Anda di halaman 1dari 337

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Azza Wazalla, Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan kesehatan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan
penyusunan buku ETIKA BERWARGANEGARA, Pendidikan
Kewarganegaraan di PerguruanTinggi sesuai jadwal yang telah ditetapkan.

Buku ETIKA BERWARGANEGARA ini merupakan edisi revisi dari buku


ETIKA BERWARGANEGARA terdahulu tulisan Srijanti, Purwanto S.K,
A.Rahman HI. Karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tidak
terhingga kepada ketiga penulis tersebut semoga karyanya senantiasa
bermanfaat bagi masyarakat ilmiah dan menjadi berkah bagi pecinta ilmu
pengetahuan. Agama mengajarkan bahwa ada tiga jenis investasi yang
pahalanya tetap mengalir seperti mata air dari Allah Azza Wazalla, yaitu do’a
anak shaleh, amal jariah dan ilmu yang bermanfaat.

Meskipun secara substansi maupun format penulisan tidak terlalu jauh dari
edisi sebelumnya, namun pada edisi revisi ini ada tiga bagian penting yang
dapat dikemukakan. Pertama, ada pengurangan bab, seperti Bab II, tentang
Pancasila dan Implementasi, tidak lagi dimasukan dalam buku edisi revisi ini
dikarena pembahasan mengenai topik tersebuti menjadi domain mata kuliah
Pancasila. Bab I, Negara dan Sistem Pemerintahan pada buku ETIKA
BERWARGANEGARA lama, direposisi ke Bab II, kemudian Bab I diisi materi
baru yaitu Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian, dimana sebelumnya tidak ada. Hal yang sama
terjadi pada Bab X, Masyarakat Madani, sekarang menjadi Hubungan
Agama dan Negara. Bab lain yang direposisi adalah Bab XIII, mengenai Hak
Azasi Manusia, sekarang ditempatkan pada Bab VII.

Kedua, meskipun secara konten tidak jauh berbeda, namun hampir pada
seluruh bab mendapat tambahan materi dengan maksud untuk memperkaya
dan lebih menajamkan bahasannya. Di samping itu, ada pula perubahan
Judul, seperti Bab VII, Geopolitik, digeser ke Bab VIII, dengan topik baru
wawasan Nusantara, sementara isi masih relatif sama. Bab VIII, geostrategI,
di geser ke Bab IX, berjudul Ketahanan Nasonal.

Ketiga, ada juga beberapa bab yang mengalami penyesuaian. Bab III,
semula berjudul Identitas Nasional, ditambah menjadi Identitas Nasional
Sebagai Karakter Bangsa. Bab IV, Demokrasi dan Implementasi, diubah
dengan Demokrasi Indonesia. Bab XI, Otonomi Daerah dalam Bingkai NKRI,
sebelum judulnya Otonomi Daerah saja. Bab XII, Good Governance:
Konsep dan Implementasinya, sebelum hanya berjudul Good Governance.

1
Untuk Bab V, Hak dan Kewajiban Warga Negera. Bab VI, Konstitusi dan
Rule of Law, tidak ada perubahan.

Dengan demikian, buku ETIKA BERWARGANEGARA versi edisi revisi ini


terdiri dari 12 bab, karena 2 bab pada edisi awal bab XIII, dan bab XIV
dihapus dengan pertimbangan jumlah pertemuan kelas 12 kali, dan 2 kali
sisanya dimanfaatkan untuk kesempatan kuliah umum.

Sejujurnya penulis menyadari edisi revisi ini pun masih jauh dari sempurna,
oleh sebab itu kami membuka diri menerima masukan, sumbang saran
maupun kritikan konstruktif dari pembaca supaya buku ETIKA
BERWAGANEGARA lebih berkualitas lagi pada edisi selanjutnya.

Akhirnya, tiada gading yang tidak retak, begitu pula tidak ada manusia yang
sempurna (insanulqamil), mohon maaf bila ada kekurangan dan terima
kasih kepada semua pihak yang ikut membantu kelancaran pelaksanaan
penulisan ini, terutama kepada Wakil Rektor Bidang Kamahasiswaan Prof.
Dr. Ngadino, atas kepercayaan pada kami untuk merevisi buku ETIKA
BERWARGANEGARA ini. Terima kasih serta apresiasi juga kami sampaikan
kepada segenap jajaran pimpinan dan civitas akademika Universitas Mercu
Buana Jakarta.

Hal yang sama penulis mengucapkan terimakasih kepada penerbit Graha


Ilmu yang berkenan menerbitkannya kembali. Mudah-mudahan menjadi
kontribusi nyata bagi pembangunan dan kemajuan bangsa Indonesia,
terutama menjadi bahan pengetahuan bagi para pendidik, kalangan
akademisi dan para mahasiswa umumnya. khusus kepada istri, anak, dan
cucu tercinta yang ikut tersita hari-hari kemesraannya, terima kasih yang
tidak terhingga atas dukungan dan waktunya yang tersita.

Mudah-mudahan buku yang ada di tangan pembaca saat ini bermanfaat


dalam meningkatkan pengetahuan soft skill dan kompetensi sumber daya
manusia peserta didik kita. Amin!

Jakarta, Juli 2015


Dr. Ir. Arissetyanto Nugroho, MM.
Dr.Dadan Anugrah, M.Si
H.Ghazaly Ama La Nora, S.IP.,M.Si

2
SAMBUTAN REKTOR

Belajar dari realitas Indonesia saat ini, setidaknya ada beberapa pelajaran
penting yang perlu mendapat perhatian serius. Pertama, melunturnya
kebanggan nasional (nasionalisme) sejak reformasi 1998. Beberapa
indikator yang dapat dijadikan alasan misalnya, serbuan globalisasi yang
nyaris tidak dapat dibendung terutama pada aspek budaya sehingga
menempatkan Indonesia sebagai negara objek budaya asing. Budaya
gotong-royong yang dulu menjadi ciri khas bangsa Indonesia perlahan-lahan
merapuh dan tergantikan oleh sikap hidup yang individualistis,
kesederhanaan terkikis oleh gaya hidup yang serba materi (materialistis) dan
glamour, serta penghayatan dan pengamalan agama yang cenderung
simbolik tanpa substansi. Di sisi lain, genderang perdagangan bebas yang
sejak beberapa waktu lalu menjadi bagian praktik ekonomi dunia bukan saja
menjadi tantangan tetapi juga menjadi ancaman bagi produk dalam negeri
untuk dapat bersaing dengan produk luar. Bila produk-produk dalam negeri
tidak memiliki kualitas yang baik, maka cepat atau lambat akan tergerus
dalam persaingan pasar bebas yang semakin terbuka. Dalam waktu dekat
Indonesia juga akan menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang
pada hakikatnya merupakan “pertarungan” di berbagai bidang dengan
negara-negara Asean. Gaya hidup hedonis dan konsumeris yang lebih
memilih produk luar negeri dari pada produk dalam negeri pada gilirannya
akan mengikis atau melunturkan nasionalisme.

Kedua, terpuruknya nilai rupiah saat ini serta melambatnya pertumbuhan


ekonomi mengindikasikan bahwa pondasi ekonomi kita melemah, yang bila
tidak diantisipasi secara cerdas dan tepat akan membahayakan
perekonomian nasional. Yunani adalah contoh kongkrit yang secara ekonomi
gagal dan menjadi negara bangkrut.

Ketiga, kita juga dihadapkan kepada model pemahaman agama yang sempit
sehingga melahirkan gerakan radikal yang membahayakan NKRI. Terorisme
masih terus “menghantui” bangsa dan negara ini yang mungkin saja secara
tiba-tiba melakukan gerakan brutal serta mengancam Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Di sisi lain munculnya gerakan ISIS (Islamic
State of Iraq and Syria) telah menimbulkan gangguan instabilitas yang akan
menghambat laju pembangunan, di mana ditengarai ada belasan bahkan
puluhan warga negara Indonesia yang bergabung dengan gerakan ISIS di
Timur Tengah dan dibeberapa negara lainnya.

Keempat, disadari atau tidak Indonesia saat ini tengah berada pada medan
“proxy war”, yaitu perang melalui berbagai aspek berbangsa dan bernegara

3
yang secara kasat mata tidak teridentifikasi secara pasti siapa kawan dan
siapa lawan. Proxy war ini bisa menjelma dalam bentuk demonstrasi buruh
yang anarkis bahkan intimidatif, merusak fasilitas umum, menghasut,
menggerakan massa dengan tujuan menekan pihak pemerintah untuk
menaikan upah atau gaji yang kerap kali diluar perhitungan akal sehat.
Tawuran antar sekolah, antar perguruan tinggi, antar fakultas,
penyalahgunaan obat-obatan terlarang (narkoba) terus terjadi di mana-
mana. Sementara itu, proxy war juga dilakukan melalui media massa dan
media sosial seperti disinformasi, fitnah, provokasi, pengalihan isu,
pembunuhan karakter, delegitimasi terhadap pemerintahan yang sah,
sampai kepada meragukan Pancasila. Intinya, bangsa ini disibukan dengan
berbagai isu dan gerakan yang memperlemah kinerja pemerintah dalam
membangun sehingga terjadi kerawanan sosial di mana-mana yang akan
mengancam keutuhan NKRI.

Kelima, kurangnya masyarakat Indonesia memahami secara mendalam


tentang hakikat dan substansi nasionalisme sehingga berakibat kurangnya
tindakan yang didasari oleh rasa nasionalisme itu sendiri. Korupsi yang
merajalela diberbagai lembaga dan tingkatan saat ini adalah bukti sahih
betapa nasionalisme itu semakin jauh dari harapan. Korupsi merugikan
bangsa dan negara yang secara sosiologis menciptakan kesenjangan sosial,
menurunkan kualitas pembangunan, dan menumbuhkan kecemburuan
sosial. Sungguh, bila kita renungkan kejahatan korupsi sama berbahayanya
dengan ancaman laten lainnya.

Pada kondisi seperti itu sepantasnya kita merenung dan melakukan


introspeksi sedalam-dalamnya. Ketika bangsa-bangsa lain semakin
mengokohkan jati diri dan identitasnya dengan berbagai prestasi, tekonologi
inovasi, dan produk unggulan lainnya, namun bangsa ini lebih sibuk
mengurusi berbagai persoalan domestik yang tak kunjung selesai. Sebagai
bangsa besar yang dulu pernah ditunjukkan oleh Presiden Soekarno sebagai
peletak dasar NKRI dan Presiden Soeharto sebagai Bapak Pembangunan,
sejatinya bangsa ini bisa bangkit dan mensejajarkan dirinya dengan bangsa-
bangsa lain di dunia. Kuncinya setiap kita harus menghilangkan ego sektoral,
menumbuh-kembangkan semangat persatuan, toleransi, kesediaan untuk
berbagi, menghargai perbedaan, serta selalu mengedapankan nurani, logika
dan akal sehat.

Peran lembaga pendidikan seperti perguruan tinggi menempati posisi


penting dan strategis dalam upaya membangun karakter generasi muda,
khususnya mahasiswa. Berdasarkan UU No. 12 tahun 2012, perguruan
tinggi bertujuan mengembangkan potensi mahasiswa agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak

4
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten dan
berbudaya untuk kepentingan bangsa.

Sejarah telah membuktikan, bahwa mahasiswa senantiasa menjadi aktor


penting perubahan sejarah bangsa pada setiap zamannya. Mahasiswa
memiliki idealisme yang genuine yang senantiasa berpihak kepada rakyat
dalam menentang setiap ketidakadilan dan kedzaliman. Ketulusan,
semangat, cita-cita dan nurani mahasiswa menjadi dasar gerakan reformasi
yang membawa bangsa ini ke arah demokrasi yang lebih dewasa dan
berkeadilan.

Kehadiran buku Kewarganegaraan ini perlu disambut dengan suka cita,


sebab apapun bentuknya yang lahir dari nalar dan intelektualitas sedikit atau
banyak akan membawa gelombang perubahan terhadap pemikiran pembaca
untuk kemudian berkontribusi terhadap bangsa dan negara. Sekali lagi,
saya sebagai Rektor Universitas Mercu Buana (UMB) memberikan
penghargaan dan apresiasi setinggi-tingginya kepada para penulis, dengan
harapan semoga buku ini menjadi salah satu rujukan bagi siapa saja yang
memiliki kepedulian terhadap pendidikan karakter bangsa dan negara ini.

Jakarta, Juli 2015

Rektor Universitas Mercu Buana

Dr. Arissetyanto Nugroho, MM

5
BAB I
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI
MATA KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN

Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat:

1. Memahami pengertian pendidikan kewarganegaraan.

2. Memahami dan menjelaskan tujuan pendidikan kewarganegaraan.

3. Menemukan dan memahami landasan pendidikan kewarganegaraan

4. Memahami metode pembelajaran kewarganegaan

Deskripsi Singkat

Dalam bab ini Anda akan mempelajari dan mendiskusikan tentang


pendidikan kewarganegaraan sebagai mata kuliah pengembangan
kepribadian. Setelah Anda membaca dan memahami secara mendalam
diharapkan Anda dapat menjelaskan tentang pengertian, tujuan, landasan
dan metode pendidikan kewarganegaraan, serta mengambil manfaat dari
pentingnya pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi.

Pokok Bahasan

A. Pengertian pendidikan kewarganegaraan.

B. Tujuan pendidikan kewarganegaraan.

C. Landasan pendidikan kewarganegaraan

D. Metode pembelajaran kewarganegaan

6
Bahan Bacaan

1. Arwiyah, Yahya dan Runik Machfiroh, 2014. Civic Education di Perguruan


Tinggi Indonesia. Bandung: Alfabeta.
2. Dwiyatmi, Sri Harini, (ed), 2012. Pendidikan Kewarganegaraan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
3. Ghazali, A. Muchtar dan Abdul Majid, 2014. Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan. Bandung: Interes Media Foundation.
4. Juliardi, Budi, 2014. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan
Tinggi. Jakarta: Rajawali Pers.
5. Kaelan dan Achmad Zubaidi, 2013. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk
Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Paradigma.
6. Taniredja, Tukiran, Muhammad Affandi dan Efi Miftah Faridli, 2012.
Paradigma Baru Pendidikan Pancasila Untuk Mahasiswa. Bandung:
Alfabeta.
7. Ubaedillah, A., dan Abdul Rozak, 2013. Pendidikan Kewarga[negara]an,
Civic Education. Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah dan Prenada
Media Group.
8. Wahidin, Samsul. 2010. Pokok-Pokok pendidikan Kewarganegaraan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
9. Winarno, 2013. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta:
Bumi Aksara.

Pertanyaan Kunci:

1. Jelaskan beberapa pengertian kewarganegaraan dan berikan analisisnya


secara mendalam!

2. Jelaskan tujuan pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi!

3. Apa saja yang menjadi landasan hukum pendidikan kewarganegaraan di


perguruan tinggi?

4. Metode apa saja yang dapat digunakan dalam pembelajaran pendidikan


kewarganegaraan di perguruan tinggi?

7
Tugas

Anda harus membaca secara mendalam bab ini dan menuangkan


pemahaman Anda pada lembar pemahaman yang telah disediakan serta
menyerahkannya kepada dosen sebelum pertemuan dimulai.

A. Pendahuluan

Pendidikan kewarganegaraan didesain dalam upaya


mengembangkan wawasan warga negara sebagai upaya penanaman,
penumbuhan dan kesadaran bela negara di tengah-tengah tantangan
internal dan eksternal yang semakin kompleks. Saat ini, eksistensi suatu
negara tidak hanya bergantung kepada letak geografis melainkan terletak
pada sejauhmana kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya. Guna
menjawab realitas yang semakin kompleks itu, maka Pendidikan
Kewarganegaraan menurut Juliardi (2014:2) diajarkan pada lima status,
yaitu:

1. Sebagai mata pelajaran di sekolah.

2. Sebagai mata kuliah di perguruan tinggi.

3. Sebagai salah satu cabang pendidikan disiplin ilmu pengetahuan


sosial dalam kerangka program pendidikan guru.

4. Sebagai program pendidikan politik.

5. Sebagai kerangka konseptual dalam bentuk pemikiran individual dan


kelompok pakar terkait yang dikembangkan sebagai landasan dan
kerangka berpikir mengenai pendidikan kewarganegaraan.

Sejatinya, pendidikan kewarganegaraan dilakukan dan


dikembangkan di seluruh dunia dalam istilah yang berbeda-beda. Pendidikan
kewarganegaraan sering disebut dengan istilah civic education, citizenship
edication, dan bahkan ada yang menyebut sebagai democracy education.

8
Sebagai mata kuliah wajib di perguruan tinggi, pendidikan kewarganegaraan
memiliki peran penting dan strategis guna mempersiapkan warga negara
yang kritis, cerdas dan bertanggung jawab. Pendidikan kewarganegaraan
bersama-sama mata kuliah lain seperti agama, dan bahasa Indonesia
berada pada kelompok mata kuliah pengembangan kepribadian dan wajib
diterapkan di seluruh perguruan tinggi di Indonesia.

Menurut Juliardi (2014:2-4), ada dua alasan yang melatarbelakangi


pentingnya pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi, yaitu:

1. Eksternal, didasarkan atas kuatnya pengaruh globalisasi dan


modernisasi dewasa ini. Globalisasi menjadi realitas yang tak
terelakan yang membawa pengaruh terhadap struktur kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, seperti tercermin pada pola
pikir, sikap dan tindakan masyarakat. Globalisasi tidak saja membawa
pengaruh positif tentang demokrasi, hak asasi manusia (HAM),
keterbukaan dan lain-lain, namun di sisi lain globalisasi membawa
pengaruh negatif seperti dekadensi moral, pergaulan bebas, narkoba,
dan lain sebagainya. Pada masyarakat yang semakin terbuka, maka
pendidikan karakter sebagaimana tercermin dalam pendidikan
kewarganegaraan menjadi benteng dalam upaya membekali individu
dari pengaruh negatif globalisasi. Globalisasi tidak bisa dibendung atau
dihindari, tetapi yang paling penting adalah bagaimana menyikapi
globalisasi tersebut secara dengan kritis, dewasa, dan bijaksana.

Globalisasi pun di sisi lain menempatkan dominasi negara-negara


maju atas negara-negara berkembang. Negara-negara maju dengan
segala kekuatannya menjadi penentu peta politik dunia dan mampu
memberikan tekanan bagi negara-negara yang secara politis kurang
berpengaruh. Amerika misalnya, telah menjadi “polisi dunia” yang bisa
menjatuhkan hukuman bagi negara-negara yang tidak sehaluan
dengannya. Dialektika antara negara-negara maju dan negara-negara
berkembang pada gilirannya akan menciptakan struktur baru, yaitu
struktur global yang sangat mempengaruhi pola pikir dan mentalitas

9
negara lain. Aklibatnya, identitas masing-masing negara menjadi
memudar, bahkan mungkin bisa hilang. Pada tataran sosiologis terjadi
pergeseran nilai sebagai konsekuensi benturan antara nasionalisme
dan internasionalisme. Bila kondisi itu tidak disikapi secara bijaksana,
maka cepat atau lambat sendi-sendi negara semakin longgar.

2. Internal, didasarkan atas perjalanan bangsa Indonesia yang telah


mengalami beberapa masa sejak era pra penjajahan, masa
penjajahan, era perebutan dan mempertahankan kemerdekaan, era
pengisian kemerdekaan, reformasi dan pasca reformasi saat ini. Setiap
perubahan membawa tantangan yang berbeda-beda sehingga perlu
disikapi dengan nilai-nilai yang dilandasi oleh jiwa, tekad, dan
semangat kebangsaan dalam wadah Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).

Di sisi lain, ada kecenderungan memudarnya nilai-nilai kebangsaan


baik pada tataran individu maupun kelompok yang tercermin pada
penyelenggara negara yang terkena korupsi, sikap hidup hedonis, dan
pragmatis. Kondisi destruktif itu tentu harus dihadapi dengan cara
menumbuhkan dan membangun sikap mental yang tangguh.
Pendidikan kewarganegaraan menjadi mata kuliah yang diharapkan
mampu memperkuat nilai-nilai individu dan kelompok sehingga
Indonesia bisa tetap tegak di tengah-tengah perubahan zaman yang
cepat.

B. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Untuk memahami pengertian pendidikan kewarganegaran secara


utuh dan komprehensif, Arwiyah dan Runik Machfiroh (2014:2-6)
menjelaskan beberapa istilah sebagai berikut:

1. Kewarganegaraan/Civic

Dalam sejarahnya, istilah kewarganegaraan (civics) berasal dari


kata Yunani yaitu civicus yang berarti penduduk sipil yang

10
mempraktekan demokrasi langsung dalam negara kota atau polis.
Tradisi Yunani telah memberuikan inspirasi konseptual tebtabg
kebaikan umum, kesejahteraan umum dan kebajikan atau
keutamaan sipil (civil virtue) yang lahir kembali dalam melawawan
otokratik raja-raja. Civics merupakan cabang dari ilmu politik yang
membahas tentang hak dan kewajiban warga negara.

Civics adalah The sciences of citizenship, the relation of man, the


individual, to man in organized collections, the individual in his
relation to the state. Dari definisi tersebut, Civics dirumuskan
dalam Ilmu Kewarganegaraan yang membicarakan hubungan
manusia dengan (a) manusia dalam perkumpulan – perkumpulan
yang terorganisasi (organisasi sosial, ekonomi, politik) (b) individu-
individu dengan negara.

Sementara Edmonson (1958) merumuskan arti Civics ini dengan


Civics is usually defined as the study of government and of
government and of citizenship, that is, of the duties, right and
privileges of citizens. Batasan ini menunjukkan bahwa Civics
merupakan cabang dari ilmu politik. Jika ditelisik lebih jelas hampir
semua definisi mengenai Civics pada intinya menyebut
government, hak dan kewajiban sebagai warga negara dari
sebuah negara.

2. Civic Education

Secara historis, istilah civic education dan citizenship education


muncul pada tahun 1990 dan sering digunakan secara bertukar-
pakai dengan istilah citizenship education. Mahoneymerumuskan
bahwa “Civic education includes and involves those teaching; that
type of teaching method; those student activities; those
administrative and supervisory procedures which the school my
utilize purposively to make for better living together in the
democratic way (synonymously) to develop better civic behavior”

11
Berdasarkan rumusan tersebut bahwa civic education merupakan
suatu proses pendidikan yang mencangkup proses pembelajaran
semua mata pelajaran, kegiatan siswa, proses administrasi, dan
pembinaan dalam upaya mengembangkan perilaku warganegara
yang baik. Dengan demikian, fokus dari civic education membahas
tentang warga negara di dalam negaranya dengan berbagai
kompleksitasnya.

Pendidikan kewarganegaraan pada dasarnya diorientasikan untuk


membina dan membelajarkan anak menjadi warga negara yang
baik, iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki
nasionalisme (rasa kebangsaan) yang kuat (mantap), sadar serta
mampu membina dan melaksanakan hak dan kewajiban dirinya
sebagai manusia, warga masyarakat dan bangsa negaranya, taat
asas (ketentuan), demokratis dan partisipatif, aktif-kreatif-positif
dalam kebhinekaan kehidupan masyarakat bangsa dan negara.

Secara umum, objek studi civic education adalah warga negara


dalam hubungannya dengan organisasi kemasyarakatan, sosial,
ekonomi, agama, kebudayaan dan negara. Sedangkan secara
spesifik, objek studi civic education mencakup:

a. Tingkah laku

b. Tipe pertumbuhan berpikir

c. Potensi yang ada dalam setiap diri warga negara

d. Hak dan kewajiban

e. Cita-cita dan aspirasi

f. Kesadaran, patriotisme, nasionalisme, pengertian internasional,


moral pancasila

g. Usaha, kegiatan, partisipasi, tanggung jawab

12
3. Citizenship Education

Citizenship education merujuk kepada istilah generik yang


mencakup pengalaman belajar di sekolah dan di luar sekolah,
seperti yang terjadi dilingkungan keluarga, dalam organisasi
keagamaan, dalam organisasi kemsyarakatan, dan dalam media.
Dengan demikian, bahwa citizenship education memiliki makna
yang lebih luas dari sekedar civic education yang diterapkan di
sekolah atau perguruan tinggi secara formal.

C. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Bila merujuk kepada Keputusan Dirjen Dikti No. 43/DIKTI/Kep/2006,


tujuan pendidikan kewarganegaraan sebagaimana tercantum dalam visi, misi
dan kompetensi yang diharapkan, yaitu:

Visi Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah sumber


nilai dan pedoman dalam pengembangan dan penyelenggaraan program
studi, guna mengantarkan mahasiswa memantapkan kepribadiannya
sebagai manusia seutuhnya. Hal ini berdasarkan pada suatu realitas yang
dihadapi, bahwa mahasiswa adalah sebagai generasi bangsa yang harus
memiliki visi intelektual, religius, berkeadaban, dan berkemanusiaan dan
cinta tanah air dan bangsanya.

Misi Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah untuk


membantu mahasiswa guna memantapkan kepribadiannya, agar secara
konsisten mampu mewujudkan nilai-nilai dasar Pancasila, rasa kebangsaan
dan cinta tanah air dalam menguasai, menerapkan dan mengembangkan
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dengan rasa tanggung jawab dan
bermoral (Kaelan dan Ahmad Zubaidi, 2010:2).

Arwiyah dan Runik Machfiroh (2014:11), merumuskan tujuan


Pendidikan Kewarganegaraan, sebagai berikut:

a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu


kewarganegraan.

13
b. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak
secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, serta anti korupsi.

c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri


berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup
bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia


secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikiasi.

Sementara pada ruang global, Pendidikan Kewarganegaraan


diharapkan mampu menjawab era keterbukaan dengan mengembangkan
sikap-sikap sebagai berikut:

a. Mengembangkan sikap dan perilaku kewarganegaraan yang


mengapresiasi nilai-nilai moral, etika dan religius.

b. Menjadi warga negara yang cerdas berkarakter, menjunjung tinggi nilai


kemanusiaan.

c. Menumbuhkembangkan jiwa dan semangat nasionalisme, dan rasa


cinta pada tanah air.

d. Mengembangkan sikap demokratik berkeadaban dan


bertanggungjawab, serta mengembangkan kemampuan kompetitif
bangsa di era globalisasi.

e. Menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan.

Dalam unghkapan yang lebih sederhana (Ubaedillah dan Abdul Rozak,


2013:6), bahwa tujuan Pendidikan Kewarganegaraan pada dasarnya adalah
menjadikan warga negara Indonesia yang cerdas, bermartabat dan aktif
dalam kehidupan berbangsa dan bernedara. Pendidikan Kewarganegaraan
menjadi basis pendidikan karakter guna mempersiapkan generasai muda
atau peserta didik di perguruan tinggi menjadi pribadi-pribadi yang tangguh,

14
unggul, ulet, berwawasan luas, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa.

Berdasarkan visi dan misi sebagaimana dijelaskan di atas, maka


kompetensi mahasiswa yang diharpkan dari Pendidikan Kewarganegaraan
ini adalah menciptakan ilmuwan yang professional yang memiliki rasa
kebangsaan dan cinta tanah air, demokratis, berkeadaban. Di samping itu
kompetensi lain yang diharapkan adalah mahasiswa yang memiliki daya
saing, berdisiplin, berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan yang
damai berdasarkan sistem nilai Pancasila (Kaelan dan Ahmad Zubaedi,
2010:2).

Mahasiswa sebagai kaum intelektual sudah sepantasnya memiliki


kearifan dan kecerdasan dalam bertindak terutama dalam menyelesaikan
masalah-masalah kemasyarakatan dan kebangsaan. Kecerdasan yang
dimaksud adalah seperangkat tindakan yang penuh tanggunggung jawab
terhadap negara, dan memecahkan berbagai masalah hidup bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara dengan menerapkan konsep falsafah bangsa,
wawasan kebangsaan, dan ketahanan nasional. Sifat cerdas yang dimaksud
tampak kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan bertindak, sedangkan sifat
penuh tanggungjawab diperlihatkan sebagai kebenaran tindakan ditilik dari
nilai ilmu pengetahuan dan teknologi, ataupun kepatuhan terhadap nilai-nilai
norma dan budaya.

Sementara menurut Dwiyatmi (2012:10), standar kompetensi yang


wajib dikuasai mahasiswa adalah mahasiswa memiliki pengetahuan tentang
kewarganegaraan demokratis dan mampu menerapkanpengetahuan, nilai-
nilai, dan ketrampilan tersebut dalam kehidupan sehari-hari; memiliki
kepribadian yang mantap; berpikir kritis: bersikap rasional, etis, estetis, dan
dinamis; berpandangan luas; dan bersikap demokratis yang berkeadaban.

Indonesia tidak saja membutuhkan kaum intelektual yang berwawasan


luas, tetapi membutuhkan kaum intelektual yang memiliki integritas,
kebangsaan dan mampu mengimplementasikan Pancasila pada tataran
kehidupan praktis. Ilmu pengetahuan akan menjadi entitas yang

15
membahayakan jika tidak dilandasi oleh nilai-nilai luhur Pancasila sebagai
nilai komitmen bersama seluruh rakyat Indonesia pada seluruh aspek
kehidupan. Oleh karena itu, Dwiyatmi (2012:10), menjelaskan secara
panjang lebar, demikian:

Mampu berfikir rasional,bersikap dewasa dan dinamis, berpandangan


luas dan bersikap demokratis yang berkeadaban sebagai
warganegara Indonesia. Dengan berbekal kemampuan intelektual ini
diharapkan mahasiswa mampu melaksanakan proses belajar
sepanjang hayat, menjadi ilmuwan dan professional yang
berkepribadian dan menjunjung nilai-nilai falsafah bangsa dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.

D. Landasan Pendidikan Kewarganegaraan

Menurut Kaelan dan Achmad Zubaidi (2010:3-5), ada dua landasan


pokok yang melatarbelakangi Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu:

1. Landasan Ilmiah

a. Dasar Pemikiran Pendidikan Kewarganegaraan

Sejatinya, setiap warga negara dituntut untuk dapat hidup bermanfaat


dan bermakna bagi negara dan bangsanya, serta dapat mengantisipasi
masa depannya. Dalam lingkup seperti itu maka diperlukan penguasaan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan,
moral, kemanusiaan, dan nilai-nilai budaya bangsa. Nilai-nilai dasar tersebut
berperan sebagai panduan dan pegangan hidup setiap warga negara dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Secara umum Pendidikan Kewarganegaraan meliputi hubungan


antara warga negara dan negara, serta pendidikan pendahuluan bela negara
yang keseluruhannya berpijak pada nilai-nilai budaya serta dasar filosofi
bangsa. Tujuan utama Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk
menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, serta membentuk sikap
dan perilaku cinta tanah air yang bersendikan kebudayaan dan filsafat
bangsa Pancasila. Pendidikan Kewarganegaraan tidak hanya diberlakukan di

16
Indonesia melainkan berlaku di beberapa negara di dunia sebagai mana
dikenal dengan Civic Education.

b. Objek Pembahasan Pendidikan Kewarganegaraan

Pada tataran filsafat ilmu, setiap ilmu harus memenuhi syarat-syarat


ilmiah, yaitu mempunyai objek, metode, sistem dan bersifat universal. Hal itu
mengandung pengertian bahwa objek pembahasan ilmu harus jelas, baik
objek material maupun objek formalnya. Objek material berkenaan dengan
bidang sasaran yang dibahas dan dikaji oleh suatu bidang atau cabang ilmu.
Sementara objek formal adalah sudut pandang tertentu yang dipilih untuk
membahas objek material tersebut. Dalam Pendidikan Kewarganegaraan,
objek materialnya adalah segala hal yang berkaitan dengan warga negara
baik yang empirik maupun yang nonemperik, yang meliputi wawasan, sikap
dan perilaku warga negara dalam kesatuan bangsa dan negara. Sedangkan
objek formal Pendidikan Kewarganegaraan meliputi dua segi, yaitu
hubungan antara warga negara dan negara (termasuk hubungan antar
warga negara) dan bela negara. Dalam hal ini pembahasan Pendidikan
Kewarganegaraan terarah pada warga negara Indonesia dalam
hubungannya dengan negara Indonesia dan pada upaya pembelaan negara
Indonesia.

Dalam rangka mewujudkan idealitas Pendidikan Kearganegaraan itu,


Keputusan Dirjen Pendidikan Tinggi No. 43/DIKTI/KEP/2006 dijabarkan lebih
rinci yang meliputi pokok-pokok bahasan substansi kajian Pendidikan
Kewarganegaraan mencakup:

1) Filsafat pancasila

2) Identitas Nasional

3) Negara dan Konstitusi

4) Demokrasi Indonesia

5) Rule of Law dan Hak Asasi Manusia

17
6) Hak dan Kewajiban Warga Negara serta Negara

7) Geopolitik Indonesia

8) Geostrategi Indonesia

C. Rumpun Keilmuan

Pada rumpun keilmuan, Pendidikan Kewarganegaraan dapat


disejajarkan dengan Civics Education yang dikenal diberbagai negara.
Sebagai kajian ilmiah Pendidikan Kewarganegaraan bersiaf antardisipliner
(antar bidang) bukan monodisipliner, karena kumpulan pengetahuan yang
membangun ilmu Kewarganegaraan ini diambil dari berbagai disiplin ilmu.
Oleh sebab itu pembahasan dan pengembangan Pendidikan
Kewarganegaraan memerlukan sumbangan berbagai disiplin ilmu, seperti
ilmu politik, hukum, filsafat, sosiologi, administrasi negara, ekonomi
pembangunan, sejarah perjuangan bangsa, serta ilmu budaya.

2. Landasan Hukum

Landasan hukum Pendidikan Kewarganegaraan meliputi:

a. UU 1945

(1) Pembukaan UUD 1945, khusus pada alinea kedua dan keempat,
yang memuat cita-cita tujuan dan aspirasi bangsa Indonesia tentang
kemerdekaannya.

(2) Pasal 27 (1) menyatakan bahwa “Segala warga negara bersamaan


kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan serta wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya”.

(3) Pasal 30 (1) menyatakan bahwa “tiap-tiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara.”

(4) Pasal 31 (1) menyatakan bahwa “tiap-tiap warga negara berhak


mendapatkan pengajaran”

18
b. Ketetapan MPR No. II/MPR/1999 tentang Garis-garis Besar Haluan
Negara.

c. Ketetaoan MPR No. 6/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa


dan bernegara.

d. Undang-Undang No. 20 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan


Pokok Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia (Jo. UU No. 1
Tahun 1988)

(1) Dalam pasal 18 (a) disebutkan bahwa hak kewajiban warga


negara yang diwujudkan denga keikutsertaan dalam upaya
bela negara diselenggarakan melalui pendidikan Pendahuluan
Bela Negara sebagai bagian tak terpisahkan dalam sistem
Pendidikan Nasional.

(2) Dalam pasal 19 (2) disebutkan bahwa Pendidikan Pendahuluan


Bela Negara wajib diikuti oleh setiap warga negara dan
dilaksanakan secara bertahap. Tahap awal pada tingkat
pendidikan dasar sampai Pendidikan menengah ada dalam
gerakan Pramuka. Tahap lanjutan pada tingkat pendidikan
tinggi ada dalam bentuk Pendidikan Kewiraan.

e. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional dan berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum
Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil belajar Mahasiswa dan Nomor
45/U/2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi telah ditetapkan
bahwa Pendidikan Agama, Pendidikan Bahasa dan Pendidikan
Kewarganegaraan merupakan kelompok Mata kuliah Pengembangan
Kepribadian, yang wajib diberikan dalam kurikulum setiap program
studi/kelompok program studi.

f. Undang-Undang No. 12 tahun 2012 tetang Pendidikan Tinggi yang


salah satunya bertujuan mengembangkan potensi mahasiswa agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

19
maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
terampil, kompeten dan berbudaya untuk kepentingan bangsa.

g. Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional


Pendidikan yang menetapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan tinggi
wajib memuat mata kuliah Pendidikan Agama, Pendidikan
Kewarganegaraan, bahasa Indonesia, bahasa Inggris.

h. Adapun pelaksanaannya berdasarkan surat Keputusan Direktur Jendral


Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Nomor
43/DIKTI/Kep/2006, yang memuat rambu-rambu pelaksanaan kelompok
Mata kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi.

E. Metode Pembelajaran Kewarganegaraan

Sebagai mata kuliah yang diajarkan di perguruan tinggi, maka


Pendidikan Kewarganegaraan perlu didukung oleh metode pembelajaran
yang tepat sehingga mampu dijiwai oleh peserta didik. Menurut Dwiyatmi
(2012:10), metode pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi:

1. Menggunakan pendekatan berorientasi kepada kepentingan peserta


didik dan menempatkan mahasiswa sebagai subjek pendidikan, mitra
dalam proses pembelajaran, dan sebagai individu, anggota keluarga,
anggota masyarakat dan warga negara.

2. Metode proses pembelajaran yang mendidik dan dialogis,


pembahasan secara kritis analitis, induktif, deduktif dan reflektif melalui
dialog kreatif yang bersifat partisipatoris, untuk meyakini kebenaran
substansi dasar kajian dan motivasi sepanjang hayat.

3. Bentuk aktivitas proses pembelajaran: kuliah tatap muka, ceramah,


dialog (diskusi) in teraktif, studi kasus, penugasan mandiri, tugas baca,
seminar kelas (presentasi) dan evaluasi proses belajar, stadium
generale.

20
4. Motivasi: menumbuhkan kesadaran bahwa pembelajaran
pengembangan kepribadian merupakan kebutuhan hidup untuk eksis
dalam masyarakat global.

Tidak dapat dipungkiri bahwa Pendidikan Kewarganegaraan


merupakan keniscayaan yang perlu diajarkan kepada setiap warga negara
Indonesia dari tingkat pendidikan dasar, menengah, atas, hingga pada
jenjang perguruan tinggi. Pendidkkan karakter tidak bisa diberikan secara
parsial melainkan harus bersifat graduasi dengan melibatkan seluruh jenjang
pendidikan. Pendidikan karakter secara substantif meliputi ranah kognitif
(pengetahuan), afektif (kesadaran dan penghayatan), dan psikomotorik
(perilaku nyata) pada kehidupan sehari-hari.

_____________________________________________________________

Diskusi

Mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata kuliah wajib bagi


mahasiswa di perguruan tinggi di Indonesia, dengan tujuan mengantarkan
mahasiswa memantapkan kepribadiannya sebagai manusia seutuhnya.
Namun dalam faktanya, masih ada sekelompok mahasiswa yang melakukan
tawuran, nyontek, demonstrasi anarkis dan perilaku negatif lainnya.

Bagaimana menurut Anda mengenai hal itu?

21
Formulir 1

Ringkasan Pemahaman Materi

Bab : ……………………………………………………………………………..
Topik : ……………………………………………………………………………..

Nama : ………………………………………………………………….
NIM : ………………………………………………………………….
Program Studi : …………………………………………………………………..

Tuliskan pemahaman Anda mengenai materi pada bab ini !

Paraf Dosen

Catatan:
1. Setelah Anda mengisi formulir 1 ini secara lengkap kemudian
kumpulkan kepada dosen sebelum perkuliahan berlangsung.
2. Formulir ini diisi sebagai syarat Anda mengikuti perkuliahan.

22
Formulir 2
Hasil Disusi Kelompok
Bab : ........................................................................................................
Topik : ........................................................................................................

Kelas : ...........................................................................................
Program Studi : ...........................................................................................
Kelompok : ...........................................................................................
Ketua : ...........................................................................................
Anggota : 1. ......................................................................................
2. ......................................................................................
3. ......................................................................................
4. ......................................................................................
5. ......................................................................................

Tuliskan hasil diskusi kelompok Anda pada formuir ini!

Paraf Ketua Kelompok

23
BAB II
NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHAN

Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat:

1. Menguraikan latar belakang perlunya negara.

2. Menjelaskan pengertian dan teori negara


3. Menjelaskan unsur-unsur negara.
4. Memahami dan menjelaskan bentuk-bentuk negara.
5. Memahami dan menjelaskan sifat organisasi negara.
6. Memahami dan menjelaskan fungsi negara
7. Memahami dan menjelaskan elemen kekuatan negara
8. Memahami dan menjelaskan hubungan negara dan warga negara.

Deskripsi Singkat
Pada bab ini Anda akan mempelajari tentang negara dan sistem
pemerintahan dari berbagai aspek. Setelah Anda mempelajari secara
mendalam, diharapkan Anda dapat memahami dan menjelaskan tentang
latar belakang berdirinya negara, pengertian dan unsur negara, bentuk-
bentuk negara, sifat organisasi negara, fungsi negara, elemen kekuatan
negara, dan hubungan antara negara dan warga negara.

Pokok Bahasan
A. Latar belakang perlunya negara.
B. Pengertian dan teori negara.
C. Unsur-unsur negara.
D. Bentuk-bentuk negara.
E. Sifat organisasi negara.
F. Fungsi negara
G. Elemen kekuatan negara
H. Hubungan negara dan warga negara.

