar, mengidentifikasi area yang memadai untuk pelayanan,
mengidentifikasi staf yang akan memberikan layanan kesehatan reproduksi

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 1 :
KONSEP DAN KOMPONEN
PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM KESEHATAN

komprehensif dimasa yang akan datang termasuk menilai kapasitas staf,


merencanakan pelatihan, dan memesan peralatan dan bahan untuk layanan
kesehatan reproduksi.
Untuk merencanakan pelayanan semacam itu, kumpulkan informasi tentang data
kesehatan sebelum terjadi bencana dan apabila sudah memungkinkan harus
dikumpulkan data riil dan bukan lagi data estimasi pengungsi. Tentukan lokasi
untuk pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi komprehensif lebih lanjut dan
harus dipastikan keamanan, kemudahan aksesnya, keleluasaan pribadi dan
kerahasiaan, akses kepada air dan sanitasi, tempat yang sesuai dan kondisi aseptik.
Melakukan pencegahan kekerasan seksual dan membantu korbannya, dengan
cara memastikan sistem perlindungan berfungsi untuk perempuan dan gadis,
pemberian layanan medis dan dukungan psikososial tersedia bagi korbannya serta
masyarakat mengetahui adanya layanan tersebut. Kapasitas staff harus dinilai
untuk pengadaan pelatihan setelah situasi stabil. Kumpulkan data pelatihan apa
yang dibutuhkan setelah situasi stabil. Memastikan bahwa alat dan bahan
kesehatan reproduksi tersedia untuk pelayanan selanjutnya.

6. Cara mengakses dukungan alat bantu dan sumber daya PPAM Kespro
Banyak pedoman pelayanan kesehatan reproduksi dalam situasi darurat yang
dihasilkan dan oleh Kelompok Kerja Kesehatan Reproduksi dalam kondisi darurat/
Inter-Agency Working Group on RH in Emergency Situation (IAWG) dan telah
dipublikasikan dapat diakses secara bebas juga tersedia secara on line, dan
sebagian besar sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, seperti PPAM
kesehatan reproduksi, Inter-Agency Field Manual (IAFM), RH Kits for Emergency
Situation.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 1 :
KONSEP DAN KOMPONEN
PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM KESEHATAN

Buku Pedoman dalam bahasa Indonesia:


1. Buku Pedoman Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM) Kesehatan Reproduksi
pada Krisis Kesehatan – Kementerian Kesehatan edisi Tahun 2015
(berdasarkan buku pedoman internasional (IAWG) yang terbaru) | buku harus
dibaca saat pra-bencana karena lebih bersifat teori
2. Buku Kesehatan Reproduksi bagi pengungsi edisi tahun 2003
3. Buku Pedoman Praktis Kesehatan Reproduksi dalam kondisi darurat: berisi
langkah-langkah praktis yang harus dilakukan: dibaca dan dikuasai saat ada
tanda-tanda akan terjadi bencana: musim hujan, tanda-tanda gunung akan
meletus dll
4. Cheat sheet/lembar contekan: menjadi pegangan dan acuan saat terjadi
bencana

Buku pedoman lain:


1. Pencegahan Kekerasan Berbasis Gender di masa darurat kemanusiaan
2. Buku manual Kit Kesehatan Reproduksi (RH kit)
3. Buku pembelajaran jarak jauh PPAM dll

Selain menghasilkan konsep tentang PPAM dan buku pedoman antar lembaga,
IAWG juga mengembangkan kit kesehatan reproduksi untuk situasi darurat yang
merupakan supply/logistik untuk mendukung pelaksanaan PPAM, yaitu : Kit
kesehatan reproduksi. Kit kesehatan reproduksi sebetulnya adalah alat dan obat
untuk layanan kesehatan reproduksi yang ada di puskesmas dan RS tapi sudah

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 1 :
KONSEP DAN KOMPONEN
PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM KESEHATAN

dikemas secara khusus untuk dipergunakan saat kondisi darurat dan sesuai
tindakan yang akan dilakukan: no kit adalah sesuai dengan tindakan yang akan
dilakukan, misalnya kit no 6: adalah kit pertolongan persalinan dan semua alat dan
obat untuk menolong persalinan tersedia di kit no 6

Kit Kesehatan reproduksi dibagi menjadi 3 blok dengan jumlah target penduduk
tertentu, untuk periode selama 3 bulan. Tidak semua kit harus dipesan tapi
berdasarkan kebutuhan saja. Untuk memesan kit kesehatan reproduksi tidak perlu
menghitung kebutuhan masing-masing obat dan alat melainkan hanya
membutuhkan data jumlah pengungsi.

Kit di blok 1 ditujukan untuk pengungsi sebanyak 10.000 orang selama 3 bulan.
Misalnya jumlah pengungsi adalah 50,000 orang, maka kit yang dibeli untuk blok 1
adalah : 50,000 : 10 = sebanyak 5 kit. Jika jumlah pengungsi 45,000 orang, tidak
bisa memesan sebanyak 4.5 kit, tapi harus membeli 5 kit dan akan dipakai untuk
waktu yang lebih lama dari 3 bulan. Kit tidak bisa dipesan sebanyak setengah
paket

Kit di blok 2 diperuntukkan untuk jumlah pengungsi sebanyak 30,000 orang


selama 3 bulan. Jika jumlah pengungsi sebanyak 50,000 orang berarti dibutuhkan
kit sebanyak 2 set Kemasan kit kesehatan reproduksi dilengkapi dengan kode
warna sesuai tindakan yang akan dilakukan.

Kit kesehatan reproduksi blok 3 ditujukan untuk populasi penduduk sebanyak


150,000. Ditujukan untuk RS rujukan yang bisa memberikana layanan PONEK
(Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergency Komprehensif), terdiri dari 2 kit : Kit no
11 adalah alat dan bahan untuk operasi sesar dan Kit no 12 adalah alat dan bahan
untuk transfusi darah

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 1 :
KONSEP DAN KOMPONEN
PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM KESEHATAN

Blok 1
Terdiri dari 6 kit, untuk fasilitas layanan kesehatan dasar (10,000
penduduk/3 bulan)
Kit 0 (oranye) Kit administrasi

Kit 1 A & B (Merah) Kondom

Kit 2 (Biru gelap) Kit persalinan bersih

Kit 3 (merah muda) Kit pasca perkosaan

Kit 4 (Putih) KB oral dan suntik

Kit 5 (Turquoise) Pengobatan IMS

Blok 2
Terdiri dari 5 kit, untuk fasilitas kesehatan dasar dan RS rujukan (30,000
penduduk/3 bulan)

Kit 6 (coklat) Kit persalinan di klinik

Kit 7 (hitam) Kit IUD

Kit 8 (kuning) Penanganan komplikasi aborsi

Kit 9 (ungu) Kit pemeriksaan vagina & jahitan robekan vagina

Kit 10 (abu-abu) Kit persalinan vakuum

Blok 3

Terdiri dari 2 kit, untuk RS rujukan, per 150,000 penduduk

Kit 11 (hijau Kit tingkat rujukan untuk RH (A & B)


muda)

Kit 12 (hijau tua) Kit transfusi darah

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 1 :
KONSEP DAN KOMPONEN
PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM KESEHATAN

1. Kit kesehatan reproduksi dilengkapi dengan autoclave untuk sterilisasi alat

2. Lampu petromaks untuk penerangan karena pada kondisi bencana sering


tidak ada aliran listrik

3. Dilengkapi juga dengan ala-alat tulis untuk mencatat data pasien dll

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 1 :
KONSEP DAN KOMPONEN
PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM KESEHATAN

Supplai penting lainnya yang perlu diperhatikan misalnya KB dan hygiene


kit/individual kit, meski KB bukan merupakan PPAM (pencarian akseptor baru,
penyuluhan KB dll), tapi menyediakan alat kontrasepsi bagi yang sebelumnya
sudah memakai alat kontrasepsi (seperti suntik, pil dll) adalah penting untuk
mencegah kehamilan yang tidak dikehendaki. Perlindungan menstruasi
memungkinkan perempuan untuk berpartisipasi secara penuh dalam kehidupan
masyarakat dan menjaga keluarga mereka. Isi hygiene kit akan bisa disesuaikan
dengan kebutuhan.

UNFPA juga sudah menyusun kit-kit hygiene/individual dengan target populasi


khusus seperti: ibu hamil, ibu baru melahirkan, ibu menyusui dan bayi baru lahir.
Isi dari kit-kit tersebut bisa ditunjukkan ke peserta. Bisa disesuaikan dengan
kondisi daerah bencana, misalnya: Saat di Aceh, ditambahkan jilbab/kerudung
untuk perempuan supaya bisa beraktifitas di luar tenda, dan ditambahkan juga
sajadah untuk sholat karena Aceh adalah daerah yang menerapkan syareat islam
dan menyediakan hygiene kit khusus untuk laki-laki. Di Yogya, sesuai permintaan
ditambahkan minyak gosok/balsem karena banyak pengungsi yang usianya lanjut

1. Gambar wanita Aceh yang menerima hygiene kit dari UNFPA

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 1 :
KONSEP DAN KOMPONEN
PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM KESEHATAN

2. Beberapa jenis hygiene kit UNFPA:


a. Tas warna biru: hygiene kit khusus wanita usia subur
b. Tas warna hijau: hygiene kit khusus ibu hamil
c. Tas warna merah: paket bayi baru lahir
d. Tas warna oranye: hygiene kit khusus ibu baru melahirkan

VI. RANGKUMAN

Agar dapat bekerja dengan baik dalam situasi darurat penting memahami konsep inti
dari PPAM meliputi definisi, maksud dan tujuan PPAM kesehatan reproduksi,
komponen-komponen dalam PPAM dan cara mengakses informasi yang terkait
dengan PPAM kesehatan reproduksi dalam situasi darurat

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 1 :
KONSEP DAN KOMPONEN
PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM KESEHATAN

Tabel perbedaan antara PPAM (saat fase tanggap darurat bencana) dengan Kesehatan Reproduksi Komprehensif pada fase stabil/normal

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 1 :
KONSEP DAN KOMPONEN
PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM KESEHATAN

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 1 :
KONSEP DAN KOMPONEN
PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM KESEHATAN

VII. EVALUASI

Pada pelaksanaan evaluasi sesi, dosen/pengajr dapat menggali lebih dalam


pemahaman peserta didik dalam menangkap/menyerap materi yang diberikan.
Sebagai bahan evaluasi dosen/pengajar dapat menggunakan soal dibawah ini.

1. Seorang perempuan, 16 tahun, tinggal bersama keluarganya di puing-puing


reruntuhan rumahnya yang baru saja mengalami gempa yang menghancurkan
puluhan ribu rumah, untuk melindungi barang-barang miliknya yang takut dicuri
orang. Apakah tindakan yang tepat terhadap perempuan tersebut?
a. Memberikan bantuan pakaian layak pakai
b. Memberikan bantuan makanan dan air bersih
c. Memberikan konseling untuk tinggal di pengungsian
d. Memberikan konseling mengenai obat-obatan darurat
e. Memberikan konseling penggunaan air bersih air bersih

2. Seorang perempuan, 16 tahun, tinggal di desa suka maju yang baru saja mengalami
gempa bumi dan saat ini sedang mengungsi bersama keluarganya di tenda
pengungsian bersama 200.000 warga lainya baik laki-laki maupun perempuan yang
tidak terpisah. Apakah tindakan yang tepat dilakukan oleh Bidan untuk melindungi
perempuan tersebut?
a. Memberikan konseling menegnai nutrisi
b. Melakukan pemeriksaan terhadap warga yang sakit
c. Memberikan konseling mengenai pengelolaan limbah pembalut menstruasi
d. Memberikan konseling mengenai personal hygine agar tidak terkena penyakit kulit
e. Mengadvokasi pengelola posko bencana untuk memisahkan tenda laki-laki dan
perempuan

3. Seorang perempuan, hamil 35 minggu, datang ke bidan di posko kesehatan untuk


memeriksakan kehamilannya, karena baru saja berlari cepat untuk menghindari
reruntuhan gempa yang teradi di daerahnya yang telah meruntuhkan puluhan ribu
rumah. Dari hasil pemeriksaan, didapatakn K/U baik, Kesadaran CM, Pemeriksan Fisik
dalam batas normal.
Apakah tindakan pelayanan yang dapat diberikan oleh bidan terhadap perempuan
tersebut?
a. Memberikan suntik TT
b. Memberikan Kit Persalinan bersih
c. Memberikan Konseling mengenai P4K
d. Memberikan konseling bahwa ibu dan janin dalam keadaan baik
e. Menganjurkan ibu untuk melahirkan dirumah karena sarana dan prasarana
kesehatan sedang tidak memadai

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 1 :
KONSEP DAN KOMPONEN
PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM KESEHATAN

4. Seorang perempuan, hamil mengaku hamil 37 minggu, dating kebidan di posko


kesehatan pada saat mengungsi paca tsunami untuk memerikan kehamilannya, dari
hasil pemeriksaan fisik didapatkan semua dalam batas normal dan bidan memberikan
kit persalinan bersih. Apakah konseling yang tepat yang diberikan kepada perempuan
tersebut?
a. Memberikan konseling mengenai persalinan bersih dan aman
b. Mengajarkan keluarga mengenai cara pengggunaan kit persalianan bersih
c. Memberikan konseling mengenai cara pengggunaan kit persalianan bersih
d. Memberikan saran untuk melahirkan dirumah dengan kit persalinan bersih
e. Menganjurkan ibu untuk tetap melahirkan di tenaga kesehatan jika
memungkinkan

5. Seorang bidan desa, tiba-tiba didatangi puluhan orang pasca gempa bumi untuk
mendapatkan pertolongan luka dengan darah mengalir yang memerlukan
pertolongan segera, dan bidan memutuskan untuk menolong mereka dengan alat
yang terbatas sehingga menggunakan jarum jahit yang sama untuk beberapa pasien.
Apakah faktor resiko dari tindakan bidan tesebut?
a. Meningkatkan kecacatan
b. Meningkatan penularan IMS
c. Meningkatnya penularan HIV
d. Meningkatnya angka kesakitan
e. Meningkatnya infeksi monosokomial

VIII. DAFTAR PUSTAKA

a. Buku Pedoman Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM) Kesehatan


Reproduksi pada Krisis Kesehatan – Kementerian Kesehatan Tahun 2015
b. Buku pedoman antar lembaga: IAWG Field Manual on Humanitarian Crisis
Situation, 2010
c. Buku pedoman nasional Kesehatan Reproduksi dalam situasi darurat bencana,
2014
d. Buku pedoman praktis kesehatan reproduksi, 2008
e. Buku manual Reproductive Health (RH kit), 2011
Bacaan selanjutnya yang disarankan :
 MISP for Reproductive Health in Crisis Situation : A Distance Learning Module,
New York: Women’s Commision, 2006, available at

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 1 :
KONSEP DAN KOMPONEN
PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM KESEHATAN
http://misp,rhrc.org/content/view/22/36/lang,english/

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 2

KEBIJAKAN KESEHATAN
REPRODUKSI PADA SITUASI
KRISIS/DARURAT BENCANA.

B
Daftar Isi Materi

DAFTAR ISI

I. DESKRIPSI SINGKAT.........................................................................................27

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


a. Tujuan Pembelajaran Umum....................................................................27
b. Tujuan Pembelajaran Khusus...................................................................27

III. POKOK BAHASAN............................................................................................ 28

IV. BAHAN BELAJAR..............................................................................................28

V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN.............................................................29

VI. URAIAN MATERI


a. Definisi kesehatan reproduksi................................................................30
b. Hak-hak kesehatan reproduksi dalam situasi darurat
bencana................................................................................................. 30
c. Ruang lingkup kesehatan reproduksi.....................................................31
d. Kebijakan dan strategi nasional tentang pelayanan kesehatan
reproduksi pada situasi darurat bencana...............................................31

VII. RANGKUMAN..................................................................................................34

VIII. EVALUASI.........................................................................................................34

IX. REFERENSI.......................................................................................................36

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM) KESEHATAN
REPRODUKSI PADA SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA
MATERI 2 :
KEBIJAKAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA KRISIS

MATERI 2
KEBIJAKAN KESEHATAN REPRODUKSI
PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)

Kesehatan reproduksi (kespro) mendapatkan perhatian sejak adanya konferensi


internasional kependudukan dan pembangunan tahun 1994, dimana pada konferensi
tersebut terjadi perubahan paradigma yang penting dalam menangani masalah
kependudukan yakni dari pembatasan penduduk kepada upaya pemenuhan hak
reproduksi baik pada laki-laki maupun perempuan. Pemenuhan hak reproduksi tersebut
diupayakan melalui pelayanan kesehatan reproduksi yang dapat diakses oleh semua
individu sebelum tahun 2015 (akses universal kesehatan reproduksi). Kesehatan
reproduksi merupakan bagian dari HAM serta bagian dari standard SPHERE, yaitu
standard internasional yang dipakai dalam respon bencana. Salah satu dari Hak Asasi
Manusia (HAM) adalah hak untuk mendapat pelayanan kesehatan yang bermutu,
termasuk di dalamnya layanan Kespro dalam kondisi normal ataupun darurat. Untuk itu
pemerintah mengeluarkan kebijakan tentang Kespro pada krisis kesehatan saat situasi
tanggap darurat bencana.

I. DESKRIPSI SINGKAT

Materi ini membahas tentang kebijakan pemerintah tentang pelayanan Kespro pada
krisis kesehatan saat situasi tanggap darurat bencana, meliputi definisi Kespro, hak-
hak reproduksi, ruang lingkup, masalah Kespro, kebijakan dan strategi nasional
tentang pelayanan Kespro pada krisis kesehatan saat situasi tanggap darurat bencana

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan
kebijakan pemerintah tentang pelayanan Kespro pada Krisis Kesehatan & Situasi
Tanggap Darurat Bencana
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti materi ini, peserta diharapkan mampu :

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 2 :
KEBIJAKAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA KRISIS

1. Menjelaskan definisi Kespro


2. Menjelaskan hak-hak Reproduksi,
3. Menjelaskan ruang lingkup Kespro,
4. Menjelaskan kebijakan dan strategi nasional tentang pelayanan Kespro
pada Krisis Kesehatan & Situasi Tanggap Darurat Bencana

III. POKOK BAHASAN


Dalam modul ini akan membahas mengenai :
1. Definisi kesehatan reproduksi
2. Hak-hak reproduksi,
3. Ruang lingkup kesehatan reproduksi,
4. Kebijakan dan strategi nasional tentang pelayanan Kespro pada Krisis Kesehatan
& Situasi Tanggap Darurat Bencana

IV. BAHAN BELAJAR

1. Modul Kebijakan Pemerintah tentang Kespro pada Krisis Kesehatan & Situasi
Tanggap Darurat Bencana
2. LCD
3. Laptop
4. Papan tulis/lembar flipchart
5. Spidol

V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran materi ini.
Langkah 1. Persiapan
1. Memastikan hand out power point digandakan (jika dibutuhkan)
2. Memastikan materi yang akan disampaikan telah dipelajari (dengan merujuk pada
bacaan yang dianjurkan pada bagian akhir sesi ini)
3. Memastikan perlengkapan pembelajaran seperti spidol, flipchart atau papan tulis
putih

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 2 :
KEBIJAKAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA KRISIS

4. Menguasai metode pembelajaran interaktif


5. Waktu yang diperlukan 90 menit

Langkah 2. Penyampaian Materi


1. Membuka sesi pembelajaran dengan apersepsi, dapat dengan menanyakan
kepada peserta tentang “Apa masalah yang dihadapi pada Krisis Kesehatan &
Situasi Tanggap Darurat Bencana?”
2. Memberikan umpan balik secara singkat selanjutnya klik powerpoint untuk
menunjukkan jawaban. Jelaskan bahwa komunitas internasional telah mencoba
mengatasi tantangan ini melalui reformasi kemanusiaan, yang akan dijelaskan
berikutnya.
3. Menjelaskan bahwa sesi ini akan mengenalkan konsep kebijakan pemerintah
tentang Kespro pada Krisis Kesehatan & Situasi Tanggap Darurat Bencana. Klik
power point untuk menunjukkan konsep kebijakan pemerintah tentang Kespro
pada Krisis Kesehatan & Situasi Tanggap Darurat Bencana.
4. Menanyakan apakah sudah cukup jelas tentang konsep kebijakan pemerintah
tersebut? Jika iya, peserta diminta membantu menjelaskan konsep kebijakan
tersebut kepada peserta yang lain
a. Definisi Kespro
b. Hak-hak Kespro
c. Ruang Lingkup Kespro pada situasi darurat
5. Menjelaskan Kebijakan pemerintah yang terkait dengan Kespro dan seksual pada
Krisis Kesehatan & Situasi Tanggap Darurat Bencana.

Langkah 3. Rangkuman dan Kesimpulan


1. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya
2. Melakukan rangkuman dan kesimpulan dapat dilakukan bersama-sama dengan
peserta didik
3. Menutup sesi pembelajaran, dapat ditutup dengan menyampaikan pesan kunci

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
3
MATERI 2 :
KEBIJAKAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA KRISIS

VI. URAIAN MATERI


1. Definisi Kespro
Kespro adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang menyeluruh dan
tidak tidak semata-mata terbebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal
berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi serta prosesnya. Sehubungan
dengan hal itu maka seseorang mampu memiliki kehidupan seks yang memuaskan
dan aman dan memiliki kemampuan untuk bereproduksi dan bebas untuk
memutuskan, kapan dan seberapa sering melakukannya. Ini juga mencakup
kesehatan seksual, yang tujuannya meningkatkan kehidupan dan hubungan
pribadi.

2. Hak-hak Kespropada Krisis Kesehatan & Situasi Tanggap Darurat Bencana.


Kespro mendapatkan perhatian sejak adanya konferensi internasional
kependudukan dan pembangunan tahun 1994, dimana pada konferensi tersebut
terjadi perubahan paradigma yang penting dalam menangani masalah
kependudukan yakni dari pembatasan penduduk kepada upaya pemenuhan hak
reproduksi baik pada laki-laki maupun perempuan. Pemenuhan hak reproduksi
tersebut diupayakan melalui pelayanan Kespro yang dapat diakses oleh semua
individu sebelum tahun 2015 (akses universal kesehatan reproduksi).
Hal ini berarti bahwa masyarakat berhak mendapatkan pelayanan kesehatan
reproduksi yang berkualitas baik dalam kondisi normal maupun kondisi bencana.

Kespro merupakan isu Kesehatan masyarakat yang serius dan merupakan


penyebab signifikant kesakitan dan kematian.Kespro adalah bagian dari HAM serta
bagian dari standard SPHERE . Salah satu dari Hak Asasi Manusia (HAM) adalah
mendapat layanan kesehatan yang bermutu, termasuk di dalamnya layanan
Kespro dalam kondisi normal ataupun darurat. Dari 8 tujuan MDG (Millenium
Development Goals), 50% dari goals itu terkait dengan kesehatan reproduksi: MDG
3 : Kesetaraan Jender, MDG 4 dan 5: Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) termasuk akses
universal ke layanan Kespro dan MDG 6: pemberantasan penyakit menular

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
3
MATERI 2 :
KEBIJAKAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA KRISIS

termasuk HIV/AIDS. Jika kita ingin mencapai target MDGs harus dipastikan kalau
layanan Kespro tersedia dalam kondisi apapun termasuk kondisi krisis/darurat.

Dalam kondisi normal, di Indonesia sudah banyak permasalahan terkait Kespro


dan kondisi akan lebih buruk saat terjadi bencana. Kespro dalam kondisi darurat
harus diberikan karena merupakan standard SPHERE/piagam kemanusiaan. Tiap
pekerja kemanusiaan harus berusaha semaksimal mungkin memenuhi standard
minimal bagi pengungsi/penduduk yang terkena bencana untuk hidup secara layak
dan bermartabat.

3. Ruang lingkup Kespro


Ruang lingkup Kespro sangat luas, mencakup keseluruhan hidup manusia sejak
lahir sampai mati, sehingga digunakan pendekatan siklus hidup (life cycle
approach), yang di dalamnya termasuk isu kesetaraan gender, martabat dan
pemberdayaan perempuan, serta peran dan tanggung jawab laki laki. Upaya
pelayanan dilakukan melalui kegiatan promotif, preventif, diagnosa dini, kuratif
dan rehabilitatif.

Prinsip-Prinsip pelayanan Kespro:


a. Mengutamakan klien: hak reproduksi, keadilan dan kesetaraan gender
b. Pendekatan siklus kehidupan manusia
c. Memperluas jangkauan pelayanan secara proaktif
d. Meningkatkan kualitas hidup melalui pelayanan yang berkualitas.

4. Kebijakan dan Strategi Nasional tentang Pelayanan Kespro Pada Krisis Kesehatan
& Situasi Tanggap Darurat Bencana.
Kebijakan Kementerian Kesehatan dalam upaya meningkatkan akses dan kualitas
pelayanan kesehatan perempuan sesuai dengan siklus hidupnya yang dilakukan
dengan pendekatan Continum of Care. Yaitu penyediaan pelayanan mulai dari
proses kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, anak-anak, remaja, dewasa dan
sampai lanjut usia.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
3
MATERI 2 :
KEBIJAKAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA KRISIS

Landasan hukum:
 Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI no 64 tahun 2013: tentang
penanggulangan krisis kesehatan, Pelayanan Kespro masuk ke dalam
pelayanan kesehatan yang harus disediakan pada tahap tanggap darurat dan
pasca krisis
Pasal 22:
Pemenuhan kebutuhan kesehatan antara lain berupa sumber daya manusia
kesehatan, pendanaan, fasilitas untuk mengoperasionalkan system pelayanan
kesehatan yang meliputi pelayanan medic, obat dan perbekalan kesehatan,
gizi, pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan, kesehatan jiwa,
kesehatan reproduksi dan identifikasi korban sesuai kebutuhan.

 Undang-undang RI No 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana.


Fokus pelayanan dari kesehatan reproduksi dalam kondisi darurat juga
mencakup kelompok rentan.Pengaturan dan layanan kepada kelompok rentan
telah masuk kedalamUU tentang penanggulangan bencana.Di dalam Undang-

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
3
MATERI 2 :
KEBIJAKAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA KRISIS

undang tersebut terdapat dua pasal yang mengatur antara lain pasal 48 dan
pasal 55. Di dalam pasal 48, Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada
saat tanggap darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf (b)
meliputi:
a. Pengkajian secara cepat,tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumber
daya;
b. Penentuan status keadaan darurat bencana;
c. Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana;
d. Perlindungan prioritas untuk mendapatkan penyelamatan, evakuasi,
pengamanan, pelayanan kesehatan dan pemenuhan kebutuhan dasar;
e. Perlindungan terhadap kelompok rentan; dan
f. Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.

Perlindungan terhadap kelompok rentan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48


huruf (e)dilakukan dengan memberikan prioritas kepada kelompok rentan berupa
penyelamatan, evakuasi, pengamanan, pelayanan kesehatan, dan psikososial.
Kelompok rentan sebagaimana dimaksud terdiri atas:
a. Bayi, balita, dan anak-anak;
b. Ibu yang sedang mengandung atau menyusui;
c. Penyandang cacat; dan
d. Orang lanjut usia.

Kebijakan pelayanan Kespro dalam kondisi krisis/darurat:


a. Kegiatan terkait kesehatan reproduksi dalam kondisi darurat dilaksanakan
pada setiap tahap bencana mulai dari pra-bencana, kondisi gawat
darurat/saat bencana sampai kondisi pasca krisis/bencana.
b. Pelayanan Kesehatan Reproduksi dalam Krisis Kesehatan & Situasi Tanggap
Darurat Bencana dilaksanakan melalui Paket Pelayanan Awal Minimum
(PPAM) Kesehatan Reproduksi pada saat awal bencana
c. Pelayanan kesehatan reproduksi komprehensif diintegrasikan pada
pelayanan kesehatan dasar segera setelah stabil

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
3
MATERI 2 :
KEBIJAKAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA KRISIS

d. Respon kesehatan reproduksi pada Krisis Kesehatan & Situasi Tanggap


Darurat Bencana dilakukan secara terkoordinir dengan Lintas
Program/Lintas Sektor terkait, organisasi profesi dan LSM terkait

Strategi Kespro dalam kondisi krisis/darurat:


a. PPAM Kesehatan Reproduksi merupakan bagian dari pelaksanaan
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana
b. Penentuan focal point kespro dalam Krisis Kesehatan & Situasi Tanggap
Darurat Bencana di setiap tingkatan
c. Penyusunan Rencana Kesiapsiagaan bidang kespro di setiap tingkatan
d. Advokasi dan sosialisasi di semua tingkatan
e. Peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia/SDM
f. Penyediaan logistik (kit kespro, kit individual dan kit bidan)

VII. RANGKUMAN

1. Sesuai peraturan menteri kesehatan, pelayanan kesehatan reproduksi pada situasi


bencana melalui penerapan PPAM sudah merupakan pelayanan kesehatan yang
harus diberikan sebagai bagian dari respon bencana bidang
kesehatan/penanggulangan krisis bidang kesehatan
2. Program Kespro pada Krisis Kesehatan & Situasi Tanggap Darurat Bencana
dilakukan melalui 3 tahap penanggulangan bencana (pra, saat dan paska
bencana).
3. Pada pra dan saat bencana perlu dipastikan adanya pelayanan Kespro sesuai
dengan kebutuhan.
4. Perlu advokasi, sosialisasi dan peningkatan kapasitas petugas dalam PPAM Kespro
di pusat maupun daerah.

VIII. EVALUASI

Pada pelaksanaan evaluasi sesi, dosen/pengajr dapat menggali lebih dalam


pemahaman peserta didik dalam menangkap/menyerap materi yang diberikan.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
3
MATERI 2 :
KEBIJAKAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA KRISIS

1. Seorang perempuan, hamil mengaku hamil 37 minggu, dating kebidan di posko


kesehatan pada saat mengungsi paca tsunami untuk memerikan kehamilannya, dari
hasil pemeriksaan fisik didapatkan semua dalam batas normal dan bidan memberikan
kit persalinan bersih. Apakah dasar hukum dari tindakan bidan tersebut?
a. UU RI no 24 tahun 2007 pasal 33
b. UU RI no 24 tahun 2007 pasal 48
c. UU RI no 24 tahun 2007 pasal 55
d. UU RI no 34 tahun 2007 pasal 48
e. UU RI no 34 tahun 2007 pasal 55

2. Seorang perempuan, 16 tahun, tinggal di desa suka maju yang baru saja mengalami
gempa bumi dan saat ini sedang mengungsi bersama keluarganya di tenda
pengungsian bersama 200.000 warga lainya baik laki-laki maupun perempuan yang
bercampur baur dalam aula terbuka, kemudian bidan memberikan advokasi agar
pelayanan dilakukan berbasis gender. Apakah dasar hukum dari advokasi bidan
tersebut?
a. Permenkes RI no 64 tahun 2013 pasal 20
b. Permenkes RI no 64 tahun 2013 pasal 21
c. Permenkes RI no 64 tahun 2013 pasal 22
d. Permenkes RI no 64 tahun 2013 pasal 23
e. Permenkes RI no 64 tahun 2013 pasal 24

3. Seorang perempuan, 67 tahun, datang ke posko kesehatan ditempat pengungsian


pasca terjadi tsunami, dan mendapatkan prioritas terhadap pelayanan kesehatannya.
Apakah dasar hukum dari tindakan bidan tersebut?
a. UU RI no 24 tahun 2007 pasal 48 ayat a
b. UU RI no 24 tahun 2007 pasal 48 ayat b
c. UU RI no 24 tahun 2007 pasal 48 ayat c
d. UU RI no 24 tahun 2007 pasal 48 ayat d
e. UU RI no 24 tahun 2007 pasal 48 ayat e

4. Seorang perempuan, hamil 34 minggu, datang ke rumah sakit dengan keluhan mulas-
mulas setelah berusaha menyelamatkan diri dengan cara berlari dari gempa bumi, dari
hasil pemeriksaan fisik didapatkan dalam batas normal, dan rumah sakit meminta
perempuan tersebut untuk pulang Karena tidak ada fasilitas yang memdai serta penuh
dengan orang luka dan cedera. Apakah kebijakan pemerintah yang tepat pada kasus
tersebut?
a. Melakukan respon kesehatan reproduksi berdasarkan one sektoral
b. Melakukan stabilisasi pelayanan kesehatan dasar sesegera mungkin
c. Menyelenggarakan paket pelayanan awal minum kesehatan reproduksi

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
3
MATERI 2 :
KEBIJAKAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA KRISIS

d. Melaksanakan kegiatan terkait kesehatan reproduksi setelah situasi terkendali


e. Mengintegrasikan pelayanan kesehatan reproduksi komprehensif ke pelayanan
kesehatan dasar

5. Seorang perempuan, 16 tahun, tinggal di desa suka maju yang baru saja mengalami
gempa bumi dan saat ini sedang mengungsi bersama keluarganya di tenda
pengungsian bersama 200.000 warga lainya baik laki-laki maupun perempuan yang
tidak terpisah. Apakah strategi yang tepat untuk menangulangi masalah potensial yang
dapat terjadi pada perempuan tersebut?
a. Melakukan penyediaan logistic
b. Melakukan adokasi dan sosialisasi disemua tingkat
c. Melakukan peningkatan kapasitas sumber daya manusia
d. Menyusun rencana kesiapsiagaan dibidang kespro disetiap tingkat
e. Penentuan focal point kespro dalam situasi darurat bencana disetiap tingkatan

IX. DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan. 2015. Buku Pedoman Paket Pelayanan Awal Minimum


(PPAM) Kesehatan Reproduksi pada Krisis Kesehatan

UNFPA. 2010. Pedoman Lapangan Antar-lembaga Kesehatan Reproduksi dalam


Krisis Kesehatan & Situasi Tanggap Darurat Bencana: Revisi untuk Peninjauan
Lapangan. Jakarta: UNFPA.

WHO. 2003. Kesehatan Reproduksi Bagi Pengungsi. Pedoman Implementasi Bagi


Pengelola Program. Jakarta: WHO dan Depkes.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
3
MATERI 3

MEKANIME KOORDINASI
UNTUK IMPLEMENTASI PPAM
KESPRO PADA SITUASI
KRISIS/DARURAT BENCANA

C
Daftar Isi Materi

DAFTAR ISI

I. DESKRIPSI SINGKAT.........................................................................................38

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Pembelajaran Umum.................................................................38
B. Tujuan Pembelajaran Khusus.................................................................38

III. POKOK BAHASAN............................................................................................ 38

IV. BAHAN BELAJAR..............................................................................................38

V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN.............................................................38

VI. URAIAN MATERI


1. Mekanisme koordinasi kesehatan reproduksi dalam situasi
darurat bencana....................................................................................40
2. Tim siaga Kespro....................................................................................43
3. Mekanisme Koordinasi...........................................................................47
4. Pendekatan............................................................................................50

VII. RANGKUMAN..................................................................................................54

VIII. EVALUASI.........................................................................................................54

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN
MATERI 3 :
MEKANISME KOORDINASI UNTUK IMPLEMENTASI

MATERI 3
MEKANISME KOORDINASI UNTUK
IMPLEMENTASI PAKET PELAYANAN AWAL
MINUMUM (PPAM)

Banyak sekali tantangan yang akan kita hadapi saat bekerja di dalam situasi darurat
bencana, diantaranya proses kerja yang kompleks, banyak pihak yang terlibat dan
bekerja, diperlukan kemampuan dan keterampilan menyusun program yang efektif dan
dapat dipertanggungjawabkan serta kemampuan untuk melakukan koordinasi karena
untuk pelaksanaan PPAM memerlukan pendekatan multi sektoral. Dalam kondisi bencana
banyak sekali pihak yang terlibat dalam penanganan bencana sepeti pemerintah,
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), pihak swasta, media dll. Apabila bencana berskala
besar dapat juga melibatkan lembaga asing seperti PBB, LSM internasional dll. Untuk itu
perlu dipahami mengenai mekanisme koordinasi PPAM yang ada di Indonesia baik di
tingkat nasional maupun di daerah.

I. DESKRIPSI SINGKAT

Materi ini membahas tentang mekanisme koordinasi pada situasi darurat bencana,
yang berfokus pada mekanisme koordinasi untuk penerapan PPAM.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mempelajari materi ini, peserta didik diharapkan mampu memahami
mekanisme koordinasi pada situasi darurat bencana yang berfokus pada
mekanisme koordinasi untuk penerapan PPAM

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti sesi ini, peserta diharapkan mampu :
a. Menjelaskan tentang mekanisme koordinasi dalam penanggulangan
bencana
b. Menjelaskan tentang mekanisme koordinasi untuk masalah kesehatan
pada situasi bencana
PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)
KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
3
MATERI 3 :
MEKANISME KOORDINASI UNTUK IMPLEMENTASI

c. Menjelaskan mekanisme koordinasi untuk PPAM di tingkat nasional


maupun di tingkat daerah

III. POKOK BAHASAN


Dalam modul ini akan membahas mengenai :
a. Mekanisme koordinasi dalam penanggulangan bencana
b. Mekanisme koordinasi untuk masalah kesehatan pada situasi bencana
c. Mekanisme koordinasi untuk PPAM di tingkat nasional maupun di tingkat
daerah

IV. BAHAN BELAJAR


1. Modul mekanisme koordinasi kespro dalam situasi darurat bencana
2. LCD
3. Laptop
4. Papan tulis/lembar flipchart
5. Lembar studi kasus
6. Spidol

V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran materi ini.
Langkah 1. Persiapan
1. Memastikan handout powerpoint digandakan (jika dibutuhkan)
2. Memastikan materi yang akan disampaikan telah dipelajari (dengan merujuk pada
bacaan yang dianjurkan pada bagian akhir sesi ini)
3. Memastikan perlengkapan pembelajaran seperti spidol, flipchart atau papan tulis
putih
4. Menguasai metode pembelajaran interaktif
5. Waktu yang diperlukan 90 menit

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
3
MATERI 3 :
MEKANISME KOORDINASI UNTUK IMPLEMENTASI

Langkah 2. Penyampaian Materi


1. Membuka sesi pembelajaran dengan apersepsi, dapat dengan menanyakan
kepada peserta tentang “Apa tantangan yang dihadapi dalam kondisi situasi
darurat?”
2. Memberikan umpan balik secara singkat selanjutnya klik powerpoint untuk
menunjukkan jawaban.
3. Menjelaskan materi koordinasi yang ada di Indonesia, di tingkat nasional dan di
daerah
Langkah 3. Rangkuman dan Kesimpulan
1. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya
2. Melakukan rangkuman dan kesimpulan dapat dilakukan bersama-sama dengan
peserta didik
3. Menutup sesi pembelajaran, dapat ditutup dengan menyampaikan pesan kunci

VI. URAIAN MATERI

Dalam kondisi bencana banyak sekali pihak yang terlibat dalam penanganan bencana
seperti pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), pihak swasta, media dll.
Apabila bencana berskala besar dapat juga melibatkan lembaga asing seperti PBB,
LSM internasional dll. Untuk itu perlu dipahami mengenai mekanisme koordinasi
PPAM yang ada di Indonesia baik di tingkat nasional maupun di daerah.

Bencana yang terjadi dapat bersifat Lokal, Daerah dan Nasional. Penanganan kondisi
bencana tingkat nasional dikoordinasikan oleh pemerintah pusat, yang presentasikan
oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sebagai sentral penanganan
bencana secara nasional. Pada leven bencana daerah ditingkat provinsi dan/atau
tingkat Kab/kota, sentral penanganan bencana di pegang oleh BNPB daerah
setempat.

Penanganan Bencana melibatkan lintas sektor dan lintas departemen. Pelibatan


lembaga – lembaga pemerintah dan non pemerintah dalam penaganan bencana

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
4
MATERI 3 :
MEKANISME KOORDINASI UNTUK IMPLEMENTASI
sangat memberikan andil pada saat krisi terjadi. Lembaga – lembaga yang terlibat

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
4
MATERI 3 :
MEKANISME KOORDINASI UNTUK IMPLEMENTASI

anatara lain Tentara Nasonal Indonesia (TNI), Badan SAR Nasional (Basarnas), Palang
Merah Indonesia (PMI), Perusahaan Air Minum (PAM) Kementerian Dalam Negeri
(kemendagri), Kementrian Kesehatan (Kemenkes), Kementerian Agama (Kemenag),
Kementerian Pertanian, Kementerian Kehutanan dan Kementerian serta Badan
lainnya. Pelayanan Awal Minimum (PPAM) Kespro (Kespro) Pada Krisis Kesehatan &
Situasi Tanggap Darurat Bencana, merupakan pelayanan yang tak terpisahkan dari
pelayanan krisis lainya. PPAM Kespro menitik beratkan kepada pelayanan kesehatan
Ibu, Bayi, Anak Balita dan Perempuan yang dipastikan semakin rentan saat
krisis/bencana berlangsung.

Pengorganisasian Tim Siaga Kesehatan Reproduksi Di Bawah Koordinasi Pusat


Penanggulangan Krisis, Depkes Pada Badan Penanggulangan Bencana
Berikut ini adalah struktur organisasi penanggulangan bencana berdasarkan UU no.
24 tahun 2007. Keberadaan tim siaga kesehatan reproduksi di tingkat pusat
direkomendasikan berada dibawah struktur dan koordinasi Pusat Penanggulangan
Krisis Depkes di bawah struktur dari Badan Pelaksana Penanggulangan Bencana.

Bagan Posisi Tim Kesehatan Reproduksi


dalam Penanganan Bencana di Tingkat Nasional

Tingkat Pusat

Badan Nasional Penanggulangan Bencana

Departemen Kesehatan - Pusat Penanggulangan Krisis (PPK)

Tim Siaga Kesehatan Reproduksi

Koordinator Tim Siaga Kesehatan Reproduksi

Bidang Data dan informasi


Bidang Pelayanan Kesehatan Reproduksi dan GBV Bidang Logistik
Bidang Capacity Building Bidang Promosi (KIE)

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
4
MATERI 3 :
MEKANISME KOORDINASI UNTUK IMPLEMENTASI

Tingkat Provinsi dan Kabupaten

Badan Nasional Penanggulangan Bencana

Unit Pelaksana Teknis (regional) BNPB

PPK regional

Dinas Kesehatan Provinsi/ Kabupaten

Sub din Yankes/ P2M

Tim Siaga Kesehatan Reproduksi

PEMBAGIAN TANGGUNG JAWAB PADA MASING–MASING BADAN PENANGGULANGAN


BENCANA
1. Upaya penanganan masalah kesehatan reproduksi pada manajemen bencana ada pada
tingkat kabupaten/kota adalah tanggung jawab tim siaga kesehatan reproduksi bekerja
sama dengan dinas kesehatan kabupaten setempat.
2. Tanggung jawab upaya penanganan masalah kesehatan reproduksi pada tingkatan
provinsi bersifat suportif dan rujukan (referal) kepada tim siaga kesehatan reproduksi
kabupaten/kota.
3. Tim siaga kesehatan reproduksi pusat bersifat suportif dan rujukan kepada tim
kesehatan reproduksi Provinsi.

Struktur Tim Siaga Kesehatan Reproduksi


Tim siaga Kesehatan Reproduksi terdiri dari beberapa bidang, dimana setiap bidang terdiri
dari koordinator dan anggota. Pemilihan koordinator maupun anggota tim sedapat
mungkin berdasarkan bidang kerja dan kemampuan dalam mengelola program kesehatan
reproduksi.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
4
MATERI 3 :
MEKANISME KOORDINASI UNTUK IMPLEMENTASI

Tim Siaga Kesehatan Reproduksi


Di bawah ini adalah struktur tim siaga kesehatan reproduksi yang direkomendasikan:
a. Rekomendasi anggota bidang Data dan Informasi
- Kesga
- Surveilans
- IBI
- NGO/INGO bidang kespro
- Jejaring PPKtP (Program Penanggulangan Kekerasan terhadap Perempuan)
- Lain-lain
b. Rekomendasi anggota bidang Pelayanan Kespro dan GBV
- Dokter RS- Puskesmas-IDI
- Bidan RS- Puskesmas-IBI
- POGI
- Jejaring PPKtP
- Lain-lain
c. Rekomendasi anggota bidang Logistik
- Kesga
- TU dinkes
- IBI
- BKKBN daerah
- PMI
- Lain-lain
d. Rekomendasi anggota bidang Capacity Building
- Kesga
- IBI

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
4
MATERI 3 :
MEKANISME KOORDINASI UNTUK IMPLEMENTASI

- P2KP/P2KS/ POGI
- Anggota jejaring PPKtP
- Perguruan Tinggi
- Lain-lain

e. Rekomendasi bidang Promosi (KIE)


- Promkes
- IBI
- NGO/INGO
- PKK Kader
- BKKBN daerah
- Jejaring PPKtP
- Lain-lain

Catatan:
 IBI selalu menjadi bagian rekomendasi pada setiap bidang.
 Daftar anggota tersebut adalah bersifat rekomendasi dan penentuannya
disesuaikan dengan kondisi di masing-masing daerah.

Tantanan untuk melakukan koordinasi pada kondisi bencana:


1. Proses yang kompleks/complicated
2. Banyak sekali pihak yang terlibat dan bekerja dalam kondisi darurat
bencana

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
4
MATERI 3 :
MEKANISME KOORDINASI UNTUK IMPLEMENTASI

3. Bagaimana menyusun program yang efektif dan dapat


dipertanggungjawabkan

Proses koordinasi itu seperti melakukan orchestra yang membutuhkan rantai komando
(konduktor) dan komunikasi dengan semua pihak yang terlibat.

1. Mekanisme koordinasi bencana


UU no 24 tahun 2007 tentang manajemen penanggulangan bencana mengatur
tentang pembentukan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di tingkat
nasional dan pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) tingkat
propinsi dan kabupaten. BNPB bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan kegiatan
penanggulangan bencana secara umum yang mencakup pencegahan bencana,
penanganan tanggap darurat dan rehabilitasi dan rekonstruksi. Penanganan bencana
dilaksanakan secara berjenjang dengan mempertimbangkan ketersediaan sumber
daya dan kemampuan pemerintah daerah.
2. Mekanisme koordinasi penanggulangan bencana bidang kesehatan
Penanggulangan bencana di bidang kesehatan adalah menjadi tanggung jawab dari
Pusat Penanggulangan Krisis (PPK) Kementerian Kesehatan dibawah koordinasi Badan
Nasional Penanggulangan Bencana di tingkat pusat.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
4
MATERI 3 :
MEKANISME KOORDINASI UNTUK IMPLEMENTASI

Pusat Penanggungan Krisis Kesehatan telah mendirikan 9 regional dan 2 sub regional
untuk penanggulangan bencana di seluruh Indonesia. Regional PPKK berfungsi sebagai
unit fungsional di daerah yang ditunjuk untuk mempercepat dan mendekatkan fungsi
bantuan pelayanan kesehatan dalam penanggulangan kesehatan dan berfungsi
sebagai pusat pengendali bantuan kesehatan, pusat rujukan kesehatan dan pusat
informasi kesehatan.
Pusat Regional Penanganan Krisis Kesehatan berfungsi:
 Sebagai pusat komando dan pusat informasi (media centre) kesiapsiagaan dan
penanggulangan kesehatan akibat bencana dan krisis kesehatan lainnya;
fasilitasi buffer stock logistik kesehatan (bahan, alat dan obat-obatan);
 Menyiapkan dan menggerakkan Tim Reaksi Cepat dan bantuan SDM kesehatan
yang siap digerakkan di daerah yang memerlukan bantuan akibat bencana dan
krisis kesehatan lainnya;
 Sebagai pusat networking antara 3 komponen kesehatan dalam regional
tersebut yaitu dinas kesehatan, fasilitas kesehatan dan perguruan tinggi.

PPK di 9 regional dan 2 sub regional , terdiri dari :


1. Sumatera Utara, berpusat di Medan
Mencakup NAD, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Rian, dan Sumatera Barat. Sub
Regional Sumatera Barat : Padang
2. Sumatera Selatan, berpusat di Palembang
Mencakup Sumatera Selatan, Jambi, Bangka Belitung, dan Bengkulu
3. DKI Jakarta, berpusat di Jakarta
Mencakup DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Lampung, dan Kalimantan Barat
4. Jawa Tengah, berpusat di Semarang
Mencakup Jawa Tengah dan DI Yogyakarta
5. Jawa Timur, berpusat di Surabaya
Mencakup seluruh kabupaten di Jawa Timur
6. Kalimantan Selatan, berpusat di Banjarmasin
Mencakup Kalimantan Selatan, Banjramasin, Kalimantan Tengah dan Kalimantan
Timur

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
4
MATERI 3 :
MEKANISME KOORDINASI UNTUK IMPLEMENTASI

7. Bali, berpusat di Denpasar


Mencakup Bali, NTB, dan NTT
8. Sulawesi Utara, berpusat di Menado
Mencakup Sulawesi Utara, Gorontalo dan Maluku Utara
9. Sulawesi Selatan, berpusat di Makasar
Mencakup Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku dan Sub
Regional Papua dengan pusat di Jayapura dan mencakup Papua dan Irian Jaya
Barat

Di tingkat pusat, PPKK bertanggung jawab untuk bidang kesehatan secara umum dan
berkoordinasi dengan sub direktorat Perlindungan Kespro di bawah Direktorat
Kesehatan Ibu. Di tingkat daerah, PPKK regional dan sub regional akan berkordinasi
dengan Dinas Kesehatan Propinsi atau Kabupaten.

3. Mekanisme koordinasi untuk PPAM


Penerapan Paket Pelayanan Awal Minimum Kespro pada saat bencana perlu
dikoordinir oleh seorang koordinator kespro. Koordinator ini berperan penting
untuk memastikan ketersediaan pelayanan dan menghindari kegiatan yang tidak
efektif, efisien dan tumpang tindih. Akibat dari ketiadaan koordinator kespro di
lapangan dapat menyebabkan penghamburan sumber daya manusia dan material
yang tidak diperlukan. Contoh kasus: tidak adanya koordinator kespro sesaat
setelah gempa di salah satu daerah. Seorang dokter spesialis kebidanan dan
kandungan yang seharusnya menolong kegawatdaruratan kebidanan berganti
tugas mengarahkan mobil parkir masuk karena banyaknya pasien yang masuk ke
rumah sakit tersebut.

Koordinator kespro adalah ketua dari tim siaga kespro yang berada di bawah tim
penanggulangan bencana bidang kesehatan dan bertanggung jawab kepada
koordinator tim penanggulangan krisis kesehatan di setiap jenjang administrasi.
Tim siaga kespro dibentuk di setiap provinsi dan kabupaten pada saat pra bencana
untuk menyusun dan melaksanakan rencana kesiapsiagaan serta melaksanakan

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
4
MATERI 3 :
MEKANISME KOORDINASI UNTUK IMPLEMENTASI

komponen PPAM kespro pada saat bencana. Tim siaga ini terdiri dari penanggung
jawab komponen kekerasan berbasis gender, pencegahan penularan HIV,
kesehatan maternal dan neonatal serta logistik.

Prinsip Dasar
1. Penanganan bencana dilaksanakan secara berjenjang dengan mempertimbangkan
ketersediaan sumber daya dan kemampuan pemerintah daerah.
2. Dalam hal terjadi bencana, maka tanggung jawab pertama penanganan kespro ada
pada tim kespro di tingkat Kabupaten/Kota.
3. Apabila masalah kespro yang timbul tidak dapat tertangani, tim siaga kespro
tingkat Kabupaten/Kota melaporkan ke tim siaga kespro di tingkat Provinsi dan jika
tidak tertangani, tim siaga kespro di tingkat Provinsi akan melaporkan ke tim siaga
kespro tingkat Pusat.
4. Pelaksanaan kegiatan tim siaga kespro terintegrasi dengan tim penanggulangan
bencana bidang kesehatan.
5. Apabila tim siaga kespro tingkat Kabupaten/Kota/Provinsi belum terbentuk, maka
tanggung jawab berada pada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota/Provinsi yaitu unit
yang bertanggung jawab untuk Kespro/Kesehatan Ibu dan Anak. Di tingkat Pusat,
tim siaga kespro berada di bawah Direktorat Bina Kesehatan Ibu, Subdirektorat
Bina Perlindungan Kespro.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
4
MATERI 3 :
MEKANISME KOORDINASI UNTUK IMPLEMENTASI

Diskusi dengan seorang ibu di tempat pengungsian – Banjir Jakarta 2013

Berdasarkan mekanisme koordinasi PPAM yang telah dijelaskan di atas, maka tenaga
kesehatan yang memberikan pelayanan kespro dalam kondisi darurat di lapangan
harus berkoordinasi dengan Koordinator Kespro yang berada di Dinas kesehatan
tingkat propinsi ataupun di tingkat kabupaten tempat dimana mereka bekerja.

Rapat Koordinasi dipimpin oleh Koordinator Kespro – Gempa Padang 2009

Sekelompok badan, organisasi, dan/atau lembaga yang bekerja sama untuk mencapai
tujuan bersama – untuk mengatasi kebutuhan pada sektor tertentu (seperti
kesehatan) di kenal dengan istilah Klaster.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
4
MATERI 3 :
MEKANISME KOORDINASI UNTUK IMPLEMENTASI

Suatu “klaster” biasanya bersifat “kelompok sektoral” dan tidak perlu ada
pembedaan antarara keduanya terkait sasaran dan kegiatan mereka; tujuan mengisi
kesenjangan dan memastikan adanya kesiapan dan tanggap darurat yang sebanding
[IASC].

