Anda di halaman 1dari 43

REFORMASI KUA DAN SOLUSI PERMASALAHAN BANGSA

1
2

BAB I
PENADAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pada ahir tahun 2012, Kantor Urusan Agama (KUA) dan penghulu sempat menjadi
buah bibir masyarakat. Hampi semua media, baik cetak maupun elektronik membicarakan
KUA dan penghulu. Ini bermula dari hasil survey Indeks Integritas Nasional (IIN) tahun
2012 yang dirilis oleh KPK, bahwa nilai KUA renah (6,07). .Kemudian hal ini ditanggapi
dengan pernyataan-pernyataan kontroversial dari para pejabat Kemenag, terutama Irjen
Kemenag ,Dr. H.M.Jasin. Beliau mengatakan ,bahwa pemberian uang kepada para penghulu
pada saat menhadiri akad nikah termasuk pungli atau gratifikasi alias korupsi. 1 Pernyataan
beliau ini kontan saja menggemparkan masyarakat dan memanaskan kuping para
penghulu/kepala KUA, bagaikan petir di siang bolong.. Hampir semua media, baik cetak
maupun elektronik mengutip pernyataan beliau. Banyak penghulu/kepala KUA -termasuk
penulis- yang sempat mogok khutbah/ceramah , karena merasa malu. Masalah ini terus
berlanjut sampai menucul berbagai gagasan untuk mengatasinya agar KUA terhindar dari
praktek kurupsi, juga pada saat yang sama kesejahateraan para penghulu dapat meningkat.
Masalah ini memang penting untuk segera dituntaskan.,
Selain masalah di atas, ada dua masalah yang lebih penting lagi. Pertama, KUA yang
kurang strategis dan permasalahan umat atau bangsa kita. Penulis sependapat dengan
pernyataan Dirjen Bimas Islam, H.Abdul Djamil, peran KUA seolah identik dengan tukang
menikahkan dan baca do’a.2 Kedua, Indosesia merupakan merupakan negara terbesar umat
Islamnya di dunia. Berdasarkan laporan BPS tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia ini
mencapai 237.641.326 jiwa. Dari jumlah itu, 207.176.162 atau sekitar 85.1 persen adalah
umat Islam. Akan tetapi, kebesaran Negara Indonesia ini sayang sekali belum diimbangi
dengan kualitas sumber daya manusianya. Akibatnya, dewasa ini Indonesia masih termasuk
negara berkembang. Pembangunan di bidang ekonomi dan pendidikan berjalan lamban,
kalah oleh negara kecil , seperti Singapura, Malaysia dan lainnya.Pengolahan sumber daya
alam masih banyak melibatkan pihak asing, sehingga kekayaan alam yang besar itu kurang
optimal dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Indonesia sendiri.
Pada saat yang sama, rintangan atau rongrongan lainnya juga tidak pernah berhenti.
Dalam hal stabilitas keamanan, kita masih mendapat rintangan, seperti gerakan separatis,
1
Laporan Utama, Ikhlas Beramal Edisi 78 (2013), p.10
2
Sajian Utama, Perkawinan & Keluarga Np.482 (2013) p.4

[Type text] Page 2


3

teroris dan upaya pihak luar yang mengganggu Negara Kesatuan Republik
Indonesia(NKRI). Dalam social kemasayarkatan kita menghadapi kejahatan peredaran
narkoba, pornografi/fornoaksi, aborsi, korupsi, aliran sesat , perceraian dan kekerasan dalam
rumah tangga semakin meningkat, liberalisasi dan lainnya.
Pembangunan bidang ekonomi, pada tahun 2013 Indonesia menempati urutan 16
dunia, tetapi utang luar negerinya mencapai Rp. 2.273,76 trilyun.3 Di bidang Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) kita masih berada pada posisi 121 dunia. 4 Lebih menyedihkan
lagi, konon di Timur Tengah ketika disebut Indonesia, terkenal dengan TKW-nya. Semua itu
merupakan “PR” atau permasalahn bangsa , baik bagi pemerintah khususnya maupun bagi
masyarakat Indonesia pada umumnya. Untuk mengatasi persmasalahn bangsa ini perlu ada
terobosan-terobosan, berupa gagasan pemikiran dan aksi nyata.
Salah satu terobosan di atas, hemat penulis adalah dengan meningkatkan peran strategis
KUA... Keberadaan KUA yang merupakan ujung tombak Kementerian Agama selama ini
masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Keberadaan KUA seolah identik dengan
urusan sebatas pernikahan. Sementara urusan lain seperti pemberdayaan zakat, wakaf,
keluarga sakinah, pembinaan jamaah haji.dan lainnya seolah luput dari perhatian
publik.Pandangan masyarakat itu memang tidak sepenuhnya kesalahan masyarakat, tetapi
juga kelemahan dari potensi yang ada di KUA. Sebagian besar gedung KUA kurang
refsentatif, bahkan masih ada yang ngontrak. SDM-nya banyak yang kurang memadai, baik
kuantitas maupun kualitasnya. Banyak KUA yang PNS-nya hanya 1 orang, yakni kepalanya,
sementara pelaksana diisi oleh tenaga honorer.Ini sungguh menyedihkan. Ini sesuatu yang
inpossible untuk pelayanan prima kepada masyarakat secara optimal.

3
Detik Finance, Senin, 28/10/2013 11:56 WIB Utang Pemerintah Indonesia Kini Capai Rp 2.273 Triliun
http://finance.detik.com/read/2013/10/28/115654/2397116/4/utang-pemerintah-indonesia-
kini-capai-rp-2273-triliun

4
Voice of America/Bahasa Indonesia, Minggu, 24 Nopember 2013 Waktu Washington, DC: 23:20 :
UNDP: Nilai Indeks Pembangunan Manusia Indonesia Naik
http://www.voaindonesia.com/content/undp-indeks-pembangunan-indonesia-naik/
1624179.html

[Type text] Page 3


4

Untuk meningkatkan peran KUA dalam pelayanan masyarakat secara optimal dan
mengatasi permasalahan bangsa di atas, -hemat penulis- KUA perlu direformasi dalam
berbagai aspek, abik tupoksi, organisasi maupun anggaran biaya.. Tulisan ini akan mencoba
untuk mengkaji keberadaan KUA dan masalahnya dewasa ini . Kemudian, KUA model
bagaimana yang dapat ikut berperan dalam mengatasi permasalahan bangsa di atas? Juga
pada saat yang sama, KUA lebih berwibawa di tengah-tengah masyaraka, tidak seperti
penulis gambarkan di atas.t. Ini akan penulis uraian pada Bab II dan Bab III..

B. Identifikasi Masalah

1. KUA kecamatan masih belum optimal dalam pelayanan kepada masyarakat. Hal ini
karena keterbatasan, baik SDM, fasilitas maupun anggaran biaya.

2. Peran KUA dalam social kemasyarakatan masih belum optimal. Tupoksi KUA
dewasa ini perlu dikaji ulang, karena sudah tidak sesuai dengan tuntutan zaman. Ini
mengingat banyak permasalahn bangsa (umat) yang perlu segera diatasi, seperti rongrongan
keamanan, dekadensi moral dan lainnya..Oleh karena itu, tupoksi KUA perlu ditingkatkan
agar banyak berperan dalam mewujudkan masyarakat yang nasionalis-religieus sesuai
dengan konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dengan kata lain, KUA perlu
direformasi secara total

3.. Konsep KUA yang ideal perlu disusun sesuai dengan perkembangan zaman.

4. Permasalahan bangsa yang juga masalah umat , sepertri perceraian, KDRT,


penyimpangan sexual,pornografi, penyalahgunaan narkoba dan miras, korupsi, teroris .
kemiskinan dan lainnya perlu segera diatasi. Salah satunya adalah dengan meningkatkan
peran KUA di masyarakat.

C. Pembatasan Masalah

Masalah penelitian dalam tulisan ini, penulis membatasi masalah pada kondisi
KUA ,tupoksi dan anggaran biaya yang ada saat ini. Kemudian penulis mencoba
menawarkan konsep KUA yang ideal sesuai dengan perkembangan zaman dalam bingkai
NKRI. Selain itu, permasalahan bangsa dewasa ini yang sangat mendasar perlu dipikirkan
solusinya, serta KUA diharapkan dapat berperan dalam menyelesaikan permasalahan bangsa
tersebut.

[Type text] Page 4


5

D. Perumusan Masalah

1. Bagaimana kondisi obyektif KUA kecamatan di Indonesia?

2. Apa saja tupoksi KUA dewasa ini? Apakah tupoksi ini masih sesuai dengan tuntutan
zaman?

3.Apakah anggaran KUA yang disediakan pmerintah desawa ini sudah memadai?

4. Perlukah KUA direformasi secara total? Kalau perlu, model KUA bagaimana yang ideal,
sesuai dengan tuntutan zaman?

5. Apa saja yang menjadi permasalahan bangsa yang sangat mendasar dewasa ini? Apakah
KUA dapat berperan dalam menyelesaikan permasalahan tersebut?

E. Metode Penlitian

Penelitian yang penulis gunakan dalam tulisan ini adalah metode penelitian kualitatif,
dengan langkah-langkah:

1.Pengkajian literatur, berupa buku bacaan, majalah, surat kabar artikel dan media online.

2. Pengalaman dan pengamatan penulis terhadap kinerja dan keberadaan KUA.

3. Menghimpun komentar tentang KUA dari para nara sumber, seperti para pejabat di
lingkungan Kementerian Agama .

4. Menganalisis data hasil penelitian dan merumuskan gagasan penulis tentang reformasi
total KUA dan solusi dalam mengatasi permasalahan bangsa.

F. Kegunaan Penelitian.

Peneliian ini insya Allah akan bermanfaat untuk kelangsungan pembangunan secara
umum. Di samping itu, penelitian ini akan bermanfaat secara khusus di lingkuangan
kementerian agama, di antaranya:

1. Mengokohkan eksitensi Kementerian Agama dalam struktur Pemerintahan RI.

2. Mengokohkan eksitensi KUA dalam struktur otganisasi Kementerian Agama

[Type text] Page 5


6

3. Mingkatkan peran dan wibawa KUA di masyarakat;

4. Meningkatkan kesejahteraan pegawai KUA

5. Mencari solusi permasalahan bangsa (umat).

6. Mengokohkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

BAB II

KONDISI OBYEKTIF KUA DAN PERMASALAHAN BANGSA

[Type text] Page 6


7

A. Selayang Pandang tentang Sejarah KUA di Indonesia

Di mata masyarakat, Kantor Urusan Agama (KUA) seolah identik dengan pernikahan
atau kepenghuluan,meskipun tugas pokok dan fungsi KUA bukan hanya itu. . Secara de
facto, KUA sudah ada sejak zaman pra-kemerdekaan, dalam arti kegiatan kepenghuluan
sudah ada sejak zaman itu. . Menurut catatan sejarah, kegiatan atau lembaga kepenghuluan
sudah ada semenjak berdirinya Kesultanan Mataram. Pada saat itu Kesultanan Mataram telah
mengangkat seseorang yang diberi tugas dan wewenang khusus di bidang kepenghuluan . Pada masa
Pemerintahan Kolonial Belanda, Lembaga Kepenghuluan sebagai lembaga swasta yang
diatur dalam suatu Ordonansi, yaitu Huwelijk Ordonantie S. 1929 No. 348 jo S. 1931 No.
467, Vorstenlandsche Huwelijk Ordonantie S. 1933 No. 98 dan Huwelijs Ordonantie
Buetengewesten S 1932 No. 482. Untuk Daerah Vorstenlanden dan seberang diatur dengan
Ordonansi tersendiri. Lembaga tersebut dibawah pengawasan Bupati dan penghasilan
karyawannya diperoleh dari hasil biaya nikah, talak dan rujuk yang dihimpun dalam kas
masjid.5

Pada masa Pemerintah Pendudukan Jepang, tepatnya pada tahun 1943 Pemerintah
Pendudukan Jepang di Indonesia mendirikan Kantor Shumubu (KUA) di Jakarta. Pada
waktu itu yang ditunjuk sebagai Kepala Shumubu untuk wilayah Jawa dan Madura adalah
KH. Hasyim Asy’ari pendiri Pondok Pesantren Tebuireng Jombang dan pendiri Jam’iyyah
Nahdlatul Ulama. Sedangkan untuk pelaksanaan tugasnya, KH. Hasyim Asy’ari
menyerahkan kepada putranya K. Wahid Hasyim sampai akhir pendudukan Jepang pada
bulan Agustus 1945.
Pada tahun 1946, Menteri Agama mengeluarkan Maklumat Menteri Agama Nomor 2
tanggal 23 April 1946 yang menyatakan, bahwa :a. Instansi yang mengurus persoalan
keagamaan di daerah atau SHUMUKU (tingkat karesidenan) yang di masa pendudukan
Jepang termasuk dalam kekuasaan Residen, menjadi Djawatan Agama Daerah yang berada
di bawah wewenang Kementerian Agama.b. Pengangkatan Penghulu Landraad (Penghulu
pada Pengadilan Agama) Ketua dan Anggota Raad (Pengadilan) Agama yang menjadi hak

5
Kantor Urusan Agama Kumai, Kamis, 23 Februari 2012 , Sekilas Sejarah Berdirinya Kantor Urusan
Agama ,http://kuakecamatankumai.blogspot.com/2012/02/sekilas-sejarah-berdirinya-kantor.html