24
Bahan Bacaan
1. Arwiyah, Yahya dan Runik Machfiroh, 2014. Civic Education di
Perguruan Tinggi Indonesia. Bandung: Alfabeta.
2. Assbiddiqie, Jimly. 2004. Kekuasaan Kehakiman di Masa Depart.
Makalah.
3. Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi 3. Balai
Pustaka. Jakarta.
4. Dwiyatmi, Sri Harini, 2012. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
5. Fokus Media. 2004. Undang-undang Kekuasaan Kehakiman dan
Mahkamah Agung. Fokus Media. Bandung.
6. Gea, A. A. dan A. P. Y. Wulandari. 2005. Relasi dengan Dunia Kerja
(Alam, Iptek, Kerja). Elex Media Komputindo. Jakarta.
7. Ghazali, A. Muchtar dan Abdul Majid, 2014. Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan. Bandung: Interes Media Foundation.
8. ICCE UIN. 2003. Pendidikan Kewarganegaraan: Demokrasi, HakAsasi
Manusia, Masya-rakat Madani. UIN dan Prenada Media. Jakarta.
9. Juliardi, Budi, 2014. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan
Tinggi. Jakarta: Rajawali Pers.
10.Kaelan dan Achmad Zubaidi, 2013. Pendidikan Keawrganegaraan
Untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Paradigma.
11.Kansil dan Kansil. 2005. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan
Tinggi. Pradnya Paramita. Jakarta.
12.Kansil, C.S.T. dan Christine S.T. Kansil, 2011. Empat Pilar Berbangsa
dan Bernegara. Jakarta: Rineka Cipta.
13.Mansur, Hamdan, dkk. 2002. Pendidikan Kewarganegaraan. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
14.Oepdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi 3. Balai
Pustaka. Jakarta.
15.Syarbaini, Svahrial (Editor). 2005. Materi Perkuliahan Pendidikan
Pewarganegaraan (PKn). Sus- cadoswar, Dikti. Jakarta.
16.Taniredja, Tukiran, Muhammad Affandi dan Efi Miftah Faridli, 2012.
Paradigma Baru Pendidikan Pancasila Untuk Mahasiswa. Bandung:
Alfabeta.
17.Wahidin, Samsul. 2010. Pokok-Pokok pendidikan Kewarganegaraan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
18.Winarno, 2013. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan.
Jakarta: Bumi Aksara.

25
Pertanyaan Kunci
1. Jekaskan faktor apa saja yang melatar belakang perlunya negara!
2. Jelaskan tiga teori negara dan apa esensi yang terkandung di
dalamnya!
3. Apa saja yang menjadi unsur dan sifat organisasi negara?
4. Bagaimana hubungan antara negara dan warga negara?

Tugas
Anda harus membaca secara mendalam bab ini dan menuangkan
pemahaman Anda pada lembar pemahaman yang telah disediakan serta
menyerahkannya kepada dosen sebelum pertemuan dimulai.

A. Latar Belakang Perlunya Negara

Eksistensi negara menjadi bagian penting dalam sejarah kehidupan


manusia di muka bumi. Pikiran itu dilandasi oleh manusia sebagai
makhluk sosial (animal social) dan manusia sebagai. makhluk politik
(animal politicum). Baik sebagai makhluk sosial maupun makhluk politik
meniscayakan manusia untuk hidup berkelompok, membangn komnitas,
hingga terbentuknya negara secara formal.

Menurut Thomas Hobbes, keberadaan negara sangat diperlukan


sebagai tempat berlindung bagi individu, kelompok, dan masyarakat yang
lemah dari tindakan individu, kelompok, dan masyarakat, maupun penguasa
yang kuat (otoriter), karena menurutnya, manusia dengan manusia lainnya
memiliki sifat seperti serigala (homo homini lupus).

Keberadaan negara sebagaimana uraian di atas menimbulkan


kesadaran masyarakat untuk menciptakan mekanisme pembentukan negara
yang mendapat legitimasi (pengakuan) dari seluruh masyarakat secara
bersama. Mekanisme yang demokratis dan universal bagi pembentukan
negara adalah pemilihan umum (pemilu). Pemilu merupakan wadah untuk

26
melakukan kontrak sosial dengan cara memberikan suara kepada orang
yang dipilihnya guna melindungi kepentingan keseluruhan rakyat dalam
suatu negara.

Negara dalam menjalani kehidupannya tentu menghadapi berbagai


masalah dalam menjaga eksistensinya. Masalah yang dihadapi oleh negara
pada saat ini antara lain adalah masalah globalisasi dan otonomi daerah,
meskipun kedua hal tersebut juga dapat memberi keuntungan bagi
kemajuan suatu negara. Keuntungan globalisasi bagi bangsa dan negara
Indonesia adalah dapat memberi nilai tambah berupa kemudahan
memperoleh informasi, teknologi, maupun pengetahuan yang berkembang
dan terjadi di seluruh dunia. Dalam era informasi seperti saat ini
mengharuskan negara bersifat selektif dan kritis terhadap beragam informasi
yang berkembang melalui teknologi komunikasi, sehingga era informasi
membawa dampak positif bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.

Sama halnya, otonomi daerah juga memberi keuntungan yang besar


bagi bangsa Indonesia untuk dapat hidup mandiri dalam mengelola dan
mengekplorasi sumber daya alam dan manusia yang ada di daerahnya
secara optimal. Karena secara teoretis, masyarakat di daerah itulah yang
paling mengetahui segala potensj yang dimiliki oleh daerah tersebut. Salah
satu dampak yang merugikan dari globalisasi adalah menipisnya rasa
kebanggaan serta nasionalisme sebagai anak bangsa karena nilai budaya
dan teknologi asing masuk ke Indonesia cjengan bebas melalui teknologi
informasi dan komunikasi. Ancaman lain juga timbul dari adanya penerapan
sistem negara kesatuan yang bersifat desentralisasi yang berintikan pada
pemberian otonomi kepada daerah tingkat kabupaten dan kota di seluruh
wilayah Negara Kesatuan Repubfik Indonesia (NKRI). Bentuk ancamannya
adalah apabila komitmen dan konsistensi penyelenggaraan negara oleh
penguasa (pemerintah) tidak memberi kesejahteraan secara adil dan merata
kepada keseluruhan rakyat, maka dapat melahirkan ancaman yang dapat
membahayakan disintegrasi (perpecahan) bangsa dan negara.

27
B. Pengertian dan Teori Negara

Negara berasal dari kata State (lnggris), Staat (Belanda), dan Etat
(Prancis). State, Staat, dan Etat berasal dari bahasa latin Status atau Statum
yang berarti keadaan yang tegak dan tetap atau sesuatu yang memiliki sifat-
sifat yang tegak dan tetap.

Kata status atau statum lazim diartikan sebagai standing atau station
(kedudukan). Istilah ini dihubungkan dengan kedudukan persekutuan hidup
manusia, yang juga sama dengan istilah status civitatis atau status
republicae. Dari pengertian inilah kata status pada abad ke-16 dikaitkan
dengan kata negara.

Dalam perkembangan selanjutnya, Negara diartikan suatu wilayah di


permukaan bumi yang kekuasaannya baik politik, militer, ekonomi, sosial
maupun budayanya diatur oleh pemerintahan yang berada di wilayah
tersebut. Pengertian tersebut memiliki makna bahwa negara memiliki
pemerintahan yang mengendalikan segenap aspek yang terdapat dalam
negara tersebut.

Arwiyah dan Runik Machfiroh (2014:35) mengemukakan bahwa negara


adalah organisasi kekuasaan, yang bertujuan untuk mengatur masyarakat
dengan kekuasaan itu. Sebagai organisasinkekuasaan maka negara terdiri
dari jabatan-jabatan yng dilengkapi atau memiliki kekuasaan tertinggi dalam
mengatur dan menyelenggarakan tata pergaulan hidup bermasyarakat.

Para ahli mengemukakan beberapa definisi negara yang ditinjau dari


beragam aspek sebagai berikut:

1. Negara menurut John Locke (1632-1704) dan Rousseau (1712-1778)


dalam buku llmu Negara (1993), adalah suatu badan atau organisasi
hasil dari pada perjanjian masyarakat

2. Negara menurut Max Weber daJam buku Demokrasi, HAM, dan


Masyarakat Madani (2000) adalah suatu masyarakat yang mempunyai
monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam suatu
wilayah.

28
3. Negara menurut Roger F. Soltau dalam buku Demokrasi, HAM, dan
Masyarakat Madani (2000) adalah alat (agency) atau wewenang
(authority) yang mengatur atau mengendalikan persoalan-persoalan
bersama, atas nama masyarakat.

4. Negara menurut Mac Iver dalam buku Demokrasi, HAM, dan


Masyarakat Madani (2000) adalah suatu negara harus memenuhi tiga
unsur pokok, yaitu pemerintahan, komunitas atau rakyat, dan wilayah
tertentu.

Menurut Kansil dan Christine S.T. kansil (2011:43), pidato Prof. Mr.
Dr. R. Soepomo dalam rapat Badan Penyelidik Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPPK) pada tanggal 31 Mei 1945, mengemukakan tiga aliran
pikiran atau teori tentang pengertian negara, yaitu: (1) teori perseorangan
atau teori individualistik, (2) teori golongan atau teori kelas (class theory),
dan (3) teori persatuan.

1. Teori Perseorangan atau Teori Individualistik

Teori ini dipelopori oleh Thomas Hobbes (1588-1679), John Locke


(1632-1679), Jean Jacques Rousseau (1712-1779), Herbert Spencer (1820-
1903), dan Harorld Joseph Laski (1893-1950). Teori individualistic
mengajarkan bahwa negara adalah masyarakat hukum (legal society) yang
disusun atas kontrak antara seluruh perorangan dalam masyarakat itu
(contract social). Teori ini banyak diterapkan di negara-negara Eropa Barat
dan Amerika.

2. Teori Golongan atau Teori Kelas

Tokoh utama teori ini adalah Karl Marx (1818-1883), Friedrich Engeles
(1820-1895), dan Lenin (1870-1924). Teori golongan atau kelas ini
menganggap bahwa negara adalah alat dari suatu golongan (kelas) untuk
menindas kelas lain. Kelas atau golongan ekonomi kuat menindas ekonomi
lemah. Kaum borjuis menindas kaum proletar (buruh). Marx menganjurkan
revolusi politik dari kaum buruh untuk merebut kekuasaan negara agar pada
suatu saat kaum buruh yang menindas kaum bojuis. Teori golongan (kelas)

29
ini banyak dipraktekan di negara-negara komunis dalam bentuk dictator
proletariat.

3. Teori Persatuan

Teori ini didengungkan oleh Benedict de Spinoza (1632-1677), Adam


Heinric Muller (1779-1829), George Friedrich Wilhelm Hegel (1770-1831),
dan beberapa tokoh lainnya. Teori persatuan ini mengajarkan bahwa negara
adalah suatu susunan masyarakat yang integral; segala golongan, segala
bagian, segala anggotanya berhubungan erat satu sama lain dan merupakan
persatuan masyarakat yang organis. Teori ini menekankan pikiran persatuan
yang tidak memihak kepada satu golongan yang paling kuat, atau paling
besar, tidak menganggap kepentinganseseorang menjadi pusat, tetapi
menjamin keselamatan hidup bangsa seluruhnya berbagai persatuan yang
tidak dapat dipisahkan; yang terpenting adalah penghudupan bangsa
seluruhnya.

Teori persatuan yang digagas oleh beberapoa tokoh terkemuka di


atas, selanjutnya menjadi inspirasi bagi Soepomo dalam mengemukakan
teori Persatuan (versi Soepomo). Menurutnya, teori persatuan
mengupayakan terbentuknya keseimbangan lahir dan batin dari semua
unsur-unsur tersebut. Semangat kekeluargaan, gotong-royong, dan tolong-
menolong dalam masyarakat Indonesia mencerminkan berkembangnya
pandangan persatuan dalam masyarakat Indonesia. Hal itu pada dasarnya
sejalan dengan cara hidup dan kehidupoan vangsa Indonesia sejak dulu
kala.

C. Unsur-Unsur Negara

Terbentuknya negara dapat terjadi karena adanya beberapa unsur.


Unsur-unsur pembentuk negara tersebut adalah sebagai berikut:

1. Penduduk

Penduduk adalah orang yang tinggal di suatu daerah. Penduduk


adalah orang yang berhak tinggal di suatu daerah dengan syarat orang

30
tersebut harus memiliki surat resmi untuk tinggal di daerah tersebut. Dalam
perspektif sosiologi, penduduk adalah kumpulan manusia yang menempati
wilayah geografi dan ruang tertentu. Dengan demikian, penduduk adalah
kumpulan manusia yang tinggal di suatu wilayah (Negara, kota dan daerah)
yaitu dengan memiliki surat resmi untuk tinggal di wilayah tersebut.

Jadi, warga negara adalah orang yang tinggal di suatu negara dengan
keterkaitan hukum dan peraturan yang ada dalam negara tersebut serta
diakui oleh negara, baik warga asli negara tersebut atau pun warga asing
dan negara tersebut memiliki ketentuan kepada siapa yang akan menjadi
warga negaranya.

2. Wilayah

Negara memiliki batas atau teritorial yang jelas atas darat, laut, dan
udara di atasnya. Wilayah merupakan tempat menetapnya rakyat dan
pemerintah suatu negara dalam menjalankan pemerintahannya. Wilayah
Indonesia terletak di antara dua benua yaitu benua Asia dan Australia, dan
dua samudra yaitu samudra India dan Pasifik. Letak ini membuat Indonesia
berada pada posisi strategis yang menjadi jalur lalu lintas transportasi dunia.
Di wilayah udara, Indonesia berada pada posisi GSO (Ceo Stationery Orbit).
Posisi ini strategis untuk menempatkan satelit. Posisi silang ini
menguntungkan Indonesia karena terletak di wilayah bisnis (perdagangan)
dunia.

Namu demikian, persoalan wilayah suatu negara kerap kali


menimbulkan ketegangan dengan negara lain atau negara tetangganya,
seperti RRC-Vietnam, Inggris-Argentina, termasuk Indonesia-Malaysia. Oleh
karena itu menurut Arwiyah dan Runik Machfiroh (2014:41), suatu negara
perlu memiliki visi, dan persepsi yang tegas berkaitan dengan kedaulatan
dan kelangsungan hidupnya. Negara perlu memiliki wawasan regional
maupun global, dengan tetap ditujukan untuk memilihara identitas dan
integritas atau kepentingan nasional.

31
3. Pemerintah

Pemerintah yang berdaulat sebagai munsur utama suatu negara


adalah pemerintahan dalam arti luas, yaitu gabungan seluruh alat
perlengkapan negara yang memiliki kekuasaan eksekutif, legislatif dan
yudikatif. Pemerintah yang berdaulat diartikan sebagai pemerintah yang
memiliki kekuasaanbdalam menyelenggarakan pemerintahan dan kebijakan
yang berhubungan dengan tugas-ugas kenegaraan.

Sistem pemerintahan yang dianut oleh Indonesia adalah sistem


pemerintahan presidensial. Dalam sistem ini, presiden memiliki hak
prerogatif untuk memilih dan mengangkat serta memberhentikan para
menteri sebagai pembantunya. Dalam implementasinya, sistem
pemerintahan Indonesia menerapkan sistem desentralisasi yang berintikan
pada pemberian otonomi kepada kepala daerah tingkat propinsi dan
kabupaten/kota untuk mengelola dan mengeksplorasi sumber daya alam
maupun manusia yang ada di daerah untuk sebesar-besarnya
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat di daerahnya. Otonomi ini termasuk
juga menyelenggarakan pemilihan kepala daerah (PILKADA) di daerahnya
masing-masing. Berdasarkan undang-undang otonomi daerah, saat ini
pemerintah pusat hanya memiliki kekuasaan pada bidang politik luar negeri,
pertahanan, keamanan, yustisi (hukum), moneter dan fiskal nasional, serta
agama. Kepala pemerintahan Indonesia dipilih secara langsung oleh rakyat
melalui pemilihan umum langsung presiden dan wakil presiden.

Selain ketiga unsur di atas, eksistensi negara ditententukan juga oleh


pengakuan dari negara lain hang sifatnya deklaratif, bukan konsultatif,
sehingga tidak bersifat mutlak. Menurut Ubaedillah dan Abdul Rozak
(2013:122), ada dua macam pe ngakuan atas suatu negara, yaitu de
factodan de jure. Penmgakuan de facto adalah pengakuan fakta atas adanya
suatu negara. Pengakuan ini didasarkan pada adanya fakta bahwa suatu
masyarakat telah memiliki tiga unsur utama negara, yaitu penduduk atau
rakyat, wilayah dan pemerintahan yang berdaulat. Sedangkan pengakuan de

32
jure, didasarkan atas negara mendapat hak-haknya di samping kewajiban
sebagai anggota keluarga bangsa sedunia.

D. Bentuk-Bentuk Negara

Pada dasarnya, negara memiliki bentuk yang berbeda-beda sesuai


dengan para pendirinya masing-,mansing. Namun demikian, dalam konsep
dan teori modern, negara terbagi ke dalam dua bentuk, yaitu negara
kesatuan (unitarianisme) dan negara serikat (federasi).

1. Negara Kesatuan

Negara kesatuan adalah bentuk negara yang merdeka dan berdaulat,


dengan satu pemerintahan pusat yang berkuasa dan mengatur seluruh
daerah (Ubaedillah dan Abdul Rozak, 2013:126). Senada dengan itu,
Winarno (2013:87), menjelaskan bahwa negara kesatuan adalah negara
bersusunan tunggal. Suatu negara yang tidal terdiri dari negara-negara
bagian atau negara yang di dalamnya tidak terdapat daerah yang bersifat
negara.

Oleh karena itu, dalam negara kesatuan hanya terdapat seorang


kepala negara, satu undang-undang dasar yang berlaku untuk seluruh warga
negaranya, satu kepala pemerintahan, dan satui parlemen (badan
perwakilan rakyat). Pemerintah dalam negara kesatuan memiliki kekuasaan
untuk mengatur seluruh urusan pemerintahan pada negara tersebut. Dalam
pelaksanaannya, negara kesatuan terbagi ke dalam dua macam sistem
pemerintahan, yaitu sentral dan otonomi.

a. Negara kesatuan dengan sistem sentralisasi, yaitu sistem


pemerintahan yang langsung dipimpin oleh pemerintah pusat,
sementara pemerintah daerah yang ada di bawahnya melaksanakan
kebijakan pemerintah pusat. Pemerintahan Orde Baru yang dipimpin
oleh Presiden Soeharto adalah salah satu contoh model sistem
pemerintahan sentralisasi.

33
b. Negara kesatuan dengan sistem desentralisasi, yaitu kepala daerah
diberikan kesempatan dan kewenangan untuk mengurus urusan
pemerintah di daerahnya masing-masing. Sistem ini dikenal dengan
istilah otonomi daerah atau swatantra. Sistem pemerintahan seperti
Malaysia dan Indonesia pasca Orde Baru dapat dikatakan mewakili
model ini.

Sebagai negara yang menganut sistem pemerintahan desentralisasi,


Indonesia dalam arti pemerintah pusat memberikan kewenangan
kepada daerah berdasarkan poasal 18 UUD 1945, yaitu:

1. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah


propinsi dan daerah propinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota,
yang tiap-tiap provinsi, kabupaten dan kota itu mempunyai
pemerintahan daerah, yang diatur undang-undang.

2. Pemerintahan daerah provisi, daerah kabupaten, dan kota


mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut
asas otonomi dan tugas pembantuan.

3. Pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota


memiliki Dewan Perwakilan Rakyat daerah yang anggota-
anggotanya dipilih melalui pemilihan umum.

4. Gubernur, bupati, dan walikota masing-masing sebagai kepala


pemerintah daerah provinsi, kabupaten dan kota dipilih secara
demokratis.

5. Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya,


kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang0undang
ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat.

6. Pemerintah daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan


peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan
tugas pembantuan.

7. Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintah daerah


diatur dalam undang-undang (Winarno, 2013:88-87).

34
2. Negara Serikat

Negara serikat atau federasi merupakan bentuk negara gabungan


yang terdiri dari beberapa negara bagian dari sebuah negara serikat.
Pada mulanya, negara-negara bagian itu merupakan negara yang
merdeka, berdaulat dan berdiri sendiri. Setelah menggabungkan diri
dengan negara serikat, dengan sendirinya negara tersebut
melepaskan sebagian dari kekuasaannya dan menyerahkannya
kepada negara serikat.

Menurut Ubaedillah dan Abdul Rozak (2013:127), di samping dua


bentuk negara sebgaimana dijelaskan di muka, dari sisi pelaksana dan
mekanisme pemilihannya, bentuk negara dapat dogolongkan ke dalam tiga
kelompok, yaitu monarki, oligarki, dan demokrasi.

a. Monarki

Monarki berasal dari bahasa Yunanimonos yang berarti satu, dan


archein yang berarti pemerintah. Monarki merupakan sejenis pemerintahan
yang dipimpin oleh seorang penguasa monarki (raja). Monarki atau sistem
pemerintahan kerajaan adalah sistem tertua di dunia. Dalam pelaksanaanya,
monarki dibedakan menjadi dua jenis, yaitu monarki absolut dan monarki
konstitusional.

Monarki absolut adalah model pemerintahan dengan kekuasaan


tertinggi di tangan satu orang raja tau ratu, seperti Arab Saudi. Sedangkan
monarki konstitusional adalah bentuk pemerintahan yang kekuasaan kepala
pemerintahannya (perdana menteri) dibatasi oleh ketentuan-ketentuan
konstitusi negara. Di antara negara-negra yang menggunakan sistem
monarki konstitusional ini adalah Malaysia, Thailand, Jepang, dan Inggris.
Dalam sistem monarki konstitusional, kedudukan raja hanya sebatas simbol
negara.

35
b. Oligarki

Oligarki (Bahasa Yunani: Oligarkhía) adalah bentuk pemerintahan


yang kekuasaan politiknya secara efektif dipegang oleh kelompok elit kecil
dari masyarakat, baik dibedakan menurut kekayaan, keluarga, atau militer.
Kata ini berasal dari kata bahasa Yunani untuk "sedikit" dan "memerintah".
Negara tersebut sering dikendalikan oleh keluarga terkemuka beberapa yang
lulus pengaruh mereka dari satu generasi ke generasi berikutnya. Bentuk
pemerintahan dan struktur politik lain yang terkait dengan oligarki biasanya
termasuk aristokrasi, meritokrasi, plutokrasi, junta militer, teknokrasi, dan
teokrasi.

Dalam perkembangan sejarah dunia misalnya, Uni Soviet saat rezim


Stalin, hanya anggota Partai Komunis yang mendukung birokratisasi Stalin
saja dapat memegang jabatan pemerintahan, sisanya disingkirkan atau
dibunuh dengan kejam. Di Afrika Selatan sebelum 1994, orang-orang
minoritas berkulit putih memerintah secara oligarki atas mayoritas penduduk
Afrika Selatan berkulit hitam. Politik rasisme ini secara resmi pada 1948
disebut aparteid.

c. Demokrasi

Demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan yang kekuasaannya


berasal dari rakyat. Dalam demokrasi, rakyat memiliki hak untuk
menyuarakan pendapatnya. Sehingga tidak ada sistem pemerintahan yang
otoriter. Jika ada perbedaan pendapat, dapat diselesaikan dengan cara
musyawarah, atau dengan perhitungan jumlah suara untuk memilih opsi
tertentu. Prinsip pada demokrasi adalah adanya kesamaan rakyat didalam
hukum. Sehingga tidak ada yang lebih diistimewakan atau dikesampingkan
dalam hukum

E. Sifat Organisasi Negara

Organisasi negara ditandai oleh kemampuannya dalam melaksanakan


pemerintahan sebagai berikut:

36
1. Sifat Memaksa.

Negara mempunyai sifat memaksa, artinya bahwa negara memiliki


kekuasaan untuk menggunakan kekerasan fisik secara sah yaitu
dengan memberlakukan sanksi pada pelanggar hukum dengan tujuan
agar peraturan perundang-undangan yang telah dibuat dan berlaku
dalam negara tersebut dutaati oleh anggota masyarakat sehingga
ketertiban, keamanan, dan kedamaian dapat tercapai

2. Sifat Monopoli

Sifat monopoli negara adalah suatu hak tunggal yang dilakukan oleh
negara untuk berbuat atau menguasai sesuatu untuk kepentingan dan
tujuan bersama. Negara mempunyai monopoli dalam menetapkan
tujuan bersama dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam hal ini negara
dapat menyatakan bahwa suatu aliran kepercayaan atau aliran politik
tertentu dilarang hidup dan disebarluaskan, oleh karena dianggap
bertentangan dengan tujuan masyarakat dan dapat membahayakan
posisi suatu kekuasaan.

3. Sifat Totalitas

Semua hal tanpa kecuali mencakup kewenangan negara, misalnya


semua orang harus membayar pajak, semua orang wajib membela
negara, semua orang sama di hadapan hukum/berdasarkan hukum,
dan sebagainya.

Sifat untuk semua (totalitas) berarti semua peraturan perundang-


undangan adalah untuk semua orang tanpa kecuali. Keadaan
demikian memang perlu, sebab bila seseorang dibiarkan berada di luar
lingkup aktivitas negara, maka usaha negara ke arah tercapainya
masyarakat yang dicita-citakan akan gagal, atau dapat menganggu
cita-cita yang telah tercapai. Di samping itu, menjadi warga negar tidak
berdasarkan kemauan sendiri (involuntary) dan hal ini berbeda dengan
asosiasi di mana keanggotaan sukarela. Misalnya, dalam Pasal 29

37
ayat 2 UUD 1945 berisi tentang kebebasan memilih agama. Hal itu
berarti, semua Warga Negara Indonesia berhak memilih agama dan
kepercayaannya masing-masing tanpa adanya paksaan.

F. Fungsi Negara

Fungsi negara menurut Miriam Budiardjo (dalam Priyanto, 2008)


adalah bahwa setiap negara, apapun ideologinya, menyelenggarakan
beberapa fungsi minimum yaitu:

1. Fungsi penertiban (law and order). Untuk mencapai tujuan bersama


dan mencegah bentrokan-bentrokan dalam masyarakat, maka negara
harus melaksanakan penertiban atau bertindak sebagai stabilisator.
Kehadiran negara pada situasi dan kondisi yang kritis yang
diakibatkan oleh konflik horizontal maupun vertical sangat dibutuhkan.
Negara dengan segala kekuasaan dan kewenangan yang dimilikinya
menjadi “kunci” dalam menegakkan ketertiban di masyarakat.

2. Fungsi kesejahteraan dan kemakmuran. Untuk mencapai


kesejahteraan dan kemakmuran rakyat diperlukan campur tangan dan
peran aktif dari negara. Negara memiliki kewajiban untuk
mensejahterakan rakyat melalui monopoli dan pengelolaan sumber
daya alam berdasarkan undang-undang.

3. Fungsi Pertahanan, yaitu untuk menjaga kemungkinan serangan dari


luar, sehingga negara harus diperlengkapi dengan alat-alat
pertahanan. Modernisasi peralatan pertahanan harus dilakukan secara
efektif dan bukan efisien. Artinya, meskipun suatu alat pertahanan
negara memerlukan dana besar, tetapi jika itu dipandang efektif untuk
menjaga kedaulatan, harkat dan martabat bangsa dan negara harus
dilakukan.

4. Fungsi keadilan, yang dilaksanakan melalui badan- badan pengadilan.


Negara harus menciptakan keadilan dalam berbagai bidang, terutama
dalam bidang hukum. Setiap warga negara tanpa kecuali

38
memilikimkedudukan yang sama di depan hukum. Keadilan berkaitan
dengan prinsip ketidakberpihakan (impartiality) yaitu prinsip perlakuan
yang sama didepan hukum bagi setiap anggota masyarakat. Hukum
yang Adil adalah bahwa semua warga negara berkedudukan sama
dimata hukum sehingga hukum dapat dijadikan sebagai alat untuk
membentuk masyarakat yang lebih baik, bermoral, berdisiplin dan
bekerja keras.

G. Elemen Kekuatan Negara

Kekuatan suatu negara tergantung pada beberapa elemen seperti


sumber daya manusia, sumber daya alam, kekuatan militer dan teritorial
negara tersebut. Beberapa elemen kekuatan negara adalah sebagai berikut:

1. Sumber Daya Manusia

Kekuatan negara tergantung pada jumlah penduduk, tingkat pendidikan dan


warga, nilai budaya masyarakat, dan kondisi kesehatan masyarakat.
mobilitasnya makin banyak jumlah penduduk, semakin berkualitas SDM, dan
semakin tinggi tingkat kesehatan, maka negara akan semakin maju dan kuat.

2. Teritorial Negara

Kekuatan negara juga tergantung seberapa luas wilayah negara, yang terdiri
atas darat, laut dan udara, letak geografis dan situasi negara tetangga.
Semakin luas dan strategis, maka negara tersebut akan semakin kuat.

3. Sumber Daya Alam

Kekuatan negara tergantung pada kondisi alam atau material buminya,


berupa kandungan mineral, kesuburan, kekayaan laut, dan hutan. Semakin
tinggi kekayaan alam, maka negara tersebut semakin kuat, negara yang
kaya akan minyak, agroindustri, dan manufaktur akan menjadi negara yang
tangguh.

39
4. Kapasitas Pertanian dan Industri

Sektor pertanian memengaruhi kekuatan negara, karena pertanian memasok


kebutuhan pokok seperti beras, sayur mayur, dan lauk pauk. Tingkat budaya,
usaha warga negara dalam bidang pertanian, industri dan perdagangan yang
maju, menjamin kecukupan pangan atau swasembada pangan sehingga
negara menjadi kuat.

5. Kekuatan Militer dan Mobilitasnya

Kekuatan militer dan mobilitasnya sangat menentukan kekuatan negara.


negara yang mempunyai jumlah anggota militer, dan kualitas personel dan
peralatan yang baik akan meningkatkan kemampuan militer dalam
mempertahankan kedaulatan negara.

6. Elemen Kekuatan yang Tidak Berwujud

Segala faktor yang mendukung kedaulatan negara, berupa kepribadian dan


kepemimpinan, efisiensi birokrasi, persatuan bangsa, dukungan
internasional, reputasi bangsa (nasionalisme), dan sebagainya.

H. Hubungan Negara dengan Warga Negara

Ketika seseorang telah berstatus sebagai warga negara dari suatu


negara, maka ketika itu pula ia memiliki hubungan hukum dengan negara.
Menurut Arwiyah dan Runik Machfiroh (2014:57), hubungan itu berwujud
status, peran, hak dan kewajiban secara timbal balik. Sebagai warga negara
seseorang memiliki hubungan timbal balik yang sedrajat dengan negaranya.
Secara teoretis, status warga negara meliputi status pasif, aktif, negatif, dan
positif.

Peran (role) warga negara juga meliputi peran yang pasif, aktif,
negatif, dan poistif, yaitu:

1. Peran pasif, yaitu kepatuhan warga negara terhadap peraturan


perundang-undangan yang berlaku.

40
2. Peran aktif, yaitu aktivitas warga negara untuk terlibat (berpartisipasi)
serta mengambil bagian dalam kehidupan berngara, terutama dalam
memengaruhi keputusan publik.

3. Peran positif, yaitu aktivitas warga negara untuk meminta pelayanan


dari negara untuk memenuhi kebutuhan hidup.

4. Peran negatif, yaitu aktivtas warga negara untuk menolak campur


tangan negara dalam persoalan pribadi (Juliardi, 2014:136).

Negara sebagai lembaga dan warga negara sebagai penghuni


lembaga harus mempunyai hubungan yang baik. Negara berkewajiban
melindungi kepentingan keseluruhan rakyat tanpa kecuali. Dalam UUD 45,
kewajiban negara terhadap warga negara adalah meliputi pemberian
jaminan dalam menjalankan agama, memberikan pendidikan, memajukan
kebudayaan nasional, kesejahteraan sosial, memelihara fakir miskin dan
anak terlantar, serta menyelenggarakan pertahanan negara. Kewajiban
negara itu tidak akan mampu dipenuhi sepenuhnya kebutuhan. Oleh karena
itu, warga negara juga harus memberikan konstribusi pemikiran dan ide
secara nyata bagi kelangsungan kehidupan negara dalam segala aspek.
Karena secara hakiki, warga negara itulah yang paling memahami dan
mengetahui apa yang dibutuhkannya. Sebagaimana ucapan mantan
Pfesiden Amerika Serikat, John F. Kennedy yaitu "Jangan tanyakan apa
yang bisa negara berikan kepadamu, tetapi tanyakan apa yang bisa Anda
berikan kepada negaramu”.

I. Sitem Ketatanegaraan Indonesia

Berdasarkan UU 1945 sustem ketatanegaraan Indonesia adalah


sebagai berikut:

a. Bentuk negara adalah kesatuan.

b. Bentuk pemerintahan adalah republik.

c. Sistem pemerintahan adalah presidensial.

41
d. Sistem politik adalah demokrasi atau kedaulatan rakyat.

Bentuk Negara Kesatuan

Indonesia menetapkan bentuk susunan negara adalah kesatuan


bukan serikat atau federal. Landasan hukum negara kesatuan sebagaimana
tertuang dalam Pasal 1 UUD 1945 yang menyatakan “Negara Indonesia
ialah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik”.

Bentuk Pemerintahan Republik

Indonesia menetapkan bentuk pemeruintahannya adalah republik


bukan monarki atau kerajaan. Dasar penetapan ini sebagaimana tertuang
dalam Pasal 1 Ayat 1 UUD 1945 yang menyatakan “Negara Indonesia ialah
Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik”. Berdasarkan hal tersebut dapat
dikatakan bahwa kesatuan adalah bentuk negara, sedangkan republik
adalah bentuk pemerintahan.

Sistem Pemerintahan Presidensial

Berdasarkan pada ketentuan-ketentuan dalam UUD 1945, Indonesia


menganut sistem pemeruintahan presidensial. Adapun ciri-ciri sistem
pemerintahan presidensial adalah sebagai berikut:

1. Penyelenggara negara berada di tangan presiden. Presiden adalah


kepala negara sekaligus kepala pemerintahan. Presiden tidak dipilih
oleh parlemen, tetapi dipilih langsungn oleh rakyat.

2. Kabinet (dewan menteri) dibentuk oleh presiden. Kabinet bertanggung


jawab kepada presiden dan tidak bertanggung jawab kepada
parlemen/legislatif.

3. Presiden tidak bertanggung jawab keoada parlmen. Hal itu


dikarenakan presiden tidak dipilih oleh parlemen.

4. Presiden tidak dapat membubarkan parlemen, seperti pada sistem


parlementer.

42
5. Parlemen memiliki kekuasaan legislatif dan sebagai lembaga
perwakilan.Anggota parlemen dipilih oleh rakyat.

6. Presiden tidak berada di bawah pengawasan langsung parlemen.

Secara teoretis sistem pemerintahan presidensial memiliki kelebihan


dan kelemhan. Kelebihan sistem pemerintahan presidensial adalah:

1. Badan eksekutif lebih stabil kedudukannya karena tidak


tergantungpada parlemen.

2. Masa jabatan badan eksekutif lebih jelas dengan jangka waktu


tertentu. Misalnya, masa jabatan Presiden Amerika adalah empat
tahun, Presiden Indonesia lima tahun.

3. Penyusunan program kerja kabinet mudah disesuaikan dengan jangka


waktu masa jabatannya.

4. Legislatif bukan tempat kaderisasi untuk jabatan-jabatan eksekutif


karena dapat diisi oleh orang luar termasuk anggota parlemen sendiri.

Sedangkan kelemahan sistem pemerintahan presidensial adalah


sebagai berikut:

1. Kekuasaan eksekutif di luar pengawasan langsung legislative sehingga


dapat menciptakan kekuasaan mutlak.

2. Sistem pertanggungjawabannya kurang jelas.

3. Pembuatan keputusan/ kebijakan publik umumnya hasil tawar


menawar antara eksekutif dan legislatif sehingga dapat terjadi
keputusan tidak tegas dan memakan waktu yang lama.

Sistem Politik Demokrasi

Sistem politik yang dianut Indonesia adalah sistem politik demokrasi.


Hal ini sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 Ayat 2 UUD 1945, bahwa
“Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-
Undang Dasar”. Hakikat demokrasi adalah kekuasaan dalam negara berada
di tangan rakyat.

43
Secara teoretis, sistem politik di era modern terbagi ke dalam dua
kategori, yaitu sistem politik demokrasi dan sistem politik otoritarian
(nondemokrasi). Sistem politik nondemokrasi mencakup monarki absolut,
rezim militer, kediktatoran, rezim komunis, rezim otoritarian dan fasis.

_____________________________________________________________

Diskusi

Indonesia telah mengalami tiga orde, yaitu Orde Lama, Orde Baru, dan Orde
Reformasi. Setiap Orde memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-
masing. Orde Lama di bawah pemerintahan Presiden Soekarno sebagai
orde peletak dasar kemerdekaan dan membangun sistem pemerintahan.
Pada orde ini bangsa Indonesia berkutat pada masalah politik sehingga
kemakmuran dan kesejahteraan sangat sulit direalisasikan.

Selanjutnya Orde Baru di bawah pemerintahan Presiden Soeharto mampu


membangun perekonomian Indonesia dengan tingkat pertumbuhan yang
tinggi dan sebagai konsekuensinya masyarakat dapat menikmati hasil
pembangunan meskipun belum merata. Pada Orde Baru ini Indonesia
mampu menjadi negara Asia Tenggara dengan tingkat pertumbuhan
ekonomi yang tinggi dibandingkan dengan negara-negara tetangga lainnya.

Saat ini Indonesia tengah berada pada Orde Reformasi, tepatnya sejak 1998
yang lalu. Pada Orde Reformasi ini, Indonesia telah berganti presiden
sebanyak lima kali, namun pertumbuhan ekonomi cenderung melambat. Di
satu sisi Orde reformasi memberi ruang yang lebar untuk demokrasi dan
kebebasan, namun hal itu berimplikasi terhadap situasi politik yang tidak
stabil sehingga perekonomian berjalan lambat.

Bandingkan secara kritis oleh Anda ketiga orde tersebut, dan diskusikan
hasil analisis Anda dengan teman-teman yang lain !

44
Formulir 1

Ringkasan Pemahaman Materi

Bab : ……………………………………………………………………………..
Topik : ……………………………………………………………………………..

Nama : ………………………………………………………………….
NIM : ………………………………………………………………….
Program Studi : …………………………………………………………………..

Tuliskan pemahaman Anda mengenai materi pada bab ini !

Paraf Dosen

Catatan:
1. Setelah Anda mengisi formulir 1 ini secara lengkap kemudian
kumpulkan kepada dosen sebelum perkuliahan berlangsung.
2. Formulir ini diisi sebagai syarat Anda mengikuti perkuliahan.

45
Formulir 2

Hasil Disusi Kelompok


Bab : ........................................................................................................
Topik : ........................................................................................................

Kelas : ...........................................................................................
Program Studi : ...........................................................................................
Kelompok : ...........................................................................................
Ketua : ...........................................................................................
Anggota : 1. ......................................................................................
2. ......................................................................................
3. ......................................................................................
4. ......................................................................................
5. ......................................................................................

Tuliskan hasil diskusi kelompok Anda pada formuir ini!

Paraf Ketua Kelompok

46
BAB III
IDENTITAS NASIONAL SEBAGAI KARAKTER BANGSA

Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat:
1. Memahami dan menjelaskan pengertian identitas nasional.
2. Menjelaskan secara rinci parameter identitas nasional.
3. Menjelaskan unsur-unsur pembentuk identitas nasional.
4. Memahami dan menjelaskan identitas nasional sebagai karakter
bangsa.
5. Memehami dan menjelaskan identitas nasional Indonesia.

Deskripsi Singkat
Pada bab ini Anda akan mempelajari tentang idemtitas nasional sebagai
karakter bangsa.Setelah Anda mempelajari secara mendalam, diharapkan
Anda dapat memahami dan menjelaskan tentang pengertian identitas
nasional, parameter identitas nasional, unsur-unsur pembentuk identitas
nasional, identitas nasional sebagai karakter bangsa, dan identitas nasional
Indonesia.

Pokok Bahasan
A. Pengertian identitas nasional.

B. Parameter identitas nasional.

C. Unsur-unsur pembentuk identitas nasional.

D. Identitas nasional sebagai karakter bangsa.

E. Identitas nasional Indonesia

Bahan Bacaan
1. Arwiyah, Yahya dan Runik Machfiroh, 2014. Civic Education di Perguruan
Tinggi Indonesia. Bandung: Alfabeta.

47
2. Aryani I G N. Mencari Identitas Nasional.
3. Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi 3. Balai
Pustaka. Jakarta.
4. Dwiyatmi, Sri Harini, 2012. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
5. Ghazali, A. Muchtar dan Abdul Majid, 2014. Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan. Bandung: Interes Media Foundation.
6. Herlia Tati. 2004. Fenomena Kultur dan Politik Indonesia. Jurnal Dephan.
Jakarta.
7. Juliardi, Budi, 2014. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan
Tinggi. Jakarta: Rajawali Pers.
8. Kaelan dan Achmad Zubaidi, 2013. Pendidikan Keawrganegaraan Untuk
Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Paradigma.
9. Kansil dan Kansil. 2005. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan
Tinggi. Jakarta: Pradnya Paramita.
10.Lemhanas dan Dirjen Dikti. 1984. Kewiraan untuk Mahasiswa. Jakarta:
Gramedia.
11.Mansur, Hamdan, dkk. 2002. Pendididikan Kewarganegaraan. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
12.Ngeljaratan, Ishak. 2005. Ideologi Nasional versus Budaya Unggul.
Kompas.com, 3 Desember 2005.
13.Pengabean, Hana. 2005. Sensitivitas Antarbudaya, Perlukah Kita?
Himpsi. Jakarta.
14.Soekanto Surjono. 2005. Sosiologi Suatu Pengantar, edisi 4. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
15.Taniredja, Tukiran, Muhammad Affandi dan Efi Miftah Faridli, 2012.
Paradigma Baru Pendidikan Pancasila Untuk Mahasiswa. Bandung:
Alfabeta.
16.Wahidin, Samsul. 2010. Pokok-Pokok pendidikan Kewarganegaraan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
17.Winarno, 2013. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta:
Bumi Aksara.

Pertanyaan Kunci
1. Apa yang dimaksud dengan identitas nasional dan berikan contohnya?

2. Apa saja yang menjadi parameter identitas nasional?

3. Jekaskan secara singkat mengenai unsur-unsur pembentuk identitas


nasional!

48
4. Jelaskan secara argumentatif hubungan antara identitas nasional dan
pembentukan karakter bangsa!