A. PENDEKATAN KLASTER
Pendekatan klaster merupakan salah satu dari tiga pilar utama reformasi bantuan
kemanusiaan, sementara dua lainnya adalah penguatan sistem Koordinator
Bantuan Kemanusiaan dan penguatan pembiayaan bantuan kemanusiaan melalui,
diantaranya, peningkatan permintaan dan Central Emergency Response Fund
(CERF). OCHA telah mengembangkan Humanitarian Coordination Support Section
(HCSS) yang beermarkas di Jenewa, untuk mendukung para HC dan mitra IASC
dalam mengimplementasikan reformasi dan memonitor kemajuan.

Pendekatan klaster merupakan cara untuk mengelola koordinasi dan kerja sama di
antara berbagai aktor bantuan kemanusiaan untuk memfasilitasi perencanaan
strategis bersama. Pada tingkat nasional, pendekatan ini:
1. Menjadi landasan sistem kepemimpinan dan akuntabilitas yang jelas pada tiap
sektor, di bawah kepemimpinan secara keseluruhan koordinator bantuan
kemanusiaan; dan
2. Memberikan kerangka kerja untuk kemitraan yang efektif di antara berbagai
aktor bantuan kemanusiaan internasional dan nasional pada tiap sektor.

B. TUJUAN ADANYA KLASTER KESEHATAN


Klaster kesehatan tingkat pusat (atau kelompok koordinasi yang telah ada yang
menggunakan pendekatan klaster) harus berperan sebagai mekanisme bagi
seluruh organisasi yang terlibat untuk bekerja sama dalam kemitraan untuk
menyelaraskan semua usaha dan memanfaatkan seluruh sumber daya yang
tersedia secara efisien dalam kerangka kerja sasaran, prioritas dan strategi yang
telah disepakati sebelumnya, untuk kesejahteraan bersama. Ini termasuk

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
5
MATERI 3 :
MEKANISME KOORDINASI UNTUK IMPLEMENTASI

menghindari kesenjangan dan/atau tumpang tindih tanggap darurat bantuan


kemanusiaan internasional dan sumber daya yang ada (sumber daya manusia dan
sumber daya keuangan).
Klaster harus memberikan kerangka kerja untuk kemitraan yang efektif di antara
berbagai aktor bantuan kemanusiaan internasional dan nasional, masyarakat
madani dan para pemangku kepentingan lainnya, dan menjamin bahwa tanggap
darurat bantuan kesehatan internasional selaras dengan kebijakan nasional

C. PERAN DAN FUNGSI KLASTER KESEHATAN


1. Klaster harus memperkenankan berbagai organisasi yang terlibat untuk
bekerja sama dan dengan aparat kesehatan setempat, menyelaraskan usaha,
secara efektif menyatukan isu yang bersinggungan, dan memanfaatkan
sumber daya yang ada secara efisien dalam kerangka kerja sasaran, prioritas
dan strategi yang telah disepakati bersama.
2. Berbagai organisasi yang turut serta diharapkan sejauh mungkin dapat
menjadi mitra yang proaktif dalam mengkaji kebutuhan, mengembangkan
strategi dan rencana untuk tanggap darurat sektor kesehatan secara
keseluruhan, mengimplementasikan kegiatan prioritas yang telah disepakati,
tetap memperhatikan isu prioritas yang saling berpotongan dan mematuhi
standar yang telah disetujui bersama.
3. Lembaga pimpinan klaster (CLA) bertanggung jawab kepada Koordinator
Bantuan Kemanusiaan untuk memastikan pelaksanaan fungsi klaster yang
memuaskan dan harus secara proaktif menjamin terlaksananya hal ini.
4. CLA menunjuk seorang koordinator klaster kesehatan (HCC) dan dialah yang
bertanggung jawab untuk melaksanakan tugas administrasi dan layanan
pendukung lainnya yang dibutuhkan oleh koordinator dan agar klaster dapat
berfungsi secara efektif. Secara umum, HCC harus merupakan jabatan penuh
waktu tanpa adanya tanggung jawab terhadap program atau kegiatan
lembaga pimpinan sendiri.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
5
MATERI 3 :
MEKANISME KOORDINASI UNTUK IMPLEMENTASI

5. HCC memfasilitasi dan memimpin kerja klaster, dan menjamin koordinasi


dengan klaster lain sehubungan dengan kegiatan terkait kesehatan
masyarakat serta berbagai isu terkait.
6. Pengelolaan klaster, dan hubungannya dengan pihak berwenang, tergantung
pada konteks yang ada.
7. HCC mempertimbangkan seluruh isu terkait kesehatan untuk menghindari
munculnya berbagai kelompok terpisah di daerah kerja klaster kesehatan
seperti kesehatan reproduksi dan kesehatan jiwa

D. KEANGGOTAAN KLASTER KESEHATAN


Klaster Kesehatan tingkat pusat biasanya menyertakan:
1. Organisasi yang memberikan atau menyediakan pelayana kesehatan di
wilayah terdampak – lembaga PBB (WHO, UNICEF, UNFPA), atau organisasi
internasional lainnya (misal IOM, IFRC), masyarakat Palang Merah/Bulan Sabit
merah, LSM internasional dan nasional, dan perwakilan penyedia layanan
kesehatan swasta dan
2. Berbagai donor utama sektor kesehatan dan para pemangku kepentingan
penting lainnya.
Klaster pada tingkat daerah (di bawah tingkat pusat) biasanya menyertakan lembaga
kesehatan aktif di daerah tersebut dan berbagai perwakilan donor atau pemangku
kepentingan kesehatan lainnya yang ada pada tingkat tersebut.

a. Klaster Kesehatan, otorita kesehatan pusat dan mekanisme koordinasi yang ada
Lembaga pimpinan Klaster Kesehatan (CLA) berperan menjembatani antara
otorita kesehatan tingkat pusat dan daerah dan internasional serta aktor LSM
bantuan kesehatan. Tanggung jawab utama CLA adalah untuk memastikan bahwa
seluruh aktor bantuan kemanusiaan internasional memanfaatkan kapasitas
setempat dan bahwa mereka mengembangkan dan mempertahankan hubungan
yang diperlukan dengan pemerintah pusat dan daerah terkait (khususnya
Kementerian Kesehatan – Kemenkes) dan organisasi masyarakat madani daerah
yang terlibat dalam berbagai kegiatan terkait kesehatan.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
5
MATERI 3 :
MEKANISME KOORDINASI UNTUK IMPLEMENTASI

Sifat dari hubungan ini tergantung pada situasi di tingkat pusat dan kemauan dan
kapasitas setiap organisasi tersebut untuk memimpin atau turut serta dalam
kegiatan kemanusiaan:
1. Di mana Kemenkes berada pada posisi kuat untuk memimpin seluruh
tanggap darurat bantuan kemanusiaan, maka klaster harus mengatur
tanggap darurat bantuan kemanusiaan dengan seluruh usaha pemerintah
pusat. Ini biasanya dilakukan menyusul terjadinya bencana alam.
2. Dalam kasus lainnya, khususnya dalam situasi konflik berkepanjangan,
kemauan atau kapasitas Pemerintah atau lembaga negara – termasuk
Kemenkes – untuk memimpin atau turut serta dalam kegiatan bantuan
kemanusiaan mungkin dipertanyakan, dan ini jelas akan berpengaruh
terhadap sifat hubungan yang mereka jalin dengan para aktor bantuan
kemanusiaan internasional. [IASC. Guidance note on using the cluster
approach to strengthen humanitarian response, 24 November 2006]

b. Tanggung Jawab lembaga pimpinan Klaster Kesehatan


CLA harus memastikan adanya pengembangan mekanisme koordinasi untuk
sektor kesehatan. Ini termasuk: mengadopsi TOR generik untuk dan menujuk
Koordinator Klaster Kesehatan (HCC) tingkat pusat; memastikan hubungan baik
dengan Kemenkes dan menghindari terjadinya mekanisme koordinasi ganda
sektor kesehatan yang telah ada; memastikan pengelolaan informasi dan

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
5
MATERI 3 :
MEKANISME KOORDINASI UNTUK IMPLEMENTASI

berbagai pendukung layanan yang dibutuhkan agar mampu menjalankan fungsi


klaster secara memuaskan; menentukan titik fokal Klaster Kesehatan pada tingkat
daerah (zonal) sekiranya dibutuhkan; dan melakukan advokasi atas sumber daya
bagi seluruh mitra bantuan kemanusiaan. CLA juga menjadi “penyedia layanan
akhir” – lihat kotak di bawah.

VII. RANGKUMAN

Mekanisme koordinasi merupakan proses yang rumit, banyak orang/lembaga yang


berkontribusi, namun demikian penanganan kespro dan seksual dalam situasi darurat
harus dilakukan secara efektif dan bertanggungjawab, untuk itu diperlukan
koordinator dengan kapasitas yang memadai seperti kepemimpinan bertanggung
jawab.
Pesan Kunci
1. Untuk penerapan PPAM diperlukan pendekatan multi sektoral dan koordniasi
dengan lembaga terkait
2. Koordinasi Kespro dilakukan oleh seorang koordinator kespro agar kegiatan
kespro pada situasi bencana terkoordinasi dengan baik.
3. Penanganan bencana dilaksanakan secara berjenjang dengan
mempertimbangkan ketersediaan sumber daya dan kemampuan pemerintah
daerah.

VIII. EVALUASI

Pada pelaksanaan evaluasi sesi, dosen/pengajr dapat menggali lebih dalam


pemahaman peserta didik dalam menangkap/menyerap materi yang diberikan.

1. Seorang bidan diposko kesehatan reproduksi, kehabisan kit persalinna bersih yang
ditujukan kepada ibu hamil yang beresiko untuk melahirkan dalam waktu dekat dan
ingin memperbanyak kit tersebut. Apakah tindakan yang dapat dilakukan oleh bidan
tersebut?
a. Membeli di apotik
b. Melapor kepada koordinator posko
c. Melaporkan kepada puskesmas tersekat
d. Melapor kepada koordinator kesehatan reproduksi
PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)
KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
5
MATERI 3 :
MEKANISME KOORDINASI UNTUK IMPLEMENTASI

e. Mengajukan permohonan kepada dinas kesehatan setempat

2. Seorang bidan diposko kesehatan reproduksi, kehabisan kit persalinan bersih yang
ditujukan kepada ibu hamil yang beresiko untuk melahirkan dalam waktu dekat dan
ingin memperbanyak kit tersebut dan telah melaporkan kepada koordinator
kesehatan reproduksi setempat. Apakah tujuan dari tindakan bidan tersebut?
a. Membina koordinasi yang terintegrasi
b. Memeudahkan dalam proses pemecahan masalah
c. Melakukan efisiensi keinerja dengan pembagian tugas
d. Melakukan penanganan sesuai dengan kemampuan sumber daya
e. Melimpahkan tanggung jawab kepada pihak yang lebih berwenang

3. Seorang perempuan, hamil 34 minggu, datang ke rumah sakit dengan keluhan mulas-
mulas setelah berusaha menyelamatkan diri dengan cara berlari dari gempa bumi,
dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan adanya tanda-tanda persalinan, dan kapasitas
rumah sakit tidak memadai untuk melakukan pertolongan. Apakah tindakan yang
dapat dilakukan oleh koordinator kesehatan reproduksi di rumah sakit tersebut untuk
dapat menolong perempuan tersebut?
a. Berusaha menyediakan sarana dan prasarana
b. Merujuk pasien ke rumah sakit yang lebih baik
c. Melaporkan situasi kepada Pusat penanggulangan krisi
d. Melaporkan kepada koordiantor kespro di dinas kesehatan
e. Melaporkan situasi kepada Pusat penanggulangan krisi Kesehatan

4. Apakah fungsi dari pusat penanganan krisis kesehatan ?


a. Sebagai tim evaluasi bantuan SDM kesehatan
b. Sebagai unit fungsional di daerah yang terjadi bencana
c. Sebagai penanggulangan bencana dalam bidang kesehatan reproduksi
d. sebagai pusat networking antara fasilitas kesehatan dan dinas kesehatan
e. Sebagai pusat komando dan pusat informasi kesiapsiagaan dan penanggulangan
kesehatan

5. Seorang bidan yang bertugas dipuskesmas yang sesaat telah terjadi tsunami,
melakukan pertolongan terhadap warga yang sedang mengungsi di posko
pengungisan dengan cara membantu pendistribusian makanan dapur umum
lapangan, karena banyak pengungsi yang kelaparan dan kurangnya sumber daya pada
posko seta membuat pasien dipelayanan kesehatan reproduksi menunggu untuk
ditangani. Apakah yang seharusnya dilakukan dalam situasi tersebut?
a. Penyediaan makanan siap saji
b. Memberdayakan masyarakat yang ada

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
5
MATERI 3 :
MEKANISME KOORDINASI UNTUK IMPLEMENTASI

c. Melalukan koordinasi dengan dinas terkait


d. Menambah sumber daya manusia pada posko
e. Membentuk koordinator kesehatan reproduksi

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
5
MATERI 4

KESEHATAN REPRODUKSI
REMAJA PADA SITUASI
KRISIS/DARURAT BENCANA

D
Daftar Isi Materi

DAFTAR ISI

I. DESKRIPSI SINGKAT.....................................................................................54

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


1. Tujuan Pembelajaran Umum.............................................................54
2. Tujuan Pembelajaran Khusus............................................................54

III. POKOK BAHASAN........................................................................................55

IV. BAHAN BELAJAR......................................................................................... 55

V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN........................................................55

VI. URAIAN MATERI


1. Remaja pada situasi pengungsian........................................................60
2. Prinsip pelayanan kesehatan peduli remaja........................................62
3. Menilai kebutuhan kesehatan reproduksi remaja...............................64
4. Menanggapi kebutuhan kesehatan reproduksi remaja.......................64
5. Program berbasis masyarakat dan pendidik sebaya............................66

VII. RANGKUMAN..............................................................................................67

VIII. EVALUASI....................................................................................................68

IX. DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................70

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN
MATERI 4 :
KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PADA KRISIS

MATERI 4
KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)

Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) adalah merupakan salah satu komponen dari kesehatan
reproduksi. KRR bukan merupakan intervensi prioritas di dalam PPAM, karena PPAM
difokuskan pada kegiatan penyelamatan nyawa serta mencegah kesakitan, kecacadan dan
kematian. Meskipun KRR bukan merupakan bagian dari PPAM, tapi pengetahuan dan
pemahaman tentang isu KRR akan bermanfaat untuk diterapkan pada situasi bencana apabila
tersedia sumber daya manusia yang mencukupi atau apabila situasi sudah mulai stabil.
Menjadi dewasa merupakan periode yang penuh tekanan dan tantangan , bagi remaja
yang hidup didaerah pengungsian tekanan ini bahkan lebih besar. Transisi dari masa
kanak-kanak ke dewasa menjadi lebih sulit karena tidak adanya tokoh panutan serta tidak
berlakunya sistem sosial dan kultural dimana mereka tinggal. Mereka mengalami trauma
pribadi seperti konflik bersenjata, kekerasan, rasa tidak aman, pelecehan seksual, cedera
atau kehilangan anggota keluarga, kehilangan sekolah dan pekerjaan, persahabatan serta
dukungan keluarga dan masyarakat.

I. DESKRIPSI SINGKAT

Modul ini membahas tentang KRR dalam situasi darurat bencana yang meliputi: remaja
pada situasi pengungsian, prinsip pelayanan kesehatan peduli remaja, menilai kebutuhan
kespro remaja, menanggapi kebutuhan KRR dan program berbasis masyarakat dan
pendidikan sebaya.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mempelajari materi ini Mahasiswa memahami tentang reproduksi remaja
pada situasi darurat bencana
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mempelajari materi ini peserta didik mampu:
1. Memahami Remaja pada situasi pengungsian

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
5
MATERI 4 :
KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PADA KRISIS

2. Menjelaskan Prinsip pelayanan kesehatan peduli remaja


3. Menilai kebutuhan KRR
4. Menanggapi kebutuhan KRR bila sumber daya memungkinkan dan di saat
situasi sudah lebih stabil
5. Memahami Program berbasis masyarakat dan pendidik sebaya

III. POKOK BAHASAN


Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan-pokok bahasan sebagai berikut yaitu :
Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan:
1. Remaja pada situasi pengungsian
2. Prinsip pelayanan kesehatan peduli remaja
3. Menilai kebutuhan kespro remaja
4. Menanggapi kebutuhan kespro remaja bila sumber daya memungkinkan dan di
saat situasi sudah lebih stabil
5. Program berbasis masyarakat dan pendidik sebaya

IV. BAHAN BELAJAR


1. Modul Kespro Remaja pada situasi Darurat Bencana.
2. Petunjuk diskusi kelompok.
3. Laptop
4. LCD
5. Papan flipchart/papan tulis
6. spidol

V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini sebanyak 5 JPL @ 50 menit (T=2 JPL, P=
3 JPL). Untuk memudahkan proses pelatihan, digunakan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Dosen memperkenalkan diri (5 menit)
b. Dosen menyampaikan tujuan pembelajaran secara umum dan khusus (5 menit)

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
5
MATERI 4 :
KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PADA KRISIS

c. Dosen menggali pengalaman mahasiswa tentang Kespro remaja pada situasi


Darurat Bencana (20 menit)
d. Dosen menjelaskan tentang Kespro remaja pada situasi Darurat Bencana (90
menit).
e. Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk membahas kasus tentang
Kespro remaja pada situasi Darurat Bencana (30 menit)
f. Dosen meminta mahasiswa untuk mempresentasikan analisis kasus yang diberikan
(120 menit)

Adapun langkah-langkah di atas dapat dijabarkan sebagai berikut:


1. Langkah 1 : Penyiapan Proses pembelajaran
a) Kegiatan Dosen
1) Dosen memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana dikelas
2) Dosen menyapa mahasiswa dengan ramah dan hangat.
3) Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas maka mulailah dengan
memperkenalkan diri.
4) Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, dan materi yang
akan disampaikan.
5) Menggali pendapat pembelajar (apersepsi) .tentang apa yang dimaksud
dengan Kespro remajapada situasi darurat bencana dengan metode curah
pendapat (brainstorming).
6) Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan pembelajaran
tentangKespro remajapada situasi darurat bencanadengan menggunakan
bahan tayang.
b) Kegiatan Peserta
1) Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan
2) Mengemukakan pendapat atas pertanyaan dosen
3) Memperhatikan materi Kespro remajapada situasi darurat bencana
4) Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
5
MATERI 4 :
KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PADA KRISIS

5) Mengajukan pertanyaan kepada dosen bila ada hal-hal yang belum jelas
dan perlu diklarifikasi.

2. Langkah 2 : Review Pokok Bahasan


a) Kegiatan Dosen
1) Menyampaikan Pokok Bahasan dan sub pokok secara garis besar dalam
waktu yang singkat
2) Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menanyakan hal-hal
yang kurang jelas
3) Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan peserta

b) Kegiatan Peserta
1) Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap penting
2) Mengajukan pertanyaan kepada dosen sesuai dengan kesempatan yang
diberikan
3) Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan dosen.

3. Langkah 3 : Pendalaman Pokok Bahasan


a) Kegiatan Dosen
1) Meminta kelas dibagi menjadi beberapa kelompok (4 kelompok) dan setiap
kelompok akan diberikan sebuah kasus yang akan didiskusikan secara
kelompok.
2) Menugaskan kelompok untuk memilih ketua, sekretaris dan penyaji.
3) Meminta masing-masing kelompok untuk menuliskan hasil diskusi untuk
disajikan.
4) Mengamati peserta dan memberikan bimbingan pada proses diskusi.
b) Kegiatan Peserta
1) Membentuk kelompok diskusi dan memilih ketua, sekretaris dan penyaji.
2) Mendengar, mencatat dan bertanya pada hal-hal yang kurang jelas pada
dosen.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
5
MATERI 4 :
KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PADA KRISIS

3) Melakukan proses diskusi sesuai dengan kasus yang ditugaskan dan


menuliskan hasil dikusi untuk disajikan.

4. Langkah 4
Penyajian dan pembahasan hasil pendalaman pokok bahasan dikaitkan dengan
situasi darurat bencana.
a) Kegiatan Dosen
1) Meminta masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil
diskusi
2) Memimpin proses tanggapan (tanya jawab)
3) Memberikan masukan khususnya dikaitkan dengan situasi dan kondisi
di daerah kerja
4) Merangkum hasil diskusi
b) Kegiatan Peserta
1) Mengikuti proses penyajian kelas
2) Berperan aktif dalam proses tanya jawab yang dipimpin oleh dosen
3) Bersama dosen merangkum hasil presentasi masing–masing pokok
bahasan yang dikaitkan dengan situasi bencana.

5. Langkah 5 : Rangkuman dan evaluasi hasil belajar


a) Kegiatan Dosen
1) Mengadakan evaluasi dengan mengajukan 3 (tiga) buah pertanyaan
sesuai dengan topik pokok bahasan
2) Memperjelas jawaban peserta terhadap masing– masing pertanyaan
3) Bersama peserta merangkum poin-poin penting dari hasil proses
pembelajaran tentang pelayanan prima.
4) Membuat kesimpulan.
b) Kegiatan Peserta
1) Menjawab pertanyaan yang diajukan dosen.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
5
MATERI 4 :
KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PADA KRISIS

2) Bersama-sama dosen merangkum hasil proses pembelajaran tentang


Kespro remajadalam situasi bencana

VI. URAIAN MATERI

Kondisi genting dalam situasi krisis menempatkan perempuan dan anak-anak, yang
merupakan 80% dari 35 juta pengungsi di dunia sebagai pengungsi, rentan terhadap
kekerasan seksual dan rentan tertular infeksi menular seksual dan HIV. Ini didasarkan
pada tidak dimilikinya rincian pelayanan dasar terhadap wanita, pria dan anak-anak
terhadap akses kesehatan dan obat-obatan, termasuk kurangnya pasokan dasar
(sandang-pangan-papan). Meskipun kemajuan terus dilakukan dalam menangani
kebutuhan pria, wanita dan anak-anak dalam situasi krisis, kesenjangan tetap terus
terjadi.

kesehatan reproduksi Remaja (KRR) adalah merupakan salah satu komponen dari
kespro. KRR bukan merupakan intervensi prioritas di dalam PPAM, karena PPAM
difokuskan pada kegiatan penyelamatan nyawa serta mencegah kesakitan, kecacadan
dan kematian. Meskipun KRR bukan merupakan bagian dari PPAM, tapi pengetahuan
dan pemahaman tentang isu KRR akan bermanfaat untuk diterapkan pada situasi
bencana apabila tersedia sumber daya manusia yang mencukupi atau apabila situasi
sudah mulai stabil.

Remaja memiliki kebutuhan khusus disetiap situasi dan setiap kelompok umur
dimasyarakat, memiliki masalah dan kebutuhan yang berbeda.Pada situasi
pengungsian, dimana umumnya sulit untuk mendapatkan pelayanan Kespro dasar
untuk seluruh masyarakat, maka petugas kesehatan harus juga mempertimbangkan
dan memenuhi kebutuhan remaja apabila sumber daya manusia dan kondisi
memungkinkan atau ketika kondisi sudah mulai stabil. Remaja sangat fleksibel
memiliki sumberdaya dan energik, mereka dapat membantu sesamanya dengan
konseling pendidikan dan mereka dapat membantu petugas kesehatan sebagai tenaga
sukarela.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
5
MATERI 4 :
KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PADA KRISIS

Di sisi lain, masyarakat yang terpengaruh oleh krisis mungkin terpapar dengan
kesempatan- kesempatan baru, termasuk akses terhadap pelayanan kesehatan yang
lebih baik, sekolah, dan belajar bahasa lain dan keterampilan baru yang mungkin
menempatkan remaja dalam posisi khusus yang mungkin tidak akan mereka miliki di
lingkungan non krisis. Remaja seringkali beradaptasi dengan mudah terhadap situasi
baru dan dapat belajar di lingkungan baru ini dengan cepat.

Para tenaga kespro, pengelola program kespro dan penyedia pelayanan pada situasi
bencana harus mempertimbangkan dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan khusus dari
remaja yang sedang transisi ke masa dewasa bila sumber daya manusia dan kondisi
memungkinkan atau ketika kondisi sudah mulai stabil. Mereka secara khusus harus
mempertimbangkan remaja yang rentan, termasuk, anak yang menjadi kepala
keluarga, remaja yang sudah menjadi ibu dan gadis-gadis berusia muda yang memiliki
risiko yang tinggi terhadap eksploitasi seksual.

A. REMAJA PADA SITUASI PENGUNGSIAN


Remaja umumnya memiliki kemampuan adaptasi yang lebih baik terhadap situasi
baru dibandingkan dengan orang tua mereka. Mereka dapat belajar beradaptasi
dalam sistem tertentu lebih cepat untuk memahami dan memenuhi kebutuhan
mereka. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
1. Remaja membutuhkan waktu untuk memiliki hubungan dekat yang khusus
Pada situasi normal sebagian informasi diperoleh dari teman sebaya dan dari
tokoh panutan dilingkungan keluaraga atau masyarakat remaja
tersebut.Petugas kesehatan kemungkinan dapat menjadi tokoh panutan
penting bagi remaja pengaruh potensial ini harus disadari oleh petugas
kesehatan.
2. Remaja sering tidak memiliki orientasi masa depan yang jelas hal ini dapat
diperburuk oleh status mereka sebagai pengungsi.
Kegiatan yang memberikan kesempatan bagi remaja untuk melihat masa
depan akan membantu mereka dalam mempertimbangkan konsekuensi

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
6
MATERI 4 :
KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PADA KRISIS

kegiatan seksual yang tidak aman dan mereka harus bertanggung jawab atas
kegiatan yang telah mereka lakukan
3. Perilaku remaja didaerah pengungsi mungkin tidak menjadi subjek perhatian
yang sama dengan situasi kondisi normal.
Perpisahan dari orang tua dan tradisi dapat menyebabkan situasi yang kurang
terkontrol secara social, hal ini menyebabkan resiko yang lebih tinggi terhadap
kehamilan remaja, infeksi menular seksual (IMS) penyalahgunaan obat,
kekerasan dan sebagainya.
4. Remaja tidak homogen
Kebutuhan remaja sangat bervariasi sesuai usia, jenis kelamin,
pendidikan,status pernikahan dan karakteristik psikososial. Remaja wanita
lebih rentan terhadap masalah kespro umum dari pada laki-laki dan mereka
menanggung hampir semua konsekuensinya.Remaja berusia 10-14 tahun
memiliki kebutuhan yang berbeda dengan kelompok yang berusia 16-18
tahun. Beberapa budaya mengharapkan pernikahan seorang gadis pada usia
14 tahun sedangkan menurut budaya lain hal ini tidak dapat diterima.
5. Remaja mengalami masa pubertas
Periode dalam perkenbangan remaja yang terjadi pada usia 10-12 tahun untuk
perempuan dan 12-15 tahun untuk laki-laki. pada masa ini terjadi pematangan
alat reproduksi yang ditandai dengan menstruasi pada perempuan dan mimpi
basah pada laki-laki. Petugas kesehatan dapat memberikan kejelasan untuk
menjaga kebersihan mereka (menganti pembalut, membersihkan kelamin saat
mandi) selama menstruasi dan menghindari kehamilan sebelum nikah.
6. Dinegara dengan tinggkat prevalensi IMS/HIV tinggi, remaja merupakan
kelompok yang paling rentan
Ketidakberdayaan perempuan atas kehidupan seksual dan reproduktif mereka
menyebabkan memiliki resiko yang lebih tinggi terhadap kehamilan yang tidak
diinginkan, aborsi yang tidak aman, infeksi IMS/HIV semua ini sering terjadi di
daerah pengungsian.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
6
MATERI 4 :
KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PADA KRISIS

B. PRINSIP PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA


Prisip utama untuk dapat bekerja secara efektif dengan remaja adalah dengan
mendorong partisipasi, kemitraan dan kepemimpinan remaja. Akibat adanya
hambatan-hambatan yang dihadapi remaja ketika mengakses pelayanan kespro,
mereka harus terlibat dalam semua aspek penyusunan program, termasuk
perancangan, implementasi dan monitoring program. Misalnya, akan sangat
membantu jika kita dapat mengidentifikasi remaja yang dapat berperan sebagai
pemimpin muda atau pendidik sebaya di komunitas mereka.

Para pemuda ini akan membantu mengungkap kebutuhan teman sebaya mereka
selama perancangan program dan dapat membantu implementasi kegiatan-
kegiatan seperti, pendidikan sebaya, monitoring pelayanan kesehatan yang peduli
remaja dan rujukan ke konselor untuk masalah kekerasan berbasis gender.
Pelayanan akan lebih dapat diterima jika pelayanan tersebut disesuaikan dengan
kebutuhan-kebutuhan yang diidentifikasi oleh remaja itu sendiri.

Meningkatkan partisipasi mereka sebagai sebuah kelompok, remaja umumnya


mempunyai kebiasaan yang berlaku dengan norma dan nilai tertentu. Mereka
mungkin tidak akan menanggapi pelayanan kesehatan yang dirancang untuk orang
dewasa mereka berada pada suatu tahap dimana mereka membutuhkan
kemampuan untuk mengkontrol tubuh dan kesehatannya.

Pada saat yang sama karena usia yang relatif muda dan relatif tidak
berpengalaman mereka membutuhkan bimbingan sensitif dan menyakinkan, cara
yang paling baik untuk mendukung remaja berpatisipasi adalah dengan
mengembangkan kemitraan antara mereka dengan tenaga kesehatan dibawah
bimbingan dan tanggung jawab orang tua. Pelayanan peduli remaja akan lebih
diterima jika dirancang sesuai dengan ketersedian waktu mereka.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
6
MATERI 4 :
KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PADA KRISIS

Prinsip lain yang perlu diingat sebagai berikut :


1. Petugas kesehatan harus 4S (senyum, salam, sapa, sabar) memahami hal-hal
sensitif, dan memiliki infomasi mengenai pelayanan untuk remaja. Tokoh
masyarakat dan orang tua dapat dilibatkan dalam mengembangan program
yang ditargetkan untuk remaja. Petugas kesehatan dengan budaya yang sama
akan lebih diterima dalam memberikan pelayanan dibandingkan dengan
petugas yang berasal dari luar.
2. Program yang disusun harus mendukung kepemimpinan dan komunikasi
sebaiknya dilakukan oleh dengan teman sebaya (peer educator) teman sebaya
dianggap sebagai sumber infomasi yang aman dan terpercaya.
3. Remaja harus dijamin mendapat penanganan kespro yang memadai serta
membutuhkan bantuan berupa pelayanan kespro khusus untuk kasus-kasus
kekerasan seksual dan aborsi yang tidak aman.
4. Remaja membutuhkan privasi, masalah yang membawa mereka ke petugas
kesehatan umumnya masalah yang membuat mereka merasa malu dan
bingung. Oleh sebab itu meraka membutukan ruangan konsultasi yang aman
dan nyaman ditempat pengungsian
5. Kerahasian harus dijamin. Petugas kesehatan harus menjamin kerahasian
ketika bekerja dengan remaja dan bersikap jujur mengenai masalah kesehatan
mereka. Informasi dapat menyebar dengan sangat cepat di kalangan remaja
dan jika kerahasiaan mereka dilanggar, bahkan satu kali saja, remaja tidak
akan lagi mendatangi pelayanan yang tersedia.
6. Remaja sebaiknya dilayani oleh petuga kesehatan dengan gender yang sama.
Jika memungkinkan, remaja harus dirujuk ke petugas dengan jenis kelamin
yang sama kecuali jika remaja tersebut meminta untuk bertemu dengan
petugas dari jenis kelamin berbeda. Pastikan bahwa remaja korban/ penyintas
kekerasan berbasis gender yang sedang mencari dukungan dan perawatan di
fasilitas kesehatan didampingi oleh pendamping perempuan ketika petugas
laki-laki merupakan satu-satunya petugas yang ada di ruang pemeriksaan.
Keberadaan pendamping ini sangat penting ketika korban adalah remaja putri

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
6
MATERI 4 :
KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PADA KRISIS

tetapi penting pula untuk memberikan pilihan ini kepada remaja putra yang
menjadi korban/ penyintas kekerasan berbasis gender.

C. MENILAI KEBUTUHAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA


Dengan tidak tersedianya informasi tertentu mengenai remaja, petugas kesehatan
harus berasumsi bahwa masalah kespro remaja lebih beresiko pada situasi
pengungsian.Tidak tersedianya pelayanan kesehatan dan pendidikan dan tidak
adanya aturan secara umum mengindikasikan tidak adanya proteksi dan supervis
maka peningkatan kekerasan seksual lebih besar terjadi termasuk seksual
komersial demi memenuhi kebutuhan makan, penampungan dan perlindungan.
Penting mendapatkan informasi mengenai riwayat IMS, status kehamilan, aborsi
yang tidak aman, perkosaan dan bentuk kekerasan seksual lainnya selain itu
infomasi mengenai penyalahgunaan NAPZA (narkotik, psikotropika dan adiktif)
dan minuman keras dibutuhkan petugas kesehatan untuk memberikan pelayanan
konseling pada remaja yang bermasalah.

D. CARA MENANGGAPI KEBUTUHAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA


Remaja membutuhkan informasi dasar mengenai seksual dan reproduksi, mereka
juga membutuhkan informasi mengenai bagaimana mereka dapat melindungi
kespronya. Dibeberapa tempat pengungsian, pendidikan formal selesai setelah
sekolah dasar karna itu infomasi mengenai kespro harus dikomunikasikan dengan
cara yang kreatif. Berbagai bentuk kegiatan untuk remaja seperti olahraga,
pemutaran video, kelompok kerajinan tangan dapat menjadi waktu yang tepat
untuk menyebarluaskan informasi mengenai kespro remaja yang penting bagi
mereka.Kegiatan ini dapat dilakukan apabila sumber daya manusia mencukupi
atau apabila situasi sudah mulai stabil.

Telah dibuktikan bahwa pendidikan seksual menyebabkan terjadinya perilaku yang


aman dan menghindari kegiatan seksual yang lebih dini atau lebih
meningkat.Karena itu, remaja harus diberi informasi mengenai IMS/HIV/AIDS dan

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
6
MATERI 4 :
KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PADA KRISIS

kehamilan dini serta penyuluhan yang memadai.Remaja harus memiliki


keterlampilan tertentu untuk dapat mengambil keputusan yang bertanggung
jawab atas perilaku seksual mereka, mereka harus mampu menolak tekanan,
bersikap tegas, melakukan negosiasi dan menyelesaikan konflik.Penyuluhan oleh
teman sebaya dapat sangat efektif untuk memantapkan keterlampilan dan sikap
ini.

Remaja yang tidak bersekolah dan dinikahkan segera setelah mendapat


menstruasi biasanya sulit untuk dijangkau namun biasanya masyarakat terkadang
mengijinkan petugas kesehatan yang berkaitan dengan persiapannya untuk
menjdi orangtua.Banyak diantara korban perkosaan dan kekerasan seksual adalah
remaja putri, tetapi remaja putra pun rentan terhadap kekerasan seksual harus
mendapat pelayanan kesehatan segera dan mendapat akses terhadap lingkungan
yang aman.

Didaerah pengungsian, remaja putri dan putra kadang-kadang terpaksa melakukan


seks komersial semata-mata untuk kelangsungan hidup mereka. Anggota
komunitas pengungsi harus dilibatkan dalam mengidentifikasi cara untuk
melindungi gadis dan perempuan terhadap kekerasan dan pemaksaan seksual.
Jika remaja hamil, penting untuk memberikan pelayanan antenatal yang baik,
karena umumnya remaja yang brusia dibawah 15 tahun rentan terhadap
komplikasi selama kehamilan dan persalinan. Banyak remaja yang hamil
melakukan aborsi yang tidak aman, mereka membutuhkan pelayanan jika terjadi
komplikasi aborsi tidak aman

Trauma yang dihadapi oleh pengalaman sebagai pengungsi menyebabkan


kelompok remaja enggan mencari pelayanan untuk kesehatan seksual mereka.
Tetapi mereka perlu mengetahui bahwa pelayanan ini tersedia untuk mereka dan
mereka dapat memperoleh pelayanan dan dukungan jika mereka
membutuhkannya dan mereka tidak akan dihakimi atau dihukum

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
6
MATERI 4 :
KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PADA KRISIS

Informasi mengenai pelayanan ini harus diletakkan ditempat-tempat


berkumpulnya remaja atau diberikan melalui kegiatan sosial dan lainnya,
dukungan psikososial harus diberikan olh penyuluh terlatih jika dibutuhkan
terutama dalam kasus kekerasan seksual dan kehamilan yang tidak diinginkan.
Remaja pria juga lebih rentan terhadap penyalahgunaan Napza terlebih lagi bila
remaja tersebut memiliki kepribadian yang beresiko seperti mudah cemas,
depresi, berprilaku anti social, sudah merokok diusia muda, kurang taat beragama
atau situasi sosial mendukung terjadi penyalahgunaan.

Oleh sebab itu petugas kesehatan harus jeli terhadap perubahan fisik dan prilaku
remaja khususnya remaja pria.Selain Napza minum minuman keras juga sangat
berbahaya bagi kesehatan fisik dan psikis remaja pria, oleh sebab itu petugas
kesehatan seyogyanya mengenal tanda-tanda keracunan dari minuman keras.

E. PROGRAM BERBASIS MASYARAKAT DAN PENDIDIK SEBAYA


Seorang yang berpengalaman dibidang pelayanan kespro harus dilibatkan dalam
menilai dan merencanakan program. Kelompok pemuda dari berbagai usia dapat
membantu perencanaan program dan mimilih pemimpin. Setelah penilaian
kebutuhan dan sumber daya tersedia, kelompok yang terdiri dari petugas dan
remaja dapat menyusun kegiatan yang dibutuhkan.perencanaan dapat
menentukan mekanisme untuk mengukur dampak kegitan, informasi ini juga
dapat mnjadi panduan untuk setiap modifikasi yang dilakukan terhadap program,
remaja dilibatkan dalam evaluasi dan modifikasi program. Remaja juga dididik
untuk mejadi pendidik dan pemberi informasi bagi kelompoknya/pendidik sebaya.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
6
MATERI 4 :
KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PADA KRISIS

Pelayanan kespro untuk remaja akan lebih efektif dan diterima jika dikaitkan
dengan kegiatannya seperti kegiatan rekreasi atau kerja. Pusat kegiatan remaja
yang dibentuk didaerah pengungsian akan memberikan kesempatan bagi remaja
untuk belajar, bertukar pikiran dan menerima pelayanan kesehatan remaja dapat
dilakukan pada waktu pulang sekolah atau sehabis kerja. Remaja membutuhkan
ruang fisik untuk interaksi sosial mereka. Kesempatan ini merupakan saat yang
tepat untuk memberikan pelayanan kesehatan

VII. RANGKUMAN

 Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) adalah merupakan salah satu komponen dari
kespro. KRR bukan merupakan intervensi prioritas di dalam PPAM, karena PPAM
difokuskan pada kegiatan penyelamatan nyawa serta mencegah kesakitan,
kecacadan dan kematian. Meskipun KRR bukan merupakan bagian dari PPAM, tapi
pengetahuan dan pemahaman tentang isu KRR akan bermanfaat untuk diterapkan
pada situasi bencana apabila tersedia sumber daya manusia yang mencukupi atau
apabila situasi sudah mulai stabil.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
6
MATERI 4 :
KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PADA SITUASI DARURAT

 Kedaruratan bencanadapat meningkatankan kerentanan remaja terhadap


kekerasan, kemiskinan, perpisahan dengan keluarga, kekerasan seksual dan
eksploitasi dan resiko lainnya. Tapi di sisi lain dapat memberikan kesempatan
baru termasuk akses terhadap pelayanan kesehatan yang lebih baik, sekolah, dan
belajar bahasa lain dan keterampilan baru yang mungkin menempatkan remaja
dalam posisi khusus yang mungkin tidak akan mereka miliki di lingkungan non
krisis.
 Dalam melaksankan program KRR, para petugas Kespro harus memahami
pendekatan khusus untuk remaja dan melibatkan remaja pada setiap tahap
pelaksanaan program.

VIII. EVALUASI

Pada pelaksanaan evaluasi sesi, dosen/pengajr dapat menggali lebih dalam


pemahaman peserta didik dalam menangkap/menyerap materi yang diberikan.

1. Seorang perempuan, usia 12 tahun, datang ke bidan di posko pelayanan kesehatan


reproduksi dengan keluhan keputihan bewarna jernih dan tidak berabau serta terasa
gatal di sekitar kemaluan sejak 2 har yang lalu. Dari hasil anamnesa didapatkan
perempuan tersebut mandi dan mengganti celana dalam 1x sehari dan menganti
pembalut 1xsehari pada saat menstruasi. karena keterbatasan air dan pembalut di
posko pengungsian. Apakah tindakan bidan terhadap perempuan tersebut?
a. Melakukan vulva Hygine
b. Melakukan tes skrining IMS
c. Melakukan personal Hygine
d. Memberikan stok pembalut wanita
e. Melakukan Pemeriksaan secret vagina

2. Seorang perempuan, usia 12 tahun, datang ke bidan di posko pelayanan kesehatan


reproduksi dengan keluhan keputihan bewarna jernih dan tidak berabau serta terasa
gatal di sekitar kemaluan sejak 2 hari yang lalu. Dari hasil anamnesa didapatkan
perempuan tersebut mandi dan mengganti celana dalam 2x sehari dan menganti
pembalut 1xsehari pada saat menstruasi. karena keterbatasan air dan pembalut di
posko pengungsian. Apakah konseling yang diberikan kepada perempua tersebut?
a. Memberikan konseling personal Hygine
b. Memberikan konseling penyakit menular seksual
c. Memberikan konseling faktor penyebab keputihan
d. Memberikan konseling kesehatan Reproduksi Remaja
PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)
KESPRO (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN & SITUASI TANGGAP
DARURAT BENCANA
68
MATERI 4 :
KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PADA SITUASI DARURAT

e. Memberikan konseling penggunaan sabut antiseptic pada alat kelamin

3. Seorang perempuan, usia 12 tahun, datang ke bidan di posko pelayanan kesehatan


reproduksi dengan keluhan keputihan bewarna jernih dan tidak berabau serta terasa
gatal di sekitar kemaluan sejak 2 hari yang lalu. Dari hasil anamnesa didapatkan
perempuan tersebut mandi dan mengganti celana dalam 2x sehari dan menganti
pembalut 1xsehari pada saat menstruasi. karena keterbatasan air dan pembalut di
posko pengungsian. Bagaimanakah cara bidan dalam memberikan konseling
terhadap perempuan tersebut?
a. Memberikan konseling dengan tegas dan jelas
b. Memberikan konseling dengan santai dan tenang
c. Memberikan konseling dengan penjelasan dan bahasa ilmiah
d. Memberikan konseling dengan lembut dan penuh pengertian
e. Memberikan konseling dengan senyum, salam, sapa dan sabar

4. Seorang perempuan usia 16 tahun sedang bermain dengan teman sebayanya.


Mereka terlihat sedang mencoba merokok dengan teman – teman sebaya nya
diposko pengungsian. Apakah upaya yang dapat dilakukan oleh bidan untuk
menanggulangi masalah tersebut ?
a. Menegur secara langsung
b. Memberikan konseling secara privasi
c. Melaporkan kepada orangtua mereka
d. Memberikan penyuluhan mengenai bahaya rokok
e. Mengkoordinasi dengan warga posko yang lain untuk mengawasi remaja yang
merokok

5. Seorang perempuan usia 16 tahun sedang bermain dengan teman sebayanya.


Mereka terlihat sedang mencoba merokok dengan teman – teman sebaya nya
diposko pengungsian. Bagaimanakah cara bidan untuk melakukan pendekatan
terhadap remaja tersebut?
a. Mendekati kedua orangtua
b. Mengumpulkan remaja di luar posko
c. Mengadakan pertemuan remaja posko pengungsian
d. Menghadirkan penanggung jawab posko pengungsian
e. Mendekati remaja yang berperan sebagai pemimpin kelompok remaja tersebut

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESPRO (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN & SITUASI TANGGAP
DARURAT BENCANA
69
MATERI 4 :
KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PADA SITUASI DARURAT

IX. DAFTAR PUSTAKA

Inter agency Working Group on Reproductive Health in Crises. 2010. Buku Pedoman
Lapangan Antar lembaga Kesehatan Reproduksi dalam Situasi Darurat Bencana.
Revisi untuk peninauan lapangan. Jakarta: Inter agency Working Group on
Reproductive Health in Crises.

Departemen Kesehatan RI dan UNFPA. 2008. Pedoman Praktis Kesehatan


Reproduksi pada Penanggulangan bencana di Indonesia. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI dan UNFPA.

Women Commision. 2007. Paket Pelayanan Awal Minimum Untuk Kesehatan


Reproduksi Dalam situasi Krisis. Modul pembelajaran jarak jauh. http://
www.womenscommission.org. Diunduh tanggal 20 Oktober 2013 jam 19.00.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESPRO (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN & SITUASI TANGGAP
DARURAT BENCANA
70
MATERI 5

PENCEGAHAN PENULARAN
HIV DAN IMS PADA SITUASI
KRISIS/DARURAT BENCANA

E
Daftar Isi Materi 5

DAFTAR ISI

I. DESKRIPSI SINGKAT.....................................................................................71

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


1. Tujuan Pembelajaran Umum.............................................................71
2. Tujuan Pembelajaran Khusus............................................................71

III. POKOK BAHASAN........................................................................................72

IV. BAHAN BELAJAR......................................................................................... 72


.
V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN........................................................72

VI. URAIAN MATERI


A. Penyebaran Infeksi Menular Seksual (IMS)
Di Lokasi Bencana.............................................................................76
B. Penularan HIV....................................................................................76
C. Kewaspadaan Standar.......................................................................79
D. Transfusi Aman..................................................................................84
E. Kondom.............................................................................................76
F. Pemantauan HIV pda Situasi Bencana...............................................78

VII. RANGKUMAN............................................................................................. 91

VIII. EVALUASI....................................................................................................91

IX. DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................93

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM) KESEHATAN
REPRODUKSI PADA SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA
MATERI 5 :
PENCEGAHAN PENULARAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL DAN
HIV

MATERI 5
PENCEGAHAN PENULARAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL DAN HIV
PADA KRISIS KESEHATAN

Infeksi menular seksual (IMS) merupakan masalah kesehatan yang cukup besar di seluruh
dunia. IMS/ISR ditemukan di seluruh dunia. Namun, penyebaran dan prevalensi (umum
tidaknya penyakit itu) dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial dan ekonomi, biologi serta
perilaku. Karena itu beban IMS/ISR sangat beragam antara wilayah yang satu dengan
lainnya dan di antara komunitas satu dengan lainnya. Situasi bencana merupakan situasi
yang tidak pernah dapat diperkirakan sebelumnya. Ketika bencana terjadi penyebaran
infeksi menular seksual sangat mungkin terjadi.

I. DESKRIPSI SINGKAT

Modul ini membahas pencegahan penularan infeksi menular seksual dalam situasi
bencana yang meliputi: penularan HIV, IMS dan kekerasan seksual serta relevansinya
dengan situasi darurat bencana, kewaspadaan standar, penyediaan kondom gratis,
transfusi darah yang aman.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mempelajari modul ini, peserta didik mampu mengidentifikasi tentang
pencegahan penularan infeksi menular seksual dan HIV pada situasi bencana
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mempelajari modul ini, peserta didik mampu:
1. Menjelaskan hubungan antara penularan HIV/AIDS, IMS dan Kekerasan
Seksual serta relevansinya dengan situasi darurat bencana
2. Mengidentifikasi strategi yang sesuai untuk penerapan dan dipertahankannya
penerapan kewaspadaan standar
3. Mengidentifikasi strategi untuk memastikan akses terhadap kondom gratis di
situasi darurat bencana
4. Mengidentifikasi strategi untuk memastikan transfusi dan aman

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
7
MATERI 5 :
PENCEGAHAN PENULARAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL DAN
HIV

5. Pemantauan penularan IMS/HIV dalam Situasi Bencana

III. POKOK BAHASAN


Dalam modul ini pokok bahasan yang dibahas adalah sebagai berikut:
1. Penularan HIV, IMS dan Kekerasan Seksual serta relevansinya dengan situasi
darurat bencana
2. Kewaspadaan Standar
3. Penyediaan Kondom gratis
4. Transfusi darah yang aman
5. Pemantauan penularan IMS/HIV dalam Situasi Bencana

IV. BAHAN BELAJAR


1. Modul Pencegahan Penularan Infeksi Menular Seksual Dalam Situasi Bencana
2. Petunjuk diskusi kelompok.
3. Laptop
4. LCD
5. Papan flipchart/papan tulis
6. Spidol

V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Agar proses pembelajaran dapat berhasil secara efektif, maka digunakan langkah-
langkah sebagai berikut :
a. Dosen memperkenalkan diri (5 menit)
b. Dosen menyampaikan tujuan pembelajaran secara umum dan khusus (5 menit)
c. Dosen menyajikan gambar-gambar tentang situasi darurat bencana serta infeksi
menular seksual yang terjadi (15 menit).
d. Dosen menggali pengalaman mahasiswa tentang infeksi menular seksual (15
menit)
e. Dosen menjelaskan tentang infeksi menular seksual (90 menit).

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
7
MATERI 5 :
PENCEGAHAN PENULARAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL DAN
HIV

f. Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk membahas kasus tentang infeksi


menular seksual secara berkelompok (30 menit)
g. Dosen meminta mahasiswa untuk mempresentasikan analisis kasus yang diberikan
(90 menit)

Adapun langkah-langkah di atas dapat dijabarkan sebagai berikut:


A. Langkah 1 : Penyiapan Proses pembelajaran
1. Kegiatan Dosen
Dosen memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana dikelas.
a. Dosen menyapa peserta didik dengan ramah dan hangat.
b. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas maka mulailah dengan
memperkenalkan diri.
c. Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, dan materi yang
akan disampaikan.
d. Menggali pendapat peserta didik (apersepsi) tentang apa yang dimaksud
dengan metode pembelajaran menggunakan metode curah pendapat
(brainstorming).
e. Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan pembelajaran tentang
kekerasan seksual berbasis gender.
2. Kegiatan Peserta Didik
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan.
b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan Dosen.
c. Memperhatikan film/gambar tentang infeksi menular seksual yang terjadi
dengan seksama
d. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
e. Mengajukan pertanyaan kepada Dosen bila ada hal-hal yang belum jelas
dan perlu diklarifikasi.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
7
MATERI 5 :
PENCEGAHAN PENULARAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL DAN
HIV

B. Langkah 2 : Review Pokok Bahasan.


1. Kegiatan Dosen.
a. Menyampaikan Pokok Bahasan secara garis besar dalam waktu yang
singkat.
b. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menanyakan hal-hal
yang kurang jelas.
c. Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan peserta didik.
d. Mendemonstrasikan.
2. Kegiatan Peserta Didik
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap penting.
b. Mengajukan pertanyaan kepada Dosen sesuai dengan kesempatan yang
diberikan.
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan Dosen.
d. Melakukan simulasi.

C. Langkah 3 : Pendalaman pokok bahasan


1. Kegiatan Dosen
a. Meminta kelas dibagi menjadi beberapa kelompok (4 kelompok) dan setiap
kelompok akan diberikan sebuah kasus yang akan didiskusikan secara
kelompok.
b. Menugaskan kelompok untuk memilih ketua, sekretaris dan penyaji.
c. Meminta masing-masing kelompok untuk menuliskan hasil diskusi untuk
disajikan.
d. Mengamati peserta dan memberikan bimbingan pada proses diskusi.
2. Kegiatan Peserta Didik
a. Membentuk kelompok diskusi dan memilih ketua, sekretaris dan penyaji.
b. Mendengar, mencatat dan bertanya pada hal-hal yang kurang jelas pada
dosen.
c. Melakukan proses diskusi sesuai dengan kasus yang ditugaskan dan
menuliskan hasil dikusi untuk disajikan.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
7
MATERI 5 :
PENCEGAHAN PENULARAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL DAN
HIV

C. Langkah 4 :
Penyajian dan pembahasan hasil pendalaman pokok bahasan dikaitkan dengan
situasi darurat bencana.
1. Kegiatan Dosen
a. Meminta masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi
b. Memimpin proses tanggapan (tanya jawab)
c. Memberikan masukan khususnya dikaitkan dengan situasi dan kondisi di
daerah kerja
d. Merangkum hasil diskusi
2. Kegiatan Peserta
a. Mengikuti proses penyajian kelas
b. Berperan aktif dalam proses tanya jawab yang dipimpin oleh dosen
c. Bersama dosen merangkum hasil presentasi masing–masing pokok
bahasan yang dikaitkan dengan situasi bencana.

D. Langkah 5 : Rangkuman dan Evaluasi Hasil Belajar


1. Kegiatan Dosen
a. Mengadakan evaluasi dengan mengajukan 3 (tiga) buah pertanyaan sesuai
dengan topik pokok bahasan
b. Memperjelas jawaban peserta terhadap masing– masing pertanyaan
c. Bersama peserta merangkum poin-poin penting dari hasil proses
pembelajaran tentang pelayanan prima.
d. Membuat simpulan.
2. Kegiatan Peserta
a. Menjawab pertanyaan yang diajukan dosen.
b. Bersama-sama dosen merangkum hasil proses pembelajaran tentang
pencegahan penularan infeksi menular seksual dalam situasi bencana.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
7
MATERI 5 :
PENCEGAHAN PENULARAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL DAN
HIV

VI. URAIAN MATERI

A. PENULARAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) DAN HIV PADA SITUASI


BENCANA
Infeksi menular seksual (IMS) merupakan masalah kesehatan yang cukup besar
di seluruh dunia. WHO memperkirakan lebih dari 340 juta kasus baru dari dari
empat IMS yang dapat disembuhkan (gonorhoe, chlamydia, syphilis dan
trichomoniasis) terjadi pada 1999. Jika IMS viral (tidak dapat disembuhkan),
seperti Human Papillo-Mavirus (HPV), Herpes Simplex Virus (HSV), Hepatitis B
dan Infeksi HIV disertakan, jumlah kasus baru bisa tiga kali lipat lebih tinggi.
Bagi perempuan, infeksi saluran reproduksi yang ditularkan bukan melalui
hubungan seksual (ISR) seperti infeksi jamur atau bacterial vaginosis, bahkan
lebih umum terjadi.
IMS/ISR ditemukan di seluruh dunia. Namun, penyebaran dan prevalensi
(umum tidaknya penyakit itu) dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial dan
ekonomi, biologi serta perilaku. Karena itu beban IMS/ISR sangat beragam
antara wilayah yang satu dengan lainnya dan di antara komunitas satu dengan
lainnya.