[Type text] Page 7


8

Residen dialihkan menjadi hak Kementerian Agama.c. Pengangkatan Penghulu Masjid yang
berada di bawah wewenang Bupati dialihkan menjadi wewenang Kementerian Agama...
Pada Tahun 1950, keluar PP Nomor 33 Tahun 1949 dan PP Nomor 8 Tahun 1950
tentang Susunan Organisasi Kementerian Agama. Sejak itu struktur Kementerian Agama
mengalami perubahan . Salah satunya, di tingkat daerah adalah : 1) Kantor Agama
Kabupaten; 2) Kantor Kepenghuluan Kawedanan; 3) Kantor Kenaiban Kecamatan. Pada
tahun 1971 dikeluarkan Keputusan Menteri Agama No. 53 tahun 1971 tentang Struktur
Organisasi, Tugas, Wewenang dan Tata Kerja Instansi Departemen Agama Daerah. Jika
sebelumnva, sebagai koordinator ditunjuk Kepala Djawatan Urusan Agama sebagai
Pimpinan Perwakilan Departemen Agama, maka sejak tahun 1973 istilah Kepala Djawatan
diganti dengan Kepala Perwakilan sebagai Pimpinan Perwakilan Departemen Agama
Provinsi. Susunannya adalah sebagai berikut : a. Perwakilan Departemen Agama Provinsi. b.
Perwakilan Departemen Agama Kabupaten c. Kantor Urusan Agama Kecamatan
Dalam perkembangan selanjutnya dengan terbitnya Keputusan Menteri Agama
(KMA) Nomor 517 Tahun 2001 tentang Penataan Organisasi Kantor Urusan Agama
Kecamatan, maka Kantor Urusan Agama (KUA) berkedudukan di wilayah Kecamatan dan
bertanggung jawab kepada Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota yang
dikoordinasi oleh Kepala Seksi Urusan Agama Islam/Bimas Islam/Bimas dan Kelembagaan
Agama Islam dan dipimpin oleh seorang Kepala, yang tugas pokoknya melaksanakan
sebagian tugas Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota di bidang Urusan Agama Islam
dalam wilayah Kecamatan.. Kemudian Tahun 2012 terbit PMA No 39 tahun 2012 tentang
Organisasi dan tata Kerja Kantor Urusan Agama sebagaimana akan penulis jelaskan di
bawah.6
Dewasa ini jumlah KUA yang tersebar di sejumlah kecamatan di Indonesia sebanyak
5.035 buah. Jumlah tersebut telah mengalami pemekaran sejalan dengan pemekaran
kecamatan. Seperti diketahui Kementerian Agama telah melakukan dua kali pemekaran
KUA. Pertama, pada tahun 2006 Kementerian Agama membentuk 149 KUA kecamatan.
Hal ini sesuai dengan Keputusan Menpan Nomor B/1358/PAN/05/2006. Kedua, pada tahun
2007 Kementerian Agama membentuk 175 KUA Kecamatan, dengan persestujuan Menpan
6
Kemenag Jogyakarta, Jumat, 22 November 2013, Sejarah Kanwil Kementerian Agama Provinsi DIY,
http://yogyakarta1.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id2=sejarah2

[Type text] Page 8


9

No. B/2143/M.PAN/09/2006. Dengan pemekaran tersebut jumlah KUA mencapai angka


yang telah disebutkan. Sebenarnya, usulan pemekaran KUA masih banyak. Akan tetapi,
sampai sejauh ini hanya 324 yang dapat dipenuhi.

B. Tupoksi KUA
Berdasarkan KMA No 517 tahun 2001,tugas pokok dan fungsi KUA adalah:
1. Menyelenngarakan statistik dan dokumentasi
2. menyelenggarakan surat menyurat, pengurusan surat, kearsipan, pengetikan
dan rumah tangga Kantor Urusan Agama Kecamatan
3. melaksanakan pencatatan nikah dan rujuk, mengurus dan membina mesjid,
zakat, wakaf, baitul maal dan ibadah social, kependududkan dan
pengembangan keluarga sakinah sesuai dengan kebijaksanaan yang
ditetapkan oleh direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Dan
Penyelenggaraan Haji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.7
Kemudian berdasarkan PMA No. 39 tahun 2012 tupoksi KUA sebagai Berikut:
1. pelaksanaan pelayanan, pengawasan, pencatatan dan pelaporan nikah dan rujuk.
2. Penyusunan statistic, dokumentasi, dan pengelolaan system informasi manajemen
KUA;
3. Pelaksanaan tata usaha dan rumah tangga KUA;
4. Pelayanan bimbingan keluarga sakinah;
5. Pelayanan bimbingan kemesjidan;
6. Pelayanan bimbingan syariah; serta
7. Penyelenggaraan fungsi lain dibidang aganma Islam yang ditugaskan oleh Kepala
Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota.8
C. Organisasi KUA
Berdasarkan KMA No.517 tahun 2001, Personil KUA Kecamatan terdiri dari:
1. Kepala

7
Departemen Agama, Pedoman Pejabat Urusan Agama Islam Edisi 2004, (Jakarta, Dirjen Bimas Islam,2004),
p.346
8
Direktorat Bimas Islam, Jumat, 04 Januari 2013 18:51 PMA Nomor 39 Tahun 2012 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Urusan Agama,
http://bimasislam.kemenag.go.id/informasi/berita/50-info-terbaru/632-pma-nomor-39-tahun-2012-
tentang-organisasi-dan-tata-kerja-kantor-urusan-agama.html

[Type text] Page 9


10

2. Pelaksana, sesuai dengan kebutuhan rasional dengan tugas : penyelenggaraan


statistic, dokumentasi, surat menyurat, pengurusan surat, kearsipan, pengetikan
dan rumah tangga Kantor Urusan Agama Kecamatan; bimbingan dan pelayanan
nikah dan rujuk, mengurus dan membina mesjid, zakat, wakaf, baitul maal dan
ibadah social, kependududkan dan pengembangan keluarga sakinah sesuai
dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh direktur Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam Dan Penyelenggaraan Haji berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.9
Kemudian berdasarkan PMA No. 39 tahun 2012, organisasi KUA adalah:
1. Kepala
2. Fungsional Khusus
3. Fungsional Umum 10
D.Potret Fasilitas dan SDM KUA
Fasilitas KUA dewasa ini pada umumnya sangat memprihatinkan. Hal ini dapat
dilihat dari beberapa hal:
1. Kondisi gedung kantor pada umumnya kurang layak dan tidak strategis. Selama ini,
Kemenag memberi bantuan biaya pembangunan gedung tanpa disertai pengadaan
tanahnya. Ahirnya, banyak letak gedung KUA di tempat yang kurang strategis.
Pengadaan tanah harus mencari tanah wakaf atau swadaya masyarakat. Bahkan,
masih banyak gedung KUA yang masih ngontrak; Hal ini membuat KUA kurang
berwibawa di masyarakat..
2. Kendaraan dinas sangat minim sekali. Jangankan roda emapt, roda dua juga sangat
sedikit. Misalnya, di Garut, hanya sekitar 3 KUA yang memiliki kendaraan dinas
berupa speda motor. Coba bandingkan dengan kendaraan dinas kantor kecamatan.
Kendaraan dinas camat pada umumnya roda empat. Bahkan, semua desa dan
kelurahan di Jawa Barat juga memiliki kendaraan dinas berupa speda motor.
3. Jumlah sumber daya manusia atau karyawan pada umumnya kurang memadai.
Bahkan, ada KUA yang PNS-nya hanya kepala, sementara stap pelaksananya adalah
tenaga honorer.
E.Keberadaan Pembantu PPN
Dalam melaksanakan pelayanan kepada masyarakat, KUA dibantu oleh Pembantu

9
Departemen Aama, Op.Cit..p.347
10
Direktorat Bimas Islam, Jumat, 04 Januari 2013 18:51 ,Loc.Cit.

[Type text] Page 10


11

Pegawai Pencatata Nikah (P3N). Sesuai dengan KMA N0.298 Tahun 2003, tugas Pembantu
PPN di antaranya adalah:
1. Pembantu PPN di luar Jawa atas nama PPN mengawasi nikah dan menerima
pemberitahuan rujuk yang dilakukan menurut agama Islam di wilayhnya.
2. Kepada pembantu PPN diberikan Honorarium sesuai ketentuan yang ditetapkan
oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi.11
Pada tahun 2009, Dirjen Bimas Islam mengeluarkan instruksi tentang penataan
Pembantu PPN. Isi instruksi tersebut di antaranya adalah:
1. Melakukan penghentian pengangkatan terhadap Pembantu Pegawai Pencatat
Nikah yang telah habis masa waktunya dan tidak mengangkat Pembantu Pegawai
Pencatat Nikah baru, kecuali bagi daerah-daerah yang sangat memerlukan
dengan persetujuan tertulis dari Dirjen Bimas Islam.
2. Melakukan konsolidasi dengan masing-masing Pemerintah Daerah Untuk
menempatkan Pembantu Pegawai Pencatat Nikah sebagai bagian dari aparat
Pemerintah Desa/Kelurahan.
3. Memerintahkan kepada para Kepala KUA Kecamatan untuk langsung menerima
pendaftaran pencatatan Nikah Rujuk dari setiap calon pengantin.12
Dengan instruksi tersebut, keberadaan Pembantu PPN nenjadi tidak jelas
statusnya. Hal ini menjadi dilematis. Di satu sisi, keberadaan Pembantu PPN ini
sangat dibutuhkan, baik oleh KUA maupun oleh masyarakat. Di sisi lain, legalitas
pengangkatannya terombang-ambing.

D. Anggaran Biaya KUA


KUA kecamatan cukup lama tidak mendapat alokasi dana oprasional dari
pemrintah. Hal ini diakui oleh sekjun Kemenag, Dr.H.Bahrul Hayat. Menurut beliau,
selama puluhan tahun KUA tidak diberi anggaran. Ini merupakan langkah pembiaran
Negara. Baru tahun 2007, Kemenag member anggaran biaya orasional KUA sebesar
Rp.1 juta per bulan. Tahun 2009, biaya ini naik menjadi Rp.2 juta per bulan. Tahun
2013, biaya ini naik lagi menjadi Rp.3 juta per bulan. Pada tahun 2015 juga masih
Rp.3 juta/bulan dan pada tahun 2016 rencana naik menjadi Rp.5 juta per bulan.13
11
Departemen Agama, Op.Cit.p.1107
12
Kementerian Agama Kantor Wilayah Jawa barat, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Perkawinan,
(Bandung, Bidang Urais, 2010), p.454
13
Laporan Utama, Op.Cit , p.12

[Type text] Page 11


12

Memang diakui, sebelumnya pernah ada biaya nikah bedolan yang besarnya tidak
sama di antara satu kabupaten/kota. Mulai Rp.45.000,- sampai Rp.150.000,-. Biaya
ini pun tidak hanya digunakan oleh KUA, tetapi juga disetor ke Kemenag Kab./kota
dan Kanwil Provinsi. Selain itu, juga ada dana pengembalian dari biaya pencatatan
nikah Rp.30.000,- per peristiwa Nikah dan Rujuk yang disebut PNBP NR. Dari
Rp.30.000,- itu, kembali lagi ke KUA sebesar Rp.19.200,- per N.
Kalau berbicara kebutuhan kantor sehari-hari, dana oprasional Rp.5 juta per
bulan (rencana tahun 2014) dan PNBP NR insya Allah akan mencukupi. Yang
menjadi persoalan adalah oprasional lintas sektoral dan transportasi kepala
KUA/penghulu untuk pelayanan nikah di luar kantor, terutama pada hari libur. Ini
yang belum alokasi anggarannya. Hal ini yang perlu kita kaji. Bahkan, bila anggaran
di atas dikaitkan dengan konsep program kerja yang akan penulis tawarkan nanti
pada Bab III, tentu jauh sekali dari mencukupi.

E. Permasalahan Bangsa

1. Perceraian dan KDRT


Salah satu permasalahan bangsa (umat) dewasa ini adalah perceraian. Perceraian
dipandang masalah karena di samping secara agama tidak baik, juga berdampak negatif
terhadap masa depan anak-anak Menurut catatan Mahkamah Agung, . hasil rekapitulasi
dari 33 Pengadilan Tinggi Agama (PTA) se Indonesia sejak tahun 2005 – 2011 angka
perceraian di Indonesia naik drastis hingga 70 % pertahun. Jika pada tahun 2005 angka
perceraian hanya 55. 509 kasus, maka pada tahun 2011 menjadi 320.000 perkara. Tahun
2012 meningkat menjadi 346.446 kasus. Yang menarik, sebagian besar dari jumlah kasus
cerai itu adalah cerai gugat atau cerai yang diajukan oleh pihak istri .Perceraian yang
terjadi pada tahun 2012 di atas, , 58,95 % adalah cerai gugat. Ini perlu kajian, selama ini
perceraian seolah monopoli pihak suami.14
Di samping masalah perceraian, . ahir-ahir ini banyak terjadi kasus kekerasan
dalam rumh tangga (KDRT), baik secara fisik maupun psikis.Menurut Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), KDRT di Indonesia

14
Kemenag RI, Kamis, 4 Agustus 2011 – Dirjen Bimas Islam Sayangkan Perceraian Meningkat,
http://www.kemenag.go.id/index.php?a=berita&id=85348

[Type text] Page 12


13

mengalami peningkatan setiap tahunnya . KPPPA mencatat data kasus KDRT pada 2009
berjumlah 143.586 kasus, 105.103, (2010), dan 119.107 (2011). 15
2. Penyimpangan Sexsual, Aborsi dan Pornografi
Penyimpangan sexual yang dalam agama Islam disebut zina dewasa ini sudah
sangat mengkhawatirkan. Menurut Kementerian Kesehatan bahwa jumlah laki-laki
langganan wanita pekerja seks (WPS) mencapai 6,7 juta orang. Jumlah WTS 230.000 orang.
Hal ini menyebabkan, kalangan pria menjadi kelompok paling berisiko tinggi untuk
menyebarkan HIV/AIDS. Pengidap penyakit HIV/AIDS di Indonesia sudah mencapai lebih
dari 200 ribu orang16 Sedangkan di kalangan remaja, menurut BKKBN, tahun 2010
mencatat sebanyak 51 persen remaja di Jabotabek telah melakukan hubungan layaknya
suami istri. Selain Jabodetabek, data yang sama juga diperoleh di wilayah lain seperti
Surabaya, di mana remaja perempuan lajang yang kegadisannya sudah hilang mencapai 54
persen, di Medan 52 persen, Bandung 47 persen, dan Yogyakarta 37 persen .. 17 Ini sangat
memprihatinkan kita.
Dampak negative lainnya dari penyimpangan seksual adalah aborsi .Menurut
Dr.H.Jurnalis Udin, “Di Indonesia .aborsi setiap tahunnya mencapai 2,5 juta orang . Data
2,5 juta tersebut belum termasuk kasus aborsi yang dilakukan di jalur nonmedis (dukun..
Mayoritas dari jumlah itu dilakukan oleh kalangan remaja. 18 Menurut Dosen Fakultas
Kedokteran Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, dr Titik Kuntari MPH, “Sekitar
30 persen di antara kasus aborsi tersebut dilakukan oleh penduduk usia 15-24 tahun, Kasus