Tugas
Anda harus membaca secara mendalam bab ini dan menuangkan
pemahaman Anda pada lembar pemahaman yang telah disediakan serta
menyerahkannya kepada dosen sebelum pertemuan dimulai.

A. Pengartian Identitas Nasional


Indonesia adalah suatu bangsa dan suatu negara di antara negara-
negara lain di dunia. Sebagai suatu negara dan bangsa, Indonesia memiliki
ciri, identitas, dan karakter yang berbeda dengan negara lain. Secara
sosiologis, Indonesia sebagai bangsa yang plural dan multikultur dari
Sabang sampai Merauke dengan beragam keunikannya. Indonesia memiliki
ribuan pulau, 34 propinsi, 410 kabupaten, 98 kota, 6.694 kecamatan, 8.216
kelurahan, 69.249 desa, 259.940.857 jumlah penduduknya, 8 suku besar,
dan 772 suku jecil, serta 746 bahasa daerah. Keunikan yang dimiliki
Indonesia jelas berbeda dengan bangsa lain, dan itu merupakan ciri khas
yang melekat pada bangsa Indonesia.

Pada era globalisasi saat ini, sebuah negara memiliki tantangan besar
dalam rangka mempertahankan identitasnya dari serbuan politik, ekonomi,
sosial dan budaya asing yang tidak mungkin dibendung.Konsekuensi dari
semua itu, maka terjadi pergeseran nilai-nilai, ideologi, jati diri, bahkan sikap
mental yang kerapkali bertentangan dengan jati diri bangsa. Oleh karena itu,
agar suatu bangsa tetap dapat bertahan dalam menghadapi globalisasi,
bangsa yang bersangkutan harus mampu meletakan jati diri atau identitas
nasional sebagai bentuk kepribadian yang tercermin dalam kehiduoan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

49
Istilah identitas berasal dari bahasa Inggris “identity” yang menurut
Kamus Umum Bahasa Indonesia berarti keadaan, ciri-ciri khusus suatu
benda/orang. Dalam kamus politik “identitas” berarti ciri-ciri atau keadaan
khusus seseorang atau jati diri. Sedangkan kata “nasional” dari akar kata
“nation” (Inggris), yang berarti bangsa yang tengah menegara atau
kebangsaan. Dalam kamus politik berasal dari kata “nation” (Latin), artinya
kelahiran, suku bangsa. Kata “nasional” berarti masyarakat yang sudah
berkembang sedemikian rupa, sehingga mempunyai kesamaan sejarah,
tradisi, kebudayaan, bahasa dan wilayah. Hal tersebut menimbulkan
kesadaran dan kesetiaan serta kemauan untuk hidup bersatu dalam suatua
negara yang merdeka (Dwiyatmi, 2012:79).

Secara terminologis, Identitas nasional adalah suatu ciri yang dimiliki


oleh suatau bangsa yang membedakan bangsa tersebut dengan bangsa
lain. Artinya, setiap bangsa di dunia ini akan memiliki identitas sendiri-sendiri
sesuai dengan keunikan, sifat, ciri-ciri serta karakter dari bangsa tersebut.
Identitas nasional tidak dapat dipisahkan dengan jati diri suatu bangsa atau
lebih populer disebut sebagai kepribadian suatu bangsa (Kaelan dan
Achmad Zubaidi, 2013:42).

Pengertian identitas nasional pada hakikatnya adalah “manifestasi


nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan
suatu bangsa (nation) dengan ciri-ciri khas dan dengan ciri-ciri yang khas
tadi suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam kehidupannya”
(Koento: 2005). Sedangkan Ubaedillah dan Abdul Rozak (2013:51),
mengupas identitas sebagai ungkapan nilai-nilai suatu bangsa yang bersifat
khas dan membedakannya dengan bangsa lain. Kekhasan yang melekat
pada sebuah bangsa dikatakan sebagai “identitas nasional”. Namun perlu
disadari bahwa identitas nasional tudak pernah berhenti atau selesai, dan
karenanya akan berlangsung sepanjang masa.

Nilai-nilai budaya yang berada dalam sebagian besar masyarakat


dalam suatu negara dan tercermin di dalam identitas nasional bukanlah
barang jadi yang sudah selesai dalam kebekuan normatif dan dogmatis,

50
melainkan sesuatu yang terbuka yang cenderung terus-menerus
berkembang karena hasrat menuju kemajuan yang dimiliki oleh masyarakat
pendukungnya. Implikasinya bahwa identitas nasional merupakan sesuatu
yang terbuka untuk diberi makna baru agar tetap relevan dan fungsional
dalam kondisi aktual yang berkembang dalam masyarakat

Bila dilihat dari proses, menurut Juliardi (2014:35), lahirnya identitas


nasional, maka identitas nasional itu sendiri dapat dibagi ke dalam dua
bagian, yaitu:

1. Identitas cultural unity atau identutas kesukubangsaan

Istilah “cultural unity” merujuk pada bangsa dalam pengertian


kebudayaan atau bangsa dalam konteks sosiologis-antropologis.
Cultural unity disatukan oleh adanya kesamaan ras, suku, agama, adat
dan budaya, keturunan dan daerah asal. Unsur-unsur ini menjadi
identitas kelompok bangsa yang bersangkutan sehingga bisa
dibedakan dengan bangsa lain.

2. Identitas political unity atau identitas kebangsaan

Political unity merujuk pada bangsa dalam arti politik, yaitu bangsa-
negara. Kesamaan primordial dapat saja menciptakan bangsa tersebut
untuk bernegara, namun saat ini negara yang relative homogeny yang
hanya terdiri dari satu bangsa tudak banyak terjadi. Negara baru perlu
menciptakan identitas yang baru pula untuk bangsanya yang disebut
dengan identitas nasional.

B. Parameter Identitas Nasional

Parameter identitas nasional adalah suatu ukuran atau patokan yang


dapat digunakan untuk menyatakan sesuatu adalah menjadi ciri khas suatu
bangsa. Sesuatu yang diukur adalah unsur suatu identitas seperti
kebudayaan yang menyangkut norma, bahasa, adat istiadat dan teknologi,
sesuatu yang alami atau ciri yang sudah terbentuk seperti geografis.

51
Sesuatu yang terjadi dalam suatu masyarakat dan mencari ciri atau
identitas nasional biasanya mempunyai normatif sebagai berikut:

1. Identitas nasional menggambarkan pola perilaku yang terwujud melalui


aktivitas masyarakat sehari-harinya. Identitas ini menyangkut adat-
istiadat, tata kelakuan, dan kebiasaan. Ramah tamah, hormat kepada
orang tua, dan gotong royong merupakan salah satu identitas nasional
yang bersumber dari adat-istiadat dan tata kelakuan.

2. Lambang-lambang yang merupakan ciri dari bangsa dan secara


simbofis menggambarkan tujuan dan fungsi bangsa. Lambang-lambang
negara ini biasanya dinyatakan dalam undang-undang seperti Garuda
Pancasila, bendera, bahasa, dan lagu kebangsaan.

3. Alat-alat pelengkapan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan


seperti bangunan, teknologi, dan peralatan manusia. Identitas yang
.berasal dari alat periengkapan ini seperti bangunan yang merupakan
tempat ibadah (borobudur, prambanan, masjid dan gereja), peralatan
manusia (pakaian adat, teknologi bercocok tanam), dan teknologi
(pesawat terbang, kapal laut, dan Iain-Iain).

4. Tujuan yang ingin dicapai suatu bangsa. Identitas yang bersumber dari
tujuan ini bersifat dinamis dan tidak tetap seperti budaya unggul,
prestasi dalam bidang tertentu

Bagi bangsa Indonesia, pengertian parameter identitas nasional tidak


merujuk hanya pada individu (adat istiadat dan tata laku), tetapi berlaku
pula pada suatu kelompok Indonesia sebagai suatu bangsa yang
majemuk, maka kemajemukan itu merupakan unsur-unsur atau parameter
pembentuk identitas yang melekat dan diikat oleh kesamaan-kesamaan
yang terdapat pada segenap warganya. Unsur-unsur pembentuk identitas
nasional Indonesia berdasarkan ukuran parameter sosiologis adalah: suku
bangsa, kebudayaan, dan bahasa maupun fisik seperti kondisi geografis.

52
1. Suku Bangsa

Suku bangsa adalah golongan sosial yang khusus dan bersifat askriptif
(ada sejak lahir), yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis
kelamiri. Indonesia dikenal bangsa dengan banyak suku bangsa, dan
menurut data statistic hampir mencapai 300 suku bangsa. Setiap suku
mempunyai adat istiadat, tata kelakuan, dan norma yang berbeda,
namun demikian beragam suku ini mampu mengintegrasikan dalam
suatu negara Indonesia untuk mencapai tujuan yaitu masyarakat yang
adil dan makmur.

2. Kebudayaan

Kebudayaan menurut ilmu sosiologi termasuk kesenian, ilmu


pengetahuan, teknologi, dan adat-istiadat. Kebudayaan sebagai
parameter identitas nasional bukanlah sesuatu yang bersifat individual.
Apa yang dilakukan sebagai kebiasaan pribadi bukanlah suatu
kebudayaan. Kebudayaan harus merupakan milik bersama dalam suatu
kelompok, artinya para warganya memiliki bersama sejumlah pola-pola
berpikir dan berkelakuan yang didapat dan dikembangkan melalui
proses belajar. Hal-hal yang dimiliki bersama ini harus menjadi sesuatu
yang khas dan unik, yang akan tetap memperlihatkan diri di antara
berbagai kebiasaan-kebiasaan pribadi yang sangat variatif.

3. Bahasa

Bahasa adalah identitas nasional yang bersumber dari salah satu


lambang suatu negara. Bahasa adalah merupakan satu keistimewaan
manusia, khususnya dalam kaitan dengan hidup bersama dalam
masyarakat adalah adanya bahasa. Bahasa manusia memiliki simbol
yang menjadikan suatu perkataan mampu melambangkan arti apa pun,
sekalipun hal atau barang yang dilambangkan artinya oleh suatu kata
tidak hadir di situ. Di Indonesia terdapat beragam bahasa daerah yang
mewakili banyaknya suku-suku bangsa atau etnis namun bahasa
Melayu dahulu dikenal sebagai bahasa penghubung berbagai etnis
yang mendiami kepulauan nusantara. Selain menjadi bahasa

53
komunikasi di antara suku-suku di nusantara, bahasa Melayu juga
menempati posisi bahasa transaksi perdagangan internasional di
kawasan kepulauan nusantara yang digunakan oleh berbagai suku
bangsa Indonesia dengan pedagang asing. Pada tahun 1928 Bahasa
Melayu mengalami perkembangan yang sangat pesat. Pada tahun
tersebut, bahasa Melayu ditetapkan menjadi bahasa Indonesia sebagai
bahasa persatuan bangsa Indonesia. Setelah kemerdekaan, bahasa
Indonesia ditetapkan sebagai bahasa nasional.

4. Kondisi Geografis

Kondisi geografis merupakan indentitas yang bersifat alamiah.


Kedudukan geografis wilayah negara menunjukkan tentang lokasi
negara dalam kerangka ruang, tempat, dan waktu, sehingga untuk
waktu tertentu menjadi jelas batas-batas wilayahnya di atas bumi. Letak
geografis tersebut menentukan corak dan tata susunan ke dalam dan
akan dapat diketahui pula situasi dan kondisi lingkungannya. Bangsa
akan mendapat pengaruh dari kedudukan geografis wilayah negaranya.
Letak geografis ini menjadi khas dimiliki oleh sebuah negara yang dapat
membedakannya dengan negara lain.

C. Unsur-unsur Pembentuk Identitas Nasional

Identitas nasional Indonesia pada saat ini terbentuk dari enam unsur
yaitu sejarah perkembangan bangsa Indonesia, kebudayaan bangsa
Indonesia, suku bangsa, agama, dan budaya unggul. Namun demikian,
unsur-unsur ini tidak statis dan akan berkembang sesuai dengan tujuan
bangsa Indonesia.

1. Unsur Sejarah

Bangsa Indonesia mengalami kehidupan dalam beberapa situasi dan


kondisi sosial yang berbeda sesuai perubahan jaman. Bangsa Indonesia
secara ekonomis dan politik pernah mencapai era kejayaan di wilayah Asia

54
Tenggara. Kejayaan dalam bidang ekonomi bangsa Indonesia pada era
pemerintahan kerajaan Majapahit dan Sriwijaya, rakyat mengalami
kehidupan ekonomi yang sejahtera, sedangkan dalam bidang politik memiliki
kekuasaan negara hingga seluruh wilayah nusantara yang meliputi wiiayah
jajahan Belanda (sekarang wilayah NKRI) hingga wilayah negara Filipina,
Singapura, Malaysia, bahkan sebagian wilayah Thailand. Namun, kejayaan
ini mengalami keruntuhan akibat menghilangnya jiwa kebersamaan
(persatuan dan kesatuan) di antara bangsa dalam pemerintahan Majapahit
dan Sriwijaya tersebut.

Keruntuhan pemerintahan Majapahit dan Sriwijaya ini berimplikasi pada


terciptanya pemerintahan kerajaan di masing-masing daerah di seluruh
wilayah Indonesia. Sistem pemerintahan kerajaan ini menyebabkan bangsa
Indonesia menjadi makin lemah untuk mengahadapi ancaman, tantangan,
hambatan dan gangguan dari negara lain yang ingin mencari sumber energi
baru bagi negaranya. Ketidakmampuan bangsa Indonesia ini pada akhirnya
menyebabkan bangsa Indonesia jatuh ke tangan negara-negara colonial
(penjajah). Sebagaimana kita ketahui negara yang menjajah bangsa
Indonesia adalah Belanda, Portugis, dan Jepang. Ketiganya masing-masing
menjajah kita selama 350 tahun, 400 tahun, dan 3,5 tahun.

Dampak langsung dari adanya penjajah ini adalah bangsa Indonesia


mengalami kebodohan, kemiskinan, keterbelakangan, perpecahan dan
kehilangan sumber daya alam akibat eksploitasi yang tidak bertanggung
jawab oleh penjajah untuk dibawa ke negaranya.

Realitas perjalanan sejarah bangsa tersebut mendorong bangsa


Indonesia untuk menjadi bangsa pejuang yang pantang menyerah dalam
melawan penjajah untuk meraih dan mempertahankan kembali harga diri,
martabatnya sebagai bangsa, selain itu, dipertahankan semua potensi
sumber daya alam yang ada agar tidak terus-menerus dieksplorasi dan
dieksploitasi yang akhirnya dapat menghancurkan kehidupan bangsa
Indonesia di masa datang. Perjuangan bangsa Indonesia ini tidak berhenti

55
pada masalah yang tersebut di atas, melainkan berlanjut pada perjuangan
meraih dan mempertahankan kemerdekaan bangsa dari penjajah.

Perjuangan demi perjuangan bangsa Indonesia di atas pada akhirnya


menjadi suatu nilai yang mengkristal dalam jiwa bangsa Indonesia bahwa
bangsa Indonesia adalah bangsa pejuang. Sekaligus semangat juang yang
dimiliki oleh bangsa Indonesia tersebut menjadi kebanggaan sebagai
identitas nasional bagi bangsa Indonesia yang membedakan dengan
bangsa lain di ASEAN dan dunia pada umumnya. Sejarah telah memberikan
identitas nasional bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa pejuang.

2. Kebudayaan

Aspek kebudayaan yang menjadi unsur pembentuk identitas nasional


adalah meliputi tiga unsur yaitu: a. Akal budi, b. Peradaban (civility), dan c.
Pengetahuan (knowledge).

a. Akal Budi

Akal budi adalah sikap dan perilaku yang dimiliki oleh bangsa Indonesia
dalam interaksinya antara sesama (horizontal) maupun antara
pimpinan.dengan staf, anak dengan orang tua (vertikal), atau sebaliknya.
Bentuk sikap dan perilaku sebagaimana yang tersebut di atas, adalah
hormat-menghormati antarsesama, sopan santun dalam sikap dan tutur
kata, dan hormat pada orang tua.

b. Peradaban (civility)

Peradaban yang menjadi identitas nasional bangsa Indonesia adalah


dapat dilihat dari beberapa aspek yang meliputi aspek yang meliputi aspek
politik, ekonomi, sosial, dan hankam. Identitas nasional dalam masing-
masing aspek yang dimaksud adalah; (1) Ideologi adalah sila-sila dalam
Pancasila, (2) Politik adalah demokrasi langsung dalam pemilu langsung
presiden dan wakil presiden serta kepala daerah tingkat I dan tingkat II
kabupaten/kota, (3) Ekonomi adalah usaha kecil dan koperasi, (4) Sosial
adalah semangat gotong royong, sikap ramah-tamah, murah senyum, dan

56
setia kawan, dan (5) Hankam adalah sistem keamanan lingkungan
(siskamling), sistem perang gerilya, dan teknologi kentongan dalam
memberikan informasi bahaya, dan sebagainya.

c. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan yang menjadi unsur pembentuk identitas nasional


meliputi: (1) Prestasi anak bangsa dalam bidang olahraga bulutangkis
dunia, (2) Karya anak bangsa dalam bidang teknologi pesawat terbang,
yaitu pembuatan pesawat terbang CN 235, di IPTN Bandung, Jawa Barat,
(3) Karya anak bangsa dalam bidang teknologi kapal laut, yaitu pembuatan
kapal laut Phinisi, dan (4) Prestasi anak bangsa dalam menjuarai lomba
olimpiade fisika dan kimia, dan sebagainya.

3. Budaya Unggul

Budaya unggul adalah semangat dan kultur kita untuk mencapai


kemajuan dengan cara “kita harus bisa, kita harus berbuat terbaik, kalau
orang lain bisa, mengapa kita tidak bisa.” Dalam UUD 1945, menyatakan
bahwa bangsa Indonesia berjuang dan mengembangkan dirinya sebagai
bangsa yang merdeka, berdaulat, bersatu, maju, makmur serta adil atau
ber- kesejahteraan. Untuk mencapai kualitas hidup demikian, nilai
kemanusiaan, demokrasi dan keadilan dijadikan landasan ideologis yang
secara ideal dan normatif diwujudkan secara konsisten, konsekuen,
dinamis, kreatif, dan bukan indoktriner.

4. Suku Bangsa

Identitas nasional dalam aspek suku bangsa adalah adanya suku


bangsa yang majemuk (aneka ragam). Majemuk atau aneka ragamnya
suku bangsa dimaksud adalah terlihat dari jumlah suku bangsa lebih kurang
300 suku bangsa dengan bahasa dan dialek yang berbeda. Populasinya
menurut data BPS tahun 2003 adalah berjumlah 210 juta jiwa. Dari jumlah
tersebut diperkirakan separuhnya atau 5- % adalah suku bangsa etnis

57
Jawa. Sisanya suku Makasar – Bugis (3,68 %), Batak (2,04 %), Bali (1,88
%), Aceh (1,4 %), dan suku-suku lainnya. Sedangkan suku bangsa atau
etnis Tionghoa hanya berjumlah 2,8 % tetapi menyebar ke seluruh wilayah
Indonesia dan mayoritas mereka bermukim diperkotaan.

5. Agama

Identitas Nasional dalam aspek agama adalah masyarakat agamis


dan memiliki hubungan antarumat seagama dan antarumat beragama yang
rukun. Di samping itu, menurut UU No. 16/1969, Negara Indonesia
mengakui multi agama yang dianut oleh bangsanya yaitu Islam, Katholik,
Kristen, Hindu, Budha, dan Kong Hu Cu. Pada Era Orde Baru, agama Kong
Hu Cu tidak diakui sebagai agama resmi Negara Indonesia, tetapi sejak
Pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, istilah agama resmi Negara
dihapuskan. Islam adalah agama mayoritas bangsa Indonesia. Dalam Islam
dikenal juga istilah Islam Santri (Islam yang memiliki pemahaman Islam
yang kuat dan taat) dan Islam Abangan (penganut Islam yang tidak memiliki
pemehaman yang kuat tentang syariah Islam). Islam Santri terbagi dua
yaitu, Islam Modernis dan Islam Tradisional (menyadarkan pengamalan
agama secara apa adanya pada kitab dan sunnah Rasul serta pendapat
para ulama). Indonesia merupakan Negara multiagama, karena itu
Indonesia dikatakan negara yang rawan disintegrasi bangsa. Untuk itu
menurut Magnis Suseno, salah satu jalan untuk mengurangi risiko konflik
antaragama perlu diciptakan tradisi saling menghormati antara umat agama
yang ada. Menghormati berarti mengakui secara positif dalam agama dan
kepercayaan orang lain juga mampu belajar satu sama lain.

6. Bahasa

Bahasa adalah salah satu atribut bangsa di samping sebagai identitas


nasional . bahasa Indonesia dikenal sebagai bahasa melayu yang
merupakan bahasa penghubung (lingua franca) berbagai etnis yang
mendiami kepulauan nusantara. Bahasa melayu ini pada tahun 1928

58
ditetapkan oleh pemuda dari berbagai suku bangsa Indonesia dalam
peristiwa Sumpah Pemuda sebagai Bahasa Persatuan Bangsa Indonesia.

Namun di sisi lain, penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa


nasional memiliki dampak terhadap semakin kurangnya penggunaan bahasa
daerah. Untuk mengatasi hal tersebut, idealnya setiap daerah memiliki
kebijakan tentang penggunaan bahasa daerah pada waktu-waktu tertentu.
Misalnya, setiap hari Rabu seluruh warga masyarakat Kota Bandung, baik di
kantor, instansi pemerintah dan tempat-tempat lain harus menggunakan
bahasa daerah (Sunda). Eksistensi bahasa daerah harus dipahami sebagai
salah satu kearifan lokal yang perlu terus dijaga guna memperkuat identitas
nasional yang bersumber dari keragaman bahasa dan budaya Indonesia.

D. Identitas Nasional Sebagai Karakter Bangsa

Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan membangun dan


mengembangkan karakter bangsa sehingga mampu menjadi benteng dalam
mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari berbagai
ancaman yang datang dari luar mauoun dari dalam. Suatu bangsa akan
tegak berdiri jika warga negaranya memiliki karakter yang tangguh, ulet,
cerdas, berkepribadian berdasarkan pandangan hidup bangsanya, itu
berlakun sebaliknya.

Karakter berasal dari bahasa Latin “kharakter, kharassein atau


kharax”, sementara dalam bahasa Prancis disebut dengan “character”, dan
dalam bahasa Inggris adalah “character”. Dalam arti luas karakter diartikan
sebagai sifat kejiwaan, akhlak, budi pekerti, tabiat, watak yang membedakan
seseorang dengan orang lain. Merujuk kepada pengertian tersebut, maka
karakter bangsa dapat diartikan sebagai tabiat atau watak khas bangsa
Indonsia yang membedakan bangsa Indonesia denganbangsa lain (Juliardi,
2014:42).

Setiap bangsa di mana pun memiliki identitas yang menjadi dasar


dalam memahami jati diri bangsanya sehingga menumbuhkan kebanggan

59
sebagai bangsa. Menurut Weber dalam (Juliardi, 2014:42), cara terbaik
dalam memahami suatu masyarakat adalah dengan cara memahami
karakter (tingkah laku) anggotanya. Secara sosiologis, karakter salah
satunya terbentuk melalui identitas nasional yang dimiliki suatu bangsa. Oleh
karena itu dapat dikatakan bahwa identitas nasional akan membentuk
karakter bangsa tersebut.

Menurut Arwiyah dan Runik Machfiroh (2014:98), identitas nasional


Indonesia bila dilihat dari karakter bangsa memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha


Esa.

2. Mencintai sesama manusia, keluarga, masyarakat, bangsa dan tanah


airnya.

3. Menghormati sesama warga negara tanpa membedakan latar


belakang sosial dan budaya.

4. Dapat hidup bersama dalam masyarakat majemuk yang terdiri dari


perbedaan budaya, etnik, agama, adat istiadat.

5. Toleransi keagamaan.

E. Identitas Nasional Indonesia

Identitas nasional Indonesia merujuk kepada identitas-identitas yang


sifatnya nasional. Beberapa identitas nasional Indonesia adalah sebagai
berikut:

1. Bahasa nasional adalah bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia.

2. Bendera negara adalah Sang Merah Putih.

3. Lagu kebangsaan Indonesia adalah Indonesia Raya.

4. Lambang negara yaitu Garuda Pancasila.

5. Semboyan negara yaitu Bhineka Tunggal Ika.

6. Dasar falsafah negara yaitu Pancasila.

60
7. Konstitusi (Hukum dasar) negara, yaitu UUD 1945.

8. Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan


rakyat.

9. Konsepsi Wawasan Nusantara.

10. Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai kebudayaan nasional

Diskusi

Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya dan tradisi, seperti salah
satunya wayang kulit. Wayang kulit bukan saja kesenian miliknya orang
Jawa melainkan telah menjadi identitas nasional bangsa Indonesia. Namun
masalahnya, wayang kulit tidak terlalu diminati oleh anak-anak muda. Salah
satu hasil penelitian mengungkapkan bahwa: (a) Generasi muda tidak faham
dengan cerita yang di bawakan oleh dalang, (b) Generasi muda tidak faham
dengan bahasa yang di gunakan dalanng, (c) Generasi muda merasa jenuh
atau bosan dikarenakan wayang kulit yang kurang terpadu dengan
kebudayaan modern, (d) Waktu pertunjukan wayang kulit yang lama, (e)
Generasi muda beranggapan wayang kulit merupakan kebudayaan yang
kuno, dan (f) Generasi muda kurang mengenal dan mengerti tentang wayang
kulit.

Bagaimana menurut Anda strategi pelestarian wayang kulit sebagai salah


satu identitas nasional Indonesia?

61
Formulir 1

Ringkasan Pemahaman Materi

Bab : ……………………………………………………………………………..
Topik : ……………………………………………………………………………..

Nama : ………………………………………………………………….
NIM : ………………………………………………………………….
Program Studi : …………………………………………………………………..

Tuliskan pemahaman Anda mengenai materi pada bab ini !

Paraf Dosen

Catatan:
1. Setelah Anda mengisi formulir 1 ini secara lengkap kemudian
kumpulkan kepada dosen sebelum perkuliahan berlangsung.
2. Formulir ini diisi sebagai syarat Anda mengikuti perkuliahan.

62
Formulir 2

Hasil Disusi Kelompok


Bab : ........................................................................................................
Topik : ........................................................................................................

Kelas : ............................................................................................
Program : ............................................................................................
Studi
Kelompok : ............................................................................................
Ketua : ............................................................................................
Anggota : 1. .........................................................................................
2. .........................................................................................
3. .........................................................................................
4. .........................................................................................
5. .........................................................................................

Tuliskan hasil diskusi kelompok Anda pada formuir ini!

Paraf Ketua Kelompok

BAB IV

DEMOKRASI INDONESIA

63
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat:

1. Memahami pengertian demokrasi dari berbagai aspek.

2. Memahami dan menjelaskan prinsip-prinsip demokrasi

3. Menemukan dan memahami manfaat demokrasi

4. Memahami dan menjekaskan nilai-nilai demokrasi

5. Memahami dabn menkelaskan tentang fase-fase demokrasi di


Indonesia.

6. Menjelaskan hubungan demokrasi dan pendidikan demokrasi secara


utuh.

Deskripsi Singkat
Pada bab ini Anda akan mempelajari dan mendiskusikan tentang demokrasi
dan demokrasi di Indonesia dari berbagai aspek. Setelah Anda membaca
dan memahami secara mendalam diharapkan Anda dapat menjelaskan
tentang pengertian demokrasi dari berbagai aspek, prinsip-prinsip
demokrasi, manfaat demokrasi, nilai-nilai demokrasi, fase-fase demokrasi di
Indonesia, dan hubungan demokrasi dan pendidikan demokrasi secara utuh.

Pokok Bahasan
A. Pengertian demokrasi

B. Prinsip-prinsip demokrasi

C. Manfaat demokrasi

D. Nilai-nilai demokrasi

E. Demokrasi di Indonesia.

F. Demokrasi dan pendidikan demokrasi secara utuh.

64
Bahan Bacaan
1. Arwiyah, Yahya dan Runik Machfiroh, 2014. Civic Education di
Perguruan Tinggi Indonesia. Bandung: Alfabeta.
2. Beethan, O dan Kevin Boyle. 2000. Demokrasi: 80 Tanya
Jawab.Yogyakarta: Kanisius.
3. Bodenhamer David. J. 2001. Federalism and Democracy. Working
Paper. US Department of State. Washington D.C.
4. Darmodihardjo, dkk. 1991. Santiaji Pancasila (Suatu Tinjauan Filosofis,
Historis dan Yuridis Konstitusional). Surabaya: Usaha Nasional.
5. Dwiyatmi, Sri Harini, 2012. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
6. Ghazali, A. Muchtar dan Abdul Majid, 2014. Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan. Bandung: Interes Media Foundation.
7. Herlia Tati. 2004. Fenomena Kultur dan Politik Indonesia. Jurnal
Dephan. Jakarta.
8. ICCE UIN. 2003. Pendidikan Kewarganegaraan: Demokrasi, Hak Asasi
Manusia, Masyarakat Madani. Jakarta: UIN dan Prenada Media.
9. Juliardi, Budi, 2014. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan
Tinggi. Jakarta: Rajawali Pers.
10.Kaelan dan Achmad Zubaidi, 2013. Pendidikan Keawrganegaraan
Untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Paradigma.
11.Kansil dan Kansil. 2005. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan
Tinggi. Jakarta: Pradnya Paramita.
12.Melvin I. Urofsky. 2001. Principles of Democracy. Working Paper. US
Department of State. Washington D.C.
13.Syarbaini, Syahrial (Editor). 2005. Materi Perkuliahan Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn). Sus- cadoswar, Dikti. Jakarta.
14.Taniredja, Tukiran, Muhammad Affandi dan Efi Miftah Faridli, 2012.
Paradigma Baru Pendidikan Pancasila Untuk Mahasiswa. Bandung:
Alfabeta.
15.Wahidin, Samsul. 2010. Pokok-Pokok pendidikan Kewarganegaraan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
16.Winarno, 2013. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta:
Bumi Aksara.

Pertanyaan Kunci
1. Jelaskan beberapa pengertian demokrasi dan apa esensi yang
terkendung di dalamnya?
2. Sebutkan dan jelaskan prinsip-prinsip demokrasi yang berlau universal!

65
3. Apa saja manfaat demokrasi dan nilai-nailai apa yang terkandung di
dalamnya?
4. Jelaskan pentingnya pendidikan demokrasi bagi masyarakat secara
luas!

Tugas
Anda harus membaca secara mendalam bab ini dan menuangkan
pemahaman Anda pada lembar pemahaman yang telah disediakan serta
menyerahkannya kepada dosen sebelum pertemuan dimulai.

A. Pengantar
Pembahasan tentang peranan negara dan masyarakat tidak dapat
dilepaskan dari telaahan tentang demokrasi dalam berbagai aspeknya.
Menurut Kaelan dan Achmad Zubaidi (2013:34), ada dua alasan yang
menjadi latar belakang meluasnya demokrasi, yaitu: Pertama, hampir
semua negara di dunia ini telah menjadikan demokrasi sebagai asas yang
fundamental dalam penyelenggaraan negara. Kedua, demokrasi sebagai
asas kenegaraan secara esensial telah memberikan arah bagi peranan
masyarakat untuk menyelenggarakan negara sebagai organisasi
tertingginya.

Meskipun implementasi demokrasi dibeberapa negara berbeda


dengan negara-negara lainnya, tetapi menurut penelitian dari UNESCO
tahun 1949 menyatakan bahwa “mungkin untuk pertama kali dalam sejarah
demokrasi dinyatakan sebagai nama yang paling baik dan wajar untuk
semua sistem organisasi politik dan sosial yang diperjuangkan oleh para
pendudkungnya yang berpengaruh.

Di Indonesia, eksistensi demokrasi semakin menguat seiring dengan


digelarnya pemilihan langsung kepala daerah (Pilkada) dan pemilihan
presiden (pilpres), di mana rakyat dapat menyampaikan aspirasi atau

66
suaranya secara langsung dalam memilih pimpinan daerah yaitu gubernur,
bupati/walikota, dan presiden. Pilihan terhadap pimpinan daerah dan negara
tersebut dilangsungkan dengan suasana LUBER (langsung, umum, bebas,
dan rahasia). Secara politik apa yang terjadi saat ini di Indonesia merupakan
loncatan besar dalam demokrasi dan politik, dan menempatkan Indonesia
sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia.

B. Pengertian

Secara etimologis istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani,


“demos” berarti rakyat dan “kratos/kratein” berarti kekuasaan. Konsep dasar
demokrasi berarti “rakyat berkuasa” ( government of rule by the people).
Ada puladefinisi singkat untuk istilah demokrasi yang diartikan sebagai
pemerintahan atau kekuasaan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat.

Menurut Adolf Heuken, dkk (1988), kata demokratiaini muncul di


Yunani Kuno (abad ke-5 sebelum masehi), untuk menamai suatu bentuk
pemerintahan dinegara kota Athena. Lebih lanjut Heuken menjelaskan
bahwa “demos” atau rakyat dalam suatu negara itu tidak sama dengan
penduduk. Sebab di alam demokrasi langsung Yunani Kuno, yang dimaksud
dengan demos itu hanyalah sebagian dari penduduk dewasa kota Athena.
Analoginya sama seperti dalam kehidupan negara demokrasi modern juga
tidak seluruh penduduk dalam suatu negara berhak ikut memerintah negara
yang bersangkuan. Dalam pemilu misalnya, hanya warga negara dewasa
yang memenuhi syaratlah yang diperbolehkan untuk menggunakan hak pilih
mereka. Jadi sejak jaman Yunani Kuno sampai sekarang sebenarnya selalu
ada penduduk yang tidak masuk dalam pengertian demos atau rakyat yang
berdaulat karena tidak memenuhi persyaratan tertentu (Dwiyatmi,
2012:153).

Untuk lebih memberikan pemahaman demokrasi secara luas dan


mendalam, berikut ini pendapat beberapa ahli:

a. Harris Soche menyatakan:

67
“Demokrasi adalah bentuk pemerintah rakyat, karena itu kekuasaan
pemerintahan melekat pada diri rakyat, diri orang banyak dan
merupakan hak bagi rakyat atau orang banyak untuk mengatur,
mempertahankan, dan melindungi dirinya dari paksaan dan
perkosaan orang lain atau badan yang diserahi untuk memerintah”

b. Henry B.Mayo, menyatakan:

“Sistem politik demokratis adalah sistem yang menunjukkan bahwa


kebijaksanaan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil
yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan
berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan
diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik”

c. Menurut International Commission of Jurist:

“Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan di mana hak untuk


membuat keputusan-keputusan politik diselenggarakan oleh warga
negara melalui wakil-wakil yang dipilih oleh mereka dan yang
bertanggung jawab kepada mereka melalui suatu proses pemilihan
yang bebas.”

d. C.F.Strong mendefinisikan demokrasi sebagai:

“Suatu sistem pemerintahan dimana mayoritas anggota dewasa dari


masyarakat politik ikut serta atas dasar sistem perwakilan yang
menjamin bahwa pemerintah akhirnya mempertanggung wabkan
tindakan-tindakan kepada mayoritas itu.”

e. Samuel Huntington menyatakan:

“Demokrasi terjadi sejauh para pembuat keputusan kolektif yang


paling kuat dalam sistem itu dipilih melalui pemilihan umum yang adil,
jujur, dan berkala dan didalam sistem itu para calon bebas bersaing

68
untuk memperoleh suara dan hampir semua penduduk dewasa
berhak memberikan suara.”

C. Prinsip-Prinsip Demokrasi

Dalam implementasinya, prinsip-prinsip demokrasi yang ideal


tercermin pada:

1. Prinsip Kedaulatan Rakyat

Rakyat adalah sumber kekuasaan tertinggi yang dilaksanakan oleh


pemerinta. Hak memerintah yang dimiliki pemerintah itu berasal dari
rakyat. Jadi dalam negara demokrasi rakyat mendelegasikan
sebagian kekuasaannya kepada para anggota badan legislatif,
pejabat eksekutif, para hakim pelaksana kekuasaan yudikatif untuk
mengatur kehidupan bernegara.

Walaupun rakyat mendelegasikan kekuasannya kepada para pejabat


pemerintah namun rakyat tetap berdaulat. Karena rakyat tetap
berkuasa menentukan persoalan apa saja yang pengambilan
keputusannya akan didelegasikan, kepada siapa delegasi akan
diberikan, syarat-syarat dan mekanisme pertanggungjawaban seperti
apa yang harus dilakukan wakil rakyat, serta berapa lama delegasi
kekuasaan itu diberikan.

2. Persamaan Politik

Dalam negara demokrasi setiap warga negara mempunyai


kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam proses pembuatan
keputusan politik.

Persamaan politik berarti persamaan kesempatan berpartisipasi,


bukan persamaan partisipasi nyata warga masyarakat. Tidak ada
kesamaan tingkat partisipasi warga negara dalam kehidupan
demokrasi. Karena kemampuan dan kemauan warga negara dalam
memanfaatkan kesempatan berpartisipasi politik itu berbeda satu
dengan yang lainnya. Asalkan setiap warga negara memiliki

69
kesempatan sama berpatisipasi sesuai dengan kehendak dan
kemampuannya maka prinsip persamaan politik telah terpenuhi.

3. Konsultasi Kepada Rakyat

Prinsip ini juga merupakan konsekuensi logis dari prinsip kedulatan


rakyat. Jika pejabat pemerintah hanya mengikuti kehendaknya sendiri
bukan kehendak rakyat, atau jika mereka dapat melakukan hal
semacam itu tanpa merasa takut kehilangan jabatannya, maka
sesungguhnya yang berdaulat adalah para pejabat itu sendiri bukan
rakyat.

Agar prinsip ini berjalan maka harus ada mekanisme kelembagaan


agar para pejabat pemerintah dapat mengetahui kebijakan-kebijakan
apa yang diharapkan oleh rakyat. Setelah kebijakan yang sesuai
kehendak rakyat ditetapkan pemerintah wajib melaksanakannya
secara bertanggungjawab.

4. Majority Rule dan Minority Right

Dalam demokrasi berlaku prinsip Majority Rule, artinya bahwa


keputusan pemerintah tidak boleh bertentangan dengan kehendak
mayoritas rakyat. Jika rakyat tidak sependapat mengenai masalah
tertentu maka pemerintah harus bertindak sesuai dengan kehendak
terbesar, bukan yang terkecil dari rakyat.

5. Walaupun dalam demokrasi kemampuan mayoritas akhirnya harus


menang, tetapi demokrasi tidak sama dengan pemerintahan menurut
kehendak mayoritas. Keputusan mayoritas hanya diambil setelah
kaum minoritas didengar dan dipertimbangkan aspirasinya. Dengan
demikian keputusan yang diambil tidak boleh mengabaikan
kepentingan minoritas. Hal inilah dimaksud dengan prinsip minority
right. Mayoritas berhak mengambil keputusan, namun wajib
mengingat bahwa minoritas adalag juga bagian dari rakyat, yang
harus dipertimbangkan hak dan aspirasinya (Dwiyatmi, 2012:157).

70
Sedangkan Robert A.Dahl mengemukakan tujuh prinsip negara yang
dikatakan demokrasi, yaitu:

1. Pejabat yang dipilih

2. Pemilihan umum yang bebas dan fair

3. Hak pilih yang mencakup semua

4. Hak untuk menjadi calon suatu jabatan

5. Kebebasan mengungkapkan diri secara lisan dan tulisan

6. Informasi alternatif

7. Kebebasan membentuk asosiasi.

Sedangkan Amis Rais mengukur negara demokratis berdasarkan


kriteria sebagai berikut:

1. Adanya partisipasi dalam pembuatan keputusan

2. Persamaan kedudukan di depan hukum

3. Distribusi pendapatan secara adil

4. Kesempatan memperoleh pendidikan

5. Kebebasan mengemukakan pendapat, kebebasan pers, kebebsan


berkumpul, dan kebebasan beragama

6. Kesediaan dan keterbukaan informasi

7. Mengindahkan fatsoen politik

8. Kebebasan individu

9. Semangat kerjasama

10. Hak untuk protes (Ghazali dan Abdul majid, 2014:136).

D. Manfaat Demokrasi
Kehidupan masyarakat yang demokratis, di mana kekuasaan negara
berada di tangan rakyat dan dilakukan dengan sistem perwakilan, dan
adanya peran aktif masyarakat dapat memberikan manfaat bagi

71
perkembangan bangsa, negara, dan masyarakat. Manfaat demokrasi di
antaranya adalah sebagai berikut:

1. Kesetaraan sebagai Warga Negara

Demokrasi bertujuan memperlakukan semua orang adalah sama dan


sederajat. Prinsip kesetaraan tidak hanya menuntut bahwa kepentingan
setiap orang harus diperlakukan sama dan sederajat dalam kebijakan
pemerintah, tetapi juga menuntut perlakuan yang sama terhadap
pandangan-pandangan atau pendapat dan pilihan setiap warga negara.

2. Memenuhi Kebutuhan-kebutuhan Umum

Dibandingkan dengan pemerintahan tipe lain seperti sosialis dan fasis,


pemerintahan yang demokratis lebih mungkin untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan rakyat biasa. Semakin besar suara rakyat dalam
menentukan kebijakan, semakin besar pula kemungkinan kebijakan itu
mencerminkan keinginan dan aspirasi-aspirasi rakyat. Rakyat biasalah
yang merasakan pengaruh kebijakan-kebijakan pemerintah dalam
praktiknya, dan kebijakan pemerintah dapat mencerminkan keinginan
rakyat hanya jika ada saluran-saluran pengaruh dan tekanan yang
konsisten dan efektif dari bawah.