B. PENULARAN HIV
Rute penularan utama HIV adalah seks tak-terlindung, transmisi darah yang
terinfeksi dari ibu ke anak. Sementara mayoritas infeksi pada umumnya adalah
akibat dari seks tak-terlindung, namun proporsi rute transmisi bervariasi
tergantung wilayah.

Keterkaitan antara IMS dan HIV


 IMS tertentu memfasilitasi penularan HIV: penderita ulkus genital lebih
mungkin terkena dan menularkan HIV. Chancroid dan sifilis merupakan
bakteri utama penyebab ulkus dan herpes genital merupakan virus yang
menjadi penyebab utama ulkus.
 Keberadaan HIV dapat membuat orang lebih rentan terkena IMS: IMS yang
terkait dengan pengeluaran duh seperti klamidia, gonore dan trikomoniasis
PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)
KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
7
MATERI 5 :
PENCEGAHAN PENULARAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL DAN
HIV

juga memfasilitas penularan HIV. Penyakit-penyakit ini menstimulasi sistem


kekebalan tubuh untuk meningkatkan jumlah sel darah putih yang
merupakan target dan sumber HIV. Selain itu, inflamasi terkait dengan
penyakit dapat menyebabkan kerusakan mikroskopis pada mukosa genital
sehingga menjadi lokasi potensial masuknya HIV.
 Keberadaan HIV meningkatkan keparahan sejumlah IMS dan resistensinya
terhadap terapi.

Mengapa mengurangi penularan HIV merupakan prioritas?


Dalam sebagian besar kondisi yang ada, HIV dan Infeksi Menular Seksual lain
menyebar lebih cepat bilamana terdapat kemiskinan, ketidakberdayaan dan
ketidakstabilan, di mana semua itu adalah ciri dari situasi pengungsi internal.
Dalam lingkungan ini, perlu dilakukan segala sesuatu yang memungkinkan
untuk memberi kontribusi pada upaya menghentikan dan meniadakan
meningkatnya infeksi baru.

Mengapa resiko penularan HIV meningkat pada situasi bencana?


Infeksi Menular Seksual, termasuk infeksi HIV, jika tidak ditangani atau
diperiksa, dapat meningkat di antara populasi pengungsi internal karena
berbagai alasan:
a. Infrastruktur kesehatan yang buruk atau rusak.
b. Pasokan Alat Pelindung Diri (APD) dan bahan habis pakai seperti jarum dan
alat-suntik serta sarung tangan yang bersih, mungkin tidak tersedia di
fasilitas pelayanan kesehatan
c. Tidak ada akses ke kondom.
d. Petugas penjaga perdamaian, militer dan polisi, kelompok yang mungkin
mempunyai angka Infeksi Menular Seksual yang lebih tinggi dapat
mempermudah penyebaran HIV dalam situasi pengungsi.
e. Wanita dan anak-anak dapat dipaksa melakukan hubungan seks
berdasarkan transaksi dalam upaya mendapatkan kebutuhan mereka untuk
dapat terus bertahan hidup.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
7
MATERI 5 :
PENCEGAHAN PENULARAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL DAN
HIV

f. Selama berlangsungnya pergolakan dan pelarian, pengungsi internal,


terutama wanita dan anak-anak, mengalami peningkatan resiko kekerasan
seksual, termasuk perkosaan.
g. Gangguan terhadap masyarakat dan kehidupan keluarga di antara populasi
pengungsi internal dapat merusak norma sosial yang mengatur perilaku
seksual.
h. Anak remaja mulai melakukan hubungan seks di usia dini, mengalami
resiko seksual, seperti melakukan hubungan seks tanpa menggunakan
kondom dan menghadapi eksploitasi karena tidak adanya batasan sosio-
budaya tradisional.
i. Dalam situasi pengungsian, populasi dari daerah dengan tingkat
penyebaran HIV yang rendah dapat bercampur dengan populasi dari
daerah dengan tingkat penyebaran yang tinggi, dengan resiko
meningkatnya penyebaran HIV di antara kelompok dengan tingkat
penyebaran yang lebih rendah.

Contoh Pengalaman dari Beberapa Daerah di Indonesia

 Saat bencana gempa, seorang petugas kesehatan di desa menerima beberapa korban
gempa yang luka-luka. Dia hanya memiliki satu set alat untuk menjahit luka pasien.
Petugas kesehatan terpaksa menangani semua pasien dengan alat yang sama tanpa
melakukan sterilisasi.

 Hal ini juga terjadi di Unit Gawat Darurat (UGD) di Rumah Sakit yang menangani
korban dengan menggunakan alat jahit luka yang tidak steril, karena banyaknya
korban yang datang dan memerlukan pertolongan segera. Jika salah satu pasien itu
positif HIV, maka risiko untuk menularkan ke pasien yang lain sangat besar!!

Kondisi Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang Rusak dan Tidak Tersedianya Alat dan Bahan
yang Memadai Menyulitkan Penerapan Kewaspadaan Standar

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
7
MATERI 5 :
PENCEGAHAN PENULARAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL DAN
HIV

Pencegahan penularan HIV pada situasi bencana dapat dilakukan dengan cara
berikut:
1. Memastikan diterapkannya praktek kewaspadaan standar
2. Memastikan tersedianya kondom gratis
3. Memastikan transfusi darah yang aman

C. KEWASPADAAN STANDAR
Kewaspadaan standar adalah langkah pengendalian infeksi yang mengurangi
risiko penularan patogen yang terbawa dalam darah melalui paparan
terhadap darah atau cairan tubuh di antara para pasien dan tenaga
kesehatan. Menurut prinsip “pencegahan standar”, darah dan cairan tubuh
dari semua orang harus dianggap sebagai terinfeksi HIV, terlepas dari
pengetahuan atau dugaan kita mengenai status orang tersebut. Tindakan
pencegahan standar dapat mencegah penyebaran infeksi seperti HIV,
Hepatitis B, Hepatitis C dan patogen-patogen lain di dalam lingkungan
perawatan kesehatan.

Pada saat bencana, mungkin terjadi kekurangan logistik dalam pelayanan


kesehatan atau infrastruktur dan beban kerja yang meningkat. Petugas
mungkin akan mengambil jalan pintas dalam melaksanakan prosedur, yang
membahayakan keselamatan para pasien maupun petugas sendiri. Dalam
kondisi apapun, sangat penting untuk mematuhi tindakan kewaspadaan
standar. Pengawasan yang teratur dapat membantu mengurangi risiko
terpapar infeksi di tempat kerja.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
7
MATERI 5 :
PENCEGAHAN PENULARAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL DAN
HIV

Tindakan kewaspadaan standar adalah:


a. Sering mencuci tangan: Cuci
tangan dengan sabun dan air
mengalir sebelum dan
sesudah kontak dengan
pasien. Sediakan fasilitas
dan perlengkapan untuk
mencuci tangan mudah
didapat oleh semua
penyedia pelayanan.

b. Mengenakan sarung tangan: Pakailah sarung tangan non-steril sekali


pakai untuk semua prosedur dimana diperkirakan akan ada kontak
dengan darah atau cairan tubuh lain yang berpotensi terinfeksi virus.
Cuci tangan sebelum memakai dan setelah melepas sarung tangan.
Buang sarung tangan segera setelah digunakan ditempat sampah
limbah medis. Petugas yang menangani bahan-bahan dan benda tajam
wajib mengenakan sarung tangan yang lebih kuat (sarung tangan
khusus untuk pekerjaan berat/berkebun) dan harus menutupi luka dan
lecet dengan balutan/plester tahan air.

Catatan: Pastikan ketersediaan dan logistik sarung tangan yang cukup dan
berkelanjutan untuk melaksanakan semua kegiatan. JANGAN PERNAH
menggunakan kembali atau mensterilisasi ulang sarung tangan sekali pakai,
karena akan membuatnya menjadi berpori/ berlubang kecil.

c. Memakai pakaian pelindung, seperti baju atau celemek tahan air, untuk
melindungi dari kemungkinan terpercik darah atau cairan tubuh lain.
Petugas diwajibkan menggunakan masker dan pelindung mata di mana
ada kemungkinan terpapar darah dalam jumlah banyak.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
8
MATERI 5 :
PENCEGAHAN PENULARAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL DAN
HIV

d. Penanganan aman terhadap benda-benda tajam:

 Upayakan penggunaaan jarum suntik seminimal mungkin dan


berdasarkan indikasi
 Gunakan alat suntik dan jarum suntik sekali pakai yang steril untuk
setiap injeksi.
 Atur area kerja tempat penyuntikan untuk mengurangi risiko
cedera.
 Gunakan botol dosis-tunggal (ampul) daripada botol multi-dosis
(vial). Jika menggunakan botol multi-dosis, hindari meninggalkan
jarum pada penutup karet. Setelah dibuka, simpan botol multi-dosis
di lemari es.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
8
MATERI 5 :
PENCEGAHAN PENULARAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL DAN
HIV

 Jangan menutup kembali jarum suntik.


 Posisikan pasien dan beritahukan dengan benar mengenai
penyuntikan.
 Buang jarum suntik dan benda-benda tajam di kotak pengaman
(safety boxes) yang anti tusuk dan anti bocor. Pastikan wadah anti
tusuk untuk pembuangan benda tajam selalu tersedia di tempat
yang dekat namun di luar jangkauan anak- anak. Benda tajam tidak
boleh dibuang ke tempat sampah atau kantong sampah biasa.
e. Pembuangan limbah: Bakar semua sampah medis di area terpisah,
sebaiknya masih pada lahan fasilitas pelayanan kesehatan. Kubur
benda-benda yang masih menjadi ancaman, seperti benda tajam, di
sebuah lubang tertutup sedikitnya 10 meter dari sumber air.
f. Pemrosesan Instrumen: Proses instrumen bekas pakai dalam urutan
sebagai berikut:
 Dekontaminasi instrumen untuk membunuh virus (HIV dan Hepatitis
B) dan menjadikan alat lebih aman untuk ditangani.

 Bersihkan instrumen sebelum melakukan sterilisasi atau disinfeksi


tingkat tinggi (DTT) untuk menghilangkan kotoran.

 Sterilkan (menghilangkan semua patogen) instrumen-instrumen


untuk meminimalkan risiko infeksi selama prosedur. Dianjurkan
menggunakan steam autoclaving. DTT (melalui perebusan atau

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
8
MATERI 5 :
PENCEGAHAN PENULARAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL DAN
HIV

perendaman dalam larutan klorin) mungkin tidak dapat


menghilangkan semua spora.

 Gunakan atau simpan dengan benar alat- alat segera setelah


disterilisasi.

Gambar disamping adalah Alat – alat


yang sudah disterilkan dibungkus dan
disimpan ditromol/tempat yang steril

g. Pemeliharaan Fasilitas: Bersihkan tumpahan darah atau cairan tubuh


lainnya dengan segera dan hati-hati.
Meskipun tindakan-tindakan pencegahan standar telah ditetapkan dan
ditaati, keterpaparan terhadap HIV dapat saja terjadi. Pastikan PPP
tersedia sebagai bagian dari paket tindakan pencegahan standar untuk
mengurangi keterpaparan petugas terhadap infeksi di tempat kerja.
Pasanglah pengumuman tentang cara-cara pertolongan pertama di
ruang-ruang kerja dan informasikan kepada semua petugas bagaimana
mengakses perawatan untuk keterpaparan.

Untuk memastikan penerapan pencegahan standar, petugas layanan

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
8
MATERI 5 :
PENCEGAHAN PENULARAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL DAN
HIV

kesehatan reproduksi dan koordinator kesehatan reproduksi harus bekerja


bersama lembaga/organisasi/mitra sektor kesehatan untuk:

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
8
MATERI 5 :
PENCEGAHAN PENULARAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL DAN
HIV

a. memastikan prosedur untuk tindakan pencegahan standar dipasang di


setiap fasilitas pelayanankesehatan dan penanggungjawab komponen
HIV membuat peraturan untuk menegakan kepatuhan terhadap
standar tersebut;
b. menyelenggarakan sesi orientasi di pelayanan mengenai tindakan
kewaspadaan standar untuk para petugas kesehatan dan petugas
tambahan, jika diperlukan;
c. menetapkan sistem pengawasan seperti daftar tilik (check list)
sederhana untuk memastikan kepatuhan pada prosedur;
d. memastikan bahwa pengumuman tentang pertolongan pertama untuk
keterpaparan dipasang di tempat terbuka sehingga petugas mendapat
informasi dan tahu ke mana harus melapor dan mendapat PPP jika
diperlukan;
e. secara teratur mereview laporan-laporan tentang keterpaparan di
tempat kerja untuk menentukan kapan dan bagaimana paparan terjadi,
dan mengidentifikasi masalah- masalah keselamatan, dan tindakan
pencegahan yang mungkin dilakukan.

D. TRANSFUSI DARAH YANG AMAN


Pada situasi saat bencana kebutuhan darah akan meningkat dengan
banyaknya penyintas luka berat dan ringan yang membutuhkan darah.
Transfusi darah yang rasional dan aman (sudah ditapis) sangat penting untuk
mencegah penularan HIV dan infeksi lain yang dapat menular melalui
transfusi (TTI/Transfusion-Transmissible Infection) seperti Hepatitis B,
Hepatitis C dan Sifilis. Jika darah tercemar HIV ditransfusikan, maka
penularan HIV kepada penerima hampir 100%. Selain itu kerentanan
terhadap penularan HIV juga sering disebabkan oleh ketidakpatuhan petugas
terhadap standar kewaspadaan.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
8
MATERI 5 :
PENCEGAHAN PENULARAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL DAN
HIV

Pastikan bahwa darah ditapis/screening sebelum dilakukan transfusi darah

Koordinator kesehatan reproduksi harus bekerjasama dengan organisasi/lembaga


yang menangani kesehatan khususnya yang bergerak di bidang HIV dan AIDS
untuk mengurangi penularan HIV sejak permulaan respon saat bencana. Hal-hal
yang harus dilakukan koordinator kesehatan reproduksi dalam kaitannya dengan
pencegahan penularan HIV adalah sebagai berikut:
a. Memastikan kegiatan transfusi darah aman dan rasional yang dilakukan
oleh lembaga/organisasi yang bergerak dibidangnya, misalnya: Palang
Merah Indonesia.
b. Memastikan fasilitas, perlengkapan dan petugas kompeten tersedia, jika
tidak, transfusi darah tidak boleh dilakukan.
c. Menekankan pentingnya kewaspadaan standar sejak awal dimulainya
koordinasi dan memastikan penerapannya.

Transfusi darah yang rasional adalah transfusi darah yang meliputi:


a. transfusi darah hanya dilakukan untuk keadaan yang mengancam nyawa
dan tidak ada alternatif lain;

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
8
MATERI 5 :
PENCEGAHAN PENULARAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL DAN
HIV

b. menggunakan obat-obatan untuk mencegah atau mengurangi perdarahan


aktif (misalnya Oksitosin);
c. jika memungkinkan gunakan pengganti darah untuk mengganti volume
yang hilang seperti cairan pengganti berbasis kristaloid (ringer laktat,
normal salin) atau cairan pengganti berbasis koloid (haemaccell, gelofusin).

E. MENJAMIN KETERSEDIAAN KONDOM GRATIS


Kondom merupakan metoda perlindungan kunci guna mencegah HIV dan
Infeksi Menular Seksual lain. Meskipun tidak semua populasi mengenalnya,
namun kondom harus tersedia di daerah yang dapat diakses dan bersifat
pribadi sejak hari-hari awal situasi darurat sehingga setiap orang yang
terbiasa dengannya, baik populasi yang terkena dampak maupun staf
kemanusiaan, dapat mengaksesnya. Ketersediaan kondom gratis harus
terjamin dan pasokan yang memadai harus dipesan segera (Lihat kotak
latihan mengenai cara menghitung jumlah kondom yang tepat untuk
dipesan).
Gambar Kondom:

Kondom Wanita
dengan 2 ring

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
8
MATERI 5 :
PENCEGAHAN PENULARAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL DAN
HIV

Kemana staf kemanusiaan dapat memesan kondom?


Kondom merupakan salah satu metode perlindungan untuk mencegah penularan
HIV dan Infeksi Menular Seksual (IMS) lainnya. Dalam rangka menjamin
ketersediaan kondom diperlukan adanya koordinasi antara Dinas Kesehatan,
Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) atau lembaga lainnya yang menyediakan
layanan ini. Pastikan bahwa kondom tersedia sejak hari hari awal saat bencana.
Kondom hanya diberikan kepada masyarakat apabila tidak ada halangan budaya
dan masyarakat menggunakan sebelumnya. Pendistribusian kondom harus diikuti
dengan informasi tentang cara penggunaannya. Khusus untuk kondom
perempuan, sebaiknya tidak disediakan apabila masyakarat belum terpapar cara
penggunaannya.
Bagaimana kondom harus disediakan?
Di samping menyediakan kondom jika diminta, staf kemanusiaan harus
memastikan kondom dapat terlihat oleh populasi pengungsi internal dan
memberikan informasi bahwa kondom tersedia di berbagai lokasi. Kondom dapat
disediakan di fasilitas kesehatan (puskesmas, pos kesehatan, RS dll) dan di
beberapa lokasi lain yang sesuai seperti di tempat distribusi bantuan ataupun di
dalam toilet

Tempat penyediaan kondom di fasilitas kesehatan, toilet dan tempat lain yang sesuai

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
8
MATERI 5 :
PENCEGAHAN PENULARAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL DAN
HIV

ATM kondom BKKBN


Merancang dan melaksanakan kampanye penyebarluasan kondom IEC yang tepat
sangat menghabiskan waktu dan sumberdaya, dan dengan demikian bukanlah
intervensi prioritas di awal situasi darurat. JANGAN mendistribusikan kondom
kepada populasi, yang dapat menjadi tak senonoh, atau melakukan kampanye
massal mengenai penyebarluasan kondom sebelum semua komponen PPAM
dilaksanakan, sewaktu program HIV/AIDS dan keluarga berencana yang lebih
mendalam dapat dirancang secara seksama.

F. PEMANTAUAN HIV PADA SITUASI BENCANA


Berikut adalah indikator yang dipakai untuk pencegahan penularan IMS/HIV
pada sitausi bencana
1) Pasokan untuk tindak-pencegahan universal: Persentase fasilitas
kesehatan dengan pasokan yang memadai untuk tindak kewaspadaan
standar seperti bahan suntikan sekali-pakai, sarung tangan, pakaian
pelindung dan protokol pembuangan yang aman untuk benda tajam
2) Transfusi darah yang aman: Persentase rumah sakit tingkat rujukan
dengan uji HIV yang memadai untuk menskrining darah dan
penggunaannya
3) Estimasi cakupan kondom: Jumlah kondom yang disediakan dan
didistribusikan dalam jangka waktu yang telah ditetapkan. Kita tidak
memakai indikator jumlah pemakaian kondom karena kita tidak bisa
memastikan bahwa jumlah kondom yang didistribusikan adalah sama
dengan jumlah yang dipakai.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
8
MATERI 5 :
PENCEGAHAN PENULARAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL DAN
HIV

Tantangan dan Solusi


1. Bagaimana jika fasilitas kesehatan tidak memiliki kapasitas untuk
menskrining donor untuk HIV?
Jangan berikan darah yang belum diskrining. Beri anjuran yang kuat kepada
instansi PBB, seperti WHO dan UNFPA, atau LSM, seperti Komite Internasional
Palang Merah untuk membangun layanan skrining darah.
2. Bagaimana jika budaya populasi pengungsi internal keberatan dengan
kondom?
Pekerja kemanusiaan kadang berasumsi bahwa tersedianya kondom secara
luas kemungkinan tidak disukai dalam sebagian budaya. Namun, tetap penting
untuk membuat kondom dapat terlihat dan tersedia sebab asumsi tersebut
belum tentu benar atau mungkin tidak benar untuk setiap orang dalam
populasi. Ada cara-cara kreatif untuk menyediakan bahan penyelamat nyawa
ini bagi mereka yang ingin melindungi diri mereka atau orang lain dari
penyebaran HIV, seperti menempatkan kondom di daerah yang tidak terlalu
umum namun tetap dapat diakses.

Latihan:
1. Demonstrasi cara pemasangan kondom pria dan wanita
a. Dapat dilakukan melalui demostrasi langsung memakai dildo/penis buatan
dan model vagina
b. Dengan memutar video cara pemasangan kondom

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
8
MATERI 5 :
PENCEGAHAN PENULARAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL DAN
HIV

Cara memakai kondom pria

Cara memakai kondom wanita

2. Latihan cara menghitung kebutuhan kondom


Hitung kebutuhan kondom untuk populasi pengungsi sebanyak 30,000 orang

1. Asumsikan bahwa 20% dari penduduk adalah laki-laki yang aktif


secara seksual

2. 20% dari mereka memakai kondom

3. Tiap pengguna kondom membutuhkan 12 kondom per bulan

4. Tambahkan 20% untuk cadangan

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
9
MATERI 5 :
PENCEGAHAN PENULARAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL DAN HIV DALAM SITUASI

Jawaban

30,000 x 20 %= 6,000 laki-laki yang aktif secara seksual

6,000 x 20 % = 1,200 laki-laki yang memakai kondom

1,200 x 12 kondom = 14,400 kondom yang dibutuhkan per bulan

14,400 x 3 bulan= 43,200 kondom

43,200 x 20% cadangan = 8,640 extra kondom

43,200 + 8,640 = 51,840 total kondom yang harus dipesan

VII. RANGKUMAN

 Mengurangi penularan IMS/HIV merupakan tujuan ke 3 dari PPAM yang


dilakukan dengan memastikan transfusi darah yang aman, menekankan
untuk penerapan kewaspadaan standar, menjamin tersedianya kondom
gratis.
 Penularan HIV dan IMS saling berhubungan.
 Memastikan semua darah untuk transfusi harus dites untuk TTI
(transfusion trasmitted infection)/Penyakit yang ditularkan melalui
transfusi darah
 Semua tempat layanan kesehatan harus menerapkan kewaspadaan standar
dari awal respon bencana
 Prosedur praktek kerja aman, informasi P3K untuk paparan saat kerja dan
PPP harus tersedia untuk semua staf di layanan kesehatan
 Strategi penyediaan dan distribusi kondom perlu diadaptasi dengan situasi
yang ada untuk membuatnya mudah diakses

VIII. EVALUASI

Pada pelaksanaan evaluasi sesi, dosen/pengajr dapat menggali lebih dalam


pemahaman peserta didik dalam menangkap/menyerap materi yang
diberikan.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
9
MATERI 5 :
PENCEGAHAN PENULARAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL DAN HIV DALAM SITUASI

1. Seorang koordinator kesehatan Reproduksi ingin memesan kondom untuk


kebutuhan pengungsi tsunami denganpopulasi 30.000 orang dan proporsi laki-laki
yang aktif secara seksual sebanyak 20% dan hanya dari 20% dari popolasi yang
menggunakan kondom dengan estimasi pengunaan kondom sebanyak 12 kondom
perbulan Dan 20% untuk cadangan posko. Berapa banyakkah kondom yang harus
dipesan?
a. 6000 kondom
b. 12.000 kondom
c. 24.000 kondom
d. 36.000 kondom
e. 51.840 kondom

2. Seorang koordinator kesehatan reproduksi, ingin memesan kondom untuk daerah


yang menagalami musibah tsunami. Kemanakag ia dapat memesan kondom
tersebut?
a. Pabrik kondom
b. Kementrian Kesehatan
c. koordinator kesehatan provinsi
d. Koordinator kesehatan Dinas kesehatan
e. membeli di apotik dengan sistem kapitasi

3. Seorang perempuan, barus saja melahirkan anak ke duanya 30 menit yang lalu di
posko kesehatan reproduksi, dari hasil pemeriksaan didapatkan K/U lemah, TD
100/60, plasenta sudah terlepas, dari vagina terlihat darah segar mengalir. Setelah
dilakukan pemeriksaan laboratorium didapatkan HB: 6 gr%, dokter dan bidan
memutuskan untuk melakukan penanganan kehilangan darah, namun donor
darah yang ada belum diskrining HIV dan hepatitis. Apakah tindakan segera yang
dapat dilakukan dokter dan bidan tersebut?
a. Melakukan rujukan terhadap ibu
b. Melakukan pemasangan infuse RL dua jalur
c. Menunggu hasil pengechekan darah yang tersedia
d. Tetap memeberikan transfuse darah karena emergency
e. Melapor kepada koordinator kesehatan reproduksi untuk mnyediakan darah
yang memadai

4. Sseorang petugas kesehatan, diminta untuk menangani banyak korban bencana


gempa bumi yang mengalami luka-luka dan memerlukan tindakan penangan
segera dengan menggunakan alat seadanya, sehingga ia menagbaikan prinsip
steril dalam menyelamatkan mereka. Apakah faktor resiko yang dapat terjadi pada
pasien yang ia tolong?

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
9
MATERI 5 :
PENCEGAHAN PENULARAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL DAN HIV DALAM SITUASI

a. Luka menjadi Infeksi


b. Lamanya penyembuhan luka
c. Adanya kemungkinan Tertular HIV
d. Adanya kemungkinan penularan IMS
e. Adanya kemungkinna penularan penyakit degenerate

5. Sseorang petugas kesehatan, diminta untuk menangani banyak korban bencana


gempa bumi yang mengalami luka-luka dan memerlukan tindakan penangan
segera dengan menggunakan alat seadanya, sehingga ia menagbaikan prinsip
steril dalam menyelamatkan mereka. Apakah upaya yang dapat dilakukan untuk
mencegah kejadian tersebut?
a. Meningkatkan kewaspadaan diri
b. Meningkatkan kewaspadaan mutu
c. Meningkatkan kewaspadaan isolasi
d. Meningkatkan kewaspadan standar
e. Meningkatkan kewaspadaan pasien

IX.DAFTAR PUSTAKA

 Departemen Kesehatan, Buku pedoman nasional Kesehatan Reproduksi dalam


situasi bencana, 2014
 Departemen Kesehatan RI dan UNFPA. 2008. Pedoman Praktis Kesehatan
Reproduksi pada Penanggulangan bencana di Indonesia. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI dan UNFPA.
 Inter agency Working Group on Reproductive Health in Crises. 2010. Buku
Pedoman Lapangan Antar lembaga Kesehatan Reproduksi dalam Situasi
Darurat Bencana. Revisi untuk peninauan lapangan. Jakarta: Inter agency
Working Group on Reproductive Health in Crises.
 Women Commision. 2007. Paket Pelayanan Awal Minimum Untuk Kesehatan
Reproduksi Dalam situasi Krisis. Modul pembelajaran jarak jauh. http://
www.womenscommission.org.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
9
MATERI 6

PENCEGAHAN KESAKITAN
DAN KEMATIAN MATERNAL
DAN NEONATAL PADA
SITUASI KRISIS/DARURAT
BENCANA

F
Daftar Isi Materi

DAFTAR ISI

I. DESKRIPSI SINGKAT..........................................................................................94

II. TUJUAN PEMBELAJARAN .................................................................................


1. Tujuan Pembelajaran Umum.......................................................................94
2. Tujuan Pembelajaran Khusus.....................................................................94

III. POKOK BAHASAN............................................................................................95


IV. BAHAN BELAJAR..............................................................................................95
V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN.............................................................96

VI. URAIAN MATERI


Layanan kesehatan maternal dan neonatal komprehensif pada kondisi
Darurat bencana
 Pelayanan persalinan...................................................................107
 Ante Natal Care............................................................................109
 Intra Batal Care............................................................................113
 Post Natal Care............................................................................114
 Asuhan bayi baru lahir.................................................................116

VII. RANGKUMAN..................................................................................................117
VIII. EVALUASI.........................................................................................................118
IX. DAFTAR PUSTAKA............................................................................................119
X. LAMPIRAN.......................................................................................................121

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN
MATERI 6 :
PENCEGAHAN KESAKITAN DAN KEMATIAN MATERNAL DAN
NEONATAL

MATERI 6
PENCEGAHAN KESAKITAN DAN KEMATIAN MATERNAL DAN NEONATAL
PADA KRISIS KESEHATAN

Pencegahan kesakitan dan kematian maternal dan neonatal dalam situasi darurat
bencana merupakan salah satu topik yang akan dipelajari dalam Paket Pelayanann Awal
Minimum (PPAM) dalam situasi bencana. Angka Kematian Ibu di Indonesia masih tinggi.
Kondisi ini akan lebih buruk bila terjadi bencana, karena terganggunya sistem kesehatan.
Sampai saat ini data kasus kematian ibu pada daerah bencana belum terdokumentasi,
sehingga data yang digunakan sebagai rujukan adalah Angka Kematian Ibu pada situasi
normal.

I. DESKRIPSI SINGKAT

Modul ini membahas tentang Pencegahan kesakitan dan kematian maternal dan
neonatal dalam situasi bencana difokuskan pada pelayanan persalinan dengan
memastikan bahwa pelayananan kegawatdaruratan kebidanan dan neonatal tersedia,
dibangunnya sistem rujukan yang berfungsi serta penyediaan kit persalinan bersih jika
terpaksa harus melahirkan di rumah atau tempat lain di luar fasilitas kesehatan. Di
modul ini juga dibahas mengenai komponen lain dari kesehatan maternal dan neonatal
yaitu perawatan kehamilan/Ante Natal Care (ANC) dan perawatan nifas/Post Natal Care
(PNC) yang akan diberikan apabila situasi sudah lebih stabil dan memungkinkan.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


a. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mempelajari materi ini peserta didik mampu melaksanakan pencegahan
kesakitan dan kematian maternal dan neonatal pada situasi darurat bencana
b. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mempelajari materi ini peserta didik mampu:
1. Memahami mengapa kesehatan maternal dan neonatal sangat penting pada situasi
darurat bencana

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA
94
MATERI 6 :
PENCEGAHAN KESAKITAN DAN KEMATIAN MATERNAL DAN
NEONATAL

2. Hal-hal yang dilakukan untuk kesehatan maternal dan neonatal yang merupakan
bagian dari PPAM seprti tersedianya pelayanan kegawatdaruratan kebidanan dan
neonatal, mebangun system rujukan yang berfungsi dan penyediaan kit persalinan
bersih
3. Merencanakan pemyediaan pelayanan ANC dan PNC apabila situasi sudah mulai
stabil dan memungkinkan
4. Memahami kriteria pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang
berkualitas

III. POKOK BAHASAN


Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan-pokok bahasan sebagai berikut yaitu :
Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan:
1. Penyebab mengapa kesehatan maternal dan neonatal sangat penting pada situasi
darurat ebncana
2. Tindakan prioritas untuk kesehatan maternal dna neonatal ssebagai bagian dari PPAM
3. Penyediaan pelayananan ANC dan PNC setelah situasi lebih stabil dna memungkinkan
4. Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang ebrkualitas

IV. BAHAN BELAJAR

1. Modul materi Pencegahan Kesakitan dan Kematian Kesehatan Maternal dan


Neonatal pada situasi Darurat Bencana.
2. Laptop
3. LCD
4. Kaset video
5. Papan plifchart/papan tulis
6. Spidol
7. Skenario kasus

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA
95
MATERI 6 :
PENCEGAHAN KESAKITAN DAN KEMATIAN MATERNAL DAN
NEONATAL

V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini sebanyak 7 JPL @ 50 menit (T=1 JPL, P=
6 JPL). Untuk memudahkan proses pelatihan, digunakan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Langkah 1 : Penyiapan Proses pembelajaran
1. Kegiatan Dosen
a) Dosen memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana dikelas
b) Dosen menyapa mahasiswa dengan ramah dan hangat.
c) Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas maka mulailah dengan
memperkenalkan diri.
d) Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, dan materi yang
akan disampaikan.
e) Menayangkan film tentang kondisi darurat bencana yang terkait dengan
kesakitan dan kematia maternal dan neonatal
f) Menggali pendapat pembelajar (apersepsi) tentang video yang
dtayangkan yang terkait dengan Pencegahan Kesakitan dan Kematian
Kesehatan Maternal dan Neonatal pada situasi Darurat Bencana dengan
metode curah pendapat (brainstorming).
g) Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan pembelajaran tentang
Pencegahan Kesakitan dan Kematian Kesehatan Maternal dan Neonatal
pada situasi Darurat Bencana dengan menggunakan bahan tayang.
2. Kegiatan Peserta
a) Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan
b) Mengemukakan pendapat atas pertanyaan dosen
c) Memperhatikan film/gambar tentang Pencegahan Kesakitan dan
Kematian Kesehatan Maternal dan Neonatal pada situasi Darurat Bencana
d) Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting
e) Mengajukan pertanyaan kepada dosen bila ada hal-hal yang belum jelas
dan perlu diklarifikasi.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA
96
MATERI 6 :
PENCEGAHAN KESAKITAN DAN KEMATIAN MATERNAL DAN
NEONATAL

b. Langkah 2 : Review pokok bahasan


1. Kegiatan Dosen
a) Menyampaikan Pokok Bahasan dan sub pokok secara garis besar dalam
waktu yang singkat
b) Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menanyakan hal-hal
yang kurang jelas
c) Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan peserta
2. Kegiatan Peserta
a) Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap penting
b) Mengajukan pertanyaan kepada dosen sesuai dengan kesempatan yang
diberikan
c) Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan dosen.

c. Langkah 3 : Pendalaman pokok bahasan


1. Kegiatan Dosen
a) Meminta kelas dibagi menjadi beberapa kelompok (4 kelompok) dan
setiap kelompok akan diberikan sebuah kasus yang akan didiskusikan
secara kelompok.
b) Menugaskan kelompok untuk memilih ketua, sekretaris dan penyaji.
c) Meminta masing-masing kelompok untuk menuliskan hasil diskusi untuk
disajikan.
d) Mengamati peserta dan memberikan bimbingan pada proses diskusi.
e) Meminta kelompok mahasiswa untuk melakukan role play tentang cara
membangun sistem rujukan untuk memfasilitasi transportasi dan
komunikasi dari masyarakat ke puskesmas dan antara puskesmas dan
rumah sakit.
f) Memberikan umpan balik terhadap penampilan mahasiswa
g) Melakukan demonstrasi tentang cara melakukan pertolongan persalinan
di situasi darurat bencana
h) Meminta dua orang mahasiwa untuk melakukan redemontrasi

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA
97
MATERI 6 :
PENCEGAHAN KESAKITAN DAN KEMATIAN MATERNAL DAN
NEONATAL

i) Membagi kelas menjadi 4 kelompok dan meminta mahasiswa untuk


mempraktikkan ketrampilan yang baru diajarkan dalam kelompok kecil.
j) Memberikan umpan balik terhadap kinerja mahasiswa
2. Kegiatan Peserta
a) Membentuk kelompok diskusi dan memilih ketua, sekretaris dan penyaji.
b) Mendengar, mencatat dan bertanya pada hal-hal yang kurang jelas pada
dosen.
c) Melakukan proses diskusi sesuai dengan kasus yang ditugaskan dan
menuliskan hasil dikusi untuk disajikan.
d) Melakukan role play tentang cara membangun sistem rujukan untuk
memfasilitasi transportasi dan komunikasi dari masyarakat ke puskesmas
dan antara puskesmas dan rumah sakit.
e) Memperhatikan dan mencatat umpan balik dari dosen
f) memperhatikan demonstrasi tentang cara melakukan pertolongan
persalinan di situasi darurat bencana
g) Melakukan redemontrasi
h) Mempraktikkan ketrampilan yang baru diajarkan dalam kelompok kecil.
i) Memperhatkan dan mencatat umpan balik terhadap kinerja mahasiswa

d. Langkah 4 :
Penyajian dan pembahasan hasil pendalaman pokok bahasan dikaitkan
dengan situasi darurat bencana.
1. Kegiatan Dosen
a) Meminta masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil
diskusi
b) Memimpin proses tanggapan (tanya jawab)
c) Memberikan masukan khususnya dikaitkan dengan situasi dan kondisi
di daerah kerja
d) Merangkum hasil diskusi .

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA
98
MATERI 6 :
PENCEGAHAN KESAKITAN DAN KEMATIAN MATERNAL DAN
NEONATAL

2. Kegiatan Peserta
a) Mengikuti proses penyajian kelas
b) Berperan aktif dalam proses tanya jawab yang dipimpin oleh dosen
c) Bersama dosen merangkum hasil presentasi masing–masing pokok
bahasan yang dikaitkan dengan situasi bencana.

e. Langkah 5 : Rangkuman dan evaluasi hasil belajar


1. Kegiatan Dosen
a) Mengadakan evaluasi dengan mengajukan 3 (tiga) buah pertanyaan
sesuai dengan topik pokok bahasan
b) Memperjelas jawaban peserta terhadap masing– masing pertanyaan
c) Bersama peserta merangkum poin-poin penting dari hasil proses
pembelajaran tentang pelayanan prima.
d) Membuat kesimpulan.
2. Kegiatan Peserta
a) Menjawab pertanyaan yang diajukan dosen.
b) Bersama-sama dosen merangkum hasil proses pembelajaran tentang
pencegahan kekerasan seksual berbasis gender dala situasi bencana

VI. URAIAN MATERI

Di seluruh dunia, 15% sampai dengan 20% ibu hamil akan mengalami komplikasi
selama kehamilan atau persalinan. Terdapat lebih dari 500.000 kematian ibu setiap
tahun dengan 99%-nya terjadi di negara-negara berkembang. Di Indonesia,
berdasarkan hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesian (SDKI 2012) Angka
Kematian Ibu sebesar 359 per 100,000 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian
bayi 32 per 1000 kelahiran hidup. Dari sekitar 130 juta bayi yang lahir setiap tahun,
sekitar 4 juta di antaranya meninggal dunia dalam empat minggu pertama
kehidupannya (periode neonatal). Sekitar 4 juta bayi juga meninggal saat lahir,
meninggal di dalam rahim selama tiga bulan terakhir kehamilan.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA
99
MATERI 6 :
PENCEGAHAN KESAKITAN DAN KEMATIAN MATERNAL DAN
NEONATAL

Sebagian besar angka kematian ibu pada saat kehamilan dan persalinan serta angka
kematian bayi baru lahir terjadi pada saat proses persalinan dan nifas. Dari analisa
penyebab kematian Ibu 2008 diperoleh data, 90% kematian ibu terjadi pada saat
persalinan dan segera setelah persalinan. Penyebab utama kematian ibu 1) Hipertensi
dalam Kehamilan (24%) 2) Komplikasi puerperum (8%) 3) Perdarahan (28%) 4) Abortus
(5%) 5) Partus macet / lama (5%) 6) infeksi (11%).
Grafik 6.1
Penyebab kematian Ibu di Indonesia

Grafik 6.2
Penyebab kematian Bayi di Indonesia
Meningtis, 4.5 %
Tidak diketahui
Penyebabnya 3.7 %
Kelainan Kongenital, 5.7 %

Masalah
Pneumonia, 12.7 %
Neonatal
46,2 %
(BBLR, asfiksia dan
infeksi)

Diare, 15 %

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA
100
MATERI 6 :
PENCEGAHAN KESAKITAN DAN KEMATIAN MATERNAL DAN
NEONATAL

Tetanus, 1.7 %
Sumber data Riskesdas 2007

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA
101
MATERI 6 :
PENCEGAHAN KESAKITAN DAN KEMATIAN MATERNAL DAN
NEONATAL

Kematian bayi sebagian besar disebabkan oleh masalah neonatal (BBLR, asfiksia
dan infeksi) yang sebenarnya dapat dihindari penyebabnya. Mengingat kematian
bayi mempunyai hubungan erat dengan mutu penanganan ibu, maka proses
bersalin dan perawatan bayi harus dilakukan dalam sistem terpadu. Sebagian
besar kematian ibu dan bayi sebenarnya dapat dicegah apabila ditangani
oleh petugas terampil dengan sumber daya yang memadai di tingkat fasilitas
kesehatan.
Pada kondisi normal angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masih sangat tinggi
dan kondisi ini dapat menjadi lebih buruk pada situasi kondisi bencana karena sulit
mendapat pelayanan kesehatan maternal dan neonatal atau karena pelayanan
tersebut tidak tersedia. Oleh karena itu PPAM bertujuan untuk mencegah
meningkatnya kesakitan dan kematian maternal dan neonatal.

Dalam kondisi bencana, di pengungsian, sekitar 4% dari populasi akan menjadi


hamil dalam suatu periode waktu. Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal
dalam situasi bencana utamanya ditujukan untuk mengenali tanda bahaya serta
penanganan kegawatdaruratan melalui tindakan penyelamatan nyawa yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan terampil untuk menangani komplikasi maternal
pada periode kehamilan, persalinan dan nifas dan pada neonatal.

Foto ibu hamil di pengungsian


Untuk itu penting memastikan tersedianya tenaga yang mampu memberikan
pelayanan “pelayanan kegawatdaruratan kebidanan” dan mampu melakukan

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA
102
MATERI 6 :
PENCEGAHAN KESAKITAN DAN KEMATIAN MATERNAL DAN
NEONATAL

tindakan perawatan bayi baru lahir esensial secara berkesinambungan dan


komprehensif pada kondisi darurat bencana
Mengapa kesehatan maternal dan neonatal sangat penting pada kondisi bencana?

 Pada kondisi bencana akan tetap ada ibu hamil yang akan melahirkan
kapan saja pada saat bencana sedang terjadi, pada saat proses evakuasi
maupunpada saat tinggal di pengungsian

 Karena situasi kacau pada saat bencana, ibu yang belum waktunya
melahirkan juga dapat melahirkan lebih awal/prematur karena situasi
yang kacaudan harus menyelamatkan diri

 15-20% kehamilan akan mengalami komplikasi dan


membutuhkan penanganan segera untuk menyelamatkan nyawa

Bagaimanakah pelayanan kesehatan maternal dan neonatal pada kondisi darurat


bencana?
Kesehatan maternal dan neonatal mencakup 3 komponen:
a. Antenatal Care (ANC) atau perawatan kehamilan
b. Intra Natal Care (INC) atau Perawatan persalinan
c. Post Natal care (PNC) untuk ibu dan bayi baru lahir
Dari ketiga komponen Kesehatan Maternal dan Neonatal, yang merupakan bagian dari
PPAM adalah pertolongan persalinan. Bukan berarti bahwa ANC dan PNC tidak penting,
tetapi karena keterbatasan sumber daya, pada kondisi darurat bencana pelayanan
difokuskan pada pertolongan persalinan untuk menyelamatkan nyawa karena kematian
banyak terjadi pada saat proses persalinan. Tetapi jika bencana berskala kecil dan sumber
daya manusia dan sumber daya lain termasuk alat dan bahan tersedia, maka ke 3
komponen tersebut dapat diberikan.
Berbedaan antara Kesehatan Maternal dan Neonatal pada situasi darurat bencana melalui
PPAM dan pada situasi normal melalui Kesehatan Maternal dan Neonatal Komprehensif:

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA
103
MATERI 6 :
PENCEGAHAN KESAKITAN DAN KEMATIAN MATERNAL DAN
NEONATAL

Fase tanggap darurat Fase stabil/Normal


KOMPONEN PPAM LAYANAN KESEHATAN PELAYANAN KESEHATAN
REPRODUKSI REPRODUKSI KOMPREHENSIF
- Memastikan tersedianya - Menyediakan layanan Ante
layanan kegawatdaruratan Natal Care (ANC)
kebidanan dan neonatal - Menyediakan layanan Post
- Membangun system Natal Care (PNC)
rujukan 24/7 untuk - Melatih penolong persalinan
kegawatdaruratan kebinanan terlatih (bidan, dokter dan
PELAYANAN
dan neonatal (Emergency perawat) dalam melakukan
MATERNAL Obstetric and Neonatal layanan kegawatdaruratan
Care/EmONC) kebidanan dan neonatal
DAN
- Menyediakan kit persalinan (Emergency Obstetric and
NEONATAL bersih bagi ibu hamil yang Neonatal Care/EmONC)
terlihat dan penolong - Meningkatkan akses kepada
persalinan PONED (Pelayanan Obstetric
- Menginformasikan kepada Neonatal Emergency Dasar)
masyarakat tentang layanan dan PONEK (Pelayanan
yang tersedia Obstetric Neonatal Emergency
Komprehensif)

Berdasarkan tabel di atas, berikut ini yang harus dilakukan untuk mencegah
kesakitan dan kematian maternal dan neonatal pada afse tanggap darurat:
 Memastikan tersedianya layanan kegawatdaruratan kebidanan dan neonatal

Foto: fasilitas kesehatan di pengungsian

 Membangun system rujukan 24/7 untuk kegawatdaruratan kebinanan


dan neonatal (PONED dan PONEK)

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA
104
MATERI 6 :
PENCEGAHAN KESAKITAN DAN KEMATIAN MATERNAL DAN
NEONATAL

Perlu dilakukan penilaian tentang kondisi fasilitas kesehatan termasuk fasilitas


puskesmas PONED dan RS PONEK, apakah fasilitas tersebut masih berfungsi
dan apakah tenaga kesehatan terlatih dan alat dan bahan untuk penanganan
kegawatdaruratan kebidanan tersedia dan mencukupi. Data tersebut dapat
dipergunakan untuk membangun system rujukan termasuk merujuk ke
fasilitas PONED dan PONEK yang masih berfungsi setelah bencana. Perlu
dipastikan bahwa sarana transportasi termasuk ambulans, perahu motor dan
alat transportasi lain tersedia karena pada bencana berskala besar sering kali
faslitas infrastruktur seperti jalan dan jembatan banyak yang rusak dan
terputus. Perlu dipikirkan alat transportasi alternatif untuk mencapai fasilitas
rujukan.

Ambulans air dan udara

Bagaimana cara membangun sistem rujukan untuk memfasilitasi transportasi


dan komunikasi dari masyarakat ke puskesmas dan antara puskesmas dan
rumah sakit?
Kapan sistem rujukan untuk darurat kebidanan harus disediakan? Sesegera
mungkin, sistem rujukan, termasuk sarana komunikasi dan transportasi, yang
mendukung manajemen komplikasi kebidanan, harus tersedia untuk digunakan
oleh populasi pengungsi internal 24 jam sehari, tujuh hari seminggu. Sistem
rujukan harus memastikan bahwa wanita yang mengalami komplikasi kehamilan
atau kelahiran dirujuk dari masyarakat ke fasilitas Pelayanan kesehatan dasar di

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA
105
MATERI 6 :
PENCEGAHAN KESAKITAN DAN KEMATIAN MATERNAL DAN
NEONATAL

mana Perawatan Kegawatdaruratan kebidanan dasar (PONED) tersedia dan ke


fasilitas dengan layanan Kegawatdaruratan kebidanan komprehensif (PONEK).

Persyaratan apa yang dibutuhkan untuk sistem rujukan agar efektif bekerja
selama 24 jam dan 7 hari (24/7)?
1. Sistem rujukan harus memiliki transportasi sepanjang waktu. Misalnya,
apabila ada tenaga kesehatan yang meninggalkan kamp dan membawa serta
kendaraan atau ambulans bersamanya, ada transportasi yang
menggantikannya.

Foto ambulans yang siap siaga di pengungsian

2. Sistem komunikasi harus dibangun agar apabila seorang wanita yang hendak
melahirkan dan mengalami komplikasi, seperti persalinan macet, maka ia
dapat mencapai fasilitas perawatan kesehatan. Dengan adanya sistem
komunikasi ini, tenaga kesehatan di lapangan bisa berkonsultasi dengan
tenaga yang lebih ahli apabila belum memungkinkan untuk merujuk pasien
karena faktor keamanan atau akses ke fasilitas rujukan yang terputus

Komunikasi radio sangat membantu untuk system rujukan

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA
106
MATERI 6 :
PENCEGAHAN KESAKITAN DAN KEMATIAN MATERNAL DAN
NEONATAL

3. Fasilitas rujukan harus memiliki staf yang memenuhi syarat, peralatan dan
supply medis untuk menangani kebutuhan ekstra yang diajukan kepadanya
oleh populasi pengungsi internal.

Suatu sistem rujukan yang memadai memerlukan protokol rujukan yang rinci
yaitu bilamana dan kemana harus dirujuk serta pencatatan yang memadai dari
kasus-kasus yang dirujuk. Hal ini membutuhkan koordinasi, komunikasi,
kepercayaan dan saling pengertian antara bidan dan diantara puskesmas dengan
rumah sakit yang memiliki fasilitas yang lebih lengkap. Suatu sistem rujukan yang
efektif harus pula memperhitungkan keadaan keamanan, keadaan geografis dan
kesulitan transportasi.
 Menyediakan kit persalinan bersih bagi ibu hamil yang terlihat dan penolong
persalinan
Pada bencana berskala besar seperti tsunami di Aceh, dimana banyak sekali
fasilitas kesehatan yang hancur dan tenaga kesehatan termasuk bidan yang
menjadi korban, tidak semua persalinan bisa dilakukan di fasilitas kesehatan
dan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih. Untuk itu disediakan kit
persalinan bersih bagi ibu-ibu yang terpaksa melahirkan di rumah atau di
tempat selain fasilitas kesehatan.

Kondisi puskesmas yang rusak dan berantakan akibat bencana

Kit persalinan bersih: terdiri dari peralatan sederhana seperti perlak, sabun cuci
tangan silet untuk memotong tali pusat, tali untuk mengikat tali pusat dll. Kit

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA
107
MATERI 6 :
PENCEGAHAN KESAKITAN DAN KEMATIAN MATERNAL DAN
NEONATAL

persalinan bersih didistribusikan kepada ibu hamil yang akan melahirkan dalam
waktu dekat dengan pesan bahwa ibu hamil tetap harus melahirkan di tenaga
kesehatan. Kit ini hanya dipakai pada saat kondisi darurat saja dimana ibu yang
akan melahirkan tsb tidak bisa bertemu bidan atau puskesmas karena bencana
susulan, jalan terendam banjir dll. Setidaknya ibu yang melahirkan itu memiliki
alat yang bersih untuk memotong tali pusat bayinya. Jadi kit persalinan bersih
tidak mempromosikan persalinan di rumah.
Paket ini berisi materi yang sangat mendasar: satu lembar seprai plastik atau alas,
dua utas tali steril, satu pisau silet yang bersih (baru dan terbungkus di dalam
kertas asli), kasa, kapas, alkohol, betadine, sebatang sabun, sepasang sarung
tangan dan kain katun.

Gambar kit persalinan bersih


 Menginformasikan kepada masyarakat tentang layanan yang tersedia

Perawatan Persalinan
Pelayanan persalinan merupakan pelayanan prioritas dalam kondisi bencana. Proses
melahirkan terdiri dari persalinan, kelahiran dan periode segera setelah kelahiran. Proses ini
harus terjadi di fasilitas kesehatan yang memastikan adanya privasi, aman, khusus dan
dilengkapi dengan pemenuhan alat serta petugas kesehatan yang kompeten yang diperlukan
dan transportasi serta komunikasi ke rumah sakit rujukan untuk kegawatdarurat kebidanan
dan neonatal.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA
108
MATERI 6 :
PENCEGAHAN KESAKITAN DAN KEMATIAN MATERNAL DAN
NEONATAL

Petugas kesehatan reproduksi harus memastikan bahwa semua fasilitas layanan memiliki
protokol klinis/Standar Operating Prosedur (SOP) serta tindakan kewaspadaan standard
terkait dengan penanganan limbah untuk cairan ketuban, darah dan plasenta. Mencuci
tangan dan kewaspadaan standard lainnya harus dilakukan
Hal yang perlu dilakukan pada pelayanan persalinan dalam kondisi bencana adalah :
1. Menilai kemajuan persalinan dengan menggunakan Partograf. Partograf harus
digunakan untuk setiap kelahiran untuk memantau kemajuan persalinan, kondisi ibu
dan fetus secara ketat serta sebagai alat bantu pembuatan keputusan untuk
penanganan lebih lanjut dari rujukan.
2. Pencegahan perdarahan pasca melahirkan
Salah satu penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan pasca persalinan.
Manajemen aktif kala tiga akan mengurangi risiko plasenta tertahan dan perdarahan
pasca melahirkan. Petugas kesehatan kompeten harus melakukan manajemen aktif
kala tiga ke semua ibu. Tata laksana ini mencakup:
a. Pemberian obat uterotonika (oksitosin), kepada ibu dalam waktu satu menit
setelah kelahiran bayi,
b. Peregangan tali pusat terkendali
c. Masase uterus dari luar setelah plasenta dilahirkan oksitosin merupakan
uterotonika yang direkomendasikan untuk pencegahan dan perawatatan
perdarahan pasca persalinan atonik. Perlu diperhatikan kesulitan untuk
memastikan praktek penyuntikan aman dan ada tidaknya lemari pendingin untuk
penyimpanan oksitosin . Karena oksitosin mengalami penurunan keaktifitasannya
jika disimpan di atas suhu.
3. Pelayanan kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal
Selain perawatan esensial selama persalinan dan kelahiran, layanan PONED harus
dilakukan di tingkat pusat kesehatan masyarakat untuk menangani komplikasi selama
kelahiran termasuk masalah-masalah bayi baru lahir, atau menstabilkan ibu sebelum
dirujuk ke rumah sakit. Pastikan petugas kesehatan telah terampil tentang prosedur
penanganan kegawatdaruratan kebidanan dan neonatal Informasikan protokol/ SOP

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA
109
MATERI 6 :
PENCEGAHAN KESAKITAN DAN KEMATIAN MATERNAL DAN
NEONATAL

secara luas tentang obat-obatan, peralatan dan suplai tersedia di semua pusat
kesehatan.
4. Seperti halnya kedaruratan maternal, kedaruratan neonatal tidak selalu dapat
diprediksi. Misalnya, mungkin saja bayi tidak bernafas sehingga staf harus siap untuk
melakukan resusitasi neonatal di setiap persalinan. Lebih jauh lagi, komplikasi ibu dapat
menyebabkan bayi baru lahir terganggu secara bermakna sehingga petugas kesehatan
harus siap sebelum kelahiran terjadi.
5. Tanda bahaya pada kehamilan merupakan faktor penentu untuk melakukan intervensi
medis yang digunakan dalam menangani komplikasi kebidanan yang merupakan
penyebab utama kematian maternal di seluruh dunia. Menggambarkan tanda bahaya
terkait dengan layanan PONED dan PONEK. Sejumlah layanan penting tidak disebutkan
tetapi dimasukkan ke dalam tanda-tanda bahaya ini. Misalnya, saat melakukan bedah
sesar berarti tindakan anestesi/ pembiusan harus diberikan.