15
Repubilakn Online, Sabtu, 28 April 2012, 06:05 WIB, Kasus KDRT Meningkat
http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/12/04/27/m34tjt-kasus-kdrt-meningkat

16
Antara News. Selasa, 9 April 2013 17:36 WIB, 6,7 Juta Pria Indonesia Pelanggan PSK
http://www.antarabali.com/berita/36891/67-juta-pria-indonesia-pelanggan-psk

17
Kompasiana, 14 June 2013 | 11:38 , Menakar Pentingnya Tes Keperawanan di Indonesia
http://sosbud.kompasiana.com/2013/06/14/masih-perawan-mbak-564999.html

18
Okazone News, Minggu, 24 Februari 2008 07:02 wib, Aborsi di Indonesia 2,5 Juta/Tahun
http://news.okezone.com/read/2008/02/24/1/86215/aborsi-di-indonesia-2-5-juta-tahun

[Type text] Page 13


14

ini hanyalah salah satu potret dari kenyataan yang kian mencemaskan dari situasi generasi
muda masa kini. 19
Selain perzinaan, juga ahir-ahir ini ada gerakan upaya melegalkan pernikahan sejenis.
Di dunia Barat, pernikahan sejenis bukan hal yang tabu. Akan tetapi di Indonesia hal
semacam ini merupakan hal yang tabu, karena tidak sesuai dengan agama dan budaya
Timur.Ahir-ahir ini, di negara kita muncul keinginan dari segelintir orang untuk melegalkan
pernikahan semacam ini . Mereka beralasan dengan Hak Asasi Manusia (HAM) .
eskipun tidak terpublikasi secara luas. Sebenarnya sudah cukup banyak dan sudah terjadi
beberapa pernikahan sejenis di Indonesia. Memang Indonesia sebagai negara dengan
penduduk Muslim terbesar di dunia ini belum melegalkan pernikahan sejenis. Namun
banyak warga negara Indonesia yang telah melakukan ikatan suci pernikahan dengan
pasangan hidupnya. 20Dalam agama Islam, hal ini sudah jelas haram.
Kemudian masalah lain yang kita hadapi adalah pornografi dan pornoaksi yang ahir-
ahir ini semakin deras. Yang paling dahsyat adalah melalui media elektronik. Menurut
Menkominfo Tifatul Sembiring, “Pornografi sudah sangat memprihatinkan, bahkan sampai
ke pelosok-pelosok daerah. Berdasarkan data, Indonesia pengakses pornografi terbesar
kedua,"21

3. Korupsi
Korupsi di negara kita sudah sangat menghawatirkan. Di samping merusak
kelangsungan bangsa dan merusak keuangan negara, juga sangat memalukan umat Islam di
dunia internasional. Sebagaimana dimaklumi, bahwa Umat Islam terbesar di dunia adalah di

19
Hizbuttahrir Indonesia, Aborsi di Indonesia 2,6 Juta Per Tahun

http://hizbut-tahrir.or.id/2009/06/30/aborsi-di-indonesia-26-juta-per-tahun/

20
Igama, 07/11/2012 , Fakta Pernikahan Sejenis di Indonesia, http://www.igama.or.id/2012/11/fakta-
pernikahan-sejenis-di-indonesia-2/

21
okezone.com/Selasa, 31 Agustus 2010 - 15:45 wib, Selasa, 31 Agustus 2010 - 15:45 wib

http://techno.okezone.com/read/2010/08/31/55/368619/indonesia-pengakses-pornografi-
terbesar-kedua

[Type text] Page 14


15

Indonesia. Menurut catatan Transparansi Internasional, Indonesia masuk negara yang paling
korup, duduk di posisi 56 . 22Di era Soeharto, menurut begawan ekonomi Indonesia, Prof.
Dr. Sumitro Djojohadikusumo, diperkirakan sampai 30 persen anggaran negara telah
"menguap" karena korupsi. Demikian pula , di era reformasi korupsi lebih meluas. Menurut
Syafieh, Jika pada masa Orde Baru dan sebelumnya “korupsi” lebih banyak dilakukan oleh
kalangan elit pemerintahan, maka pada Era Reformasi hampir seluruh elemen penyelenggara
negara sudah terjangkit “Virus Korupsi” yang sangat ganas.23
Menurut Direktur Jenderal Otonomi Daerah Djohermansyah Djohan, Sepanjang
2004 hingga 2012, Kementerian mencatat ada 277 gubernur, wali kota, atau bupati yang
terlibat kasus korupsi. anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) yang terlibat
korupsi. Di tingkat provinsi, dari total 2008 anggota DPRD di seluruh Indonesia, setidaknya
ada 431 yang terlibat korupsi. Sementara di tingkat kabupaten dan kota, dari total 16.267
kepala daerah, ada 2.553 yang terlibat kasus.24
4. Aliran Sesat dan Pemurtadan
Aliran sesat berkembang pesat di Indonesia. Dalam tempo singkat, dari tahun 2001
hingga 2007 telah tercatat ada 250 aliran sesat, dan yang 50 muncul di Jawa Barat, menurut
KH Hasyim Muzadi, Ketua Umum NU. Hal ini sangat menghawatirkan. Menurut Hartono
Marjono, Indonesia merupakan negara yang kondusif untuk aliran sesat.
Di samping aliran sesat, gerakan pemurtadan juga banyak terjadi di negara kita.
Pertumbuhan jumlah umat Islam ternyata tertinggi di
dunia, tapi sebaliknya penurunan jumlah umat Islam malah terjadi di
Indonesia Di samping secara agama tidak dibenarkan, gerakan pemurtadan juga
membahayakan kerukunan umat beragama.

22
Republika Online, Rabu, 02 Januari 2013, 06:39 WIB, indonesia Ada di Peringkat 56 Negara Terkorup
Dunia tahun 2012, http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/13/01/02/mfz0e9-indonesia-ada-di-
peringkat-56-negara-terkorup-dunia-tahun-2012

23
Kajian Islam, Selasa, 14 Mei 2013, KORUPSI DAN PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA ,
http://syafieh74.blogspot.com/2013/05/korupsi-dan-perkembangannya-di-indonesia.html

24
Tempo.Co,Politik, Rabu, 29 Agustus 2012 | 19:36 WIB, Rabu, 29 Agustus 2012 | 19:36 WIB,
http://www.tempo.co/read/news/2012/08/29/078426251/Ribuan-Pejabat-Daerah-Terlibat-Kasus-Korupsi

[Type text] Page 15


16

Salah satu contoh kasus terjadi di daerah Bandung. Menurut penelitian Ketua Forum
Ulama Ummat Indonesia, KH Athian Ali, ada sebanyak 90 titik praktik pemurtadan di .
Kebanyakan praktik tersebut ditemukan dalam bentuk pendirian rumah peribadatan atau
gereja yang terkesan dipaksakan. untuk pemurtadan di Jawa Barat sendiri dipastikan bisa
mencapai ratusan, seperti di Cianjur, Garut dan lainnya..25 .
5. Terorisme dan Separatisme
Aksi teroris di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan. Dalam kurun waktu lebih dari
10 tahun terakhir, Tim Densus 88 telah menangkap 845 teroris.Sejak tahun 2000 sampai
April 2013, dari tangkapan 845 orang tersebut, 83 orang meninggal dunia di TKP, 11 orang
tewas dalam aksi bom bunuh diri, 6 orang divonis mati, dan 5 orang divonis seumur hidup.
Di samping menimbulkan banyak korban yang tidak berdosa, gerakan teroris juga telah
mencoreng muka Indonesia di dunia internasional. Hal ini perlu kajian dan pemikiran dalan
pencegahan teroris.
Di samping gerakan teroris, gerakan saparatis juga telah mengganggu stabilitas
NKRI. Hal ini pun telah banyak merugikan negara, baik jiwa, keuangan negara maupun
yang lainnya. Dewasa ini, ancaman gerakan separatisme di Indonesia yang sangat menonjol
adalah upaya dari OPM (Organisasi Papua Merdeka) yang berjuang untuk memisahkan
Papua dari bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).Sebelumnya, negeri ini
pernah mengalami pergolakan dalam hal separatisme, sebut saja gerakan APRA,
PRRI/Permesta, NII, dan RMS,GAM dan lainnya..

6. Radikalisme dan Premanisme

Di era reformasi ini, radikalisme dan premanisme cenderung meningkat. Emosi


masyarakat bagaikan rumput kering yang mudah terbakar. Hal ini dapat dilihat dari
kejadian-kejadian bentok antar warga, tawuran antar pemuda/mahasiswa/pelajar, bentrok
antara pendukung pasangan pilkada, pembunuhan sadis, dan lainnya. Menurut Direktur
Kewaspadaan Nasional Kementerian Dalam Negeri RI, Budi Prasetyo, jumlah kasus

25
Repoblika Online, Selasa, 23 Muharram 1435 / 26 November, FUUI Temukan 90 Titik Pemurtadan
di Bandung, http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/10/11/29/149343-fuui-
temukan-90-titik-pemurtadan-di-bandung

[Type text] Page 16


17

kekerasan di Indonesia meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data yang dimiliki


Kementerian Dalam Negeri pada tahun 2012, kasus radikalisme meningkat hampir 80
persen dari tahun sebelumnya. Hal itu disebabkan oleh masalah ekonomi dan pemahaman
demokrasi yang terlampau bebas. Pada tahun 2012, telah terjadi 128 konflik di Indonesia
akibat paham radikalisme. Pada tahun 2010, tercatat 93 konflik dan 2011 sebanyak 77
konflk.26

7. Narkoba dan Miras


Masalah bangsa lainnya yang tidak kalah bahayanya adalah penyalahgunaan
dan peredaran narkoba dan minuman keras (miras) yang semakin meningkat.

Berdasarkan Data dari hasil penelitian Gerakan Nasional Peduli Anti Narkoba dan Tawuran
(Gependa) menyatakan, data tahun 2011 pengguna Narkoba di Indonesia mencapai 3,3 juta
jiwa atau sekitar 1,99 persen dari jumlah penduduk di Indonesia mengalami ketergantungan
Narkoba.Dari jumlah tersebut 1,3 pecandu berasal dari kalangan pelajar dan mahasiswa,
sedangkan 2 juta dari kalangan non-pelajar, serta 3,3 juta pengguna Narkoba tersebut jumlah
kerugiannya mencapai Rp 33,4 triliun,27.

Tidak kalah dari narkoba, peredaran minuman keras juga sangat membahayakan,
Sudah banyak korban, terutama dari generasi muda. Menurut Fahira Fahmi Idris Korban
miras di Indonesia mencapai 18.000 orang per tahun. Data WHO tahun 2011 menyebutkan,
jumlah kematian akibat pengaruh alkohol di seluruh dunia mencapai 2,5 juta orang,
termasuk kasus kecelakaan dan penyakit yang ditimbulkannya. 28
8. Kemiskinan

26
Kompas.com, Jumat, 15 Maret 2013 | 20:04 WIB. Aksi Kekerasan di Indonesia Meningkat,
http://megapolitan.kompas.com/read/2013/03/15/2004574/Aksi.Kekerasan.di.Indonesia.Meningkat

27
Timlo Net, Selasa, 26 November 2013, ,3 Juta Pelajar dan Mahasiswa Indonesia Pakai Narkoba,
http://www.timlo.net/baca/53690/korban-narkoba-dikalangan-pelajar-capai-13-juta/

28
Muslim Dail.Net. Selasa, 02-07-2013 | 12:01:57 WIB, Korban Miras di Indonesia Mencapai
18.000 per Tahun, http://www.muslimdaily.net/berita/lokal/korban-miras-di-indonesia-
mencapai-18000-per-tahun.html#.UpRb7ydKJkg

[Type text] Page 17


18

Kemiskinan atau kefakiran sangat dekat kepada kekufuran. Demikian kata Nabi
Saw .Peristiwa pemurtadan di atas juga, tidak lepas dari kondisi mereka yang miskin.
Disamping itu, kemiskinan juga sangat berpengaruh pada pembangunan sumber daya
manusia. Orang miskin pada umumnya tertinggal dalam berbagai hal, seperti pendidikan,
kesehatan dan lainnya.
Menurut Presiden, jumlah penduduk miskin di Indonesia tahun 2013 adalah 28,07 juta
orang .29 Informasi terbaru dari Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
(TNP2K) yang berada di bawah koordinasi Wakil Presiden telah menghitung peningkatan
angka jumlah orang miskin di Indonesia pada tahun 2012 hingga 2013 yang mencapai
angka 96 juta jiwa.30 Kalau berbicara jumlah penduduk miskin, maka yang ada dalam
benak kita adalah sebagian besarnya umat Islam. Oleh karena itu, ini menjadi harus bahan
pemikiran tokoh-tokoh agama Islam, termasuk KUA sebagai ujung tombak Kementerian
Agama di daerah.