3. Pluralisme dan Kompromi

Demokrasi mengandalkan debat terbuka, persuasi, dan kompromi.


Penekanan demokrasi pada debat tidak hanya mengasumsikan adanya
perbedaan-perbedaan pendapat dan kepentingan. Pada sebagian besar
masalah kebijakan, tetapi juga menghendaki bahwa perbedaan-
perbedaan itu harus dikemukakan dan didengarkan. Dengan demikian,
demokrasi mengisyaratkan kebhinekaan dan kemajemukan dalam
masyarakat maupun kesamaan kedudukan di antara para warga negara.
Ketika kebhinekaan seperti itu terungkap, metode demokratis untuk
mengatasi perbedaan-perbedaan adalah lewat diskusi, persuasi,
kompromi, dan bukan dengan pemaksaan atau pameran kekuasaan.

4. Menjamin Hak-Hak Dasar

72
Demokrasi menjamin kebebasan-kebebasan dasar. Diskusi terbuka
sebagai metode mengungkapkan dan mengatasi masalah-masalah
perbedaan dalam kehidupan sosial tidak dapat terwujud tanpa
kebebasan-kebebasan yang ditetapkan dalam konvensi tentang hak-hak
sipil dan politis: hak kebebasan berbicara dan berekspresi, hak
berserikat dan berkumpul, hak bergerak, dan hak untuk mendapatkan
perlindungan atas keselamatan diri. Negara-negara demokrasi dapat
diandalkan untuk melindungi hak-hak tersebut. Hak-hak itu
memungkinkan pengembangan diri setiap individu dan memungkinkan
terwujudnya keputusan-keputusan kolektif yang lebih baik.

5. Pembaruan Kehidupan Sosial

Demokrasi memungkinkan terjadinya pembaruan kehidupan sosial.


Penghapusan kebijakan-kebijakan yang telah usang secara rutin dan
penggantian para politisi dilakukan dengan cara yang santun dan damai,
menjadikan sistem demokratis mampu menjamin pembaruan kehidupan
sosial. Hal ini juga memuluskan proses alih generasi tanpa pergolakan
atau kekacauan pemerintahan yang biasanya mengikuti pemberhentian
tokoh kunci dalam rezim nondemokratis.

E. Nilai-Nilai Demokrasi

Kehidupan demokrasi tidak akan datang, tumbuh dan berkembang


dengan sendirinya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Demokrasi memerlukan usaha nyata setiap warga negara dan
perangkat pendukungnya dan dijadikannya demokrasi sebagai pandangan
hidup (way of life) dalam kehidupan bernegara.

Sebuah pemerintahan yang baik dapat tumbuh dan stabil bila


masyarakat pada umumnya punya sikap positif dan proaktif terhadap
norma-norma dasar demokrasi. Oleh sebab itu, harus ada keyakinan yang
luas di masyarakat bahwa demokrasi adalah sistem permerintahan yang
terbaik dibanding dengan sistem lainnya. Untuk menumbuhkan keyakinan
akan baiknya sistem demokrasi, maka harus ada pola perilaku yang menjadi

73
tuntunan atau norma/nilai-nilai demokrasi yang diyakini masyarakat. Nilai-
nilai dari demokrasi membutuhkan hal-hal berikut:

1. Kesadaran akan pluralisms. Masyarakat yang hidup demokratis harus


menjaga keberagaman yang ada di masyarakat. Demokrasi menjamin
keseimbangan hak dan kewajiban setiap warga negara. Maka
kesadaran akan pluralitas sangat penting dimiliki bagi rakyat
Indonesia sebagai bangsa yang sangat beragam dari sisi etnis,
bahasa, budaya, agama, dan potensi alamnya.

2. Sikap yang jujur dan pikiran yang sehat. Pengambilan keputusan


didasarkan pada prinsip nuisyawarah mufakat, dan memerhatikan
kepentingan masyarakat pada umumnya. Pengambilan keputusan
dalam demokrasi membutuhkan kejujuran, logis atau berdasar akal
sehat dan tercapai dengan sumber daya yang ada. Demokrasi
membutuhkan sikap tulus setiap orang untuk beritikad baik.

3. Demokrasi membutuhkan kerja sama antarwarga masyarakat dan


sikap serta itikad baik. Demokrasi membutuhkan kerja sama
antaranggota masyarakat, untuk mengambil keputusan yang
disepakati semua pihak. Masyarakat yang terkotak-kotak dan penuh
curiga kepada masyarakat lainnya mengakibatkan demokrasi tidak
berjalan dengan baik.

4. Demokrasi membutuhkan sikap kedewasaan. Demokrasi


mengharuskan adanya kesadaran untuk dengan tulus menerima
kemungkinan kompromi atau kekalahan dalam pengambilan
keputusan. Semangat demokrasi menuntut kesediaan masyarakat
untuk memberikan kritik yang membangun, disampaikan dengan cara
yang sopan dan bertanggung jawab untuk kemungkinan menerima
bentuk-bentuk tertentu.

5. Demokrasi membutuhkan pertimbangan moral. Demokrasi


mewajibkan adanya keyakinan bahwa cara mencapai kemenangan
haruslah sejalan dengan tujuan dan berdasarkan moral serta tidak
menghalalkan segala cara. Demokrasi memerlukan pertimbangan

74
moral atau keluhuran akhlak menjadi acuan dalam berbuat dan
mencapai tujuan.

Demokrasi yang dilakukan dengan lima nilai sebagaimana disebutkan


yaitu menghargai keberagaman, dilakukan dengan jujur dan menggunakan
akal sehat, dilaksanakan dengan kerja sama antarwarga negara, didasari
sikap dewasa dan mempertimbangkan moral, maka setiap keputusan dan
tingkah laku akan efisien dan efektif serta pencapaian tujuan masyarakat
adil dan makmur akan lebih mudah tercapai.

G. Demokrasi Di Indonesia

1. Demokrasi Parlementer (Liberal)

Demokrasi Parlementer di pemerintahan kita telah dipraktikkan pada


masa .berlakunya UUD 1945 periode pertama (1945-1949) kemudian
dilanjutkan pada masa berlakunya Republik Indonesia Serikat (RIS) 1949
dan UUDS 1950. Pelaksanaan Demokrasi Parlementer tersebut secara
yuridis resmi berakhir pada tanggal 5 Juli 1959 bersamaan dengan
pemberlakuan kembali UUD 1945.

Pada masa berlakunya Demokrasi Parlementer (1945-1959),


kehidupan politik dan pemerintahan tidak stabil, sehingga program dari suatu
pemerintahan tidak dapat dilaksanakan dengan baik dan
berkesinambungan. Salah satu penyebab ketidakstabilan tersebut adalah
sering bergantinya pemerintahan yang bertugas sebagai pelaksana
pemerintahan. Mengapa dalam sistem pemerintahan parlementer,
pemerintahan sering diganti? Hal ini terjadi karena dalam negara demokrasi
dengan sistem pemerintahan parlementer, kedudukan negara berada di
bawah DPR dan keberadaannya sangat tergantung pada dukungan DPR,
dan pemerintahan lain adalah timbulnya perbedaan pendapat yang sangat
mendasar di antara partai politik yang ada saat itu.

75
2. Demokrasi Terpimpin

Kegagalan konstituante dalam menetapkan UUD baru, yang diikuti


suhu politik yang memanas dan membahayakan keselamatan bangsa dan
negara, maka pada tanggal 5 Juli 1959 Presiden Soekarno mengeluarkan
Dekrit Presiden. Dekrit Presiden dipandang sebagai usaha untuk mencari
jalan keluar dari kemacetan politik melalui pembentukan kepemimpinan yang
kuat. Untuk mencapai hal tersebut, di negara kita saat itu digunakan
Demokrasi Terpimpin.

Mengapa lahir Demokrasi Terpimpin? Demokrasi Terpimpin lahir dari


keinsyafan, kesadaran, dan keyakinan terhadap keburukan yang diakifaatkan
oleh praktik Demokrasi Parlementer (liberal) yang melahirkan terpecahnya
masyarakat, baik dalam kehidupan ekonomi.

Secara konsepsional, demokrasi terpimpin memiliki kelebihan yang


dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi masyarakat. Hal itu dapat di
lihat dari ungkapan Presiden Soekarno ketika memberikan amanat kepada
konstituante tanggal 22 April 1959 tentang pokok-pokok Demokrasi
Terpimpin antara lain :

1. Demokrasi Terpimpin bukanlah diktator.

2. Demokrasi Terpimpin adalah demokrasi yang cocok dengan


kepribadian dan dasar hidup bangsa Indonesia.

3. Demokrasi Terpimpin adalah demokrasi di segala soal kenegaraan


dan kemasyarakatan yang meliputi bidang politik, ekonomi, dan sosial.

4. Inti daripada pimpinan dalam Demokrasi Terpimpin adalah


permusyawaratan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan.

5. Oposisi dalam arti melahirkan pendapat yang sehat dan yang


membangun diharuskan dalam Demokrasi Terpimpin.

. Berdasarkan poko kpikirandiatastampak bahwa Demokrasi Terpimpin


tidak bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945 serta budaya bangsa
Indonesia. Namun dalam praktiknya, konsep-konsep tersebut tidak
direalisasikan sebagaimana mestinya, sehingga seringkali menyimpang dari

76
nilai-nilai Pancasila, UUD. 1945, dan budaya bangsa. Penyebab
penyelewengan tersebut, selain terletak pada presiden, juga karena
kelemahan legislatif se- bagai partner dan pengontrol eksekutif, serta situasi
sosial politik yang tidak menentu saat itu.

3. Demokrasi Pancasila Pada Era Orde Baru

Latar belakang munculnya Demokrasi Pancasila adalah adanya


berbagai penyelewengan dan permasalahan yang dialami bangsa
Indonesia pada masa berlakunya Demokrasi Parlementer dan Demokrasi
Terpimpin. Kedua jenis demokrasi tersebut tidak cocok diterapkan di
Indonesia yang bernapaskan kekeluargaan dan gotong-royong. Sejak
lahirnya Orde Baru, diberlakukan Demokrasi Pancasila, sampai saat ini.
Secara konseptual, Demokrasi Pancasila masih dianggap dan dirasakan
paling cocok diterapkan di Indonesia. Demokrasi Pancasila bersumberkan
pada pola pikir dan tata nilai sosial budaya bangsa Indonesia yang
menghargai hak individu yang tidak terlepas dari kepentingan sosial.

Demokrasi Pancasila mengandung arti bahwa dalam menggunakan


hak-hak demokrasi haruslah disertai rasa tanggung jawab kepada Tuhan
Yang Maha Esa menurut agama dan kepercayaan masing-masing,
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan sesuai dengan harkat dan martabat
manusia, haruslah menjamin persatuan dan kesatuan bangsa, dan harus
dimanfaatkan untuk mewujudkan keadilan sosial. Jadi, Demokrasi Pancasila
berpangkal dari kekeluargaan dan gotong-royong. Semangat kekeluargaan
itu sendiri sudah lama dianut dan berkembang dalam masyarakat Indonesia,
khususnya di masyarakat pedesaan,

Apabila kita kaji ciri dan prinsip Demokrasi.Pancasila, dapat dikatakan


bahwa Demokrasi Pancasila tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip
demokrasi konstitusional. Namun demikian, praktik demokrasi yang
dijalankan pada masa Orde Baru masih terdapat beberapa penyimpangan
yang tidak sejalan dengan ciri dan prinsip Demokrasi Pancasila. Di antara

77
penyimpangan yang dilakukan penguasa Orde Baru, khususnya yang
berkaitan dengan Demokrasi Pancasila yaitu:

a. Penyelenggaraan pemilu yang tidak jujur dan tidak adil.

b. Pengekangan kebebasan berpolitik bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS).

c. Kekuasaan kehakiman (yudikatif) yang tidak mandiri karena para hakim


adalah anggota PNS Departemen Kehakiman.

d. Kurangnya jaminan kebebasan mengemukakan pendapat.

e. Sistem kepartaian yang tidak otonom.

f. Maraknya praktik kolusi, korupsi, dan nepotisme.

g. Menteri-menteri dan gubernur diangkat menjadi anggota MPR.

Namun demikian, kondisi pada waktu itu dapat dipahami sebagai


pilihan yang dilakukan pemerintah Orde Baru dalam menata pembangunan
Indonesia yang terpuruk di bawah kepemimpinan Orde Lama. Pembangunan
dapat dilakukan apabila negara dalam keadaan stabil secara politik, sebagai
konsekuensinya negara melakukan sedikit penekanan guna menjaga
stabilitas nasional. Dalam sejarahnya, siapa pun tidak bisa mengingkari
bahwa pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto
mampu menata pereknonomian Indonesia tumbuh secara pesat diberbagai
bidang. Bahkan pemerintahan Orde Baru mampu mewujudkan swasembada
pangan dan menjadi negara yang diperhitungkan di Asia Tenggara, Asia
bahkan dunia. Berkat kerja keras Presiden Soeharto pada waktu itu,
Indonesia berhasil mendapat penghargaan FAO (Food and Agriculture
Organization) tahun 1985.

4. Demokrasi Langsung Pada Era Orde Reformasi

Orde Reformasi ini merupakan konsensus untuk mengadakan


demokratisasi dalam segala bidang kehidupan. Di antara bidang kehidupan
yang menjadi sorotan utama untuk direformasi adalah bidang politik,
ekonomi, dan hukum. Perubahan yang terjadi pada Orde Reformasi ini

78
dilakukan secara bertahap, karena memang reformasi berbeda dengan
revolusi .yang berkonotasi perubahan mendasar pada semua komponen
dalam suatu sistem politik yang cenderung menggunakan kekerasan.
Menurut Huntington (Chaedar, 1998), reformasi mengandung arti perubahan
yang mengarah pada persamaan politik negara, dan ekonomi yang lebih
merata, termasuk perluasan basis partisipasi politik rakyat. Pada reformasi di
negara kita sekarang ini, upaya meningkatkan partisipasi politik rakyat dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara merupakan salah satu
sasaran agenda reformasi.

Demokrasi yang dijalankan pada masa reformasi ini masih tetap


Demokrasi Pancasila. Perbedaannya terletak pada aturan pelaksanaan dan
praktik penyelenggaraan. Berdasarkan peraturan perundang-undangan dan
praktik pelaksanaan demokrasi, terdapat beberapa perubahan pelaksanaan
demokrasi pada Orde Reformasi sekarang ini, yaitu:

a. Pemilihan umum lebih demokratis.

b. Partai politik lebih mandiri.

c. Pengaturan hak asasi manusia (HAM).

d. Lembaga demokrasi lebih berfungsi.

e. Konsep Trias Politika (3 pilar kekuasaan negara) masing-masing


bersifat otonom penuh.

Dengan adanya kehidupan yang demokratis, melalui hukum dan


peraturan yang dibuat berdasarkan kehendak rakyat, ketenteraman dan
ketertiban akan lebih mudah diwujudkan. Tata cara pelaksanaan Demokrasi
Pancasila dilandaskan atas mekanisme konstitusional karena
penyelenggaraan pemerintah negara Republik Indonesia berdasarkan
konstitusi.

Kegagalan Demokrasi Pancasila zaman Orde Baru, bukan berasal dari


konsep dasar Demokrasi Pancasila, melainkan lebih kepada praktik atau
pelaksanaannya yang mengingkari keberadaan Demokrasi Pancasila itu.
Meskipun sekali lagi dapat dikemukakan bahwa setiap pemerintahan

79
memiliki caranya masing-masing dalam mewujudkan kesejahteraan.
Idealnya, antara demokrasi, stabilitas dan pertumbuhan ekonomi dapat
berjalan seiring dan saling menguatkan. Tetapi pada tataran praksisnya hal
itu tidak mudah untuk diwujudkan, dan pada akhirnya harus ada pilihan
yang dianggap terbaik pada saat itu.

Ketika Orde Baru memilih untuk mengamankan stabilitas nasional


guna menyokong pertumbuhan ekonomi memang ada yang dikorbankan
dari aspek politik dan demokrasi. Tetapi sekali lagi tidak bisa dipungkiri
bahwa Orde Baru telah berhasil meletakan pondasi ekonomi yang kuat dan
mapan pada zamannya yang berujung kepada kesejahteraan masyarakat
Indonesia sekaligus menyumbang stabilitas kawasan Aia Tenggara selama
tga dekade (1970-1998).

Demokrasi Pancasila hanya akan dapat dilaksanakan dengan baik


apabila nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dapat dipahami dan dihayati
sebagai nilai-nilai budaya politik yang memengaruhi sikap hidup politik
pendukungnya. Pelaksanaan Demokrasi Pancasila harus disertai dengan
pembangunan bangsa secara keseluruhan karena pembangunan adalah
proses perubahan ke arah kemajuan dan proses pendidikan bangsa untuk
meningkatkan mutu kehidupan bangsa.

Kegagalan Demokrasi Pancasila pada zaman Orde Baru membuat


banyak penafsiran mengenai asas demokrasi. Belajar dari pengalaman itu,
dalam era Reformasi perlu penataan ulang dan penegasan kembali arah
dan tujuan Demokrasi Pancasila, menciptakan prasarana dan sarana yang
diperlukan bagi pelaksanaan Demokrasi Pancasila, membuat dan menata
kembali program-program pembangunan di tengah-tengah berbagai
persoalan yang dialami sekarang ini, dan bagaimana program-program itu
dapat menggerakan partisipasi seluruh rakyat.

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan, sekaligus akan menjadi


kontrol bagi pelaksanaan yang lebih efektif, khususnya bagi pemerintah, baik
di pusat maupun daerah, sehingga dapat mencegah hal-hal yang negatif
dalam pembangunan, seperti korupsi dan penyalahgunaan wewenang.

80
Sebagaimana telah dijelaskan, meski Orde Baru jatuh, Demokrasi PancasHa
tidak ikut jatuh. Hal ini disebabkan karena pemerintah era Reformasi tetap
menjalankan pemerintahannya dengan Demokrasi Pancasila.

G. Demokrasi Dan Pendidikan Demokrasi

Dalam implementasinya, demokrasi tidak bisa melepaskan diri dari


manusia baik sebagai individu maupun kelompok dalam kaitannya sebagai
warga negara. Demokrasi akan tumbuh dan berkembang dengan baik jika
dilakukan oleh warga negara yang baik dan bertanggung jawab, terutama
dalam menjalankan hak dan kewajibannya. Oleh karena itu, pendidikan
demokrasi menjadi keniscayaan untuk terus dilakukan baik oleh pemerintah,
kelompok masyarakat dan institusi atau lembaga lain.

Banyak faktor yang memenguruhi kedewasaan demokrasi di


Indonesia, diantaranya sistem pemerintahan yang terbuka, akuntabel, sikap
kritis masyarakat, kedewasaan dalam menyikapi menang dan kalah pada
saat kontestasi politik berlangsung. Konflik horizontal yang selama ini terjadi
di tegah-tengah masayarakat disebabkan oleh sikap para kontestan seperti
pada pilkada yang hanya mau menang tetapi tidak mau kalah. Sikap seperti
itu tidak hanya akan mendelegitimasi demokrasi tetapi berbahaya untuk
kelangsungan bangsa dan negara.

Menurut Juliardi (2014:101), pendidikan demokrasi dapat dilakukan


melalui tiga cara, yaitu

1. Pendidikan Demokrasi secara Formal: pendidikan yang lewat tatap


muka, diskusi timbal balik, presentasi, serta studi kasus.

2. Pendidikan Demokrasi secara Informal: pendidikan yang lewat tahap


pergaulan di rumah maupun masyarakat, sebagai bentuk aplikasi nilai
berdemokrasi sebagai hasil interaksi terhadap lingkungan sekitarnya
dan langsung dapat dirasakan hasilnya.

3. Pendidikan Demokrasi secara Nonformal: pendidikan yang melewati


lingkungan masyarakat secara lebih makro karena pendidikan luar

81
sekolah memiliki parameter yang signifikan terhadap pembentukan
jiwa seseorang, seperti kelompok masyarakat, lembaga swadaya,
partai politik, pers, dan lain-lain.

Pada dasarnya, pendidikan demokrasi harus dilakukan melalui


berbagai jalur atau cara sehingga mampu menjangkau seluruh lapisan
masyarakat. Di sisi lain dimensi pendidikan demokrasi diarahkan tidak hanya
untuk pemenuhan aspek kognitif, tetapi bagaimana menumbuhkan afektif
masayakat, dalam arti membangun kesadara dan sikap masayarakat utuk
bertindak dan berperilaku sesuai dengan norma-norma Pancasila.
Pendidikan juga harus melibatkan keteladanan para tokoh masyarakat,
agama, politisi, pejabat pemerintah dan unsur-unsur lainnya.

Pendidikan demokrasi sekurang-kurangnya memiliki misi


sebagaimana diuraikan berikut:

1. Memfasilitasi warga negara untuk mendapatkan berbagai akses dan


menggunakan secara cerdas berbagai sumber informasi (tercetak,
terekam, tersiar, elektronik, kehidupan, dan lingkungan) tentang
demokrasi dalam teori dan praktik untuk berbagai konteks kehidupan
sehingga ia memiliki wawasan yang luas dan memadai (well-
informed).

2. Memfasilitasi warga negara untuk dapat melakukan kajian konseptual


dan operasional secara cermat dan bertanggung jawab terhadap
berbagai cita-cita, instrumentasi, dan praksis demokrasi guna
mendapatkan keyakinan dalam melakukan pengambilan keputusan
individual dan/atau kelompok dalam kehidupannya sehari-hari serta
berargumentasi atas keputusannya itu.

3. Memfasilitasi warga negara untuk memperoleh dan memanfaatkan


kesempatan berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab
dalam praksis kehidupan demokrasi di lingkungannya, seperti
mengeluarkan pendapat, berkumpul dan berserikat, memilih, serta
memonitor dan memengaruhi kebijakan publik,

82
Bangsa Indonesia saat ini pada era Reformasi, sedang belajar
menjunjung tinggi niiai-nilai demokrasi. Untuk mengembangkan sikap
demokrasi, maka proses pembelajaran dan pendidikan akan lebih efektif bila
dimulai darfdalam keluarga dan dalam dunia pendidikan formal.
Mengembangkan sikap demokrasi akan lebih baik dimulai dari usia balita
(bawah lima tahun) serta usia anak-anak sekolah (SD, SMP, dan SMU)
untuk mengawali proses belajar berdemokrasi. Berikut ini adalah panduan
yang dapat membantu orang tua menanamkan nilai-nilai demokrasi dalam
diri anak:

1. Memberikan perhatian dengan serius pada anak yang sedang


berusaha menyampaikan perasaan, pendapat, atau cerita dengan
cara memandangnya, dan jangan sampai memutuskan pendapat
sebelum anak selesai menyampaikan pendapatnya.

2. Mengusahakan menjadi pembicara yang baik. Usahakan untuk


mendengarkan pembicaraan anak-anak dengan kontak mata serta
memberikan ekspresi yang sesuai. Jangan menunjukkan rasa geli,
misalnya dengan menertawakan bila anak tidak mengharapkannya
karena dia akan mengira meremehkannya.

3. Memberikan kesempatan memperbaiki sebelum memberikan sanksi.


Sebelum memberikan hukuman, berikan kesempatan pada anak untuk
menjelaskan duduk persoalannya, kemudian berikan hukuman sesuai
dengan kesalahannya disertai penjelasan mengapa hukuman harus
diberikan, dan menghindari hukuman fisik.

4. Menghormati anak. Anak-anak harus dihormati dan menghindari kesan


memerintah dalam meminta si anak untuk melakukan sesuatu. Apabila
kita memerlukan bantuan, maka kita gunakan kata "tolong." Dengan
kata "tolong", hal yang kita sampaikan lebih bersifat ajakan ketimbang
perintah.

Melibatkan anak dalam pengambilan keputusan. Mengembangkan


demokrasi dengan melibatkan anak datam pengambilan keputusan seperti
misalnya dalam menentukan menu makanan, tujuan rekreasi, program TV

83
atau VCD, yang sesuai dengan usia mereka, untuk menghindari kesan
mendikte.

Untuk pembelajaran demokrasi di sekolah dan perkuliahan, maka ada


beberapa hal khusus yang perlu diperhatikan oleh para guru dan dosen,
yaitu:

1. Menjadikan siswa dan mahasiswa sebagai subjek atau temari dalam


proses belajar atau perkuliahan. Memberikan siswa dan mahasiswa
kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya sendiri dalam
menjawab suatu pertanyaan.

2. Sebagai pendidik baik guru maupun dosen, sebaiknya belajar untuk


berlapang dada dalam menerima kritik murid. Usahakan kritik
dianggap sesuatu yang wajar terjadi, dan sebagai koreksi untuk
memperbaiki kin- erja guru dan dosen.

3. Guru dan dosen mengembangkan sikap adil, terbuka, konsisten, dan


bijaksana dalam memberikan hukuman kepada murid dan mahasiswa
yang bersalah.

4. Guru dan dosen sebaiknya menghindari mencaci-maki atau memarahi


murid dan mahasiswa di hadapan teman-temannya, karena harga diri
mereka akan terkoyak.

Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh siswa dan mahasiswa adalah


sebagai

berikut:

1. Aktif mengungkapkan ide, gagasan, dan pikirannya kepada guru dan


dosen.

2. Siswa dan mahasiswa mempunyai motivasi agar lebih maju dan


dewasa.

3. Mengembangkan kepekaan terhadap lingkungan sekitarnya.

4. Mengembangkan derajat kesehatan sehingga sehat secara jasmani


dan rohani.

84
5. Mengembangkan perasaan sehingga menjadi halus dan bisa
memahami .orang lain.

6. Mempunyai kemauan untuk belajar untuk mengetahui (to know), untuk


melakukan sesuatu (to do), dan menjadi diri sendiri (to be), dan untuk
hidup bersama (to live together).

7. Mempunyai kemauan untuk belajar berorganisasi melalui wadah yang


ada di sekolah dan perguruan tinggi.

Hal-hal yang perlu diperhatikari oleh masyarakat dan pemerintah dalam


proses belajar demokrasi antara lain:

1. Mendidik masyarakat untuk bersikap dewasa.

2. Mendorong sikap ksatria dengan mengakui kekalahan, atau bersikap


siap menang dan siap kalah.

3. Mengembangkan sikap menghargai perbedaan pendapat, perbedaan


pendapat adalah suatu rahmat, dan keputusan bersama adalah pilihan
yang terbaik yang dihasilkan dari suatu kompromi.

4. Menggunakan mekanisme demokrasi untuk mencari titik perbedaan


pendapat.

5. Menghilangkan penggunaan tindakan kekerasan dalam


menyelesaikan suatu permasalahan.

6. Mengembangkan sikap yang sensitif dan empati terhadap kepentingan


rakyat yang lebih luas.

7. Mengembangkan kerja sama antaranggota masyarakat dengan pikiran


yang logis dan itikad baik.

8. Mengembangkan masyarakat untuk aktif dalam memberikan


pengawasan.

Dengan perhatian orang tua, guru, dosen, dan masyarakat terhadap


hal-hal tersebut, diharapkan proses demokrasi dapat berjalan dengan baik

85
dan alamiah, sehingga tercipta siswa dan mahasiswa serta masyarakat yang
bertanggung jawab.

_____________________________________________________________

Diskusi

Cermati tulisan berikut:

TRIBUN-TIMUR.COM –  Ketua Umum Barisan Relawan Jokowi for President


(Bara JP) Sihol Manulang meminta masyarakat tidak lagi memilih partai
politik yang mendukung disahkannya Program Pembangunan Daerah
Pemilihan (UP2DP) atau dikenal sebagai dana aspirasi.

"Jangan pilih partai pendukung dana aspirasi. Bukan hanya dalam Pileg
2009, dalam Pilkada serentak 2015 ini pun jangan dipilih," ujar Sihol di
Jakarta, Kamis (25/6/2015).

Dana aspirasi sebesar Rp 20 miliar per anggota DPR setiap tahun dinilai
sebagai bentuk lain dari aksi perampokan terhadap uang rakyat demi
kepentingan partai dan pribadi semata.

Sihol melanjutkan, anggota DPR RI memakai uang negara untuk meraih


simpati rakyat atas tameng membawa kesejahteraan.

Menurut Sihol, pendapat-pendapat politisi yang menyatakan dana aspirasi


untuk membawa kesejahteraan dan meratakan pembangunan adalah
menyesatkan.

"Kucing dalam karung sudah kelihatan kan? Sekarang saatnya rakyat


bersikap. Jangan lagi pilih mereka dalam pemilihan apa pun," ujar Sihol.

Ia yakin, pemanfaatan dana aspirasi tidak akan berimbas positif terhadap


kesejahteraan dan pembangunan.

Ia menduga, akan banyak anggota DPR yang terjerat kasus hukum karena
dana aspirasi.

Todung Mulya Lubis, aktivis antikorupsi dan ahli hukum menilai, dana
aspirasi rawan melahirkan koruptor baru.

Sikap Presiden Joko Widodo harus menolak dana aspirasi sudah tepat
dengan pertimbangan kondisi perekonomian yang tengah terpuruk.  

86
Bagaimana pendapat Anda tentang hal tersebut?

87
Formulir 1

Ringkasan Pemahaman Materi

Bab : ……………………………………………………………………………..
Topik : ……………………………………………………………………………..

Nama : ………………………………………………………………….
NIM : ………………………………………………………………….
Program Studi : …………………………………………………………………..

Tuliskan pemahaman Anda mengenai materi pada bab ini !

Paraf Dosen

Catatan:
1. Setelah Anda mengisi formulir 1 ini secara lengkap kemudian
kumpulkan kepada dosen sebelum perkuliahan berlangsung.
2. Formulir ini diisi sebagai syarat Anda mengikuti perkuliahan.

88
Formulir 2

Hasil Disusi Kelompok


Bab : ........................................................................................................
Topik : ........................................................................................................

Kelas : ...........................................................................................
Program Studi : ...........................................................................................
Kelompok : ...........................................................................................
Ketua : ...........................................................................................
Anggota : 1. ......................................................................................
2. ......................................................................................
3. ......................................................................................
4. ......................................................................................
5. ......................................................................................

Tuliskan hasil diskusi kelompok Anda pada formuir ini!

Paraf Ketua Kelompok

89
BAB V

HAK DAN KEWAJIBAN WARGANEGARA

Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat:

1. Memahami dan menjelaskan pengertian warga negara dan


kewarganegaraan.

2. Memahami dan menjelaskan asas kewarganegaraan.

3. Memahami dan menjelaskan masalah kewarganegaraan

4. Menyebutkan dan memahami syarat dan tata cara memperoleh


kewarganegaraan Indonesia.

5. Memahami dan menjelaskan hak warga negara.

6. Memahami dan menjelaskan karakteristik warga negara yang


bertanggung jawab.

Deskripsi Singkat
Dalam bab ini Anda akan mempelajari dan mendiskusikan tentang hak dan
kewajiban warga negara. Setelah Anda membaca dan memahami secara
mendalam diharapkan Anda dapat memahami dan menjelaskan tentang
pengertian, warga negara dan kewarganegaraan, asas kewarganegaraan,
masalah kewarganegaraan, syarat dan tata cara memperoleh
kewarganegaraan Indonesia, hak warga negara, dan karakteristik warga
negara yang bertanggung jawab.

Pokok Bahasan
A. Pengertian warga negara dan kewarganegaraan.

B. Asas kewarganegaraan.

C. Masalah kewarganegaraan

90
D. Syarat dan tata cara memperoleh kewarganegaraan Indonesia.

E. Hak warga negara.

F. Karakteristik warga negara yang bertanggung jawab.

Bahan Bacaan
1. Arwiyah, Yahya dan Runik Machfiroh, 2014. Civic Education di Perguruan
Tinggi Indonesia. Bandung: Alfabeta.
2. Dwiyatmi, Sri Harini, 2012. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
3. Ghazali, A. Muchtar dan Abdul Majid, 2014. Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan. Bandung: Interes Media Foundation.
4. ICCE UIN. 2003. Pendidikan Kewarganegaraan: Demokrasi, Hak Asasi
Manusia, Masyarakat Madani. Jakarta: UIN dan Prenada
5. Juliardi, Budi, 2014. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan
Tinggi. Jakarta: Rajawali Pers.
6. Kaelan dan Achmad Zubaidi, 2013. Pendidikan Keawrganegaraan Untuk
Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Paradigma.
7. Kansil dan Kansil. 2005. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan
Tinggi. Jakarta: Pradnya Paramita.
8. Kusnardi, M. dan Bintan Saragih. 2000. Ilmu Negara. Gaya Media
Pratama. Jakarta.
9. Mansur, Hamdan, dkk. 2002. Pendididikan Kewarganegaraan. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
10.Muhammad, Mar'ie. 2005. Indonesia Menghadapi Abad XXI. Makalah
pada Forum llmiah ITB.
11.Syarbaini, Syahrial (Editor). 2005. Materi Perkuliahan Pendidikan
Pewarganegaraan (PKn). Suscadoswar, Dikti. Jakarta.
12.Taniredja, Tukiran, Muhammad Affandi dan Efi Miftah Faridli, 2012.
Paradigma Baru Pendidikan Pancasila Untuk Mahasiswa. Bandung:
Alfabeta.
13.Wahidin, Samsul. 2010. Pokok-Pokok pendidikan Kewarganegaraan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
14.Winarno, 2013. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta:
Bumi Aksara.

91
Pertanyaan Kunci
1. Apa yang dimaksud dengan warga negara dan kewarganegaraan?

2. Apa saja yang menjadi dasar untuk menentukan kewarganegaraan


seseorang?

3. Apa saja syarat yang harus ditempuh bagi seseorang yang ingin
memiliki kewarganegaraan di Indonesia?

4. Sebutkan karakteristik warga negara yang baik dan bertanggung jawab!

Tugas
Anda harus membaca secara mendalam bab ini dan menuangkan
pemahaman Anda pada lembar pemahaman yang telah disediakan serta
menyerahkannya kepada dosen sebelum pertemuan dimulai.

A. Pengertian Warga Negara dan Kewarganegaraan

Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal istilah warga kampung,


warga desa, warga kota, warga masyarakat, dan seterusnya. Warga
mengandung arti peserta atau anggota dari suatu organisasi perkumpulan.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, warga diartikan sebagai anggota
dari suatu kelompok. Dengan demikian, warga negara dapat diartikan
sebagai anggota dari suatu negara.

Warga negara merupakan terjemahan kata “citizens” (bahasa Inggris)


yang memiliki arti warga negara, petunjuk dari sebuah kota, sesama warga
negara, sesame penduduk, orang setanah air; bawahan atau kaula. Warga
negara artinya warga atau anggota dari organisasi yang bernama negara.
Pengertian lain menyatakan, bahwa warga negara adalah rakyat yang
menetap di suatu wilayah dan rakyat tertentu dalam hubungannya dengan
negara (Juliardi, 2014:126).

92
Senada dengan itu, menurut Winarno (2013:32), Istilah warga negara
secara etimologis berasal masa Romawi yang pada waktu itu berbahasa
Latin, yaitu kata “civis” atau “civitas” yang berarti anggota atau warga dari
city-state. Selanjutnya kata ini dalam bahasa Prancis diistilahkan “citoyen”
yang bermakna warga dalam “cite” (kota) yang memiliki hak-hak terbatas.
Citoyen atau citizen dengan demikian bermakna warga atau penghuni kota.

Dalam Merriam Webster Online Dictionary, dinyatakan definisi citizen,


sebagai berikut:

1. an inhabitant of a city or town; especially: one entitled to the rights and


privileges of a freeman

2. a member of a state; b: a native or naturalized person who owes


allegiance to government and is entitled to protection from it

3. a civilian as distinguished from a specialized servant of the state

citizen berkembang di Inggris pada abad pertengahan, namun


menjelang akhir abad ke-19, kata tersebut saling bertukar pakai dengan kata
denizen. Kedua istilah tersebut secara umum menunjuk warga atau
penduduk kota sedang orang-orang yang berbeda di luar disebutnya
“subject”. Pada awalnya subject adalah nonwarga kota yang terdiri
atas,wanita,anak-anak,budak,dan penduduk asing.

Menurut Dwiyatmi (2012:186), warga negara adalah orang-orang


yang menurut hukum atau secara resmi merupakan anggota dari suatu
negara tertentu. Mereka memberikan kesetiaannya kepada negara itu,
menerima perlindungan darinya, serta menikmati hak untuk ikut serta dalam
proses politik. Mereka mempunyai hubungan secara hukum yang tidak
terputus dengan negaranya meskipun yang bersangkutan telah berdomisili di
luar negeri, asalkan ia tidak memutuskan kewarganegaraannya.

Menurut Ubaedillah dan Abdul Rozak (2013:128) warga negara


adalah warga suatu negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan
perundang-undangan. Siapa warga negara Indonesia (WNI) ? Menurut

93
UUKI 2006 (pasal 4, 5, dan 6), mereka yang dinyatakan sebagai warga
negara Indonesia antara lain:

1. Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan/


atau berdasarkan perjanjian pemerintah Republik Indonesia dengan
negara lain sebelum undang-undang ini berlaku sudah menjadi warga
negara Indonesia (WNI).

2. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu
warga negara Indonesia.

3. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga
negara Indonesia dan ibu warga negara asing.

4. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga
negara asing dan ibu warga negara Indonesia.

5. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu warga
negara Indonesia, tetapi ayahnya tidak memiliki kewarganegaraan
atau hukum negara asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan
kepada anak tersebut.

6. Anak yang lahir dalam tenggang waktu tiga ratus (300) hari setelah
ayahnya meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya
warga negara Indonesia.

7. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga
negara Indonesia.

8. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga
negara asing yang diakui oleh seorang ayah warga negara Indonesia
sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut
berusia 18 tahun atau belum kawin.

9. Anak yang lahir di wilayah Negara Republik Indonesia yang pada


waktu lahir tidak jelas status kewrganegaraan ayah dan ibunya.

10. Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah Negara Republik
Indonesia selama ayah dan ibunya tidak diketahui.

94
11. Anak yang lahir di wilayah Negara Republik Indonesia apabila ayah
dan ibunya tidak memiliki kewarganegaraan atau tidak diketahui
keberadaannya.

12. Anak yang lahir di luar wilayah Negara Republik Indonesia dari
seorang ayah dan ibu warga negara Indonesia yang karena ketentuan
dari negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan
kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan.

13. Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan
kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia
sebelum mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia.

Warga negara dari suatu negara merupakan pendukung dan


penanggung jawab kemajuan dan kemunduran suatu negara. Oleh sebab
itu, seseorang yang menjadi anggota atau warga suatu negara haruslah
ditentukan oleh Undang-undang yang dibuat oleh negara tersebut. Sebelum
negara menentukan siapa-siapa yang menjadi warga negara, terlebih dahulu
negara harus mengakui bahwa setiap orang berhak memilih
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan
meninggalkannya serta berhak kembali sebagaimana dinyatakan oleh pasal
28E ayat (1) UUD 1945. Pemyataan ini mengandung makna bahwa orang-
orang yang tinggal dalam wilayah negara dapat diklasifikasikan menjadi
Warga Negara Indonesia, adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan
orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai
warga negara.

Selain istilah warga negara, dikenal pula istilah penduduk yang


mendiami suatu negara. Dalam Pasal 26 ayat 2 UUD 1945 dinayatakan,
bahwa penduduk ialah “warga negara Indonesia dan orang asing yang
bertempat tinggal di Indonesia”. Berdasarkan pengertian warga negara dan
penduduk ini, dapat disimpulkan, bahwa terdapat poerbedaan antara warga
negara dan penduduk. Warga negara memerlukan penetapan/ pengesahan
dari peraturan perundang-undangan agar disahkan sebagai warga negara,

95
sementara penduduk tidak perlu penetapan berdasarkan peraturan
perundang-undangan, hanya saja jika sudah bertempat tinggal di Indonesia,
seseorang itu sudah dianggap sebagai penduduk Indonesia. Artinya, warga
negara sudah pasti penduduk, sebaliknya penduduk belum tentu warga
negara.

Sejalan dengan itu, istilah lain yang juga penting mendapat


pemahaman yaitu terkait dengan kewarganegaraan. Winarno (2013:34)
mendefinisikan kewarganegaraan sebagai “a set of characteristics of being
a citizen”. Keawarganegaraan menunuk pada seperangkat karakteristik dari
seorang warga. Karakteristik atau atribut kewarganegaraan (attribute of
citizenship), itu meliputi (a) sense of identify (perasaan akan identitas), (b)
the enjoyment of certain rights (pemilikan ha-hak tertentu, (c) the fulfillment
of corresponding obligations (pemenuhan kewajuiban-kewajiban yang
sesuai), (d) a degre of interest and involvement in public affair (tingkat
ketertarikan dan keterlibatan dalam masalah publik), dan (e) an acceptance
of basic social values (penerimaan terhadap nilai-nilai sosial dasar).

Sedangkan menurut Dwiyatmi (2012:189), pengertian


kewarganegaraan (citizenship) dapat dibedakan dalam dua arti, yaitu
kewarganegaraan dalam arti formal dan kewarganegaraan dalam arti
material. Secara formal kewarganegaraan menunjuk pada hal ikhwal
masalah kewarganegaraan yang umumnya berada pada ranah hukum
publik. Kewarganegaraan dalam arti formal membicarakan hal ikhwal
masalah kewarganegaraan seperti siapakah warga negara, bagaimana cara
memperoleh kewarganegaraan, pewarganegaraan, bagaimana kehilangan
kewarganegaraan, dan sterusnya.

B. Asas Kewarganegaraan

Individu harus memiliki status kewarganegaraan yang jelas sehingga


negara yang bersangkutan melindunginya dari intervensi pihak lain. Atau
dalam ungkapan lain asas kewarganegaraan diperlukan untuk mengatur
status kewarganegaraan seseorang. Sebagai seorang warga negara maka ia

96
berhak mendapatkan perlindungan hukum dari negara, serta menerima hak
dan kewajibannya. Banyak contoh kasus tentang pentingnya status
kewarganegaraan seperti anak yang lahir dari perkawinan yang orang
tuanya berbeda kewarganegaraan, atau warga keturunan Tionghoa yang
lahir dan besar di Indonesia namun kesulitan mendapatkan
kewarganegaraan.