Apabila situasi sudah mulai stabil dan memungkinkan, bisa dilaksanakan pemberian
pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang lain seperti ANC dan PNC melalui
pelayanan kesehatan reproduksi komprehensif pada kondisi normal.

Antenatalcare (ANC)
Jika tenaga kesehatan tersedia atau kondisi situasi sudah mulai stabil, ANC dapat dilakukan
sesuai dengan standar yang berlaku. Kunjungan ANC minimal dilakukan empat kali dengan
rincian sebagai berikut : kunjungan pertama di awal kehamilan sampai dengan usia,
kunjungan kedua di usia kandungan 24-28 minggu, kunjungan ketiga pada usia kandungan 32
minggu dan kunjungan keempat pada usia kandungan sekitar 36 minggu.
Tujuan Pelayanan Ante Natal adalah untuk:
1. Mempersiapkan ibu hamil agar dapat bersalin dengan sehat dan selamat, dan
memperoleh bayi yang sehat melalui penyuluhan dan promosi kesehatan selama
kehamilan
2. Mengidentifikasi dan menangani masalah kesehatan yang ada serta komplikasi yang
terjadi selama kehamilan

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA
110
MATERI 6 :
PENCEGAHAN KESAKITAN DAN KEMATIAN MATERNAL DAN
NEONATAL

3. Melakukan deteksi dan antisipasi dini kelainan janin

Beberapa Pelayanan antenatal yang dapat dilakukan secara terpadu dengan program lain
pada kondisi bencana adalah:
1. Pencegahan dan pengobatan malaria dalam kehamilan
Program ini terutama diperhatikan bagi daerah bencana yang endemis malaria.
Malaria merupakan penyebab dari 2-15% anemia pada ibu hamil di Afrika yang
menyebabkan peningkatan risiko kesakitan dan kematian maternal. Malaria juga
meningkatkan risiko aborsi spontan, lahir mati, lahir prematur dan bayi dengan berat
badan lahir rendah. Sekitar 3-8% dari semua kematian bayi dapat dilihat
hubungannya dengan infeksi malaria pada ibu.* Untuk mencegah malaria selama
kehamilan:
a. Memberikan kelambu berinsektisida (Insecticide-Treated Bed Nets/ITN) dan
berikan dorongan kepada semua ibu hamil untuk tidur di bawah kelambu tersebut
pada kehamilan dan terus menggunakannya selama masa nifas bersama dengan
bayinya.
b. Melakukan screening bagi semua ibu hamil dengan menggunakan Rapid Diagostik
Test (RDT)
c. Berikan terapi bagi ibu hamil yang positif terinfeksi malaria sesuai standar yang
ada
d. Memberikan saran kepada ibu hamil untuk menghindari keluar setelah hari gelap
atau sebelum matahari terbit atauuntuk menggunakan repellent atau obat
nyamuk untuk membunuh atau mengusir nyamuk.

2. Skrining untuk Infeksi Menular Seksual


Semua ibu hamil harus diskrining untuk melihat apakah ia menderita Infeksi Menular
Seksual pada kunjungan antenatal pertama, melalui anamnese terarah yang dapat
dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik dan penunjang (bila sarana tersedia) bila
diperlukan. Infeksi Menular Seksual misalnya Sifilis memiliki kontribusi terhadap
kesakitan penyakit/ komplikasi maternal dan menyebabkan bayi lahir mati atau

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA
111
MATERI 6 :
PENCEGAHAN KESAKITAN DAN KEMATIAN MATERNAL DAN
NEONATAL

keguguran serta bayi lahir dengan sifilis bawaan. Bagi ibu yang menerima hasil tes
positif segera dirujuk dan harus segera diobati sesuai standar pengobatan yang ada.

3. Skrining HIV untuk pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak (PPIA) - Prevention
of Mother to Child Transmission ( PMTCT)
Pelayanan ini dilakukan pada ibu hamil di daerah yang mempunyai resiko tinggi.
Sekitar 430.000 anak menjadi terkena infeksi baru HIV di tahun 2008 dengan lebih
dari 90% di antaranya tertular melalui penularan ibu ke anak. Tanpa pengobatan,
sekitar setengah dari anak-anak yang terinfeksi ini akan meninggal dunia sebelum
ulang tahun mereka yang kedua.Pemeriksaan Tes HIV dan sifilis merupakan
pemeriksaan yang wajib ditawarkan kepada ibu hamil bersama pemeriksaan rutin
lainnya pada setiap kunjungan antenatal mulai kunjungan pertama(K1) hingga
menjelang persalinan.

Rekomendasi dan prinsip PPIA adalah:


Tawarkan test HIV dan Sifilis pada setiap ibu hamil yang datang pada kunjungan
antenatal mulai Kunjungan pertama (K1) hingga menjelang persalinan (Tes dan
konseling atas insiatif petugas kesehatan (TKiPK)

4. Pencegahan penyakit dan promosi kesehatan


Selain dari yang telah disebutkan di atas, tindakan-tindakan preventif yang dapat
dilakukan adalah imunisasi tetanus dan pengobatan presumptif untuk cacing
tambang. Penyuluhan dan promosi kesehatan bertujuan untuk:
a. Meningkatkan upaya merawat diri secara sehat termasuk gizi yang memadai,
menghindari kontak zat-zat yang memiliki potensi berbahaya, kebersihan untuk
mencegah infeksi, istirahat dan aktifitas yang memadai, pencegahan IMS/HIV,
malaria dan anemia
b. Mempromosikan menyusui dan persiapan untuk menyusui
c. Mendorong ibu mencari layanan kesehatan, termasuk mengenali tanda bahaya

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA
112
MATERI 6 :
PENCEGAHAN KESAKITAN DAN KEMATIAN MATERNAL DAN
NEONATAL

dan harus mencari tempat pertolongan


d. Mempromosikan keluarga berencana pasca persalinan atau jarak antara
kehamilan serta perawatan bayi baru lahir (termasuk nutrisi, perawatan tali
pusat, dan imunisasi).
5. Kebutuhan nutrisi untuk ibu hamil
Selama kehamilan dan menyusui, kebutuhan gizi ibu akan energi, protein dan
mikronutrien meningkat secara siginfikan, Ibu hamil memerlukan tambahan 285
kkal/hari dan ibu menyusui membutuhkan tambahan 500 kkal/ hari. Asupan zat besi
dan asam folat yang memadai menjadi sangat penting bagi kesehatan ibu dan
bayinya. Peningkatan kebutuhan mikronutrien untuk ibu hamil biasanya tidak
dipenuhi melalui porsi makanan dasar. oleh karena itu, ibu hamil harus menerima
suplemen makanan seperti suplemen zat besi setiap hari (60 mg/hari) minimal 90
tablet selama kehamilan serta asam folat (400 μg/hari).

6. Komplikasi kehamilan
Adanya kondisi bencana akan meningkatkan pengaruh pada kondisi fisik dan mental
wanita hamil, sehingga komplikasi pada kehamilan akan meningkat seperti:
a. Perdarahan saat kehamilan disebabkan oleh plasenta menutupi jalan lahir
( plasenta previa ) atau plasenta yang lepas sebelum bayi lahir ( solution
plasenta ). Pasien di diagnosis dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, jika
memungkinkan pemeriksaan penunjang (USG), prinsip penatalaksanaannya :
1) Mencegah kematian ibu
2) Menghentikan sumber perdarahan
3) Jika janin masih hidup mempertahankan dan mengusahakan janin lahir hidup
b. Hipertensi dalam kehamilan
Merupakan salah satu penyebab kematian pada ibu yang dapat menjadi, antara
lain :
1) Hipertensi saja
2) Preeklampsia apabila disertai dengan proteinuria dan atau odema

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA
113
MATERI 6 :
PENCEGAHAN KESAKITAN DAN KEMATIAN MATERNAL DAN
NEONATAL

3) Eklampsia apabila disertai dengan proteinuri, dan atau odemen disertai


kejang.
Prinsipnya penatalaksaannya adalah melindungi ibu dari efek peningkatan
tekanan darah, mencegah progresivitas penyakit ( pemberian anti hipertensi
dan anti kejang), mengatasi dan menurunankan resiko pada janin, serta
melahirkan dengan cara yang paling aman ( pervaginam – perabdominam ).
c. Persalinan sebelum waktunya (Preterm)
Persalinan yang terjadi dengan usia kehamilan sebelum waktunya (sebelum usia
37 minggu) biasa dengan disertai bayi premature (berat lahir kurang dari 2500
gram). Prinsip penatalaksanaan menghadapi kehamilan preterm dapat meliputi
pencegahan (pemberian tokolitik), penanganan persalinan preterm dan
penanganan bayi-bayi belum cukup bulan. Dalam menghadapi komplikasi
kehamilan yang termasuk pelayanan kegawat daruratan kebidanan dan pelayanan
bayi baru lahir, ketersediaan tenaga kesehatan dan fasilitas sangatlah diperlukan
dan kemungkinan untuk merujuk ke pelayanan di tingkat yang lebih tinggi, untuk
itu diperlukan kerja sama lintas sektoral untuk mengatasi penanganan komplikasi
kehamilan pada situasi darurat bencana.

7. Persiapan Intranatal Care


Pelayanan Ante Natal memberikan kesempatan kepada ibu dan petugas kesehatan
yang menanganinya untuk membuat suatu rencana persalinan dan kedaruratan
berdasarkan kebutuhan, sumber daya dan kondisi dan keinginan ibu misalnya:
memilih tempat persalinan, tidakan yang perlu dilakukan bila terjadi komplikasi,
rencana persalinan normal dan persalinan darurat, mengidentifikasi keinginan ibu
untuk tempat dan dengan siapa ia ingin melahirkan serta tindakan yang perlu
dilakukan jika terjadi komplikasi (transportasi, tempat rujukan, dana darurat). Karena
sebagian besar komplikasi selama persalinan tidak dapat diprediksi, pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan kompeten di fasilitas kesehatan dengan peralatan
lengkap yang mampu menangani kemungkinan komplikasi sangat dianjurkan.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA
114
MATERI 6 :
PENCEGAHAN KESAKITAN DAN KEMATIAN MATERNAL DAN
NEONATAL

Semua hasil pemeriksaan dan tindakan yang diberikan selama masa antenatal harus
dicatat di buku KIA yang dipegang oleh ibu. Pencatatan yang baik sangat penting
untuk membantu pengambilan keputusan dan intervensi yang sesuai.

8. Post Natal Care (PNC)


Postnatalcare (PNC) merupakan bagian dari kesehatan reproduksi tetapi PNC juga
bukan termasuk bagian dari Paket Pelayanan Awal Minimum, Jika tenaga kesehatan
tersedia atau kondisi situasi sudah mulai stabil, PNC dapat dilakukan sesuai dengan
standar yang berlaku.
Pastikan petugas kesehatan terampil dalam mengenali komplikasi pasca persalinan
dan merujuk ibu dan bayi baru lahir yang mungkin memerlukan observasi atau
perawatan lebih lanjut. Beritahu keluarga mengenai tanda bahaya pasca persalinan
pada ibu dan bayi baru lahir untuk dapat mencari pertolongan secara dini jika
diperlukan. Kunjungan pasca persalinan merupakan saat untuk menilai dan
mendiskusikan kebersihan diri, menyusui, dan metode yang tepat dan waktu yang
tepat untuk keluarga berencana.

Pastikan adanya dukungan petugas kesehatan secara dini dan pemberian ASI
eksklusif serta diskusikan gizi yang sesuai untuk ibu. Tablet zat besi dan folat harus
dilanjutkan dan vitamin A serta minyak atau garam beryodium diberikan jika perlu.
Menyusui secara khusus merupakan hal penting dalam situasi bencana. Risiko terkait
dengan pemberian susu botol atau pengganti ASI sangat meningkat ketika kebersihan
sangat buruk, terlalu banyak orang dalam satu tempat dan akses terbatas terhadap
air.

Dalam situasi semacam ini, ASI mungkin merupakan satu-satunya sumber makanan
yang aman dan berkesinambungan untuk bayi. Kehangatan dan perawatan yang
diberikan selama menyusi juga merupakan hal penting bagi ibu dan bayi. Karena
menyusui juga merupakan aktifitas tradisional untuk ibu, menyusui dapat membuat
ibu percaya diri. oleh karena itu, penting sekali untuk mengawali pemberian ASI

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA
115
MATERI 6 :
PENCEGAHAN KESAKITAN DAN KEMATIAN MATERNAL DAN
NEONATAL

dalam waktu satu jam setelah kelahiran, mendorong pemberian ASI eksklusif,
mendorong menyusui secara sering dan sesuai kebutuhan bayi (termasuk di malam
hari) dengan tidak membatasi periode dan frekuensi menyusui. Pemberian ASI setiap
kali bayi menginginkan selama enam bulan pertama juga merupakan salah satu cara
ber- KB selama menstruasi belum kembali dan tidak ada makanan lain diberikan
kepada bayi.

Dukung ibu dengan HIV positif untuk membuat keputusan berdasarkan informasi
mengenai cara pemberian asupan pada bayinya. Ibu yang diketahui HIV+ harus
diberikan OBAT ARV seumur hidup untuk menekan risiko penularan HIV lewat ASI.
Pastikan bahwa ibu HIV positif telah dikonseling dan memiliki akses terhadap terapi
ARV dan bayi dirawat setelah kelahiran. Di tempat-tempat ketika pemberian asupan
pengganti (dengan susu formula) memunculkan risiko tinggi untuk penyakit,
malnutrisi dan kematian, hasil akhir kesehatan bayi akan lebih baik jika ibu dengan
HIV menyusui bayinya.

Pada saat bencana skala besar, biasanya syarat AFASS sulit terpenuhi, Ibu yang telah
diketahui terinfeksi HIV (dan yang bayinya tidak terinfeksi HIV atau belum diketahui
status HIV-nya) harus menyusui bayinya secara eksklusif selama enam bulan pertama,
memperkenalkan makanan tambahan setelah masa tersebut dan melanjutkan
menyusui selama 12 bulan awal kehidupan.
(sumber: pedoman ANC terpadu, Kemenkes RI, 2010)

Pada kondisi normal dan darurat bencana, pelayanan kesehatan maternal dan neonatal
tetap harus diberikan secara berkualitas.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA
116
MATERI 6 :
PENCEGAHAN KESAKITAN DAN KEMATIAN MATERNAL DAN
NEONATAL

Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal dikatakan berkualitas apabila memenuhi


persyaratan sbb:
 Pelayanan dapat diakses dan terjangkau dari segi geografis maupun biaya
dan dapat diterima sesuai dengan budaya setempat
 Pelayanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal tersedia 24 jam sehari
dan 7 hari dalam seminggu
 Pelayanan diberikan oleh tenaga kesehatan yang berkompeten dan terlatih
 Tersedianya alat, obat-obatan dan bahan habis pakai yang sesuai standard an
dengan jumlah yang mencukupi
 Pelayanan dan tindakan diberikan sesuai dengan SOP (Standar Operasional
Procedure)
 Kepuasan dari pelanggan atau klien atas pelayanan yang diberikan

9. Asuhan Bayi baru lahir


Kematian neonatal terjadi tujuh kali lebih sering dibandingkan dengan kematian ibu.
Ketiga penyebab utama kematian bayi baru lahir adalah asfiksia pada saat lahir,
infeksi dan komplikasi prematuritas dan berat badan lahir rendah (BBLR). Kondisi-
kondisi ini dapat dicegah dan dapat ditangani jika ibu memiliki akses terhadap
layanan kegawatdaruratan kebidanan dan neonatal. Staf harus dilatih untuk
mengenali kedaruratan dan merujuk ke tingkat layanan lebih tinggi jika diperlukan.

Dalam situasi darurat bencana, asuhan bayi baru lahir merupakan bagian dari
PPAM. Asuhan bayi baru lahir normal mencakup:
a. Menjaga bayi tetap kering dan hangat serta memastikan kontak kulit ke kulit
dengan ibu.
b. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dalam rentang waktu satu jam setelah
melahirkan jika bayi dan ibu telah siap
c. Memantau perdarahan tali pusar, kesulitan bernafas, pucat dan sianosis secara
ketat
d. Berikan perawatan mata untuk mencegah optalmia neonatorum
e. Berikan imunisasi (Hepatitis B dan/atau BCG sesuai dengan protokol nasional)

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA
117
MATERI 6 :
PENCEGAHAN KESAKITAN DAN KEMATIAN MATERNAL DAN
NEONATAL

VII. RANGKUMAN

1. Pada situasi darurat bencana, kesehatan maternal dan neonatal merupakan


komponen yang snagat penting untuk mencegah kesakitan dan kematian
2. Dari 3 komponen kesehatan maternal dan neonatal, diprioritaskan pada
pertolongan persalinan karena kematian banyak terjadi selama proses
persalinan
3. Tindakan yang harus dilakukan sebagia bagian dari PPAM adalah:
 Memastikan tersedianya layanan kegawatdaruratan kebidanan dan
neonatal
 Membangun system rujukan 24/7 untuk kegawatdaruratan kebinanan dan
neonatal (PONED dan PONEK)
 Menyediakan kit persalinan bersih bagi ibu hamil yang terlihat dan
penolong persalinan
 Menginformasikan kepada masyarakat tentang layanan yang tersedia
4. Komponen kesehatan maternal dan neonatal yang lain seperti Antenatal Care
(ANC) dan Post Natal Care (PNC) akan diberikan apabila situasi sudah lebih
stabil dan memungkinkan serta tersedianya sumber daya yang memadai
5. Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas adalah:
 Pelayanan dapat diakses dan terjangkau dari segi geografis maupun biaya
dan dapat diterima sesuai dengan budaya setempat
 Pelayanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal tersedia 24 jam sehari
dan 7 hari dalam seminggu
 Pelayanan diberikan oleh tenaga kesehatan yang berkompeten dan terlatih
 Tersedianya alat, obat-obatan dan bahan habis pakai yang sesuai standard
an dengan jumlah yang mencukupi
 Pelayanan dan tindakan diberikan sesuai dengan SOP (Standar Operasional
Procedure)
 Adanya kepuasan dari pelanggan atau klien atas pelayanan yang diberikan

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA
118
MATERI 6 :
PENCEGAHAN KESAKITAN DAN KEMATIAN MATERNAL DAN
NEONATAL

VIII. EVALUASI

Pada pelaksanaan evaluasi sesi, dosen/pengajr dapat menggali lebih dalam


pemahaman peserta didik dalam menangkap/menyerap materi yang diberikan.

1. Seorang wanita usia 35 tahun tinggal bersama suaminya di desa yang sering
terjadi longsor, karena daerah tersebut merupakan daerah tata lahan dengan
persawahan dan perladangan. Saat ini perempuan tersebut sedang hamil, usia
kehamilan 40 minggu dan akan mempersiapkan persalinan serta perawatan
BBLnya.
Apakah komponan kesehatan maternal dan neonatal, yang merupakan bagian dari
PPAM, dimana terdapatnya keterbatasan sumber daya?
a. Perawatan kehamilan
b. Perawatan persalinan
c. Perawatan BBL
d. Perawatan masa nifas
e. Perawatan masa menyusui
2. Seorang wanita usia 30 tahun, hamil 39 minggu tinggal di aceh. Kejadian tsunami
di Aceh adalah bencana berkala besar, dimana banyak sekali fasilitas kesehatan
yang hancur dan tenaga kesehatan termasuk bidan yang menjadi korban.
Apakah sarana yang diberikan kepada ibu tersebut pada saat kondisi darurat
dimana ibu tidak dapat bertemu bidan atau puskesmas karena bencana susulan?
a. Kit Pem. TTV
b. Kit Perawatan Bayi
c. Kit Imunisasi Bayi
d. Kit Penjahitan Perineum
e. Kit Persalinan Bersih
3. Seorang wanita usia 30 tahun, hamil 39 minggu tinggal di aceh. Kejadian tsunami
di Aceh adalah bencana berkala besar, dimana banyak sekali fasilitas kesehatan
yang hancur dan tenaga kesehatan termasuk bidan yang menjadi korban.
Apakah alat yang tersedia dalam Kit, tersebut pada kasus di atas?

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA
119
MATERI 6 :
PENCEGAHAN KESAKITAN DAN KEMATIAN MATERNAL DAN
NEONATAL

a. Pisau silet
b. Termometer
c. Gunting tali pusat
d. Benang untuk penjahitan perineum
e. Jarum suntik
4. Seorang wanita usia 30 tahun, hamil 39 minggu tinggal di aceh. Kejadian tsunami
di Aceh adalah bencana berkala besar, dimana banyak sekali fasilitas kesehatan
yang hancur dan tenaga kesehatan termasuk bidan yang menjadi korban.
Kepada siapakah Kit tersebut pada kasus di atas diberikan?
a. Remaja yang sedang hamil
b. Ibu hamil dan tanda bahaya pada masa kehaimilan
c. Ibu hamil yang akan melahirkan dalam waktu dekat
d. Ibu menyusui dengan BBL
e. Ibu menyusui dengan BBL bermasalah
5. Seorang wanita usia 30 tahun, hamil preterm dan sudah mengalami tanda-tanda
persalinan.
Bagaimanakah sistem rujukan untuk memfasilitasi transportasi?
a. Terdapat transportasi yang standby
b. Memiliki staf yang memenuhi syarat
c. Memiliki kendaraan bermotor
d. Memiliki

IX. DAFTAR PUSTAKA

Inter agency Working Group on Reproductive Health in Crises. 2010. Buku Pedoman
Lapangan Antar lembaga Kesehatan Reproduksi dalam Situasi Darurat Bencana.
Revisi untuk peninauan lapangan. Jakarta: Inter agency Working Group on
Reproductive Health in Crises.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA
120
MATERI 6 :
PENCEGAHAN KESAKITAN DAN KEMATIAN MATERNAL DAN
NEONATAL

Departemen Kesehatan RI dan UNFPA. 2008. Pedoman Praktis Kesehatan


Reproduksi pada Penanggulangan bencana di Indonesia. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI dan UNFPA.

Women Commision. 2007. Paket Pelayanan Awal Minimum Untuk Kesehatan


Reproduksi Dalam situasi Krisis. Modul pembelajaran jarak jauh. http://
www.womenscommission.org. Diunduh tanggal 20 Oktober 2013 jam 19.00.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA
121
MATERI 6 :
PENCEGAHAN KESAKITAN DAN KEMATIAN MATERNAL DAN
NEONATAL

LAMPIRAN

Kesehatan Maternal & neonatal – Kerja Kelompok 1


Kit Persalinan Bersih dan Perawatan Segera Bayi Baru Lahir

Lembar kerja peserta

1. Demonstrasi & praktek perawatan segera bayi bayi baru lahir dengan
menggunakan kit persalinan bersih 5 menit
Langkah-langkah perawatan segera bayi baru lahir
- Pastikan bahwa penolong memakai sarung tangan atau sudah mencuci tangan
dengan sabun sebelum menolong persalinan
- Jaga agar ruang persalinan tetap hangat
- Keringkan bayi, singkirkan kain yang basah dan bungkus bayi dengan kain yang
kering dan hangat. Beri tutup kepala. Tunda memandikan bayi sampai setidaknya
6 jam.
- Jepit tali pusat dan gunakan alat yang bersih (lebih baik bila steril) untuk
memotong tali pusat (kira-kira sepanjang 3 jari dari pangkal tali pusat)
- Jaga agar bayi tetap bersama ibunya untuk memastikan tetap hangat dan sering
menyusui
- Bantu ibu dengan proses menyusui pertama kali (dalam 1 jam setelah kelahiran)
- Bersihkan mata bayi segera, dan berikan salep mata
- Beri perhatian untuk sering mencuci tangan bagi orang yang menangani bayi
- Kontak kulit ke kulit, termasuk inisiasi menyusu dini, ASI eksklusif dan dukungan
medis, emosional, psikologis dan fisik untuk ibu dan bayi tanpa memisahkan
mereka.
- Jika bayi prematur dan/atau bayi kecil lakukan metode Kangguru:
 Mendekap bayi agar kulit bayi bersentuhan langsung dengan pendekapnya
 Posisi bayi telungkup dada ketemu dada diantara kedua payudara, kepala bayi
menoleh ke satu sisi, mata bayi dapat saling kontak dengan ibu dan kaki bayi
berposisi seperti kaki kodok

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA
122
MATERI 6 :
PENCEGAHAN KESAKITAN DAN KEMATIAN MATERNAL DAN
NEONATAL

 Metode kangguru bisa dilakukan dalam posisi ibu tidur dan istirahat
 Metode kangguru ini dapat dilakukan pada ibu, bapak atau anggota keluarga
yang dewasa lainnya
 Metode kangguru bisa dilakukan sambil bekerja, juga untuk rujukan

Perawatan pasca bersalin lanjutan


- Jaga agar bayi bersama ibunya
- bersihkan tali pusat dengan air bersih dan jaga agar tetap kering. Jangan menutup
tali pusat dengan plester atau kain
- Beritahu ibu tentang tanda bahaya pada bayi baru lahir:
 Tidak mau menyusu atau memuntahkan semua yang diminum  tanda
infeksi berat
 Bayi kejang
 Bayi lemah, bergerak hanya jika dipegang
 Sesak nafas (≥60 kali/menit)
 Bayi merintih  tanda sakit berat
 Pusar kemerahan sampai dinding perut
 Demam atau tubuh teraba dingin
 Mata bayi bernanah banyak
 Bayi diare, mata cekung, tidak sadar, jika kulit perut dicubit akan kembali
lambat  dehidrasi berat
 Kulit bayi terlihat kuning pada < 24 jam setelah lahir atau lebih dari 14 hari
atau kuning sampai telapak tangan dan kaki
 Buang air besar/tinja berwarna pucat

SEGERA BAWA KE DOKTER/BIDAN/PERAWAT JIKA MENEMUKAN SATU ATAU LEBIH


TANDA BAHAYA PADA BAYI!!
- Bawa bayi ke pusat kesehatan pada sesegera mungkin sesuai kondisi untuk
immunisasi

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA
122
MATERI 6 :
PENCEGAHAN KESAKITAN DAN KEMATIAN MATERNAL DAN
NEONATAL

- Nasehati ibu untuk tidak memberikan apa-apa kecuali ASI untuk 6 bulan
pertama dan meneruskan menyusui sampai usia 2 tahun atau lebih lama
Latihan: memesan kit persalinan bersih 10 menit
Gunakan angka kelahiran kasar/CBR 4% untuk menghitung kebutuhan supplies dan
layanan yang dibutuhkan untuk penduduk sebanyak 10,000 orang selama 3 bulan
untuk memastikan bahwa ibu hamil menjalani persalinan yang aman.

3. Fasilitasi diskusi kelompok dengan menggunakan informasi berikut ini: 10 min


- Kepada siapa kit persalinan bersih akan didistribusikan pada situasi anda?
- Apa saja tantangan dalam mendisitribusikan paket persalinan bersih pada
situasi anda?
- Bagaimana cara mengadakan kit persalinan bersih secara lokal?

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA
123
MATERI 6 :
PENCEGAHAN KESAKITAN DAN KEMATIAN MATERNAL DAN
NEONATAL

Kesehatan Maternal Neonatal – Kerja Kelompok 1


Kit persalinan bersih dan layanan segera bayi baru lahir

Lembar kerja peserta


PESAN PENTING

- Sekitar dua pertiga dari kematian bayi terjadi dalam 28 hari pertama
kehidupannya. Mayoritas dari kematian tsb adalah dapat dicegah dengan
tindakan-tindakan dasar awal yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan, ibu
ataupun anggota masyarakat.
- Kit persalinan bersih perlu untuk didistribusikan kepada semua ibu hamil yang
terlihat (6-9 bulan) meskipun dalam proses perpindahan, untuk dipakai oleh
penolong persalinan atau ibu itu sendiri, Ini harus ditekankan bahwa setidaknya
perempuan harus mendapatkan perawatan supportif selama proses kelahiran dan
tidak boleh ditinggalkan sendirian. Kit persalinan bersih dapat dibeli atau
diadakan secara lokal.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA
124
MATERI 6 :
PENCEGAHAN KESAKITAN DAN KEMATIAN MATERNAL DAN
NEONATAL

Jawaban latihan: memesan kit persalinan bersih


CBR/angka kelahiran 4% per tahun
kasar
10’000 x 0.04 = 400 kelahiran per tahun
400 x 0.25 (3 bulan 100 kelahiran dalam periode waktu 3 bulan
adalah 25% dari 1
tahun)
Pemesanan Satu RH kit no 2, bagian A yang terdiri dari 200 paket
persalinan bersih untuk dipergunakan perempuan hamil.
Jumlahnya mencukupi untuk periode 3 bulan atau lebih

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA
125
MATERI 6 :
PENCEGAHAN KESAKITAN DAN KEMATIAN MATERNAL DAN
NEONATAL

Kesehatan Maternal Neonatal - Group work station 2 (Hal 1 dari 2)


Kualitas Pelayanan dalam kesehatan maternal dan neonatal

Lembar Kerja Peserta 10 min

1. Praktek: Cocokkan alat atau obat (atau gambar alat atau obat) yang ada di meja
dengan indikasi medis yang ada pada lembar kerja.

Supplies/peralatan Indikasi medis


Manset tekanan darah
Strip uji protein urin
Magnesium Sulfate, injeksi, 10 ml
Calcium Gluconate, injesi, 10 ml, 100 mg/ml

Apa yang tidak ada?

Oxytocin, 10 IU/ml

Isu logistik apa yang harus dipikirkan?

Cairan intra vena (saline 0.9%, plasma expander)

Tetracycline salep mata

Extractor Vakum
Kiwi cup

Amoxicillin 250 mg, tablets


Metronidazole 250 mg, tablets

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA
126
MATERI 6 :
PENCEGAHAN KESAKITAN DAN KEMATIAN MATERNAL DAN
NEONATAL

Thermometer

Ferrous sulfate 200 mg dan asam folat 25 mg

Sarung tangan ginekologis panjang

2. Fasilitasi diskusi kelompok , dengan menggunakan informasi berikut ini: 15 menit


- Apa saja elemen dari kualitas pelayanan?
- Apa saja Indikator kualitas dalam pelayanan kesehatan maternal dan neonatal?
- Apa kaitan antara kualitas layanan dengan ”3 terlambat”?
- Apakah tantangan dalam memastikan kualitas layanan kesehatan maternal neonatal
pada fasilitas kesehatan rujukan anda?
- Pelatihan apa saja yang dibutuhkan oleh tenaga kesehatan terkait kualitas pelayanan?
- Bagaimana memastikan agar kebutuhan pelatihan yang sudah diidentifkasi tsb
terpenuhi?

Catatan:

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA
127
MATERI 6 :
PENCEGAHAN KESAKITAN DAN KEMATIAN MATERNAL DAN
NEONATAL

Kesehatan Maternal Neonatal- Group work station 3 (Hal 2 dari 2)


Kualitas layanan dalam Kesehatan Maternal & neonatal

Lembar kerja peserta


Supplies/peralatan Indikasi medis
Manset tekanan darah Pre-eclampsia/eclampsia (hipertensi
Strip uji protein urin dalam kehamilan, menyebabkan
Magnesium Sulfate, injeksi, 10 ml pusing, gangguan penglihatan,
Calcium Gluconate, injesi, 10 ml, 100 mg/ml pembengkakan pada badan, nyeri
perut dan mengakibatkan kejang dan
Apa yang tidak ada? kematian)
 Jawaban ‘Diazepam vials’. Diazepam 5
mg/ml, 2 ml,tidak dimasukkan karena syarat ijin
import. Obat ini harus dibeli secara lokal

Oxytocin, 10 IU/ml Pencegahan/pengobatan dari


Isu logistik apa yang harus dipikirkan? perdarahan post partum/Postpartum
 Cold Chain/rantai dingin Hemorrhage (PPH)
Intravenous fluids (saline 0.9%, plasma PPH
expander)
Tetracycline salep mata Pencegahan/pengobatan dari
Ophthalmia Neonatorum
Vacuum extractor Persalinan memanjang/prolonged
Kiwi cup labor
Amoxicillin 250 mg, tablets Endometritis (infeksi pada rahim)
Metronidazole 250 mg, tablets
Thermometer
Ferrous sulfate 200 mg dan asam folat 25 mg Anemia
Sarung tangan ginekologis panjang Placenta manual

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA
128
MATERI 6 :
PENCEGAHAN KESAKITAN DAN KEMATIAN MATERNAL DAN
NEONATAL

PESAN PENTING
Layanan yang berkualitas dapat diartikan sebagai memberi layanan yang dibutuhkan oleh client
dengan cara menghormati client, kejujuran, memberikan informasi yang akurat, kompetensi
petugas yang memadai, kenyamanan bagi pasien dan hasil pelayananan yang memuaskan.
Element dari kualitas layanan meliputi:
- Ketersediaan (layanan tersedia dan tidak ada halangan hukum, prosedur atau logistic
yang membatasi ketersediaanya)
- Akses terhadap layanan (layanan dapat dijangkau, nyaman dan client diperlakukan
dengan hormat dan dihargai )
- Penerimaan: layanan dapat diterima secara social budaya oleh masyarakat dengan
menghormati keinginan dari client
- Pengorganisasian layanan — layanan Kesehatan Reproduksi dan seksual yang terintegrasi
dengan layanan kesehatan primer, system rujukan dan tersedianya layanan yang
berkesinambungan
- Kompentensi teknis — jumlah staff yang memadai dan berkualitas, adanya standard dan
protokol pelayanan maupun mekanisme supervisi.
- Fasilitas dan supplies – tersedianya alat, obat dan logistic dengan teknologi yang
memadai
- Hak-hak client — harus memperhatikan privacy; kerahasiaan; informed consent;
menghormati dan menjamin keselamatan client
Kualitas harus diukur dari sudut pengelola, pemberi layanan, dan client atau masyarakat
Contoh indicator layanan yang berkualitas:
- % dari fasilitas yang memiliki bangunan fisik yang memadai dengan ketersediaan alat dan
bahan yang cukup. Dapat dinilai dengan memakai check list saat melakukan supervise rutin
setiap 3 bulan.
- % dari petugas Kesehatan yang mematuhi protokol klinis/teknis, petugas yang member
informasi dengan memakai media KIE.
- Dapat diobservasi dengan menggunakan checklist saat melakukan supervisi
- % dari client yang merasa puas dengan layanan yang diberikan karena merasa dihormati,
dipelakukan dengan ramah dan sopan dan mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
Informasi dapat diperoleh dari: exit interview (interview saat keluar dari tempat layanan)

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA
129
MATERI 7

KELUARGA BERENCANA
PADA SITUASI
KRISIS/DARURAT BENCANA

G
Daftar Isi Materi

DAFTAR ISI

I. DESKRIPSI SINGKAT.........................................................................................130

II. TUJUAN PEMBELAJARAN.................................................................................130

III. POKOK BAHASAN............................................................................................ 131

IV. BAHAN BELAJAR..............................................................................................131

V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN.............................................................131

VI. URAIAN MATERI


A. Needs assesment/Penilaian Kebutuhan.................................................136
B. Pelayanan KB Berkualitas Tinggi.............................................................137
C. Kesempatan untuk Layanan KB..............................................................137
D. Sumber Daya Manusia...........................................................................138
E. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)...............................................141
F. Penyedia Layanan KB.............................................................................141
G. Metode KB.............................................................................................143

VII. RANGKUMAN..................................................................................................159

VIII. EVALUASI.........................................................................................................159

IX. REFERENSI.......................................................................................................161

X. LAMPIRAN.......................................................................................................162

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM) KESEHATAN
REPRODUKSI PADA SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA
MATERI 7 :
KELUARGA BERENCANA PADA KRISIS

MATERI 7
KELUARGA BERENCANA PADA SITUASI KRISI KESEHATAN

Keluarga Berencana (KB) memungkinkan pasangan usia subur mengatur jumlah anak yang
diinginkan. Pemakaian metode KB berpotensi untuk menghindari 32% dari semua
kematian Ibu dan hampir 10% kematian anak, sekaligus menurunkan angka kemiskinan
dan kelaparan. Selain itu, penggunaan metode KB berperan terhadap pemberdayaan
perempuan, pendidikan dan stabilitas ekonomi. Terkait dengan risiko kesehatan yang
berhubungan dengan kehamilan, infeksi menular seksual (IMS) termasuk Human
Immunodeficiency Virus (HIV), aborsi tak aman, seks tanpa pelindung dan seks tidak aman
merupakan faktor risiko kedua untuk kecacatan dan kematian pada masyarakat miskin di
dunia. Metode KB merupakan cara yang aman, efektif dan murah untuk disediakan.
Demikian pula dengan tingginya kebutuhan KB pada situasi darurat bencana (Buku
Pedoman Lapangan antar-Lembaga Kesehatan Reproduksi dalam Situasi Darurat Bencana,
2010).

I. DESKRIPSI SINGKAT

Modul ini membahas tentang KB pada situasi darurat bencana yang meliputi
pengertian dan tujuan KB dalam Situasi Darurat Bencana, Needs Assessment,
Layanan KB berkualitas tinggi, Perancangan layanan KB, Pengidentifikasian
Kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM), Pelaksanaan Komunikasi, Informasi dan
Edukasi (KIE), Pelaksanaan Pelayanan KB dan Pembuatan Perencanaan Logistik
Kontrasepsi dengan metoda kuliah interaktif, studi kasus, diskusi kelompok, dan role
play.

II. PEMBELAJARAN
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mempelajari materi ini peserta didik mampu melaksanakan pelayanan KB
pada situasi darurat bencana.
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mempelajari materi ini peserta didik mampu:

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 7 :
KELUARGA BERENCANA PADA KRISIS

1. Menjelaskan pengertian dan tujuan KB pada situasi darurat bencana.


2. Melakukan Needs Assessment.
3. Menjelaskan layanan KB berkualitas tinggi.
4. Merancang layanan KB.
5. Mengidentifikasi kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM)
6. Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE).
7. Melaksanakan pelayanan KB.

III. POKOK BAHASAN


Dalam modul ini pokok bahasan yang dibahas adalah sebagai berikut:
1. Pengertian dan tujuan KB pada situasi darurat bencana.
2. Needs Assessment/penilaian kebutuhan.
3. Layanan KB berkualitas tinggi.
4. Kesempatan untuk layanan KB.
5. SDM
6. KIE
7. Pelayanan KB.

IV. BAHAN BELAJAR


1. Modul materi KB pada situasi darurat bencana.
2. Laptop
3. LCD
4. Kaset video.
5. Papan plifchart/papan tulis.
6. Spidol
7. Skenario kasus.

V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Agar proses pembelajaran dapat berhasil secara efektif, maka digunakan langkah-
langkah sebagai berikut :

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 7 :
KELUARGA BERENCANA PADA KRISIS

a. Langkah 1 : Persiapan Proses Pembelajaran.


1. Kegiatan Dosen.
a) Dosen memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana dikelas.
b) Dosen menyapa peserta didik dengan ramah dan hangat.
c) Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas maka mulailah dengan
memperkenalkan diri.
d) Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, dan materi yang
akan disampaikan.
e) Menggali pendapat peserta didik (apersepsi) tentang apa yang dimaksud
dengan metode pembelajaran menggunakan metode curah pendapat
(brainstorming).
f) Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan pembelajaran tentang
KB pada situasi darurat bencana.
2. Kegiatan Peserta Didik
a) Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan.
b) Mengemukakan pendapat atas pertanyaan Dosen.
c) Memperhatikan film/gambar tentang KB dan situasi darurat bencana.
d) Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
e) Mengajukan pertanyaan kepada Dosen bila ada hal-hal yang belum jelas
dan perlu diklarifikasi.

b. Langkah 2 : Review Pokok Bahasan.


1. Kegiatan Dosen.
a) Menyampaikan Pokok Bahasan secara garis besar dalam waktu yang
singkat.
b) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menanyakan hal-hal
yang kurang jelas.
c) Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan peserta didik.
d) Mendemonstrasikan.
2. Kegiatan Peserta Didik
a) Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap penting.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 7 :
KELUARGA BERENCANA PADA KRISIS

b) Mengajukan pertanyaan kepada Dosen sesuai dengan kesempatan yang


diberikan.
c) Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan Dosen.
d) Melakukan simulasi.
c. Langkah 3 : Pendalaman Pokok Bahasan.
1. Kegiatan Dosen.
a) Meminta kelas dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok akan
diberikan tugas diskusi dan simulasi.
b) Menugaskan kelompok untuk memilih ketua, sekretaris dan penyaji.
c) Meminta masing-masing kelompok menuliskan hasil diskusi untuk
disajikan.
d) Mengamati peserta serta memberikan bimbingan pada proses diskusi dan
simulasi.
e) Meminta kelompok peserta didik untuk melakukan role play tentang cara
melakukan KIE dalam pelayanan KB pada situasi darurat bencana.
f) Memberikan umpan balik terhadap penampilan peserta didik.
2. Kegiatan Peserta Didik
a) Membentuk kelompok diskusi dan memilih ketua, sekretaris dan penyaji.
b) Mendengar, mencatat dan bertanya pada hal-hal yang kurang jelas pada
Dosen.
c) Melakukan proses diskusi sesuai dengan pokok bahasan yang ditugaskan,
menuliskan hasil dikusi untuk disajikan serta mensimulasikan.
d) Melakukan role play tentang cara melakukan KIE dalam pelayanan KB di
Situasi Darurat Bencana.
e) Memperhatikan dan mencatat umpan balik dari Dosen.
d. Langkah 4 :
Penyajian dan pembahasan hasil pendalaman pokok bahasan dikaitkan dengan
situasi darurat bencana.
1. Kegiatan Dosen.
a) Meminta masing-masing kelompok diminta untuk mempresentasikan
hasil diskusi dan mensimulasikannya.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 7 :
KELUARGA BERENCANA PADA KRISIS

b) Memimpin proses tanggapan (tanya jawab)


c) Memberikan masukan terkait hasil diskusi dan simulasi.
d) Merangkum hasil diskusi
2. Kegiatan Peserta.
a) Mengikuti proses penyajian kelas
b) Berperan aktif dalam proses tanya jawab yang dipimpin oleh Dosen
c) Bersama Dosen merangkum hasil presentasi dari masing– masing pokok
bahasan yang dikaitkan dengan situasi darurat bencana.
e. Langkah 5 : Rangkuman dan Evaluasi Hasil Belajar
1. Kegiatan Dosen
a) Mengadakan evaluasi dengan mengajukan 3 (tiga) buah pertanyaan sesuai
dengan topik dari pokok bahasan
b) Memperjelas jawaban peserta terhadap masing – masing pertanyaan.
c) Bersama peserta merangkum hal-hal penting dari hasil proses
pembelajaran tentang KB pada situasi darurat bencana.
d) Membuat kesimpulan.
2. Kegiatan Peserta Didik
a) Menjawab pertanyaan yang diajukan Dosen.
b) Bersama-sama Dosen merangkum hasil proses pembelajaran tentang KB
pada situasi darurat bencana.

VI. URAIAN MATERI

Setiap pasangan usia subur memiliki hak untuk memilih metode kontrasepsi, baik
pada kondisi normal maupun pada situasi bencana. Situasi didaerah bencana
merupakan faktor penting yang berpengaruh pada harapan, persepsi kebutuhan dan
permintaan akan pelayanan KB. Para tokoh agama dan tokoh masyarakat juga harus
dilibatkan untuk memastikan bahwa layanan yang diberikan sesuai dengan budaya
setempat. Infrastruktur, nilai-nilai agama, etika, latar belakang budaya dan
kompetensi serta keterampilan tenaga kesehatan dari daerah yang terkena bencana
mempunyai pengaruh penting terhadap pelayanan yang akan dijalankan.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 7 :
KELUARGA BERENCANA PADA KRISIS

Walaupun PROGRAM KB BUKAN MERUPAKAN KOMPONEN PPAM, ADALAH HAL


PENTING UNTUK TETAP MENJAMIN KETERSEDIAAN ALAT KONTRASEPSI SESUAI DENGAN
KEBUTUHAN GUNA MENCEGAH DROP OUT PESERTA KB YANG BISA BERLANJUT MENJADI
KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN (KTD). Pada awal bencana, beberapa peserta KB
mungkin akan berusaha untuk melanjutkan metode kontrasepsi yang biasa mereka
gunakan sebelum terjadinya bencana.

Segera setelah situasi stabil, perempuan (dan pasangan mereka) mungkin ingin
memulai, mengganti atau menghentikan metode kontrasepsi. Sebelum suatu metode
KB digunakan harus dilakukan konseling KB dan harus secara realistis mencerminkan
metode yang ada karena layanan KB lengkap mungkin belum tersedia hingga tahap
selanjutnya dari program.
Jadi pada saat bencana, kita hanya focus untuk menyediakan kontrasepsi bagi
pasangan yang sebelum bencana sudah menggunakan alat KB sebelumnya dan tidak
melakukan seluruh komponen dari program KB pada kondisi normal seperti pencarian
akseptor baru, penyuluhan KB, pelatihan dll seperti pada kondisi normal.
Lihat perbedaan komponen KB antara PPAM saat bencana dan Kesehatan Reproduksi
Komprehensif saat situasi stabil/normal:

Komponen PPAM Kesehatan Reproduksi


Komprehensif/normal
Keluarga Berencana Bukan merupakan komponen
PPAM
Menyediakan kontrasepsi  Pengadaan alat
seperti kondom, pil, suntik kontrasepsi
dan IUD untuk memenuhi  Melakukan pelatihan
kebutuhan untuk staff
 Menyusun program KB
komprehensif
 Memberikan penyuluhan
masyarakat

Setiap klien KB memiliki hak atas kerahasiaan dan privasi serta untuk secara sukarela
memilih suatu metode KB. Metode kontrasepsi umumnya digunakan oleh perempuan
tetapi laki-laki seringkali sebagai pengambil keputusan dalam keluarga. Oleh karena

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 7 :
KELUARGA BERENCANA PADA KRISIS

itu, para laki-laki tersebut harus menerima informasi yang tepat, dan didorong untuk
mampu berperan aktif dalam proses pengambilan keputusan berKB. Keterlibatan aktif
ini akan memastikan bahwa pengambilan keputusan ber-KB merupakan tanggung
jawab bersama, sehingga akan tercapai hasil yang maksimal.

POINT PENTING
Masalah dan kekhawatiran mengenai KB pada situasi darurat bencana mencakup:

 Keinginan untuk melanjutkan metode KB yang digunakan sebelum krisis terjadi



Tekanan pada perempuan untuk melahirkan demi mengembalikan jumlah
populasi. Beberapa ibu ingin mengganti anaknya yang telah meninggal atau
hilang.
Sejumlah ibu tidak ingin hamil dalam situasi tak stabil karena mereka mungkin harus pindah lagi.

 Perpisahan keluarga.

Kewenangan perempuan untuk mengontrol kesuburan mungkin terkikis oleh
perubahan sosial

Kurangnya akses terhadap layanan KB menyebabkan meningkatnya KTD


dan kemungkinan aborsi yang tidak aman.

A. Apakah yang perlu dilakukan dalam melakukan Needs Assessment/penilaian


kebutuhan?
Dengan berkoordinasi untuk mengumpulkan informasi terkait Kesehatan
Reproduksi (Kespro) dari populasi yang terkena dampak, Dinas Kesehatan
setempat, kantor BKKBN, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan lembaga non
pemerintah yang bekerja dibidang kespro serta KB. Lakukan suatu kajian terhadap
tentang program KB di daerah setempat sebelum terjadi bencana,

Penilaian awal untuk memahami kebutuhan dan permintaan KB pada situasi


darurat bencana yang dapat dilakukan, adalah:
1. Memperoleh informasi mengenai kepercayaan, kebudayaan masyarakat dan

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 7 :
KELUARGA BERENCANA PADA KRISIS

sikap mereka terhadap kontrasepsi


2. Menilai kompetensi tenaga kesehatan
3. Mengumpulkan informasi mengenai prevalensi kontrasepsi berdasarkan
metode.
4. Melakukan verifikasi ketersediaan dan kesinambungan alat kontrasepsi.
5. Menentukan ketersediaan dan fungsi dari fasilitas pelayanan kesehatan yang
ada.

Lakukan diskusi dengan para laki-laki, perempuan (Termasuk para tokoh, penyedia
pengobatan tradisional, dukun bayi), remaja dan organisasi setempat, guna
memperoleh saran mengenai lokasi penyelenggaraan layanan, waktu pelayanan
kesehatan, tingkat privasi dan kerahasiaan yang diperlukan untuk memastikan
penggunaan layanan secara maksimal serta dapat diterima. Diskusi dapat
dilakukan untuk laki-laki secara terpisah dari para perempuan, tergantung pada
budaya dan norma-norma setempat Focus Group Discussion (FGD).

B. Apakah yang dimaksud dengan Pelayanan KB Berkualitas Tinggi?


Pelayanan KB berkualitas tinggi adalah pelayanan yang dapat memenuhi
kebutuhan pasangan usia subur dengan memberi kesempatan pada mereka untuk
membuat keputusan berdasarkan informasi, menyediakan metode kontrasepsi
yang bisa dipilih, prosedur yang aman dan pelayanan yang berkesinambungan.
Petugas kesehatan harus memberikan informasi yang akurat dan lengkap kepada
klien sehingga baik perempuan maupun laki-laki yang datang dapat dengan suka
rela memilih metode kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing.

C. Bagaimanakah Merancang Layanan KB?


Rancanglah pelayanan KB sehingga dapat mudah diakses dan nyaman. Lakukan
pelayanan KB dipusat kesehatan masyarakat (Puskesmas), Pos Kesehatan dan
melalui jalur distribusi berbasis masyarakat. Ketersediaan kontrasepsi ditempat-
tempat konsultasi merupakan hal yang sangat penting: jangan memberikan
pelayanan yang membuat klien sulit untuk memperoleh metode KB tertentu,

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 7 :
KELUARGA BERENCANA PADA KRISIS

seperti diapotik atau lokasi lain. Perkecualian adalah untuk metode-metode yang
memerlukan prosedur pembedahan yang tidak tersedia di tempat layanan
konsultasi (Misalnya sterilisasi sukarela). Terapkan suatu sistem rujukan untuk
klien yang memilih metode KB, yang memerlukan prosedur pembedahan.

Untuk memastikan adanya integrasi KB ke dalam layanan-layanan yang lebih


komprehensif, para petugas Kespro, manajer program dan penyedia pelayanan KB
harus menerapkan petunjuk berikut ini:
1. Pastikan bahwa informasi KB diberikan selama konseling, Asuhan Pasca
Keguguran,`sebelum prosedur apapun dilakukan dan jika klien tertarik, pilihan
metode KB nya harus tersedia dalam konseling paska prosedur.
2. Layanan kontrasepsi untuk laki-laki masih terbatas pada kondom dan sterilisasi
sukarela, tetapi mereka juga dapat terlibat dalam pemilihan metode KB lain
bersama pasangan mereka.
3. Ketika seorang perempuan datang untuk memeriksa kehamilan, tanya apakah
ia menggunakan metode KB sebelum hamil dan apakah ia ingin melanjutkan
metode tersebut atau memulai metode KB yang baru lagi setelah melahirkan.
4. Ketika seorang perempuan datang untuk mendapatkan layanan nifas,
tanyakan apakah ia menggunakan metode KB atau tidak, lalu lakukan
konseling berdasarkan kebutuhannya.

D. Bagaimanakah Menyiapkan Sumber Daya Manusia dalam Layanan KB?


1. Aturlah suatu sistem supervisi pelayanan KB dengan seorang Bidan atau
Dokter yang memiliki pengalaman manajemen.
2. Identifikasikan dan rekrut anggota masyarakat yang terdampak (Kader) atau
staf lokal dari masyarakat setempat yang memiliki keterampilan dan
pengalaman untuk memberikan layanan KB berkualitas.
3. Pastikan adanya supervisi dan pelatihan petugas lapangan untuk
melaksanakan pendistribusian berbasis masyarakat. Masukkan hal-hal berikut
ke dalam pelatihan petugas lapangan: cara mengenali masalah-masalah medis
yang harus dirujuk, keterampilan untuk menindaklanjuti klien, kemudian cara

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 7 :
KELUARGA BERENCANA PADA KRISIS

menangani sikap dan keyakinan klien terhadap KB.