BAB III
REFORMASI KUA DAN SOLUSI PERMASALAHAN BANGSA

A. Reformasi KUA
Berbicara masalah bangsa, dapat dipandang identik dengan masalah umat
Islam, karena penghuni terbesar Negara kita adalah umar Islam. Bila kita bicara
29
Antara News, Jumat, 16 Agustus 2013 18:14 WIB | 4250,

Angka kemiskinan 2013 tercatat 11,37 persen,


http://www.antaranews.com/berita/390875/angka-kemiskinan-2013-tercatat-1137-persen

30
Indonesia, Mampu, 17 May 2013, Penduduk miskin 2013 mencapai 96 juta jiwa,
http://www.indonesiamampu.org/berita/baca/209/penduduk-miskin-2013-mencapai-96-juta-jiwa

[Type text] Page 18


19

korban narkoba, maka sebagian besar dari mereka adalah umat Islam, Bila kita
bicara penyimpangan sexual, maka sebagian besar pelakunya adalah umat Islam.
Demikian pula, masalah lainnya yang penulis kemukakan di atas. Apakah
permasalahan ini akan dibiarkan saja, tanpa ada terobosan atau langkah-langkah
besar untuk mengatasinya ?
Hemat penulis, salah satu terobosan untuk mengatasi masalah di atas adalah
dengan menata dan mengokohkan peran strategis KUA di masyarakat. Hal ini
juga sesuai dengan harapan Dirjen Bimas Islam, Dr.H.Abdul Djamil,MA,, agar
KUA tidak ada kesan sebagai tukang do’a dan menikahkan saja. Dengan kata
lain, KUA perlu direformasi secara total, baik tupoksi, organisasi maupun
anggaran biaya oprasionalnya. Jadi, tidak hanya sekedar reformasi birokrasi
yang sekarang sedang digalakan, sebagaimana sering dikemukakan oleh Sekjen
Kemenag, Dr.Bahrul Hayat. Ke depan, KUA harus benar-benar menjadi
Miniatur Kementerian Agama di tingkat kecamatan.
Reformasi KUA yang penulis tawarkan adalah sebagai berikut:
1. Tugas Pokok dan Fungsi KUA
Tugas pokok dan fungsi (tupoksi) KUA sebagaimana penulis kemukakan
pada BAB II, nampaknya kurang sesuai dengan perkembangan zaman dan
permasalahan umat (bangsa) yang dihadapi dewasa ini. Oleh karena itu,
penulis menawarkan tupoksi berikut ini:
a. Ketatausahaan
Tata usaha meurpakan bagian administrasi perkantoran. The Liang Gie dalam
bukunya Administrasi Perkantoran Modern memberikan pengertian bahwa, “Tata usaha
ialah segenap rangkaian aktivitas menghimpun, mencatat, mengelola, mengadakan,
mengirim dan menyimpan keterangan-keteranagn yang diperlukan dalam setiap usaha
kerja”.31 Selama ini, tata usaha di KUA belum mendapat perhatian. Buktinya, tidak ada
pejabat khusus yang menangani keatatausahaan. Padahal, posisi tata usaha sangat penting
untuk kelancaran semua kegiatan perkantoran. Oleh karena itu, ke depan harus ada pejabat
struktural sebagai kepala Tata Usaha di setiap KUA.

b. Kepenghuluan

31
Blogpost.com, Makalah Tata Usaha, http://ekookdamezs.blogspot.com/2012/04/makalah-tata-usaha-ata-
usaha.html

[Type text] Page 19


20

Selama ini, kepenghuluan merupakan program kerja primadona di KUA. Sesuai


dengan Peraturan Menpan Nomor:PER/62/M.PAN/6/2005 , tugas pokok Penghulu adalah
melakukan perencanaan kegiatan kepenghuluan,pengawasan pencatatan nikah/rujuk,
pelaksanaan pelayanan nikah/rujuk, penasihatan dan konsultasi nikah/ rujuk, pemantauan
pelanggaran ketentuan nikah/ rujuk, pelayanan fatwa hukum munakahat, dan bimbingan
muamalah, pembinaan keluarga sakinah, serta pemantauan dan evaluasi kegiatan
kepenghuluan dan pengembangan kepenghuluan.32
Sesuai dengan tuntutan zaman, penghulu tidak boleh hanya pandai dan terampil
dalam memimpin akad nikah, tetapi harus memiliki wawasan yang lebih luas. Penghulu juga
harus mampu memberi fatwa, seperti hukum waris, zakat dan lainnya. Di samping itu,
penghulu juga harus terampil dalam memberi penasehatan, baik terhadap calon pengantin
maupun keluarga yang bermasalah. Oleh karena itu, profesional penghulu perlu
ditingkatkan. Idealnya, penghulu harus fasih dalam membaca Alquran dan mampu membaca
kitab kuning .
c. Pembinaan Keluarga Sakinah dan Suscatin
Sebagaimana dikemukakan pada Bab II, salah satu permasalahan bangsa adalah
perceraian dan kekerasan dalam rumah tangga semakin meningkat.Hal ini merupakan
tantangan dan “PR” bagi umat Islam, khususnya jajaran Kementerian Agama, termasuk
KUA. Menaggapai tentang perceraian semakin meningkat, Menteri Agama, Dr.Suryadharma
Ali menyatakan bahwa beliau akan mengevaluasi kinerja KUA. Penulis sangat setuju atas
niat beliau tersebut.
d. Pemberdayaan zakat ,wakaf dan Ibadah Sosial
Salah satu persoalan umat dewasa ini adalah kemiskinan. Jumlah rakyat miskin di
Indonesia sekarang mencapai 28,07 juta orang. Ini dapat dipastikan, bahwa mayoritas dari
mereka adalah umat Islam. Di samping itu, kita dapat menyaksikan jumlah besar TKW di
luar negeri , pada umumnya mereka adalah karena kemiskinan. Sebagian besar mereka
adalah pembantu rumah tangga. Sedikit sekali tenaga kerja kita yang terampil. Ahir-ahir ini,
kita merasa sedih melihat banyak saudara-saudara kita yang menjadi TKI/TKW terlantar di
Jedah, Saudi Arabia. Ini merendahkan martabat bangsa.
Di samping itu , kemiskinan juga menimbulkan banyak dampak negatif lainnya,
seperti kemungkinan terjadi murtad, lemah pendidikan dan lainnya. Oleh karena itu zakat
dan wakaf yang merupakan potensi umat perlu digali dan diberdayakan. Dalam hal ini,
32
Kementerian Agama Kantor Wilayah Jawa barat, Op.Cit,P.351

[Type text] Page 20


21

Kemenag harus memiliki program pemberdayaan zakat dan wakaf yang terarah. Kegiatan
diklat pemberdayaan zakat dan wakaf perlu digalakan. Kita telah memiliki Undang-undang
Pengeloaan zakat dan sejumlah peraturan lainya. Akan tetapi, nampaknya pengelolaan zakat
belum optimal. Padahal, zakat merupakan potensi umat Islam yang sangat besar. Menurut
Wamenag, Nazaraddin Umar, potensi zakat dapat mencapai Rp.300 trilyun per tahun, jika
dikelola dengan sungguh-sungguh.33 Di bidang ibadah sosial, kemenag juga harus
memiliki program percontohan pengentasan kemiskinan yang dikoordinir oleh KUA

e. Pemberdayaan Masjid dan Lembaga Pendidikan Keagamaan


Masjid dan lembaga pendidikan keagamaan seperti pesantren, diniyah, majelis ta’lim
dan lainnya merupakan potensi untuk pembangunan umat. Pada zaman Rasulullah saw,
masjid merupakan pusat kegiatan umat, tidak hanya kegiatan ritual, tetapi juga kegiatan
sosial kemasyarakatan. Dewasa ini, masjid pada umumnya hanya dipakai kegiatan ritual .
Oleh karena itu, perlu ada gerakan pembinaan dan pemberdayaan DKM.
Di samping masjid, Umat Islam juga meiliki lembaga pendidikan keagamaan seperti
pondok pesantren ,madrasah diniyah dan majelis ta’lim.. Lembaga ini merupakan potensi
umat Islam. Lembaga ini pun perlu diberdayakan untuk mengatasi permasalahan bangsa
(umat). Oleh katrena itu kegiatan diklat pemberdayaan pesantren, madrasah diniyah dan
majelis ta’lim perlu digalakan.
Untuk hal di atas, sudah tentu memerlukan anggatan yang cukup besar.Dalam hal ini,
kemenag harus pandai melobi DPR, Bappenas dan Kementerian Keuangan. Selama ini,
perhatian pemerintah terhadap lembaga keagamaan di atas masih kurang. Padahal, kalau
melihat sejarah pergerakan kemerdekaan, banyak tokoh=tokoh agama Islam dari lembaga
tersbut menjadi pejuang. Tidak sedikit dari mereka yang gugur di medang perang sebagai
syuhada.Coba bandingkan dengan pendidikan luar sekolah di lingkungan Kemendiknas.
Anggaranya sangat besar, tetapi kurang signifikan dengan peningkatan sumber daya
manusia.
e. Pembinaan Manasik Haji dan Umrah

33
Trijaya FM, 02 Jul 2013 21:23 WIB, Potensi Zakat 30 Triliun Per Tahun,
http://www.sindotrijaya.com/news/detail/4108/potensi-zakat-30-triliun-per-tahun#.UpWthSdKJkg

[Type text] Page 21


22

Bagi orang yang beragama Islam, ibadah haji dapat dipandang sebagai ibadah yang
monumental . Hal ini karena memerlukan kesiapan berbagai hal, seperti bekal yang cukup,
fisik yang sehat, ilmu manasik yang memadai dan lainnya. Waktu perjalanan cukup lama
dan medan yang dilaluinya juga cukup berat. Adalah suatu kebanggan dan kepuasan batin
yang luar biasa bila seseorang dapat menunaikan ibadah haji. Hal ini, boleh jadi karena
salah satunya didorong oleh imbalan atau pahala haji mabrur , yakni surga. Tidaklah heran,
dewasa ini antrian calon jamaah haji semakin panjang. Setiap hari ada umat Islam yang
daftar naik haji. Pada saat yang sama, jamaah umroh pun semakin meningkat.
Untuk memperoleh haji mabrur dan umroh mabrurah, sudah tentu harus memahami
ilmu manasik dan mempraktekkannya ketika di Tanah Suci. Berdasarkan pengamatan
penulis, banyak jamaah haji yang berpendidikan rendah atau tidak memiliki ilmu agama
yang memadai. Oleh karena itu, di tiap KUA perlu ada pegawai yang memahami manasik
haji dan umrah. Dengan kata lain, pembina manasik haji yang professional harus ada di
setiap KUA. Anggaran pembnaan manasik haji juga perlu ditingkatkan.
f. Pembinaan Mental dan Kerukunan Umat Beragama
Sebagaimana penulis kemukakan di atas, dewasa ini sedang terjadi dekadensi moral,
seperti penyimpangan sexual , penyalahgunaan narkoba, minuman keras, korupsi, konplik
antar umat beragama ,tawuran dan lainnya. ., Semua ini berkaitan dengan kondisi mental
atau keimanan masyarakat.
Adapun yang berkaitan dengan kerukunan umat, ada dua hal yang sangat mendasar :
Pertama, toleransi sesama umat beragama dan antar umat beragama. Sebagaimana kita
maklumi, selama ini banyak terjadi perselisihan atau bentrokan antar umat beragama.
Kedua, persepsi konsep jihad. Sebagaimana dikemukakan di atas, di Negara kita telah
terjadi bberapa gerakan teroris. Salah satunya adalah perbedaan dalam memahami konsep
jihad. Atas dua hal tersebut di atas, maka di KUA perlu ada orang yang mengkoordinir
pembinaan mental dan kerukunan umat beragama.

4) Organisasi KUA
Untuk menjawab tugas pokok dan fungsi KUA yang penulis tawarkan di atas, maka
organisasi KUA yang ideal adalah sebagai berikut:
a. Kepala
b. Pelaksana bidang ketatausahaan dan keuangan. Ini dipegang oleh 1 orang
staf yang merangkap bendahara.

[Type text] Page 22


23

c. Pelaksana bidang kepenghuluan.Ini dipegang oleh minimal 1 orang


penghulu.
d. Pelaksana bidang Keluarga Sakinah dan kursus calon pengantin
(suscatin).Ini dipegang oleh 1 orang penghulu atau stap pelaksana.
e. Pelaksana bidang zakat, wakaf dan ibadah social. Ini dipegang oleh
seorang staf pelaksana.
f. Pelaksana bidang Pembinaan Manasik Haji da Umroh. Ini dipegang oleh
Staf pelaksana.
g. Pelaksana bidang pembinaan mental dan kerukunan umat. Ini dipegang
ole minimal 1 orang penyuluh agama
h. Oprator SIMKAH
i. Penjaga keamanan kantor atau satpam.
Dengan demikian, di setiap KUA harus ada minimal 9 orang pegawai,
PNS atau non-PNS.
5) Profil Kepala KUA yang Ideal
Seiring dengan perkembangan zaman dan era globalisasi yang banyak tantangan,
maka profil kepala KUA yang ideal adalah
a. Berpendidikan minimal S-2
b. Mempu membaca kitab kuning
c. Memiliki kredibilitas yang memadai
d.Mengikuti Diklat Kepemimpinan Kepala KUA dengan waktu 100 jam pelajaran
dan materi sebagai berikut:
- 40 jam untuk materi manajemen perkantoran , leadershif,pengelolaan
keuangan,kepegawaian,kepenghuluan, pengelolaan zakat,wakaf dan lainnya
- 60 jam untuk materi kajian hukum Islam dan sosial keagamaan, seperti
akidah/ilmu kalam,filsafat Islam, metodologi hukum Islam,perbandingan
mazhab,kerukunan umat beragama dan HAM, konsep negara dalam Islam,
ekonomi dan perbankan Islam, konsep jihad dalam Islam, dan sebagainya.