Ketentuan tentang status kewarganegaraan penting diatur dalam


peraturan perundangan dari negara. Peraturan perundangan inilah yang
kemudian dijadikan asas untuk penentuan status kewarganegaraan
seseorang. Setiap negara bebas menetapkan asas kewarganegaraan,
karena setiap negara memiliki budaya, sejarah, dan tradisi yang berbeda
satu sama lain.

Dalam asas kewarganegaraan dalam UU Nomor 12 Tahun 2006,


dikenal dua pedoman yaitu: (1) asas kewarganegaraan umum dan (2) asas
kewarganegaraan khusus.

1. Asas Kewarganegaraan Umum

a. Asas kelahiran (lus Soli)

lus soli berasal dari bahasa latin; ius berarti hukum atau pedoman,
sedangkan soli dari kata solum yang berarti negeri, tanah atau daerah.
Jadi ius soli adalah penentuan status kewarganegaraan berdasarkan
tempat atau daerah kelahiran seseorang. Jadi, seseorang dapat menjadi
warga negara di mana ia dilahirkan.

Contoh Amerika Serikat adalah negara yang menerapkan asas Ius Soli
(asas kelahiran), jadi siapa pun yang lahir di Amerika Serikat akan
memiliki kewarganegaraan Amerika serikat tanpa melihat seseorang itu
berasal dari mana.

b. Asas keturunan (lus Sanguinis)

97
lus Sanguinis juga berasal dari bahasa latin, ius berarti hukum atau
pedoman, sedangkan sanguinis dari kata sanguis yang berarti darah
atau keturunan. Jadi, ius sanguinis adalah asas kewarganegaraan yang
berdasarkan darah atau keturunan. Asas ini menetapkan seseorang
mendapatkan kewarganegaraan suatu negara, apabila orang tuanya
adalah warga negara suatu negara.

Misalnya, negara yang menggunakan asas Ius sanguinis adalah Cina,


maka orang yang lahir dimanapun saja asalkan keturunan dari orang
yang berkewarganegraan Cina, akan berkewarganegaraan Cina juga.

c. Asas Kewarganegaraan Tunggal

Asas ini adalah asas yang menentukan satu kewarganegaraan bagi


setiap orang. Setiap orang tidak dapat menjadi warga negara ganda atau
lebih dari satu.

d. Asas Kewarganegaraan Ganda Terbatas

Asas ini adalah asas yang menentukan kewarganegaraan ganda (lebih


dari 1 warga negara) bagi anak-anak sesuai dengan ketentuanyang
diatur dalam UU. Pada saat anak-anak ini telah mencapai 18 tahun,
maka harus menentukan salah satu kewarganegaraannya.

Seseorang tidak boleh memegang status dua kewarganegaraan. Oleh


sebab itu, apabila seseorang berhak mendapatkan status
kewarganegaraan karena kelahiran dan keturunan sekaligus, maka pada
saat dewasa, harus memilih salah satu.

2. Asas Kewarganegaraan Khusus

a. Asas Kepentingan Nasional

Adalah asas yang menentukan bahwa peraturan kewarganegaraan


mengutamakan kepentingan nasional Indonesia, yang bertekad
mempertahankan kedaulatannya sebagai negara kesatuan yang
memiliki cita-cita dan tujuannya sendiri.

98
b. Asas Perlindungan Maksimum

Adalah asas yang menentukan bahwa pemerintah wajib memberikan


perlindungan penuh kepada setiap warga negara Indonesia dalam
keadaan apapun, baik di dalam maupun di luar negeri.

c. Asas Persamaan di dalam Hukum dan Pemerintahan

Adalah asas yang menentukan bahwa setiap warga negara Indonesia


mendapatkan perlakuan yang sama di dalam hukum dan pemerintahan.

d. Asas Kebenaran Substantif

Adalah asas dimana prosedur kewarganegaraan seseorang tidak hanya


bersifat administratis tetapi juga disertai substansi dan syarat- syarat
permohonan yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

e. Asas Non-diskriminatif

Adalah asas yang tidak membedakan perlakuan dalam segala hal ikhwal
yang berhubungan dengan warga negara atas dasar suku, ras, agama,
golongan, jenis kelamin, serta harus menjamin, melin- dungi, dan
memuliakan HAM pada umumnya dan hak warga negara pada
khususnya.

f. Asas Pengakuan dan Penghormatan Terhadap HAM

Adalah asas yang dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan
warga negara harus menjamin, melindungi, dan memuliakan HAM pada
umumnya, dan hak warga negara pada khususnya.

g. Asas Keterbukaan

Adalah asas yang menentukan bahwa segala hal ikhwal yang ber-
hubungan dengan warga negara harus dilakukan secara terbuka.

h. Asas Publisitas

99
Adalah asas yang menentukan bahwa seseorang yang memperoleh dan
atau kehilangan kewarganegaraan Rl akan diumumkan dalam berita
negara Rl agar masyarakat mengetahuinya

C. Masalah Status Kewarganegaraan

Masalah status kewarganegaraan seseorang akan muncul apabila


asas kewarganegaraan tersebut di atas diterapkan secara tegas dalam
sebuah negara, sehingga mengakibatkan terjadinya beberapa kemungkinan
berikut ini:

1. Apatride, diartikan: “a” artinya tidak, dan “patride” artinya


keawarganegaraan. Jadi Apatride adalah seseorang yang tidak
memiliki status kewarganegaraan. Apatride ini bisa dialami oleh orang-
orang yang dilahirkan dari orang tua yang negaranya menganut asas ius
soli di negara atau dalam wilyahnya negara yang menganut asas ius
sanguinis. Orang tersebut tidak mendapat kewarganegaraan orang
tuanya karena tidak lahir di dalam wilayah negara orang tuanya, dan
tidak mendapat kewarganegaraan dari negara tempat ia dilahirkan,
karena ia lahir dari orang tua yang bukan warga negara tempat ia
dilahirkan itu.

2. Bipatrid, diartikan: “bi” artinya dua, dan “patride” berarti


kewarganegaraan. Bipatride adalah seseorang yang memiliki dua
kewarganegaraan (kewarganegaraan ganda). Hal ini dimungkinkan
apabila orang tersebut berasal dari orang tua yang negaranya menganut
sanguinis sedangkan ia lahir di negara yang menganut ius soli.

Misalnya, seseorang yang lahir di Amerika Serikat yang menganut asas


iius soli, sedangkan ia keturunan dari orang yang berkewarganegaraan
Cina yang menganut asas ius sanguinis. Orang tersebut
berkewarganegaraan Amerika Serikat karena ia lahir di Amerika
Serikat. Orang tersebut juga berkewarganegaraan Cina sebab ia
keturunan dari orang yang berkewargaraan Cina.

100
3. Multipatride seseorang yang memiliki lebih dari dua status
kewarganegaraan, yaitu seseorang (penduduk) yang tinggal di
perbatasan antara dua negara.

Untuk memecahkan masalah kewarganegaraan di atas, setiap negara


memiliki peraturan sendiri-sendiri yang prinsip-prinsipnya bersifat universal.
Untuk mengatasi hal tersebut, di Indonesia dinyatakan dalam UUD 1945
Pasal 28E ayat (4) bahwa setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.
Oleh sebab itu. melalui UU No. 62 Tahun 1958 tentang kewarganegaraan
Indonesia dinyatakan bahwa cara memperoleh kewarganegaraan Indonesia
adalah: 1) karena kelahiran, 2) karena pengangkatan, 3) karena dikabulkan
permohonan, 4) karena kewarganegaraan, 5) karena perkawinan, dan 6)
karena pernyataan.

D. Syarat dan Tata Cara Memperoleh Kewarganegaraan Indonesia

Untuk mengatasi masalah kewarganegaraan, maka Indonesia


mengatur tata cara memperoleh kewarganegaraan Indonesia dalam UU No.
62 tahun 1958 dan diperbarui dalam UU 12 Tahun 2006 yang meliputi:
delapan cara yaitu :

a. Telah berusia 18 tahun atau sudah kawin.

b. Pada waktu merigajukan permohonan kewarganegaraan telah tinggal


di negara Rl paling singkat 5 tahun berturut-turut atau paling singkat
10 tahun tidak berturut-turut.

c. Sehat jasmani dan rohani.

d. Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila


dan UUD negara Rl tahun 1945.

e. Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang di


ancam dengan pidana penjara 1 tahun atau lebih.

101
f. Jika dengan memperoleh kewarganegaraan Rl, tidak menjadi
berkewarganegaraan ganda.

g. Mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap.

h. Membayar uang pewarganegaraan ke Kas Negara.

Adapun tata caranya adalah sebagai berikut :

a. Permohonan diajukan di Indonesia oleh pemohon secara tertulis


dalam bahasa Indonesia di atas kertas bermeterai cukup kepada
Presiden melalui menteri.

b. Berkas permohonan tersebut disampaikan kepada pejabat.

c. Permohonan disertai dengan pertimbangan kepada Presiden dalam


waktu paling lambat 3 bulan terhitung sejak tanggal permohonan
diterima.

d. Permohonan dikenai biaya yang besarnya diatur dengan peraturan


pemerintah.

e. Presiden dapat menerima dan menolak permohonan.

f. Pengabulan permohonan ditetapkan dengan Keputusan Presiden


paling lambat 3 bulan terhitung sejak permohonan diterima oleh
menteri dan pemberitahuan kepada pemohon paling lambat 14 hari
terhitung sejak Keputusan Presiden ditetapkan.

g. Penolakan permohonan disertai alasan dan diberitahukan oleh


menteri paling lambat 3 bulan sejak tanggal permohonan diterima oleh
menteri.

h. Keputusan Presiden mengenai pengabulan permohonan berlaku


efektif terhitung sejak tanggal pemohon mengucapkan sumpah atau
menyatakan janji setia.

i. Paling lambat 3 bulan sejak Keputusan Presiden dikirim kepada


pemohon, pejabat memanggil pemohon untuk mengucapkan sumpah
dan janji setia.

102
j. Apabila tidak hadir dalam pemanggilan tanpa alasan yang sah, maka
Keputusan Presiden batal demi hukum

k. Apabila pelaksanaan sumpah/janji tidak dapat dilakukan karena


kelalaian pejabat, maka pemohon dapat menyatakan pengucapan
sumpah/janji setia di hadapan pejabat lain yang ditunjuk menteri.

l. Pejabat tersebut membuat berita acara pelaksanaan sumpah/janji.

m. Paling lambat 14 hari sejak tanggap pengucapan sumpah/janji,


pejabat menyampaikan berita acara yang tersebut.

n. Setelah pengucapan sumpah/janji, pemohon wajib menyerahkan


dokumen keimigrasian atas namanya kepada Kantor imigrasi paling
lambat 14 hari.

o. Salinan Keputusan Presiden tentang Pewarganegaraan menjadi bukti


sah kewarganegaraan sah seseorang.

p. Menteri mengumumkan nama orang yang telah memperoleh


kewarganegaraan dalam berita negara Rl.

E. Hak Warga Negara Indonesia

Hak warga negara Indonesia diatur dalam pasal 27 sampai dengan 34


UUD 1945, yaitu:

a. Hak persamaan kedudukan di dalam hukum pemerintahan.

b. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak.

c. Hak ikut serta dalam upaya pembelaan negara.

d. Hak berpendapat, berkumpul, dan berserikat.

e. Hak untuk hidup dan mempertahankan hidup serta kehidupannya.

f. Hak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui


perkawinan yang sah.

g. Hak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

103
h. Hak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasar,
mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi,seni dan budaya, demi meningkatkan
kualitas hidup dan demi kesejahteraan umat manusia.

i. Hak atas pengakuan,jaminan,perlindungan ,dan kepastian hukum


yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.

j. Hak untuk bekerja serta mendapatkan imbalan dan perlakuan yang


adil dan layak dalam hubungan kerja.

k. Hak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan.

l. Hak atas status kewarganegaraan.

m. Hak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk


mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya.

n. Hak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan


derajat martabat manusia.

o. Hak memperoleh suaka politik dari negara lain.

p. Hak untuk hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat.

q. Hak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya


secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.

r. Hak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh
diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun.

s. Hak kebebasan memeluk agama dan beribadah menurut agama dan


kepercayaannya.

t. Hak untuk ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.

u. Hak untuk mendapatkan pendidikan.

v. Hak untuk mengembangkan dan memajukan kebudayaan nasional.

w. Hak untuk mendapatkan kesejahteraan.

x. Hak mendapatkan jaminan social bagi fakir miskin dan anak terlantar.

104
F. Kewajiban Warga Negara Indonesia

Kewajiban warga negara Indonesia antara lain diatur dalam pasal 27


ayat 1 dan 3,pasal 28J,pasal 30 ayat 1,dan pasal 31 ayat 2 UUD1945 yaitu:

1. Wajib menjunjung/menaati hukum dan pemerintahan.

2. Wajib membela negara.

3. Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain.

4. Wajib tunduk pada pembatasan yang ditetapkan dengan undang


undang.

5. Wajib ikut serta dalam upaya pertahanan dan keamanan negara.

6. Wajib untuk mengikuti pendidikan dasar.

Kewajiban warga negara ini pada dasarnya adalah hak negara. Oleh
karena negara memiliki sifat memaksa dan mencakup semuanya, maka
negara memiliki hak untuk menuntut warga negara mentaati dan
melaksanakan hukum-hukum yang berlaku di negara tersebut.

Sedangkan hak warga negara merupakan kewajiban negara terhadap


warganegaranya. Hak-hak warganegara wajib diakui, wajib dihormati,
dilindungi, dan difasilitasi, serta dipenuhi oleh negara. Negara didirikan dan
dibentuk memang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup warganya
(Asshiddiqie, 2006).

Hak dan kewajiban negara terhadap warga negara sebagaimana yang


diatur dalam Pembukaan dan pasal-pasal UUD 1945 antara lain sebagai
berikut:

1. Hak negara, yaitu:

a. Menciptakan peraturan dan undang-undang yang dapat


mewujudkan ketertiban, keamanan, dan kesejahteraan bagi
seluruh rakyat.

b. Memaksa setiap warga negara mentaati hukum yang berlaku.

105
c. Hak untuk dibela apabila ada ancaman terhadap negara.

d. Melakukan monopoli terhadap sumber daya yang menguasai hajat


hidup orang banyak.

2. Kewajiban negara yaitu:

a. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia

b. Mencerdaskan kehidupan bangsa

c. Memajukan kesejahteraan umum

d. Menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk memeluk agama dan


kepercayaan

e. Membiayai pendidikan khususnya pendidikan dasar

f. Memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang kurangnya 20%


dari anggaran belanja negara

g. Memajukan kebudayaan ditengah peradaban dunia

h. Menjamin kebebasan masyarakat untuk memelihara dan


mengembangkan nilai-nilai budayanya

i. Menguasai bumi,air,dan kekayaan alam demi kemakmuran rakyat

j. Memelihara fakir miskin dan anak terlantar

k. Mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan


memberdayakan masyarakat lemah dan tidak mampu sesuai
martabat kemanusiaan

l. Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas layanan


umum yang layak

G. Karakteristik Warga Negara yang Bertanggung Jawab


Karakteristik adalah sejumlah sifat atau tabiat yang harus dimiliki oleh
warga negara Indonesia, sehingga muncul suatu identitas yang mudah
dikenali sebagai warga negara. Sejumlah sifat dan karakter warga negara
Indonesia adalah sebagai berikut:

106
1. Memiliki rasa hormat dan tanggung jawab

Sifat ini adalah sikap dan perilaku sopan santun, ramah tamah, dan
melaksanakan semua tugas dan fungsinya sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.

2. Bersikap kritis

Sifat ini adalah sikap dan perilaku yang berdasarkan data dan fakta
yang valid (sah) serta argumentasi yang akurat.

3. Melakukan diskusi dan dialog

Sifat ini adalah sikap dan perilaku dalam menyelesaikan masalah


(problem solving) hendaknya dilakukan dengan pola diskusi dan
dialog untuk mencari kesamaan pemikiran terhadap penyelesaian
masalah yang dihadapi.

4. Bersikap terbuka

Sifat ini adalah sikap dan perilaku yang transparan serta terbuka,
sejauh masalah tersebut tidak bersifat rahasia.

5. Rasional

Sifat ini adalah pola sikap dan perilaku yang berdasarkan rasio atau
akal pikiran yang sehat.

6. Adil

Sifat ini adalah sikap dan perilaku menghormati persamaan derajat


dan martabat kemanusiaan.

7. Jujur

Sifat ini adalah sikap dan perilaku yang berdasarkan data dan fakta
yang sah dan akurat.

Sedangkan karakteristik warga negara yang mandiri meliputi:

107
1. Memiliki kemandirian.

2. Memiliki tanggung jawab pribadi, politik dan ekonomi sebgai warga


negara.

3. Menghargai martabat manusia dan kehormatan pribadi.

4. Berpartisipasi dalam urusan kemasyarakatan dengan pikiran dan


sikap yang santun.

5. Mendorong berfungsinya demokrasi konstitusional

Diskusi

Komponen Cadangan

Komponen cadangan adalah sebuah pasukan cadangan militer atau


sebuah organisasi militer yang terdiri dari warga negara yang
menggabungkan peran militerdengan karier sipil. Komponen cadangan untuk
melawan ketika suatu negara untuk memobilisasi perang total atau untuk
mempertahankan diri dari invasi. Umumnya tidak dianggap sebagai bagian
dari suatu badan yang berdiri permanen. Keberadaan komponen cadangan
memungkinkan suatu negara untuk mengurangi anggaran militer pada masa
damai dan disiapkan untuk perang.

Sebagian negara memeliki komponen cadangan sebagai bagian


sistem pertahanan negara. Secara umum fungsi komponen cadangan
adalah fungsi mobilisasi dan fungsi demobilisasi. Pola pengangkatannya
melalui kewajiban bagi mereka yang memenuhi syarat kesehatan dan syarat-
syarat lainnya, dan melalui pendaftaran secara sukar

Komponen cadangan merupakan bentuk bela negara, di negara manapun di


dunia ini melaksanakan program bela Negara, hanya saja nama/istilahnya
yang berbeda tetapi esensi dari bela Negara sama. Sebut saja, sistem Bela
Negara di Jerman dikenal dengan Wehrpflicht dan dikhususkan untuk warga
sipil berjenis kelamin laki-laki selama 9 bulan. Kegiatan ini dapat diganti

108
dengan kegiatan sosial yang diatur oleh peraturan pemerintah sebagai
bentuk rekonsiliasi nasional. Wehrpflich tidak berlaku bagi anggota keluarga
yang mengalami operasi pada zaman rezim NAZI.  NAZI, Hitler pernah
mewajibkan wajib militer bagi penduduk yang berusia 18 - 45 tahun
meskipun menurut Perjanjian Versailles (1919), Jerman dilarang
mengadakan wajib militer.

Di Amerika Serikat terdiri atas: Marine Reserve Force, Naval Reserve


Force, Air Force Reserve, US Coast Guard Reserve, US Army Reserve,
dan Army National Guard. masing-masing memiliki aturan sendiri. Sejak
berakhirnya perang dingin, Amerika Serikat telah mengakhiri wajib
militer hingga kini. Setelah seranganterorisme tanggal 9 September2003 dan
perang Afganistan maupun Irak muncul rencana kembali mengaktifkan wajib
militer. Sejak 1980 Kongres mencanangkan kembali pendaftaran wajib
militer melalui sistem seleksi servis. Peraturan ini berlaku bagi semua
anak laki-laki yang lahir pada tanggal atau setelah tanggal 1Januari 1960.

Bela negara di Israel dinamakan Israel Defense (IDF) yang dicanangkan


pertama kali pada tanggal 26 Mei 1948. Latar belakang peperangan panjang
dengan negara-negara Arab mengharuskan Israel memiliki kekuatan militer
yang tangguh apalagi jika dibandingkan dengan luas geografis yang terbatas
dan jumlah penduduknya yang sedikit.

India memisahkan antara Militer kekuatan utama dalam


menghadapi perang yang berada di bawah otoritas  Kementerian
Pertahanan dan Kekuatan Paramiliter yang berada di bawah
otoritas Depdagri yang sekaligus menunjukkan bahwa mereka diarahkan
untuk melaksanakan tugas-tugas counter-insurgency.

Komponen cadangan Philipina terdiri atas Auxiliary Reseve Units yang


direkrut dari kaum sipil yang bekerja di sektor publik, dan ''Citizens Armed
Forces Geographic Units'' (CAFGUs) yang direkrut dari penduduk sipil biasa.
CAFGUs pun dibagi menjadi non-active military reserve dan kelompok
paramiliter. Sedangkan di Malaysiadikenal dengan nama Program Latihan
Khidmat Negara (PLKN.

Sedangkan Indonesia komponen cadangan sebagai bagian


integral pertahanan negara merupakan kewenangan pemerintah dan
diselenggarakan secara total, terpadu, terarah, dan berlanjut dengan
melibatkan seluruh sumber daya nasional dan sarana prasarana nasional
dengan sumber pendanaannya berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja
Negara. Sesuai dengan Pasal 30 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, bahwa setiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam usaha pertahanan negara, maka Anggota Komponen

109
Cadangan (Komcad) adalah wajib bagi warga negara yang telah memenuhi
persyaratan. Pembinaan Komcad dilakukan oleh Menteri Pertahananberbeda
dengan Cadangan TNI/Bala Cadangan. Pembinaan Cadangan TNI/Bala
Cadangandilakukan oleh Panglima TNI.

Karena hakekat komponen Cadangan adalah salah satu wadah dan bentuk
keikutsertaan warga negara, seluruh sumber daya alam, sumber daya
buatan serta sarana dan prasarana nasional dalam usaha pertahanan
negara. Penyelenggaraan dan keberadaan komponen cadangan pertahanan
negara didasarkan peraturan perundang-undangan. Penyelenggaraan
komponen cadangan dilaksanakan melalui pola pembentukan, pembinaan,
dan penggunaan yang dilakukan secara terpusat. Yang berfungsi sebagai
kekuatan pengganda komponen utama dalam bentuk komponen cadangan
matra darat, matra laut, dan matra udara yang selalu siap pada saat
dibutuhkan melalui mobilisasi

Sedangkan untuk penugasan dan pembinaan komponen cadangan dalam


penugasan atau pembinaan dipilah menjadi dua yaitu dalam dinas aktif dan
tidak dalam dinas aktif. Dalam dinas aktif Komcad melaksanakan tugas
negara dalam bidang pertahanan. Anggota Komcad dengan segala akibat
yang dialami dalam penugasan sama dengan pembinaan prajurit TNI.
Komponen cadangan yang berasal dari sumber daya alam, sumber daya
buatan sarana dan prasarana nasional bila mengalami kerusakan atau
kehilangan pada masa dalam dinas aktif menjadi beban dan tanggung jawab
negara baik pemeliharaan, perawatan maupun penggantiannya. Dalam masa
tidak dalam dinas aktif, semua sumber daya nasional yang tergabung
pada Komcad kembali melaksanakan tugas semula atau sesuai profesinya
masing-masing di luar tugas pertahanan negara.

Salah satu keuntungan utama dalam memiliki komponen cadangan adalah


meningkatkan kekuatan utama dalam waktu singkat, tidak seperti untuk
melatih anggota baru atau wajib militer, karena komponen cadangan sudah
terlatih. Komponen cadangan, tidak hanya dapat meningkatkan kuantitas,
tapi kualitas keseluruhan kekuatan. Memiliki sebuah komponen cadangan
dapat memungkinkan pemerintah untuk menghindari biaya, baik politik dan
keuangan yang membutuhkan wajib militer. Secara ekonomi, komponen
cadangan lebih efisien daripada tentara biasa karena mereka hanya
dipanggil ketika dibutuhkan.

Sebaliknya kerugian bagi komponen cadangan memiliki sedikit pengalaman


dengan sistem senjata yang lebih baru. Komponen cadangan kadang-
kadang dianggap kurang termotivasi dari tentara reguler. Sementara itu
komponen cadangan dalam arti sipil yang menggabungkan

110
karier militer dengan sipil, seperti di Inggris. Teritorial Angkatan Darat,
pengalaman waktu menuntut tidak dialami oleh pasukan reguler, dan yang
memengaruhi ketersediaan dan durasi pelayanan. Melakukan latihan yang
melibatkan komponen cadangan itu mahal, memerlukan kompensasi atas
hilangnya upah, dan sulit untuk memanggil lalu demobilisasi, yang berarti
bahwa sebuah warga negara yang telah dijadikan komponen cadangan
mungkin enggan untuk bertempur sampai konflik diselesaikan. Hal ini
terutama berlaku dalam kasus para pensiunan. Pada awal Perang Dunia I,
keengganan dari berbagai antagonis untuk demobilisasi komponen
cadangan saat dipanggil, karena sulitnya remobilisasi, telah diadakan
sebagai salah satu penyebab mengapa tahap diplomatik meningkat begitu
cepat untuk perang.

Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Komponen_cadangan

Bagaimana tanggapan Anda mengenai Komponen cadangan tersebut,


pentingkah bagi negara seperti Indonesia?

111
Formulir 1

Ringkasan Pemahaman Materi

Bab : ……………………………………………………………………………..
Topik : ……………………………………………………………………………..

Nama : ………………………………………………………………….
NIM : ………………………………………………………………….
Program Studi : …………………………………………………………………..

Tuliskan pemahaman Anda mengenai materi pada bab ini !

Paraf Dosen

Catatan:
1. Setelah Anda mengisi formulir 1 ini secara lengkap kemudian
kumpulkan kepada dosen sebelum perkuliahan berlangsung.
2. Formulir ini diisi sebagai syarat Anda mengikuti perkuliahan.

112
Formulir 2

Hasil Disusi Kelompok


Bab : ........................................................................................................
Topik : ........................................................................................................

Kelas : ...........................................................................................
Program Studi : ...........................................................................................
Kelompok : ...........................................................................................
Ketua : ...........................................................................................
Anggota : 1. ......................................................................................
2. ......................................................................................
3. ......................................................................................
4. ......................................................................................
5. ......................................................................................

Tuliskan hasil diskusi kelompok Anda pada formuir ini!

Paraf Ketua Kelompok

BAB VI

113
KONSTITUSI DAN RULE OF LAW

Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat:
1. Menguraikan dan menjelaskan pengertian dan definisi konstitusi dan
rule of law.
2. Menjelaskan dan memahami hakikat dan fungsi konstitusi.
3. Menjelaskan dan memahami dinamika penerapan kontstitusi di
Indonesia.
4. Memahami dan menjelaskan Institusi dan Mekanisme Pembuatan
Konstitusi (UUD 1945), UU, PERPU, PP, dan PERDA.
5. Memehami dan menjelaskan pengertian rule of law.
6. Memahami dan menjelaskan latar belakang dan fungsi rule of law.
7. Memahami dan menjelaskan dinamika rule of law.

Deskripsi Singkat
Dalam bab ini Anda akan mempelajari dan mendiskusikan tentang konstitusi
rule of law dari berb agai aspek. Setelah Anda membaca dan memahami
secara mendalam diharapkan Anda dapat menjelaskan pengertian dan
definisi konstitusi dan rule of law, hakikat dan fungsi konstitusi, dinamkika
penerapan konstitusi, mekanisme pembuatan konstitusi, pengertian rule of
law, latar belakang rule of law, dan dinamika rule of law.

Pokok Bahasan
A. Pengertian dan definisi konstitusi dan rule of law.
B. Hakikat dan fungsi konstitusi.
C. Dinamika penerapan kontstitusi di Indonesia.
D. Institusi dan Mekanisme Pembuatan Konstitusi (UUD 1945), UU,
PERPU, PP, dan PERDA.
E. Pengertian rule of law.
F. Latar belakang dan fungsi rule of law.

114
G. Dinamika rule of law.

Bahan Bacaan
1. Arwiyah, Yahya dan Runik Machfiroh, 2014. Civic Education di
Perguruan Tinggi Indonesia. Bandung: Alfabeta.
2. Asshiddiqie, Jimly. 2004. Kekuasaan Kehakiman di Masa Depan.
Malalah.
3. Dwiyatmi, Sri Harini, 2012. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
4. Ghazali, A. Muchtar dan Abdul Majid, 2014. Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan. Bandung: Interes Media Foundation.
5. Herlia Tati. 2004. Fenomena Kultur dan Politik Indonesia. Jurnal
Dephan. Jakarta.
6. ICCE UIN. 2003. Pendidikan Kewarganegaraan: Demokrasi, Hak Asasi
Manusia, Masyarakat Madani. Jakarta: UIN dan Prenada Media.
7. Juliardi, Budi, 2014. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan
Tinggi. Jakarta: Rajawali Pers.
8. Kaelan dan Achmad Zubaidi, 2013. Pendidikan Keawrganegaraan
Untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Paradigma.
9. Kansil dan Kansil. 2005. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan
Tinggi. Jakarta: Pradnya Paramita.
10.Kusnardi, M. dan Bintan Saragih. 2000. Ilmu Negara. Jakarta: Gaya
Media Pratama..
11.Manan, Bagir. 2005. DPR, DPD, dan MPR dalam UUD1945 Baru.
Yogyakarta: UN Press.
12.Oesman O., dan Alfian. 1993. Pancasila Sebagai Ideologi. BP-7 Pusat.
Jakarta.
13.Syarbaini, Syahrial (Editor). 2005. Mater/ Perkuliahan Pendidikan
Pewarganegaraan (PKn). Suscadoswar, Dikti. Jakarta.
14.Taniredja, Tukiran, Muhammad Affandi dan Efi Miftah Faridli, 2012.
Paradigma Baru Pendidikan Pancasila Untuk Mahasiswa. Bandung:
Alfabeta.
15.Wahidin, Samsul. 2010. Pokok-Pokok pendidikan Kewarganegaraan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
16.Winarno, 2013. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta:
Bumi Aksara.

Pertanyaan Kunci

115
1. Apa yang dimaksud dengan konstitusi dan rule of law?
2. Bagaimana dinamika penerapan kostitusi di Indonesia?
3. Apa hakikat dan fungsi rule of law?
4. Bagaimana dinamika rule of law di Indonesia?

Tugas
Anda harus membaca secara mendalam bab ini dan menuangkan
pemahaman Anda pada lembar pemahaman yang telah disediakan serta
menyerahkannya kepada dosen sebelum pertemuan dimulai

A. Pengertian dan Definisi Konstitusi


1. Pengertian Konstitusi

Secara literal, “konstitusi” berasal dari bahasa Prancis, constituir, dan


bahasa Inggris, constitution, yang berarti membentuk, menyusun, dan
menyatakan. Pemakaian istilah konstitusi yang dimaksud ialah pembentukan
suatu negara atau menyusun dan menyatakan aturan suatu negara.
Sedangkan istilah undang-undang dasar (UUD) merupakan terjemahan
istilah dari bahasa BelandaCronwet. Perkataan wet diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia undang-undang dasar, dan grond berarti tanah atau dasar.

Dalam pengertian sosiologis dan politis, konstitusi merupakan sintese


factor kekuatan yang nyata dalam masyarakat. Jadi, konstitusim
menggambarkan hubungan antara kekuasaan yang terdapat dengan nyata
dalam suatu negara. Sedangkan dalam pengertian yuridis, konstitusi adalah
suatu naskah yang memuat semua bangunan negara dan sendi-sendi
pemerintahan (Ghazali dan Abdul Majid,2014:109).

Menurut Dwiyatmi (2012:115), konstitusi dapat diartikan sebagai


kelompok ketentuan yang mengatur organisasi negara dan susunan
pemerintahan suatu negara. Oleh karenanya, hakikat konstitusi tidak lain dari

116
perwujudan paham tentang konstitusi atau konstitusionalisme, yaitu suatu
paham yang menghendaki adanya pembatasan terhadap kekuasaan
pemerintahan di satu pihak, dan jaminan terhadap hak-hak warga negara
maupun setiap penduduk di pihak lain.

2. Definisi Konstitusi (UUD)


Para ahli hukum ada yang membedakan arti konstitusi dengan
undang-undang dasar dan ada juga yang menyamakan arti keduanya.
Persamaan dan perbedaannya adalah sebagai berikut:

a. L. J. Van Apeldoorn membedakan konstitusi dengan UUD.


Menurutnya Konstitusi adalah memuat peraturan tertulis dan
peraturan tidak tertulis, sedangkan undang-undang dasar (gronwet)
adalah bagian tertulis dari konstitusi.

b. Sri Sumantri menyamakan arti keduanya sesuai dengan praktik


ketatanegaraan di sebagian besar negara-negara dunia termasuk
Indonesia.

c. E.C.S Wade mengartikan undang-undang dasar adalah naskah yang


memberikan rangka dan tugas pokok dari badan-badan pemerintahan
suatu negara dan menentukan pokok-pokok cara kerja badan-badan
tersebut. Apabila negara dipandang sebagai kekuasaan atau
organisasi kekuasaan, maka undang-undang dasar dapat dipandang
sebagai lembaga atau kumpulan asas yang menetapkan bagaimana
kekuasaan dibagi antara beberapa lembaga kenegaraan, misalnya
antara badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Undang-undang dasar
menetapkan cara-cara . bagaimana pusat-pusat kekuasaan ini bekerja
sama dan menyesuaikan diri satu sama lain, merekam hubungan-
hubungan kekuasaan dalam suatu negara.

d. Herman Heller membagi pengertian konstitusi menjadi tiga, yaitu:

117
1. Konstitusi mencerminkan kehidupan politik di dalam masyarakat
sebagai suatu kenyataan (mengandung arti politis dan
sosiologis).

2. Konstitusi adalah suatu kesatuan kaidah yang hidup dalam


masyarakat (mengandung arti hukum atau yuridis).

3. Konstitusi adalah kesepakatan yang ditulis dalam suatu naskah


sebagai undang-undang yang tertinggi yang berlaku dalam
suatu negara.

e. C.F. Strong memberikan pengertian konstitusi suatu kumpulan asas-


asas yang menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan (arti luas),
hak-hak dari pemerintah dan hubungan antara pemerintah dan yang
diperintah (menyangkut hak-hak asasi manusia).

Berdasarkan pendapat para ahli di atasdapat disimpulkan bahwa


konstitusi meliputi peraturan tertulis dan tidak tertulis. Undang-undang dasar
merupakan konstitusi yang tertulis. Dengan demikian konstitusi dapat
diartikan sebagai berikut:

a. Suatu kumpulan kaidah yang memberikan pembatasan-pembatasan


kekuasaan kepada para penguasa.

b. Suatu dokumen tentang pembagian tugas dan sekaligus petugasnya


dari suatu sistem politik.

c. Suatu gambaran dari lembaga-lembaga negara.

d. Suatu gambaran yang menyangkut masalah hak-hak asasi manusia.

B. Hakikat dan Fungsi Konstitusi

118
1. Hakikat Isi Konstitusi (UUD)

Suatu negara tidak akan dapat berjalan dengan baik jika tidak
terdapat konstitusi di dalamnya. Konstitusi digunakan sebagai “rambu-
rambu” untuk menetapkan serta melaksanakan politik dan strstegi nasional
sebuah negara.

Menurut Juliardi (2014:66), istilah konstitusi dalam banyak bahasa


berbeda-beda, seperti dalam bahasa Inggris, yaitu constitution, dalam
bahasa belanda yaitu constitutie, dalam bahasa Jerman yaitu konstitution,
dan dalam bahasa Latin yaitu, constitution, yang berarti undang-undang
dasar atau hukum dasar.

Pada hakikatnya konstitusi (UUD) itu berisi tiga hal pokok, yaitu:

a. Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warga


negaranya,

b. Ditetapkan susunan ketatanegaraan suatu negara yang bersifat


fundamental,

c. Adanya pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan yang juga


bersifat fundamental.

Sejalan dengan itu (Arwiyah dan Runik Machfiroh, 2014:42), hakikat


undang-undang adalah naskah yang memaparkan rangka dan tugas-tugas
pokok dari badan-badan pemerintahan suatu negara dan menentukan
pokok-pokok cara kerja badan-badan tersebut. Ini menganduung arti bahwa
lembaga-lembaga pemerintahan bekerja dan menjalankan tugasnya
ditentukan oleh undang-undang.

Menurut Budiardjo (1996), setiap undang-undang dasar memuat


ketentuan-ketentuan mengenai:
a. Organisasi Negara
Dalam konteks organisasi negara, konstitusi (UUD) berisi hal-hal:
1. Pembagian kekuasaan antara legislatif, eksekutif, dan yudikatif.

119
2. Pembagian kekuasan antara pemerintah pusat atau federal dengan
pemerintahan daerah atau negara bagian.

3. Prosedur menyelesaikan masalah pelanggaran hukum oleh salah satu


badan pemerintah dan sebagainya.

4. Bangunan hukum dan semua organisasi-organisasi yang ada dalam


negara.

5. Bentuk negara, bentuk pemerintahan, sistem pemerintahan dari negara


tersebut.

b. Hak dan Kewajiban Warga Negara, Hak dan Kewajiban Negara, dan
Hubungan Keduanya
Ketentuan pada butir b di atas, ditujukan untuk memberi jaminan yang
pasti kepada warga negara dan negara sehingga kehidupan tata negara
dapat berjalan tertib dan damai, dan untuk menghindari adanya
pelanggaran oleh pihak-pihak yang memegang kekuasaan. (Hak dan
kewajiban warga negara dan negara) dapat dilihat pada uraian bab hak
dan kewajiban warga negara).

c. Prosedur Mengubah Undang-Undang Dasar

Konstitusi suatu negara dibuat berdasarkan pengalaman dan kondisi


sosial politik masyarakat dalam kehidupan masyarakat yang selalu
mengalami perubahan akibat dari pembangunan, modernisasi, dan
munculnya perkembangan-perkembangan baru dalam ketatanegaraan.

2. Fungsi Konstitusi (UUD)

Konstitusi (UUD) dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan


bernegara .memiliki.arti dan makna yang sangat penting. Hal ini berarti
bahwa konstitusi (UUD) menjadi "tali" pengikat setiap warga negara dan
lembaga negara dalam kehidupan negara. Dalam kerangka kehidupan
negara, konstitusi (UUD) secara umum memiliki fungsi sebagai:

a. Tata aturan dalam pendirian lembaga-lembaga yang permanen


(lembaga suprastruktur dan infrastruktur politik).

120
b. Tata aturan dalam hubungan negara dengan warga negara serta
dengan negara lain.

c. Sumber hukum dasar yang tertinggi. Artinya bahwa seluruh peraturan


dan perundang-undangan yang berlaku harus mengacu pada
konstitusi (UUD).

Secara khusus, fungsi konstitusi (UUD) dalam negara demokrasi dan


negara komunis adalah:

a. Fungsi Konstitusi (UUD) dalam Negara Demokrasi Konstitusional

1. Membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa sehingga


penyelenggaraankekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang
(absolut).

2. Sebagai cara yang efektif dalam membagi kekuasaan.

3. Sebagai perwujudan dari hukum yang tertinggi (supremasi hukum)


yang harus ditaati oleh rakyat dan penguasanya.

b. Fungsi Konstitusi (UUD) dalam Negara Komunis

1. Sebagai cerminan kemenangan-kemenangan yang telah dicapai


dalam perjuangan ke arah masyarakat komunis.

2. Sebagai pencatatan formal (legal) dari perjuangan yang telah dicapai.

3. Sebagai dasar hukum untuk perubahan masyarakat yang dicita-citakan


dan dapat diubah setiap kali ada pencapaian kemajuan dalam
masyarakat komunis.

C. Dinamika Pelaksanaan Konstitusi (UUD1945)

Dalam gerak pelaksanaannya, konstitusi (UUD 1945) banyak


mengalami perubahan mengikuti perubahan sistem politik negara Indonesia.
Peristiwa perubahan ini berlangsung dalam beberapa kali dengan periode

121
waktu tertentu. Perubahan tersebut secara sistematis dapat dikemukakan
sebagai berikut:

1. UUD 1945, Berlaku 18 Agustus 1945 Sampai 27 Desember 1949

Dalam kurun waktu di atas, pelaksanaan UUD tidakdapat


dilaksanakan dengan baik, karena bangsa Indonesia sedang dalam masa
pancaroba, arti- nya dalam masa upaya membela dan mempertahankan
kemerdekaan yang baru diproklamasikan, sedangkan pihak kolonial Belanda
masih ingin men- jajah kembali negara Indonesia.

2. Konstitusi RIS, Berlaku 27 Desember 1949 Sampai 17 Agustus 1950

Rancangan Konstitusi (UUD) ini disepakati bersama di Negara


Belanda antara wakil-wakil pemerintah Rl dengan wakil-wakil pemerintah
negara BFO (Bijeenkomst Voor Federaal Overleg), yaitu negara-negara
buatan Belanda di luar negera Rl. Peristiwa ini terjadi di Kota Pantai
Scheveningen, tanggal 29 Oktober 1949, pada saat berlangsungnya KMB
(Konferensi Meja Bundar). Rancangan Konstitusi RIS ini disetujui pada
tanggal 14 Desember 1949 di Jakarta oleh wakil-wakil pemerintah dan KNIP
Rl dan wakil masing-masing pemerintah serta DPR negara-negara BFO.
Namun demikian, konstitusi RIS ini tidak dapat berlangsung dalam waktu
yang cukup lama, melainkan hanya lebih kurang delapan bulan (27
Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950). Hal ini terjadi karena adanya
tuntutan masyarakat dari berbagai daerah untuk kembali ke bentuk negara
kesatuan dan meninggalkan bentuk negara RIS sangat tinggi. Kenyataan ini
membuat negara RIS bubar dan kembali bergabung ke bentuk negara
kesatuan yang ibu kotanya di Yogyakarta. Pada tahun 1950, negara RIS
yang belum bergabung dengan NKRI adalah negara bagian Indonesia Timur
dan negara bagian Sumatra Timur, namun dalam jangka waktu yang tidak
lama dicapai kesepakatan antara NKRI dengan kedua negara bagian
tersebut. Dengan kesepakatan itu, maka pada tanggal 17 Agustus 1950,
negara RIS resmi kembali bergabung dengan NKRI.