Ciptakan kesadaran dikalangan masyarakat bahwa para petugas lapangan ini
berada di bawah supervisi Bidan atau Dokter dan klien dapat menemui Bidan
atau Dokter tersebut jika membutuhkan layanan klinis atau konseling.

Seperti halnya semua layanan Kespro, semua orang yang terlibat dalam
pemberian layanan KB harus menghormati pendapat dan pilihan klien. Guna
memastikan penggunaan kontrasepsi yang berkesinambungan dan meningkatkan
penerimaan layanan KB, penyedia layanan harus berjenis kelamin sama dengan
klien, memiliki latarbelakang budaya yang sama dengan klien, serta memiliki
keterampilan berkomunikasi yang kuat.

Semua tenaga kesehatan yang memberikan layanan KB harus menerima pelatihan


tentang metode-metode kontrasepsi dan konseling seperti yang tercantum dalam
daftar dibawah ini. Pelatihan harus ditambah dengan penyegaran secara berkala.
Pada saat program KB meluas, pelatihan magang dan praktik dibawah supervisi
merupakan bagian penting untuk memastikan adanya kinerja yang berkualitas
tinggi.

Unsur-unsur dari program pelatihan penyedia layanan KB terdiri dari:


1. Kompetensi teknik.
2. Keterampilan komunikasi dan konseling.
3. Keterampilan administratif.

Kompetensi Teknik
Tenaga kesehatan harus memiliki pengetahuan mengenai hal-hal berikut:
1. Metode kontrasepsi termasuk cara penggunaan metode secara benar,
keuntungan, kerugian metode serta efektivitas metode.
2. Cara kerja, efek samping, penanganan efek samping, komplikasi, serta tanda-
tanda bahaya.
3. Instruksi untuk penggunaan atau cara pemakaian

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 7 :
KELUARGA BERENCANA PADA KRISIS

4. Persyaratan medis dan interaksi obat.


5. Keterampilan teknis terkait dengan pemberian setiap metode KB, misalnya
pencegahan infeksi, pemasangan dan pelepasan alat KB dalam rahim (IUD)
atau susuk hormonal.
6. Ketersediaan alat kontrasepsi.
7. Dokumentasi dan pencatatan
8. Rujukan berdasarkan pengambilan keputusan klinis

Keterampilan Komunikasi dan Konseling


Dalam komponen pelatihan ini, penyedia layanan KB harus memiliki keterampilan-
keterampilan berikut ini:
1. Sikap tidak menghakimi terhadap pemakai kontrasepsi dan non-pemakai
kontrasepsi, dengan menghormati pilihan mereka, menjaga martabat, privasi
dan kerahasiaan klien.
2. Menanggapi rumor dan kesalah pahaman dengan bijaksana dan berdasarkan
bukti- bukti
3. Kepekaan terhadap kebutuhan kelompok-kelompok khusus (Misalnya remaja,
orang- orang cacat, ODHA (Orang Dengan HIV AIDS))
4. Teknik-teknik komunikasi seperti dialog interaktif terbuka dengan klien,
mendorong klien untuk berbicara, mendengarkan secara aktif, mengklarifikasi,
meminta klien untuk mengungkapkan kembali pemahaman mereka,
memahami perasaan klien dan merangkum diskusi.
5. Mendokumentasikan metode yang dipilih.

Keterampilan Administratif
Keterampilan administratif mencakup penyimpanan catatan, pengendalian
inventaris, dan pengawasan distributor berbasis masyarakat. Tekankan pada
keterampilan yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas ini, mengapa
keterampilan ini penting, dan bagaimana serta kapan tugas-tugas tersebut harus
dikerjakan.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 7 :
KELUARGA BERENCANA PADA KRISIS

E. Bagaimanakah Melakukan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) dalam


Layanan KB?
Konseling klien merupakan bagian tak terpisahkan dari pelayanan KB. Bahan-
bahan KIE yang sesuai dan dapat diterima secara budaya akan membantu setiap
individu dan para pasangan dalam memilih penggunaan alat kontrasepsi.
Informasi tersebut harus mencakup keuntungan dan keterbatasan dari tiap
metode KB, penjelasan mengenai pemakaian yang benar dan metode darurat
seandainya terjadi kegagalan. Selain itu, bahan-bahan bacaan dengan gambar dan
contoh-contoh kontrasepsi untuk diperlihatkan pada klien juga sangat membantu,
khususnya ditempat-tempat dimana tingkat melek huruf masih rendah. Pada saat
program KB meluas, pastikan bahwa materi KIE diadaptasi untuk meningkatkan
kualitas pelayanan yang disediakan.

F. Bagaimanakah Menyediakan Layanan KB


? Konsultasi KB
Kontak pertama antara penyedia dan klien dapat dilakukan:
1. Pendaftaran dan pencatatan riwayat Kespro dan riwayat medis
2. Pemeriksaan fisik (Jika diindikasikan dari riwayat) yang mungkin mencakup
pemeriksaan panggul (Misalnya untuk memeriksa perdarahan dari vagina yang
tidak jelas penyebabnya)
3. Konseling mengenai metode kontrasepsi yang tersedia dan pilihan klien
dengan mempertimbangkan risiko IMS/HIV serta riwayat medis

4. Menyediakan metode kontrasepsi pilihan dan penjelasan mengenai cara


penggunaannya
5. Lakukan konseling mengenai pemakaian kontrasepsi yang benar kepada klien,
termasuk cara penggunaan, apa yang harus dilakukan apabila lupa minum dan
tempat untuk mengakses kontrasepsi darurat jika diperlukan. Selain itu,
jelaskan kemungkinan efek samping, dan yakinkan kembali klien bahwa ia
dapat kembali ke fasilitas kesehatan kapan saja untuk penanganan efek

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 7 :
KELUARGA BERENCANA PADA KRISIS

samping atau untuk mengganti metode KB.


6. Menjadwalkan kunjungan lanjutan atau kunjungan oleh petugas lapangan
7. Berikan tanggal kunjungan ulang kepada pengguna KB baru. Kunjungan
lanjutan semacam ini akan memberikan kesempatan kepada klien untuk
bertanya mengenai penggunaan kontrasepsi dan efek samping yang mungkin
telah dialaminya.
8. Mendokumentasi kunjungan dengan menggunakan materi pengumpulan data
standar dan catatan pasien.

Pada beberapa metode KB seperti pil, kondom dan suntik, klien harus memiliki
kontak berulang dengan penyedia pelayanan distribusi berbasis masyarakat atau
Bidan untuk memperoleh kontrasepsi. Ketika pengguna telah terbiasa dengan
suatu metode, kunjungan lanjutan dapat ditentukan sendiri oleh pengguna.
Sesering apapun frekuensi kunjungan lanjutan, klien harus diyakinkan mengenai
akses segera jika ia mengalami kesulitan. Ketika mengatur kunjungan lanjutan,
penyedia layanan KB harus peka terhadap kemampuan membaca klien dan
menggunakan alat bantu yang sesuai untuk memastikan bahwa informasi yang
disampaikan dipahami oleh klien.

Diagnosa Kehamilan
Diagnosa kehamilan sangat penting karena seorang penyedia pelayanan KB tidak
boleh memberikan metode KB kepada klien yang sedang hamil. Kemampuan
untuk mendiagnosa kehamilan fase awal akan bervariasi tergantung pada sumber
daya dan kondisi. Tes kehamilan yang dapat diandalkan akan sangat berguna
tetapi mungkin tidak tersedia. Pemeriksaan dalam, jika dilakukan oleh penyedia
layanan yang terampil akan memberikan hasil yang dapat diandalkan dalam
rentang waktu 8-10 minggu sejak hari pertama periode menstruasi terakhir. Jika
tak satu pun dari kedua pilihan tersebut dapat dilakukan, daftar periksa di
halaman berikut ini dapat digunakan oleh penyedia layanan, untuk meyakinkan
bahwa klien tidak sedang hamil.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 7 :
KELUARGA BERENCANA PADA KRISIS

G. Metode KB
Penyedia pelayanan KB harus mampu menjelaskan karakteristik setiap metode KB,
cara penggunaan, efektivitas, keamanan dan efek samping. Penyedia pelayanan
KB harus tahu bagaimana metode tersebut mempengaruhi penularan IMS dan
HIV, kecocokan untuk klien yang memiliki kebutuhan khusus (Seperti klien dengan
AIDS dan ibu menyusui) serta lama waktu antara penghentian metode KB dan
kembalinya kesuburan. Pastikan bahwa penyedia memiliki pengetahuan untuk
semua metode KB yang tersedia di tempatnya dan mampu menggunakan
informasi itu sesuai dengan tujuan reproduksi dari setiap klien.

Metode Kesuburan
Pemakaian metode kesuburan yang efektif mengharuskan perempuan
mengetahui cara mengidentifikasi waktu awal/mulai dan akhir masa subur dalam
siklus menstruasinya. Metode ini mencakup metode yang sesuai pada gejala-
gejala kesuburan, seperti mengukur suhu tubuh basal atau sekresi serviks harian
(Metode dua hari) atau metode yang didasarkan pada kalender yang dicatat setiap
hari dalam siklus menstruasi (Metode Hari Standar). Pemakaian metode ini
mengharuskan adanya kerjasama dari pasangan. Metode kesuburan cocok,
khususnya, untuk orang-orang yang tidak ingin menggunakan metode-metode
lain, karena alasan medis, alasan keagamaan atau keyakinan pribadi. Penyedia
layanan harus memberitahukan kepada pasangan bahwa metode ini tidak
melindungi mereka dari IMS, termasuk infeksi HIV, dan karena efektivitasnya yang
rendah maka metode ini tidak cocok jika kehamilan merupakan suatu risiko yang
tak bisa diterima untuk kesehatan ibu.
Kontrasepsi Hormonal
Kontrasepsi hormonal mengandung progestogen saja atau dikombinasikan dengan
estrogen untuk mencegah seorang perempuan berovulasi. Kontrasepsi ini mudah
diperoleh, sangat efektif dan mudah digunakan. Terdapat beberapa cara
pemberian (Oral/diminum, disuntikkan, susuk). Ketika seorang perempuan
memilih metode hormonal, ia harus mendapat konseling mengenai pemakaian
kontrasepsi yang benar, apa yang perlu dilakukan jika ada dosis yang terlewat dan

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 7 :
KELUARGA BERENCANA PADA KRISIS

efek samping yang mungkin ditemui seperti perubahan dalam pola menstruasi.
Tabel 7.1
Perbandingan Metode Hormonal
Membandingkan Metode Hormonal yang Diberikan
Secara Oral dan Diaplikasikan secara Lokal
Karakteristik Kontrasepsi Kontrasepsi Patch Kombinasi Ring Vagina
Oral Progestogen saja Kombinasi
Kombinasi (POP, Mini Pil)
(COC, Pil)
Metode Pil dikonsumsi Pil dikonsumsi Patch digunakan Ring
Penggunaan secara oral. secara oral. di lengan bagian dimasukkan
Aman untuk ibu luar atas, di ke dalam
menyusui dan punggung, perut vagina.
bayinya. atau bokong –
tidak di payudara.
Mengandung Dosis rendah Dosis Melepas 2 Terus
2 hormon – progestogen hormon secara menerus
progestogen yang sangat terus menerus- melepas 2
dan estrogen. rendah. progestogen dan hormon –
estrogen. progestogen
dan estrogen
Frekuensi Setiap hari Setiap hari, tidak Mingguan: patch Bulanan: ring
Pemakaian selama 21 hari, ada masa diganti setiap dibiarkan
diikuti oleh istirahat antara minggu selama 3 selama 3
masa istirahat paket. minggu. Tidak minggu dan
atau pil tanpa memakai patch dilepas saat
hormon selama di minggu minggu
7 hari. keempat. keempat
Efektivitas (Angka Bergantung Bergantung pada Memerlukan Bergantung
kehamilan ketika pada kemampuan perhatian klien pada
digunakan secara kemampuan klien untuk sekali setiap kemampuan
umum) klien untuk meminum satu minggu. Angka klien untuk
meminum satu pil setiap hari ektifivitasnya mempertahan
pil setiap hari pada waktu yang sedang diteliti. kan ring tetap
dengan sama. Mungkin lebih di tempatnya
penggunaan Menyusui: efektif dari pil. sepanjang
secara umum, Sekitar 1 hari, tidak
sekitar 8 kehamilan per mengeluarkan
kehamilan 100 ibu selama nya lebih dari 3
per100 tahun pertama. jam setiap kali.
perempuan Tidak menyusui: Angka
selama tahun sekitar 3 sampai efektivitas
pertama. 10 kehamilan masih diteliti.
per100 Mungkin lebih
perempuan efektif dari
selama tahun pada pil.
pertama.
Pola Menstruasi Biasanya Biasanya, pada Serupa denga Serupa
menstruasi ibu menyusui, pil pil, tetapi dengan pil,

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 7 :
KELUARGA BERENCANA PADA KRISIS

tidak teratur akan menstruasi tak tetapi


untuk beberapa memperpanjang teratur lebih menstruasi
bulan pertama masa tidak sering ditemui tak teratur
dan kemudian menstruasi. pada beberapa lebih jarang
lebih ringan Untuk yang tidak siklus pertama ditemui
dan menstruasi menyusui, klien dibandingkan dibandingkan
lebih teratur sering dengan pil. pil.
mengalami
menstruasi atau
menstruasi tidak
teratur.

Rata-rata Waktu Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Tunggu Hingga
Hamil Setelah
Menghentikan
Penggunaan
Metode
Privasi Tidak ada tanda Tidak ada tanda Patch mungkin Beberapa
fisik dari fisik dari terlihat oleh pasangan bias
pemakaian pemakaian pasangan atau merasakan
tetapi orang tetapi orang orang lain keberadaan
lain mungkin lain mungkin ring
menemukan menemukan
pilnya pilnya
Pertimbangan lain Persetujuan Persetujuan lisan Persetujuan Persetujuan
lisan dan dan konseling lisan plus lisan plus
konseling KB KB mengenai konseling KB konseling KB
mengenai bagaimana cara mengenai mengenai
penjelasan cara menggunakan pil bagaimana cara bagaimana
menggunakan menggunakan cara dan
pil patch dan kapan
rotasinya memasang
dan melepas
ring
Keterampilan Terlatih untuk konseling ABPK (Alat Bantu Pengambil Keputusan) ber-
Penyedia Layanan KB

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 7 :
KELUARGA BERENCANA PADA KRISIS

Tabel 7.2
Perbandingan Metode KB Suntik
Karakteristik Dmpa Net-En Suntik Bulanan
Metode Suntikan intramuskular Suntikan IM setiap Suntikan IM setiap 1
Penggunaan (IM) atau subkutan (SK) 2 bulan tahun.
setiap 3 bulan.
Mengandung Progestogen – depot Progestogen – Dua hormon:
medroksiprogesteron noretisteron progestogen dan
acetate eranthate estrogen.
Batas waktu Sampai 2 minggu terlalu Sampai 2 minggu Sampai 7 hari terlalu
untuk cepat atau 4 minggu terlalu cepat atau 2 cepat atau 7 hari
mengulang terlambat minggu terlambat. terlambat.
suntikan agar
efektif jika
klien datang
terlalu awal
atau
terlambat.
Teknik Suntikan intramusukular Suntikan IM yang Suntikan IM yang
Penyuntikan (IM) yang dalam di pinggul, dalam di pinggul, dalam di pinggul,
lengan atas atau bokong. lengan atas atau lengan atas, bokong
Suntikan subkutan (SK) bokong. atau paha luar.
DMPA tersedia dalam spuit
uniject. Suntikan Mungkin sedikit
IM dan SK harus diberikan lebih nyeri
sebagaimana dimaksud: dibandingkan
jika tidak maka tidak akan DMPA.
sepenuhnya efektif.

Pola Menstruasi tidak teratur Menstruasi tidak Menstruasi tak teratur,


menstruasi dan lama pada awalnya, teratur atau lama sering dan memanjang
lalu tidak ada menstruasi dalam 6 bulan dalam 3 bulan
atau menstruasi jarang. pertama tetapi pertama. Sebagian
Sekitar 40% pengguna menstruasi lebih besar mengalami pola

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 7 :
KELUARGA BERENCANA PADA KRISIS

tidak mengalami pendek daripada menstruasi teratur


menstruasi bulanan dengan penggunaan setelah 1 tahun.
setelah 1 tahun. DMPA. Sekitar 2% dari
pengguna tidak
Setelah 6 bulan, pola mengalami perdarahan
menstruasi serupa bulanan setelah 1
dengan yang ditemui tahun.
pada kasus DMPA.
30 % pengguna tidak
mengalami
perdarahan bulanan
setelah 1 tahun.
Penambahan 1-2 kg per tahun 1-2 kg per tahun 1 kg per tahun
berat badan
rata- rata
Efektivitas Sekitar 3 kehamilan per Sama dengan Sama dengan DMPA
(Angka 100 klien dalam tahun DMPA
kehamilan pertama
ketika
digunakan
secara umum)
Rentang waktu Rata-rata 10 bulan Rata-rata 6 bulan Rata-rata 5 bulan
sampai hamil setelah suntikan terakhir setelah suntikan setelah suntikan
setelah terakhir terakhir
berhenti
suntikan
Pertimbangan- Konseling KB ditambah Konseling KB Persetujuan lisan
pertimbangan persetujuan lisan dan ditambah ditambah konseling KB
lain kartu kunjungan untuk persetujuan lisan ditambah kartu
suntikan ulang dalam 12 ditambah kartu kunjungan untuk
minggu pengingat untuk injeksi ulang dalam 4
suntikan ulang minggu
dalam 8 minggu

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 7 :
KELUARGA BERENCANA PADA KRISIS

Keterampilan Kompeten dalam konseling KB dan administrasi suntikan.


penyedia
layanan
Sumber: Diadaptasi dari: Family Planning A Global Handbook for Providers. USAID

Tabel 7.3
Perbandingan KB Implant
Karakteristik Norplant Norplant Jadelle/Sino- Implanon
Implant (III)
Metode 6 kapsul disisipkan di 2 batang disisipkan di bawah 1 batang disisipkan di
Penggunaan bawah kulit kulit bawah kulit
Mengandung Levonorgestrel Levonorgestrel Etonogestrel
Progestogen
Efektivitas Kehamilan akan terjadi Kehamilan akan terjadi hanya Kehamilan akan terjadi
(Angka hanya pada 5 dari pada 5 per 10.000 perempuan pada hanya 5 per
kehamilan dalam 10.000 perempuan yang yang menggunakan susuk Pada 10.000
tahun pertama memakai susuk perempuan > 80 kg, metode perempuan yang
penggunaan) Pada perempuan ini menjadi kurang efektif menggunakan susuk.
berbobot 70-79 kg, setelah 4 tahun pemakaian.
metode ini menjadi Berat badan tidak
kurang efektif setelah 5 diketahui memiliki
tahun pemakaian. Pada dampak terhadap
perempuan dengan efektivitas.
bobot > 80 kg, metode
menjadi kurang efektif
setelah 4 tahun
pemakaian.
Pola Menstruasi Dalam beberapa bulan pertama menstruasi lebih ringan Pengguna implanon
dan lebih pendek atau menstruasi menjadi tidak teratur lebih mungkin
dan berlangsung lebih dari 8 hari atau menstruasi jarang mengalami menstruasi
atau tidak ada. yang jarang atau Justru
Setelah sekitar satu tahun menstruasi lebih ringan dan tidak menstruasi.
lebih pendek, menstruasi tidak teratur dan jarang.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 7 :
KELUARGA BERENCANA PADA KRISIS

Waktu tunggu Tidak ada Tidak ada Tidak ada


rata-rata hingga
hamil setelah
menghentikan
penggunaan
metode
Ketersediaan Sedang dalam masa Diharapkan untuk Terutama tersedia di
penarikan. Norplant menggantikan Norplant pada Eropa dan Asia.
tidak lagi tahun 2011 Juga telah disetujui
disisipkan/dipakai pemakaian
nya di Amerika Serikat.
Pertimbangan Pengangkatan saja dan Konseling KB, inform concern Konseling KB, inform
lain konseling tentang serta kartu kunjungan untuk concern dan kartu
metode lain. kunjungan selanjutnya dalam kunjungan untuk
jangka waktu satu minggu kunjungan selanjutnya,
Harus melakukan inform untuk mengecek lokasi susuk dalam waktu satu
concern jika dan membuka perban. minggu untuk mengece
menggunakan metode- Menyediakan kartu efektivitas lokasi susuk dan
metode yang diberikan. untuk saat kadaluarsa Jadelle membuka perban.
dalam 5 tahun atau Sino- Memberikan kartu
Implant dalam waktu 4 tahun efektivitas untuk saat
kadaluarsa Implanon
dalam 3 tahun.
Keterampilan Terlatih dalam konseling KB dan sertifikasi pemasangan serta pelepasan susuk
penyedia
layanan
Sumber: Diadaptasi dari: Family Planning A Global Handbook for Providers. USAID

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 7 :
KELUARGA BERENCANA PADA KRISIS

Metode dengan Penghalang


Metode kontrasepsi untuk mengatur jarak kehamilan dan jumlah anak dengan cara
mencegah sperma secara fisik agar tidak memasuki uterus. Metode KB yang paling
sering digunakan adalah kondom laki-laki dan perempuan. Kondom merupakan
metode KB satu-satunya yang melindungi terhadap kehamilan dan IMS.
Metode KB lain seperti spermisida dan diafragma mungkin diminta oleh klien yang
sudah biasa dengan metode ini. Jika diminta, setiap upaya harus dilakukan untuk
menyediakan metode ini. Spermisida merupakan salah satu dari kontrasepsi yang
paling tidak efektif ketika digunakan secara tersendiri. Pemakaian spermisida
dalam frekuensi tinggi dapat meningkatkan kemungkinan tertular HIV pada klien-
klien berisiko tinggi seperti pekerja seks komersial.
Tabel 7.4
Perbandingan Kondom Laki-laki dan Perempuan
Membandingkan Kondom Laki-Laki dan Kondom Perempuan
Karakteristik Kondom Laki-Laki Kondom Perempuan
Cara Pemakaian Kondom dipasangkan pada penis Dimasukkan ke dalam vagina
laki-laki yang ereksi perempuan melapisi vagina secara
Ukuran pas pada penis longgar sehingga tidak menghamba
penis.
Kapan Segera sebelum hubungan seks Sampai 8 jam sebelum
digunakannya berhubungan seks.
Bahan Umumnya terbuat dari lateks Sebagian besar terbuat dari
(Kadang-kadang terbuat dari lapisan sintetik yang tipis
bahan sintetik atau membran (poliuretan atau nitril) Sejumlah
hewan*) model terbuat dari lateks.
* Kondom yang dibuat dari
membran hewan tidak
melindungi terhadap HIV
Sensasi selama Hubungan seks mungkin terasa Kondom yang terbuat dari lapisan
hubungan seks kurang sensitif. sintetik akan menghantarkan
panas sehingga hubungan seks
dapat terasa sangat sensitif dan
alami.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 7 :
KELUARGA BERENCANA PADA KRISIS

Suara saat Mungkin akan menimbulkan bunyi Mungkin akan menimbulkan


hubungan seks gesekan saat berhubungan seks suara gemerisik saat hubungan
seks.
Pelicin Klien dapat menambah pelicin: Klien dapat menambahkan
• Hanya yang berbahan dasar air pelicin:
atau silikon • Berbahan dasar air, silikon atau
• Diberikan di bagian luar kondom minyak.
• Sebelum dimasukkan, beri
pelicin di bagian luar kondom
• Sebelum dimasukkan, beri
pelicin di dalam kondom atau
pada penis
Robek atau lepas Cenderung untuk lebih sering Cenderung lebih sering lepas
robek dibandingkan dengan dibandingkan kondom laki-laki
kondom perempuan
Waktu melepas Penis harus dikeluarkan dari Penis dapat tetap berada di
vagina sebelum ereksi melemas dalam vagina setelah ereksi
melemas. Lepaskan kondom
perempuan sebelum klien
perempuan berdiri
Daerah yang Melindungi hampir seluruh penis Melindungi genitalia dalam dan
tertutup kondom dan genitalia internal perempuan luar perempuan dan dasar penis.
Efektivitas (Angka Sekitar 15 kehamilan per 100 Sekitar 21 kehamilan per 100
kehamilan pada perempuan yang pasangannya perempuan yang menggunakan
pemakaian yang menggunakan kondom laki- kondom perempuan selama tahun
umum) laki selama tahun pertama (jika pertama (jika digunakan dengan
digunakan dengan benar di semua benar untuk setiap hubungan
hubungan seks, sekitar 2 seksual, sekitar
kehamilan per 100 perempuan) 5 kehamilan per 100 perempuan).
Perlindungan Ketika digunakan secara konsisten Ketika digunakan secara konsisten
terhadap HIV dan benar, pemakaian kondom dan benar, pemakaian kondom
mencegah 80% hingga 95% perempuan mencegah penularan
penularan HIV yang akan terjadi HIV.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 7 :
KELUARGA BERENCANA PADA KRISIS

jika kondom tidak digunakan.


Cara menyimpan Simpan di tempat yang sejuk, Kondom plastik tidak rusak oleh
teduh dan kering panas, cahaya atau kelembaban
Pemakaian ulang Kondom tidak dapat dipakai Pemakaian ulang tidak
ulang direkomendasikan
Biaya dan Umumnya biaya rendah dan Biasanya lebih mahal dan kurang
ketersediaan kondom tersedia secara luas. tersedia dibandingkan kondom
laki-laki
Pertimbangan- Lakukan konseling dan Lakukan konseling dan
pertimbangan lain perlihatkan cara dan kapan perlihatkan cara dan kapan
kondom harus dipasang dan kondom harus
dilepas (idealnya dengan dipasang dan dilepas (idealnya
menggunakan model penis) dengan menggunakan model
vagina)
Keterampilan Terlatih dalam konseling KB, demonstrasi dan demonstrasi ulang.
Penyedia layanan
Sumber: Diadaptasi dari: Family Planning A Global Handbook for Providers. USAID

Intra Uterine Devices (IUD)


IUD merupakan sebuah alat plastik berukuran kecil dan fleksibel yang
mengandung tembaga atau progestogen. Seorang penyedia layanan kesehatan
kompeten akan memasangkan IUD ke dalam uterus perempuan melalui vagina
dan serviksnya dengan menggunakan prosedur pencegahan infeksi yang benar
(Termasuk teknik pemasangan “tanpa sentuhan”). IUD merupakan salah satu dari
metode yang efektif untuk mencegah kehamilan.

IUD dan IMS.


IUD sendiri tidak menyebabkan Penyakit Radang Panggul (PRP). Pemasangan IUD
kepada perempuan yang menderita Gonorea atau Klamidia kadang-kadang dapat
mengarah ke PRP sehingga harus dihindari. Jika keadaan klien membuatnya
berisiko tinggi terkena infeksi, biasanya tidak boleh menggunakan IUD. Jika
skrining laboratorium untuk Gonorea dan Klamidia tidak tersedia, maka harus

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 7 :
KELUARGA BERENCANA PADA KRISIS

meminta klien mempertimbangkan risikonya petugas sendiri dan memikirkan


apakah ia mungkin menderita IMS. Jika klien menganggap dirinya berisiko untuk
tertular IMS, ia harus dikonseling untuk metode KB lain sebagai alternatif. Dalam
kondisi-kondisi khusus, jika metode lain yang lebih cocok tidak tersedia atau tidak
dapat diberikan, maka petugas harus mempertimbangkan pengobatan klien secara
presumptif (Berdasarkan dugaan) dengan dosis kuratif antibiotik penuh yang akan
efektif untuk mengobati Gonorea dan Klamidia, lalu memasang IUD setelah klien
menyelesaikan pengobatannya.

Jika seorang perempuan mengalami IMS baru setelah pemasangan IUD, ia tidak
secara khusus berisiko terkena PRP akibat IUD. Ia bisa terus menggunakan IUD
ketika ia sedang diobati untuk IMS. Pengangkatan IUD tidak ada manfaatnya dan
dapat membuat klien menanggung risiko kehamilan yang tidak diinginkan. Klien
harus dikonseling mengenai pemakaian kondom dan strategi lain untuk
menghindari tertular IMS.
Tabel 7.5
Perbandingan IUD
Membandingkan IUD
Karakteristik IUD dengan tembaga IUD Levonorgestrel
Pemasangan Memerlukan pelatihan Memerlukan pelatihan
spesifik tetapi lebih mudah spesifik dan unik, teknik
untuk memasang IUD ini pemasangan lebih sulit.
dibandingkan dengan IUD Klien mungkin mengalami
levonorgestrel lebih banyak rasa tak enak,
nyeri dan mual atau muntah
pada saat pemasangan
dibandingkan dengan IUD
dengan tembaga.
Biaya Lebih murah Lebih mahal
Pertimbangan lain Konseling KB, persetujuan lisan dan tertulis. Menyediakan
penjelasan mengenai bagaimana mengecek benang kepada
klien yang ingin melakukannya

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 7 :
KELUARGA BERENCANA PADA KRISIS

Keterampilan Terlatih dalam konseling KB Terlatih dalam konseling


Penyedia layanan dan pemasangan serta KB dan pemasangan serta
pelepasan IUD tembaga pelepasan IUD
Sumber: Diadaptasi dari: Family Planning A Global Handbook for Providers. USAID

Kontrasepsi Darurat
Dua metode kontrasepsi darurat yang digunakan adalah:
Pil kontrasepsi darurat
IUD tembaga

Pil kontrasepsi darurat dapat mencegah kehamilan yang tidak diinginkan jika
digunakan dalam jangka waktu lima hari (120 jam) setelah seks tanpa pelindung.
Kontrasepsi darurat harus digunakan sesegera mungkin setelah hubungan seksual
tanpa pelindung dilakukan. Kontrasepsi darurat paling efektif ketika langsung
digunakan tetapi masih bisa efektif ketika digunakan lima hari setelah seks tanpa
pelindung.
Tabel 7.6
Sediaan Pil Kontrasepsi Darurat
ATURAN PENGGUNAAN PIL KONTRASEPSI DARURAT

a) Levonorgestrel: 1.5 mg Levonorgestrel dalam dosis tunggal (ini adalah sediaan yang
direkomendasikan karena lebih efektif dengan efek samping yang lebih sedikit);
atau

b) Kalau pilihan pertama tidak tersedia dapat menggunakan pil KB yang ada di
puskemas/klinik dengan menggunakan pil kombinasi estrogen - progestogen
(metode Yuzpe):

30 mikrogram Etinil Estradiol ditambah 0.15 mg Levonorgestrel 4 tablet, diminum


secepat mungkin, diikuti dengan dosis yang sama 12 jam kemudian.
Sumber: buku Pedoman Kontrasepsi Darurat, Kementrian Kesehatan

Persediaan 2 jenis kontrasepsi darurat yang terdapat pada dapat digunakan


dengan aman oleh perempuan manapun. Namun ada perempuan yang tidak dapat
menggunakan metode hormonal secara terus menerus karena dosis hormonnya
relatif kecil dan hanya dapat digunakan untuk jangka waktu yang pendek.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 7 :
KELUARGA BERENCANA PADA KRISIS

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 7 :
KELUARGA BERENCANA PADA KRISIS

Kontrasepsi darurat tidak boleh diberikan jika telah terjadi kehamilan. Kontrasepsi
darurat dapat diberikan ketika status kehamilan tidak jelas dan tes kehamilan
tidak tersedia karena tidak ada bukti bahwa kontrasepsi darurat akan
membahayakan ibu atau kehamilan yang sudah ada. Gunakan daftar periksa
kehamilan untuk mengetahui kemungkinan hamil sebelum memberikan
Kontrasepsi darurat.

Pemakaian kontrasepsi darurat secara periodik mungkin dilakukan, tetapi tidak


direkomendasikan sebagai metode KB. Meskipun demikian, permintaan
kontrasepsi darurat merupakan pintu masuk untuk membahas KB dan melakukan
konseling kepada klien mengenai pemakaian kontrasepsi secara terus menerus.

Sebuah IUD yang mengandung tembaga dapat dipasang dalam jangka waktu
hingga lima hari setelah melakukan hubungan seks tanpa pelindung, sebagai
kontrasepsi darurat. Jika waktu ovulasi dapat diperkirakan, IUD yang mengandung
tembaga dapat dipasang lebih dari lima hari setelah hubungan seks tanpa
pelindung dilakukan, selama pemasangan tidak terjadi lebih dari lima hari setelah
ovulasi. Pilihan ini mungkin baik bagi para perempuan yang ingin menggunakan
IUD untuk seterusnya. Metode ini lebih efektif untuk mencegah kehamilan
dibandingkan dengan kontrasepsi darurat. Pastikan bahwa klien memenuhi syarat
untuk pemasangan IUD. Jika IUD dipasang sebagai kontrasepsi darurat setelah
pemerkosaan, pastikan bahwa pengobatan IMS presumtif (Berdasarkan dugaan)
perlu diberikan.

Operasi Sterilisasi Sukarela dengan Pembedahan Sukarela


Sterilisasi untuk laki-laki (Vasektomi) yang disebut Metode Operasi Pria (MOP)
dan perempuan (Tubektomi) yang disebut Metode Operasi Wanita (MOW)
merupakan metode kontrasepsi yang diinginkan beberapa klien yang telah
memutuskan untuk tidak lagi mempunyai anak. Kontrasepsi dengan pembedahan
hanya boleh dilakukan dalam kondisi aman dengan persetujuan berdasarkan

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 7 :
KELUARGA BERENCANA PADA KRISIS

Inform Concent dari calon klien. Pembedahan dilakukan oleh dokter umum
terlatih dan dokter umum atau kebidanan dengan menggunakan peralatan yang
memadai.

KB Pasca Persalinan
Seorang perempuan terlindung dari kehamilan selama periode nifas jika:
1. Perempuan tersebut menyusui secara penuh (bayi hanya menerima ASI atau,
sesekali, sejumlah vitamin tambahan, air, jus atau nutrien lain) atau hampir
secara penuh (lebih dari tiga perempat konsumsi bayi adalah ASI); dan
2. Belum mengalami menstruasi lagi; dan
3. Masa nifas belum enam minggu setelah persalinan

Metode ini disebut metode amenore laktasi. Efektivitasnya, sebagai metode yang
sering dipakai, adalah dua kehamilan per100 perempuan pada enam bulan
pertama. Setelah persalinan. Lakukan konseling kepada perempuan yang
menggunakan metode ini untuk juga menggunakan metode KB lain ketika mereka
mendekati bulan keenam masa nifas atau ketika salah satu dari kriteria diatas
berubah.

Klien dapat memulai metode-metode KB berikut ini dengan aman:


 Metode dengan penghalang: kondom dapat digunakan segera setelah nifas
 Pemasangan IUD: IUD dapat dipasang selama 48 jam pertama setelah
persalinan melalui vagina atau persalinan bedah caesar oleh penyedia layanan
yang terlatih secara khusus. Pemasangan IUD dalam periode antara 48 jam
sampai empat minggu setelah persalinan tidak direkomendasikan.
Kemungkinan IUD lepas dan dikeluarkan dari tubuh paling tidak IUD dipasang
empat minggu atau lebih setelah persalinan atau pada suatu waktu yang tidak
berhubungan dengan kehamilan.
 Sterilisasi: Dapat dilakukan selama tujuh hari pertama atau enam minggu
setelah persalinan.
 Metode progestogen saja (Pil, Suntikan,Susuk): Dapat dimulai enam minggu

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 7 :
KELUARGA BERENCANA PADA KRISIS

setelah persalinan untuk ibu menyusui dan segera setelah melahirkan untuk
ibu yang tidak menyusui.
 Metode kombinasi (Pil dan Suntikan): dapat dimulai enam bulan setelah
persalinan untuk ibu menyusui dan enam minggu setelah melahirkan untuk
ibu tidak menyusui.
 Metode alami (Metode Hari Standar): dapat dimulai ketika klien telah
mengalami siklus menstruasi teratur kembali.

KB untuk ODHA
Dorong pemakaian kondom untuk semua orang HIV positif dalam upaya
melindungi mereka dari IMS dan untuk mencegah penularan HIV kepada pasangan
seksualnya. Jika seorang perempuan HIV positif memerlukan perlindungan
terhadap kehamilan yang lebih efektif, ia dapat menggunakan sebagian besar
metode kontrasepsi lain selain kondom, dengan pertimbangan-pertimbangan
sebagai berikut :
1. IUD tidak boleh dipasang pada klien perempuan yang mengalami infeksi
Gonorhea atau Klamidia atau jika ia memiliki risiko sangat tinggi tertular infeksi-
infeksi ini. Klien perempuan HIV positif yang secara klinis dalam keadaan sehat
(baik yang sedang menjalani Terapi Antiretro Viral (ARV) atau tidak) dapat
menggunakan IUD.
2. Jika seorang perempuan sedang mengkonsumsi Rifampicin untuk pengobatan
tuberkulosis, ia tidak boleh menggunakan pil KB, patch kombinasi, ring
kombinasi atau susuk karena efektivitas kontrasepsi mungkin akan berkurang.
3. Spermisida, baik secara tersendiri maupun dalam kombinasi, tidak boleh
digunakan untuk perempuan yang tertular HIV atau menderita AIDS.
4. Klien perempuan yang sedang menjalani ARV dan menggunakan metode
hormonal disarankan untuk menggunakan kondom juga karena sejumlah obat
ARV mengurangi efektivitas metode hormonal.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 7 :
KELUARGA BERENCANA PADA KRISIS

Keterlibatan Laki-laki dalam Program KB


Libatkan laki-laki dalam program KB untuk meningkatkan penerimaan program
didalam masyarakat dan meningkatkan pengakuan terhadap isu-isu kesehatan
reproduksi lain seperti pencegahan dan pengobatan IMS dan HIV.
Mempertimbangkan sudut pandang laki- laki dan motivasinya merupakan bagian
penting dari kegiatan program. Kontrasepsi yang digunakan oleh laki-laki
memungkinkan mereka untuk berbagi tanggung jawab KB dengan pasangannya.
Layanan KB mungkin perlu disesuaikan secara spesifik untuk memenuhi kebutuhan
klien laki-laki. Aktivitas-aktivitas untuk mendorong keterlibatan laki-laki mencakup
konseling pasangan, promosi kondom, waktu khusus untuk laki-laki difasilitas
kesehatan, sesi kelompok sebaya dan informasi kesehatan reproduksi dikelompok
sosial laki-laki.

Indikator yang harus dikumpulkan di tingkat fasilitas kesehatan:


1. Persentase klien yang ditawari konseling KB sebagai tambahan dari
metode metode kontrasepsi.
2. Contraceptive Prevalence Rate (CPR). CPR adalah persentase klien
perempuan (atau pasangannya) yang menggunakan suatu metode
kontrasepsi disuatu titik waktu tertentu.

Indikator yang harus dikumpulkan di tingkat program:


1. Jumlah titik layanan KB yang memiliki minimal persediaan Pil KB, suntik
KB, IUD atau susuk untuk 3 bulan
2. Jumlah dan persentase penyedia layanan yang secara benar menerapkan
standar layanan KB.

INTEGRASI MANAJEMEN IMS KE DALAM KB

 Diskusikan IMS dg semua klien pada setiap kunjungan


o Penilaian resiko
 Tanyakan gejala (pada klien atau pasangannya)
o Terapi dg pendekatan sindrom

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 7 :
KELUARGA BERENCANA PADA KRISIS

o Atur terapi untuk pasangan


Screening IMS jika perlu

Dorong proteksi ganda
Kondom
Metode pilihan plus kondom
Hati-hati menggunakan IUD di daerah dengan prevalensi IMS tinggi


Spermisida tidak digunakan jika ada resiko HIV

VII. RANGKUMAN

KB bukan bagian dari PPAM tapi pastikan supplai dasar tersedia untuk akseptor KB
lanjutan/yang sudah memakai alat KB sebelum terjadi bencana agar tidak terputus.
Perlunya memastikan adanya berbagai metode pilihan Kontrasepsi. Unsur pemberian
layanan KB yang harus diperhatikan dalam situasi krisis; 1) Penilaian kebutuhan dan
sumber daya, 2) Supply dan logistik, 3) Standard dan protokol pelayanan, 4) Lokasi
pemberian layanan, dan 5) Sumber Daya Manusia: Pelatihan dan Supervisi.

VIII. EVALUASI

Pada pelaksanaan evaluasi sesi, dosen/pengajr dapat menggali lebih dalam


pemahaman peserta didik dalam menangkap/menyerap materi yang diberikan.

1. Seorang perempuan usia 40 tahun pasca melahirkan putri keenamnya di


puskesmas 4 minggu yang lalu di posko kesehatan darurat yang didirikan setelah
bencana banjir di desanya. Ia masih memberikan asi eksklusif pada bayinya, dan
belum mendapatkan menstruasi lagi.
Apakah penilaian awal untuk memenuhi kebutuhan dan permintaan KB pada
situasi darurat bencana ?
a. Menentukan tempat distribusi alat kontrasepsi
b. Menentukan tokoh masyarakat yang dapat berperan
c. Memperoleh informasi kebudayaan masyarakat terhadap KB
d. Menentukan jumlah alat KB yang disiapkan

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 7 :
KELUARGA BERENCANA PADA KRISIS

e. Menentukan jenis kontrasepsi yang disiapkan

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 7 :
KELUARGA BERENCANA PADA KRISIS

2. Seorang perempuan usia 40 tahun pasca melahirkan putri keenamnya di


puskesmas 4 minggu yang lalu di posko kesehatan darurat yang didirikan setelah
bencana banjir di desanya. Ia masih memberikan asi eksklusif pada bayinya, dan
belum mendapatkan menstruasi lagi.
Apakah metode KB pasca persalinan yang dimaksud pada kasus di atas ?
a. Metodedengan penghalang
b. Metode alamiah
c. Metode jangka panjang
d. Metode jangka pendek
e. Metode amenorea laktasi
3. Seorang perempuan usia 40 tahun pasca melahirkan putri keenamnya di
puskesmas 4 minggu yang lalu di posko kesehatan darurat yang didirikan setelah
bencana banjir di desanya. Ia masih memberikan asi eksklusif pada bayinya, dan
belum mendapatkan menstruasi lagi.
Apakah metode KB yang tepat pada kasus di atas, namun masyarakat tersebut
memiliki keyakinan bahwa haram hukumnya menggunakan KB jika melakukan
perubahan bentuk pada organ ciptaan Tuhan ?
a. Metode alamiah
b. Metode jangka panjang
c. Metode operasi pada pria dan wanita
d. Metode dengan penghalang
e. Metode amenorea laktasi
4. Seorang wanita usia 40 tahun ke puskesmas untuk menggunakan KB. Ia
mengatakan 2 hari yang lalu melakukan hubungan seks tanpa pelindung.
Pemeriksaan fisik menunjukkan tanda-tanda infeksi gonorhea.
Apakah jenis kontrasepsi yang tepat pada kasus tersebut ?
a. Metode IUD tembaga
b. Metode IUD levonogestrei
c. Pil kontrasepsi darurat
d. Kondom pada laki-laki
e. KB implan

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 7 :
KELUARGA BERENCANA PADA KRISIS

5. Seorang wanita usia 40 tahun ke puskesmas untuk menggunakan KB. Ia


mengatakan 2 hari yang lalu melakukan hubungan seks tanpa pelindung.
Pemeriksaan fisik menunjukkan tanda-tanda infeksi gonorhea.
Berapakah jangka waktu yang tepat untuk menggunakan kontrasepsi pada kasus
di atas sehingga dapat mencegah kehamilan yang tidak diinginkan ?
a. 1-2 hari setelah hubungan seks tanpa pelindung
b. 1-3 hari setelah hubungan seks tanpa pelindung
c. 1-5 hari setelah hubungan seks tanpa pelindung
d. 1-7 hari setelah hubungan seks tanpa pelindung
e. 1-14 hari setelah hubungan seks tanpa pelindung

IX. DAFTAR PUSTAKA

 Kementrian KesehataN, Buku pedoman nasional Kesehatan Reproduksi dalam


situasi bencana, 2014
 UNFPA. 2010. Pedoman Lapangan Antar-lembaga Kesehatan Reproduksi dalam
Situasi Darurat Bencana: Revisi untuk Peninjauan Lapangan. Jakarta: UNFPA.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 7 :
KELUARGA BERENCANA PADA KRISIS

LAMPIRAN

HIV/STI - Group Work Station 2 (Hal 1 dari 2) Kondom


Lembar Kerja Peserta

10 menit
1. Demonstrasi Kondom
Secara bergilir demonstrasikan bagaimana menggunakan kondom laki-laki dan
perempuan

2. Diskusikan 15 menit

 Bagaimana anda memastikan bahwa kondom tersedia pada fase awal krisis di
tempat anda?
 Bagaimana anda memonitor pengambilan kondom?
 Dengan menggunakan rumus di bawah ini, hitung berapa banyak kondom yang
harus dipesan untuk penduduk sejumlah 30,000 selama 3 bulan.

1. Asumsikan bahwa 20% dari penduduk adalah laki-laki yang aktif secara seksual
2. 20% dari mereka memakai kondom
3. Tiap pengguna kondom membutuhkan 12 kondom per bulan
4. Tambahkan 20% untuk cadangan

Catatan:

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 7 :
KELUARGA BERENCANA PADA KRISIS

HIV/STI - Group Work Station 2 (Page 2 Of 2) Kondom

Lembar Kerja Peserta

PESAN PENTING

- Jangan memesan kondom perempuan dalam kondisi darurat jika populasi belum
pernah terpapar dengan kondom perempuan.

- Kondom dapat tersedia dengan berbagai cara, tapi koordinator Kespro dan Seksual
harus kreatif dan memikirkan juga sensitivitas budaya setempat. Mereka harus
berdiskusi dengan para remaja laki-laki dan perempuan (Secara terpisah) dan
menanyakan pada mereka dimana tempat terbaik untuk mengambil kondom jika
masyarakat membutuhkannya.

- Beberapa contoh adalah: menyediakan kondom di tempat pendaftaran, di tempat


distribusi non makanan, meletakkan kondom pada toilet, sekolah, klinik, melalui tokoh
masyarakat, pekerja kesehatan masyarakat atau dukun bayi.

- Koordinator Kespro dan Seksual harus memastikan bahwa tempat pendistribusian


adalah terpilih sehingga kondom dapat dipajang sedemikian rupa dengan baik, tidak
rusak, di tempat yang teduh, sejuk, dijauhkan dari debu dan binatang/hama.
Instruksikan pada “distributor” yang bertanggung jawab untuk mengisi ulang supply
untuk memperhatikan kualitas dari waktu ke waktu dengan membuka kemasan
kondom dan memeriksanya secara visual.

- Penting untuk untuk mencatat berapa banyak kondom yang didistribusikan. Cek setiap
minggu berapa banyak kondom diambil dari tempat distribusi.

- Monitoring distribusi adalah berbeda dengan monitoring angka pemakaian. Diperlukan


survey prilaku untuk mengetahui seberapa banyak pemakaian kondom.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 7 :
KELUARGA BERENCANA PADA KRISIS

Jawaban

30,000 x 20 %= 6,000 laki-laki yang aktif secara seksual


6,000 x 20 % = 1,200 laki-laki yang memakai kondom
1,200 x 12 kondom = 14,400 kondom yang dibutuhkan perbulan
14,400 x 3 bulan= 43,200 kondom
43,200 x 20% cadangan = 8,640 extra kondom
43,200 + 8,640 = 51,840 TOTAL KONDOM yang harus dipesan

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 7 :
KELUARGA BERENCANA PADA KRISIS

HIV/STI - Group Work Station 3 (Page 1 Of 2)


IMS Pendekatan Sindrom

Lembar Kerja Peserta

1. Penjelasan latihan 15 menit


Review poster IMS dari kit 5.
Fase akut emergency sudah berakhir dan anda harus mengadaptasi poster IMS dengan
pendekatan sindrom ke protokol nasional di bawah ini.
Tulislah pengobatan pendekatan sindrom nasional pada stiker dan tempel sesuai
tempatnya pada poster di dinding.

Gejala Pengobatan (Pedoman Penatalaksanaan IMS Depkes)


Urethral discharge/duh uretra Uretritis GO :
Sefiksim 400 mg, oral, dosis tunggal atau Levofloksasin
250 mg per oral dosis tunggal
Uretritis non GO :
Azitromisin 1 g, oral, dosis tunggal atau Doksisiklin 100
mg per oral, 2 kali sehari selama 7 hari
Abnormal vaginal Cervitis GO :
discharge/duh vagina Sefiksim 400 mg oral, dosis tunggal atau Levofloksasin
250 mg per oral dosis tunggal
Cervitis non GO :
Azitromisin 1 g, per oral, dosis tunggal atau Doksisiklin
100 mg per oral, 2 kali sehari selama 7 hari
Thricomonas Vaginalis :
Metronidazole, 2 g per oral dosis tunggal atau Tinidazol,
2 g, per oral dosis tunggal
Vaginosis Bakterial :

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 7 :
KELUARGA BERENCANA PADA KRISIS

Metronidazol 400 atau 500 mg, 2 kali sehari, selama 7


hari
Candida albicans :
Mikonazol atau klotrimazol 200 mg, intra vagina , setiap
hari, selama 3 hari atau Klotrimazol, 500 mg, intra
vagina dosis tunggal
Ulcus genital Sifilis:
Benzatin-benzilpenisilin, 2,4 juta IU, im, sekali seminggu
selama 3 minggu berturut-turut
Chancroid:
Siprofloksasin, 500 mg, per oral, 2 kali sehari, selama 3
hari
Herpes genitalis:
Asiklovir, 200 mg, per oral, 5 kali sehari selama 7 hari
LGV:
Doksisiklin 100 mg per oral, 2 kali sehari, selama 5 hari
Inguinal bubo Cancroid:
(pembengkakan inguinal) Siprofloksasin 500 mg per oral, 2 kali sehari selama 3
hari atau Eritromisin 500 mg per oral, 4 kali sehari
selama 7 hari
LGV:
Doksisiklin 100 mg per oral, 2 kali sehari selama 14 hari
atau eritromisin 500 mg per oral, 4 kali sehari, selama
14 hari
Pembengkakan skrotum GO:
Sefiksim 400 mg oral, dosis tunggal atau Levofloksasin
250 mg per oral dosis tunggal
Klamidiosis
Azitromisin 1 g, per oral, dosis tunggal
Doksisiklin 100 mg, per oral, 2 kali sehari selama 7 hari

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 7 :
KELUARGA BERENCANA PADA KRISIS

Nyeri perut bawah GO dengan komplikasi:


Sefiksim, 400 mg per oral, dosis tunggal atau
Levofloksasin 250 mg per oral dosis tunggal
Chlamidiosis:
Azitromisin 1 g per oral, dosis tunggal atau doksisiklin
100 mg per oral, 2 kali sehari selama 7 hari
Konjungtivitis Neonatal GO:
Seftriakson 50-100mg/kg BB, im, dosis tunggal atau
Kanamisin 25mg/KG BB (maks 75mg) im, dosis tunggal
Non GO/klamidiosis
Sirop eritromisin basa, 50 mg/kg BB/hari per oral, 4 kali
sehari selama 14 hari atau Cotrimoksasol 40-200 mg
per roal 2 kali sehari selama 14 hari

2. Diskusi
Pesan penting apa yang harus diberikan kepada pasien?

3. Periksa contoh kartu kontak dan diskusikan


 Bagaimana anda akan mengembangkan/mengadaptasi kartu kontak ini?
 Bagaimana kartu kontak digunakan?

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 7 :
KELUARGA BERENCANA PADA KRISIS

Mohon hadir di

Klinik Mawar
Tel: 456 834

Jam buka
Senin 9.00 pagi– 3.00 sore
Selasa 9.00 pagi– 3.00
sore
Rabu 9.00 pagi– 3.00 sore
Jumat 9.00 pagi– 1.30 sore

Catatan:

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 7 :
KELUARGA BERENCANA PADA KRISIS

HIV/STI - Group Work Station 3 (Hal 2 dari 2)


IMS dengan Pendekatan Sindrom

Lembar Kerja Peserta

Tujuan dari Pencegahan dan Pengobatan IMS adalah:


a. Memutus penularan IMS
b. Mencegah perkembangan lebih lanjut dari penyakit, komplikasi dan gejala sisa
dari pasien individu dan pasangannya
c. Mengurangi resiko infeksi HIV/AIDS

PENTING: Mengadaptasi Pengobatan dengan Pendekatan Sindrom ke Protokol


Nasional

Konseling pasien meliputi:


a. Jenis infeksi
b. Kepatuhan pengobatan
c. Promosi prilaku seksual yang lebih aman untuk mencegah infeksi di masa dating.
d. Demonstrasi dan sediakan kondom (untuk 3 bulan, sampai test konfirmasi HIV )
e. Informasikan pada pasangan
f. Test HIV
g. Komplikasi seperti infertility/kemandulan atau penyakit yang tidak bisa diobati
h. Komunikasi dengan partner
i. Kerahasiaan dan cara memberitahu pasangan
j. Resiko kekerasan atau stigma

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 7 :
KELUARGA BERENCANA PADA KRISIS

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 8

PENCEGAHAN DAN
PENANGANAN KEKERASAN
SEKSUAL BERBASIS GENDER
PADA SITUASI
KRISIS/DARURAT BENCANA

H
Daftar Isi Materi 8

DAFTAR ISI

I. DESKRIPSI SINGKAT...........................................................................................171

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Umum Pembelajaran...............................................................................171
B. Tujuan Pembelajaran Khusus..............................................................................171

III. POKOK BAHASAN............................................................................................. 172

IV. BAHAN BELAJAR..............................................................................................172

V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN.............................................................173

VI. URAIAN MATERI


1. Definisi kekerasan seksual...................................................................180
2. Jenis Kekerasan Seksual.......................................................................180
3. Kekerasan Seksual Pelanggaran HAM..................................................181
4. Tantangan dalam penanganan kekerasan seksual dan
bagaimanakah Solusinya.....................................................................182
5. Penyebab.............................................................................................184
6. Penanggung jawab...............................................................................186
7. Pencegahan kekerasan seksual............................................................192
8. Pedoman prinsip dalam merespon kekerasan seksual........................195

VII. RANGKUMAN..................................................................................................197

VIII. EVALUASI.........................................................................................................197

IX. DAFTAR PUSTAKA............................................................................................200

X. LAMPIRAN.......................................................................................................201

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM) KESEHATAN
REPRODUKSI PADA SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA
MATERI 8 :
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN SEKSUAL BERBASIS
GENDER

MATERI 8
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN SEKSUAL
BERBASIS GENDER PADA KRISIS KESEHATAN

Kekerasan Seksual berbasis gender dalam situasi bencana merupakan salah satu topik
yang akan dipelajari dalam Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM) pada situasi
bencana. Situasi bencana merupakan situasi yang tidak pernah dapat diperkirakan
sebelumnya. Ketika bencana terjadi, perempuan dan anak-anak merupakan kelompok
yang sangat beresiko untuk mengalami kekerasan seksual.