6) Anggaran Biaya KUA


Biaya yang ideal adalah biaya yang mencukupi kebutuhan oprasional kantor. Untuk
anggaran biaya, penulis mengambil sampel KUA Bayongbong yang penulis pimpin.

a.Jumlah Karyawan PNS 6 orangg dan Sukwan 3 orang.

b.Jumlah Desa : 18 desa

[Type text] Page 23


24

c.Jumlah peristiwa pernikahan: 1220 N/tahun

No Uraian Kegiatan Volume Harga Satuan Jumlah


1 Kegiatan Kepala:
1.Menghadiri Rapat Dinas tingkat 12 bulan Rp. 150.000,- Rp. 1.800.000,-
kabupaten
2.Melakukan konsultasi urusan 12 Rp. 150.000,- Rp. 1.800.000,-
kantor ke Kamenag/instansi kab
3.Menghadiri mudzakarah di
kemenag 12 Rp. 150.000,- Rp. 1.800.000,-
4.Menghadiri rakor di kecamatan 12 Rp. 50.000,- Rp. 600.000,-
5.Menjadi nara sumber siraman
rohani di kecamatan 12 Rp. 50.000,- Rp. 600.000,-
6. Menghadiri kegiatan keagamaan
di desa-desa 18 desa Rp. 100.000,- Rp. 1.800.000,-
1 Kepenghuluan dan BP-4
1.Oprasional Penghulu untuk
Suscatin dan Pelayanan Nikah 1220 N Rp. 300.000,- Rp. 366.000.000,-
2.Transport P3N 1220 N Rp. 200.000,- Rp. 240.000.000,-
3.Pembentukan BP-4 Desa 18 desa Rp. 1.000.000,- Rp. 18.000.000,
4.Orientasi Pemberdayaan BP-4
Desa se-kecamatan 1 kali Rp. 3.000.000,- Rp. 3.000.000,-

5. Honor Pengurus/kader BP-4


Desa 18 X 12 bln x Rp. 100.000,- Rp. 64.800.000,-
3 org
2 Kepegawaian, ketatausahaan ,
barang inventaris dan pemeliharaan
kantor
- Pembinaan Pegawai
(PNS,Sukwan,P3N dan 12 kali Rp. 1.000.000,- Rp. 12.000.000,-
PAH)
- -Bayar honor sukwan 3 x 12 bulan Rp. 1.500.000,- Rp. 54.000.000,-
- Pengadaan ATK 12 bulan Rp. 1.000.000,- Rp. 12.000.000,-
- Pengadaan Barang
inventaris:
a. Kursi citos 10 unit Rp. 300.000,- Rp. 3.000.000,-
b. Laptop 1 unit Rp. 7.000.000,- Rp. 7.000.000,-
c. Komputer 1 unit Rp. 150.000.000,- Rp. 150.000.000,-
d. Kendaraan roda empat 1 unit Rp. 4.000.000,- Rp. 4.000.000,-
- Pemeliharaan Gedung 12 bulan Rp. 1.000.000,- Rp. 12.000.000,-
- Pemeliharaan barang
inventaris 12 bulan Rp. 1.000.000,- Rp. 12.000.000,
- Pakaian seragam 9 org Rp. 200.000,- Rp. 1.800.000,-
- Bayar honor sukwan PAH 18 0rg x12 Rp. 500.000,- Rp. 108.000.000,-
- Penataan Kearsipan 1 paket Rp. 3.000.000,- Rp. 3.000.000,-
- Penataan arsip kepegawaian 9 org Rp. 100.000,- Rp. 900.000,-
- Gebyar HAB tk.Kecamatan 1 paket Rp. 30.000.000,- Rp. 30.000.000,-

[Type text] Page 24


25

3 Pembinaan Keluarga Sakinah :


1.Pembentukan Kader keluarga
sakinah di tiap desa dan orientasi 1 kali Rp.. 5.000.000,- Rp. 5.000.000,-
keluarga sakinah
2.Pemberian honor Kader Keluarga
sakinah tingkat Desa 18 x 12 x 2 Rp. 100.000,- Rp. 43.200.000,-
org
3.Pembinaan keluarga sakinah ke 18 x 12 bulsn Rp. 100.000,- Rp. 1.800.000,-
tiap desa
4.Mudzakarah konsep keluarga
Sakinah dan harta dalam keluarga 1 kali Rp. 5.000.000,- Rp. 5.000.000,-
5.Membentuk Desa
Binaan/Percontohan Keluarga
Sakinah dan Pembinaannya 1 kali Rp. 5.000.000,- Rp. 5.000.000,-
6.Pembuatan Buletin Keluarga
Sakinah 12 x 18 x 100 Rp. 300,- Rp. 6.480.000,-
eksp
,-
3 Kemasjidan dan Lembaga
Pendidikan Keagamaan:
1.Pembuatan Buku Pedoman DKM 180 DKM Rp. 20.000,- Rp. 5.600.000,-
2.Pembentukan Forum DKM
Kecamatan dan orientasi 1 kali Rp. 5.000.000,- Rp. 5.000.000,-
Manajemen DKM
3.Pemilihan Masjid teladan tingkat 1 kali Rp. 5.000.000,- Rp. 5.000.000,-
kecamatan
4.Pendataan Majelis Ta’lim 18 desa Rp. 100.000,- Rp. 1.800.000,
5.Orientasi Manjemen Majelis ,- ,-
Ta’lim dan Pembentukan Forum 1 kali Rp. 6.000.000,- Rp. 5.000.000,-
Majelis Ta’lim tingkat Kecamatan
6.Pemilihan Majelis Ta’lim teladan 1 kali Rp. 5.000.000,- Rp. 5.000.000,-
7.Pembinaan Majelis ta’lim ke
desa-desa 18 desa Rp. 100.000,- Rp. 1.800.000,-
8.Pendataan lembaga pendidikan
keagamaan 18 desa Rp. 100.000,- Rp. 1.800.000,-
9.Pembuatan data lembaga
pendidikan 1 kali Rp. 500.000,- Rp. 500.000,-

4. Pembinaan Mental dan Kerukunan


Umat Beragama :
1.Pembentukan Forum Ormas 1 kali Rp. 1.500.000,- Rp. 1.500.000,-
Islam
2.Mudzakarah kerukunan umat 1 kali Rp. 5.000.000,- Rp. 5.000.000,-
Bergama dan HAM
3.Mudzakarah konsep jihad dalam
Islam 1 kali Rp. 5.000.000,- Rp. 5.000.000,-
4.Pembinaan mental remaja ke

[Type text] Page 25


26

SLTP , SLTA dan ormas pemuda 15 sekolah Rp. 1.000.000,- Rp. 15.000.000,-
5.Sosialisasi 4 pilar Negara 1 kali Rp. 5.000.000,- Rp. 5.000.000,-
6.Pemberdayaan ormas Islam 5 lembaga Rp. 1.000.000,- Rp. 5.000.000,-
5 Pemberdayaan Zakat,wakaf dan
ibadah social
1.Pembentukan UPZIS tingkat 18 desa Rp. 300.000,- Rp. 5.400.000,-
Desa dan RW
2.Pembentukan UPZIS intsansi 10 lembaga Rp. 200.000,- Rp. 2.000.000,-
pemerintah/BUMN/BUMD/swasta
2.Orientasi Manajemen BAZIS / 1 kali Rp. 5.000.000,- Rp. 5.000.000,-
UPZIS
3.Pengadaan administrasi ZIS 190 paket Rp. 20.000,- Rp. 3.800.000,-
4.Pembuatan Pedoman
Pengelolaan UPZIS 190 eskp Rp 20.000,- Rp. 3.800.000,-
5.Penyuluhan ZIS ke tiap
desa/RW 18 desa Rp. 100.000,- Rp. 1.800.000,-
6.Pendataan tanah wakaf 18 desa Rp. 100.000,- Rp. 1.800.000,-
7.Orientasi Pemberdayaan 1 kali Rp. 5.000.000,- Rp. 5.000.000,-
tanah/Barang Wakaf
8.Penyuluhan/pengawasan 18 desa Rp. 100.000,- Rp. 1.800.000,-
perwakafan ke tiap desa/RW
9.Pembentukan UKM percontohan
dan bantuan modalnya 3 kelompok Rp. 10.000.000,- Rp. 30.000.000,-
10.Orientasi pengurusan jenazah 1 kali Rp. 5.000.000,- Rp. 3.000.000,-
11.Orientasi cara penyembelihan
hewan menurut Islam 1 kali Rp. 5.000.000, Rp. 3.000.000,-
12.Pembinaan Panti Asuhan - -
6 Pembinaan Manasik Haji dan
Umroh: 1 kai Rp. 5.000.000,- Rp. 5.000.000.,-
1. Sosialisasi uu haji 100 0rg x 7 p Rp. 30.000,- Rp. 21..000.000,-
2.Bimbingan Manasik Haji 1 kali Rp. 5.000.000,- Rp. 5.000.000,-
3..Orientasi dan Pemberdayaan
IPHI

Jumlah Rp.1.244.880.000,-
Terbilang Satu milyar dua ratus empat puluh empat juta delapan
ratus delapan puluh ribu rupiah
Catatan:

1. Biaya di atas dengan asumsi biaya pelayanan nikah (transport penghulu dan P3N )
dibiaya oleh Negara;
2. Pembelian kendaraan roda empat hanya 1 kali

4. Asumsi Sumber Anggaran Biaya

a.APBN

[Type text] Page 26


27

Kemenag harus cerdas dan lincah dalam mengajukan anggaran yang bersumber dari
APBN. Kemenag harus miliki daya tawar yang tinggi. Hemat penulis, dewasa ini Kemenag
belum optimal dalam upaya mendapatkan anggaran yang memadai.. Salah satu contoh, ahir-
ahir ini Kemenag mengajukan biaya anggaran transport penghulu agar tidak membebani
masyarakat, ternyata Menteri Keuangan tidak menyetujui. Padahal, DPR sudah menyrtujui.
Kemudian untuk oprasional kegiatan pendidikan madrasah diniyah sangat kecil, sedangkan
Pendidikan Luar Sekolah di lingkungan Kemendiknas sangat besar.

b. Dana ABADI.

Jumlah dana ABADI yang bersumber dari jamaah haji yang masuk daftar tungggu
bernilai sangat besar. Sebagian dari bunga atau bagi hasil dari uang itu dapat digunakan
untuk membiayai program Kemenag. Regulasinya saja dibuat agar tidak menyimpang dari
hukum yang berlaku di negara kita. Ini merupkan potensi yang luar biasa untuk menambah
anggaran Kemenag di luar APBN.

c.Bantuan Luar Negeri

Dunia internasional punya kepentingan terhadap Indonesia, terutama negara-negara


yang banyak menanamkan modalnya di negara kita. Kalau kondisi negara kita tidak stabil,
investasi mereka akan rugi juga. Dalam hal ini, Kemenag dapat membuat proposal untuk
mengajukan bantuan tersebut dengan prosedur yang barlaku. Sebagai contoh, Polri telah
mendapat bantuan dari Australia berupa peralatan dan uang.. Konon, katanya bantuan ini
untuk memberantas teroris di Indonesia . Kalau ini, pertimbangannya, maka Kemenag juga
dapat berperan dalam menangani teroris. Pemberantasan teroris tidak cukup dengan
pendekatan keamanan, tetapi juga harus dengan pendekatan lain, seperti pendekatan
psikologi keagamaan.

7) Keberadaan Pembantu PPN


Keberadaan Pembantu PPN (P3N) harus diakui dalam membantu program
Kementerian Agama.Sala satunya adalah dalam pelayanan pernikahn. KUA mustahil dapat
melayani pernikahan secaa prima kepada masyarakat Coba bayangkan, bila dalam satu hari
ada penikahan ada 10 peristiwa, sementaa penghulu ada 2 0rang ! Ini mustahil dapat
dilayani oleh penghulu.

[Type text] Page 27


28

Di samping hal di atas, P3N memiliki jasa dalam sejarah pembinaan umat beragama.
Sebelum ada Kemenerian Agama, P3N sudah ada. Dahulu P3N disebut modin, amil, lebe
atau sebutan lainnya sesuai dengan daerah masing-masing di Indonesia.Sejarawan Clifford
Geertz ketika melakukan penelitian masyarakat Mojokerto sebelum masa
kemerdekaan ,bahwa salah satu kelompok masyarakat disebut keluarga penghulu. Keluarga
ini adalah tokoh agama yang melayani pernikahan, perceraian dan fatwa keagamaan.34
Menurut Ibnu Qayim Isma’il dalam bukunya “Kiyai Penghulu Jawa:”, bahwa penghulu
adalah kiyai yang memiliki jabatan di pemerintahan..Kiyai penghulu di tingkat desa disebut
modin/kaun/ kayim/lebe/amil. 35

Atas dasar di atas, keberadaan pembantu PPN layak dipertahankan. SK Dirjen nomor
tentang penataan PPN yang salah satu isinya adalah penghentian pengangkatan Pembantu
PPN dan mengembalikan Pembantu PPN ke Pemerintah daerah perlu ditinjau lagi. Untuk
menghindari pelanggaran hukum yang berkaitan dengan pungutan biaya proses pelayanan
pernikahan, perlu dibuat regulasi baru. Misalnya, Pembantu PPN diangkat pegawai
Kemenag non-PNS seperti guru non-PNS yang diberi gaji sekitar 1,5 juta per bulan.
Mungkin yang menjadi masalah adalh sumber anggarannya. Hal ini telah penulis
kemukakan di atas, yakni APBN, dana ABADI, bantuan luar negeri dan lainnya.
8) Biaya Pencatatan Nikah dan Kontroversi Gratifikasi
Sebagaimana kita ketahui, bahwa biayan pencatatan nikah berdasarkan PP No……..
adalah Rp.30.000,- .Biaya pencatatan nikah ini perlu ditinjau lagi, karena ada persoalan lain
yang sangat mendasar , yakni belum terakomodasinya biaya oprasional penghulu dalam
pelayanan pernikhan. Selama ini,biaya oprasional penghulu ini dibebankan kepada
masyarkat tanpa ada paying hukumnya. Hal ini menimbulkan kontroversi di masyarakat,
terutama kalangan praktisi hukum. Dengan adanya UU No No.20 tahun 2001 tentang
Tipikor, biaya yang diberikan massyarakat (calon pengantin) kepada penghulu dipandang
sebagai gratifikasi alias korupsi. Beberapa usulan Irjen Kemenag , dalam kaitan masalah
di atas, Irjen Kemenag, H.M Jasin, dalam bukunya “Biaya Nikah dan Solusinys”
mengemukakan beberapa usulan sebagai berikut:

34
Clifford Geertz, Abangan, Santri dan Priyai dalam Masyarakat Jawa, (Jakarta, Pustaka Jaya:1989),p.181
35
Ibnu Qoyim Ismail, Kyai Penghulu Jawa: Peranannya di Masa Kolonial(Jakarta: Gema Insani Press, 1997)
h. 75

[Type text] Page 28


29

Pertama, menggratiskan biaya pernikahan serta semua pencatatan nikah dilakukan di


KUA dan di hari kerja. Kedua, menaikkan biaya pencatatan nikah. Ketiga, memberikan
uang transport local kepada Penghulu sesuai Standar Biaya Masukan (SBM) dari APBN.
Keempat, menaikkan biaya pencatatan pernikahan dan memberikan transport local kepada
Penghulu. Kelima, membebaskan biaya pencatatan nikah, member transport lokal,
honorarium Penghulu yang menjadi wali nikah dan member khutbah nikah.Keenam,
menaikkan biaya pencatatan nikah dan memberikan transport lokal dan uang lembur kepada
penghulu. Kebijakan menaikkan biaya ini dirasa akan membebani masyarakat ekonomi
lemah. Ketujuh, tariff biaya nikah tidak dinaikkan atau tetap Rp. 30.000,- bagi penghulu
diberikan uang lembur dan transport lokal. Honorarium dan transport ini memberikan
insentif secara nyata kepada penghulu untuk menghindari pungutan di luar ketentuan.
Kelemahannya, beban Negara bertambah. Kedelapan, membebaskan tariff pencatatan nikah,
bagi penghulu yang melaksanakan tugas di luar kantor mendapat uang transport lokal, biaya
profesi bagi penghulu yang memberikan khutbah nikah maupun menjadi wali nikah.
Memberikan perhatian kepada staf KUA dalam menjalankan tugas hariannya.Solusi ini
konsekuensinya menambah beban Negara. Namun solusi ini dianggap paling komprehensif
dalam menyelesaikan permasalahan KUA dan setidaknya dapat menjawab pertanyaan
Negara seakan melakukan pembiaran terhadap kondisi KUA. Padahal KUA memiliki nilai
strategis dalam mengemban dan mendiseminasikan misi Kementerian Agama di
masyarakat.36

Penulis setuju dengan pendapat M Jasin di atas, bahwa solusi yang terbaiik adalah
biaya biaya pencatatan nikah dan oprasional penghulu dalam melayani pernikahan
ditanggung oleh Negara. Hal ini agar tidak membebani masyarakat dan penghulu tidak
melanggar aturan hukum. Persoalan anggaran biaya yang masih kendala, ini telah penulis
lemukakan di atas.

9) Remunerasi
Berdasarkan kajian Kemenag, bahwa dalam upaya meningkatkan kinerja di
Kemenetrian Agama, pada tahun 2014 akan diberlakukan remonirasi. Menurut Sekjen
Kemenag, Bahrul Hayat, segala hal menyangkut pemberlakuan remunerasi terus
diupayakan, terutama pada kesiapan aspek administratif dan anggarannya. Diharapkaan
bahwa remunerasi bisa dibayarkan hingga 60 %, 37 .Langkah ini merupakan langkah positif
untuk mingkatkan kinerja dan kesejahteraanb karyawan. Hanya saja , hemat penulis ,
36
Moch.Jasin, Biaya Nikah dan Solusinys, (Jakarta, Inspektorat Jenderal Kemenag, 2013) h.20

37
KOmpasiana, 05 October 2013 Sekjen Kemenag RI: Reformasi Birokrasi Sebuah Keharusan…
http://regional.kompasiana.com/2013/10/05/sekjen-kemenag-ri-reformasi-birokrasi-sebuah-keharusan--
598677.html

[Type text] Page 29


30

besaran remonirasi harus baerasaskan keadilan. Misalnya, Kepala Kantor Kemenag


Kab/kota yang berpenduduk 2 juta orang harus lebih besar tunjangannya daripada Kepala
Kab/kota yang berpenduduk 500 ribu orang. Demikian juga, kepala KUA yang penduduk
kecamatannya 100 ribu orang harus lebih besar tunjangannya daripada Kepala KUA yang
penduduk kecamatannya 50 ribu orang. Karena keduanya berbeda dalam volume pelayanan
kepada masyarakat.
Kebijakan remonirasi ini merupakan salah satu jawaban dan penghargaan pemerintah
atas sejumlah kegiatan yang tidak ada anggaran biayanya. Misalnya, Kepala KUA/penghulu
harus menghadiri pernikahan di luar jam kerja dan di luar Balai Nikah. Demikian juga
kegiatan-kegiatan kedinasan dan kemasyarakatan yang harus dihadiri oleh pegawai
Kemenag.

B. Solusi Permasalahan Bangsa


1. Solusi Mengatasi Perceraian dan KDRT

Sebagaimana telah penulis kemukakan di atas, bahwa perceraian dan


KDRT semakin meniingkat tiap tahunnya. Berdasarkan informasi dari Direktur
Jenderal Badiklat Mahkamah Agung RI, Agung Wahyu Widiana, bahwa
penyebab perceraian di Indonesia berdasarkan urutannya adalah kecemburuan,
masalah ekonomi dan ketidakharmonisan rumah tangga. Namun berdasarkan
data yang dikeluarkan MA pada 2010, masalah utama perceraian dipicu karena
masalah ekonomi. Data yang dilansir Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung
(MA) baru-baru ini menyebutkan, dari 285.184 perkara perceraian, sebanyak
67.891 kasus karena masalah ekonomi.Di urutan kedua, pemicu perceraian
adalah perselingkuhan sebanyak 20.199 kasus. Sejak 2012 sebanyak 476 ribu
kasus. Dan, hampir 80 persen dari total kasus atau sekitar 380 ribu kasus
merupakan perceraian. Angka ini melonjak tajam dari tahun 2011 yang hanya
sebanyak 276 ribu. “Penyebab perceraian terbesar adalah ketidakharmonisan
rumah tangga hingga KDRT

Masalah KDRT, sebagaimana telah dikemukakan di atas, kasus ini juga


cenderung terus meningkat. Kekerasan dalam rumah tangga (disingkat KDRT) adalah
kekerasan yang dilakukan di dalam rumah tangga baik oleh suami maupun oleh istri.
Menurut Pasal 1 UU Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah

[Type text] Page 30


31

Tangga (UU PKDRT), KDRT adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama
perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual,
psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan
perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam
lingkup rumah tangga. Sebagian besar korban KDRT adalah kaum perempuan (istri) dan
pelakunya adalah suami, walaupun ada juga korban justru sebaliknya, atau orang-orang
yang tersubordinasi di dalam rumah tangga itu. . Penyebab KDRT di antaranya adalah:

 Laki-laki dan perempuan tidak dalam posisi yang setara


 Masyarakat menganggap laki-laki dengan menanamkan anggapan bahwa laki-laki
harus kuat, berani serta tanpa ampun
 KDRT dianggap bukan sebagai permasalahan sosial, tetapi persoalan pribadi
terhadap relasi suami istri
 Pemahaman keliru terhadap ajaran agama, sehingga timbul anggapan bahwa laki-laki
boleh menguasai perempuan.38

Menurut data yang diambil dari beberapa sumber pada tahun 2004, dilaporkan
bahwa jumlah kekerasan terhadap perempuan yang terbanyak adalah Kekerasan
Dalam Rumah Tangga (KDRT) yaitu sebanyak 88,49% dari total kasus kekerasan
yang dilaporkan. Dari prosentase tersebut 81,82% pelakunya adalah suami, mantan
suami, orang tua, saudara, anak dan majikan.39

Berdasarkan factor-faktor penyebab perceraian di atas, hemat penulis yang paling


utama adalah kedangkalan iman dan pengetahuan dalam membina rumah tangga.
Berdasarkan pengalaman penulis ketika memimpin kursus calon pengantin, hampir semua
calon pengantin tidak memahami rukun dan tujuan pernikahan.

Dengan memperhatikan hal di atas, maka solusi untuk mengatasi perceraian dan
KDRT yang dapat dilakukan oleh KUA adalah :
38
Wikipedia Ensikloppedia Bebas, Kekerasan dalam rumah tangga,
http://id.wikipedia.org/wiki/Kekerasan_dalam_rumah_tangga

39
Posts Tagged. June 17, 2009 ,Perempuan bekerja dalam pandangan Islam,
http://vienmuhadisbooks.com/tag/komnas-perlindungan-anak/

[Type text] Page 31


32

a.Meningkatkan Pembinaan Kelaurga Sakinah

b.Penguatan Kursus Calon Pengantin

c.Pemberdayaan Ekonomi Umat

c.Pemberdayaan BP-4 Desa dan Lembaga Pendidikan Keagamaan

2. Solusi Mengatasi Penyalahgunaan Narkoba dan Miras


Sebagaimana dikemukakan di atas, peredaran narkoba dan miras merupakan masalah
bangsa yang sangat membahayakan masa depan bangsa. Pada tahun 2011, Presiden
40
telah mencanangkan bahwa tahun 2015 Indonesia bebas dari narkoba.
Namun, dalam kenyataannya peredaran narkoba dan minuman keras (miras) di
masyarakat menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat baik secara
kuantitatif maupun kualitatif . Korbannya semakin meluas, terutama di kalangan
anak anak, remaja, dan generasi muda ..Di sini kita perlu mencari sumber penyebab
peredaran dan penyalahgunaan narkoba dan miras. Menurut BNN, salah satu
penyebab utama peredaran adalah karena harga narkoba sangat tinggi dibandingkan
dengan Negara lain.41
Di samping penyebab di atas, penyebab penyalahugunaan konsumsi narkoba
adalah di antaranya:
- .Hukuman lemah
- Kurangnya perhatian orangtua dan keluarga.
- Orang tua yang gagal menjadi role model (teladan) bagi keluarganya
- Pengaruh lingkungan dan teman yang tidak bertanggung jawab
- Karena ketidaktahuan seseorang atau masyarakat akan bahaya Narkoba
- Kelemahan iman 42

40
Antara Nes.Com, Rabu, 30 Oktober 2013 17:02 WIB, BNN: Harga tinggi penyebab utama peredaran
narkoba , http://www.antarasumsel.com/berita/280215/bnn-harga-tinggi-penyebab-utama-peredaran-
narkoba

41
Antara News Com,Ibid,

42
World82, Faktor Penyebab Peredaran Narkoba di Indonesia,
http://world82.wordpress.com/2012/02/03/faktor-penyebab-pengedaran-narkoba-di-indonesia-di-lihat-
dari-aspek-sosiologi-hukum/

[Type text] Page 32


33

Selain di atas masih banyak faktor lainnya, seperti ingin mencoba, , supaya
percaya diri, bersenang-senang (hedonism) dan lainnya. Demikian juga penyebab
minuman keras, tidak jauh berbeda dengan penyebab narkoba.Oleh karena itu, kita
perlu mencari solusi untuk mengatasi peredaran dan penyalahgunaan narkoba dan
miras tersebut.
Hemapt penulis, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh KUA untuk
mengatasi hal tersebut, di antaranya:
- Memberikan pembinaan mental keagamaan kepada masyarakat, khususnya para
remaja;
- Sosialisasi UU dan peraturan lainnya yang berkaitan dengan bahaya narkoba dan
minuman keras dengan bekerjasama dengan Polsek dan instansi/lembaga lainnya;
- Membentuk Satgas Pencegahan Narkoba dan Miras di tiap kecamatan dan desa
dengan memberdayakan P3N dan Penyuluh Agama Honorer (PAH).

3. Solusi Mengatasi Pornografi, Penyimpangan Sexual dan Aborsi


Sebagaimana telah dikemukakan di atas, penyimpangan sexual, aborsi dan
pornografi di Negara kita semakin meningkat. Wamenag Nasaruddin Umar yang
juga Kordinator Subgugus Tugas Pencegahan dan Penanganan Pornografi
mengatakan, kementerian dan lembaga wajib menyamakan pandangan mengenai
konsep dan bahaya pornografi bagi kehidupan, mensosialisasikan peran
pemerintah pusat dan pemerintah daerah mengenai upaya pencegahan pornografi
beserta dengan perundang-undangannya.43

Akibat buruk dari pornografi dan pornoakasi, salah satunya adalah sex bebas dan
aborsi. Jane Brown seorang ilmuwan dari Universitas North Carolina, Amerika Serikat--
menemukan adanya korelasi signifikan antara pengaruh media porno dengan perilaku seks
bebas.Menurutnya, eksploitasi seksual dalam video klip, majalah, televisi dan film-film
ternyata mendorong konsumen (dhi. remaja) untuk melakukan aktivitas seks secara
sembarangan di usia muda. Dengan seringnya melihat tampilan seks di media, mereka
akhirnya beranggapan bahwa aktivitas seks adalah hal "biasa". .
Jane Brown mengambil sampel sebanyak 1.017 remaja berusia 12 sampai 14 tahun dari

43
Kemenag, Selasa, 19 November 2013 , Fenomena Pornografi Seperti Gunung Es,
http://www.kemenag.go.id/index.php?a=berita&id=165869

[Type text] Page 33


34

negara bagian North Carolina, AS. Mereka disuguhi 264 tema seks dari film, televisi, show
musik, dan majalah selama dua tahun berturut-turut. Hasilnya sangat mengejutkan. Remaja
yang paling banyak mendapat suguhan seksual dari media cenderung melakukan aktivitas
seks pada usia 14 hingga 16 tahun, dan 2,2 kali lebih tinggi ketimbang remaja lain yang
lebih sedikit melihat eksploitasi seks dari media.44
Hal seperti di atas tidak jauh bebeda dengan yang terjadi di Indonesia. Hasil riset di 12
kota besar di Indonesia terhadap 4500 pelajae SLTP, 97,2 persen dari mereka telah
mengakses situs porno.91 persen telah melakukan kissing, petting dan oralsex.62,1 persen
dari siswa SMU telah melakukan zina dan 22 persen telah melakukan abortus. 45 INi satu
hal yang mengejutkan dan mengerikan bagi masa depan umat.