122
3. UUDS, Berlaku 17 Agustus 1950 Sampai 5 Jul! 1959

Undang-Undang Dasar Sementara 1950 (UUDS 1950) ini merupakan


UUD yang ketiga bagi Indonesia. Menurut UUDS ini, sistem pemerintahan
yang dianut adalah sistem pemerintahan parlementer dan bukan sistem
kabinet presidensial lagi seperti dalam UUD 1945, Menurut sistem
Pemerintahan Parlementer yang tertuang dalam UUDS ini Presiden dan
Wakil Presiden adalah Presiden dan Wakil Presiden Konstitusional dan
"tidak dapat di ganggu gugat", karena yang bertanggung jawab adalah para
menteri kepada parlemen (DPR). UUDS ini berpijak pada pemikiran liberal
yang mengutama- kan kebebasan individu, sedangkan UUD 1945, berpijak
pada landasan demokrasi pancasila yang berintikan sila keempat.

Dalam pelaksanaannya sistem parlementer yang dianut oleh UUDS ini


menyebabkan tidak tercapainya stabilitas politik dan pemerintahan, karena
sering bergantinya kabinet yang didasarkan kepada dukungan suara di
Parlemen. Selama tahun 1950-1959, terjadi pergantian kabinet sebanyak
tujuh kali, sehingga implikasinya, banyak program kabinet yang tidak berjalan
dan berkesinambungan. Di samping itu sidang dewan konstituante
merupakan hasil pemilu demokratis pada bulan September dan Desember
tahun 1955, mendapat tugas untuk menyusun rancangan UUD baru sebagai
pengganti UUD 1945 sebagai wujud akomodasi dari aspirasi masyarakat
yang menginginkan adanya perubahan dari UUDS ke UUD baru mengalami
kemacetan (stagnan) selama dua tahun. Mengingat dampak dari stagnannya
pembahasan RUUD baru tersebut dalam waktu yang relatif lama
menimbulkan kekhawatiran bahwa dewan konstituante akan gagal
menyelesaikannya. Kondisi politik yang demikian membuat pemerintah
(Presiden lr. Soekarno) mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang
isinya kita kembali ke UUD 1945.

4. UUD 1945, Berlaku 5 Juli 1959 Sampai 1967

123
Dalam kurun waktu 1959-1999, penyelenggaraan pemerintahan nega-
ra terklasifikasi dalam dua kurun waktu, yaitu kurun waktu 1959-1967 yang
dikenal dengan istilah Orde Lama (ORLA) dan kurun waktu 1967-1998 yang
dikenal dengan istilah Orde Baru (ORBA). Pada kurun waktu yang pertama,
pemerintahan negara dipimpin oleh Presiden Soekarno dan pada kurun
waktu yang kedua di bawah pimpinan Presiden Soeharto.

Pelaksanaan UUD 1945 pada kurun waktu kepemimpinan Presiden lr.


Soekarno adalah beberapa hal yang perlu dicatat mengenai penyimpangan
konstitusi (UUD 1945) yaitu:

a. Presiden merangkap sebagai penguasa eksekutif dan legislatif.

b. Mengeluarkan UU dalam bentuk Penetapan Presiden dengan tanpa


persetujuan DPR.

c. MPRS mengangkat presiden seumur hidup.

d. Hak Budget DPR tidak berjalan, karena setelah tahun 1960


pemerintah tidak mengajukan RUU APBN untuk mendapat
persetujuan DPR.

e. Pimpinan lembaga-lembaga tinggi dan tertinggi negara diangkat


menjadi menteri menteri negara dan presiden menjadi Ketua DPA.

Sedangkan dalam kepemimpinan Presiden Soeharto, hal-hal yang


perlu dicatat mengenai pelaksanaan konstitusi (UUD), yaitu:

a. Membentuk lembaga-lembaga yang tersebut dalam UUD 1945 yang


ditetapkan dengan undang-undang.

b. Menyelenggarakan mekanisme kepemimpinan nasional lima tahunan,


yaitu melaksanakan Pemilu DPR, Pemilihan Presiden dan Wakil
Presiden, mengangkat menteri dalam kabinet, laporan
pertanggungjawaban dalam Sidang Umum MPR, dan seterusnya.

c. Menggunakan sistem pemerintahan Presidensial sebagaimana diatur


dalam Konstitusi (UUD 1945), dan Iain-Iain.

5. UUD 1945 pada Tahun 1967 sampai dengan 1998

124
Hal-hal yang terjadi dalam Pelaksanaan UUD 1945 kurun waktu tahun
1967 -1998 ini dapat diklasifikasi dalam 4 bagian, yaitu :

a. Pelaksanaan UUD 1945 tahun 1967-1998

Pelaksanaan UUD 1045 dalam kurun waktu 1967-1998, memiliki nilai


penting bagi kelangsungan kehidupan bangsa dan negara Indonesia pasca
pemerintahan Presiden Soekarno. Pemerintahan yang kita kenal dengan
sebutan Pemerintahan Orde Lama, yaitu pemerintahan yang menjalankan
tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara dengan tatanan yang belum
sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Realitas ini secara bertahap dilakukan perbaikan dan koreksi dalam berbagai
bidang kehidupan bangsa dan negara oleh Pemerintahan Presiden
Soeharto. Pemerintahan ini dikenal dengan sebutan Pemerintahan Orde
Baru, yaitu pemerintahan yang menjalankan tatanan kehidupan berbangsa
dan bernegara menurut Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen.

b. Pelaksanaan UUD 1945 kurun waktu 1967-1970

Pelaksanaan UUD 1945 dalam kurun waktu yang tersebut di atas


dapat dikemukakan sebagai berikut:

1) Lahirnya Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar 1966) diawali oleh


adanya tindakan PKI yang mengkhianati negara, bangsa, Pancasila, dan
UUD 1945. Tindakan PKI ini menimbulkan "situasi konflik" antara rakyat
disatu pihak dan presiden di lain pihak. Situasi ini semakin lama semakin
meruncing, sehingga keadaan ekonomi dan keamanan makin tidak
terkendalikan. Ditambah lagi dengan aksi unjuk rasa (demoristrasi) yang
dipelopori oleh Pemuda, mahasiswa, dan rakyat) di halaman Istana
Negara, Jakarta. Tuntutan yang diusung oleh para pengunjuk rasa
tersebut adalah disebut dengan Tritura (Tri Tuntutan Rakyat). Isi Tritura
tersebut adalah:

a. Bubarkan PKI.

125
b. Bersihkan Kabinet dari unsur-unsur PKI.

c. Turunkan harga-harga/perbaikan ekonomi.

Kenyataan tersebut mendorong Presiden Soekarno mengeluarkan Surat


Perintah Sebelas Maret (Supersemar) 1966 kepada Letjen TNI Soeharto
yang pada saat itu menjabat sebagai Pangab yang berkedudukan di
Jakarta untuk mengendalikan situasi konflik tersebut, sehingga situasi
dan kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat Ibukota dan daerah
tetap terkendali dengan baik.

2) Pelaksanaan Sidang Umum MPRS ke IV tahun 1966.

Sidang Umum MPRS ke IV tahun 1966 menghasilkan ketetapan-


ketetapan yang sangat penting bagi bangsa dan negara sebagai
pelaksanaan UUD 1945. Hasil-hasil yang dicapai dalam Sidang Umum
MPRS tersebut meliputi ketetapan penting bagi bangsa dan negara,
yaitu:

a) Ketetapan MPRS No. IX/MPRS/1966, tentang Pengukuhan


Supersemar.

b) Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966, tentang Pembubaran PKI dan


Ormas-ormasnya.

c) Ketetapan MPRS No. XII/MPRS/1966, tentang Pembaruan Landasan


Politik Luar Negeri.

d) Ketetapan MPRS No. XXIII/MPRS/1966, tentang Pembaruan


Landasan di Bidang Ekonomi dan Pembangunan.

e) Ketetapan MPRS No. XXIII/MPRS/1966, tentang Memorandum DPR-


GR mengenai Sumber Tertib Hukum Rl dan Tata Urutan Peraturan
Perundangan Rl.

f) Ketetapan MPRS No. XXII/MPRS/1966, tentang Kepartaian,


Keormasan dan Kekaryaan.

3) Pelaksanaan Sidang Istimewa MPRS tahun 1967

126
Pelaksanaan Sidang Istimewa diadakan atas permintaan DPR yang
menganggap Presiden pada waktu itu telah sungguh-sungguh
melanggar UUO 1945. Hasil Sidang Istimewa tersebut adalah:

a) Memutuskan menarik kembali mandat MPRS dari Presiden Soekarno,


karena dianggap tidak dapat menjalankan Haluan Negara dan
putusan majelis sebagaimana layaknya.

b) Mengeluarkan Ketetapan MPRS No. XXXIII/MPRS/1967, tentang


Pengangkatan Jenderal Soeharto sebagai Pejabat Presiden Rl.

4) Pelaksanaan Sidang Umum MPRS tahun 1968

Sidang Umum MPRS tahun 1968 menghasilkan Ketetapan-ketetapan


yang lebih menentukan lagi bagi bangsa dan negara. Ketetapan itu
adalah Ketetapan MPRS No. XLIV/MPRS/1966, tentang Pengangkatan
Jenderal Soeharto pengemban Ketetapan MPRS No. IX/ MPRS/1966,
sebagai Presiden Tetap sampai terpilihnya Presiden oleh MPR hasil
Pemilihan Umum.

c. Pelaksanaan UUD 1945 kurun waktu 1970-1997

Pelaksanaan UUD 1945 dalam kurun ini mengalami kemajuan yang


pesat. Kemajuan yang dimaksud terlihat dari adanya manifestasi
pelaksanaan sistem politik Indonesia yang berlangsung secara
comprehensive integral (menyeluruh terpadu) dalam praktek
penyeenggaraan pemerintahan negara. Praktek Penyeienggaraan negara
yang komprehensif tersebut diwujudkan dalam suatu sistem
penyeienggaraan negara yang disebut dengan Mekanisme Kepemimpinan
Nasional 5 tahunan yang berlangsung secara lancar dan sustainable
(berkesinambungan).

Mekanisme Kepemimpinan Nasional 5 tahunan secara garis besar


meliputi kegiatan kenegaraan sebagai berikut:

1) Pemilihan Umum untuk memilih anggota MPR, DPR, DPRD I, DPRD II


diadakan sekali dalam 5 tahunan

127
2) MPR yang terdiri atas seluruh anggota DPR, Utusan daerah dan
golongan-golongan mengadakan Sidang Umum sekali dalam 5 tahun.

3) Presiden/Wakil Presiden menjalankan tugas dan fungsi menurut UUD


1945 yang meliputi:

a) Mengangkat anggota Lembaga tinggi dan tertinggi negara yang


meliputi DPA dan BPK

b) Melaksanakan Pemilihan Umum tiap 5 tahun sekali.

c) Presiden menyusun REPELITA dan mengajukan RAPBN sesuai


dengan GBHN.

d) Bersama dengan DPR membuat Undang-Undang.

4) DPR Menjalankan fungsi pengawasan terhadap tugas Presiden, baik


melalui hak bujetnya dengan menyetujui APBN setiap tahunnya.

5) Lembaga tinggi dan tertinggi negara menjalankan tugasnya menurut UUD


1945 dan diangkat serta diberhentikan oleh presiden setiap 5 tahun
sekali.

d. Pelaksanaan UUD 1945 kurun waktu 1997-1999

Pelaksanaan UUD 1945 dalam kurun waktu diatas, tidak berlangsung


dengan lancar dan teratur menurut UUD 1945. Tidak lancarnya dan
teraturnya pelaksanaan UUD 1945 terlihat dari adanya reformasi yang
menimbulkan pergantian kepemimpinan nasional dari Presiden Soeharto
kepada wakil presiden Prof Dr. Ir. B.J. Habibie. Pemerintahan Presiden
Habibie disebut sebagai pemerintahan transisi dan terjadi pemilihan Umum
yang dipercepat. Dalam kurun waktu ini juga terjadi berbagai peristiwa
kenegaraan yang sangat penting, antara lain adalah dilaksanakannya pemilu
Legislatif dengan system multi partai, Sidang Umum MPR serta Pemilihan
Presiden secara langsung (votingr) melalui pemungutan suara anggota
MPR/DPR secara langsung

128
6. UUD 1945 Amandemen 1999, Berlaku pada Tahun 1999 Sampai
Sekarang
Dalam penerapan konstitusi (UUD1945) amandemen, sistem
pemerintahan negara mengalami perubahan sangat signifikan dengan
penerapan sistem pemerintahan pada konstitusi (UUD 1945)
praamandemen.

Inti penerapan sistem pemerintahan pasca amandemen konstitusi


(UUD 1945) antara lain:

a. Perubahan ideologi politik dari sosialis demokrat (Orba) menjadi liberal


yang berintikan demokrasi dan kebebasan individu serta pasar bebas.

b. Penyelenggaraan otonomi daerah kepada Pemda tingkat I dan II


(kabupaten/kota).

c. Pelaksanaan pemilihan langsung presiden dan wakil presiden.

d. Pelaksanaan kebebasan pers yang bertanggung jawab.

e. Perubahan UU po'itik yang berintikan pemilu Iangsung dan sistem


multipartai.

f. Pelaksanaan Amandemen Konstitusi (UUD 1945) yang berintikan


perubahan struktur ketatanegaraan Indonesia yang ditandai dengan
ditetapkannya konstitusi (UUD 1945} sebagai lembaga tertinggi negara,
dan Iain-Iain.

7. Proses Perubahan UUD 1945


Pross perubahan UUD 1945 dilakukan melalui tahapan-tahapan
sebagai berikut:

a. Sidang Umum MPR 19 September 1999

Perubahan pertama UUD.

Delapan pasal tentang hak dan kewajiban presiden dan wakil presiden
serta hak legislatif.

b. Sidang Tahunan MPR 18 Agustus 2000 Perubahan kedua UUD 45.

129
Tambahan dan perubahan lima bab 25 pasal mengenai otonomi daerah,
DPR, wilayah negara, kewarganegaraan, hak dasar (HAM), pertahanan
dan keamanan, serta perlengkapan negara.

c. Sidang Tahunan MPR 9 November 2001

Perubahan ketiga UUD 45.

Tambahan dan perubahan tiga bab 24 pasal tentang kedaulatan dan


Negara Indonesia, MPR, pencalonan presiden dan wakil presiden,
pemilihan presiden dan wakil presiden, permakzulan, hak-hak presiden,
kementerian negara, Dewan Perwakilan Daerah, pemilihan umum,
keuangan negara, Badan Pemeriksa Keuangan, Mahkamah Agung dan
kekuasaan kehakiman, Komisi Yudisial, serta Mahkamah Konstitusi.

d. Sidang Tahunan MPR 10 Agustus 2002

Perubahan keempat UUD 1945

I. Perubahan UUD 1945 (pertama, kedua, ketiga, dan keempat)


ditetapkan sebagai UUD 1945.

II. Penambahan bagian akhir pada perubahan kedua UUD Negara


Republik Indonesia tahun 1945 dengan kalimat, "Perubahan tersebut
diputuskan dalam rapat paripurna MPR R! ke-9 tanggal 18 Agustus
2000 Sidang Tahunan MPR Rl dan mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan."

III. Pengubahan penomoran Pasal 3 ayat 3 dan ayat 4, Perubahan Ketiga


UU01945 menjadi Pasal 3 ayat 2 dan ayat 3; Pasal 25-E Perubahan
Kedua UUD 1945 menjadi Pasal 25-A.

IV. Penghapusan judul Bab IV tentang DPA dan penghapusan substansi


Pasal 16 serta penempatannya ke dalam Bab III tentang Kekuasaan
Pemerintah Negara.

V. Pengubahan dan/atau penambahan: keanggotaan MPR, pemilih- an


pasangan presiden dan wakil presiden secara langsung, pemakzulan
presiden dan wakil presiden, hak presiden, Dewan Penasehat

130
Presiden, mata uang, bank sentral, kekuasaan kehakiman, pendidikan
dan kebudayaan, perekonomian nasi- onal dan kesejahteraan sosial,
fakir miskin dan anak terlantar, perubahan konstitusi, aturan peralihan
serta aturan tambahan.

D. Institusi dan Mekanisme Pembuatan Konstitusi (UUD 1945), UU,


PERPU, PP, dan PERDA
1. Institusi Legislasi

Institusi (lembaga) yang bertugas untuk membuat konstitusi (UUD


1945) dan peraturan perundang-undangan yang ada di bawahnya meliputi
dua (2) institusi (lembaga) yaitu, Badan Legislatif (DPR) dan Badan Eksekutif
(presiden). Kedua institusi ini bertugas untuk membuat undarig-undang,
sedangkan untuk tingkat I dan II yang bertugas adalah masing-masing
guber- nur bersama DPRD tingkat I dan bupati/walikota bersama DPRD
tingkat II. Institusi lain di luar kedua institusi (lembaga) di atas, baik yang
bersifat infrastruktur maupun suprastruktur politik memiliki tugas memberi
dukungan sesuai dengan peran kompetensinya. Bentuk produk peraturan
perundang- undangan yang dihasilkan oleh institusi di atas, adalah berupa
UUD, UU, PERPU, PERDA, dan PP.

2. Mekanisme Amandemen Konstitusi (UUD), dan Pembuatan UU,


PERPU, PP, dan PERDA

Proses pembuatan peraturan perundang-undangan di atas, dapat


dijelaskan sebagai berikut:

a. Amandemen Konstitusi (UUD 1945)

Sebagai usaha untuk mengembalikan kehidupan negara yang berkedaulatan


rakyat berdasarkan UUD 1945, salah satu aspirasi yangterkandung di dalam
semangat reformasi adalah melakukan amandemen terhadap UUD 1945,
maka pada awal reformasi, MPR telah mengeluarkan seperangkat ketatapan
sebagai landasan konstitusionalnya, yaitu:

131
1) Pencabutan ketatapan MPR tentang Referendum (dengan Tap.
Nomor VHI/MPR/1998).

2) Pembatasan masa Jabatan Presiden dan Wakil Presiden (Tap. Nomor


XIII/MPR/1998).

3) Pernyataan Hak Asasi Manusia (Tap. Nomor XVII/MPR/1998).

4) Pencabutan Ketatapan MPR Nomor ll/MPR/1978 tentang P4 dan


Penetapan tentang Penegasan Pancasila sebagai Dasar Negara
(Tap. Nomor XVIII/MPR/1998).

5) Perubahan pertama UUD 1945 pada tanggal 19 Oktober 1999.

6) Perubahan kedua UUD 1945 pada tanggal 18 Agustus 2000.

7) Sumber Hukum dan Tata Urutan Perundang-undangan (Tap. Nomor


lll/MPR/2000).

8) Perubahan Ketiga pada tanggal 1-10 November 2001.

9) Perubahan keempat (terakhir) UUD 1945,1 -11 Agustus 2002.

Disahkannya Perubahan pertama, kedua, ketiga, dan keempat UUD 1945


dalam Sidang Umum MPR tahun 2002 menandai sebuah lompatan besar ke
depan bagi bangsa Indonesia, karena bangsa Indonesia telah mempunyai
sebuah UUD yang lebih sempurna dibandingkan dengan UUD 1945
sebelumnya. Namun demikian, MPR tetap menyadari bahwa konstitusi
(UUD) yang di amandemen belum sempurna. Untuk itu MPR membentuk
Komisi Konstitusi akan bertugas untuk menyempurnakan perubahan
konstitusi (UUD) itu. Dengan pengesahan Perubahan UUD 1945 MPR telah
menuntaskan reformasi konstitusi sebagai suatu langkah demokrasi dalam
upaya menyempurnakan UUD 1945 menjadi konstitusi yang demokratis.
Perubahan itu merupakan suatu lembaran sejarah lanjutan setelah Bung
Karno dan Bung Hatta dan rekan-rekannya berhasil menegaskan UUD 1945
dalam rapat-rapat BPUPKI dan PPKI.

132
b. Mekanisme Amandemen Konstitusi (UUD) 1945.

Dalam pelaksanaan Amandemen Konstitusi (UUD) 1945, MPR


menggunakan mekanisme sebagai berikut:

1) MPR mengadakan rapat konsultasi dengan sel uruh badan


kelengkapan MPR dan anggotanya yaitu, DPR 1945 dan DPD.

2) Mendapat persetujuan 2/3 anggota DPR/MPRatas rencana amande-


men UUD 45 tersebut.

3) MPR membentuk Panitia Perumus Badan Pekerja (BP-MPR) yang


bertugas merumuskan RUUD 1945. Dalam pembahasan panitia
perumus mengadakan rapat dengar pendapat (hearing) dengan
elemen-elemen yang meliputi pemerintah, profesional, pengusaha,
partai politik, LSM, ormas, OKP, tokoh masyarakat, dan unsur-unsur
lain yang terkait.

4) Hasil perumusan Panitia Badan Pekerja MPR Rl menyerahkan hasil


perumusan RUU kepada pimpinan MPR Rl.

5) Pimpinan MPR menyelenggarakan Sidang Umum MPR Rl Tahuan


untuk mendengarkan pandangan umum fraksi-fraksi yang ada di MPR
Rl guna menetapkan Rancangan UUD 1945 (Konstitusi) Amandemen
menjadi UUD 1945 Amandemen.

c. Mekanisme Pembuatan Undang-Undang dan PERPU

Pembuatan undang-undang dilakukan secara bersama-sama oleh Presiden


(Eksekutif) dengan DPR Rl (Legislatif) dengan mekanisme sebagai berikut:

1) Pemerintah mengajukan RUU melalui Menteri Sekretariat Negara


kepada Setjen DPR Rl.

2) Setjen DPR Rl mengirimkan RUU kepada pimpinan DPR Rl.

3) Pimpinan DPR Rl mengirimkan RUU tersebut kepada komisi yang


terkait.

133
4) Pimpinan Komisi membentuk panitia khusus (pansus) untuk
membahas RUU usulan pemerintah atau usulan inisiatif DPR Rl.

5) Panitia khusus mengadakan rapat dengar pendapat (hearing) dengan


elemen-elemen yang meliputi, pemerintah, profesional, pengusaha,
partai politik, LSM, ormas, OKP, tokoh masyarakat, dan unsur-unsur
lain yang terkait.

6) DPR mengadakan Sidang Paripurna untuk mendengarkan pandangan


umum dari fraksi-fraksi yang selanjutnya menetapkan RUU menjadi
UU.

d. Mekanisme Pembuatan Undang-Undang atas Usui Inisiatif DPR Rl.


Pembuatan UU dilakukan oleh DPR Rl (Legislatif) dengan mekanisme
sebagai berikut:

1) Komisi mengajukan usul inisiatif RUU kepada Badan Legislasi DPR Rl.
2) Badan Legislasi DPR Rl mengirimkan RUU kepada pemerintah untuk
dibahas dan selanjutnya dikembalikan lagi kepada pimpinan DPR Rl.
3) Pimpinan DPR Rl mengirimkan RUU tersebut kepada komisi. yang
terkait.
4) Pimpinan Komisi membentuk panitia khusus (pansus) untuk
membahas RUU usulan pemerintah atau usulan inisiatif DPR Rl.
5) Panitia khusus mengadakan rapat dengar pendapat (hearing) dengan
elemen-elemen yang meliputi, pemerintah, profesional, pengusaha,
partai politik, LSM, ormas, OKP, tokoh masyarakat, dan unsur lain
yang terkait.
6) Pimpinan DPR Rl mengadakan Sidang Paripurna untuk mendengarkan
pandangan urn urn dari fraksi-fraksi yang selanjutnya menetapkan
RUU menjadi UU.

134
e. Mekanisme Pembuatan PERDA

Pembuatan PERDA dilakukan secara bersama-sama oleh Gubernur/ Bupati/


Walikota dengan DPRD Tingkat I dan II. Mekanisme pembuatannya adalah
sebagai berikut:

1) Pemerintah daerah tingkat I atau II mengajukan Rancangan PERDA


kepada DPRD melalui Sekretaris DPRD I atau II.

2) Sekretaris DPRD mengirim Rancangan Perda kepada pimpinan DPRD


tingkat I atau II.

3) Pimpinan DPRD tingkat I atau II mengirimkan Rancangan Perda


tersebut kepada komisi yang terkait.

4) Pimpinan komisi membentuk panitia khusus (pansus) untuk membahas


Rancangan Perda usulan pemerintah atau inisiatif DPRD I atau II.

5) Panitia khusus mengadakan dengar pendapat (hearing) dengan


elemen-elemen yang meliputi, unsur pemerintah, profesional,
pengusaha, partai politik, LSM, ormas, OKP, tokoh masyarakat, dan
unsur lain yang terkait di daerah.

6) DPRD tingkat I atau II mengadakan sidang paripurna untuk


mendengarkan pandangan umum dari fraksi-fraksi yang selanjutnya
menetapkan Rancangan Perda menjadi Perda.

f. Mekanisme Pembuatan Peraturan Pemerintah (PP)

Pembuatan PP adalah sepenuhhya dilakukan oleh Pemerintah (Eksekutif).


PP berfungsi sebagai peraturan mengenai pelaksanaan undang-undang atau
PERPU (Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang).

g. Hierarki Peraturan Perundang-undangan

Menurut Ketetapan MPR Rl Nomor lll/MPR/2000, tentang sumber hukum dan


tata urutan perundang-undangan Negara Republik Indonesia adalah:

135
1) Undang-Undang Dasar 1945.

2) Ketetapan MPR Rl.

3) Undang-undang.

4) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (PERPU).

5) Peraturan Pemerintah (PP).

6) Keputusan Presiden (Kepres).

7) Peraturan Daerah (Perda).

E. Pengertian Rule of Law

Banyak peristiwa pada saat ini yang menjadi dasar perlunya rule of
law atau penegakan hukum. Indonesia pada saat ini, mengalami
permasalahan yang besar dalam hal illegal logging atau pencurian kayu dan
hasil hutan. Pencurian hasil hutan ini mengakibatkan kerugian negara lebih
Rp 100 triliun dalam empat tahun terakhir. Mengapa hal ini terjadi?
Lemahnya penegakan hukum menjadi jawabannya. Hutan memang dalam
wewenang Departemen Kehutanan, namun luasnya hutan tidak mungkin
ditangani departemen ini sendiri, dibutuhkan bantuan kepolisian, bahkan TNI.
Pencuri hasil hutan ini juga tidak jera, karena hukuman yang ringan, atau
sulitnya mencari bukti. Dalam hal ini peranan kejaksaan; dan lembaga
peradilan menjadi penting.

Kasus lain yang menunjukkan perlunya penegakan hukum adalah,


kemauan Pemda DKI dalam rangka membatasi ruang bagi perokok.
Peraturan daerah sudah dibuat dan dinyatakan berlaku, namun banyak
masyarakat yang mengabaikan. Mengapa demikian? Jawabannya juga
lemahnya penegakan hukum, terbatasnya jumlah aparat dan koordinasi
antaraparat hukum, sehingga kantor yang tidak menyediakan ruang untuk
merokok, atau orang yang merokok di tempat umum tidak dapat ditindak.

Penegakan hukum atau rule of law merupakan suatu doktrin dalam


hukum yang mulai muncul pada abad ke-19, bersamaan dengan kelahiran

136
negara berdasar hukum (konstitusi) dan demokrasi. Kehadiran rule of law
boleh disebut sebagai reaksi dan koreksi terhadap negara absolut
(kekuasaan .di tangan penguasa) yang telah berkembang sebelumnya.

Berdasarkan pengertiannya, Friedman (1959) membedakan rule of


law menjadi 2 (dua), yaitu pengertian secara formal (in the formal sense) dan
pengertian secara hakiki/ materiil (ideological sense). Secara formal, rule of
law diartikan sebagai kekuasaan umum yang terorganisasi (organized public
power) hal ini dapat diartikan bahwa setiap negara mempunyai aparat
penegak hukum. Sedangkan secara hakiki, rule of law terkait dengan
penegakan hukum yang menyangkut ukuran hukum yaitu: baik dan buruk
(just and unjust law).

Ada tidaknya penegakan hukum, tidak cukup hanya ditentukan oleh


adanya hukum saja, akan tetap lebih dari itu, ada tidaknya penegakan
hukum ditentukan oleh ada tidaknya keadilian yang dapat dinikmati setiap
anggota masyarakat. Penegakkan hukum menjadi bagian penting dalam
upaya penegakkan hukum sehingga tercipta rasa keadilan bagi seluruh
masyarakat tanpa membeda-bedakan statusnya.

Rule of law tidak saja hanya memiliki sistem peradilan yang sempurna
di atas kertas belaka, akan tetapi ada tidaknya rule of law di dalam suatu
negara ditentukan oleh "kenyataan," apakah rakyatnya benar-benar dapat
menikmati keadilan, dalam arti perlakuan yang adil dan baik dari sesama
warga negaranya, maupun dari pemerintahannya, sehingga inti dari rule of
law adanya jaminan keadiian yang dirasakari oleh masyarakat/bangsa. Rule
of law merupakan suatu legalisme yang mengandung gagasan bahwa
keadilan dapat dilayani melalui pembuatan sistem peraturan dan prosedur
yang bersifat objektif, tidak memihak, tidak personal, dan otonom.

F. Latar Belakang Rule of Law

Rule of law adalah suatu doktrin hukum yang mulai muncul pada abad
ke-19, bersamaan dengan kelahiran negara konstitusi dan demokrasi. la lahir
sejalan dengan tumbuh suburnya demokrasi dan meningkatnya peran

137
parlemen dalam penyelenggaraan negara dan sebagai reaksi terhadap
negara absolut yang berkembang sebelumnya. Rule of law merupakan
konsep tentang common law, di mana segenap lapisan masyarakat dan
negara beserta seluruh kelembagaannya menjunjung tinggi supremasi
hukum yang dibangun di atas prinsip keadiian dan egalitarian. Rule of law
adalah rule by the law dan bukan rule by the man. la lahir mengambil alih
dominasi yang dimiliki kaum gereja, ningrat, dan kerajaan, menggeser
negara kerajaan dan memunculkan negara konstitusi yang pada gilirannya
melahirkan doktrin rule of law.

Paham rule of law di Inggris diletakkan pada hubungan antara hukum


dan keadiian, di Amerika diletakkan pada hak-hak asasi manusia, dan di
Belanda paham rule of law lahir dari paham kedaulatan negara, melalui
paham kedaulatan hukum untuk mengawasi pelaksanaan tugas kekuatan
pemerintah.

Di Indonesia, inti dari rule of law adalah jaminan adanya keadilan bagi
masyarakatnya, khususnya keadilan sosial. Pembukaan UUD 1945 memuat
prinsip-prinsip rule of law, yangpada hakikatnya merupakan jaminan secara
formal terhadap rasa keadilan bagi rakyat Indonesia. Dengan kata lain,
pembukaan UUD 1945 memberi jaminan adanya rule of law dan sekaligus
rule of justice. Prinsip-prinsip rule of law di dalam pembukaan UUD 1945
bersifat tetap dan instruktif bagi penyelenggara negara, karena pembukaan
UUD 1945 merupakan pokok kaidah fundamental Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

G. Fungsi Rule of Law


Fungsi rule of law pada hakikatnya merupakan jaminan secara formal
terhadap “'rasa keadilan" bagi rakyat Indonesia dan juga “keadilan sosial",
sehingga diatur pada Pembukaan UUD 1945, bersifat tetap dan instruktif
bagi penyelenggaraan negara. Dengan demikian, inti dari Rule of law adalah
jaminan adanya keadilan bagi masyarakat, terutama keadilan sosial. Prinsip-
prinsip di atas merupakan dasar hukum pengambilan kebijakan bagi

138
penyelenggara negara/ pemerintahan, baik di tingkat pusat maupun daerah,
yang berkaitan dengan jaminan atas rasa keadilan, terutama keadilan sosial.

Penjabaran prinsip-prinsip rule of law secara formal termuat di dalam


pasal-pasal UUD 1945, yaitu:

1. Negara Indonesia adalah negara hukum (Pasal 1 ayat 3);

2. Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk


me- nyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan
(Pasal 24 ayat 1);

3. Segenap warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum


dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu
dengan tidak ada kecualinya (Pasal 27 ayat 1);

4. Dalam Bab X A tentang Hak Asasi Manusia, memuat 10 pasal, antara


lain bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan,
perlindungan,dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang
sama di hadapan hukum (Pasal 28 D ayat 1);

5. Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan


perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja (Pasal 28 D
ayat 2).

H. Dinamika Pelaksanaan Rule of Law


Pelaksanaan the rule of law mengandung keinginan untuk terciptanya
negara hukum, yang membawa keadilan bagi seluruh rakyat. Penegakan
rule of law harus diartikan secara hakiki (materiil), yaitu dalam arti
"pelaksanaan dari just law." Prinsip-prinsip rule of law secara hakiki (materiil)
sangat erat kaitannya dengan "the enforcement of the rules of law" dalam
penyelenggaraan pemerintahart terutama dalam hal penegakan hukum dan
implementasi prinsip-prinsip rule of law.

Berdasarkan pengalaman berbagai negara dan hasil kajian


menunjukkan bahwa keberhasilan "the enforcement of the rules of law"
tergantung kepada kepribadian nasional masing-masing bangsa (Sunarjati

139
Hartono, 1982). Hal ini didukung oleh kenyataan bahwa rule of law
merupakan institusi sosial yang memiliki struktur sosiologis yang khas dan
mempunyai akar budayanya yang khas pula. Rule of law ini juga merupakan
legalisme, suatu aliran pemikiran hukum yang di dalamnya terkandung
wawasan sosial, gagasan tentang hubungan antarmanusia, masyarakat, dan
negara, yang dengan demikian memuat nilai-nilai tertentu dan memiliki
struktur sosiologisnya sendiri. Legalisme tersebut mengandung gagasan
bahwa keadilan dapat dilayani melalui pembuatan sistem peraturan dan
prosedur yang sengaja bersifat objektif, tidak memihak, tidak personal, dan
otonom. Secara kuantitatif, peraturan perundang-undangan yang terkait
dengan rule of law telah banyak dihasilkan di negara kita, namun
implementasi/ penegakannya belum mencapai hasil yang optimal, sehingga
rasa keadilan sebagai perwu judan pelaksanaan rule of law belum dirasakan
sebagian besar masyarakat.

Hal-hal yang mengemuka untuk dipertanyakan antara lain adalah


bagaimana komitmen pemerintah untuk melaksanakan prinsip-prinsip rule of
law. Proses penegakan hukum di Indonesia dilakukan oleh lembaga
penegak hukum yang terdiri:

1. Kepolisian.

2. Kejaksaan.

3. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

4. Badan Peradilan:

a. Mahkamah Agung.

b. Mahkamah Konstitusi.

c. Pengadilan Negeri.

d. Pengadilan Tinggi.

1. Kepolisian

a. Fungsi kepolisian

140
Fungsi kepolisian adalah memelihara keamanan dalam negeri yang
meliputi pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan
hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

b. Tugas Pokok Kepolisian

1) Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat.

2) Menegakkan hukum.

3) Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada


masyarakat.

Tugas pokok kepolisian tersebut dapat dirinci antara lain sebagai


berikut:

1) Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan,


ketertiban, dan kelancaran lalu lintas di jalan.

2) Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat,


kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap
hukum dan peraturan perundang-undangan.

3) Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana


sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan
lainnya.

4) Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan


lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk
memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak
asasi manusia.

5) Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum


ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang.

c. Wewenang Kepolisian

Untuk menjalankan tugas, maka kepolisian mempunyai wewenang


antara lain sebagai berikut:

1) Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau


mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.

141
2) Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan.

3) Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan


kepolisian dalam rangka pencegahan.

4) Memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan


putusan pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan masyarakat;

5) Memberikan izin dan mengawasi kegiatan keramaian umum dan kegiatan


masyarakat lainnya.

6) Memberikan izin dan melakukan pengawasan senjata api, bahan


peledak, dan senjata tajam.

2. Kejaksaan

Kejaksaan Republik Indonesia adalah lembaga pemerintahan yang


melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan dan penyidikan
pidana khusus berdasar KUHP. Pelaksanaan kekuasaan negara
diselenggarakan oleh Kejaksaan Agung (berkedudukan di ibukota negara),
kejaksaan tinggi (berkedudukan di ibukota provinsi), dan kejaksaan negeri
(berkedudukan di ibukota kabupaten). Kejaksaan mempunyai tugas dan
wewenang sebagai berikut:

a. Melakukan penuntutan.

b. Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah


memperoleh kekuatan hukum tetap.

c. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana


bersyarat, putusan pidana pengawasan, dan keputusan lepas ber syarat.

d. Melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan


undang-undang.

e. Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan


pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam
pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik.

142
3. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

KPK ditetapkan dengan UU Nomor 20 Tahun 2002 dengan tujuan


meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap pemberantasan tindak
pidana korupsi.

a. Tugas Pokok KPK

1) Berkoordinasi dengan instansi lain yang berwenang melakukan


pemberantasan tindak pidana korupsi.

2) Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan


tindak pidana korupsi.

3) Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak


pidana korupsi.

4) Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi.

5) Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.

b. Wewenang KPK

1) Melakukan pengawasan, penelitian, penelaahan terhadap instansi yang


menjalankan tugas dan wewenang dengan pemberantasan tindak pidana
korupsi.

2) Mengambil alih penyidikan dan penuntutan terhadap pelaku tindak


korupsi yang sedang dilakukan oleh kepolisian dan kejaksanaan.

3) Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan korupsi.

4) Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana


korupsi.

5) Hanya menangani perkara korupsi yang terjadi setelah 27 Desember


2002.

Pasal 2 ayat 1 Undang-undang tentang Pemberantasan Tindak Pidana


Korupsi dinyatakan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945.

143
Artinya tindakan korupsi baru bisa dinyatakan melawan hukum jika
memenuhi kaidah delik formal.

6) Peradilan tindak pidana korupsi tidak bisa berjalan dengan landasan


hukum UU KPK. MK telah memutuskan bahwa undang-undang tentang
TIPIKOR harus sudah selesai dalam waktu 3 tahun (2009). Jika tidak
selesai, maka keberadaan pengadilan tipikor harus dinyatakan bubar
serta merta dan kewenangannya dikembalikan pada pengadilan umum.

4. Badan Peradilan

Badan peradilan menurut UU No. 4 dan No. 5 Tahun 2004 tentang


Kekuasaan Kehakiman dan Mahkamah Agung, bertindak sebagai lembaga
penyelenggara peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan serta
membantu pencari keadilan. Badan peradilan terdiri atas:

a. Mahkamah Agung (MA) merupakan puncak kekuasaan kehakiman di


Indonesia. MA mempunyai kewenangan: (1) mengadili pada tingkat
kasasi terhadap putusan yang diberikan pada tingkat terakhir oleh
peradilan, (2) menguji peraturan perundang-undangan di bawah
undang-undang terhadap undang-undang, dan (3) kewenangan lain
yang ditentukan undang-undang.

b. Mahkamah Konstitusi (MK) merupakan lembaga peradilan pada


tingkat pertama dan terakhir untuk: (1) menguji undang-undang
terhadap UUD 1945, (2) memutuskan sengketa kewenangan lembaga
negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD 1945, (3)
memutuskan pembubaran partai politik) dan (4) memutuskan
perselisihan tentang hasil pemilihan umum.

c. Peradilan Tinggi dan Negeri merupakan peradilan umum ditingkat


provinsi dan kabupaten. Fungsi kedua peradilan adalah
menyelenggarakan peradilan baik pidana dan perdata ditingkat
kabupaten, dan tingkat banding di peradilan tinggi. Pasal 57 UU No. 8
Tahun 2004 menetapkan agar peradilan memberikan prioritas

144
peradilan terhadap tindak korupsi, terorisme, narkotika/psikotropika,
pencucian uang, dan selanjutnya, tindak pidana.

Diskusi

Struktur Ketatanegaraan di Indonesia

Indonesia merupakan suatu negara yang menganut atau menggunakan


sistem demokrasi, yang artinya rakyat lah yang memiliki kekuasaan tertinggi
di negara ini atau kedaulatan berada di tangan rakyat. Sistem demokrasi di
Indonsia dijalankan sepenuhnya berdasarkan UUD 1945 yang telah
mengalami 4 kali perubahan atau amademen dan dengan menggunakan
sistem pemerintahan presidensil, sebuah sistem dari ajaran Trias Politica
(Montesque) dengan menafsirkan dalam sudut pandang pemisahan
kekuasaan.

Ajaran trias Politica berarti ada tiga kekuasaan atau tiga badan dalam suatu
negara itu, yaitu Legislatif (pembuat Undang-undang), Eksekutif (pelaksana
undang-undang) dan Yudikatif (pengawas pelaksanaan undang-undang).
Dan begitu juga Indonesia, konsekuensi logis karena Indonesia
menggunakan sistem pemerintahan presidensil menurut ajaran Trias Politica
maka Indonesia pun mempunyai ketiga kekuasaan tersebut. Legislatif, yaitu :
MPR (DPR dan DPD), Eksekutif (Presiden, Wakil Presiden dan Para
Menteri) dan Yudikatif (MA dan MK).