I. DESKRIPSI

Modul ini membahas tentang pencegahan dan penanganan kekerasan sesual berbasis
gender/Seksual Gender Basic Violence (SGBV) dalam situasi bencana yang meliputi:
definisi, alasan pentingnya SGBV, keterkaitan antara SGBV dan pelanggaran hak asasi
manusia penanggung jawab SGBV, akar masalah, faktor resiko dan konsekuensi dari
SGBV, klien yang beresiko, pelaku, waktu terjadinya situasi dan kondisi yang beresiko,
alasan tidak dilaporkan, pemantauan, tindakan pencegahan dan respon pada SGBV
yang membutuhkan tindakan yang terkoordinasi dan multisektor. dan mekanisme
penanganan kasus kekerasan seksual serta pedoman prinsip dalam penanganan SGBV
dalam situasi bencana.

II. TUJUAN
1. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa mampu mengidentifikasi pencegahan
kekerasan berbasis gender pada situasi bencana.
2. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa mampu:
a. Menguraikan definisi kekerasan seksual berbasis gender
b. Mengidentifikasi tindakan yang termasuk kekerasan seksual
c. Menjelaskan alasan pentingnya SGBV, keterkaitan antara SGBV dan
pelanggaran hak asasi manusia

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 8 :
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN SEKSUAL BERBASIS
GENDER

d. Menjelaskan akar masalah, faktor resiko dan konsekuensi dari SGBV


e. Mengidentifikasi klien yang beresiko mengalami SGBV
f. Mengidentifikasi pelaku pada SGBV
g. Mengidentifikasi waktu terjadinya situasi dan kondisi yang beresiko SGBV
h. Menjelaskan alasan tidak dilaporkannya SGBV
i. Menjelaskan pemantauan yang dilakukan pada SGBV
j. Mengidentifikasi tindakan pencegahan dan respon pada SGBV yang
membutuhkan tindakan yang terkoordinasi dan multisektor
k. Menjelaskan pedoman prinsip penanganan kekerasan sesksual dalam situasi
bencana
III.POKOK BAHASAN
a. Definisi kekerasan seksual berbasis gender
b. Tindakan yang termasuk kekerasan seksual
c. Alasan pentingnya SGBV
d. Keterkaitan antara SGBV dan pelanggaran hak asasi manusia
e. Akar masalah, faktor resiko dan konsekuensi dari SGBV
f. Klien yang beresiko mengalami SGBV
g. Pelaku pada SGBV
h. Waktu terjadinya situasi dan kondisi yang beresiko SGBV
i. Alasan tidak dilaporkannya SGBV
j. Pemantauan yang dilakukan pada SGBV
k. Tindakan pencegahan dan respon pada SGBV yang membutuhkan tindakan
yang terkoordinasi dan multisektor
l. Pedoman prinsip penanganan kekerasan sesksual dalam situasi bencana.

IV.BAHAN MATERI

1. Modul materi Pencegahan dan penanganan Kekerasan seksual berbasis


gender pada situasi bencana.
2. Petunjuk diskusi kelompok.
3. Laptop
4. LCD
PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)
KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 8 :
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN SEKSUAL BERBASIS
GENDER

5. Papan flipchart/papan tulis


6. Spidol

V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini sebanyak 5 JPL @ 50 menit (T=1 JPL,
P= 4 JPL). Untuk memudahkan proses pelatihan, digunakan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Dosen memperkenalkan diri (5 menit)
b. Dosen menyampaikan tujuan pembelajaran secara umum dan khusus (5
menit)
c. Dosen memutar film/menyajikan gambar-gambar tentang situasi darurat
bencana serta kekerasan seksual yang terjadi (15 menit).
d. Dosen menggali pengalaman mahasiswa tentang kekerasan seksual berbasis
gender (15 menit)
e. Dosen menjelaskan tentang kekerasan seksual berbasis gender (90 menit).
f. memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk membahas kasus tentang
kekerasan seksual berbasis gender secara berkelompok (30 menit)
g. Dosen meminta mahasiswa untuk mempresentasikan analisis kasus yang
diberikan (90 menit)

Adapun langkah-langkah di atas dapat dijabarkan sebagai berikut di bawah:


a. Langkah 1 : Penyiapan Proses pembelajaran
1. Kegiatan Dosen
a) Dosen memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana dikelas
b) Dosen menyapa mahasiswa dengan ramah dan hangat.
c) Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas maka mulailah
dengan memperkenalkan diri.
d) Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, dan materi
yang akan disampaikan.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 8 :
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN SEKSUAL BERBASIS
GENDER

e) Menggali pendapat pembelajar (apersepsi) . tentang apa yang


dimaksud dengan kekerasan seksual berbasis gender dengan metode
curah pendapat (brainstorming).
f) Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan pembelajaran
tentang kekerasan seksual berbasis gender dengan menggunakan
bahan tayang.
2. Kegiatan Peserta
a) Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan
b) Mengemukakan pendapat atas pertanyaan dosen
c) Memperhatikan film/gambar tentang situasi bencana dan kekerasan
seksual yang terjadi dengan seksama
d) Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting
e) Mengajukan pertanyaan kepada dosen bila ada hal-hal yang belum
jelas dan perlu diklarifikasi.
b. Langkah 2 : Review Pokok Bahasan
1. Kegiatan Dosen
a) Menyampaikan Pokok Bahasan dan sub pokok secara garis besar
dalam waktu yang singkat
b) Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menanyakan hal-
hal yang kurang jelas
c) Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan peserta
2. Kegiatan Peserta
a) Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap
penting
b) Mengajukan pertanyaan kepada dosen sesuai dengan kesempatan
yang diberikan
c) Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan dosen.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 8 :
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN SEKSUAL BERBASIS
GENDER

c. Langkah 3 : Pendalaman Pokok Bahasan


1. Kegiatan Dosen
a) Meminta kelas dibagi menjadi beberapa kelompok (4 kelompok) dan
setiap kelompok akan diberikan sebuah kasus yang akan didiskusikan
secara kelompok.
b) Menugaskan kelompok untuk memilih ketua, sekretaris dan penyaji.
c) Meminta masing-masing kelompok untuk menuliskan hasil diskusi
untuk disajikan.
d) Mengamati peserta dan memberikan bimbingan pada proses diskusi.
2. Kegiatan Peserta
a) Membentuk kelompok diskusi dan memilih ketua, sekretaris dan
penyaji.
b) Mendengar, mencatat dan bertanya pada hal-hal yang kurang jelas
pada dosen.
c) Melakukan proses diskusi sesuai dengan kasus yang ditugaskan dan
menuliskan hasil dikusi untuk disajikan.

d. Langkah 4 :
Penyajian dan pembahasan hasil pendalaman pokok bahasan dikaitkan
dengan situasi darurat bencana.
1. Kegiatan Dosen
a) Meminta masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil
diskusi
b) Memimpin proses tanggapan (tanya jawab)
c) Memberikan masukan khususnya dikaitkan dengan situasi dan kondisi
di daerah kerja
d) Merangkum hasil diskusi
2. Kegiatan Peserta
a) Mengikuti proses penyajian kelas
b) Berperan aktif dalam proses tanya jawab yang dipimpin oleh dosen

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 8 :
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN SEKSUAL BERBASIS
GENDER

c) Bersama dosen merangkum hasil presentasi masing–masing pokok


bahasan yang dikaitkan dengan situasi bencana.

e. Langkah 5 : Rangkuman dan Evaluasi Hasil Belajar


1. Kegiatan Dosen
a) Mengadakan evaluasi dengan mengajukan 3 (tiga) buah pertanyaan
sesuai dengan topik pokok bahasan
b) Memperjelas jawaban peserta terhadap masing– masing pertanyaan
c) Bersama peserta merangkum poin-poin penting dari hasil proses
pembelajaran tentang pelayanan prima.
d) Membuat kesimpulan.
2. Kegiatan Peserta
a) Menjawab pertanyaan yang diajukan dosen.
b) Bersama-sama dosen merangkum hasil proses pembelajaran tentang
pencegahan kekerasan seksual berbasis gender dala situasi bencana.

VI.URAIAN MATERI

Kekerasan berbasis gender (gender-based violence) adalah istilah yang digunakan


untuk merujuk pada suatu tindakan kekerasan yang terjadi pada seseorang
berdasarkan perbedaan status sosial yang berlaku (gender) antara pria dan wanita.
Tindakan kekerasan berbasis gender merupakan pelanggaran terhadap hak-hak asasi
manusia universal yang dilindungi oleh instrumen-instrumen dan konvensi-konvensi
internasional. Banyak aksi kekerasan berbasis gender dapat digolongkan sebagai aksi
melanggar hukum dan kriminal dalam kebijakan dan undang-undang nasional.
Kekerasan berbasis gender di seluruh dunia paling banyak menimpa kaum perempuan
dan anak-anak perempuan.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 8 :
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN SEKSUAL BERBASIS
GENDER

Istilah ‘kekerasan berbasis gender’ kerap digunakan secara bergantian dengan istilah
‘kekerasan terhadap perempuan’ dan ‘kekerasan berbasis gender dan seksual’. Istilah
‘kekerasan berbasis gender; menyoroti dimensi gender dari kekerasan tersebut;
dengan kata lain, hubungan antara status perempuan yang lebih rendah dalam suatu
masyarakat danmakin besarnya kemungkinan terjadi kekerasan terhadap mereka.
Namun, penting untuk diingat bahwa pria dan anak laki-laki juga bisa menjadi
korban/penyintas kekerasan berbasis gender, termasuk kekerasan seksual, terutama
ketika mereka mengalami penyiksaan dan/atau penahanan. Kekerasan berbasis gender
termasuk:
• Kekerasan seksual, di antaranya perkosaan, pelecehan seksual, ekspolitasi
seksual dan prostitusi
• Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)
• Kawin paksa dan kawin muda
• Kekerasan fisik
• Kekerasan psikis
• Kekerasan ekonomi
• Praktek-praktek tradisional yang membahayakan seperti mutilasi alat genital
perempuan/ sunat perempuan dll.

Kekerasan berbasis gender terjadi dalam berbagai bentuk dan cakupan di berbagai
budaya, negara dan wilayah. Kekerasan berbasis gender yang terjadi dalam situasi
darurat kemanusiaan umumnya jarang dilaporkan, akan tetapi kekerasan ini telah
banyak didokumentasikan selama terjadinya krisis kemanusiaan.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 8 :
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN SEKSUAL BERBASIS
GENDER

Konsekuensi kekerasan berbasis berbasis gender bisa terjadi sebagai akibat langsung
dari tindakan kekerasan atau bisa juga sebagai akibat dari efek jangka panjang:

 Konsekuensi fisik
Ada beragam mulai dari luka ringan sampai luka berat yang menimbulkan
kematian atau cacat permanen; kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi tidak
aman dan komplikasi; hasil kehamilan yang tidak baik, termasuk keguguran,
berat badan lahir rendah dan kematian janin; infeksi penularan seksual,
termasuk HIV; penyakit radang panggul, ketidaksuburan, sindrom nyeri kronis;
infeksi saluran kemih.
• Konsekuensi psikologis termasuk:
gelisah, gangguan stres pasca trauma (PTSD/Post Trauma Stress Disorder);
depresi; perasaan rendah diri; tidak mampu mempercayai orang lain, takut,
peningkatan penyalahgunaan dan penggunaan obat-obatan; gangguan tidur;
sulit makan; disfungsi seksual; dan bunuh diri.
• Kekerasan berbasis gender juga sangat besar dampaknya pada kesehatan sosial
individu dan komunitas dalam hal stigma, isolasi dan penolakan (termasuk oleh
suami dan keluarga); kehilangan potensi pendapatan bagi perempuan;
gangguan pendidikan pada remaja; dan pembunuhan (misalnya pembunuhan
karena harga diri atau pembunuhan bayi perempuan).

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 8 :
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN SEKSUAL BERBASIS
GENDER

Pada situasi bencana terjadi peningkatan risiko kekerasan berbasis gender karena:
a. Sistem perlindungan sosial terganggu: keluarga yang terpisah, sistem keamanan
di lingkungan tempat tinggal yang tidak berjalan.
b. Lemahnya aturan keamanan dan keselamatan pada saat terjadi konflik.

Kerusuhan Jakarta 1998


c. Pengaturan tempat pengungsian dapat juga meningkatkan risiko terjadinya
kekerasan seksual, misalnya pengaturan tenda, penempatan toilet dan fasilitas
di tempat pengungsi yang tidak aman, mekanisme distribusi bantuan yang tidak
memperhatikan kebutuhan kelompok rentan dll.

Kondisi toilet yang tidak aman juga dapat berkontribusi terhadap


resiko kekerasan seksual di pengungsian

d. Hilangnya pendapatan sehingga mempengaruhi stabilitas ekonomi rumah


tangga.
e. Tidak terpenuhinya kebutuhan seksual selama tinggal di pengungsian dalam
jangka waktu yang lama.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 8 :
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN SEKSUAL BERBASIS
GENDER

Apa Yang Dimaksud Dengan Kekerasan Seksual?


Kekerasan seksual adalah setiap tindakan bersifat seks yang tidak disetujui, termasuk
perkosaan dan eksploitasi seksual di antara tindakan-tindakan lainnya. Kekerasan seksual
adalah setiap tindakan seksual, upaya untuk mendapatkan tindakan seksual, komentar-
komentar atau dorongan-dorongan seksual yang tidak diinginkan, atau tindakan-tindakan
memperdagangkan seksualitas seseorang, dengan menggunakan pemaksaan, ancaman
gangguan atau kekuatan fisik, oleh seseorang apapun hubungannya dengan korban dalam
suatu situasi termasuk di rumah, tempat kerja dan lainnya.
Kekerasan seksual adalah bagian dari kategori kekerasan berdasarkan gender yang lebih
luas /Gender Basic Violence (GBV).
Menurut UNHCR (Badan PBB untuk pengungsi), Kekerasan Berbasis Gender adalah setiap
tindakan penyimpangan yang disebabkan adanya ketidakseimbangan kekuasaan dalam
relasi antara perempuan dan laki laki (gender) yang berakibat atau mungkin berakibat
kesengsaraan atau penderitaan perempuan termasuk anak-anak baik secara fisik, seksual
dan / atau psikologis, termasuk ancaman tindakan tertentu, pemaksaan atau perampasan
kemerdekaan secara sewenang-wenang, yang terjadi di ranah privat/domestik dan di
ranah publik.

Tindakan Yang Termasuk Kekerasan Seksual


Tindakan yang termasuk ke dalam Kekerasan seksual adalah sebagai berikut:
a. Perkosaan/upaya perkosaan
Perkosaan merupakan tindakan hubungan seksual tanpa persetujuan. Ini bisa
termasuk penyerangan pada suatu bagian tubuh dengan organ seksual dan/atau
penyerangan terhadap saluran genital atau anal dengan suatu benda atau bagian
tubuh. Perkosaan dan upaya perkosaan melibatkan penggunaan kekuatan, ancaman
kekuatan dan/atau paksaan. Upaya-upaya untuk memerkosa seseorang yang tidak
sampai terjadinya penetrasi dianggap sebagai upaya perkosaan.
b. Pelecehan Seksual
Ancaman fisik bersifat seksual, baik dengan kekuatan atau kondisi yang tidak setara
atau paksaan. (Lihat juga “Eksploitasi seksual”).

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 8 :
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN SEKSUAL BERBASIS
GENDER

c. Eksploitasi seksual
Setiap upaya menyalahgunakan terhadap seseorang yang posisinya rentan, berbeda
kekuasaan atau kepercayaan, untuk tujuan seksual, tetapi tidak terbatas pada upaya
untuk menghasilkan keuntungan secara keuangan, sosial atau politik dari eksploitasi
seksual orang lain. (Lihat juga “pelecehan seksual)

Fokus penanganan kekerasan seksual dalam Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM)
adalah pencegahan perkosaan, penyediaan perawatan medis bagi mereka yang
selamat dari perkosaan dan menjamin ketersediaan layanan psikososial mendasar.
Setelah situasi stabil dan seluruh komponen PPAM dilaksanakan, perhatian dapat
diarahkan pada pencegahan kekerasan berbasis gender dalam lingkup yang lebih
luas, termasuk kekerasan rumah tangga, pernikahan dini dan/atau yang dipaksakan,
mutilasi/pemotongan alat kelamin wanita, perdagangan wanita, gadis dan anak laki-
laki dan lain-lain.
Pada kondisi bencana, difokuskan pada kekerasan seksual karena:
1. Kekerasan seksual mengancam jiwa secara segera dan memiliki dampak
panjang
2. Kekerasan seksual memiliki konsekuensi negatif yang serius pada semua
tingkat
3. Respon efektif pada kekerasan seksual dapat mencegah kekerasan lebih
jauh
4. Pencegahan dan respon pada kekerasan seksual adalah bagian dari
standard minimum bidang kemanusiaan (SPHERE & PPAM)
Dalam situasi di mana kekerasan seksual terjadi di antara individu yang
seringkali bertemu, seperti anggota keluarga, mungkin diperlukan strategi
perlindungan tambahan.

Keterkaitan kekerasan seksual dengan pelanggaran HAM


Kekerasan berbasis gender sangat bertentangan dengan hak-hak asasi manusia dan
merupakan halangan besar terwujudnya hak-hak asasi manusia dan kebebasan dasar.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 8 :
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN SEKSUAL BERBASIS
GENDER

Banyak prinsip hak asasi manusia yang dimuat di dalam instrumen hak asasi manusia
internasional menjadi pedoman bagi perlindungan dari kekerasan berbasis gender.
Prinsip-prinsip ini termasuk hak-hak bagi:
 Kehidupan, kemerdekaan dan keamanan manusia
Hak ini terancam ketika seseorang diperkosa atau mengalami mutasi alat genital
perempuan/sunat perempuan/female genital mutilation (FGM);
 Standar kesehatan fisik dan mental tertinggi yang dapat dicapai
Hak ini terhambat jika seseorang ditolak aksesnya untuk mendapatkan pelayanan
medis yang semestinya setelah mengalami perkosaan;
 Bebas dari penyiksaan atau kekejaman, serta hukuman atau perlakuan yang tidak
manusiawi atau merendahkan
FGM/sunat perempuan, perkosaan, kekerasan dalam rumah tangga yang sangat
buruk, serta penolakan akses layanan aborsi yang aman bagi perempuan yang
hamil karena perkosaan dan perdagangan manusia, merupakan suatu bentuk
penyiksaan atau hukuman yang kejam, tidak manusiawi dan merendahkan;
 Bebas dari semua bentuk diskriminasi
Hak ini akan terhalang jika undang-undang gagal melindungi perempuan dan anak
perempuan dari kekerasan berbasis gender dan/atau jika mereka harus ditemani
oleh suami atau ayah untuk mendapatkan pelayanan medis akibat perkosaan.
Semua bentuk kekerasan terhadap perempuan merupakan diskriminasi terhadap
mereka;
 Memasuki perkawinan dengan persetujuan penuh dan bebas serta pemberian
hak-hak yang setara dalam perkawinan, selama perkawinan dan saat perceraian
kawin paksa merupakan pelanggaran hak ini;

 Kebebasan bergerak, berpendapat, berekspresi dan berkumpul


Kebebasan ini akan terampas jika seseorang diperdagangkan, dikurung paksa atau
dilarang oleh suami atau orang tua mengakses kesehatan atau layanan lainnya.

Anak perempuan sangat beresiko mengalami kekerasan berbasis gender karena


jenis kelamin mereka serta usia yang muda. Konvensi Hak-hak Anak-anak

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 8 :
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN SEKSUAL BERBASIS
GENDER

menyatakan bahwa; anak-anak berhak mendapat perlindungan dari semua bentuk


kekerasan fisik atau mental, termasuk pelecehan seksual, yang terjadi di
lingkungan keluarga atau di dalam lembaga, serta dari pelecehan seksual
terorganisasir. Anak-anak juga berhak dilindungi dari praktek-praktek
kekerasan,seperti FGM/sunat perempuan.

Korban/penyintas kekerasan berbasis gender berhak mencari pelayanan medis


tanpa harus melalui persyaratan prosedural yang rumit. Karena itu, mencegah
korban/penyintas kekerasan berbasis gender untuk mengakses dan mendapatkan
pelayanan medis dengan mewajibkan mereka menunjukkan surat nikah, mendapat
ijin dari suami atau mengajukan laporan polisi merupakan suatu bentuk
pelanggaran hak tersebut. Jika yang menjadi korban/penyintas adalah anak remaja,
negara harus menjamin adanya provisi hukum yang memberi peluang pelayanan
medis bagi remaja tanpa harus mendapat ijin dari orang tua.

Semua badan harus mengadvokasi penguatan dan/atau penegakan undang-


undangnasional terhadap kekerasan berbasis gender sesuai dengan kewajiban
hukum internasional, termasuk hukuman bagi para pelaku pelanggaran dan
implementasi langkah-langkah legal untuk melindungi dan mendukung
korban/penyintas kekerasan berbasis gender.

Mengapa Mencegah Terjadinya Kekerasan Seksual Menjadi Prioritas?


Meskipun kekerasan seksual sudah umum bahkan selama masa damai, namun
perang dan konflik meningkatkan angka insiden perkosaan dan bentuk lain dari
kekerasan seksual. Kenyataan yang mengerikan ini tercermin dari meningkatnya
jumlah laporan dan penelitian terdokumentasi. Wanita dan remaja khususnya
rentan terhadap perlakuan seks yang kejam yang dilakukan oleh lawan mereka.
Penggunaan perkosaan sebagai senjata perang telah terdokumentasi dalam
beberapa konflik sebagai sarana efektif untuk mengontrol, mendegradasi dan
merendahkan suatu komunitas. Berikut ini adalah contoh kasus GBV dalam situasi
bencana di Indoensia

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 8 :
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN SEKSUAL BERBASIS
GENDER

Contoh Kasus Kekerasan Berbasis Gender dalam Situasi Bencana di Indonesia

 Selama konflik di Aceh 1989-1998: 20 kasus perkosaan dan kekerasan


seksual oleh oknum militer, petugas keamanan dan masyarakat umum
(Laporan Komnas Perempuan, 2002)
 3 kasus perkosaan di pengungsian pasca gempa di Padang tahun 2009 (Laporan
Program Pencegahan dan Respon GBV Pasca Gempa Padang, UNFPA Indonesia)
 4 kasus kekerasan seksual pengungsi Aceh pasca tsunami (Catatan
Kekerasan terhadap Perempuan, Tahun 2006, Komnas Perempuan)
 97 kasus kekerasan berbasis gender dilaporkan oleh 10 Community Support
Center (CSC) selama program respon tsunami, 80% diantaranya adalah kasus
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), (Final Project Report, UNFPA
Indonesia 2005-2006
 Komnas Perempuan mencatat dalam situasi konflik di seluruh Indonesia tahun
1965-2009 telah terjadi kekerasan terhadap perempuan, meliputi: a)
kekerasan seksual sebanyak 1511 kasus, b) kekerasan non seksual sebanyak
302.642 kasus.

Apakah Akar Masalah Penyebab Terjadinya Kekerasan Seksual?


Ketidasetaraan gender dan diskriminasi adalah penyebab utama kekerasan berbasis
gender, tetapi faktor berbeda menentukan tipe dan tingkatan kekerasan di setiap
keadaan. Dalam keadaan darurat norma-norma yang mengatur perilaku sosial
menjadi lemah dan sistem-sistem sosial tradisional seringkali hancur. Perempuan
dan anak-anak terpisah dari keluarga dan perlindungan masyarakat, membuat
mereka menjadi semakin rentan terhadap kekerasan dan eksploitasi yang terjadi
karena gender mereka, umur, dan ketergantungan kepada orang lain untuk
mendapatkan pertolongan dan perlindungan. Semasa konflik bersenjata, kekerasan
seksual seringkali digunakan sebagai senjata perang, dengan anak-anak dan
perempuan sebagai target. Kekerasan seksual yang berkaitan dengan perang
seringkali mencakup penculikan dan perbudakan seks.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 8 :
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN SEKSUAL BERBASIS
GENDER

 Ini adalah gambar pohon SGBV. Pohon ini memiliki akar, batang dan cabang.
Cabang menunjukkan contoh SGBV, batang menunjukkan faktor yang
berkontribusi dan akar menunjukkan akar masalah atau penyebab yang
mendasari.
 Akar penyebab semua bentuk SGBV tergantung pada sikap dan praktek
masyarakat dalam diskriminasi gender – peran, tanggung jawab, pembatasan,
hak istimewa dan kesempatan yang didapat individual berdasarkan jender.
Mengatasi akar masalah melalui kegiatan pencegahan membutuhkan tindakan
berkesinambungan dan jangka panjang dan perubahan terjadi dengan lambat
setelah priode waktu yang lama.
 Faktor yang berkonstribusi adalah faktor menyebabkan GBV tetap ada atau
meningkatkan resiko SGBV dan mempengaruhi tipe dan tingkat SGBV pada
situasi apa saja. Faktor yang berkontribusi tidak menyebabkan SGBV meskipun
diasosiasikan dengan beberapa tindakan SGBV. Beberapa contoh:
penyalahgunaan alkohol atau obat adalah faktor yang berkontribusi, tapi tidak
semua pemabuk atau pecandu obat memukul istri mereka atau memperkosa
wanita.
 Perang, pengungsian dan kehadiran penyerang bersenjata adalah semua faktor
yang berkontribusi, tapi tidak semua tentara memperkosa perempuan sipil.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 8 :
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN SEKSUAL BERBASIS
GENDER

 Kemiskinan adalah faktor yang berkontribusi, tapi tidak semua wanita dan gadis
miskin akan dieksploitasi secara sexual atau menjadi pekerja seks.
 Banyak faktor yang berkontribusi dapat dihapuskan atau dikurangi secara nyata
melalui kegiatan pencegahan.

Siapa yang Bertanggung-Jawab Mencegah Dan Menangani Insiden Kekerasan


Seksual?
Pendekatan tim multi-sektoral diperlukan untuk mencegah dan menanggapi dengan
benar kekerasan seksual. Komite atau gugus tugas harus dibentuk untuk
merancang, melaksanakan dan mengevaluasi pemrograman kekerasan sesual di
tingkat lapangan. Lingkup gugus tugas harus mencakup semua sektor teknis dan
semua daerah geografis.
Perwakilan masyarakat pengungsi internal, UNHCR, mitra PBB, LSM dan pihak
pemerintah yang berwenang haruslah anggota dari gugus tugas ini. Tiap anggota
gugus tugas, termasuk pengungsi internal wanita dan gadis, yang mewakili
sektor/mitra yang relevan (seperti layanan perlindungan, kesehatan, pendidikan,
masyarakat, keamanan/polisi, perencanaan lokasi, dsb.) harus mengidentifikasi
peran dan tanggung-jawabnya dalam mencegah dan menanggapi kekerasan
seksual.

Siapa Yang Paling Terkena Dampak Kekerasan Seksual?


Sebagian besar kasus kekerasan seksual di antara pengungsi internal sebagaimana
yang dilaporkan, dan dalam kebanyakan kondisi di seluruh dunia, melibatkan pria
yang melakukan tindak kekerasan terhadap wanita. Namun, pria dan anak laki-laki
juga dapat menghadapi resiko kekerasan seksual, terutama bila mereka ditahan
atau disiksa. Sementara semua wanita dalam situasi konflik rentan terhadap
kekerasan seksual, wanita remaja sangat rentan karena mereka seringkali menjadi
target eksploitasi seksual dan perkosaan. Selain itu, kekerasan seksual sistematis,
sekalipun khusus dilakukan terhadap wanita dan gadis, seringkali berdampak dan
merendahkan masyarakat keseluruhan, termasuk ayah, saudara laki-laki, suami dan
putera dari mereka yang selamat.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 8 :
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN SEKSUAL BERBASIS
GENDER

Siapa Yang Melakukan Kekerasan Seksual?


Pelaku mungkin adalah orang lain yang menjadi pengungsi internal oleh konflik atau
bencana; anggota klan, desa, kelompok agama atau kelompok etnis lain; personil
militer; kekuatan pemberontak; pekerja kemanusiaan dari PBB atau LSM; anggota
populasi yang menampung; atau anggota keluarga. Perkosaan dapat digunakan
sebagai strategi perang untuk mengintimidasi dan menimbulkan trauma di tengah
populasi, di mana dalam hal ini pelaku adalah musuh; pelaku perkosaan yang tidak
direncanakan mungkin siapa saja yang bebas terhadap hukum dalam iklim tanpa
hukum yang menyertai konflik bersenjata.

Bilamana kekerasan seksual terjadi?


Kekerasan seksual dapat terjadi sepanjang seluruh tahap pengungsian: sebelum
meninggalkan daerah asalnya, selama dalam pelarian, selagi berada di negara
penampungan dan selama pemulangan balik dan reintegrasi. Selain itu, kekerasan
seksual dan kekerasan rumah tangga seringkali meningkat dalam lingkungan
pengungsi internal karena struktur sosial normal terganggu. Pencegahan dan
langkah respon segera harus disesuaikan dengan situasi yang berbeda-beda ini.

Situasi apa yang membuat wanita dan gadis beresiko mengalami kekerasan
seksual?
Telah ditunjukkan bahwa wanita tanpa dokumentasi pribadi untuk mengumpulkan
jatah makanan atau material tempat berteduh sangat rentan, karena mereka
bergantung pada pria untuk kelangsungan hidup mereka sehari-hari dan dapat
dipaksa melakukan hubungan seksual guna mendapatkan bahan-bahan pokok ini.
Juga telah ditunjukkan bahwa apabila pria (sesama pengungsi internal atau pelaku
kemanusiaan) bertanggung-jawab menyebarluaskan makanan dan barang pokok
lain, maka wanita dapat mengalami eksploitasi seksual, yaitu mereka mungkin akan
dipaksa melakukan hubungan seksual bagi pria dalam upaya mendapatkan
kebutuhan untuk kelangsungan hidup mereka.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 8 :
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN SEKSUAL BERBASIS
GENDER

Wanita dan gadis mungkin harus mengadakan perjalanan ke tempat distribusi yang
jauh untuk mendapatkan makanan, kayu bakar untuk memasak, bahan bakar dan
air. Tempat hidup mereka mungkin jauh dari kamar kecil dan fasilitas cuci. Tempat
untuk mereka tidur mungkin juga tidak terkunci dan tidak terlindung. Penerangan
mungkin kurang baik. Kamar kecil dan fasilitas cuci pria dan wanita mungkin tidak
dipisahkan. Semua situasi ini membuat wanita rentan terhadap serangan atau
perlakuan kejam.

Kurangnya perlindungan dari polisi dan tidak adanya hukum yang berlaku juga
memberi kontribusi pada meningkatnya kekerasan seksual. Petugas polisi, personil
militer, pekerja kemanusiaan, pengurus kamp atau pejabat pemerintah lain
mungkin saja terlibat dalam tindakan penyalahgunaan atau eksploitasi. Apabila
tidak ada organisasi independen, seperti UNHCR atau LSM, untuk menjamin
keamanan pribadi di dalam kamp, maka jumlah insiden seringkali meningkat. Yang
penting adalah pejabat pelindung wanita tersedia karena seringkali wanita dan
gadis lebih merasa nyaman apabila melaporkan soal perlindungan dan insiden
kekerasan kepada sesama wanita.

Mengapa insiden kekerasan seksual seringkali tidak dilaporkan?


Bahkan dalam kondisi non-krisis, kekerasan seksual seringkali tidak dilaporkan
sehubungan dengan berbagai faktor, termasuk takut dengan pembalasan, malu,
stigma, ketidakberdayaan, kurang mendapatkan dukungan, tidak dapat
diandalkannya layanan publik, kurangnya kepercayaan kepada layanan kesehatan
dan kurangnya kepercayaan diri dan tidak terbiasanya dengan layanan. Semua
situasi ini semakin menjadi-jadi dalam kondisi pengungsi internal, yang
meningkatkan kemungkinan insiden kekerasan seksual di antara populasi
berlangsung tanpa dilaporkan. Oleh sebab itu, menangani kekerasan seksual lebih
dari sekedar manajemen klinik, tetapi juga harus mencakup lingkungan di mana
wanita didukung dan dapat mengakses perawatan ini.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 8 :
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN SEKSUAL BERBASIS
GENDER

Bagaimanakah pencegahan Kekerasan seksual?


Sistem multi-sektoral terkoordinasi untuk mencegah kekerasan seksual diterapkan.

Pencegahan kekerasan seksual melibatkan multi sector seperti:


 Makanan: bahan-bahan makanan harus didistribusikan langsung kepada
pengungsi perempuan. Dengan demikian tidak ada kesempatan bagi laki-
laki untuk melakukan pelecehan seksual ataupun meminta balas jasa
khususnya balas jasa seksual terhadap perempuan.

 Perlindungan
Perlindungan terhadap korban kekerasan harus dilakukan secara langsung
yang memberi jaminan secara fisik bagi korban. Semua tindakan harus
ditujukan untuk menolong penyintas dan menghargai keinginannya.
Identitas penyintas dan semua informasi harus dijaga kerahasiaannya. Para
petugas kesehatan harus memberikan keleluasaan pribadi pada penyintas,
menghindarkan penyintas dari tekanan-tekanan dan kesendirian serta
mendapatkan persetujuan tindakan dari penyintas. Jika insiden baru saja
terjadi, pelayanan medis mungkin diperlukan. Korban harus
ditemani/diantar ke fasilitas kesehatan yang tepat. Jika korban
menghendaki, dapat menghubungi polisi.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 8 :
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN SEKSUAL BERBASIS
GENDER

 Pendidikan
Kehidupan di pengungsian dapat menjurus kearah terganggunya struktur
tradisi sosial, frustasi, kebosanan, penyalahgunaan minuman keras dan
obat-obatan terlarang, dan perasaan ketidakberdayaan yang dapat
menimbulkan agresi dan kekerasan seksual. Oleh karena itu, kegiatan
pendidikan harus tetap dilaksanakan. Catatan: kalo di buku putih kespro
bagi pengungsi halaman 60, tidak hanya pendidikan yang harus
ditingkatkan, tetapi juga rekreasi dan peningkatan pendapatan melalui
penciptaan lapangan kerja harus ditingkatkan.

Sekolah darurat di pengungsian

 Air dan sanitasi


Air dan sanitasi: pembuatan jamban dan tempat mengambil air di tempat
yang mudah terjangkau; fasilitas mandi/cuci sebaiknya dilengkapi kunci

Penyediaan air bersih di pengungsian

 Manajemen camp
Manajemen camp/barak/tenda: mengatur tempat tinggal khusus bagi
perempuan tanpa pendamping, anak-anak perempuan dan perempuan
sebagai kepala keluarga; menyediakan penerangan yang cukup di jalan-
PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)
KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 8 :
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN SEKSUAL BERBASIS
GENDER

jalan yang dilalui pada malam hari; barak pengungsian dibangun dengan
desain memadai yang menjamin secara fisik para pengungsi; mencegah
pengungsi tinggal bersama dalam satu ruangan dengan pengungsi lain yang
bukan keluarganya

Pendirian camp pengungsian

 Kelompok masyarakat
Kelompok masyarakat: menyediakan petugas ronda yang selalu berkeliling
 Kesehatan
Kesehatan: memastikan petugas kesehatan memiliki jenis kelamin yang
sama pada setiap pemeriksaan medis. Dalam melakukan pemeriksaan fisik,
penyintas harus dipersiapkan dan jika ingin didampingi oleh anggota
keluarga atau teman, dapat diperbolehkan. Kerahasiaan sangat diperlukan.
Petugas yang menangani penyintas harus peka, bijaksana/hati-hati dan
penuh pengertian dan dapat berempati.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 8 :
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN SEKSUAL BERBASIS
GENDER

 Layanan masyarakat
 Polisi/keamanan

Pencegahan Kekerasan Seksual dapat dilakukan dengan cara:


Melakukan koordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)/Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Dinas Sosial untuk :
1. menempatkan kelompok rentan di pengungsian
2. memastikan satu keluarga berada dalam tenda yang sama
3. Perempuan yang menjadi kepala keluarga dan anak yang terpisah dari keluarga
dikumpulkan di dalam satu tenda.
4. Memastikan terdapat layanan kesehatan reproduksi pada tenda pengungsian
5. Menempatkan MCK laki-laki dan perempuan secara terpisah di tempat yang aman
dengan penerangan yang cukup. Pastikan bahwa pintu MCK dapat di kunci dari
dalam.
6. Melakukan koordinasi dengan penanggung jawab keamanan untuk mencegah
terjadinya kekerasan seksual.
7. Melibatkan lembaga/organisasi yang bergerak di bidang pemberdayaan
perempuan dan perempuan di pengungsian dalam pencegahan dan penanganan
kekerasan seksual
8. Menginformasikan adanya pelayanan bagi penyintas perkosaan dengan informasi
nomor telefon yang bisa dihubungi 24 jam. Informasi dapat diberikan melalui
leaflet, selebaran, radio, dll.
9. Memastikan adanya petugas yang bertanggung jawab terhadap penanganan kasus
kekerasan seksual.
10. Memastikan tersedianya layanan medis dan psikososial ada di organisasi/lembaga
yang berperan serta mekanisme rujukan perlindungan dan hukum terkoordinasi
untuk penyintas.
11. Menyediakan fasilitas untuk pemenuhan kebutuhan seksual bagi pasangan suami
istri yang sah, sesuai dengan budaya setempat atau kearifan lokal

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 8 :
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN SEKSUAL BERBASIS
GENDER

Bagaimana penanganan korban/penyintas kekerasan seksual?


1. Memastikan tanggap medis baku terhadap mereka yang selamat dari kekerasan
seksual, termasuk pilihan kontrasepsi darurat, penanganan pencegahan Penyakit
Menular Seksual, prophylaxis pascapaparan untuk mencegah penyebaran HIV,
dan vaksinasi tetanus serta hepatitis B dan perawatan luka sebagaimana yang
dianggap sesuai.
2. Menjamin privasi dan kerahasiaan mereka yang selamat.
3. Memastikan keberadaan pekerja kesehatan atau pendamping dengan gender
yang sama dan bahasa yang sama, dan apabila mereka yang selamat
menginginkannya, sahabat atau anggota keluarga yang hadir untuk setiap
pemeriksaan medis yang harus dijalaninya.
4. Memastikan keamanan fisik mereka yang selamat segera setelah terjadinya
insiden kekerasan seksual
5. Memastikan populasi pengungsi internal diberitahu mengenai tersedianya dan
lokasi layanan bagi mereka yang selamat dari kekerasan seksual.
6. Memastikan ketersediaan dukungan psikososial yang tepat dan sesuai dari segi
budaya.
7. Memastikan lokasi di mana terjadi insiden kekerasan seksual sudah
teridentifikasi dan terdokumentasi dan langkah pencegahan terkait sudah
ditetapkan.
8. Sumberdaya yang bermanfaat yang memberikan panduan bagi para penyedia
perawatan kesehatan untuk manajemen medis setelah terjadi perkosaan
terhadap wanita, pria dan anak-anak adalah Clinical Management of Rape
Survivors: A guide to the development of protocols for use in refugee and
internally displaced person situations.
9. Intervensi yang dapat dilakukan dalam menangani GBV dalam masa darurat
kemanusiaan dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini.

Apa Yang Dapat Dilakukan Untuk Memantau Koordinasi Kekerasan Seksual?


a. Pantau jumlah insiden kekerasan seksual yang dilaporkan tanpa mencantumkan
nama ke layanan kesehatan dan perlindungan dan para pejabat keamanan.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 8 :
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN SEKSUAL BERBASIS
GENDER

b. Memantau jumlah mereka yang selamat dari kekerasan seksual yang mencari
dan mendapatkan perawatan kesehatan (pelaporan tanpa mencantumkan nama
sangatlah penting)
c. Pasokan mana yang diperlukan atau Kit Kesehatan Reproduksi Antar-Lembaga
mana yang dapat dipesan untuk menangani persoalan ini?
d. Kit yang perlu disiapkan adala Kit 3 ((Kit pasca perkosaan dadu) dan kit 9 (Kit
pemeriksaan vagina ungu).

Apa saja tantangan dalam penanganan kekerasan seksual dan bagaimanakah


Solusinya?
a. Penyediaan layanan psikososial dapat menjadi sesuatu yang menantang untuk
dilaksanakan pada tahap-tahap awal situasi darurat. Bagaimana jika staf
memiliki kapasitas yang rendah dan tidak memiliki keahlian dasar untuk
menyediakan layanan ini?

Staf lokal kemungkinan besar dapat membantu mengidentifikasi penduduk


setempat yang paling tepat dengan sikap yang tidak menghakimi dan
mendukung serta memiliki keahlian berkomunikasi yang baik untuk peran ini.
Yang penting adalah seluruh staf yang berhubungan dengan mereka yang
selamat menghargai keinginan mereka dan memastikan seluruh informasi status
medis dan kesehatan terkait terjaga kerahasiaannya, termasuk anggota keluarga
dari mereka yang selamat. Staf perlu berkomunikasi dengan cara yang menjamin
informasi akurat dan mencerminkan sikap peduli dan tidak mengkritik. Program
pelatihan mengenai dukungan psikososial dapat ditetapkan setelah situasi stabil.

Sumberdaya baik yang terfokus pada strategi penggunaan untuk bekerjasama


dengan mereka yang selamat darikekerasan berdasarkan gender (GBV) adalah
GBV Communication Skills Manual.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 8 :
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN SEKSUAL BERBASIS
GENDER

b. Dalam kondisi tertentu yang tidak aman, instansi individu yang sangat
mendukung di seputar persoalan GBV mungkin dapat menyebabkan stafnya
sendiri dan operasi program menghadapiresiko. Bagaimana menanganinya?
Yang penting adalah bekerja dengan cara yang sesuai dengan budaya sambil
memberikan kesempatan dan tempat kepada para wanita dan gadis untuk
menyebutkan kekerasan yang telah mereka alami. Karena GBV dapat menjadi
pokok yang tabu dari segi budaya, maka jalinan dengan anggota masyarakat
kunci yang membantu melegitimasi pembicaraan mengenai GBV perlu dibentuk.
Apabila hal ini tidak memungkinkan, maka instansi dapat memilih
mengidentifikasi program dengan memberikan “layanan kesehatan wanita” yang
lebih umum untuk menghindari kepekaan terhadap GBV dan untuk menghindari
dukungan masyarakat atas GBV pada hari-hari dan minggu-minggu paling dini
dari situasi darurat.

Fokus kunci pada saat ini adalah mencari cara untuk memberitahu masyarakat
mengenai keuntungan dan ketersediaan perawatan bagi mereka yang selamat
dari kekerasan seksual. Lalu, sewaktu hubungan yang lebih baik dapat dibina
dengan masyarakat dan lebih banyak yang memahami GBV dalam konteks lokal,
maka perencanaan kampanye informasi, pendidikan dan komunikasi (IEC) dan
dukungan masyarakat harus diadakan.

Apakah pedoman prinsip dalam merespon kekerasan seksual?


Prinsip dalam merespon kekerasan seksual adalah:
a. Keselamatan
Memastikan keselamatan fisik dari korban
b. Kerahasiaan
 Informasi hanya bisa diberikan pada orang lain dengan persetujuan
korban atau dalam kondisi darurat untuk menyelamatkan nyawa.
 Menggunakan inisial atau “tanpa nama” dari korban dan orang lain
yang terlibat dalam kejadian
 Menjaga semua informasi tertulis agar aman

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 8 :
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN SEKSUAL BERBASIS
GENDER

c. Menghormati
 Menghormati harapan, hak dan martabat korban
 Melakukan interview pada tempat yang khusus
 Menjadi pendengar yang baik, tidak menghakimi dan bersimpati
berempati
 Bersabar, jangan menekan untuk mendapatkan informasi jika korban
tidak siap
 Menanyakan pertanyaan yang relevan
 Hindari meminta korban untuk mengulang cerita pada interview
 Meyakinkan bahwa kekerasan yang terjadi bukan karena kesalahannya

d. Non diskriminasi
 Menyediakan akses pada pelayanan bagi perempuan, laki-laki, remaja
 Memastikan pewawancara, penerjemah, dokter, petugas polisi,
petugas proteksi, pekerja sosial masyarakat dan lainnya memiliki jenis
kelamin sama dengan korban

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 8 :
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN SEKSUAL BERBASIS
GENDER

VII. RANGKUMAN

 Kekerasan seksual adalah pelanggaran HAM. Kekerasan seksual berbasis


gender/SGBV merupakan suatu kekerasan yang potensial terjadi dalam
situasi bencana. Diskriminasi dan ketidaksetaraan gender merupakan akar
masalah SGBV. Perempuan dan anak-anak merupakan kelompok yang
paling beresiko untuk mengalami kekerasan seksual pada situasi bencana.
 PPAM difokuskan pada pencegahan dan penanganan kekerasan seksual.
Bentuk lain dari GBV akan ditangani setelah situasi sudah stabil.
 Pencegahan dan penanganan kekerasan seksual pada sitausi bencana
membutuhkan pendekatan multi sector.
 Pedoman prinsip harus dijalankan saat menangani kasus kekerasan seksual

VIII. EVALUASI

Pada pelaksanaan evaluasi sesi, dosen/pengajr dapat menggali lebih dalam


pemahaman peserta didik dalam menangkap/menyerap materi yang diberikan.
1. Seorang wanita usia 18 tahun korban pemerkosaan gadis tersebut adalah korban
pengungsi bencana longsor. Kejadian pemerkosaan terjadi di toilet umum saat
ingin BAK pada malam hari. Setelah terjadi pemerkosaan itu, gadis tersebut
merasa ketakutan, cemas dan bingung harus mengatakan kemana dan kepada
siapa.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 8 :
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN SEKSUAL BERBASIS
GENDER

Apakah penanganan kasus tersebut diatas ?


a. Melakukan tindakan aborsi
b. Melakukan pemeriksaan penunjang
c. Pemilihan kontrasepsi darurat
d. Melakukan pencegahan infeksi
e. Memberikan obat penenang
2. Seorang wanita usia 18 tahun korban pemerkosaan gadis tersebut adalah korban
pengungsi bencana longsor. Kejadian pemerkosaan terjadi di toilet umum saat
ingin BAK pada malam hari. Setelah terjadi pemerkosaan itu, gadis tersebut
merasa ketakutan, cemas dan bingung harus mengatakan kemana dan kepada
siapa.
Apakah pencegah yang dapat dilakukan pada kasus di atas ?
a. Melakukan koordinasi dengan PJ keamanan
b. Menyediakan fasilitas untuk pemenuhan kebutuhan seks pada pasangan suami
istri
c. Terdapatnya layanan kespro pada tenda pengungsian
d. Menempatkan kelompok rentan di pengungsian
e. MCK laki-laki dan perempuan terpisah dengan penerangan yang cukup dan
pintu yang dapat dikunci
3. Seorang wanita usia 18 tahun korban pemerkosaan gadis tersebut adalah korban
pengungsi bencana longsor. Kejadian pemerkosaan terjadi di toilet umum saat
ingin BAK pada malam hari. Setelah terjadi pemerkosaan itu, gadis tersebut
merasa ketakutan, cemas dan bingung harus mengatakan kemana dan kepada
siapa.
Apakah pencegahan yang dapat dilakukan agar para perempuan tersebut berdaya
a. Menginformasikan adaya pelayanan bagi penyintas perkosaan
b. Melakukan koordinasi dengan PJ keamanan
c. Memastikan satu keluarga berada dalam tenda yang sama
d. Manajemen camp/barak/tenda yang baik
e. Kegiatan pendidikan tetap di kembangkan di pengungsian

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 8 :
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN SEKSUAL BERBASIS
GENDER

4. Seoarang perempuan usia 19 tahun korban pemerkosaan di pengungsian bencana.


Karena kebingungan akhirnya si gadis cerita kepada orang tuanya, Setelah
menceritakan hal tersebut kepada orang tuanya, kemudian orang tuanya
melaporkan kejadian tersebut ke kepala desa, setelah itu kepada desa
menyarakan ke dokter, setelah dari dokter gadis tersebut dianjurkan untuk
melaporkan apa yang terjadi kepada kepolisian.
Bagaimanakah penanganna korban ayng tepat pada kasus tersebut ?
a. Perlindungan terhadap korban harus dilakukan secara langsung
b. Pendidikan dan rekreasi di tempat pengungsian
c. Pembuatan jamban yang mudah terjangkau
d. Menyediakan petugas ronda
e. Manajemen camp/barak/tenda
5. Seoarang perempuan usia 19 tahun korban pemerkosaan di pengungsian bencana.
Karena kebingungan akhirnya si gadis cerita kepada orang tuanya, Setelah
menceritakan hal tersebut kepada orang tuanya, kemudian orang tuanya
melaporkan kejadian tersebut ke kepala desa, setelah itu kepada desa
menyarakan ke dokter, setelah dari dokter gadis tersebut dianjurkan untuk
melaporkan apa yang terjadi kepada kepolisian. Situasi apa yang membuat wanita
tersebut beresiko mengalami kekerasan seksual ?
a. Manajemen camp yang kurang tepat
b. Tidak adanya pendidikan dan rekreasi di tempat
c. Ketergantungan pada pria untuk kelangsungan hidupvsetelah bencana
terjadi
d. Kebutuhan seksual dari tiap individu
e. Bahan makanan didistribusikan secara langsung kepada para pengungsi

IX. DAFTAR PUSTAKA

 Inter agency Working Group on Reproductive Health in Crises. 2010. Buku


Pedoman Lapangan Antar lembaga Kesehatan Reproduksi dalam Situasi Darurat
Bencana. Revisi untuk peninauan lapangan. Jakarta: Inter agency Working Group
on Reproductive Health in Crises.
PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)
KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA)
1
MATERI 8 :
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN SEKSUAL BERBASIS
GENDER

 Inter Agency Standing Committee. 2005. Panduan Pencegahan Kekerasan Berbasis


gender Masa Darurat Kemanusiaan. Berfokus pada pencegahan dan penanganan
kekerasan seksual dalam masa darurat. Geneva: Inter Agency Standing
Committee.

 Departemen Kesehatan RI dan UNFPA. 2008. Pedoman Praktis Kesehatan


Reproduksi pada Penanggulangan bencana di Indonesia. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI dan UNFPA.

 Women Commision. 2007. Paket Pelayanan Awal Minimum Untuk Kesehatan


Reproduksi Dalam situasi Krisis. Modul pembelajaran jarak jauh. http://
www.womenscommission.org. Diunduh tanggal 20 Oktober 2013 jam 19.00.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 8 :
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN SEKSUAL BERBASIS
GENDER

Lampiran

Seorang gadis berinisial B berusia 16 tahun merupakan korban pengungsian ditoilet


umum saat ingin buang air kecil pada malam hari. Setelah kejadian pemerkosaan itu gadis
yang berinisial B tesebut merasa ketakutan, cemas dan binggung harus mengadu kemana
dan kesiapa. Karena kebinggungannya akhirnya sigadis bercerita kepada orang tuannya,
setelah menceritakan hal tersebut kepada orang tuannya, kemudian orang tuannya
melaporkan kejadiannya ke Ka. Desa , setelah itu Ka. Desa menyarankan kedokter setelah
dari dokter gadis tersebut dianjurkan untuk melaporkan apa yang terjadi kepada pihak
kepolisian. Kemudian dari kepolisian gadis tersebut diminta ke dokter untuk melakukan
visum, karena gadis tersebut merupakan wanita maka dokter meminta bantuan kepada
bidan, setelah itu gadis tersebut diminta kembali ke polisi, tetapi karena berkas tersebut
belum lengkap kemudian gadis berinisial B tersebut diminta kembali ke Ka. Desa untuk
melengkapi berkas agar BAP bisa diproses setelah itu gadis tersebut kembali kepolisian
berkolaborasi dengan psikolog yang ada di LSM kemudian LSM kembali berkolaborasi
dengan kepolisian hingga akhirnya gadis tersebut dan orang tuannya pulang kerumah

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 8 :
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN SEKSUAL BERBASIS
GENDER

SGBV (Kekerasan Berbasis Gender dan Seksual)


Group work station 1 (halaman 1 of 2)
Mekanisme rujukan untuk korban perkosaan

Lembar kerja peserta

10 menit
1. Lakukan praktek/main peran
- Tentukan peran masing-masing (yang tidak mendapat peran harap menjadi
observer/pengamat)
- Ikuti cerita narasi yang disampaikan oleh fasilitator

2. Fasilitasi diskusi kelompok dengan menggunakan pertanyaan berikut ini 15 menit


- Apa yang anda lihat di tengah-tengah lingkaran?
- Seberapa jauh proses ini membantu korban?
- Mungkinkah kondisi ini terjadi dalam situasi di tempat anda?
- Apa yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya keruwetan pada benang?
- Pengamat: berapa kali gadis tsb harus mengulang ceritanya?
- Pemain peran: Berapa kali anda berbicara dengan korban atau dengan orang
lain tentang gadis itu? Apakah anda mengingat rincian/detail ceritanya?

catatan

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 8 :
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN SEKSUAL BERBASIS
GENDER

SGBV - Group work station 1 (Halaman 2 dari 2)


Mekanisme rujukan untuk korban perkosaan
Lembar kerja peserta

Point penting untuk diskusi

- Di hampir semua situasi pengungsian, korban perkosaan harus berinteraksi


dengan banyak sekali layanan. Ini bisa menjadi sangat mencemaskan dan
membingungkan bagi korban dan membuat korban enggan untuk mencari
dan mendatangi layanan.
- Ingat akan pentingnya menyusun Standard Operating Procedures
(SOPs)/protokol antar lembaga yang disepakati untuk pelayanan dan rujukan
korban perkosaan
- Berdasarkan pengalaman, penting untuk menunjuk manajer pelayanan
yang terlatih (pekerja sosial atau anggota masyarakat) untuk memberi
support/dukungan kepada korban dan membantu dengan proses rujukan.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 8 :
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN SEKSUAL BERBASIS
GENDER

SGBV - Group work station 2 (Page 1 of 2)


Koordinasi antar lembaga untuk GBV

Lembar kerja peserta

5 menit
1. Siapkan latihan
Ini adalah latihan main peran berdasarkan skenario pengungsi yang tidak nyata/karangan

- ambil papan nama dengan sebuah peran


- Baca studi kasus untuk anda sendiri
- Review pencegahan dan respon minimum dari matriks GBV antar lembaga.