Untuk mencari solusi penanggulangan penyimpangan sexual,aborsi dan


pornografi di atas perlu digali akar masalah atau penyebabnya. Menurut sebagian
peneliti, bahwa penyebab hal tersebut di antaranya adalah faktor genetik ,traumatic,
pola asuh yang salah, pengaruh lingkungan, film, rxplorasi , narkoba, alcohol, obat-
obatan dan lainnya.46 Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh KUA
adalah:
- Pembinaan mental keagamaan kepada masyarakat
- Membentuk Satgas pencegahan pornografi, penyimpangan sexual dan aborsi di tiap
desa dengan meberdayakan P3N dan PAH;
- Sosialisasi Fiqh Munakahat dan UU/Peraturan Perkawinan,UU Anti Pornografi dan
lainnya.

44
Supriyanto Blogpost.com. Rabu, 08 September 2010 , PENYIMPANGAN SEKSUAL / SEXUAL
DEVIATION , http://dr-suparyanto.blogspot.com/2010/09/penyimpangan-seksual-sexual-
deviation.htm

45
Yusuf Nasur.Network, 26 Mei 2010 pukul 20:09,Benarkah Indonesia Surga Pornografi ?
http://www.facebook.com/notes/yusuf-mansur-network/benarkah-indonesia-surga-pornografi-/
429627170209
46
Riyadlusholihin, Penyimpangan Sexual, http://riyadhushsholihin.wordpress.com/2011/01/01/penyimpangan-
seksual/

[Type text] Page 34


35

4. Solusi Mengatasi Korupsi


Sebagaimana telah dikemukakan di atas, bahwa korupsi di Indonesia semakin
meningkat. Hal ini perlu dicari solusinya. Untuk ini, perlu dicari penyebab terjadinya
korupsi tersebut. Terjadi korupsi di antaranya:
- Kelemahan iman/mental keagamaan:
- Hedonisme;
- Sistem birokrasi yang memberi peluang korupsi;
- Pengaruh lingkungan
- Gaji/upah yang tidak mencupupi.
Adapun solusi yang dapat dilakukan oleh KUA adalah di antaranya:
- Pembinaan mental keagamaan kepada masyarakat, terutama jajaran birokrasi;
- Menyelenggarakan orientasi/mudzakarah tentang konsep harta dalam Islam;
5. Solusi Mengatasi

NO. PERMASALAHAN AKAR MASALAH SOLUSI YANG DAPAT


DILAKSANAKAN di KUA
1 Perceraian dan KDRT -ekonomi lemah - Penguatan suscatin
-selingkuh -Pemberdayaan BP-4
-kedangkalan ilmu/ Agama - Pembinaan keluarga sakinah
-tidak paham munakahat yang jelas dan terarah ke tiap
-perbedaan pandangan Desa/RW
-cemburu yang berlebihan -Pemberdayaan majelis
ta’lim ,DKM dan ormas Islam
-Bantuan modal UKM per tahun
untuk percontohan
-Pemberdayaan BAZIS
-Pemberdayaan P3N dan PAH
-Sosialisasi KUHP
- Kerjasama lintas sektoral
2 Narkoba dan Miras - - hukuman lemah -Pembinaan mental remaja ke
- - ekonomi lemah sekolah dan ormas pemuda
-hedonisme -Prnyuluhan bahaya narkoba. Ke
-kedangkalan agama sekolah, ormas pemuda dan
-provokasi/rayuan lainnya
-merasa kurang PD -Pemberdayaan Majelis

[Type text] Page 35


36

-kurang pengawasan Ta’lim,Diniyah,pesantren


-pergaulan bebas -Pemberdayaan P3N dan PAH
-Pemberdayaan ormas Islam
-Sosialisasi KUHP
-Kerjasama lintas sektoral
3 Penyimpangan -kurang pendidikan agama -Pemberdayaan Majelis
seksual,Aborsi dan -ekonomi lemah Ta’lim,Diniyah,pesantren
Pornografi() -hedonisme -Pembinaan mental remaja ke
-pornografi/pornoaksi sekolah dan ormas pemuda
-film blue - kerja sama dengan ormas/LSM
-hukuman lemah - Bantuan modal UKM
-pengaruh asing --Pemberdayaan BAZIS
-kesepian - Pemberdayaan P3N dan PAH
-pakaian wanita yang -Sosialisasi KUHP
seronok/sexy -Kerjasama lintas sektoral
-pergaulan bebas
-kurang pengawasan
4 Terorisme dan -pemahaman jihad yang tidak -Mudzakarah konsep jihad
saparatisme tepat dalam Islam di tingkat
-kedangkalan ilmu agama kecamatan
-balas dendam -Mudzakarah kerukunan umat
-pengaruh asing dan HAM
-hukuman lemah -Sosialisasi 4 Pilar Negara di
-ketidakpuasan atas kebijakan tingkat kecamatan/desa
pemerintah -Pemberdayaan Ormas
-perbedaan konsep politik Islam ,Masjid dan Pesantren
-provokasi/rayuan -Pemberdayaan P3N dan PAH
-Sosialisasi KUHP
-Kerjasama lintas sektoral

4 Radikalisme/ -kedangkalan ilmu agama -Mudzakarah konsep kerukunan


premanisme/ -fanatik golongan/kelompok umat beragama dan HAM
anarkhisme -provokasi -Pemberdayaan Majels Ta’lim
-hukuman lemah -Bantuan modal UKM
-ekonomi lemah - Pemberdayaan BAZIS sampai
tk RW
- Pemberdayaan P3N dan PAH
-Sosialisasi KUHP
-Kerjasama lintas sektoral

5 Korupsi -kedangkalan ilmu agama - -Mudzakarah konsep Harta


-hedonis dan sensasi dalam Islam dan konsep
-penghasilan kurang keluarga sakinah bagi para
mencukupi pegawai
-tuntutan istri/keluarga yang -Pembinaan/siraman Rohani
tida wajar bagi pegawai secara rutin
-kurang pengawasan -Sosialisasi UU Tipikor dan
--hukuman lemah KUHP

[Type text] Page 36


37

-Kerjasama lintas sektoral


6 Aliran/paham sesat, -kedangkalan ilmu agama -Pemberdayaan Majelis
liberalisme dsb. -ekonomi lemah Ta’lim,Diniyah,pesantren
-kurang pengawasan -Pemberdayaan ormas Islam
-provokasi/rayuan -Bantuan Modal UKM
-Pemberdayaan BAZIS sampai
tk RW
- Pemberdayaan P3N dan PAH
-Sosialisasi KUHP
-Kerjasama lintas sektoral
7 Konplilk Antar Umat -melanggar aturan kerukunan - Sosialisasi peraturan
Beragama umat beragama kerukunan umat beragama
-kedangkalan ilmu agama - Dialog antar Tokoh Agama
-ekonomi lemah -Pengentasan kemiskinan
-kurang pengawasan - Pembinaan semua umat
-provokasi/rayuan bergama

8 Kemiskinan

Teknis solusi yang dapat dilaksanakan di KUA di atas tentunya harus dibuat
perencanaan program yang jelas, terarah dan didukung dengan fasilitas/dana yang
memadai.Di samping itu, perlu dibentuk Tim Khusus Program di atas.

Permasalahan bangsa di atas

REFORMASI TOTAL KUA DAN PERMASALAHAN BANGSA


“Mengokohkan Peran Strategis KUA dalam Mewujudkan Masyarakat Yang Nasionalis-Religieus”

[Type text] Page 37


38

n
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang Masalah
b. Tujuan Penelitian
c. Metode Penelitian
d. Penjelasan Judul

BAB II KUA DAN PERMASALAHAN BANGSA


F. Selayang Pandang tentang KUA di Indonesia
G. Kondisi Obyektif KUA di Indonesia
H. Tupoksi KUA
I. SDM KUA
J. Pembantu PPN
K. Permasalahan Bangsa

BAB III KUA YANG IDEAL SEBAGAI SOLUSI PERMASALAHN BANGSA


a. Tupoksi KUA
b. Personal dan Struktur Organisasi KUA
c. Aanggaran Oprasional KUA
d. Solusi Biaya Pencatatan Nikah dan Nikah di Luar Kantor
e. Remunerasi
f. Sulusi Permasalahan Bangsa
BAB IV KESIMPULAN DAN PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP PENULIS

DENTIFIKASI, RUMUSAN DAN BATASAN MASALAH


A. IDENTIFIKASI MASALAH
Identifikasi masalah adalah pengenalan masalah atau inventarisir masalah. Identifikasi masalah
adalah salah satu proses penelitan yang boleh dikatakan paling penting diantara proses lain.
Masalah penelitian akan menentukan kualitas dari penelitian, bahkan juga menentukan apakah
sebuah kegiatan bisa disebut penelitian atau tidak. Masalah penelitian secara umum bisa kita
temukan lewat studi literatur atau lewat pengamatan lapangan (observasi, survey, dsb).
Masalah penelitian bisa didefinisikan sebagai pernyataan yang mempermasalahkan suatu
variabel atau hubungan antara variabel pada suatu fenomena. Sedangkan variabel itu sendiri
dapat didefinisikan sebagai pembeda antara sesuatu dengan yang lain.
Beberapa hal yang dijadikan sebagai sumber masalah adalah :
1. Bacaan
Bacaan yang berasal dari jurnal-jurnal penelitian yang berasal dari laporan hasil-hasil
penelitian yang dapat dijadikan sumber masalah, karena laporan penelitian yang baik tentunya
mencantumkan rekomendasi untuk penelitian lebih lanjut, yang berkaitan dengan penelitian
tersebut. Suatu penelitian sering tidak mampu memecahkan semua masalah yang ada, karena
keterbatasan penelitian. Hal ini menuntut adanya penelitian lebih lanjut dengan mengangkat
masalah-masalah yang belum terjawab.
Selain jurnal penelitian, bacaan lain yang bersifat umum juga dapat dijadikan sumber masalah

[Type text] Page 38


39

misalnya buku-buku bacaan terutama buku bacaan yang mendeskripsikan gejala-gejala dalam
suatu kehidupan yang menyangkut dimensi sains dan teknologi atau bacaan yang berupa
tulisan yang dimuat dimedia cetak.
2. Pertemuan Ilmiah
Masalah dapat diperoleh melalui pertemuan-pertemuan ilmiah, seperti seminar, diskusi.
Lokakarya, konfrensi dan sebagainya. Dengan pertemuan ilmiah dapat muncul berbagai
permasalahan yang memerlukan jawaban melalui penelitian.
3. Pernyataan Pemegang Kekuasaan (Otoritas)
Orang yang mempunyai kekuasaan atau otoritas cenderung menjadi figure yang dianut oleh
orang-orang yang ada dibawahnya. Sesuatu yang diungkapkan oleh pemegang otoritas tersebut
dapat dijadikan sumber masalah. Pemegang otoritas di sini dapat bersifat formal dan non
formal.
4. Observasi (Pengamatan)
Pengamatan yang dilakukan seseorang tentang sesuatu yang direncanakan ataupun yang tidak
direncanakan, baik secara sepintas ataupun dalam jangka waktu yang cukup lama, dapat
melahirkan suatu masalah. Contoh : Seorang pendidik menemukan masalah dengan melihat
(mengamati) sikap dan perilaku siswanya dalam proses belajar mengajar.
5. Wawancara dan Angket
Melalui wawancara kepada masyarakat mengenai sesuatu kondisi aktual di lapangan dapat
menemukan masalah apa yang sekarang dihadapi masyarakat tertentu. Demikian juga dengan
menyebarkan angket kepada masyarakat akan dapat menemukan apa sebenarnya masalah
yang dirasakan masyarakat tersebut. Kegiatan ini dilakukan biasanya sebagai studi awal untuk
mengadakan penjajakan tentang permasalahan yang ada di lapangan dan juga untuk
menyakinkan adanya permasalahan-permasalahan di masyarakat.
6. Pengalaman
Pengalaman dapat dikatakan sebagai guru yang paling baik. Tetapi tidak semua pengalaman
yang dimiliki seseorang itu selalu positif, tetapi kadang-kadang sebaliknya. Pengalaman
seseorang baik yang diperolehya sendiri maupun dari orang lain, dapat dijadikan sumber
masalah yang dapat dijawab melalui penelitian.
7. Intuisi
Secara intuitif manusia dapat melahirkan suatu masalah. masalah penelitian tersebut muncul
dalam pikiran manusia pada saat-saat yang tidak terencanakan.

Ketujuh faktor diatas dapat saling mempengaruhi dalam melahirkan suatu masalah penelitian,
dapat juga berdiri sendiri dalam mencetuskan suatu masalah. Jadi untuk mengindentifikasi
masalah dapat melalui sumber-sumber masalah di atas. Sumber-sumber masalah tersebut
dapat saling berinteraksi dalam menentukan masalah penelitian, dapat juga melalui salah satu
sumber saja.
Setelah masalah diindentifikasi, selanjutnya perlu dipilih dan ditentukan masalah yang akan
diangkat dalam suatu penelitian. Untuk memilih dan menentukan masalah yang layak untuk
diteliti, perlu mempertimbangkan kriteria problematika yang baik.
Ada beberapa kriteria dalam merumuskan problematika penelitian yang baik, sebagaimana
dikemukakan para ahli sebagai berikut ini :
1. Menurut Jack. R. Fraenkel dan Norma E. Wallen (1990) masalah penelitian biasanya
ditunjukkan sebagai pertanyaan. Karakteristik pertanyaan penelitian yang baik menurutnya
adalah :
• Pertanyaan itu harus feasible, artinya pertanyaan atau masalah penelitian itu dapat
memungkinkan untuk diteliti, dipandang dari segi waktu, energi atau biaya.
• Pertanyaan itu harus jelas, artinya pertanyaan tersebut harus dirumuskan dengan kalimat
yang sederhana yang dapat disepakati maknanya oleh sebagian besar masyarakat.
• Pertanyaan itu harus signifikan, maksudnya bahwa masalah penelitian itu akan memberikan

[Type text] Page 39


40

sumbangan pengetahuan yang penting bagi manusia.