Permasalahan yang ada sekarang adalah mengenai struktur ketatanegaraan


yang ada di Indonesia sebagai imbas dari sistem yang kita anut dan juga
sebagai imbas dari adanya amademen UUD 1945. Bila sebelum
amandemen, maka struktur ketatanegaraan Indonesia berdasarkan UUD
1945 adalah MPR berada di atas Presiden. Presiden bertanggung jawab
kepada MPR dan Presiden bertindak sebagai mandataris MPR. Karena
berdasarkan UUD 1945 sebelum amandemen, kedaulatan berada di tangan
MPR.

Setelah dilakukan 4 kali amandemen atau perubahan terhadap UUD 1945,


maka struktur ketatanegaraan di Indonesia menjadi, Presiden dan MPR
berada dalam satu garis yang sama, kedudukan mereka menjadi setingkat
atau setara. Karena kedaulatan tidak lagi berada di tangan MPR dan

145
Presiden bukan lagi sebagai mandataris MPR. Berdasarkan UUD 1945 hasil
amandemen, Pasal 1 (2), kedaulatan adalah di tangan rakyat dan
dilaksanskan menurut Undang-undang Dasar. Struktur seperti ini memang
sangat cocok dan terlihat pas untuk negara kita yang secara bangga
mengatakan sebagai sebuah negara demokrasi. Tapi di sisi lain dengan
struktur yang ada seperti sekarang ini belum jelas bagaimana
pertanggungjawaban Presiden. Bila dulu (sebelum amandemen), Presiden
bertanggungjawab kepada MPR melalu sidang setiap tahunnya, setiap
tanggal 17 Agustus, melalui pidato pertanggungjawaban. Tapi sekarang
setelah dilakukannya amandemen, belum jelas bagaimana cara
pertanggungjawaban seorang Presiden sebagai seorang penyelenggara
pemerintahan dan sebagai seorang kepala negara. Bila kita menggunakan
sebuah logika, maka bila dulu sesuai konstitusi kedaulatan berada di tangan
MPR dan kemudian Presiden bertanggung jawab kepada MPR. Maka
dengan kondisi sekarang ketika UUD 1945 menyebutkan bahwa kedaulatan
sekarang berada di tangan rakyat, jadi secara mudahnya kita bisa
mengatakan Presiden harus bertanggung jawab kepada rakyat. Tapi, bila
logika ini kita lakukan sepenuhnya, akan terjadi suatu kerancuan, kepada
rakyat mana presiden bertanggung jawab? Dengan cara apa? Forum apa?

Saya akan mencoba menyampaikan pendapat yang mungkin akan menjadi


sedikit solusi tentang permasalahan ini. Saya secara jujur akan mengatakan
bahwa pertanggungjawaban itu lebih mudah bila dilakukan Presiden kepada
MPR. Tidak, saya tidak berkata bahwa kita harus merubah atau melakukan
amandemen dan bahkan harus bergerak mundur atau lebih radikal lagi
membangkitkan lagi sistem yang pernah ada di zaman orde baru. Tapi, ide
saya ini justru sesuai dengan UUD 1945 yang telah diamandemen, yaitu
kedaulatan yang berada di tangan rakyat. Seperti yang kita ketahui, rakyat itu
adalah semua orang yang ada di negara Indonesia dan tidak akan mungkin
sebuah negara dijalankan begitu saja oleh berjuta-juta orang, pada akhirnya
rakyat menjalankan kedaulatan mereka itu dengan mewakilkan suara atau
hak mereka pada beberapa orang yang mereka percayai dalam diri seorang
wakil rakyat yang duduk manis sebagai anggota DPR atupun DPD. Ini
merupakan suatu konsekuensi logis lainnya dari sistem demokrasi, yaitu
dilakukannya pemilihan umum dan pemilihan umum pun merupakan suatu
perwujudan dari kedaulatan yang rakyat miliki. Dengan begitu bisa saya
katakan, bahwa MPR, yang merupakan kumpulan dari anggota DPR dan
DPD adalah wakil-wakil rakyat, yang merupakan wakil dari pemilik
kedaulatan di negara Indonesia. Hal lain yang menguatkan pendapat saya
adalah dengan fakta bahwa MPR berdasarkan UUD 1945 Pasala 3 (2),
bertugas untuk melantik Presiden dan Wakil Presiden serta berdasarkan
Pasal 7A, yaitu MPR dapat memberhentikan Presiden. Jadi, sangat pas bila

146
Presiden bertanggung jawab secara formal kepada MPR, dalam bentuk
sebuah pertanggungjawaban secara tertulis maupun lisan.

Jadi, struktur ketatanegaraan Indonesia, sebaiknya MPR berada sedikit di


atas Presiden dan garis yang ada bukanlah garis lurus yang berarti garis
komando, tapi diganti dengan garis putus-putus yang merupakan garis
koordinasi.

Sumber: http://noorzandhislife.blogspot.com/2011/04/struktur-
ketatanegaraan-di-indonesia.html

Bagaimana analisis dan pendapat Anda mengenai hal itu?

147
Formulir 1

Ringkasan Pemahaman Materi

Bab : ……………………………………………………………………………..
Topik : ……………………………………………………………………………..

Nama : ………………………………………………………………….
NIM : ………………………………………………………………….
Program Studi : …………………………………………………………………..

Tuliskan pemahaman Anda mengenai materi pada bab ini !

Paraf Dosen

Catatan:
1. Setelah Anda mengisi formulir 1 ini secara lengkap kemudian
kumpulkan kepada dosen sebelum perkuliahan berlangsung.
2. Formulir ini diisi sebagai syarat Anda mengikuti perkuliahan.

148
Formulir 2
Hasil Disusi Kelompok
Bab : ........................................................................................................
Topik : ........................................................................................................

Kelas : ...........................................................................................
Program Studi : ...........................................................................................
Kelompok : ...........................................................................................
Ketua : ...........................................................................................
Anggota : 1. ......................................................................................
2. ......................................................................................
3. ......................................................................................
4. ......................................................................................
5. ......................................................................................

Tuliskan hasil diskusi kelompok Anda pada formuir ini!

Paraf Ketua Kelompok

BAB VII

HAK ASASI MANUSIA

149
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat:
1. Menjelaskan pengertian hak asasi manusia (HAM).
2. Menjelaskan dan memahami tujuan hak asasi manusia (HAM).
3. Menjelaskan dan memahami perkembangan pemikiran HAM.
4. Memahami dan menjelaskan HAM pada Tatanan Global dan di
Indonesia
5. Memehami dan menjelaskan HAM di Indonesia: Permasalahan dan
Penegakannya.
6. Memahami dan menjelaskan lembaga penegak HAM.

Deskripsi Singkat
Dalam bab ini Anda akan mempelajari dan mendiskusikan tentang Hak Asasi
Manusia (HAM) dari berbagai aspek. Setelah Anda membaca dan
memahami secara mendalam diharapkan Anda dapat menjelaskan
pengertian hak asasi manusia, tujuan hak asasi manusia, perkembangan
pemikiran HAM, HAM pada tataran global dan di Indonesia, dan lembaga
penegak HAM.

Pokok Bahasan
A. Pengertian hak asasi manusia (HAM).
B. Tujuan hak asasi manusia (HAM).
C. Perkembangan pemikiran HAM.
D. HAM pada Tatanan Global dan di Indonesia
E. HAM di Indonesia: Permasalahan dan Penegakannya.
F. Lembaga penegak HAM.

Bahan Bacaan
1. Arwiyah, Yahya dan Runik Machfiroh, 2014. Civic Education di
Perguruan Tinggi Indonesia. Bandung: Alfabeta.

150
2. Assbiddiqie, Jimly. 2004. Kekuasaan Kehakiman di Masa Depan.
Makalah.
3. Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi 3. Jakarta:
Balai Pustaka.
4. Dwiyatmi, Sri Harini, 2012. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
5. Fokus Media. 2004. Undang-undang Kekuasaan Kehakiman dan
Mahkamah Agung. Bandung: Fokus Media.
6. Gea, A. A. dan A. P. Y. Wulandari. 2005. Relasi dengan Dunia Kerja
(Alam, Iptek, Kerja). Jakarta: Elex Media Komputindo.
7. Ghazali, A. Muchtar dan Abdul Majid, 2014. Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan. Bandung: Interes Media Foundation.
8. ICCE UIN. 2003. Pendidikan Kewarganegaraan: Demokrasi, HakAsasi
Manusia, Masya-rakat Madani. Jakarta: UIN dan Prenada Media.
9. Juliardi, Budi, 2014. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan
Tinggi. Jakarta: Rajawali Pers.
10.Kaelan dan Achmad Zubaidi, 2013. Pendidikan Keawrganegaraan
Untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Paradigma.
11.Kansil dan Kansil. 2005. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan
Tinggi. Jakarta: Pradnya Paramita.
12.Mansur, Hamdan, dkk. 2002. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
13.Oepdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi 3. Jakarta:
Balai Pustaka.
14.Syarbaini, Svahrial (Editor). 2005. Materi Perkuliahan Pendidikan
Pewarganegaraan (PKn). Sus- cadoswar, Dikti. Jakarta.
15.Taniredja, Tukiran, Muhammad Affandi dan Efi Miftah Faridli, 2012.
Paradigma Baru Pendidikan Pancasila Untuk Mahasiswa. Bandung:
Alfabeta.
16.Wahidin, Samsul. 2010. Pokok-Pokok pendidikan Kewarganegaraan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
17.Winarno, 2013. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta:
Bumi Aksara.

Pertanyaan Kunci
1. Jelaskan salah satu pengertian hak asasi manusia dan apa yang
terkandung di dalamnya?

151
2. Sebutkan dan jelaskan tujuan dari HAM ?
3. Bagaimana perkembangan pemikiran HAM di dunia?
4. Bagaimana dinamika HAM secara global dan di Indonesia?

Tugas
Anda harus membaca secara mendalam bab ini dan menuangkan
pemahaman Anda pada lembar pemahaman yang telah disediakan serta
menyerahkannya kepada dosen sebelum pertemuan dimulai.

A. Pengertian Hak Asasi Manusia

Hak Asasi manusia (HAM) merupakan terjemahan dari “human right”


(hak manusia) dan dalam bahasa Belanda disebut dengan mensen rechten.
Secara definitif “hak” merupakan unsur normatif yang berfungsi sebagai
pedoman berperilaku, melindungi kebebasan, kekebalan, serta menjamin
adanya peluang bagi manusia dalam menjaga harkat dan martabatnya.
Sedangkan kata “asasi” diambil dari istilah “leges fundamentalis” (hukum
dasar), di mana dalam bahasa Belanda disebut dengan “gron rechten”,
bahasa Jerman disebut dengan “grundrechte”, dan dalam bahasa Inggris
disebut dengan “basic right” (Juliardi, 2014:104).

Pengertian hak asasi manusia (HAM) menurut Tilaar (2001) adalah


hak-hak yang melekat pada diri manusia, dan tanpa hak-hak itu manusia
tidak dapat hidup layak sebagai manusia. Hak tersebut diperoleh bersama
dengan kelahirannya atau kehadirannya di dalam kehidupan masyarakat.

Menurut Ubaedillah dan Abdul Rozak (2013:148), hak asasi manusia


adalah hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang maha Pencipta
sebagai sesuatu yang bersifat kodrati. Karena sifatnya yang demikian, maka
tidak ada kekuasaan apa pun di dunia yang dapat mencabut hak asasi setiap
manusia. HAM adalah hak dasar setiap manusia yang dibawa sejak lahir

152
sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa; bukan pemberian manusia atau
lembaga kekuasaan.

Berdasarkan beberapa rumusan pengertian HAM di atas, diperoleh


suatu kesimpulan bahwa HAM merupakan hak yang melekat pada diri
manusia yang bersifat kodrati dan fundamental sebagai suatu anugerah
Tuhan yang harus dihormati, dijaga, dan dilindungi oleh setiap individu,
masyarakat, atau negara. Dengan demikian, hakikat penghormatan dan
perlindungan terhadap HAM ialah menjaga keselamatan eksistensi manusia
secara utuh melalui aksi keseimbangan, yaitu keseimbangan antara hak dan
kewajiban, serta keseimbangan antara kepentingan perseorangan dengan
kepentingan umum. Upaya menghormati, melindungi, dan menjunjung tinggi
HAM, menjadi kewajiban dan tanggung jawab bersama antara individu,
pemerintah (aparatur pemerintah baik sipil maupun militer) bahkan negara.

Jadi, dalam memenuhi kebutuhan menuntut hak tidak terlepas dari


pemenuhan kebutuhan kewajiban yang harus dilaksanakan. Begitu juga
dalam memenuhi kepentingan perseorangan tidak boleh merusak
kepentingan orang banyak (kepentingan umum). Jadi, dapat disimpulkan
bahwa hakikat dari asasi manusia adalah keterpaduan antara hak asasi
manusia (HAM), kewajiban asasi manusia (KAM), dan tanggung jawab asasi
manusia (TAM) yang berlangsung secara sinergis dan seimbang. Bila ketiga
unsur asasi yang melekat pada setiap individu manusia, baik dalam tatanan
kehidupan pribadi, kemasyarakatan, kebangsaan, kenegaraan, dan
pergaulan global, dapat dipastikan tidak akan menimbulkan kekacauan,
anarkisme, dan kesewenang-wenangan dalam tata kehidupan umat.

Berdasarkan beberapa rumusan HAM di atas, dapat ditarik


kesimpulan tentang beberapa pokok hakikat HAM yaitu:

a. HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi, HAM adalah bagian
dari manusia secara otomatis.

b. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras,
agama, pandangan politik, atau asal-usul sosial bangsa.

153
c. HAM tidak bisa dilanggar. Tidak seorang pun mempunyai hak untuk
membatasi atau melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM
walaupun sebuah negara membuat hukum yang tidak melindungi atau
melanggar HAM (Mansour Fakih, 2003).

Juliardi (2014:105), menjelaskan HAM pada dasarnya adalah sebagai


berikut:

1. Inheren atau kodrati, artinya HAM tidak perlu diberikan, dibeli atau
diwarisi. HAM adalah bagian dari manusia secara otomatis yang
diberikan oleh Tuhan YME (yang telah dianugrahkan sejak manusia
masih dalam kandungan).

2. Bersifat universal, artinya HAM berlaku untuk semua orang tanpa


memandang jenis kelamin, ras, agama, etnis, pandangan politik atau
asul-usul sosial dan bangsa.

3. Bersifat partikular, di mana setiap warga negara memiliki hak yang


sama dalam kehidupan bernegara.

4. Tidak dapat diingkari dan dilanggar atau bersifat supralegal. Tidak


seorang pun mempunyai hak untuk membatasi atau melanggar hak
orang lain. Orang tetap punya HAM walaupun sebuah negara membuat
hukum yang tidak melindungi HAM.

5. Tidak dapat dibagi. Semua orang berhak mendapatkan semua hak,


apakah itu sipil, politik, ekonomi dan sosial budaya.

6. Saling tergantung. Artinya, penikmatan satu hak dipengaruhi oleh


penikmatan hak-hak lainnya. Penikmatan hak sipil dan politik
memungkinkan menikmati hak-hak ekonomi dan sosial lebih baik.

7. Transendental, di mana hak itu merupakan sesuatu yang teramat


sangat penting, sehingga tidak dapat untuk disepelekan.

154
Ruang lingkup HAM meliputi: (1) hak sosial politik (hak alamiah), yang
dibawa oleh manusia sejak ia dilahirkan, contohnya: hak hidup, hak milik,
dan hak untuk mengusahakan kebahagiaan, (2) hak sosial ekonomi-sosial
budaya, yaitu hak yang diperoleh manusia dari masyarakatnya, contohnya
hak mendapatkan pekerjaan, hak menerima upah yang layak, hak berserikat/
berorganisasi, hak mengemukakan pendapat (lisan dan tertulis), hak
mendapatka pendidikan, dan hak mendapatkan pelayanan kesehatan. Hak-
hak ini bersifat nonuniversal.

B. Tujuan Hak Asasi Manusia

Tujuan pelaksanaan hak asasi manusia adalah untuk


mempertahankan hak-hak warga negara dari tindakan sewenang-wenang
aparat negara, dan mendorong tumbuh serta berkembangnya pribadi
manusia yang multidimensional. Selain melindungi setiap individu dari
kesewenang-wenangan aparat negara, HAM juga meniscayakan
perlindungan terhadap dua kejahatan HAM, yaitu:

1. Kejahatan genosida, yaitu setiap perbuatan yang dilakukan dengan


maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau
sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis, dan kelompok
agama.

2. Kejahatan terhadap kemanusiaan, yaitu salah satu perbuatan yang


dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik
yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan langsung
terhadap penduduk sipil (Jiliardi, 2014:118).

C. Perkembangan Pemikiran HAM

155
1. Perkembangan HAM di Dunia.

Setiap manusia yang ada di seluruh dunia memiliki derajat dan


martabat yang sama. Untuk itu setiap manusia memiliki hak dan kewajiban
yang sama untuk berusaha melindungi hak asasinya dari adanya tindakan
pelanggaran oleh manusia lain yang dapat merugikan kelangsungan hak
asasinya. Dalam kaitan hak asasi di atas, maka adalah hal yang sangat
wajar, rasional, serta perlu mendapat dukungan yang nyata (riil) bagi setiap
manusia yang berpikir dan berjuang untuk memperoieh pengakuan hak
asasinya di mana dia berada. Sejarah telah mencatat beberapa monumen
yang berupa piagam sebagai bentuk penghargaan atas pemikiran/
perjuangan dalam memperoieh pengakuan HAM dari pemerintah atau
negara.

Piagam mengenai perkembangan pemikiran dan perjuangan HAM


adalah sebagai berikut:

a. Magna Charta (Piagam Agung-1215)

Piagam Magna Charta ini adalah piagam penghargaan atas pemikiran


dan perjuangan HAM yang dilakukan oleh rakyat lnggris kepada Raja John
yang berkuasa pada tahun 1215. lsi Piagam Magna Charta ini adalah:

1) Rakyat Inggris menuntut kepada raja agar berlaku adit kepada rakyat.

2) Menuntut raja apabila melanggar harus dihukum (didenda)


berdasarkan kesamaan dan sesuai dengan pelanggaran yang
dilakukannya.

3) Menuntut raja menyampaikan pertanggungjawaban kepada rakyat.

4) Menuntut raja untuk segera menegakkan hak dan keadilan bagi rakyat.

b. Bill of Rights (UU Hak 1689)

Bill of Rights adalah piagam penghargaan atas pemikiran dan


perjuang- an HAM oleh rakyat kepada penguasa negara atau pemerintah di
Ing- gris pada tahun 1689. Inti dari tuntutan yang diperjuangkannya adalah

156
(equality before the law), sehingga tercapai kebebasan. Implikasi adanya
tuntutan ini memberi inspirasi kepada para ahli untuk menciptakan teori yang
berkenaan dengan kesamaan hak yang diperjuangkan di atas. Para ahli
yang mengemukakan teori tersebut adalah, J.J. Rousseu dalam teori Kontrak
Sosial (Social Contract theory), Montesque dengan teori Trias Politica, John
Locke dengan teori Hukum Kodrati, dan F. D. Roosevelt dengan teori Lima
Kebebasan Dasar Manusia yang dicanangkannya.

c. Declaration Des Droits de L’home et du Citoyen (Deklarasi Hak Asasi


Manusia dan WargaNegara Prancis Tahun 1789)

Deklarasi ini dikenal dengan Declaration Des Droits de L'home et du


Citoyen, diberlakukannya pernyataan HAM dan hak warga negara Prancis.
Isi Deklarasi ini adalah sebagai berikut:

1) Manusia dilahirkan merdeka

2) Hak milik dianggap suci dan tidak boleh diganggu gugat oleh siapa pun.

3) Tidak boleh ada penangkapan dan penahanan dengan semena-mena


atau tanpa alas an yang sah serta surat izin dari pejabat yang
berwenang.

d. Bill Of Rights (UU Hak Virginia 1789)

Undang-Undang Hak Virginia Tahun 1776, yang dimasukkan ke


dalam UUD Amerika Serikat Tahun 1791. Dikenal juga sebagai The Bill of
Rights ini UU HAM Amerika Serikat, merupakan Amandemen tambahan
terhadap konstitusi Amerika Serikat yang diatur secara tersendiri dalam 10
pasal tambahan, meskipun secara prinsip hai mengenai HAM telah termuat
dalam deklarasi kemerdekaan (declaration of independence) Amerika
Serikat.

e. Declarations Of Human Rights PBB

157
Piagam PBB lahir pada tanggal 12 Desember 1948, di Jenewa yang
merupakan usul serta kesepakatan seluruh anggota PBB. Isi Pembukaan
Piagam Declarations Of Human Rights, PBB yang mencakup 20 hak yang
diperoleh seperti hak hidup, kebebasan, dan keamanan pribadi, hak katas
benda, dan lain-lain.

Maksud dan tujuan PBB mendeklarasikan HAM seperti tertuang


dalam piagam Mukadimah, yaitu:

1) Hendak menyelamatkan keturunan manusia yang ada dan yang akan


datang dari bencana perang.

2) Meneguhkan sikap dan keyakinan tentang HAM yang asasi, tentang


harkat dan derajat manusia, dan tentang persamaan kedudukan antara
laki-laki dan perempuan, juga antara bangsa yang besar dan yang kecil.

3) Menimbulkan suasana di mana keadilan dan penghargaan atas berbagai


kewajiban yang muncul dari segala perjanjian dan Iain-Iain sumber
hukum internasional menjadi dapat dipelihara.

4) Memajukan masyarakat dan tingkat hidup yang lebih baik dalam suasana
kebebasan yang lebih leluasa.

f. PiagamAtlantrc Charter

Piagam ini merupakan kesepakatan antara F. D. Roosevelt dan


Churchil pada tanggal 14 Agustus 1941. Isinya adalah: "Bahwa selenyapnya
kekuasaan Nazi yang zalim itu akan tercapai suatu keadaan damai yang
memungkinkan tiap-tiap negara hidup dan bekerja dengan aman menurut
batas-batas wilayahnya masing-masing serta jaminan kepada setiap
manusia suatu kehidupan yang bebas dari rasa takut dan kesengsaraan.
Dalam pidatonya yang ditujukan kepada semua manusia di dunia pada bulan
Juli 1940, F. D. Roosevelt menyebutkan lima kebebasan dasar manusia,
yakni:

1) Freedom from fear (bebas dari rasa takut)

158
2) Freedom of religion (bebas memeluk agama).

3) Freedom of expression (bebas menyatakan pendapat/perasaan).

4) Freedom of information (bebas dalam hal pemberitaan).

5) Freedom from want (bebas dari kekurangan/kemelaratan).

2. Pemikiran HAM di Indonesia

Secara garis besar menurut Prof. Dr. Bagir Manan, dalam bukunya
Perkembangan Pemikiran dan Pengaturan HAM di Indonesia (2001),
membagi perkembangan pemikiran HAM dalam dua periode, yaitu periode
sebelum kemerdekaan (1908-1945) dan periode setelah kemerdekaan
(1945-sekarang).

a. Periode sebelum Kemerdekaan (1908-1845)

Perkembangan pemikiran HAM dalam periode ini dapat dijumpai


dalam organisasi pergerakan sebagai berikut:

1) Budi Oetomo, pemikirannya, “Hak kebebasan berserikat dan


mengeluarkan pendapat.

2) Perhimpunan Indonesia, pemikirannya “Hak untuk menentukan nasib


sendiri (the right of self determination)”

3) Sarekat Islam, pemikirannya “Hak penghidupan yang layak dan bebas


dari penindasan dan diskriminasi rasial”

4) Partai Komunis Indonesia, pemikirannya “Hak sosial dan berkaitan


dengan alat-alat produksi

5) Indische Party, pemikirannya, “Hak untuk mendapatkan kemerdekaan


dan perlakuan yang sama

6) Partai Nasional Indonesia, pemikirannya, “Hak untuk memperoleh


Kemerdekaan (the right of self determination)

7) Organisasi Pendidikan Nasional Indonesia, pemikirannya meliputi:

a. Hak untuk menentukan nasib sendiri

159
b. Hak untuk mengeluarkan pendapat

c. Hak untuk berserikat dan berkumpul

d. Hak persamaan di muka bumi

e. Hak untuk turut dalam penyelenggaraan negara

b. Periode Sesudah Kemerdekaan (1945-sekarang)

1) Periode 1945 – 1950. Pemikiran HAM pada periode ini menekankan pada
hak-hak mengenai:

a. Hak untuk merdeka (self determination).

b. Hak kebebasan untuk berserikat melalui organisasi politik yang


didirikan.

c. Hak kebebasan untuk menyampaikan pendapat terutama di


parlemen.

Sebagai implementasi pemikiran HAM di atas, pemerintah mengeluarkan


Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945, tentang Partai Politik
dengan tujuan untuk mengatur segala aliran yang ada dalam masyarakat
dan pemerintah berharap partai tersebut telah terbentuk sebelum pemilu
DPR pada bulan Januari 1946.

2) Periode 1950-1959. Pemikiran HAM dalam periode ini lebih menekankan


pada semangat kebebasan demokrasi liberal yang berintikan kebebasan
individu. Implementasi pemikiran HAM pada periode ini lebih memberi
ruang hidup bagi tumbuhnya lembaga demokrasi yang antara lain:

a. Partai politik dengan beragam ideologinya.

b. Kebebasan pers yang bersifat liberal.

c. pemilu dengan sistem multipartai.

d. Parlemen sebagai lembaga kontrol pemerintah.

e. Wacana pemikiran HAM yang kondusif karena pemerintah memberi


kebebasan.

160
3) Periode 1959-1966. Pada periode ini pemikiran HAM tidak mendapat
ruang kebebasan dari pemerintah atau dengan kata lain pemerintah
melakukan pemasungan HAM, yaitu hak sipil, seperti hak untuk
berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pikiran dengan tulisan. Sikap
pemerintah bersifat restriktif (pembatasan yang ketat oleh kekuasaan)
terhadap hak sipil dan hak politik warga negara. Salah satu penyebabnya
adalah karena periode ini sistem pemerintahan parlementer berubah
menjadi sistem demokrasi terpimpin.

4) Periode 1966-1998. Dalam periode ini, pemikiran HAM dapat dilihat


dalam tiga kurun waktu yang berbeda. Kurun waktu yang pertama tahun
1967 (awal pemerintahan Presiden Soeharto), berusaha melindungi
kebebasan dasar manusia yang ditandai dengan adanya hak uji materiil
(judicial review) yang diberikan kepada Mahkamah Agung.

Kedua, kurun waktu tahun 1970-1980, pemerintah melakukan


pemasungan HAM dengan sikap defensif (bertahan), represif
(kekerasan) yang dicerminkan dengan produk hukum yang bersifat
restriktif (membatasi) terhadap HAM. Alasan pemerintah adalah bahwa
HAM merupakan produk pemikiran Barat dan tidak sesuai dengan nilai-
nilai luhur budaya bangsa yang tercermin dalam Pancasila.

Ketiga, kurun waktu 1990-an, pemikiran HAM tidak bersifat wacana saja
melainkan sudah dibentuk lembaga penegakan HAM, seperti Komnas
HAM berdasarkan Keppres No. 50 Tahun 1993, tanggal 7 Juni 1993.
Selain itu, pemerintah memberikan kebebasan yang sangat besar
menurut UUD 1945 amandemen, Piagam PBB, dan Piagam Mukadimah.

5) Periode 1998-sekarang. Pada periode ini, HAM mendapat perhatian yang


resmi dari pemerintah dengan melakukan amandemen UUD 1945 guna
menjamin HAM dan menetapkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
tentang hak asasi manusia. Artinya bahwa pemerintah memberi
perlindungan yang siginifikan terhadap kebebasan HAM dalam semua
aspek, yaitu aspek hak politik, sosial, ekonomi, budaya, keamanan,
hukum, dan pemerintahan.

161
D. HAM Pada Tatanan Global dan Di Indonesia

Sebelum konsep HAM diratifikasi PBB, terdapat beberapa konsep


utama mengenai HAM yang telah berkembang sebelumnya, yaitu:

1. HAM menurut konsep negara-negara Barat/liberalisme

a. Ingin meninggalkan konsep negara yang mutlak.

b. Ingin mendirikan federasi rakyat yang bebas, negara sebagai


koordinator dan pengawas.

c. Filosofi dasar: hak asasi tertanam pada diri individu manusia.

d. Hak asasi lebih dulu ada daripada tatanan negara.

2. HAM menurut konsep sosialis

a. Hak asasi hilang dari individu dan terintegrasi dalam masyarakat.

b. Hak asasi manusia tidak ada sebelum negara ada.

c. Negara berhak membatasi hak asasi manusia apabila situasi


menghendaki.

3. HAM menurut konsep bangsa-bangsa Asia dan Afrika

a. Tidak boleh bertentangan dengan ajaran agama/sesuai dengan


kodratnya.

b. Masyarakat sebagai keluarga besar artinya penghormatan utama


untuk kepala keluarga.

c. Individu tunduk kepada kepala adat yang menyangkut tugas dan


kewajiban anggota masyarakat.\

4. HAM menurut konsep PBB

162
Respons terhadap permasalahan hak asasi manusia pembangunan
meng- hasilkan konsep yang dibidani oleh sebuah komisi PBB yang
dipimpin oleh Eleanor Roosevelt (10 Desember 1948) dan secara resmi
disebut "Universal Declaration of Human Rights." Di dalamnya
menjelaskan tentang hak-hak sipil, politik, ekonomi, sosial, dan
kebudayaan yang dinikmati manusia di dunia yang mendorong
penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia. Pada tahun 1957, konsep
HAM tersebut dilengkapi dengan tiga perjanjian, yaitu: (1) Hak ekonomi
sosial dan budaya, (2) Perjanjian internasional tentang hak sipil dan
poilitik, (3) Protokol opsional bagi perjanjian hak sipil dan politik
internasional. Pada sidang umum PBB tanggal 16 Desember 1966 ketiga
dokumen tersebut diterima dan saat ini sekitar 100 negara dan bangsa
telah meratifikasinya.

Universal Declaration of Human Rights menyatakan bahwa setiap


orang mempunyai:

a. Hak untuk hidup.

b. Kemerdekaan dan keamanan badan.

c. Hak untuk diakui kepribadiannya menurut hukum.

d. Hak untuk memperoleh perlakuan yang sama dengan orang lain menurut
hukum.

e. Hak untuk mendapat jaminan hukum dalam perkara pidana seperti


diperiksa di muka umum, dianggap tidak bersalah kecuali ada bukti yang
sah.

f. Hak untuk masuk dan keluar wilayah suatu negara.

g. Hak untuk mendapat hak milik atas benda.

h. Hak untuk bebas untuk mengutarakan pikiran dan perasaan.

i. Hak untuk bebas memeluk agama serta mempunyai dan mengeluarkan


pendapat.

j. Hak untuk mengeluarkan pendapat dan berkumpul.

163
k. Hak untuk mendapatkan jaminan hukum.

l. Hak untuk mendapatkan pekerjaan.

m. Hak untuk berdagang.

n. Hak untuk mendapatkan pendidikan.

o. Hak untuk turut serta dalam gerakan kebudayaan dalam masyarakat.

p. Hak untuk menikmati kesenian dan turut serta dalam kemajuan keilmuan.

Dalam Deklarasi Universal tentang HAM (Universal Declaration of


Human Rights) atau yang dikenal dengan istilah DUHAM, hak asasi manusia
terbagi ke dalam beberapa jenis, yaitu hak personal (hak jaminan kebutuhan
pribadi), hak legal (hak jaminan perlindungan hukum), hak sipil dan politik,
hak subsistensi (hak jaminan adanya sumber daya untuk menunjang
kehidupan), serta hak ekonomi, hukum, dan budaya. Hak personal, hak
legal, hak sipil, dan politik yang terdapat dalam pasal 3-21 dan DUHAM
tersebut memuat:

a. Hak untuk hidup, kebebasan, dan keamanan pribadi.

b. Hak bebas dari perbudakan dan penghambaan.

c. Hak bebas dari penyiksaan atau perlakuan maupun hukum yang kejam,
tak berperikemanusiaan maupun merendahkan derajat manusia.

d. Hak untuk memperoleh pengakuan hukum di mana saja secara pribadi.

e. Hak untuk pengampunan hukum secara efektif.

f. Hak bebas dari penangkapan, penahanan, atau pembuangan yang


sewenang-wenang.

g. Hak untuk peradilan yang independen dan tidak memihak.

h. Hak untuk praduga tak bersalah sampai terbukti bersalah.

i. Hak bebas dari campur tangan yang sewenang-wenang terhadap


kekuasaan pribadi, keluarga, tempat tinggal, maupun surat-surat.

164
j. Hak bebas dari serangan terhadap kehormatan dan nama baik.

k. Hak perlindungan hukum terhadap serangan semacam itu.

l. Hak bergerak.

m. Hak memperoleh suaka.

n. Hak atas satu kebangsaan.

o. Hak untuk menikah dan membentuk keluarga.

p. Hak untuk mempunyai hak milik.

q. Hak bebas berpikir, berkesadaran, dan beragama.

r. Hak bebas berpikir dan menyatakan.

s. Hak untuk berhimpun dan berserikat.

t. Hak untuk mengambil bagian dalam pemerintahan dan hak atas akses
yang sama terhadap pelayanan masyarakat.

Sedangkan hak ekonomi, hukum, dan budaya berdasarkan pada per-


nyataan DUHAM menyangkut hal-hal sebagai berikut, yaitu:

a. Hak atas jaminan hukum.

b. Hak untuk bekerja.

c. Hak atas upah yang sama untuk pekerjaan yang sama.

d. Hak untuk bergabung ke dalam serikat-serikat buruh.

e. Hak untuk istirahat dan waktu senggang.

f. Hak atas standar hidup yang pantas di bidang kesehatan dan kes-
ejahteraan.

g. Hak atas pendidikan.

h. Hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan yang berkebudayaan dari


masyarakat.

165
Sementara itu HAM di Indonesia dinyatakan dalam UUD 1945
(amandemen l-IV UUD 1945) yang memuat hak asasi manusia yang terdiri
atas:

a. Hak kebebasan untuk mengeluarkan pendapat.

b. Hak kedudukan yang sama di dalam hukum/pemerintahan.

c. Hak kebebasan berkumpul.

d. Hak kebebasan beragama.

e. Hak penghidupan yang layak.

f. Hak kebebasan berserikat.

g. Hak memperoleh pengajaran atau pendidikan.

Selanjutnya secara operasional beberapa bentuk HAM yang terdapat


datam UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM sebagai berikut:

a. Hak hidup.

b. Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan.

c. Hak mengembangkan diri.

d. Hak memperoleh keadilan.

e. Hak atas kebebasan pribadi.

f. Hak atas rasa aman.

g. Hak atas kesejahteraan.

h. Hak turut serta dalam pemerintahan.

i. Hak wanita.

j. Hak anak.

E. HAM di Indonesia: Permasalahan dan Penegakannya

Sejalan dengan amanat konstitusi, Indonesia berpandangan bahwa


perlindungan HAM harus didasarkan pada prinsip bahwa hak-hak sipil,

166
politik, ekonomi, sosial budaya, dan hak pembangunan merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan baik dalam penerapan, pemantauan,
maupun dalam pelaksanaannya (Wirayuda, 2005). Sesuai dengan Pasal 1
(3), Pasal 55 dan 56 Piagam PBB upaya pemajuan dan perlindungan HAM
harus diIakukan melalui suatu konsep kerja sama internasional yang
berdasarkan pada prinsip saling menghormati, kesederajatan, dan hubungan
antarnegara serta hukum intemasional yang berlaku.

HAM di Indonesia didasarkan pada Konstitusi NKRI, yaitu:


Pembukaan UUD 1945 (alinea I), Pancasila sila keempat, Batang Tubuh
UUD 1945 (Pasal 27, 29 dan 30), UU Nomor 39/1999 tentang HAM dan UU
Nomor 26/2000 tentang Pengadilan HAM. HAM di Indonesia menjamin hak
untuk hidup, hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan, hak
mengembangkan diri, hak memperoleh keadilan, hak atas kebebasan, hak
atas rasa aman, hak atas kesejahteraan, hak turut serta dalam
pemerintahan, hak wanita, dan hak anak. Program penegakan hukum dan
HAM (PP Nomor 7 Tahun 2005), meliputi pemberantasan korupsi,
antiterorisme, dan pembasmian penyalah- gunaan narkotika dan obat
berbahaya. Oleh sebab itu, penegakan hukum dan HAM harus dilakukan
secara tegas, tidak diskrirninatif, dan konsisten. Kegiatan-kegiatan pokok
penegakan HAM meliputi:

1. Penguatan upaya-upaya pemberantasan korupsi melalui pelaksanaan


Rencana Aksi Nasional Pemberantasan Korupsi Tahun 2004-2009.

2. Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (RANHAM)


dari Tahun 2004-2009 sebagai gerakan nasional.

3. Peningkatan penegakan hukum terhadap tindak pidana terorisme dan


penyalahgunaan narkotika serta obat berbahaya lainnya.

4. Peningkatan efektivitas dan penguatan lembaga/institusi hukum


maupun lembaga yang fungsi dan tugasnya mencegah dan
memberantas korupsi.

167
5. Peningkatan efektivitas dan penguatan lembaga/institusi hukum
maupun lembaga yang fungsi dan tugasnya menegakkan hak asasi
manusia.

6. Peningkatan upaya penghormatan persamaan terhadap setiap warga


negara di depan hukum melalui keteladanan kepala negara dan
pimpinan lainnya untuk mematuhi dan menaati hukum dan hak asasi
manusia secara konsisten dan konsekuen.

7. Penyelenggaraan audit reguler atas seluruh kekayaan pejabat


pemerintah dan pejabat negara.

8. Peninjauan serta penyempurnaan berbagai konsep dasar dalam


rangka mewujudkan proses hukum yang lebih sederhana, cepat, tepat,
dan dengan biaya yang terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.

9. Peningkatan berbagai kegiatan operasional penegakan hukum dan


hak asasi manusia dalam rangka menyelenggarakan ketertiban sosial
agar dinamika masyarakat dapat berjalan sewajarnya.

10. Pembenahan sistem manajemen penanganan perkara yang menjamin


akses publik, pengembangan sistem pengawasan yang transparan
dan akuntabel.

11. Pengembangan sistem manajemen kelembagaan hukum yang


transparan

12. Penyelamatan barang bukti akuntabilitas kinerja yang berupa


dokumen/ arsip lembaga negara dan badan pemerintahan untuk
mendukung penegakan hukum dan HAM.

13. Peningkatan koordinasi dan kerja sama yang menjamin efektivitas


penegakan hukum dan HAM.

14. Pembaharuan materi hukum yang terkait dengan pemberantasan


korupsi.

15. Peningkatan pengawasan terhadap lalu lintas orang yang melakukan


perjalanan baik ke luar maupun masuk ke wilayah Indonesia.

168
16. Peningkatan fungsi intelijen agar aktivitas terorisme dapat dicegah
pada tahap yang sangat dini, serta meningkatkan berbagai operasi
keamanan dan ketertiban.

17. Peningkatan penanganan dan tindakan hukum terhadap


penyalahgunaan narkotika dan obat berbahaya meialui identifikasi dan
memutus jaringan peredarannya, meningkatkan penyidikan,
penyelidikan, penuntutan, serta menghukum para pengedarnya secara
maksimal.

F. Lembaga Penegak HAM

Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada


manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-
Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara,
hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan
harkat dan martabat manusia. Oleh sebab itu, untuk menjaga agar setiap
orang menghormati HAM orang lain, maka perlu adanya penegakan dan
pendidikan HAM. Penegakan HAM dilakukan terhadap setiap pelanggaran
HAM. Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok
orang termasuk aparat negara baik sengaja ataupun tidak disengaja, atau
kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi, menghalangi,
membatasi, atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok
orang yang dijamin oleh undang-undang.

Untuk mengatasi masalah penegakan HAM, maka dalam Bab VII


Pasal 75 UU tentang HAM, negara membentuk komisi hak asasi manusia
atau KOMNAS HAM, dan Bab IX pasal 104 tentang pengadilan HAM, serta
peran serta masyarakat seperti dikemukakan dalam Bab XIII pasal 100-103.

a. Komnas HAM

Komnas HAM adalah lembaga yang mandiri yang kedudukannya


setingkat dengan lembaga negara lainnya yang berfungsi melaksanakan

169
pengkajian, penelitian, penyuluhan, pemantauan, dan mediasi hak asasi
manusia.

Tujuan Komnas HAM

1. Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi


manusia sesuai dengan Pancasila, UUD 1945, dan Piagam PBB sor- ta
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia.

2. Meningkatkan perlindungan dan penegakan hak asasi manusia guna


berkembangnya pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan kemam-
puannya berpartisipasi dalam berbagai bidang kehidupan.

Wewenang Komnas HAM

1. Wewenang dalam bidang pengkajian penelitian

a. Pengkajian dan penelitian berbagai instrumen internasional hak asasi


manusia dengan tujuan memberikan saran-saran mengenai
kemungkinan aksesi dan atau ratifikasi.

b. Pengkajian dan penelitian berbagai peraturan perundang-undangan


untuk memberikan rekomendasi mengenai pembentukan, perubahan,
dan pencabutan peraturan perundang-undangan yang berkaitan
dengan hak asasi manusia.

c. Penerbitan hasil pengkajian dan penelitian.

d. Studi kepustakaan, studi lapangan, dan studi banding di negara lain


mengenai hak asasi manusia.

e. Pembahasan berbagai masalah yang berkaitan dengan perlindungan,


penegakan, dan pemajuan hak asasi manusia.

f. Kerja sama pengkajian dan penelitian dengan organisasi, lembaga


atau pihak lainnya, baik tingkat nasional, regional, maupun
internasional dalam bidang hak asasi manusia.