25 menit
2. Lakukan pertemuan koordinasi GBV
Lakukan sesuai peran anda dan diskusikan issue berikut ini:
- Prioritas intervensi yang mana yang dibutuhkan untuk mencegah dan respon
terhadap kekerasan seksual pada skenario?
- Siapakah yang bertanggung jawab untuk kegiatan tersebut?
- Kapan kegiatan tersebut harus sudah selesai

dilaksanakan? Catatan:

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 8 :
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN SEKSUAL BERBASIS
GENDER

SGBV - Group work station 2 (Page 2 of 2)


Koordinasi antar lembaga untuk GBV
Lembar kerja peserta

PESAN PENTING

- Matriks GBV adalah tool yang bermanfaat


- Bisa diadaptasi untuk kondisi/situasi anda
- Gunakan matriks GBV sebagai catatan untuk perencanaan dan tindak lanjut

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 8 :
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN SEKSUAL BERBASIS
GENDER

SGBV - Group work station 2: Koordinasi antar lembaga untuk SGBV

Handout peserta
Study kasus Nusantara - Khatulistiwa
(diadaptasi dari the ICRC HELP course)
Laporan
Setelah terjadinya pertikaian kekerasan antara pemberontak Patriot dengan tentara
pemerintah di Nusantara, sejumlah penduduk Nusantara yang tidak diketahui mengungsi
melintasi batas ke Negara Khatulistiwa. Setidaknya 20,000 pengungsi membuat
pemukiman dekat desa Karimun, sekitar 34 km dari perbatasan Nusantara. Pengungsi
mendapat limpahan sumber daya bagi yang bermukim di kabupaten Buah Pinang. Tidak
sanggup mengakomodasi kebutuhan pengungsi, pemerintah Khatulistiwa meminta
bantuan internasional. Dalam waktu bersamaan pemerintah Khatulistiwa mencoba
melakukan mediasi dengan 2 pihak yang terlibat dengan konflik Nusantara.
Pengungsi tinggal di penampungan sementara yang dibuat dari rumput ilalang, ranting
dan beberapa daun pisang. Air diperoleh dari sungai Alam tidak jauh dari camp, tetapi
ada masalah dengan sumber air. Laporan menunjukkan adanya sanitas yang buruk untuk
pengungsi, Oxfam sudah diminta untuk membuat Toilet/WC dan menyusun titik
distribusi air.
Ada masalah dengan bahan untuk memasak, tapi ada kayu dengan jarak sekitar 1 km,
dimana perempuan dapat pergi untuk mendapat kayu bakar. Pengungsi membawa
beberapa bahan makanan, tapi sudah habis. Penduduk lokal dan beberapa organisasi dari
Khatulistiwa mencoba membantu dan WFP telah memulai jalur pendistribusian makanan.
Masalah kesehatan di propinsi termasuk malaria, kolera, campak, tbc, HIV, meningitis,
diare, ISPA dan penyakit kulit. Meskipun belum ada survey yang dilakukan, nampaknya
malnutrisi merupakan masalah yang significant. Ada peningkatan kasus trauma karena
banyak orang datang dengan luka dan ada laporan tentang perkosaan , penculikan
perempuan, gadis remaja, anak laki-laki dan perempuan oleh laki-laki bersenjata.
Komplikasi kebidanan umum terjadi dan meskipun angka kematian ibu tidak diketahui, ini
dianggap cukup tinggi.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 8 :
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN SEKSUAL BERBASIS
GENDER

Ada beberapa pusat kesehatan dan pos kesehatan tersebar di sekitar 3 kabupaten di
propinsi Nagari. Pelatihan untuk pekerja Pelayanan Kesehatan Primer telah dilakukan di
Khatulistiwa beberapa tahun yang lalu, tapi jumlah yang sudah dilatih masih belum
memenuhi kebutuhan. Beberapa dukun bayi mendapat pelatihan sekitar 10 tahun yang
lalu. Beberapa organisasi mulai memberikan layanan kesehatan terbatas untuk pengungsi
(IRC, MSF, Betaland Red Cross, Islamic Relief). Sudah terjadi kekurangan obat dan
supplies yang cukup besar. Transportasi ke daerah ini memungkinkan dengan jalur darat,
kereta dan udara. Semua adalah problematis sekarang ini. Jalan sekitar Taruna terkena
banjir dan akses ke beberapa daerah terputus untuk beberapa hari. .

Tugas anda
Pagi ini pada pertemuan koordinasi antar lembaga anda mendapat informasi seperti di
atas dan diminta untuk mewakili organisasi anda dalam pertemuan koordinasi GBV. Anda
sekarang mengikuti pertemuan dengan focal point dari GBV dari sektor kesehatan dan
sektor lain untuk berdiskusi bagaimana melaksanakan intervensi yang sangat mendasar
untuk mencegah dan merespon kekerasan seksual untuk pengungsi di propinsi Gamma.
Lakukan pertemuan, pakailah tool matrik koordinasi GBV antar lembaga (IASC GBV
coordination matrix)

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 8 :
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN SEKSUAL BERBASIS
GENDER

SGBV - Group work station 2: koordinasi antar lembaga untuk SGBV

Lembar Kerja peserta

Matriks intervensi untuk mencegah dan merespon SGBV pada situasi kemanusiaan

Fungsi dan Kegiatan dalam situasi anda Penanggung jawab Waktu


Pencegahan dan respon minimum dalam
sektor
1 Koordinasi
1.1 Buat mekanisme koordinasi dan
lakukan orientasi untuk partner

1.2 Advokasi dan penggalangan dana

1.3 Pastikan standard Sphere


diseminasikan dan dipatuhi
2 Assessment
2.1 Lakukan analisa situasi secara cepat
dan
dan terkoordinasi
monitoring
2.2 Monitor dan evaluasi kegiatan

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI TANGGAP DARURAT
2
MATERI 8 :
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN SEKSUAL BERBASIS
GENDER

Fungsi dan Kegiatan dalam situasi anda Penanggung jawab Waktu


Pencegahan dan respon minimum dalam
sektor
3 Perlindungan
3.1 Nilai kondisi keamanan dan jelaskan
(hukum, sosial
strategi perlindungan/proteksi
dan fisik)
3.2 Sediakan keamanan yang sesuai
dengan kebutuhan

3.3 Lakukan advokasi untuk pelaksanaan


dan kepatuhan pada instrument
internasional dan pastikan
akuntabilitasnya

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI TANGGAP DARURAT
2
MATERI 8 :
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN SEKSUAL BERBASIS
GENDER

Fungsi dan Kegiatan dalam situasi anda Penanggung jawab Waktu


Pencegahan dan respon minimum dalam
sektor
4 Sumber daya
4.1 Rekrut staff dengan cara yang akan
manusia
mencegah kekerasan seksual

4.2 Diseminasikan dan informasikan


kepada semua partner tentang “codes
of conduct”/tata prilaku

4.3 Terapkan mekanisme pelaporan


rahasia

4.4 Terapkan jaringan focal group


kekerasan seksual
5 Air dan sanitasi
5.1 Laksanakan program air dan sanitasi
yang aman
6 Keamanan
6.1 Laksanakan program keamanan pangan
pangan dan
dan gizi yang aman
gizi

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI TANGGAP DARURAT
2
MATERI 8 :
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN SEKSUAL BERBASIS
GENDER

Fungsi dan Kegiatan dalam situasi anda Penanggung jawab Waktu


Pencegahan dan respon minimum dalam
sektor
7 Penampungan
7.1 Laksanakan perencanaan camp dan
dan
program penampungan yang aman
perencanaan
7.2 Pastikan bahwa korban kekerasan
camp, dan
seksual memiliki penampungan yang
item non
aman
makanan
7.3 Laksanakan strategi pengumpulan
bahan bakar yang aman

7.4 Sediakan materi sanitasi (pembalut)


bagi perempuan dan remaja gadis.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI TANGGAP DARURAT
2
MATERI 8 :
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN SEKSUAL BERBASIS
GENDER

Fungsi dan Kegiatan dalam situasi anda Penanggung jawab Waktu


Pencegahan dan respon minimum dalam
sektor
8 Pelayanan
8.1 Pastikan akses perempuan ke layanan
kesehatan dan
kesehatan dasar
masyarakat
8.2 Sediakan layanan kesehatan untuk
kekerasan seksual

8.3 Sediakan dukungan social dan


psikologis berbasis masyarakat untuk
korban
9 Pendidikan
9.1 Pastikan anak perempuan dan laki-laki
memiliki akses ke pendidikan yang
aman.
10 Komunikasi,
10.1 Informasikan kepada masyarakat
Informasi dan
tentang kekerasan seksual dan
Edukasi
ketersediaan layanan

10.2 Sebarkan informasi tentang hukum


kemanusiaan international tentang
pasukan bersenjata

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI TANGGAP DARURAT
2
MATERI 8 :
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN SEKSUAL BERBASIS
GENDER

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI TANGGAP DARURAT
2
MATERI 8 :
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN SEKSUAL BERBASIS
GENDER

SGBV - Group work station 3 (Page 1 of 2)


Dokumentasi kasus kekerasan seksual

Lembar kerja peserta

1. Bandingkan : (pakai post-it untuk menandai halaman anda) 10 menit

> Contoh formulir “laporan kejadian”/incidence report (Pedoman IASC)

dengan

> Contoh formulir ‘riwayat dan pemeriksaan’/‘history and examination’ (Pedoman


penanganan klinis korban perkosaan)

Dan beri tanda informasi yang mana yang sama yang diminta pada kedua formulir

10 menit
2. Review:

Contoh formulir persetujuan/ ‘Sample consent form’ (Pedoman penanganan klinis


korban kekerasan)

Seorang korban perkosaan datang setelah 2 hari pasca kejadian ke klinik medis
dan meminta pengobatan untuk mencegah kehamilan dan AIDS.

Bidan menjelaskan tentang perawatan pasca perkosaan dan memintanya untuk


menandatangani formulir persetujuan.
Diskusikan jika korban tidak mau melakukan hal tersebut.

3. Review sertifikat medis/the Medical Certificate untuk dewasa (Pedoman penanganan


klinis korban perkosaan) dan diskusikan fungsinya 5 menit

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 8 :
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN SEKSUAL BERBASIS
GENDER

Catatan:

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 8 :
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN SEKSUAL BERBASIS
GENDER

SGBV - Group work station 3 (Hal 2 dari 2)


Dokumentasi kasus kekerasan seksual
Lembar kerja peserta

PESAN PENTING

1. Dengan hati-hati baca dokumentasi yang dibawa oleh korban dan jangan tanyakan
lagi pertanyaan yang sudah dijawab kepada pemberi layanan

2. Ingat pentingnya informed concent/persetujuan (untuk melakukan pemeriksaan


medis, mengumpulkan bukti forensik dan memberikan informasi kepada yang
berwenang). Jika korban tidak memberikan persetujuan untuk hal tsb di atas, ini tidak
boleh berdampak pada aksesnya kepada konseling, pengobatan dan perawatan.

3. Dokumentasikan semua temuan secara hari-hati dan detail. Dokumen medis


dapat dipakai sebagai barang bukti di pengadilan.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 9

PERAWATAN PASCA
KEGUGURAN PADA
KRISIS/SITUASI DARURAT

I
Daftar Isi Materi

DAFTAR ISI

I. DESKRIPSI SINGKAT..........................................................................................217

II. TUJUAN PEMBELAJARAN..................................................................................218

III. POKOK BAHASAN.............................................................................................218

IV. BAHAN BELAJAR...............................................................................................218

V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN..............................................................219

VI. URAIAN MATERI


a. Konseling, Informed Consent dan penilaian klinis...................................222
b.Pencegahan infeksi, mengatasi rasa nyeri dan penatalaksaannya..........223
c. Mencegah tetanus dan mengatasi komplikasi........................................224
d.Konseling paska keguguran.....................................................................225

VII. RANGKUMAN...................................................................................................226

VIII. EVALUASI.........................................................................................................226

IX. REFERENSI........................................................................................................228

X. LAMPIRAN........................................................................................................229

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN
MATERI 9 :
ASUHAN PASKA KEGUGURAN PADA KRISIS

MATERI 9
ASUHAN PASKA KEGUGURAN
PADA TANGGAP DARURAT KRISIS KESEHATAN

Asuhan paska keguguran merupakan strategi untuk menurunkan kematian dan kesakitan
karena komplikasi yang diakibatkan oleh aborsi yang tidak aman dan aborsi spontan.
WHO melaporkan bahwa sekitar 13% dari kematian yang berhubungan dengan kehamilan
diseluruh dunia diakibatkan oleh aborsi yang tidak aman. Dibeberapa negara, kematian
akibat aborsi yang tidak aman mencapai 45% dari seluruh kematian maternal. Komplikasi
yang paling sering ditemukan adalah aborsi inkomplit, sepsis, perdarahan dan cedera
intra-abdominal, masalah kesehatan jangka panjang meliputi inflamasi pelvic kronis,
sumbatan tuba dan infertilitas sEkunder. Aborsi spontan atau keguguran dapat
menyebabkan terjadinya komplikasi sehingga membutuhkan pertolongan
kegawatdaruratan untuk menyelamatkan jiwa.

Dalam merencanakan asuhan paska keguguran, kebutuhan dan persepsi masyarakat


harus menjadi pertimbangan, termasuk pilihan terhadap tipe dan gender pemberi
pelayanan paska keguguran, kondisi, situasi, lokasi pelayanan serta protokol pelayanan
paska keguguran. Demikian pula pada krisis kesehatan.

I. DESKRIPSI SINGKAT

Modul ini membahas tentang asuhan paska keguguran pada krisis kesehatan yang
meliputi: Pemberian konseling, Informed consent dan penilaian klinis, Melakukan
pencegahan infeksi, Upaya mengatasi rasa nyeri, Penatalaksanaan asuhan paska
keguguran, Penjelasan pencegahan tetanus serta mengatasi komplikasi, dan
Pemberian konseling paska keguguran serta tindak lanjut, dengan metode kuliah
interaktif, studi kasus, diskusi kelompok dan role play.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 9 :
ASUHAN PASKA KEGUGURAN PADA KRISIS

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mempelajari materi ini peserta didik mampu memberikan asuhan paska
keguguran pada krisis kesehatan.
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mempelajari materi ini peserta didik diharapkan mampu:
1. Memberikan konseling, informed consent dan penilaian klinis
2. Melakukan pencegahan infeksi, mengatasi rasa nyeri dan asuhan paska
keguguran.
3. Menjelaskan pencegahan tetanus serta mengatasi komplikasi.
4. Memberikan konseling paska keguguran dan tindak lanjut.

III. POKOK BAHASAN


Dalam modul ini pokok bahasan yang dibahas adalah sebagai berikut:
1. Konseling, informed consent dan penilaian klinis
2. Pencegahan infeksi, mengatasi rasa nyeri dan penatalaksanaan
3. Mencegah tetanus serta mengatasi komplikasi
4. Konseling paska keguguran dan tindak lanjut.

IV. BAHAN BELAJAR


1. Modul materi Asuhan Paska Keguguran pada Krisis Kesehatan.
2. Laptop
3. LCD
4. Kaset video
5. Papan plifchart/ papan tulis
6. Spidol
7. Skenario kasus

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 9 :
ASUHAN PASKA KEGUGURAN PADA KRISIS

V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Agar proses pembelajaran dapat berhasil secara efektif, maka digunakan langkah-
langkah sebagai berikut :
Adapun langkah-langkah diatas dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Langkah 1 : Persiapan Proses Pembelajaran
1. Kegiatan Dosen
a) Dosen memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana dikelas
b) Dosen menyapa peserta didik dengan ramah dan hangat.
c) Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas maka mulailah dengan
memperkenalkan diri.
d) Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, dan materi yang akan
disampaikan.
e) Menggali pendapat peserta didik (apersepsi) tentang apa yang dimaksud
dengan metode pembelajaran menggunakan metode curah pendapat
(brainstorming).
f) Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan dari pembelajaran tentang
Asuhan Paska Keguguran pada Krisis Kesehatan.
2. Kegiatan Peserta Didik
a) Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan
b) Mengemukakan pendapat atas pertanyaan Dosen
c) Memperhatikan film/ gambar tentang krisis kesehatan dan asuhan paska
keguguran.
d) Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting
e) Mengajukan pertanyaan kepada Dosen bila ada hal-hal yang belum jelas dan
perlu diklarifikasi.
b. Langkah 2 : Review Pokok Bahasan
1. Kegiatan Dosen
a) Menyampaikan pokok bahasan secara garis besar dalam waktu yang singkat.
b) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menanyakan hal-hal
yang kurang jelas

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 9 :
ASUHAN PASKA KEGUGURAN PADA KRISIS

c) Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan peserta didik.


d) Mendemonstrasikan.
2. Kegiatan Peserta Didik
a) Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap penting.
b) Mengajukan pertanyaan kepada Dosen sesuai dengan kesempatan yang
diberikan.
c) Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan Dosen.
d) Melakukan simulasi.
c. Langkah 3 : Pendalaman Pokok Bahasan
1. Kegiatan Dosen
a) Meminta kelas dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok akan
diberikan tugas diskusi dan simulasi.
b) Menugaskan kelompok untuk memilih ketua, sekretaris dan penyaji.
c) Meminta masing-masing kelompok menuliskan hasil diskusi untuk disajikan.
d) Mengamati peserta serta memberikan bimbingan pada proses diskusi dan
simulasi.
e) Meminta kelompok mahasiswa untuk melakukan role play tentang cara
melakukan konseling Asuhan Paska Keguguran pada Krisis Kesehatan.
f) Memberikan umpan balik terhadap penampilan mahasiswa.
2. Kegiatan Peserta Didik
a) Membentuk kelompok diskusi dan memilih ketua, sekretaris dan penyaji.
b) Mendengar, mencatat dan bertanya pada hal-hal yang kurang jelas pada
Dosen.
c) Melakukan proses diskusi sesuai dengan pokok bahasan yang ditugaskan,
menuliskan hasil dikusi untuk disajikan serta mensimulasikan.
d) Melakukan role play tentang cara melakukan konseling Asuhan Paska
Keguguran pada Krisis Kesehatan.
e) Memperhatikan dan mencatat umpan balik dari dosen

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 9 :
ASUHAN PASKA KEGUGURAN PADA KRISIS

d. Langkah 4 :
Penyajian dan pembahasan hasil pendalaman pokok bahasan dikaitkan pada krisis
kesehatan.
1. Kegiatan Dosen
a) Meminta masing-masing kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil
diskusi dan mensimulasikannya.
b) Memimpin proses tanggapan (tanya jawab)
c) Memberikan masukan terkait hasil diskusi dan simulasi.
d) Merangkum hasil diskusi
2. Kegiatan Peserta Didik
a) Mengikuti proses penyajian kelas
b) Berperan aktif dalam proses tanya jawab yang dipimpin oleh Dosen
c) Bersama Dosen merangkum hasil presentasi dari masing – masing pokok
bahasan yang dikaitkan pada krisis kesehatan.

e. Langkah 5 : Rangkuman dan evaluasi hasil belajar


1. Kegiatan Dosen
a) Mengadakan evaluasi dengan mengajukan 3 (tiga) buah pertanyaan sesuai
dengan topik dari pokok bahasan
b) Memperjelas jawaban peserta terhadap masing – masing pertanyaan.
c) Bersama peserta merangkum poin-poin penting dari hasil proses
pembelajaran tentang Asuhan Paska Keguguran pada Krisis kesehatan.
d) Membuat kesimpulan.
2. Kegiatan Peserta Didik
a) Menjawab pertanyaan yang diajukan Dosen.
b) Bersama-sama Dosen merangkum hasil proses pembelajaran tentang Asuhan
Paska Keguguran pada Krisis Kesehatan.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 9 :
ASUHAN PASKA KEGUGURAN PADA KRISIS

VI. URAIAN MATERI

Pada hakikatnya beberapa negara di dunia mengizinkan aborsi yang aman dan legal
dengan indikasi tertentu yang ditetapkan dengan peraturan di masing-masing negara.
Begitu pula dengan Indonesia, sejak berlakunya UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang
kesehatan maka aborsi dapat dilakukan dengan indikasi-indikasi yang telah ditentukan
(Keguguran Provokatus Medicinalis).

Indikasi keguguran provokatus medicinalis tertuang dalam 3 (tiga) Pasal dalam Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yaitu Pasal 75, Pasal 76 dan Pasal 77.

Pada prinsipnya Indonesia melarang tindakan aborsi. Namun terdapat pengecualian


terhadap larangan tersebut berdasarkan:
a. Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang
mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat
dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan
bayi tersebut hidup di luar kandungan atau
b. Kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban
perkosaan.

Tindakan aborsi berdasarkan indikasi kedaruratan medis dan kehamilan akibat


perkosaan hanya dapat dilakukan setelah melalui konseling pratindakan dan diakhiri
dengan konseling paska tindakan yang dilakukan serta asuhan paska keguguran oleh
tenaga kesehatan.

A. Melakukan Konseling, Informed Consent dan Penilaian Klinis


1. Konseling dan Informed Consent
Penyedia layanan harus menyadari bahwa perempuan paska keguguran mungkin
mengalami stres emosional yang berat atau ketidaknyamanan fisik. Mereka
harus memastikan privasi, kerahasiaan dan adanya ijin untuk pemberian asuhan.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 9 :
ASUHAN PASKA KEGUGURAN PADA KRISIS

Konseling yang baik memberikan perempuan tersebut dukungan emosional dan


meningkatkan keefektifan asuhan paska keguguran.
Inform Consent yang dibuat berdasarkan informasi yang diberikan secara
sukarela baik yang didapat secara lisan atau tertulis memastikan bahwa
perempuan tersebut memahami manfaat dan menyetujui asuhan paska
keguguran. Persetujuan ini berarti bahwa perempuan tersebut telah mengambil
keputusan secara bebas tanpa tekanan atau paksaan apapun. Penyedia layanan
dapat mendokumentasikan dengan meminta tanda tangan pada formulir
persetujuan.

2. Penilaian Klinis
Penyedia layanan harus melakukan penilaian klinis yang menyeluruh meliputi:
riwayat kesehatan reproduksi yang teliti (termasuk riwayat kekerasan seksual),
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang lainnya bila tersedia dan penilaian
psikososial. Perempuan yang datang untuk perawatan aborsi yang tidak lengkap
atau komplikasi aborsi (perawatan paska aborsi) harus dilakukan penilaian
dengan hati-hati sekali, karena mungkin mengalami komplikasi yang mengancam
keselamatan jiwa. Oleh sebab itu harus dilakukan rujukan segera kerumah sakit
PONEK apabila perempuan tersebut tidak dapat ditangani puskesmas setempat,
namun sebelum melakukan rujukan kondisi pasien harus stabil.

B. Melakukan Pencegahan Infeksi, Mengatasi Rasa Nyeri dan Penatalaksanaan


1. Pencegahan Infeksi
Resiko infeksi selalu ada dalam setiap tindakan, sehingga prosedur standar dalam
pencegahan infeksi harus sangat diperhatikan dalam setiap tahapan pemberian
Asuhan Paska Keguguran pada Krisis Kesehatan. Ketersediaan antibiotik harus
dicadangkan jumlahnya untuk kasus-kasus dimana pasien tersebut menunjukkan
tanda-tanda dan gejala infeksi.
Tidak dibenarkan menganggap “BISA” dilakukan pada krisis kesehatan berbagai
hal yang tidak perkenankan untuk dilakukan pada kondisi stabil.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 9 :
ASUHAN PASKA KEGUGURAN PADA KRISIS

2. Mengatasi rasa nyeri


Tujuan dari rencana mengatasi rasa nyeri adalah membantu klien untuk merasa
senyaman mungkin. Sebelum tindakan asuhan paska keguguran berikan obat-
obatan yang mengandung sedative golongan rendah (seperti Diazepam dan
katalar) serta pemberian analgetik oral seperti asam mefenamat dan
paracetamol setelah dilakukan paska aspirasi vakum manual.
3. Penatalaksanaan
Metode yang aman, efektif dan dapat diterima dalam pengosongan uterus atau
Asuhan Paska Keguguran pada Krisis Kesehatan adalah:
a. Aspirasi Vakum Electric (AVE) atau Aspirasi Vakum Manual (AVM)
b. Dilatasi dan kuretase

C. Mencegah Tetanus dan Mengatasi Komplikasi


1. Mencegah Tetanus
Perempuan yang menjalani asuhan paska keguguran tidak aman dengan alat
yang tidak steril beresiko terkena tetanus. Berikan profilaksis tetanus, terutama
dalam komunitas dimana terdapat data kasus tetanus paska keguguran dan rujuk
pasien ke rumah sakit bila profilaksis tidak dapat diberikan. Suntikan booster
tetanus toksoid (TT) harus diberikan kepada pasien yang sebelumnya pernah
divaksinasi. Tetanus immunoglobulin (TIG) dan TT harus diberikan kepada pasien
yang belum divaksinasi atau yang dosis terakhir diberikan lebih dari lima tahun
yang lalu. Jika terdapat keraguan mengenai riwayat vaksinasi pasien, maka baik
TIG dan TT harus diberikan. Jika vaksin dan immunoglobulin diberikan pada
waktu yang bersamaan, gunakan jarum dan alat suntik yang berbeda serta lokasi
penyuntikan yang berbeda pula. Saat ini, untuk pemberian vaksin tetanus
dipertimbangkan status TT dari pasien tersebut, karena dengan 5 (lima) kali
pemberian vaksin TT dapat memberikan kekebalan seumur hidup (25 tahun).
2. Mengatasi komplikasi
Walaupun jarang terjadi, komplikasi dapat terjadi dalam pengosongan uterus
dan harus ditangani secepatnya oleh petugas yang mempunyai keterampilan.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 9 :
ASUHAN PASKA KEGUGURAN PADA KRISIS

Komplikasi yang serius sangat jarang terjadi tetapi penting untuk tenaga
kesehatan mengikuti perkembangan klien karena ada saja risiko yang dapat
terjadi seperti infeki atau perdarahan. Pastikan klien mempunyai akses ke
fasilitas gawat darurat selama masa paska keguguran. Jika klien membutuhkan
perawatan yang melebihi kemampuan fasilitas dimana ia dirawat maka stabilkan
kondisinya sebelum ia dipindahkan ke pelayanan rujukan yang lebih tinggi.

D. Melakukan Konseling Setelah Prosedur Aborsi dan Tindak Lanjut


Tenaga kesehatan harus menjelaskan tanda-tanda pemulihan yang normal serta
gejala komplikasi yang mungkin terjadi dan harus segera ditangani. Disamping itu
informasi yang lengkap mengenai kontrasepsi setelah aborsi dan perlindungan
terhadap infeksi menular seksual (IMS) juga harus diberikan. Berikan saran untuk
melakukan kunjungan ulang dalam 10-14 hari kemudian. Akses keluarga berencana
(KB) tetap disediakan pada krisis kesehatan. Pastikan bahwa semua tenaga
kesehatan yang memberikan asuhan paska keguguran memahami bagaimana
memberikan konseling dan pelayanan KB.
Perempuan dan remaja perempuan yang menerima asuhan paska keguguran
minimal harus memahami :
1. Ovulasi dapat terjadi 10 hari setelah keguguran, sehingga dapat mengakibatkan
kehamilan bahkan sebelum menstruasi berikutnya terjadi.
2. Kontrasepsi IUD atau metode hormonal dapat segera dimulai setelah
pengosongan uterus
3. Hubungan seksual harus dihindari selama beberapa hari setelah perdarahan
berhenti untuk menghindari komplikasi infeksi.
4. Metode kontrasepsi yang aman untuk mencegah terjadinya kehamilan.
5. Tenaga kesehatan harus mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan kesehatan
reproduksi (kespro) lain, merujuk atau memberikan informasi mengenai layanan
yang relevan seperti penanganan infeksi saluran reproduksi atau perawatan
paska pemerkosaan, serta tempat mendapatkan pelayanan terkait.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 9 :
ASUHAN PASKA KEGUGURAN PADA KRISIS

VII. RANGKUMAN

Asuhan paska keguguran merupakan strategi global untuk mengurangi tingkat


kematian dan penderitaan dari komplikasi aborsi yang tidak aman dan spontan,
perawatan aborsi komprehensif mencakup semua unsur perawatan paska aborsi
yang aman untuk semua indikasi yang legal (yaitu yang sesuai dengan hukum
nasional).

Perempuan dan anak perempuan pada krisis kesehatan sangat mungkin lebih
beresiko mengalami kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi yang tidak aman dan
memerlukan akses ke pelayanan aborsi yang aman dan legal. Guna membantu
pemerintah, para pembuat rencana dan penyedia layanan mewujudkan komitmen
mereka terhadap hak dan kesehatan perempuan. WHO mengeluarkan petunjuk
teknis pada tahun 2003 untuk mendukung kapasitas sistem kesehatan agar dapat
memberikan perawatan aborsi yang aman dan asuhan paska keguguran (Post
Abortion Care atau PAC).

VIII. EVALUASI

Pada pelaksanaan evaluasi sesi, dosen/pengajr dapat menggali lebih dalam


pemahaman peserta didik dalam menangkap/menyerap materi yang diberikan.

1. Seorang wanita usia 37 tahun pasca aspirasi vakum manual, wanita tersebut
tampak menahan nyeri pada perutnya
Apakah asuhan pasca keguguran pada situasi darurat bencana yang tepat pada
kasus tersebut ?
a. Pemberian analgetik oral sebelum tindakan aspirasi vakum manual
b. Pemberian diazepam sebelum tindakan aspirasi vakum manual
c. Pemberian analgetik secara IV setelah tindakan aspirasi vakum manual
d. Pemberian asam mefenamat sebelum tindakan aspirasi vakum manual
e. Pemberian imunisasi booster tetanus toksoid
2. Seorang wanita usia 37 tahun pasca aspirasi vakum manual, wanita tersebut
tampak menahan nyeri pada perutnya

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 9 :
ASUHAN PASKA KEGUGURAN PADA KRISIS

Apakah konseling yang tepat pada kasus tersebut ?


a. Kunjungan ulang 2 minggu yang akan datang
b. Hubungan seksual perlu dihindari selang beberapa hari setalah perdarahan
berhenti
c. Gunakan KB setelah mendapatkan menstruasi pertama
d. Kontrasepsi darurat dapat digunakan pasca keguguran
e. Kontrasepsi metode dengan penghalang adalah tepat untuk pasca keguguran
3. Setelah pendataan dilakukan, ditemukan seorang perempuan berusia 35 tahun
telah melakukan proses aborsi di bantu oleh dukun keadaan situasi darurat
bencana, sehingga sulit untuk menemui tenaga kesehatan, dengan riwayat
imunisasi TT pada saat caten 10 tahun yang lalu dan pada masa kehamilan ibu
ragu akan imunisasi TT yang didapatkannya.
Apakah asuhan pasca aborsi yang tidak aman dalam mencegah tetanus pada kasus
tersebut ?
a. Berikan imunisasi TT lanjutan
b. Berikan imunisasi Tetanus Imunoglobulin
c. Berikan imunisasi TT dan sedatif golongan rendah
d. Berikan Imunisasi TT dan Tetanus Imunoglobulin
e. Berikan imunisasi Tetanus Imunoglobulin dan sedatif golongan rendah
4. Setelah pendataan dilakukan, ditemukan seorang perempuan berusia 35 tahun
telah melakukan proses aborsi di bantu oleh dukun keadaan situasi darurat
bencana, sehingga sulit untuk menemui tenaga kesehatan, dengan riwayat
imunisasi TT pada saat caten 10 tahun yang lalu dan pada masa kehamilan ibu
ragu akan imunisasi TT yang didapatkannya.
Bagaimana cara pemberian terapi tersebut di atas, jika harus diberikan pada
waktu bersamaan ?
a. Gunakan jarum suntik yang sama ketika persediaan alat yang terbatas
b. Suntikan terapi tersebut pada lokasi yang berbeda
c. Gunakan jarum suktik yang berbeda dan lokasi yang berbeda
d. Gunakan jarum suntik yang sama dan lokasi yang berbeda
e. Gunakan jarum suntik yang berbeda dan lokasi yang sama

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 9 :
ASUHAN PASKA KEGUGURAN PADA KRISIS

5. Setelah pendataan dilakukan, ditemukan seorang perempuan berusia 35 tahun


telah melakukan proses aborsi di bantu oleh dukun keadaan situasi darurat
bencana, sehingga sulit untuk menemui tenaga kesehatan, dengan riwayat
imunisasi TT pada saat caten 10 tahun yang lalu dan pada masa kehamilan ibu
ragu akan imunisasi TT yang didapatkannya.
Berapakah ketahanan atau manfaat dosis terakhir dari vaksin TT pada kasus di atas
jika pasien hanya membutuhkan satu dosis vaksin TT ?
a. ≤ 1 tahun
b. ≤ 2 tahun
c. ≤ 3 tahun
d. ≤ 4 tahun
e. ≤ 5 tahun

IX. DAFTAR PUSTAKA


Inter Agency Working Group on Reproductive Health in Crises. 2010. Buku Pedoman
Lapangan Antar lembaga Kesehatan Reproduksi dalam Situasi Darurat Bencana.
Revisi untuk peninjauan lapangan. Jakarta: Inter agency Working Group on
Reproductive Health in Crises.

Departemen Kesehatan RI dan UNFPA. 2008. Pedoman Praktis Kesehatan Reproduksi


pada Penanggulangan bencana di Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI dan
UNFPA.

UNFPA dan WHO. 2008. Buku pedoman, RH Kit Antar Lembaga dalam Situasi Krisis.
Jakarta: UNFPA dan WHO.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 9 :
ASUHAN PASKA KEGUGURAN PADA KRISIS

LAMPIRAN
PERAWATAN PASKA KEGUGURAN

Lembar Kerja Peserta 20 min

1. Demostrasi AVM/Aspirasi Vakum Manual (Kit 8): pemasangan pada model panggul,
pembongkaran dan pemasangan kembali AVM (kalau AVM tidak tersedia, lanjutkan ke
point no 2)

2. Fasilitasi Diskusi Kelompok, Menggunakan Informasi Berikut:


- Apa perbedaan antara perawatan paska keguguran dan aborsi itu sendiri?
- Mengapa perawatan paska keguguran sangat penting dalam situasi pengungsian?
- Pada tingkat pelayanan yang mana (masyarakat, polindes, puskesmas, RS rujukan)
perawatan paska keguguran dapat diberikan?
- Pelayanan apa saja yang dapat diberikan pada setiap tingkatan?
- Pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi apa apa yang harus tersedia untuk
perempuan untuk layanan paska keguguran?
- Dapatkah layanan ini dikoordinasikan? Bagaimana memastikan bahwa perempuan
memiliki akses ke layanan tersebut? (Bagaimana layanan tersebut dapat
dikoordinasikan ke dalam fasilitas besar seperti RS rujukan? Bagaimana layanan
tersebut dapat dikoordinasikan di antara tingkatan tersebut?)

CATATAN:

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 9 :
ASUHAN PASKA KEGUGURAN PADA KRISIS

LAYANAN PASKA KEGUGURAN


Lembar Kerja Peserta

PESAN PENTING
- Aborsi yang tidak aman adalah penyumbang penting pada kesakitan dan kematian
maternal. Sampai 15% dari kematian terkait kehamilan di seluruh dunia adalah akibat
aborsi yang tidak aman dan di beberapa negara kematian akibat aborsi yang tidak
aman mungkin bertanggung jawab sampai 45% dari semua kematian maternal.

- UNFPA memperkirakan bahwa 25-50% kematian maternal dalam situasi pengungsi


mungkin berkaitan dengan aborsi yang tidak aman.

- Kegagalan KB sebagai akibat terhentinya pemakaian, terputusnya layanan kesehatan,


perkosaan dan kekerasan seksual menempatkan pengungsi perempuan dan gadis
remaja pada resiko khusus dari kehamilan yang tidak direncanakan dan aborsi yang
tidak aman.

- Aborsi akan tetap terjadi meskipun dilarang secara hukum. Situasi dengan peraturan
hukum yang melarang aborsi, memiliki angka kematian maternal yang lebih tinggi
akibat aborsi yang tidak aman. Hal ini bahkan akan lebih besar pada krisis kesehatan.

- Kematian akibat komplikasi aborsi adalah dapat dihindari. Pemerintah, Perserikatan


Bangsa-Bangsa (PBB), organisasi kemanusiaan memiliki kewajiban untuk memastikan
bahwa layanan kesehatan dapat merespon komplikasi dari aborsi yang tidak aman.
Kematian akibat komplikasi dari aborsi adalah dapat dihindari.

- Perawatan paska keguguran adalah strategi untuk mengurangi kematian dan


penderitaan dari komplikasi aborsi yang tidak aman dan spontan.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 9 :
ASUHAN PASKA KEGUGURAN PADA KRISIS

Elemen dari layanan paska keguguran termasuk:


> Penanganan kegawatdaruratan dari aborsi yang tidak lengkap dan komplikasi yang
potensial mengancam nyawa.
> Konseling dan layanan KB paska keguguran.
> Keterkaitan antara layanan kegawatdaruratan paska keguguran dan layanan kesehatan
reproduksi lainnya.

- Layanan paska keguguran melibatkan semua tingkat layanan, termasuk pendidikan


pada masyarakat tentang pencegahan aborsi yang tidak aman.
- Layanan paska keguguran harus termasuk pengobatan dan atau rujukan untuk:
a. IMS
b. VCT/Voluntary Counseling and Testing Test sukarela dan konseling) untuk HIV/AIDS
c. Layanan paska kekerasan seksual
d. KB
e. ANC
f. Gizi

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 10

SUPPLY DAN LOGISTIK


KESPRO PADA SITUASI
KRISIS/DARURAT BENCANA

J
Daftar Isi Materi 10

DAFTAR ISI

I. DESKRIPSI SINGKAT.........................................................................................232

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


1. Tujuan Pembelajaran Umum....................................................................232
2. Tujuan Pembelajaran Khusus...................................................................233

III. POKOK BAHASAN............................................................................................ 233

IV. BAHAN BELAJAR..............................................................................................233

V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN.............................................................234

VI. URAIAN MATERI


a. Kit Individu........................................................................................236
b. Bidan Kit............................................................................................241
c. Kespro Kit..........................................................................................242
d. Pendistribusian Kit kesehatan reproduksi dalam situasi darurat
bencana.............................................................................................252

VII. RANGKUMAN..................................................................................................253

VIII. EVALUASI.........................................................................................................253

IX. REFERENSI.......................................................................................................256

X. LAMPIRAN.......................................................................................................257

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN
MATERI 10 :
LOGISTIK KESEHATAN
REPRODUKSI PADA KIRIS KESEHATAN (SITUASI TANGGAP

MATERI 10
LOGISTIK KESEHATAN REPRODUKSI
PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)

Suplai dan logistik kesehatan reproduksi dalam situasi darurat bencana merupakan salah satu
topik yang akan dipelajari dalam Paket Pelayanann Awal Minimum (PPAM) dalam situasi
darurat bencana. Masa tanggap darurat dalam situasi bencana tidak akan terlepas dari
pengelolaan logistik. Selain sebagai support kebutuhan utama masyarakat terkena
dampak bencana juga jaminan pemulihan fungsi social masyarakat. Pentingnya
Pengelolaan tersebut sehingga perlu ada pedoman yang mengatur persediaan logistic
dalam keadaan darurat.

I. DESKRIPSI SINGKAT

Materi ini membahas tentang suplai logistik kesehatan reproduksi dalam situasi
darurat bencana yang meliputi: penjelasan tentang logistik untuk penerapan PPAM
yang terdiri dari bidan kit, Kit kesehatan reproduksi dan kit individual. Termasuk
bagaimana menghitung kebutuhan Kit kesehatan reproduksi, membuat dan
mendistribusikan Kit kesehatan reproduksi dalam situasi darurat bencana.
Koordinatorkesehatan reproduksi harus memiliki kemampuan mengkoordinasikan
pengelolaan logistik kesehatan reproduksi. Dimulai dari perencanaan kebutuhan,
pendistribusian dan monitoring serta evaluasi penggunaan logistik kesehatan
reproduksi dengan metoda kuliah interaktif, studi kasus, diskusi kelompok, dan
seminar.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini peserta didik mampumendistribusikan suplai dan
logistik kesehatan reproduksi yang dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan
reproduksi dalam situasi darurat bencana

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 10 :
LOGISTIK KESEHATAN
REPRODUKSI PADA KIRIS KESEHATAN (SITUASI TANGGAP

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mempelajari materi ini peserta didik mampu:
1. Menjelaskan tentang logistik yang diperlukan untuk implementasi PPAM
2. Menghitung kebutuhan Kit kesehatan reproduksi dalam situasi darurat
bencana
3. Membuat perencanaan tentang distribusi Kit kesehatan reproduksi dalam
situasi darurat bencana
4. Melakukan pendistribusian Kit kesehatan reproduksi dalam situasi darurat
bencana

III. POKOK BAHASAN


Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan-pokok bahasan sebagai berikut yaitu :
Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan:
1. Logistik yang diperlukan untuk penerapan PPAM
2. Kit kesehatan reproduksi dalam situasi darurat bencana
3. Penghitungan kebutuhan Kit kesehatan reproduksi dalam situasi darurat bencana
4. Perencanaan distribusi Kit kesehatan reproduksi dalam situasi darurat bencana
5. Pendistribusian Kit kesehatan reproduksi dalam situasi darurat bencana

IV. BAHAN BELAJAR


1. ModulSuplai dan logistik kesehatan reproduksi dalam situasi darurat bencana
2. LCD
3. Laptop
4. Papan tulis/lembar flipchart
5. Contoh individual kit
6. Lembar studi kasus
7. Spidol
8. Kalkulator

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 10 :
LOGISTIK KESEHATAN
REPRODUKSI PADA KIRIS KESEHATAN (SITUASI TANGGAP

V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Agar proses pembelajaran dapat berhasil secara efektif, maka perlu disusun langkah-
langkah pembelajaran sebagai berikut :
Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini sebanyak 5 JPL @ 50 menit (T=1 JPL, P=
4 JPL). Adapun langkah-langkah di atas dapat dijabarkan sebagai berikut di bawah:
a. Langkah 1 : Penyiapan Proses pembelajaran
1) Kegiatan Dosen
a) Dosen memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana dikelas
b) Dosen menyapa mahasiswa dengan ramah dan hangat.
c) Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas maka mulailah
dengan memperkenalkan diri.
d) Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, dan materi yang
akan disampaikan.
e) Menggali pendapat pembelajar (apersepsi) .tentang apa yang dimaksud
dengan suplai logistik kesehatan reproduksi dalam situasi darurat
bencana dengan metode curah pendapat (brainstorming).
f) Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan pembelajaran tentang
suplai logistik kesehatan reproduksi dalam situasi darurat bencana
2) Kegiatan Peserta
a) Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan
b) Mengemukakan pendapat atas pertanyaan dosen
c) Memperhatikan materi suplai logistik kesehatan reproduksi dalam
situasi darurat bencana
d) Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting
e) Mengajukan pertanyaan kepada dosen bila ada hal-hal yang belum jelas
dan perlu diklarifikasi.
b. Langkah 2 : Review pokok bahasan
1) Kegiatan Dosen
a) Menyampaikan Pokok Bahasan dan sub pokok secara garis besar dalam
waktu yang singkat
b) Menunjukkan kit yang perlu disiapkan dalam situasi darurat bencana
PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)
KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 10 :
LOGISTIK KESEHATAN
REPRODUKSI PADA KIRIS KESEHATAN (SITUASI TANGGAP

c) Mensimulasikan cara menghitung, merencanakan dan


mendistribuasikan kit
d) Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menanyakan hal-hal
yang kurang jelas
e) Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan peserta
2) Kegiatan Peserta
a) Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap penting
b) Memperhatikan kita yang ditunjukkan.
c) Mengajukan pertanyaan kepada dosen sesuai dengan kesempatan yang
diberikan
d) Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan dosen.
c. Langkah 3 : Pendalaman pokok bahasan
1) Kegiatan Dosen
a) Meminta kelas dibagi menjadi beberapa kelompok (5 kelompok) dan
setiap kelompok akan diberikan sebuah kasus yang akan didiskusikan
secara kelompok.
b) Menugaskan kelompok untuk memilih ketua, sekretaris dan penyaji.
c) Meminta masing-masing kelompok untuk menuliskan hasil diskusi untuk
disajikan.
d) Mengamati peserta dan memberikan bimbingan pada proses diskusi.
2) Kegiatan Peserta
a) Membentuk kelompok diskusi dan memilih ketua, sekretaris dan
penyaji.
b) Mendengar, mencatat dan bertanya pada hal-hal yang kurang jelas pada
dosen.
c) Melakukan proses diskusi sesuai dengan kasus yang ditugaskan dan
menuliskan hasil dikusi untuk disajikan.
d. Langkah 4 :
Penyajian dan pembahasan hasil pendalaman pokok bahasan dikaitkan dengan
situasi darurat bencana.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 10 :
LOGISTIK KESEHATAN
REPRODUKSI PADA KIRIS KESEHATAN (SITUASI TANGGAP

1) Kegiatan Dosen
a) Meminta masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil
diskusi
b) Memimpin proses tanggapan (tanya jawab)
c) Memberikan masukan khususnya dikaitkan dengan situasi dan kondisi
didaerah kerja
d) Merangkum hasil diskusi
2) Kegiatan Peserta
a) Mengikuti proses penyajian kelas
b) Berperan aktif dalam proses tanya jawab yang dipimpin oleh dosen
c) Bersama dosen merangkum hasil presentasi masing–masing pokok
bahasan yang dikaitkan dengan situasi bencana.

e. Langkah 5 : Rangkuman dan evaluasi hasil belajar


1) Kegiatan Dosen
a) Mengadakan evaluasi dengan mengajukan 4 (empat) buah pertanyaan
sesuai dengan topik pokok bahasan
b) Memperjelas jawaban peserta didik terhadap masing– masing
pertanyaan
c) Bersama peserta merangkum poin-poin penting dari hasil proses
pembelajaran tentang pelayanan prima.
d) Membuat kesimpulan.
2) Kegiatan Peserta
a) Menjawab pertanyaan yang diajukan dosen.
b) Bersama-sama dosen merangkum hasil proses pembelajaran tentang
pencegahan kekerasan seksual berbasis gender dala situasi bencana

VI. URAIAN MATERI

Untuk bisa menerapkan PPAM pada situasi bencana, diperlukan logistik untuk
mencapai tujuan PPAM. Logisti untuk menunjang penerapan PPAM terdiri dari:
a. Kit Individu
PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)
KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 10 :
LOGISTIK KESEHATAN
REPRODUKSI PADA KIRIS KESEHATAN (SITUASI TANGGAP

b. Kit Bidan/Partus Set


c. Kit Kesehatan Reproduksi (RH Kit)

Kit Individu
Kit individu merupakan paket berisi pakaian, perlengkapan kebersihan diri,
perlengkapan bayi, dll, yang disediakan untuk individu yang merupakan target
sasaran dari PPAM yaitu diberikan kepada perempuan usia subur, ibu hamil, ibu
bersalin dan bayi baru lahir. Kit ini dapat langsung diberikan dalam waktu 1-2 hari
saat bencana/tanggap darurat kepada pengungsi setelah melakukan estimasi
jumlah sasaran.
Terdapat 4 jenis kit individu yaitu:

Kit Warna Sasaran


Kit higiene Biru Perempuan usia subur
Kit ibu hamil Hijau Untuk ibu hamil trimester III
Kit ibu bersalin Oranye Untuk ibu paskabersalin/nifas
Kit bayi baru lahir Merah Untuk bayi baru lahir sampai usia 3
bulan

Jenis barang yang terdapat di dalam kit individu bisa disesuaikan dengan
kebutuhan kesehatan reproduksi pengungsi serta anggaran yang tersedia. Kit di
diadakan dan disimpan di gudang sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Distribusi Individual Kit – Aceh 2004 dan Banjir Jakarta 2013

Pada saat bencana/tanggap darurat, akan sulit mendapatkan data sasaran dari PPAM
seperti jumlah wanita usia subur, jumlah ibu hamil, ibu hamil yang akan mengalami

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 10 :
LOGISTIK KESEHATAN
REPRODUKSI PADA KIRIS KESEHATAN (SITUASI TANGGAP

komplikasi, jumlah laki-laki yang aktif secara seksual dll. Data yang tersedia biasanya
hanya jumlah pengungsi saja.

Jika data riil tidak tersedia, maka perhitungan kebutuhan logistik untuk pelayanan
kesehatan reproduksi dapat menggunakan estimasi statistik sebagai berikut:

a. Jumlah wanita usia subur : 25% dari jumlah pengungsi (untuk menghitung kebutuhan
pembalut wanita)
b. Jumlah ibu hamil:
 Jika data angka kelahiran kasar (CBR = Crude Birth Rate) tersedia gunakan CBR
untuk mengestimasikan jumlah ibu hamil.

Contoh:

Jumlah pengungsi : 10.000 jiwa


CBR: 35/1.000 kelahiran hidup
Estimasi jumlah ibu hamil selama 1 tahun: 35/1.000 x 10.000 = 350 ibu hamil
Estimasi jumlah ibu hamil per bulan: 350 : 12 bulan = 29 ibu hamil.
 Jika data CBR tidak tersedia, estimasi jumlah ibu hamil adalah 4% dari jumlah
pengungsi Estimasi jumlah ibu hamil per bulan = 400 : 12 bulan = 33 ibu hamil
 Ibu hamil yang akan mengalami komplikasi adalah 15-20% dari total jumlah ibu
hamil saat ini, dan 5-7% dari ibu hamil akan membutuhkan operasi sesar
 Jumlah laki-laki yang aktif secara seksual: 20% dari pengungsi
Dll. Estimasi jumlah ibu hamil selama 1 tahun: 4% x 10.000 = 400 ibu
hamil
Koordinator kesehatan reproduksi harus dapat menghitung kebutuhan logistik kesehatan
reproduksi pada saat bencana berdasarkan perkiraan lamanya waktu mengungsi.
Daftar individual Kit Kesehatan Reproduksi
No Item Jumlah per kit Keterangan
A Kit bayi baru lahir (0-3 Bulan)
1 Popok katun 12
2 Pakaian bayi katun 12
3 Sarung tangan & sarung kaki 12
4 Selimut gendong 1
5 Topi bayi (flannel) 1
6 Kelambu bayi 1 Dikemas terpisah agar
tidak rusak dalam

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 10 :
LOGISTIK KESEHATAN
REPRODUKSI PADA KIRIS KESEHATAN (SITUASI TANGGAP

penyimpanan
7 Kain bedong (flannel, soft) 12
8 Sabun mandi bayi 3(80 gram)
9 Bedak bayi 3 (50 gram)
10 Handuk bayi (halus dan bisa 1
menyerap air)
11 Minyak telon 3 (50 ml)
12 Tas warna merah dengan tulisan 1
Kit Bayi

B. Kit Ibu Hamil (Trimester ke-3)


1 Bra khusus ibu hamil 1
2 Kain panjang (jarik) 1
3 Celana dalam (big size) 3
4 Baju hamil lengan daster/baju 1
hamil lengan panjang
5 Selimut 1
6 Sabun Mandi 3 buah (80
gram)
7 Pasta gigi 3 buah (75
gram)
8 Shampoo 3 botol (90 ml)
9 Sikat gigi 3 buah
10 Handuk 1 buah
11 Tas warna hijau dengan tulisan 1
kit Ibu Hamil

C. Kit Ibu Bersalin (Ibu Paska


bersalin/nifas)
1 Bra menyusui 3
2 Kain panjang (jarik) 1
3 Pembalut pasca bersalin 3
4 Blus berkancing depan untuk 1
menyusui
5 Blus putih berkancing depan 1

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 10 :
LOGISTIK KESEHATAN
REPRODUKSI PADA KIRIS KESEHATAN (SITUASI TANGGAP

6 Celana dalam (big size) 3


7 Selimut 1
8 Sabun Mandi 3 buah (80
gram)
9 Pasta gigi 3 buah (75
gram)
10 Shampoo 3 botol (90 ml)
11 Sikat gigi 3 buah (80
gram)
12 Korset 1 buah
13 Handuk 1 buah
14 Tas warna orange dengan tulisan 1
kit ibu pasca melahirkan

D. Kit Kebersihan (Perempuan usia


Reproduksi)
1 Sarung 1
2 Handuk 1
3 Sabun Mandi 3 buah (80
gram)
4 Pasta gigi 3 buah (75
gram)
5 Shampoo 3 botol (90 ml)
6 Pembalut wanita 3 pack @ isi 10
buah
7 Pakaian dalam wanita: bra dan 3 set
celana dalam
8 Sandal jepit 1 pasang
9 Selimut 1 buah
10 Sikat gigi 3 buah
11 Plastik sampah untuk pembalut 1 buah
12 Sisir 1 buah
13 Tas warna biru dengan tulisan
hygiene kit

Pada saat bencana/tanggap darurat ketersediaan semua jenis kit sangat


diperlukan. Namun, apabila terdapat kendala dalam pendanaan dapat dipilih jenis

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 10 :
LOGISTIK KESEHATAN
REPRODUKSI PADA KIRIS KESEHATAN (SITUASI TANGGAP

barang yang benar benar dibutuhkan oleh sasaran, sebagai contoh: wanita usia
subur membutuhkan pakaian dalam dan pembalut. Kit disediakan oleh
pemerintah dan disimpan di gudang sesuai dengan peraturan yang berlaku, atau
pengadaan dan penyediaankit individu dapat dikoordinasikan dengan sektor atau
lembaga lain, misalnya bantuan pihak swasta.