• Pertanyaan itu harus etis, artinya pertanyaan atau permasalahan tersebut apabila diteliti
tidak akan merusak atau membahayakan manusia atau lingkungan alam dan lingkungan
manusia.
2. Menurut John W. Best (1977) menyatakan bahwa masalah penelitian dikatakan baik (tepat
dan pantas diajukan sebagai masalah penelitian), apabila pertanyaan-pertanyaan penjajakan
berikut dapat terjawab, yaitu :
• Apakah masalah tersebut dapat dijawab secara efektif melalui proses penelitian? Apakah
bisa dikumpulkan data relevan yang diperlukan untuk menjawab masalah tersebut?
• Apakah masalah tersebut membawa hasil temuan yang cukup bermakna? Apakah
mengandung sesuatu yang penting di dalam masalah tersebut? Apakah pemecahan masalah
atau penemuannya nanti akan memberikan sesuatu yang baru kepada khasanah teori dan
praktek pendidikan?
• Apakah masalah tersebut merupakan sesuatu yang baru? Apakah masalah tersebut sudah
diteliti sebelumnya? Hal ini untuk menghindari pengulangan yang tidak perlu.
• Apakah masalah tersebut memungkinkan (fisibel) untuk diteliti? Hal ini termasuk kesesuaian
masalah dengan latar belakang si peneliti, sehingga si peneliti perlu melakukan penjajakan
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan.

3. Menurut Donald Ary dan kawan-kawan (dalam Arief Furchan, 192) menyatakan ada
beberapa kriteria permasalahan yang baik, yaitu :
• Masalah hendaknya merupakan masalah yang pemecahannya akan memberikan sumbangan
kepada bangunan pengetahuan di bidang pendidikan.
• Masalah itu hendaknya merupakan masalah yang akan membawa kepada persoalan-persoalan
baru dan demikian juga kepada penelitian-penelitian berikutnya.
• Permasalahan hendaknya merupakan permasalah yang dapat diteliti.
• Permasalahan itu harus sesuai bagi si peneliti, menarik bagi si peneliti, sesuai dengan bidang
yang dikuasai dan waktu yang tersedia baginya.
4. Menurut Suharsimi Arikunto (199) bahwa permasalahan penelitian yang baik perlu
mempertimbangkan hal-hal berikut :
• Permasalahan tersebut harus sesuai dengan bidang ilmu yang sudah dan atau yang sedang di
dalami. Dalam khasanah keilmuan dikenal adanya peta keahlian.
• Permasalahan yang dipilih harus sesuai dengan minat calon peneliti.
• Permasalahan yang dipilih harus penting dalam arti mempunyai kemanfaatan yang luas.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa problematika penelitian yang
baik, apabila problematika penelitian tersebut memenuhi dua kriteria yaitu :
1. Kriteria yang bersifat subjektif
Kriteria subjektif berhubungan dengan si peneliti, yaitu menyangkut :
• Kemampuan dan Keahlian
Permasalahan yang dipilih seharusnya sesuai dengan keahlian dan kemampuan yang dimiliki si
peneliti.
• Minat
Permasalahan yang dipilih seharusnya sesuai dengan minat si peneliti. Apabila si peneliti sudah
tidak tertarik pada suatu masalah “tertentu”, sebaiknya jangan diteliti. Pilihlah dan telitilah
masalah yang benar-benar anda minati. Seseorang yang sudah tidak berminat pada suatu
masalah, maka sulitlah masalah tersebut dapat menjadi bagian dari dirinya. Padahal masalah
dalam penelitian harus merupakan bagian dari si peneliti. Penelitian akan berhasil dengan
baik, manakala masalah penelitian sesuai dengan minat peneliti.
• Biaya penelitian yang dimiliki
Dalam memilih masalah penelitian, diperlukan pertimbangan biaya yang harus diperlukan

[Type text] Page 40


41

(disediakan). Jangan memilih masalah yang memerlukan biaya banyak untuk penelitiannya,
sementara biaya yang ada terbatas sekali.
• Waktu yang tersedia
Dalam memilih masalah yang diangkat dalam suatu penelitian, hendaknya memperhatikan
waktu yang dibutuhkan dalam penelitian. Pilihlah masalah sesuai dengan kemampuan waktu
yang peneliti miliki.
• Alat-alat dan fasilitas yang tersedia dalam melakukan penelitian
Dalam memilih dan menentukan masalah dalam penelitian perlu mempertimbangkan alat-alat
atau fasilitas-fasilitas yang diperlukan dalam penelitian. Pilihlah masalah yang tersedia alat
(instrument) dan fasilitasnya untuk penelitian.
• Penguasaan metodologi penelitian.
Penguasaan metodologi penelitian penting sekali bagi para peneliti. Masalah yang dipilih perlu
mempertimbangkan metodologi yang digunakan dalam penelitian. Apakah penelitian mampu
menerapkan metodologi yang dipakai dalam menjawab masalah penelitian.
2. Kriteria yang bersifat objektif
Pertimbangan objektif merupakan pertimbangan yang dating dari arah masalahnya itu sendiri.
Pertimbangan objektif ini mengarah kepada pemberian sumbangan kemanfaatan, yang
meliputi (1) Pengembangan teori dalam bidan yang bersangkutan, (2) Pemecahan masalah-
masalah praktis.
Menurut Winarno Surachmad (1989) menyatakan beberapa factor intern dan ekstern yang
perlu dipertimbangkan dalam menetapkan masalah, yaitu :
• Apakah masalah ini berguna untuk dipecahkan?
• Apakah terdapat kepandaian yang diperlukan untuk pemecahan masalah itu?
• Apakah masalah itu sendiri menarik untuk dipecahkan?
• Apakah masalah ini memberikan sesuatu yang baru (aktual) ?
• Apakah untuk pemecahan masalah tersebut dapat diperoleh data yang secukupnya ?
• Apakah masalah itu terbatas sedemikian rupa sehingga jelas batas-batasnya dan dapat
dilaksanakan pemecahannya?
Seorang peneliti harus mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, sebelum
menentukan masalahnya. Karena dengan mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan tersebut, akan menjadi dasar dalam meyakini jawaban masalah penelitian.

B. PERUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah adalah pertanyaan penelitian, yang umumnya disusun dalam bentuk kalimat
tanya, pertanyaan-pertanyaan tersebut akan menjadi arah kemana sebenarnya penelitian akan
dibawa, dan apa saja sebenarnya yang ingin dikaji / dicari tahu oleh si peneliti. Masalah yang
dipilih harus “researchable” dalam arti masalah tersebut dapat diselidiki. Masalah perlu
dirumuskan secara jelas, karena dengan perumusan yang jelas, peneliti diharapkan dapat
mengetahui variabel-variabel apa yang akan diukur dan apakah ada alat-alat ukur yang sesuai
untuk mencapai tujuan penelitian. Dengan rumusan masalah yang jelas, akan dapat dijadikan
penuntun bagi langkah-langkah selanjutnya. Hal ini sesuai dengan pandangan yang dinyatakan
oleh Jack R. Fraenkel dan Norman E. Wallen (1990:23) bahwa salah satu karakteristik
formulasi pertanyaan penelitian yang baik yaitu pertanyaan penelitian harus clear. Artinya
pertanyaan penelitian yang diajukan hendaknya disusun dengan kalimat yang jelas, tidak
membingungkan. Dengan pertanyaan yang jelas akan mudah mengidentifikasi variabel-variabel
apa yang ada dalam pertanyaan penelitian tersebut, dan berikutnya memudahkan dalam
mendefenisikan istilah atau variabel dalam pertanyaan penelitian. Dalam mendefenisikan
istilah tersebut depat dengan (1) Constitutive definition, yakni dengan pendekatan kamus
(dictionary approach), (2), Contoh atau by example dan (3) Operational definition, yakni
mendefenisikan istilah atau variabel penelitian secara spesifik, rinci dan operasional.
Berdasarkan pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa hal yang perlu

[Type text] Page 41


42

diperhatikan dalam merumuskan masalah penelitian, antara lain adalah :


1. Rumusan masalah hendaknya singkat dan bermakna
Masalah perlu dirumuskan dengan singkat dan padat tidak berbelit-belit yang dapat
membingungkan pembaca. Masalah dirumuskan dengan kalimat yang pendek tapi bermakna.
2. Rumusan masalah hendaknya dalam bentuk kalimat Tanya
Masalah akan lebih tepat apabila dirumuskan dalam bentuk kalimat pertanyaan, bukan kalimat
pernyataan.
3. Rumusan masalah hendaknya jelas dan kongkrit
Rumusan masalah yang jelas dan kongkrit akan memungkinkan peneliti secara eksplisit dapat
menjawab pertanyaan-pertanyaan: apa yang akan diselidiki, siapa yang akan diselidiki,
mengapa diselidiki, bagaimana pelaksanaannya, bagaimana melakukannya dan apa tujuan yang
diharapkan.
4. Masalah hendaknya dirumuskan secara operasional
Sifat operasional dari rumusan masalah, akan dapat memungkinkan peneliti memahami
variabel-variabel dan sub-sub variabel yang ada dalam penelitian dan bagaimana
mengukurnya.
5. Rumusan masalah hendaknya mampu member petunjuk tenang memungkinkannya
pengumpulan data di lapangan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkandung
dalam masalah penelitian tersebut.
6. Perumusan masalah haruslah dibatasi lingkupnya, sehingga memungkinkan penarikan
simpulan yang tegas. Kalau disertai rumusan masalah yang bersifat umum, hendaknya disertai
penjabaran-penjabaran yang spesifik dan operasional.

C. BATASAN MASALAH
Batasan masalah adalah ruang lingkup masalah atau membatasi ruang lingkup masalah yang
terlalu luas / lebar sehingga penelitian lebih bisa fokus untuk dilakukan. Hal ini dilakukan agar
pembahasan tidak terlalu luas kepada aspek-aspek yang jauh dari relevan sehingga penelitian
bisa lebih fokus untuk dilakukan. Dari sekian banyak masalah tersebut dipilihlah satu atau dua
masalah yang akan dipermasalahkan, tentu yang akan diteliti (lazim disebut dengan batasan
masalah). Batasan masalah jadinya berati pemilihan satu atau dua masalah dari beberapa
masalah yang sudah teridentifikasi.
Batasan masalah itu dalam arti lain sebenarnya menegaskan atau memperjelas yang menjadi
masalah. Dengan kata lain, merumuskan pengertian dan menegaskannya dengan dukungan
data-data hasil penelitian pendahuluan seperti apa “sosok” masalah tersebut. Misal, jika yang
dipilih mengenai “prestasi kerja karyawan yang rendah” dipaparkanlah (dideskripsikanlah)
“kerendahan” prestasi kerja itu seperti apa (misalnya kehadiran kerja seberapa rendah,
keseriusan kerja seberapa rendah, kuantitas hasil kerja seberapa rendah, kualitas kerja
seberapa rendah).
Dapat pula batasan masalah itu dalam arti batasan pengertian masalah, yaitu menegaskan
secara operasional (definisi operasional) masalah tersebut yang akan memudahkan untuk
melakukan penelitian (pengumpulan data) tentangnya. Misal, dalam contoh di atas, prestasi
kerja mengandung aspek kehadiran kerja (ketepatan waktu kerja), keseriusan atau
kesungguhan kerja (benar-benar melakukan kegiatan kerja ataukah malas-malasan dan buang-
buang waktu, banyak menganggur), kuantitas hasil kerja (banyaknya karya yang dihasilkan
berbanding waktu yang tersedia), dan kualitas hasil kerja (kerapihan, kecermatan dsb dari
hasil karya).
Pilihan makna yang mana yang akan diikuti sebenarnya tidak masalah. Idealnya: (1) membatasi
(memilih satu atau dua) masalah yang akan diteliti (pilih satu atau dua dari yang sudah
diidentifikasi), (2) menegaskan pengertiannya, dan (3) memaparkan data-data yang
memberikan gambaran lebih rinci mengenai “sosoknya.”. Seperti dalam contoh : Jadi, jika
masalahnya berupa “prestasi kerja karyawan yang rendah” (yang dipilih dari, misalnya:

[Type text] Page 42


43

kreativitas kerja yang rendah, kemampuan berinisiatif yang rendah, kerja sama (kolegialitas)
yang rendah, loyalitas yang rendah, dan lainnya), maka yang akan diteliti (dipilih, dibatasi)
tentu mengenai kerendahan prestasi kerja karyawan, bukan mengenai faktor penyebab
rendahnya prestasi kerja karyawan, atau upaya memotivasi karyawan. Jika yang jadi masalah
kekurangan fasilitas (sarana prasarana) pendidikan, maka yang disebutkan (dituliskan) adalah
bahwa yang akan diteliti (dipilih, dibatasi) adalah masalah kekurangan fasilitas, bukan
pengelolaan fasilitas. Kekurangan fasilitas dan pengelolaan fasilitas merupakan dua hal yang
berbeda [Ada masalah apa pula dengan pengelolaan fasilitas? "Pengelolaan fasilitas" bukan
masalah, itu topik atau tema! Lain jika "salah kelola fasilitas" atau "ketidakefektivan
pengelolaan fasilitas"].

KESIMPULAN
Di dalam membuat suatu penelitian, terlebih dahulu dilakukan pertama-tama mencari masalah
pada umumnya dilakukanlah pencarian dan pencatatan masalah (disebut dengan identifikasi
masalah). setelah dilakukan pengindentifikasian masalah maka masalah tersebut perlu
dirumuskan secara jelas karena dengan perumusan yang jelas diharapkan dapat mengetahui
variabel apa yang akan diukur untuk mencapai tujuan penelitian. Sedangkan batasan masalah
itu sendiri bertujuan untuk membatasi ruang lingkup masalah agar jangan terlalu luas
pembahasan sehingga penelitian lebih bisa fokus dilakukan.

[Type text] Page 43

Anda mungkin juga menyukai