Kit Individu Kesehatan Reproduksi


Bidan Kit
Pada saat bencana/tanggap darurat, alat-alat kesehatan kemungkinan banyak yang rusak
termasuk alat kesehatan yang digunakan untuk menolong persalinan.Bidan kit dapat
diberikan kepada bidan untuk mengganti peralatan yang hilang saat bencana/tanggap
darurat sehingga masih bisa melakukan pelayanan seperti sediakala.Kit untuk bidan
dapat diadakan sebelum bencana sebagai persediaan dan di simpan/diadakan di gudang
sesuai dengan peraturan yang berlaku.Kit ini dapat didistribusikan sesegera mungkin pada
saat bencana/tanggap darurat apabila dibutuhkan.
Pada pertolongan persalinan mungkin diperlukan juga beberapa alat tambahan
seperti:baskom dan tempat air mengalir untuk mencuci tangan yang perlu dipikirkan
penyediaannya.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 10 :
LOGISTIK KESEHATAN
REPRODUKSI PADA KIRIS KESEHATAN (SITUASI TANGGAP

Serah Terima Bidan Kit – Gempa Padang 2009

Kit Kesehatan Reproduksi (RH Kit )


Untuk melaksanakan PPAM kesehatan reproduksi yaitu dalam memberikan pelayanan
klinis bagi penyintas perkosaan, mengurangi penularan HIV serta mencegah
meningkatnya kesakitan dan kematian ibu dan neonatal, telah dirancang paket paket
yang berisi obat dan alat kesehatan yang dibutuhkan yang disebut Kit Kesehatan
Reproduksi (Kit RH).
Kit kesehatan reproduksi dikemas dan diberi nomor sesuai dengan jenis tindakan yang
akan dilakukan. Alat, obat dan bahan habis pakai tersedia lengkap di tiap kemasan.
Sebagai contoh: Kit nomor 2 untuk pertolongan persalinan bersih , Kit nomor 12 untuk
transfusi darah. Kit nomor 4 untuk kontrasepsi oral dan injeksi dan lain sebagainya.
Penomoran ini bertujuan untuk memudahkan pengelolaan dan penggunaannya pada saat
bencana/tanggap darurat.
Kit kesehatan reproduksi dirancang untuk digunakan dalam jangka waktu tiga bulan untuk
jumlah penduduk tertentu.Kebutuhan kit tergantung pada jumlah pengungsi, dan jenis
pelayanan yang akan diberikan dan perkiraan lamanya waktu mengungsi. Pendistribusian
kit kesehatan reproduksi harus diikuti dengan penjelasan kepada penerima tentang isi
kit, cara menyimpan dan penggunaannya. Harus diingat bahwa kit kesehatan reproduksi
terdiri dari alat dan obat yang sama dengan yang tersedia di fasilitas pelayanan
kesehatan. Perbedaannya adalah alat dan obat tersebut sudah dikemas sehingga
memudahkan petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan pada dalam
penanggulangan bencana.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 10 :
LOGISTIK KESEHATAN
REPRODUKSI PADA KIRIS KESEHATAN (SITUASI TANGGAP

Apabila terjadi bencanaberskala besar dimana dibutuhkan peralatan dan obat untuk
pelayanan kesehatan reproduksi yang mendesak dan kit belum tersedia, Dinas Kesehatan
setempat dapat mengajukan permohonan bantuan penyediaan kit kesehatan reproduksi
kepada Kementerian Kesehatan yang akan didatangkan dari Copenhagen, Denmark yang
merupakan gudang logistik untuk bantuan kemanusiaan internasional. Pada saat
memesan, rencanakan pendistribusiannya. Rencana tersebut yang meliputi kemana akan
dikirimkan, kondisi medan, alat transportasi yang akan digunakan dan gudang
penyimpanan sementara.Kit kesehatan reproduksi hanya dapat dipesan pada dalam
penanggulangan bencana.
Perlu dipertimbangkan bahwa pengajuan kebutuhan kit kesehatan reproduksi dilakukan
apabila memang benar benar dibutuhkan.Bila masih ada fasilitas pelayanan kesehatan
yang masih berfungsi, disarankan untuk dimanfaatkan secara optimal.Pemerintah/Dinas
Kesehatan setempat dapat menyediakan Kit kesehatan reproduksi dan bahan habis pakai
secara lokal sesuai pedoman.
Koordinator kesehatan reproduksi harus memastikan bahwa obat dan alat kesehatan
tersedia dan terintegrasi kedalam sistem pelayanan yang sudah ada. Selain itu,
Koordinator kesehatan reproduksi harus melakukan pengenalan singkat tentang isi dan
cara penggunaan kit kesehatan reproduksi serta memastikan kit tersebut digunakan.

Kit Kesehatan Reproduksi/Kit RH


Kit kesehatan reproduksi terdiri dari tigablok, masing-masingblok ditujukan
bagitingkat pelayanan kesehatanyangberbeda:
 Blok 1 : Tingkat masyarakat dan pelayanankesehatandasar untuk10.000
orang/3bulan
 Blok 2 : Tingkat pelayanan kesehatan dasar danrumah sakitrujukan untuk
30.000 orang/3 bulan
 Blok 3 : Tingkat rumah sakit rujukan untuk150.000 orang/3 bulan

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 10 :
LOGISTIK KESEHATAN
REPRODUKSI PADA KIRIS KESEHATAN (SITUASI TANGGAP

Blok1
Blok1 terdiridari6 kit (kit 0 sampai 5).Perlengkapan ini ditujukan untuk memberikan
pelayanankesehatanreproduksidi tingkatmasyarakat danperawatan kesehatan
dasar.Kitini berisi obat-obatandan bahanhabis pakai. Kit1, 2 dan3 terdiri dari dua bagian,
AdanB,yangdapatdipesan secaraterpisah.
Blok2
Blok2 terdiridari5 kit (kit 6 sampai 10)yangberisi bahan habis pakai danbahanyangdapat
digunakan kembali.Perlengkapan ini ditujukan untuk memberikan pelayanan kesehatan
reproduksi padatingkatpuskesmas ataurumah sakit.
Blok3
Blok3 terdiridari2kit (kit 11 dan 12) yangberisi bahanhabis pakai danperlengkapan yang
dapatdigunakan kembaliuntukmemberikan pelayananPONEKpadatingkatrujukan (bedah
caesar).Kit 11 terdiri dariduabagian, AdanB,yangdapatdipesan secaraterpisah.
KitKesehatan Reproduksi
BLOK 1
No Kit Nama Kit Kode Warna
Kit 0 Administrasi Oranye
Kit 1 Kondom Merah
 BagianA:kondomlaki-laki
 BagianB:kondom perempuan)
Kit2 KelahiranBersih(Perorangan) Birutua
 BagianA:kitpersalinanbersih
 Bagian B: untuk dukun bayi

Kit3 PascaPerkosaan Merah muda


 BagianA:PilKontrasepsidaruratdanpengobatanI
MS
 BagianB:PPP
Kit4 Kontrasepsioraldaninjeksi Putih
Kit5 Pengobatan IMS (InfeksiMenularSeksual) Birumuda/

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 10 :
LOGISTIK KESEHATAN
REPRODUKSI PADA KIRIS KESEHATAN (SITUASI TANGGAP

Turquoise
BLOK 2
Kit6 Kitpersalinan(FasilitasKesehatan) Coklat
Kit 7 AKDR Hitam
Kit8 PenanggulanganKomplikasiKegugurandanAborsi Kuning
Kit9 Menjahit Sobekan (leherrahim Ungu
danvagina)danPemeriksaanvagina
Kit10 Persalinandengan Vakum(Manual) Abu-abu
BLOK 3
Kit 11 Tingkat rujukan Hijaufluoresens
 Bagian A: peralatan
 Bagian B: obat-obatan dan bahan habis pakai
Kit 12 Transfusi Darah Hijau Tua

Contoh kemasan kit kesehatan reproduksi


CARA MENGHITUNG KEBUTUHAN KIT KESEHATAN REPRODUKSI
Kit kesehatan reproduksi sudah dirancang untuk sejumlah penduduk tertentu.Saat memesan Kit Kesehatan
Reproduksi tidak perlu menghitung jumlah masing-masing alat dan obat, tapi hanya diperlukan data jumlah
pengungsi saja.
Misalnya:
 Blok 1 untuk 10.000 penduduk selama 3 bulan.
Jika pengungsi sebanyak 50,000 orang maka kit yang akan dipesan sebanyak : 50.000 : 10.000 = 5 kit
 Blok 2 untuk 30.000 penduduk selama 3 bulan
Jumlah pengungsi: 50.000 maka kit yang akan dipesan adalah:
50.000 : 30.000 = 1.6  pesan 2 set
Kit tidak bisa dipesan sebanyak 1,5 melainkan harus dibulatkan dan sisa obat dan bahan habis pakai
bisa digunakan untuk waktu lebih dari 3 bulan.

Apabila masa tanggap darurat bencana telah lewat dan masih terdapat sisa alat, obat dan bahan habis pakai
dari kit kesehatan reproduksi maka harus diserahkan kepada Dinas Kesehatan setempat untuk diatur
pemanfaatannya sesuai dengan peraturan yangberlaku.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 10 :
LOGISTIK KESEHATAN
REPRODUKSI PADA KIRIS KESEHATAN (SITUASI TANGGAP

Gambar kit Kesehatan Reproduksi: Kit 0 -12


Kit 0 : Administrasi

Kit 1 : Kondom : bagian A dan B


Bagian A kondom laki-laki

Bagian B: kondom perempuan

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 10 :
LOGISTIK KESEHATAN
REPRODUKSI PADA KIRIS KESEHATAN (SITUASI TANGGAP

Kit 2 : Persalinan bersih, Individual

Kit 3 : Perawatan Pasca Perkosaan

Kit 4: Kit kontrasepsi oral dan suntik


 cycle Levonorgestrel 0.15mg+Ethinyloestradiol 0.03mg
 Leaflet penggunaan pil kombinasi
 Postinor 2
 Leaflet Kontrasepsi darurat
 Pill progestin
 Medroxyprogesterone Acetate Inj 150 mg/ 1 ml
 Spuit, disposable 2 ml
 Jarum, disposable, 21 G

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 10 :
LOGISTIK KESEHATAN
REPRODUKSI PADA KIRIS KESEHATAN (SITUASI TANGGAP

 Chlorhexidine sol. 1 L
 Safety box

Kit 5 : Pengobatan untuk Infeksi Menular Seksual

Kit 6 : Pertolongan persalinan diklinik

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 10 :
LOGISTIK KESEHATAN
REPRODUKSI PADA KIRIS KESEHATAN (SITUASI TANGGAP

Kit 7 : Alat Kontrasepsi dalam Rahim (IUD)

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 10 :
LOGISTIK KESEHATAN
REPRODUKSI PADA KIRIS KESEHATAN (SITUASI TANGGAP

Kit 8 : Penanganan Keguguran dan komplikasi aborsi

Kit 9 : Jahitan Sobekan (Vagina dan Leher rahim ) dan kit pemeriksaan vagina

Kit 10 : Persalinan dengan Ekstraksi Vakum

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 10 :
LOGISTIK KESEHATAN
REPRODUKSI PADA KIRIS KESEHATAN (SITUASI TANGGAP

Kit 11 : Rujukan untuk Kesehatan Reproduksi: Kit operasi sesar

Kit 12 : Transfusi darah

Logistik Kontrasepsi
Keluarga Berencana bukan merupakan bagian dari PPAM, tapi sangat penting untuk
memastikan kontrasepsi tersedia bagi pasangan yang sudah memakai alat kontrasepsi
sebelumnya untuk melanjutkan pemakaian KB.
Ada 2 kit di kit kesehatan reproduksi yang berupa alat kontrasepsi yaitu kit no 4:
kit kontrasepsi oral dan kit no 7 yaitu kit IUD.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 10 :
LOGISTIK KESEHATAN
REPRODUKSI PADA KIRIS KESEHATAN (SITUASI TANGGAP

Jumlah kit no 3 dan 7 yang dipesan adalah sesuai dengan jumlah pengungsi.

Bagaimanakah merencanakan distribusi Kit kesehatan reproduksi dalam situasi darurat


bencana?
Kit kesehatan reproduksi hanya dipakai dalam fase akut kondisi darurat saat alat dan
bahan tidak tersedia. Tidak dianjurkan untuk memesan kembali kit kesehatan reproduksi,
setelah situasi stabil gunakan proses dan jalur pengadaan lokal seperti pada saat situasi
normal.
Berdasarkan data inventarisasi kebutuhan maka disusunlah perencanaan pendistribusian
logistik dan peralatan kesehatan reproduksi.
Perencanaan pendistribusian terdiri dari data: siapa saja yang akan menerima bantuan,
prioritas bantuan logistik dan peralatan yang diperlukan, kapan waktu penyampaian,
lokasi, cara penyampaian, alat transportasi yang digunakan, siapa yang bertanggung
jawab atas penyampaian tersebut.

Maksud dan Tujuan Pendistribusian adalah :


a. Mengetahui sasaran penerima bantuan dengan tepat.
b. Mengetahui jenis dan jumlah bantuan logistik dan peralatan yang harus
disampaikan.
c. Merencanakan cara penyampaian atau pengangkutannya.

Bagaimanakah cara mendistribusian Kit kesehatan reproduksi dalam situasi darurat


bencana?
Berdasarkan data perencanaan pendistribusian, maka dilaksanakan pengangkutan.
Dukungan logistik dan peralatan yang dibutuhkan harus tepat waktu, tepat tempat, tepat
jumlah, tepat kualitas, tepat kebutuhan dan tepat sasaran, berdasarkan skala prioritas
dan standar pelayanan.
Jenis Pengangkutan terdiri dari angkutan darat, laut, sungai, danau dan udara, baik secara
komersial maupun non komersial yang berdasarkan kepada ketentuan yang berlaku.
Pemilihan moda angkutan berdasarkan pertimbangan: Situasi dan kondisi keadaan

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 10 :
LOGISTIK KESEHATAN
REPRODUKSI PADA KIRIS KESEHATAN (SITUASI TANGGAP

darurat, Kecepatan distribusi, Ketersediaan alat angkutan dan infrastruktur yang ada,
Kondisi wilayah asal dan tujuan, Efektifitas dan efisiensi, Keamanan dan keselamatan.
Inventarisasi kebutuhan, pengadaan, penyimpanan dan penyampaian sampai dengan
pertanggungan jawab logistik dan peralatan kepada yang terkena bencana memerlukan
bantuan dari pihak militer, kepolisian, badan usaha, lembaga swadaya masyarakat
maupun instansi terkait lainnya baik dari dalam maupun luar negeri, atas komando yang
berwenang serta memperhatikan rantai pasokan yang efektif dan efisien.

VII. RANGKUMAN :
 Untuk penerapan PPAM diperlukan dukungan ketersediaan logistik
 Logistik untuk penerapan PPAM terdiri dari:
o Individual kit
o Bidan Kit
o Kit Kesehatan Reproduksi
 Koordinator kesehatan reproduksi harus dapat menghitung kebutuhan logistik
kesehatan reproduksi pada saat bencana berdasarkan perkiraan lamanya waktu
mengungsi.
 kit kesehatan reproduksi terdiri dari alat dan obat yang sama dengan yang tersedia
di fasilitas pelayanan kesehatan. Perbedaannya adalah alat dan obat tersebut
sudah dikemas sehingga memudahkan petugas kesehatan dalam memberikan
pelayanan pada dalam penanggulangan bencana.

VIII. EVALUASI

Pada pelaksanaan evaluasi sesi, dosen/pengajr dapat menggali lebih dalam


pemahaman peserta didik dalam menangkap/menyerap materi yang diberikan.

Soal Cerita

Kejadian tsunami di Aceh adalah bencana berkala besar, dimana banyak


sekali fasilitas kesehatan yang hancur dan tenaga kesehatan termasuk bidan yang
menjadi korban. Setidaknya 20,000 pengungsi membuat pemukiman dekat desa
didaerah Aceh, sekitar 34 km dari perbatasan Aceh. Tidak sanggup
PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)
KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 10 :
LOGISTIK KESEHATAN
REPRODUKSI PADA KIRIS KESEHATAN (SITUASI TANGGAP

mengakomodasi kebutuhan pengungsi, pemerintah meminta bantuan


internasional.
Pengungsi tinggal di penampungan sementara yang dibuat dari rumput
ilalang, ranting dan beberapa daun pisang. Air diperoleh dari sungai Alam tidak
jauh dari camp, tetapi ada masalah dengan sumber air. Laporan menunjukkan
adanya sanitas yang buruk untuk pengungsi, PU sudah diminta untuk membuat
Toilet/WC dan menyusun titik distribusi air. Ada masalah dengan bahan untuk
memasak, tapi ada kayu dengan jarak sekitar 1 km, dimana perempuan dapat
pergi untuk mendapat kayu bakar. Pengungsi membawa beberapa bahan
makanan, tapi sudah habis. Penduduk lokal dan beberapa organisasi dari
pemerintah mencoba membantu dan WFP telah memulai jalur pendistribusian
makanan.
Masalah kesehatan di Aceh termasuk malaria, kolera, campak, tbc, HIV,
meningitis, diare, ISPA dan penyakit kulit. Meskipun belum ada survey yang
dilakukan, nampaknya malnutrisi merupakan masalah yang significant. Ada
peningkatan kasus trauma karena banyak orang datang dengan luka dan ada
laporan tentang perkosaan, penculikan perempuan, gadis remaja, anak laki-laki
dan perempuan oleh laki-laki bersenjata. Komplikasi kebidanan umum terjadi dan
meskipun angka kematian ibu tidak diketahui, ini dianggap cukup tinggi.
Transportasi ke daerah ini memungkinkan dengan jalur darat dan udara.
Semua adalah problematis sekarang ini. Jalan sekitar terkena banjir dan akses ke
beberapa daerah terputus untuk beberapa hari. .

Tugas anda

Pagi ini ada pertemuan koordinasi darurat antar lembaga. Anda diberi penjelasan
tentang kondisi seperti di atas dan diminta untuk membuat koordinasi Kesehatan
Reproduksi dan seksual bagi pengungsi di propinsi Aceh. Sebelum pertermuan
anda menemukan beberapa indikator.

Diskusikan langkah-langkah selanjutnya:

1. Prioritas Kesehatan Reproduksi apa yang harus diutamakan?

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 10 :
LOGISTIK KESEHATAN
REPRODUKSI PADA KIRIS KESEHATAN (SITUASI TANGGAP

2. Kit apa saja yang akan dipesan dan berapa banyak?

Jawab

1. Prioritas kesehatan yang harus di utamakan adalah:


a. Kekerasan berbasis gender (Gender Based Violence/GBV)
b. Infeksi menularseksual (IMS) dan Human Immunodeficiency Virus (HIV)
c. Kehamilan yang tidak diinginkan/abortus

2. Kit yang akan dipesan


Jika data riil tidak tersedia, maka perhitungan kebutuhan logistic untuk
pelayanan Kesehatan reproduksi dapat menggunakan estimasi statistic sbb:
a. Jumlah wanita usia subur : 25% dari jumlah pengungsi (untuk
menghitung kebutuhan pembalut wanita)
b. Jumlah ibu hamil:
1. Jika data angka kelahiran kasar (CBR = Crude Birth Rate) tersedia
gunakan CBR untuk Mengestimasikan jumlah ibu hamil.
Contoh:
Jumlah pengungsi : 20.000 jiwa
CBR: 35/1.000 kelahiran hidup
Estimasi jumlah ibu hamils elama 1 tahun: 35/1.000 x 20.000 = 700
ibu hamil
Estimasi jumlah ibu hamil per bulan: 700 : 12 bulan = 58 ibu hamil.
2. Jika data CBR tidak tersedia, estimasi jumlah ibu hamil adalah 4% dari
jumlah pengungsi
Estimasi jumlah ibu hamilselama 1 tahun: 4%x20.000= 800 ibu hamil
Estimasi jumlah ibu hamil per bulan = 800 : 12 bulan = 67 ibu hamil
3. Ibu hamil yang akan mengalami komplikasi adalah 15-20% dari total
jumlah ibu hamilsaatini, dan 5-7% dari ibu hamil akan membutuhkan
operasi sesar
4. Jumlah laki-laki yang aktif secara seksual: 20% dari pengungsi Dll.

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 10 :
LOGISTIK KESEHATAN
REPRODUKSI PADA KIRIS KESEHATAN (SITUASI TANGGAP

IX. DAFTAR PUSTAKA

 Kementrian Kesehatan, Buku pedoman nasional kesehatan reproduksi dap[ada


situais bencana, 2014
 Inter agency Working Group on Reproductive Health in Crises. 2010. Buku
Pedoman Lapangan Antar lembaga Kesehatan Reproduksi dalam Situasi Darurat
Bencana. Revisi untuk peninauan lapangan. Jakarta: Inter agency Working Group
on Reproductive Health in Crises.
 Departemen Kesehatan RI dan UNFPA. 2008. Pedoman Praktis Kesehatan
Reproduksi pada Penanggulangan bencana di Indonesia. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI dan UNFPA.
 UNFPA ,Buku manual Kit Kesehatan Reproduksi, , 2011

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 10 :
LOGISTIK KESEHATAN
REPRODUKSI PADA KIRIS KESEHATAN (SITUASI TANGGAP

LAMPIRAN
Latihan Logistik
Study kasus Nusantara dan Khatulistiwa
(diadaptasi dari the ICRC HELP course)

Laporan
Setelah terjadinya pertikaian kekerasan antara pemberontak Patriot dengan tentara
pemerintah di Nusantara, sejumlah penduduk Nusantara yang tidak diketahui mengungsi
melintasi batas ke Negara Khatulistiwa. Setidaknya 20,000 pengungsi membuat
pemukiman dekat desa Karimun, sekitar 34 km dari perbatasan Nusantara. Pengungsi
mendapat limpahan sumber daya bagi yang bermukim di kabupaten Buah Pinang. Tidak
sanggup mengakomodasi kebutuhan pengungsi, pemerintah Khatulistiwa meminta
bantuan internasional. Dalam waktu bersamaan pemerintah Khatulistiwa mencoba
melakukan mediasi dengan 2 pihak yang terlibat dengan konflik Nusantara.
Pengungsi tinggal di penampungan sementara yang dibuat dari rumput ilalang, ranting
dan beberapa daun pisang. Air diperoleh dari sungai Alam tidak jauh dari camp, tetapi
ada masalah dengan sumber air. Laporan menunjukkan adanya sanitas yang buruk untuk
pengungsi, Oxfam sudah diminta untuk membuat Toilet/WC dan menyusun titik
distribusi air.
Ada masalah dengan bahan untuk memasak, tapi ada kayu dengan jarak sekitar 1 km,
dimana perempuan dapat pergi untuk mendapat kayu bakar. Pengungsi membawa
beberapa bahan makanan, tapi sudah habis. Penduduk lokal dan beberapa organisasi dari
Khatulistiwa mencoba membantu dan WFP telah memulai jalur pendistribusian makanan.
Masalah kesehatan di propinsi termasuk malaria, kolera, campak, tbc, HIV, meningitis,
diare, ISPA dan penyakit kulit. Meskipun belum ada survey yang dilakukan, nampaknya
malnutrisi merupakan masalah yang significant. Ada peningkatan kasus trauma karena
banyak orang datang dengan luka dan ada laporan tentang perkosaan , penculikan
perempuan, gadis remaja, anak laki-laki dan perempuan oleh laki-laki bersenjata.
Komplikasi kebidanan umum terjadi dan meskipun angka kematian ibu tidak diketahui, ini
dianggap cukup tinggi..

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 10 :
LOGISTIK KESEHATAN
REPRODUKSI PADA KIRIS KESEHATAN (SITUASI TANGGAP

Ada beberapa pusat kesehatan dan pos kesehatan tersebar di sekitar 3 kabupaten di
propinsi Nagari. Pelatihan untuk pekerja Pelayanan Kesehatan Primer telah dilakukan di
Khatulistiwa beberapa tahun yang lalu, tapi jumlah yang sudah dilatih masih belum
memenuhi kebutuhan. Beberapa dukun bayi mendapat pelatihan sekitar 10 tahun yang
lalu. Beberapa organisasi mulai memberikan layanan kesehatan terbatas untuk pengungsi
(IRC, MSF, Betaland Red Cross, Islamic Relief). Sudah terjadi kekurangan obat dan
supplies yang cukup besar. Transportasi ke daerah ini memungkinkan dengan jalur darat,
kereta dan udara. Semua adalah problematis sekarang ini. Jalan sekitar Taruna terkena
banjir dan akses ke beberapa daerah terputus untuk beberapa hari.

Tugas anda:
Pagi ini ada pertemuan koordinasi darurat antar lembaga. Anda diberi penjelasan tentang
kondisi seperti di atas dan diminta untuk membuat koordinasi Kesehatan Reproduksi dan
seksual bagi pengungsi di propinsi Nagari. Sebelum pertermuan anda menemukan
beberapa indikator.
Diskusikan langkah-langkah selanjutnya:
3. Assessment apa yang harus dilakukan?
4. Prioritas Kesehatan Reproduksi apa yang harus diutamakan?
5. Kit apa saja yang akan dipesan dan berapa banyak?
6. Hitung kebutuhan ruangan untuk penyimpanan (dalam meter kubik)
7. Buatlah rencana distribusi untuk masing-masing kit, kemana lokasi pengiriman,
menggunakan alat transportasi apa termasuk mengidentifikasi partner yang akan
diajak bekerja sama. Buat table rencana distribusi dengan petanya.

Lakukan diskusi selama 45 menit dan tulis hasilnya dalam kertas flipchat untuk
dipresentasikan (15 menit)

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 10 :
LOGISTIK KESEHATAN
REPRODUKSI PADA KIRIS KESEHATAN (SITUASI TANGGAP

INDIKATOR KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK Nusantara

(Hampir seluruh data bertanggal mulai dari DHS terakhir 1998)


Indikator demografi dasar

Totalpopulasi 23300000
Rasio Jenis Kelamin(M:100F) 99,6% dari perempuan yang
berusia 15 – 49 24,6%
Persentase usia <5 tahun 20,1%
Totaltingkat kesuburan (perwanita) 7,1

Indikator Safe motherhood


Angka kelahirankasar (per1000populasi) 51
Angka kematian neonatal (0–4minggu)
(per1000kelahiran hidup) 25
Rasio kematian Ibu (per100.000kelahiran yang selamat) 1100(kisaran
perkiraan:9001200)
Resiko kematian ibu sepanjang hidup 1in11
Aborsi yang tidak aman (berbahaya) tidak tersedia
Anemiapada wanita hamil tidak tersedia

IMStermasuk HIV/AIDS
Dewasa yang mengidap HIV/AIDS(%) 9%(desa)–22%(kota)
Pria (15-49)yang melaporkan mengalami uretritispada akhir tahun (%)
11.7%(desa)–18.7%(kota)

Indikator KB
Prevalensi KB (semua metode)(%dari wanita 15–49)15%(1995)
Gabungan metode kontrasepsi
Kondom 10%

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 10 :
LOGISTIK KESEHATAN
REPRODUKSI PADA KIRIS KESEHATAN (SITUASI TANGGAP

Pil 7%
Injeksi/ Suntikan 28%
IUD0.4%
Sterilisasi Wanita 1%
Metode tradisional 53%

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
MATERI 10 :
LOGISTIK KESEHATAN
REPRODUKSI PADA KIRIS KESEHATAN (SITUASI TANGGAP

o0o

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
2
LAMPIRAN

1. Check List PPAM Kespro


2. Daftar Obat dan Alat Habis Pakai
3. Silabus
Lampir
LAMPIRAN
CHECK LIST UNTUK PPAM KESEHATAN REPRODUKSI
 Kumpulkan atau perkirakan informasi dasar demografi
- Jumlah Penduduk
- Jumlah Wanita Usia Subur
- Jumlah Pria Usia Subur
- Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate)
- Angka Kematian menurut Usia (Age-Specific Death Rate)
- Jumlah Wanita Hamil
- Jumlah Wanita Menyusui
 Pencegahan dan manajemen akibat kekerasan pada perempuan dan kekerasan seksual
- Sistem pencegahan kekerasan seksual sudah berfungsi
- Pelayanan kesehatan sudah mampu mengelola akibat kekerasan seksual
- Petugas dilatih atau dilatih ulang mengenai sistem pencegahan dan penanggulangan
kasus-kasus kekerasan seksual
 Pencegahan penularan HIV
- Bahan – bahan untuk penerapan kewaspadaan umum yang memadai telah disiapkan
- Kondom dibeli dan didistribusikan
- Petugas kesehatan dilatih dalam penerapan kewaspadaan umum
 Pencegahan peningkatan kesakitan dan kematian maternal dan bayi baru lahir
- Kit persalinan bersih untuk melahirkan tanpa nakes di distribusikan
- Kit persalinan untuk di fasilitas kesehatan atau sejenisnya sudah tersedia ditingkat
pelayanan dasar
- Kemampuan tenaga dinilai dan pelatihan dilaksanakan
- Sistem rujukan kedaruratan kebidanan berfungsi
 Perencanaan penyelenggaraan pelayanan kesehatan reproduksi komprehensif
- Informasi dasar dikumpulkan (mortalitas, prevalensi HIV, Contraseptive Prevalence Rate)
- Penentuan tempat untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan reproduksi
komprehensif
 Identifikasi organisasi dan individu untuk memudahkan pelaksanaan PPAM
- Koordinator umum kesehatan reproduksi telah siap dan berfungsi di bawah tim
koordinasi kesehatan
- Focal point kesehatan reproduksi di tempat penampungan pengungsi dan organisasi
pelaksanan telah siap
- Petugas dilatih dan dibuat peka terhadap aspek – aspek teknis, kultur, etika, keagamaan,
hukum kesehatan reproduksi serta kesadaran akan masalah gender
- Bahan – bahan untuk implementasi PPAM sudah tersedia dan dipakai

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM) KESEHATAN
REPRODUKSI PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
Lampir

LAMPIRAN

ALAT, OBAT-OBATAN DAN BAHAN HABIS PAKAI


UNTUK PERSALINAN NORMAL

1. Alat – alat untuk Persalinan Normal di Pos Kesehatan


a. Peralatan Umum
- Sphygmomanometer
- Stetoscope
- Basin Kidney (2 buah)
- Thermometer Clinic Oral/Rectal (4 buah)
- Surgeons Hand Brush
- Utility Apron
- HB Meter Sahli
- Inkubator
- Ambu Bag
- Tabung Oxygen dan regulator
b. Peralatan Persalinan
- Gunting tali pusat
- Gunting Curved Mayo
- Forceps Spring Type
- Stainless Steel Instrument Box
- Klem Kelly (2 buah) atau Kocker
- Benang untuk mengikat umbilical cord
- Katheter Female Urethral Disposable 12 FR
- Klem ½ Kocker atau Kelly
- Sarung tanganSTT (Desinfektan tingkat tinggi)
- Kateter penghisap lendir Dee Lee
- Partograf
- Thermometer
- Fetoscope/Stetoscope Laenec/Alat Dopler
- Jarum Suntik
- Pemegang Jarum
- Pinset
- Benang Catgut
- Jam dengan jarum detik
- Celemek
- Perlak untuk alasp persalinan
- Timbangan Bayi
- Meteran Kain
- Kantong Plastik
c. Peralatan Sterilisasi (sama dengan Kit no. 6 UNFPA)
- Sterilisator, kerosane single burner pressure (2 buah)
- Sterilizer dressing (1 buah)
- Autoclav tape (3 buah)
- Timer (1 buah)

d. Peralatan Pencahayaan
- Lampu Frontal dengan adaftor untuk 4 battery R6
- Battery, dry cell, R6, alkaline 1,5 V (10 buah)
- Kerosene stormlamp + extra socks

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN
REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
Lampir

2. Alat untuk
Persalinan Normal di Rumah (tidak ada tenaga kesehatan)
(Jika tidak ada tenaga kesehatan, ibu dibekali dengan kit persalinan normal (sama dengan sub kit
no. 2 UNFPA)
- Sabun
- Plastik
- Gunting (Razor Blade)
- Benang untuk mengikat umbilical cord
- Lembaran gambar instruksi (Pictorial Instruction Sheet)
- Kain Katun 2 M x 1M

3. Obat dan bahan


habis pakai untuk persalinan normal per orang
- Sabun dan Detergent
- Sarung Tangan
- Syringe 50 ml (2 buah)
- Suture syntetic sterile (absorbable) sertix semi-circled, rounded 3/8, 2/0 (36 buah)
- Gauze – pad sterile 12-PYL 76x76 mm (20/pck) (10 bungkus)
- Canulla IV 20G (25 buah)
- Plaster, adhesive tape, roll 2cm x 20 (3 buah)
- IV-infusion set (5 buah)
- Syringes 10 ml, disposable/needles 21G (20 buah)
- Syringes 2 ml, disposable/needles 21 G (50 buah)
- Needle hypo disposable 18 G (100 buah)
- Cotton wood absorbent, non sterile, 100g (14 buah)
- Bumboxes for safe needle disposal (6 buah)
- Betadine
- Alkohol 70%

4. Bahan – bahan
yang harus disiapkan ibu untuk melahirkan di rumah/fasilitas kesehatan
- Baju, sarung, celana dalam, handuk, kain penyeka (waslap)
- Sabun, baskom isi air matang, pembalut
- Handuk bersih dan selimut untuk bayi, topi bayi
- Kantong plastik atau pot tanah liat untuk ari – ari
- Keranjang sampah tertutup (jika melahirkan dirumah)

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN
REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
Lampir

OBAT DAN BAHAN HABIS PAKAI


UNTUK KOMPLIKASI PERSALINAN (KEGAWATDARURATAN) PER ORANG

Jumlah penduduk pengungsi diperkirakan 4.000 Jiwa


Jumlah ibu hamil 2,7% dari jumlah penduduk
Proporsi ibu hamil yang beresiko 20%

Jumlah ibu resiko tinggi 0,2 x 0,027 x 4.000 = 22


Perdarahan 0,4 x 22 =9
Pre/eklampsi 0,2 x 22 =5
Infeksi 0,2 x 22 =5
Anafilaktik shock 0,1 x 22 =3
Robekan jalan lahir 0,6 x 0,027 x 22 = 65

Kebutuhan obat dan bahan habis pakai kegawatdaruratan sebagai berikut:


a. Perdarahan : 9 Kasus
Ringer laktat /NACL 4x9 = 52 botol
Dextran 70-larutan infus 6% steril 1x9 = 9 botol
Ergometrin 1x9 = 9 ampul
Oxytocyn 1x9 = 9 ampul

b. Pre – eklamsia/ eklamsia : 5 kasus


Glukose 5% 4x3 = 12 botol
Diazepam 20 mg injection 1x3 = 3 ampul
Magnesium Sulfat 20 ml – 20% 6x3 = 18 Falcon
Fenobarbital 100 mg 15 x 5 = 75 tablet
Fenobarbital Supp 2x3 = 6 Supp
Calcium Gluconas 1x3 = 3 Ampul
Methyl Dopa Tablet 125mg 60 x 5 = 300 Tablet

c. Infeksi : 5 kasus
Ampicillin 1 g – p.e 3 x5 = 15 botol
Ampicillin 500 mg p.o 20 x 5 = 100 Tablet
Fenobarbital 30 mg p.o 10 x 5 = 50 tablet
Oxitocin 1 x 5 = 5 ampul
Dextrose 5% 1 x 5 = 5 botol
Kotrimoksasol 20 x 5 = 100 tablet

d. Anafilatik Shock : 3 kasus


Adrenalin injection 2x3 = 6 Ampul
Dexamethason 2x3 = 6 Ampul
Diphenhidramin 2x3 = 6 Ampul
NaCl Infus 2x3 = 6 Botol

e. Robekan Jalan Lahir : 65 kasus


Jarum jahit 9-12 = 1 box
Benang sutera = 3 box
Benang catgut = 3 box
Oxytocin 2 x 65 = 130 Ampul

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN
REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
Lampir

Lidocain Injection = 2 box


Ampicilin 500mg 2 x 65 = 1.300 tablet
Thiamine 50mg 9 x 65 = 585 Tablet
Parasetamol 500mg 16 x 65 = 1040 tablet
Betadine 120 ml = 12 botol
Plester = 6 rol
Kasa Pembalut 200 x 80 cm = 15 buah
Alat suntik 2,5 ml = 100 buah
Infusion set dewasa = 20 set
Aquaset steril 500ml = 2 botol
Aquadest pro injection 20 ml = 20 flacon

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN
REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI
SILABUS
MATA KULIAH : Paket Pelyanan Awal Minimum (PPAM) Kesehatan Reproduksi pada situasi darurat bencana
KODE MATA KULIAH : BD.
BEBAN STUDI : 2 SKS ( T : 1 , P : 1 )
PENEMPATAN : SEMESTER…….
PENGAJAR :
KOORDINATOR MATA AJAR :

A. DESKRIPSI MATA KULIAH


Mata kuliah ini membahas tentang kesehatan reproduksi dalam situasi darurat bencana yang meliputi konsep Paket Pelayanan Awal Minimum Kesehatan Reproduksi pada
situasi darurat bencana, Kebijakan Kesehatan Reproduksi pada situasi darurat bencana, Mekanisme Koordinasi untuk Implementasi Paket Pelayanan Awal minimum (PPAM)
pada situasi darurat bencana, Kesehatan Reproduksi Remaja pada situasi darurat bencana, Pencegahan IMS&HIV pada situasi darurat bencana, Pencegahan Kesakitan dan
Kematian Maternal dan Neonatal pada situasi darurat bencana, Keluarga Berencana pada situasi darurat bencana, Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual Berbasis
Gender/Seksual Gender Basic Violence (SGBV) pada situas darurat bencana, Asuhan Pasca Keguguran pada situasi darurat bencana serta Suplai dan Logistik Kesehatan
Reproduksi pada situasi darurat bencana.

B. KOMPETENSI

C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari modul ini peserta didik diharapkan mampu:
1. Memahami definisi PPAM, pentingnya PPAM kesehatan reproduksi, komponen-komponen dalam PPAM dan cara mengakses informasi PPAM dalam situasi darurat
bencana
2. Menjelaskan kebijakan pemerintah tentang pelayanan kesehatan reproduksipada situasi darurat bencana
3. Memahami mekanisme koordinasi pada situasi pada situasi darurat bencana yang berfokus pada kesehatan reproduksi dan seksual, kesehatan seksual berbasis
gender dan HIV
4. Melaksanakan kesehatan reproduksi remaja pada situasi darurat bencana
5. Mengidentifkasi tentang penularan infeksi menular seksual pada situasi darurat bencana
6. Melaksanakan pencegahan kesakitan dan kematian maternal dan neonatal pada situasi darurat bencana
7. Melaksanakan pelayanan KB dalam situasi darurat bencana
8. Mengidentifikasi pencegahan kekerasan berbasis gender pada situasi darurat bencana
9. Memberikan asuhan pasca keguguran pada situasi darurat bencana
10. Mendistribusikan suplai dan logistik kesehatan reproduksi yang dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan reproduksi dalam situasi darurat bencana

D. POKOK BAHASAN
1. Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM) Kesehatan Reproduksi pada situasi darurat bencana
2. Kebijakan kesehatan reproduksi dalam situasi darurat bencana
3. Mekanisme koordinasi untuk implementasi Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM) pada situasi darurat bencana
4. Kesehatan reproduksi remaja pada situasi darurat bencana
5. Pencegahan IMS & HIV pada situasi darurat bencana
6. Pencegahan kesakitan dan kematian maternal dan neonatal pada situasi darurat bencana
7. Keluarga Berencana pada situasi darurat bencana
8. Pencegahan dan penanganan kekerasan sesual berbasis gender/Seksual Gender Basic Violence (SGBV) dalam situasi darurat bencana
9. Asuhan Pasca Keguguran dalam Situasi Darurat Bencana
10. Suplai dan logistik kesehatan reproduksi dalam situasi darurat bencana

E. METODA PEMBELAJARAN
1. Kuliah Interaktif
2. Tutorial
3. Role Play
4. Studi Kasus
5. Simulasi / Demonstrasi
6. Diskusi kelompok
7. Menonton video

F. WAKTU DAN TEMPAT PERKULIAHAN


Waktu Perkuliahan :
Ujian Tengah Semester :
Ujian Akhir Semester :
G. EVALUASI
UTS :
UAS :
Penugasan :
Kehadiran :
Presentasi :

H. BUKU SUMBER
1. Pedoman Lapangan Antar-lembaga Kesehatan Reproduksi dalam situasi darurat bencana: Revisi untuk peninjauan lapangan (2010)
2. UNFPA, IPPF, UNSW, (2009) Facilitor’s Manual : Training on the Minimum Initial Service Package (MISP) for Sexual and Reproductive Health in Crises, A Course fo
SRH Coordinators
3. Inter agency Working Group on Reproductive Health in Crises. 2010. Buku Pedoman Lapangan Antar lembaga Kesehatan Reproduksi dalam Situasi Darurat Bencana.
Revisi untuk peninauan lapangan. Jakarta: Inter agency Working Group on Reproductive Health in Crises.
4. Departemen Kesehatan RI dan UNFPA. 2008. Pedoman Praktis Kesehatan Reproduksi pada Penanggulangan bencana di Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan
RI dan UNFPA.
5. Women Commision. 2007. Paket Pelayanan Awal Minimum Untuk Kesehatan Reproduksi Dalam situasi Krisis. Modul pembelajaran jarak jauh. http://
www.womenscommission.org.
6. UNFPA dan WHO. 2008. Buku pedoman, RH Kit Antar Lembaga dalam Situasi Krisis. Jakarta: UNFPA dan WHO.

KETERANGAN :
Uraian beban studi
2 SKS ( T : 1, P: 1) : T = 1T x 1 jam x 16 Minggu = 16 Jam
P = 1 P x 2 jam x 16 Minggu = 32 Jam
PENJABARAN SILABUS
P= PERTEMUAN, T = Teori, Pr = Praktik
WAKTU HARI/
P TIK POKOK/SUB POKOK BAHASAN METODE PENGAJAR
T Pr TANGGAL
1 2 1 Peserta didik diharapkan mampu 1. Menjelaskan definisi PPAM kesehatan reproduksi
memahami definisi PPAM, pentingnya dalam situai darurat bencana
PPAM kesehatan reproduksi, komponen- 2. Menjelaskan pentingnya PPAM kesehatan
komponen dalam PPAM dan cara reproduksi dalam situasi darurat bencana
mengakses informasi PPAM dalam situasi 3. Menjelaskan komponen-komponen dalam PPAM
darurat kesehatan reproduksi dalam situasi darurat
bencana
4. Menjelaskan cara mengakses Informasi PPAM
kesehatan reproduksi dalam situasi darurat
bencana

2 3 1 Peserta didik diharapkan mampu 1. Menjelaskan definisi kesehatan reproduksi


menjelaskan kebijakan pemerintah 2. Menjelaskan hak-hak reproduksi,
tentang pelayanan kesehatan reproduksi 3. Menjelaskan ruang lingkup kesehatan reproduksi,
pada situasi darurat bencana 4. Menjelaskan masalah kesehatan reproduksi pada
situasi darurat
5. Menjelaskan kebijakan dan strategi nasional
tentang pelayanan kesehatan reproduksi pada
situasi darurat bencana
WAKTU HARI/
P TIK POKOK/SUB POKOK BAHASAN METODE PENGAJAR
T Pr TANGGAL
3 2 2 Peserta didik diharapkan mampu 1. Menjelaskan mekanisme koordinasi kesehatan
memahami mekanisme koordinasi pada reproduksi dalam situasi darurat bencana
situasi darurat bencana yang berfokus 2. Menjelaskan tugas koordinator kesehatan
pada kesehatan reproduksi dan seksual, reproduksi dalam situasi darurat bencana
kesehatan seksual berbasis gender dan 3. Mendemonstrasikan mekanisme koordinasi
HIV kesehatan reproduksi dalam situasi darurat
bencana

4 2 2 Peserta didik diharapkan mampu


Melaksanakan kesehatan reproduksi 1. Memahami Remaja pada situasi pengungsian
remaja pada situasi darurat bencana 2. Menjelaskan Prinsip pelayanan kesehatan
peduli remaja
3. Menilai kebutuhan kesehatan reproduksi
remaja
4. Menanggapi kebutuhan kesehatan reproduksi
remaja
5. Memahami Program berbasis masyarakat dan
pendidik sebaya
WAKTU HARI/
P TIK POKOK/SUB POKOK BAHASAN METODE PENGAJAR
T Pr TANGGAL
5 2 4 Peserta didik diharapkan mampu 1. Menjelaskan hubungan antara penularan
mengidentifikasi tentang pencegahan HIV/AIDS, IMS dan Kekerasan Seksual serta
penularan infeksi menular seksual pada relevansinya dengan situasi darurat bencana
situasi bencana 2. Mengidentifikasi strategi yang sesuai untuk
penerapan dan dipertahankannya penerapan
Kewaspadaan Universal
3. Mengidentifikasi strategi untuk memastikan akses
terhadap kondom gratis di situasi darurat
bencana
4. Mengidentifikasi strategi untuk memastikan
transfusi dan aman
5. Pemantauan IMS dalam Situasi Bencana

6 1 6 Peserta didik mampu melaksanakan 1. Merencanakan layanan kesehatan maternal dan


pencegahan kesakitan dan kematian neonatal komprehensif pada kondisi darurat
maternal dan neonatal pada situasi bencana.
darurat bencana
2. Mengidentifikasi hambatan-hambatan kunci yang
berdampak pada kematian maternal dan
neonatal

3. Merencanakan sistem rujukan untuk memfasilitasi


transportasi dan komunikasi dari masyarakat ke
puskesmas dan antara puskesmas dan rumah sakit.

4. Menyiapkan kit persalinan bersih

5. Melakukan pertolongan persalinan dalam situasi


darurat bencana
WAKTU HARI/
P T Pr TIK POKOK/SUB POKOK BAHASAN METODE PENGAJAR
TANGGAL
7 1 4 peserta didik mampu melaksanakan 1. Menjelaskan pengertian dan tujuan KB dalam
pelayanan KB dalam Situasi Darurat Situasi Darurat Bencana.
Bencana. 2. Melakukan Needs Assessment.
3. Menjelaskan layanan KB berkualitas tinggi.
4. Merancang layanan KB.
5. Mengidentifikasi kebutuhan Sumber Daya
Manusia (SDM)
6. Melaksanakan Komunikasi, informasi dan Edukasi
(KIE).
7. Melaksanakan pelayanan KB.
8 1 4 Peserta didik diharapkan mampu 1. Menguraikan definisi kekerasan seksual berbasis
mengidentifikasi pencegahan kekerasan gender
berbasis gender pada situasi bencana. 2. Mengidentifikasi tindakan yang termasuk
kekerasan seksual
3. Menjelaskan alasan pentingnya SGBV
4. keterkaitan antara SGBV dan pelanggaran hak
asasi manusia
5. Menjelaskan akar masalah, faktor resiko dan
konsekuensi dari SGBV
6. Mengidentifikasi klien yang beresiko mengalami
SGBV
7. Mengidentifikasi pelaku pada SGBV
8. Mengidentifikasi waktu terjadinya situasi dan
kondisi yang beresiko SGBV
9. Menjelaskan alasan tidak dilaporkannya SGBV
10. Menjelaskan pemantauan yang dilakukan pada
SGBV
11. Mengidentifikasi tindakan pencegahan dan respon
pada SGBV yang membutuhkan tindakan yang
terkoordinasi dan multisektor
12. Menjelaskan pedoman prinsip penanganan
kekerasan sesksual dalam situasi bencana
WAKTU HARI/
P TIK POKOK/SUB POKOK BAHASAN METODE PENGAJAR
T Pr TANGGAL
9 1 2 Peserta Didik mampu memberikan Asuhan 1. Memberikan Konseling, Informed consent dan
Paska Keguguran pada Situasi Darurat penilain klinis
Bencana. 2. Melakukan Pencegahan Infeksi, Mengatasi Rasa
Nyeri dan Asuhan Paska Keguguran.
3. Menjelaskan Pencegahan Tetanus Serta Mengatasi
Komplikasi.
4. Memberikan Konseling Paska Keguguran dan
Tindak Lanjut.
10 1 4 peserta didik mampu mendistribusikan
suplai dan logistik kesehatan reproduksi 1. Menjelaskan tentang Kit kesehatan reproduksi
yang dibutuhkan untuk pelayanan dalam situasi darurat bencana
kesehatan reproduksi dalam situasi 2. Menghitung kebutuhan Kit kesehatan reproduksi
darurat bencana dalam situasi darurat bencana
3. Membuat perencanaan tentang distribusi Kit
kesehatan reproduksi dalam situasi darurat
bencana
4. Melakukan pendistribusian Kit kesehatan
reproduksi dalam situasi darurat bencana

∑ 16 Jam 32 Jam
UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih kami haturkan kepada seluruh pihak yang telah memfasilitasi dan
meluangkan waktu serta tenaga pada masa Briefing dan Pelaksanaan Ujicoba Modul
Bahan Ajar PPAM.

1. Ibu Ketua Prodi DIII Kebidanan Poltekkes Aceh


2. Ibu Tjut Maemunah Poltekkes Aceh
3. Ibu Lia Lajuna Poltekkes Aceh
4. Ibu Silfina Indriani Akbid Alifah Padang
5. Ibu Monarisa Akbid Alifah Padang
6. Ibu Ika Putri R Akbid Alifah Padang
7. Ibu Afrifa Esa P Akbid Alifah Padang
8. Ibu Djusmanidar Akbid Alifah Padang
9. Ibu Kasjati Kajur Kebidanan Poltekkes Surabaya
10. Ibu Dwi Purwanti Kabid Sutomo PJMK Poltekkes Surabaya
11. Ibu Susilorini Kaprodi DIII Kebidanan Poltekkes Surabaya
12. Ibu Evi Pratami Poltekkes Surabaya
13. Ibu Netti Herlina Poltekkes Surabaya
14. Ibu Bringiwatty Batbual Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kupang
15. Ibu Agustina Abuk Seran Akademik Poltekkes Kupang
16. Ibu Matje Huru Penanggung Jawab Klinik dan Asrama
Poltekkes Kupang
17. Ibu Serlyansie Boimau Penanggung Jawab Laboratorium
Poltekkes Kupang
18. Ibu Ignasensia Sua Misory Poltekkes Kupang
19. Ibu Betty A. Sahertian Poltekkes Ambon
20. Ibu Nursanti Sopaliuw Poltekkes Ambon
21. Ibu Intan Maria Bolisara Poltekkes Ambon
22. Ibu Susana Hattu Poltekkes Ambon
23. Ibu Sri Juliani Atmauar Poltekkes Ambon
24. Ibu Subaeda Poltekkes Ambon
25. Ibu Mutia Bin Tahir Poltekkes Ambon
26. Ibu Leonara Mailoa Poltekkes Kemenkes Ambon
27. Ibu Wa Ode Rahmawati Poltekkes Kemenkes Ambon
28. Ibu Anjarwati Stikes Aisiyah Yogyakarta
29. Ibu Ismarwati Stikes Aisiyah Yogyakarta
30. Ibu Putri Rahmasari Stikes Aisiyah Yogyakarta
31. Ibu Kharisah Diniyah Stikes Aisiyah Yogyakarta
32. Ibu Yekti Satriandari Stikes Aisiyah Yogyakarta
33. Ibu Farida Kartini Stikes Aisiyah Yogyakarta

PANDUAN PENGAJAR | MODUL BAHAN AJAR PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO) PADA KRISIS KESEHATAN
(SITUASI TANGGAP DARURAT BENCANA)
Ucapkan terima kasih kami sampaikan pula kepada adik – adik mahasiswi
kebidanan terkasih di 6 sekolah tempat ujicoba modul dilaksanakan.

JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES ACEH AKBID ALIFAH PADANG

JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES SURABAYA STIKES AISYIYAH JOGYAKARTA

POLTEKKES KUPANG POLTEKKES AMBON

Anda mungkin juga menyukai