2. Wewenang dalam bidang penyuluhan

170
a. Penyebarluasan wawasan mengenai hak asasi manusia kepada
masyarakat Indonesia.

b. Upaya peningkatan kesadaran masyarakat tentang hak asasi manusia


melalui lembaga pendidikan formal dan nonformal serta berbagai
kalangan lainnya.

c. Kerja sama dengan organisasi, lembaga, atau pihak lainnya, baik di


tingkat nasional, regional, maupun internasional dalam bidang hak
asasi manusia.

3. Wewenang dalam pemantauan

a. Pengamatan pelaksanaan hak asasi manusia dan penyusunan


laporan hasil pengamatan tersebut.

b. Penyelidikan dan pemeriksaan terhadap peristiwa yang timbul dalam


masyarakat yang berdasarkan sifat atau lingkupnya patut diduga
terdapat pelanggaran hak asasi manusia; Pemanggilan kepada pihak
pengadu atau korban maupun pihak yang diadukan untuk dimintai dan
didengar keterangannya.

c. Pemanggilan saksi untuk diminta dan didengar kesaksiannya, dan


kepada saksi pengadu diminta menyerahkan bukti yang diperlukan.

d. Peninjauan di tempat kejadian dan tempat lainnya yang dianggap


perlu.

e. Pemanggilan terhadap pihak terkait untuk memberikan keterangan


secara tertulis atau menyerahkan dokumen yang diperlukan sesuai
dengan aslinya dengan persetujuan ketua pengadilan.

f. Pemeriksaan setempat terhadap rumah, pekarangan, bangunan, dan


tempat-tempat lainnya yang diduduki atau dimiliki pihak tertentu
dengan persetujuan ketua pengadilan.

g. Pemberian pendapat berdasarkan persetujuan ketua pengadilan


terhadap perkara tertentu yang sedang dalam proses peradilan,

171
bilamana dalam perkara tersebut terdapat pelanggaran hak asasi
manusia dalam masalah publik dan acara pemeriksaan oleh
pengadilan yang kemudian pendapat Komnas HAM tersebut wajib
diberitahukan oleh hakim kepada para pihak.

4. Wewenang dalam bidang mediasi

a. Perdamaian kedua belah pihak.

b. Penyelesaian perkara melalui cara konsultasi, negosiasi, mediasi,


konsiliasi, dan penilaian ahli.

c. Pemberian saran kepada para pihak untuk menyelesaikan sengketa


melalui pengadilan. ,

d. Penyampaian rekomendasi atas suatu kasus pelanggaran hak asasi


manusia kepada pemerintah untuk ditindaklanjuti penyelesaiannya.

e. Penyampaian rekomendasi atas suatu kasus pelanggaran hak asasi


manusia kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia untuk
ditindaklanjuti.

b. Pengadilan HAM

Dalam rangka penegakan HAM, maka Komnas HAM melakukan


pemanggilan saksi, dan pihak kejaksaan yang melakukan penuntutan di
pengadilan HAM. Menurut Pasal 104 UU HAM, untuk mengadili pelanggaran
hak asasi manusia yang berat dibentuk pengadilan HAM di lingkungan
peradilan umum, yaitu pengadilan negeri dan pengadilan tinggi. Proses
pengadilan berjalan sesuai fungsi badan peradilan.

c. Partisipasi Masyarakat

172
Partisipasi masyarakat dalam penegakan HAM diatur dalam Pasal
100- 103 UU tentang HAM. Partisipasi masyarakat dapat berbentuk sebagai
berikut:

1. Setiap orang, kelompok, organisasi politik, organisasi masyarakat,


lembaga swadaya masyarakat (LSM), atau lembaga kemasyarakatan
lainnya, berhak berpartisipasi dalam perlindungan, penegakan, dan
pemajuan hak asasi manusia.

2. Masyarakat juga berhak menyampaikan laporan atas terjadinya


pelanggaran hak asasi manusia kepada Komnas HAM atau lembaga
lain yang berwenang dalam rangka perlindungan, penegakan, dan
pemajuan hak asasi manusia.

3. Masyarakat berhak mengajukan usulan mengenai perumusan dan


kebi-jakkan yang berkaitan dengan hak asasi manusia kepada
Komnas HAM atau lembaga lainnya.

4. Masyarakat dapat bekerja sama dengan Komnas HAM melakukan


penelitian, pendidikan, dan penyebarluasan informasi mengenai hak
asasi manusia.

G. Mengembangkan Pendidikan HAM

Dr. Seto Mulyadi, seorang psikolog dan ketua komnas perlindungan


anak berpendapat, pembelajaran HAM sejak dini mulai dari anak-anak
merupakan tuntutan bagi pembangunan bangsa di masa mendatang.
Dengan memahami HAM, moral bangsa akan terbangun sejak dini dan
mereka terlahir menjadi generasi yang menghargai hak asasinya sebagai
manusia.

Dr. Sri Untari, ahli psikologi sosial juga menyatakan bahwa


pembelajaran HAM harus disesuaikan dengan tingkatan usia dan golongan
masyarakat, serta adanya keselarasan antara pembelajaran HAM di dalam
dan di luar rumah agar tidak ada benturan nilai.

173
Pengajaran HAM sejak dini dilaksanakan tidak hanya bertujuan
sebagai pengetahuan (knowledge) tentang HAM tetapi juga
mengembangkan sikap (attitude) dan keterampilan (skills).

a) Pengetahuan tentang HAM mencakup hak dan kewajiban setiap


manusia, hak-hak anak, hak-hak perempuan, masalah keadilan, dan
pluralisme.

b) Pendidikan HAM juga mengembangkan keterampilan mahasiswa


yang dilakukan dengan meningkatkan keterampilan mendengarkan
orang lain, bekerja sama, berkomunikasi, memecahkan masalah,
membuat analisis moral, dan bagaimana mengajukan kritik dengan
baik.

c) Tahap selanjutnya dari pendidikan HAM diharapkan mempunyai sikap


yang baik. Mahasiswa harus menyadari bahwa hak asasi setiap
manusia adalah inheren dimiliki orang lain. Mahasiswa harus mau
menghargai hak orang lain, menyadari bahwa kerja sama lebih baik
daripada konflik dengan orang lain, dan mampu bertanggung jawab
atas tindakan yang diambil, serta mampu memperbaiki kehidupannya
di masa mendatang.

Penelitian yang dilakukan oleh Sutisno (2004) menunjukkan bahwa:

a) 70 persen responden setuju pendidikan HAM sejak dini dengan


alasan sebagai dasar penanaman sikap, dan mengurangi
pelanggaran HAM di masa depan.

b) Materi yang perlu disampaikan dalam perkuliahan HAM, menurut


responden terdiri atas 40 persen tentang HAM yang bersifat umum, 40
persen tentang HAM anak-anak, perempuan dan minoritas, dan 20
persen tentang penyelesaian permasalahan HAM.

c) Metode pembelajaran HAM yang diharapkan dan disukai secara


berurutan adalah diskusi, role play, curah pendapat, studi kasus, dan
tutorial.

174
Dari hasil penelitian tersebut, tergambar bentuk pendidikan HAM di
masa mendatang. Pendidikan diselenggarakan sejak dini sampai perguruan
tinggi. Penyampaian materi HAM dilakukan dengan metode diskusi dan
permainan, dan tujuan pembelajaran tidak hanya pengetahuan, tetapi
mengubah sikap dan meningkatkan keterampilan di bidang HAM. Materi
HAM untuk tingkat anak-anak diutamakan tentang hak anak, hak perempuan
dan minoritas, sedangkan untuk mahasiswa dan masyarakat pada umumnya
meliputi konsep HAM, hak sipil dan politik, hak ekonomi, sosial dan budaya,
masalah diskriminasi, dan anti penyiksaan.

Diskusi

Cermati berita ini!

Tragedi Kematian Bocah Angeline Disorot Dunia

Liputan6.com, Jakarta - Kisah tragis kematian bocah Angeline ternyata


sampai menarik perhatian dunia luar. Tak hanya ramai di Tanah Air.

Salah satu yang turut mengangkat pemberitaan bocah malang itu adalah
Coconut.co. Portal berita dari Bangkok itu memuat artikel berjudul
'Angeline's body found dead and buried in backyard'.

Selain itu, aksi damai demi mengenang bocah yang ditemukan tewas di
Sanur, Bali itu juga diangkat oleh media besutan Byron Perry.

"Last night, people here in Jakarta gathered at the Hotel Indonesia


Roundabout to hold a candlelight vigil to remember Angeline through poetry
and and prayer," tulis media itu diikuti beberapa postingan dari Twitter yang
dikutip Liputan6.com, Jumat (12/6/2015).

 Selain itu, media Australia SBS.com.au, juga menampilkan berita tewasnya


Angeline yang tengah ramai di Indonesia. Portal berita Negeri Kanguru itu
memberi tajuk 'Missing Bali girl found buried in backyard'.

"Autopsi menunjukkan seorang anak perempuan Indonesia berusia 8 tahun


yang hilang, ditemukan terkubur di halaman belakang keluarga angkatnya. Ia
meninggal 3 minggu lalu akibat trauma kepala berat dan diperkosa,"
demikian diberitakan SBS.com.au.

175
Sementara media Thai PBS dan Asean Headline memampang artikel terkait
bocah Angeline dengan judul 'Bali police arrest six after missing schoolgirl
found murdered'. Beberapa foto dari lokasi ditemukannya anak perempuan
berusia 8 tahun itu juga diposting oleh European Pressphoto Agency (EPA).

Jenazah siswa kelas 2 SD tersebut dikubur di antara pohon pisang di dekat


kandang ayam di belakang rumahnya. Polisi kemudian membawanya ke
Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah, Denpasar, untuk diautopsi.
(Tnt/Sss)

Bagaimana tanggapan Anda tentang tragedi kemanusiaan ini?

176
Formulir 1

Ringkasan Pemahaman Materi

Bab : ……………………………………………………………………………..
Topik : ……………………………………………………………………………..

Nama : ………………………………………………………………….
NIM : ………………………………………………………………….
Program Studi : …………………………………………………………………..

Tuliskan pemahaman Anda mengenai materi pada bab ini !

Paraf Dosen

Catatan:
1. Setelah Anda mengisi formulir 1 ini secara lengkap kemudian
kumpulkan kepada dosen sebelum perkuliahan berlangsung.
2. Formulir ini diisi sebagai syarat Anda mengikuti perkuliahan.

177
Formulir 2
Hasil Disusi Kelompok
Bab : ........................................................................................................
Topik : ........................................................................................................

Kelas : ...........................................................................................
Program Studi : ...........................................................................................
Kelompok : ...........................................................................................
Ketua : ...........................................................................................
Anggota : 1. ......................................................................................
2. ......................................................................................
3. ......................................................................................
4. ......................................................................................
5. ......................................................................................

Tuliskan hasil diskusi kelompok Anda pada formuir ini!

Paraf Ketua Kelompok

178
BAB VIII

WAWASAN NUSANTARA

Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mempelajari bab ini, pembaca diharapkan dapat:

1. Menguraikan latar belakang pemikiran Wawasan Nasional.

2. Membedakan kedudukan, fungsi, dan tujuan Wawasan Nasional.

3. Menjelaskan kedudukan Wawasan Nusantara.

4. Menjelaskan Konsep Negara Kesatuan.

5. Menjelaskan Konsep Wilayah Daratan.

6. Menjelaskan Konsep Wilayah Maritim.

7. Menjelaskan Konsep Wilayah Udara.

8. Menguraikan implementasi Wawasan Nusantara pada konteks global,


baik aspek-aspek positif maupun aspek-aspek negatif.

Deskripsi Singkat

Dalam bab ini Anda akan mempelajari dan mendiskusikan tentang wawasan
nusantara dari berbagai aspek. Setelah Anda membaca dan memahami
secara mendalam diharapkan Anda dapat menjelaskan tentang pengertian
dan latar belakang pemikiran wawasan nasional; membedakan kedudukan,
fungsi, dan tujuan wawasan nasional; menjelaskan kedudukan wawasan
nusantara; menjelaskan konsep negara kesatuan. Selanjutnya Anda dapat
memahami dan menjelaskan konsep wilayah daratan; wilayah maritim;

179
wilayah udara. pada akhir bab akan didiskusikan mengenai implementasi
wawasan nusantara pada konteks global, baik aspek-aspek positif maupun
aspek-aspek negatif. wawasan nusantara dalam kehidupan politik, ekonomi,
sosial, dan hankam.

Pokok Bahasan

A. Latar belakang pemikiran Wawasan Nasional.

B. Kedudukan, fungsi, dan tujuan Wawasan Nasional.

C. Kedudukan Wawasan Nusantara.

D. Konsep Negara Kesatuan.

E. Konsep Wilayah Daratan.

F. Konsep Wilayah Maritim.

G.Konsep Wilayah Udara.

H. Implementasi Wawasan Nusantara pada konteks global, baik aspek-


aspek positif maupun aspek-aspek negatif.

Bahan Bacaan

1. Arif, Dikdik Baehaqi. 2012. Diktat Mata Kuliah Pendidikan


Kewarganegaraan (Civic Education). Yogyakarta : Universitas Ahmad
Dahlan.

2. Budiardjo, Mariam. 2005. Dasar-dasar llmu Politik. Jakarta : Gramedia


Pustaka Utama.

3. Herlia Tati. 2004. Fenomena Kultur dan Politik Indonesia. Jakarta : Jurnal
Dephan.

4. Juliardi, Budi. 2014. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan


Tinggi.Jakarta: Rajagrafindo Persada.

180
5. Kansil dan Kansil. 2005. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan
Tinggi. Jakarta: Pradnya Paramita.

6. Kusnardi, M. dan Bintan Saragih. 2000. llmu Negara. Jakarta: Gaya


Media Pratama.

7. Muhammad, Mar'ie. 2005. Indonesia Menghadapi Abad XXI. Makalah


pada Forum llmiah ITB.

8. Muluk Hadi, 2005. Otonomi Daerah Akibatkan Perubahan Identitas


Nasional. Perspektif, Oktober 2005.

9. Syarbaini, Syahrial (Editor). 2005. Materi Perkuliahan Pendidikan


kewarganegaraan (PKn).Jakarta: Suscadoswar, Dikti.

Pertanyaan Kunci

1. Uraikanlatar belakang pemikiran Wawasan Nasional.

2. Jelaskan kedudukan, fungsi dan tujuan Wawasan Nusantara!

3. Uraikan Konsep Negara Kesatuan, Konsep Wilayah Daratan, Wilayah


Maritim, Wilayah Udara.

4. Jelaskan bagaimana implementasi Wawasan Nusantara pada konteks


global, baik aspek-aspek positif maupun aspek-aspek negatif.

Tugas

Anda harus membaca isi Bab 7 dan menuliskan pemahaman Anda pada
Formulir 1 serta menyerahkannya kepada dosen sebelum pertemuan
dimulai.

181
A. Dasar Pemikiran Wawasan Nasional

Dalam menentukan, membina, dan mengembangkan Wawasan


Nasional, bangsa Indonesia menggali dan mengembangkannya dari kondisi
nyata yang terdapat di lingkungan Indonesia sendiri.Wawasan Nasional
Indonesia dibentuk dan dijiwai oleh pemahaman kekuasaan bangsa Indo-
nesia yang berlandaskan falsafah Pancasila dan oleh pandangan geopolitik
Indonesia yang berlandaskan pemikiran kewilayahan dan kehidupan bangsa
Indonesia. Oleh karena itu, pembahasan latar belakang filosofis sebagai pe-
mikiran dasar pengembangan Wawasan Nasional Indonesia ditinjau dari:

1. Falsafah Pancasila

Nilai-nilai Pancasila mendasari pengembangan Wawasan Nasional,


antara lain memberi kesempatan menjalankan ibadah sesuai dengan
agama masing-masing, sebagai wujud nyata penerapan HAM.
Mengedepankan kepentingan masyarakat yang lebih luas harus lebih
diutamakan, tanpa mematikan kepentingan golongan. Pengambilan
keputusan yang menyangkut kepentingan bersama diusahakan melalui
musyawarah. Kemakmuran yang hendak dicapai oleh masing-masing
warganya tidakmerugikan orang lain. Sikap tersebut mewarnai Wawasan
Nasional yang dianut dan dikembangkan bangsa Indonesia.

2. Aspek Kewilayahan Nusantara

Kondisi objektif geografi Indonesia yang terdiri atas ribuan pulau,


memiliki karakteristik yang berbeda dengan negara lain. Pengaruh geo-
grafi merupakan suatu fenomena yang mutlak diperhitungkan karena
mengandung beraneka ragam kekayaan alam (baik di dalam maupun di
atas permukaan bumi) dan jumlah penduduk yang besar. Dengan
demikian, secara kontekstual kondisi geografi Indonesia mengandung
keunggulan sekaligus kelemahan/kerawanan. Kondisi ini perlu
diperhitungkan dan dicermati dalam perumusan geopolitik Indonesia.

182
3. Aspek Sosial Budaya

Menurut ahli antropologi, tidak mungkin ada masyarakat kalau tidak ada
kebudayaan, dan sebaliknya. Kebudayaan hanya mungkin ada di dalam
masyarakat. Indonesia terdiri atas ratusan suku bangsa yang masing-
masing memiliki adat istiadat, bahasa, agama, dan kepercayaan.Oleh
karena itu, tata kehidupan nasional yang berhubungan dengan interaksi
antargolongan masyarakat mengandung potensi konflik yang besar,
terlebih lagi kasadaran nasional masyarakat masih relatif rendah dan
jumlah masyarakat yang terdidik relatif terbatas.

4. Aspek Historis

Perjuangan suatu bangsa dalam meraih cita-cita pada umumnya tumbuh


dan berkembang dari latar belakang sejarahnya. Dengan semangat
kebangsaan yang menghasilkan Proklamasi 17 Agustus 1945 di mana
Indonesia mulai merdeka, maka semangat ini harus tetap dipertahankan
dengan semangat persatuan yang esensinya adalah mempertahankan
persatuan bangsa dan menjaga wilayah kesatuan Indonesia. Wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan Wawasan Nasional
Indonesia diwarnai oleh pengalaman sejarah yang tidak menghendaki
terulangnya perpecahan dalam lingkungan bangsa dan negara
Indonesia.

B. Kedudukan, Fungsi, dan Tujuan

1. Kedudukan Wawasan Nusantara

a. Wawasan Nusantara sebagai Wawasan Nasional Bangsa Indonesia


merupakan ajaran yang diyakini kebenaran oleh seluruh rakyat agar
tidak terjadi penyesatan dan penyimpangan dalam upaya mencapai
dan mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional. Dengan demikian,

183
Wawasan Nusantara menjadi landasan visional dalam
menyelenggarakan kehidupan nasional.

b. Wawasan Nusantara dalam paradigma nasional dapat dilihat dari


spesifikasinya sebagai berikut :

1) Pancasila sebagai falsafah, ideologi bangsa, dan dasar negara;


berkedudukan sebagai landasan idiil.

2) Undang-undang Dasar (UUD) 1945 sebagai landasan konstitusi


negara; berkedudukan sebagai landasan konstitusional.

3) Wawasan Nusantara sebagai visi nasional; berkedudukan seb-


agai landasan konsepsional.

4) Ketahanan Nasional sebagai konsepsi nasional; berkedudukan


sebagai landasan konsepsional.

5) GBHN sebagai politik dan strategi nasional atau sebagai


kebijaksanaan dasar nasional; berkedudukan sebagai landasan
operasional.

1. Fungsi Wawasan Nusantara

Wawasan Nusantara berfungsi sebagai pedoman, motivasi, dorongan,


serta rambu-rambu dalam menentukan segala kebijakan, keputusan,
tindakan, dan perbuatan bagi penyelenggara negara di tingkat pusat dan
daerah, maupun bagi seluruh rakyat Indonesia dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

2. Tujuan Wawasan Nusantara

Wawasan Nusantara bertujuan mewujudkan nasionalisme yangtinggi di


segala aspek kehidupan rakyat Indonesia dalam segala bidang kehidup-
an. Demi tercapainya tujuan nasional tersebut merupakan pancaran dari
makin meningkatnya rasa, pemahaman, dan semangat kebangsaan

184
dalam jiwa bangsa Indonesia sebagai hasil pemahaman dan
penghayatan Wawasan Nusantara.

C. Kedudukan (Status) Wawasan Nusantara

Kedudukan (status) Wawasan Nusantara yang tersebut di atas,


adalah posisi, cara pandang, sikap, dan perilaku bangsa Indonesia
mengenai dirinya yang memiliki beragam suku bangsa, agama, bahasa, dan
kondisi lingkungan geografis yang berwujud negara kepulauan, berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.

Posisi bangsa Indonesia yang berada pada kondisi lingkungan geo-


grafis yang berwujud negara kepulauan, terletak di antara dua benua, (Asia
dan Australia) dan dua Samudra (Samudra Hindia dan Samudra Pasifik)
yang mana dapat memberi keuntungan dan juga kerugian.

Keuntungan yang diperoleh dari kondisi di atas bagi negara Indonesia


adalah:

1. Menjadi jalur lalu lintas perdagangan internasional.

2. Meningkatkan penerimaan pajak.

3. Memudahkan Indonesia berinteraksi dengan negara lain.

4. Mempercepat perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.

5. Mempercepat proses akselerasi budaya asing, khususnya yang sesuai


dengan nilai luhur budaya bangsa.

6. Membuka peluang bagi peran Indonesia dalam penyelesaian konflik


politik yang terjadi di antara negara tetangga.

Sedangkan kerugian yang diterima oleh negara dan bangsa Indonesia


adalah:

185
1. Terganggunya ketertiban dan keamanan nasional.

2. Terjadinya pencurian ikan.

3. Terjadi perompak atas kapal laut yang melewati jalur perdagangan.

Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional bagi bangsa Indonesia


merupakan doktrin dasar dalam pengaturan kehidupan nasional. Artinya
bahwa terwujudnya kehidupan bangsa dan negara yang tertib, teratur,
damai, dan sejahtera perlu memahami dan menjalankan cara pandang
Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional dalam kehidupan individu,
masyarakat, bangsa, dan negara.

Secara hierarki sistem kehidupan nasional Indonesia, posisi atau status


Wawasan Nusantara menempati urutan ketiga setelah UUD 1945, yaitu:

1. Pancasila sebagai filsafat, ideologi bangsa, dan dasar negara.

2. UUD 1945 sebagai konstitusi negara.

3. Wawasan Nusantara sebagai geopolitik bangsa Indonesia.

4. Ketahanan Nasional sebagai geostrategi bangsa dan negara


Indonesia.

5. Politik dan strategi nasional sebagai kebijaksanaan dasar nasional


dalam pembangunan nasional.

D. Bentuk Wawasan Nusantara

Bentuk Wawasan Nusantara meliputi:

1. Wawasan Nusantara sebagai landasan konsepsi Ketahanan Nasional.


Bentuk ini mempunyai arti bahwa konsepsi Wawasan Nusantara
dipandang sebagai konsepsi politik ketatanegaraan dalam upaya
mewujudkan tujuan nasional. Hal ini disadari bahwa ketahanan nasional

186
merupakan geostrategi nasional untuk mencapai sasaran-sasaran yang
telah ditegaskan dalam Wawasan Nusantara. Untuk itu, ketahanan
nasional perlu dibina, dipelihara, dan ditingkatkan dengan berpedoman
pada Wawasan Nusantara.

2. Wawasan Nusantara sebagai wawasan Pembangunan Nasional Menurut


UUD 1945. Konsep ini mewajibkan MPR membuat GBHN (sekarang
RJPM-ed.). GBHN dan RJPM (Rencana Jangka Panjand dan Menengah)
merupakan wawasan pembangunan nasional adalah wujud dari
Wawasan Nusantara yang bersumber pada Pancasila dan berdasarkan
pada UUD 1945. Wawasan Nusantara sebagai cara pandang dan sikap
bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya dengan
mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah
dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara yang mencakup:

a. Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan politik.

b. Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan


ekonomi.

c. Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan sosial


dan budaya.

d. Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan


pertahanan keamanan.

3. Wawasan Nusantara sebagai wawasan Pertahanan dan Keamanan


Negara. Artinya bahwa Wawasan Nusantara adalah pandangan
geopolitik Indonesia dalam mengartikan tanah air Indonesia sebagai satu
kesatuan yang meliputi seluruh wilayah dan segenap kekuatan negara.
Sedangkan kesatuan pertahanan keamanan negara mengandung arti
bahwa ancaman terhadap sebagian wilayah, di mana pun, pada
hakikatnya merupakan ancaman terhadap seluruh bangsa dan negara.

187
4. Wawasan Nusantara sebagai wawasan kewilayahan. Sebagai faktor
eksistensi suatu negara, wilayah nasional perlu ditentukan batas-
batasnya agar tidak terjadi sengketa dengan negara tetangga. Mengenai
batas negara, UUD 1945 tidak menjelaskan secara jelas tentang batas
negara, melainkan hanya menyebut "seluruh tumpah darah Indonesia"
(Pembukaan UUD 45) dan Pasal 18 UUD 1945 menyebutkan
"pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil." Namun
demikian, mengenai batas negara Rl dan tantangannya dapat diketahui
dalam uraian berikut:

a. Risalah Sidang BPUPKI

Dalam risalah sidang BPUPKI tanggal 29 Mei-1 Juni 1945, tentang


masalah wilayah negara Rl dapat dicatat dari pendapat Dr. Supomo,
SH dan Muh.Yamin pada tanggal 31 Mei; serta Ir. Soekarno pada
tanggal-1 Juni 1945.

Supomo menyatakan, sebagai berikut:

"Tentang syarat mutlak lain-lainnya, pertama tentang daerah, saya


mufakat dengan pendapat yang mengatakan bahwa: pada dasarnya
Indonesia yang meliputi batas Hindia Belanda..." (Setneg Rl, tt. 25).

Muh. Yamin menyatakan sebagai berikut:

"Bahwa nusantara terang meliputi Sumatera, Jawa, Madura, Sunda


Kecil, Borneo, Selebes, Maluku-Ambon, dan Semenanjung Malaya,
Timor, danPapua. Daerah kedaulatan negara Rl ialah daerah delapan
yang menjadi wilayah pusaka Bangsa Indonesia." (Setneg Rl, tt. 49)

188
Soekarno menyatakan dalam pidatonya, sebagai berikut:

" ... orang dan tempat tidak dapat dipisahkan. Tidak dapat dipisahkan
rakyat dari bumi yang ada di bawah kakinya. Tempat itu yaitu tanah
air. Tanah air itu adalah satu kesatuan. Allah SWT membuat peta
dunia, menyusun peta dunia. Kalau kita melihat peta dunia, kita dapat
menunjukkan di mana "kesatuan-kesatuan" itu. Seorang anak kecil
pun, jikalau ia melihat dunia, ia dapat menunjukkan bahwa kepulauan
Indonesia merupakan satu kesatuan...." (Setneg Rl, tt. 66). Mengapa
batas negara tidak masuk dalam UUD 1945? Menu rut ketua PPKI, Ir.
Soekarno, bahwa dalam UUD modern, daerah (wilayah) tidak masuk
dalam UUD (Setneg Rl, tt. 347).

b. Ordonantie (UU Belanda) tahun 1939

Yang disahkan pada tanggal 26 Agustus 1939 dimuat dalam staat-


Ordonantie 1939 lebar iaut blad No. 422 Tahun 1939, tentang
"Territoriale Zee en Maritieme Indonesia sepanjang 3 mil Kriengen
Ordonantie." Dalam ketentuan ordonantie ini, penentuan lebar laut
wilayah sepanjang 3 mil laut dengan cara menarik garis pangkal
berdasarkan garis air pasang surut, dikenal pula dengan countour
pulau/darat. Ketentuan ini membuat Indonesia bukan sebagai negara
kesatuan, karena pada setiap wilayah laut terdapat laut bebas yang
berada di luar wilayah yurisdiksi nasional.Dengan demikian, secara
hukum dalam kantong-kantong laut nasional, tidak berlaku hukum
nasional.

c. Deklarasi Juanda, 13 Desember 1957

Perdana Menteri Ir. Juanda, mengeluarkan pengumuman Pemerintah


Rl tentang wilayah perairan negara RI yang dikenal dengan "Deklarasi
Juanda," yang pada hakikat adalah melakukan perubahan terhadap
ketentuan ordonansi pada lembaran negara (staatblad) No. 422
Tahup 1939, sebagai berikut:

189
1. Cara penarikan batas laut wilayah tidak lagi didasarkan pada
garis pasang surut air terendah (low water line), tetapi pada
sistem penarikan garis lurus (straight baseline) yang diukur dari
garis yang menghubungkan titik-titik ujung yang terluar dari
pulau-pulau atau bagian pulau yang termasuk ke dalam wilayah
negara Rl (point to point theory).

2. Penentuan lebar laut wilayah dari 3 mil laut menjadi 12 mil laut.
Deklarasi ini pada hakikatnya adalah menerapkan asas
archipelago atau asas nusantara. Di dalam deklarasi ini terkan-
dung kepentingan dan tujuan bangsa Indonesia, yaitu keutuhan
wilayah negara di lautan.

3. Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) sebagai rezim Hukum Internasi-


onal. Pada tanggal 21 Maret 1980, Pemerintah Indonesia telah
mengeluarkan pengumuman tentang ZEE selebar 200 mil yang
diukur dari garis pangkal wilayah laut Indonesia. Karena pen-
gumuman tersebut, sampai saat ini telah ada lebih kurang 90
negara yang telah mengeluarkan pernyataan pengakuan
tentang ZEE ataupun Zona Perikanan yang lebarnya 200 mil
tersebut. Kenyataan ini menunjukkan praktik negara yang
konsisten sehingga ada ataupun tidak konvensi mengenai
hukum laut yang baru, Zona Ekonomi Eksklusif telah menjadi
bagian dari hukum internasional kebisaaan. Dengan adanya
ZEE ini, sumber daya hayati maupun sumber alam lainnya yang
ada di permukaan laut, dasar laut, dan bawah laut menjadi hak
eksklusif negara Rl. Artinya, semua kegiatan eksplorasi,
eksploitasi, serta penelitian di ZEE harus mendapat izin dari
pemerintah Indonesia.

Dengan adanya Deklarasi Juanda, secara yuridis formal negara kita


menjadi utuh dan tidak terpecah lagi. Hal ini menimbulkan reaksi beberapa
negara yang beragam dan dapat dikategorikan menjadi empat macam
(Kusumaatmadja, 2002: 26):

190
a. Negara ASEAN termasuk Australia dan kini Timor Leste.

b. Negara yang berkepentingan terhadap usaha perikanan laut.

c. Negara maritim yang memiliki armada angkutan niaga besar.

d. Negara maritim besar, terutama negara adidaya dalam rangka


mencapai global strategi.

Geopolitik Dalam Pandangan Ahli:

Konsepsi Geopolitik lahir di Jerman, akhir abad XIX. Semula geopolitik


adalah ilmu bumi politik yang membahas masalah politik dalam suatu
Negara. Namun berkembang menjadi ajaran yang melegitimasikan Hukum
Ekspansi suatu Negara. Dengan demikian tidak dapat dilepaskan dari
pemikiran para ahlinya:

1. Friedrich Ratzel (1844-1904) asal Jerman dengan Teori Ruang, dalam


bukunya yang berjudul political geography atau ilmu bumi politik yang
mempelajari fenomena geografi dari aspek politik. Intinya ia
menyamakan negara sebagai makhluk hidup yang makin sempurna
dan membutuhkan ruang hidup yang makin meluas karena kebutuhan.
Dalam teorinya bahwa "bangsa yang berbudaya tinggi akan mem-
butuhkan sumber daya manusia yang tinggi dan akhirnya mendesak
wilayah bangsa yang "primitif." Pendapat ini dipertegas oleh Rudolf
Kjellen (1864-1922) asal Swedia dengan “Teori Kekuatan” yang
mengatakan bahwa "Negara adalah satuan politik yang menyeluruh
serta sebagai satuan biologis yang memiliki intelektualitas." Dengan
kekuatannya mampu mengeksploitasi negara "primitif" agar negaranya
dapat berswasembada. Beberapa pemikir sering menyebutnya
sebagai Darwinisme Sosial.

2. Karl Haushofer (1869-1946) asal Jerman yang melahirkan Pan Region


Theory, la berpendapat bahwa pada hakikatnya dunia dapat dibagi

191
dalam empat kawasan benua (Pan Amerika, Pan Asia Timur, Pan
Rusia India, dan Eroapa Afrika) dan masing-masing dipimpin oleh satu
bangsa. Teori ruang dan teori kekuatan merupakan hasil penelitiannya,
serta dikenal pula sebagai teori pan regional. Isi teori pan regional
antara lain:

1. Lebensraum (ruang hidup) yang "cukup."

2. Autarki (swasembada).

3. Dunia dibagi empat Pan Region yaitu: Pan Amerika, Pan Asia
Timur, Pan Rusia India, dan Pan Eropa Afrika.

3. Sir Halford Mackinder (1861-1947) asal Inggris dengan Teori Daerah


Jantung (wawasan benua). Teori ini menyatakan bahwa bila ingin
menguasai dunia, suatu bangsa harus menguasai daerah jantung dan
untuk itu diperlukan kekuatan darat yang memadai. Daerah jantung
menurut Mackinder adalah Rusia dan Eropa Timur. Jika daerah
jantung dapat dikuasai, maka berturut-turut akan dikuasai juga Siberia,
sebagian Mongolia, Daerah Bulan Sabit Dalam (Eropa Barat, Eropa
Selatan, Timur Tengah, Asia Selatan dan Asia Timur) dan Daerah
Bulan Sabit Luar (Afrika, Australia, Amerika, benua baru). Persyaratan
untuk menguasai dunia dengan menguasai daerah jantung dibutuhkan
kekuatan darat yang besar. Berdasarkan hal ini munculah konsep
Wawasan Benua atau konsep kekuatan darat di darat. Teorinya:

a. Who rules East Europe commands the Heartland..

b. Who rules the Heartland commands the world Island.

c. Who rules the world Island commands the world.

4. Sir Walter Raleigh (1554-1618) asal Inggris dan Alfred T. Mahan asal
Amerika Serikat (1840-1914) dengan Teori Kekuatan Maritim. Masing-

192
masing kedua pemikir tersebut; Sir W. Raleigh mengatakan, "Siapa
yang menguasai laut akan menguasai perdagangan dunia dan
akhirnya akan menguasai dunia." Sedangkan Alfred T. Mahan
mengatakan, "Laut untuk kehidupan, sumber daya alam (SDA)
banyak terdapat di laut, oleh karena harus dibangun armada laut yang
kuat untuk menjaganya." Dia juga mengatakan bahwa perlu juga
memerhatikan masalah akses ke laut dan jumlah penduduk karena
faktor ini juga memungkinkan kemampuan industri untuk kemandirian
suatu bangsa dan negara. Berdasarkan hal itu, muncul konsep
Wawasan Bahari atau konsep kekuatan di laut. Barang siapa yang
menguasai laut akan menguasayai kekayaan dunia.

5. Giulio Douhet (1869-1930) asal Italia dan William Mitchel asal Amerika
Serikat (1879-1936) mempunyai pendapat lain dibandingkan dengan
para pendahulunya. Mereka melihat kekuatan dirgantara lebih
berperan dalam memenangkan peperangan melawan musuh. Untuk
keduanya berkesimpulan, bahwa membangun armada atau angkatan
udara memungkinkan beroperasi sendiri tanpa dibantu oleh angkatan
lain. Disamping itu angkatan udara dapat menghancurkan musuh di
kandang musuh atau garis belakang medan peperangan. Berdasarkan
ini muncullah konsepsi Wawasan Dirgantara atau konsep kekuatan di
udara.

6. Nicholas J. Spykman (1893-1943) asal Amerika Serikat dengan Teori


Daerah Batas (Rim land Theory). Menurutnya "Penguasaan daerah
jantung harus memiliki akses ke laut dan hendaknya menguasai pantai
sepanjang Eurasia." Dalam teorinya tersirat:

a. Dunia terbagi empat, yaitu daerah jantung (heartland), bulan sabit


dalam (rimland), bulan sabit luar, dan dunia baru (benua Amerika).

b. Menggunakan kombinasi kekuatan darat, laut, dan udara untuk


menguasai dunia.

193
c. Daerah Bulan Sabit Dalam (Rimland) akan lebih besar
pengaruhnya dalam percaturan politik dunia daripada daerah jan-
tung.

d. Wilayah Amerika yang paling ideal dan menjadi negara terkuat.

e. Bangsa Indonesia.

Jika dilihat dari pemikiran para ahli diatas dapat disimpulkan, bahwa
pada masa ini geopolitik diidentikan dengan “keharusan” melakukan
ekspansi (perluasan wilayah) agar sebuah Negara tetap survive dan berjaya.
Kemugkinan besar teori inilah yang kemudian melahirkan Perang Dunia II
melibatkan Negara-negara besar yang memiliki keinginan menguasai
Negara-negara kecil.

Wawasan bangsa Indonesia tersirat melalui UUD 1945, antara lain


sebagai berikut:

1. Ruang hidup bangsa terbatas diakui intemasional.


2. Setiap bangsa sama derajatnya, berkewajiban menjaga perdamaian
dunia.
3. Kekuatan bangsa untuk mempertahankan eksistensi dan kemakmuran
rakyat.

Sebagai kesimpulan bahwa Teori Geopolitik menjadi doktrin dasar


bagi terbentuknya Negara nasional yang kuat dan tangguh. Sebagai doktrin
dasar, ada empat unsur yang perlu diperhatikan, yaitu:

1. Konsepsi ruang, merupakan aktualisasi dari pemikiran negara se-


bagai organisasi hidup.

2. Konsepsi frontier, merupakan konsekuensi dari kebutuhan dan


lingkungan.

3. Konsepsi politik kekuatan, menjelaskan tentang kehidupan bernegara.

194
4. Konsepsi keamanan negara dan bangsa, kemudian melahirkan kon-
sepsi geostrategi.

E. Wadah Wawasan Nusantara

Wawasan Nusantara diambil dari dua kata, yaitu wawasan dan


nusantara. Kata “wawas” berarti pandangan, tinjauan atau penglihatan.
Sedangkan “wawasan” merupakan suatu cara pandang, cara tinjau, atau
cara melihat. Sedangkan “nusantara” berasal dari kata “nusa” yang berarti
pulau atau kepuluan dan “antara” yang artinya diapit oleh dua hal dan “hal”
tersebut adalah dua benua (Asia dan Australia) dan dua samudera (Hindia
dan Pasifik).

Secara umum, wawasan nusantara dapat diartikan sebagai cara


pandang, sikap, dan kebjiakan, serta tindakan bangsa Indonesia mengenai
diri dan lingkungannya (geografis/wilayah/ruang) yang beragam berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945 dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan
untuk mencapai tujuan nasional. Dengan demikian tujuan wawasan
nusantara mewujudkan persatuan dan kesatuan segenap aspek kehidupan
nasional dan turut serta menciptakan ketertiban dan perdamaian dunia.

Hakikat tujuan wawasan nusantara adalah kesatuan dan persatuan


dalam kebhinekaan yang mengandung arti:

a) Penjabaran tujuan nasional yang telah diselaraskan dengan kondisi,


posisi dan potensi geografi serta kebhinekaan budaya.

b) Pedoman pola tindak dan pola pikir kebijaksanaan nasional.

Wadah meliputi tiga unsur :

195
1. Batas Ruang Lingkup

Bidang ini telah dibahas dalam asas kepulauan (archipelago), di mana


Wawasan Nusantara mempunyai bentuk wujud sebagai:

a. Nusantara.

b. Manunggal dan utuh menyeluruh.

1. Nusantara

Dalam bentuk wujud nusantara, maka batas-batas negara


ditentukan oleh lautan yang di dalamnya pulau-pulau serta
gugusan kepulauan yang saling berliubungan, tidak dipisahkan
oleh air, baik yang berupa laut maupun selat.

2. Manunggal

Seperti telah diuraikan di atas, tampak jelas sifat dan ciri pokok,
yaitu sebagai kesatuan dan persatuan (manunggal) seperti:

a. Wilayah Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau besar


maupun kecil dan dipisahkan serta dihubungkan oleh
lautan, pulau, dan selat, harus dijaga dan diusahakan
tetap menjadi satu kebulatan wilayah nasional dengan
segala isi dan kekayaannya. Selain kebulatan wilayah,
harus juga merupakan kesatuan wilayah, wadah, ruang
lingkup, matra, seluruh bangsa, serta menjadi modal milik
bersama bangsa.

b. Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai macam suku


bangsa, berbicara dalam berbagai macam bahasa daerah,
dan meyakini berbagai macam agama serta kepercayaan.
Oleh karena itu, harus diusahakan terwujudnya satu
kesatuan bangsa yang bulat.

196
2. Tata Susunan Pokok/lnti Organisasi

Sumber inti organisasi ialah Undang-undang Dasar (UUD) 1945, yang


menyangkut:

a. Bentuk dan kedaulatan Bab I Pasal (1):

1. Negara Indonesia ialah negara kesatuan yang berbentuk republik.

2. Kedaulatan ada di tangan rakyat, dan dilaksanakan menurut UUD.

b. Kekuasaan pemerintah negara, Bab III Pasal (4) dan (5), Presiden
Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut
Undang-Undang Dasar 1945.

c. Sistem pemerintahan yang ditegaskan dalam Undang-undang Dasar


1945 ialah:

1. Indonesia ialah negara yang berdasarkan atas hukum dan tidak


berdasarkan atas kekuasaan belaka.

2. Pemerintahan berdasarkan atas sistem konstitusi dan tidak ber-


dasarkan absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas).

3. Tata Susunan Pelengkap/Kelengkapan Organisasi

Tata kelengkapan organisasi, antara lain:

a. Aparatur Negara

Aparatur negara harus mampu mendorong, menggerakkan, serta


mengarahkan usaha-usaha pembangunan ke sasaran yang telah
ditetapkan, untuk kepentingan rakyat banyak.

b. Kesadaran Politik Masyarakat dan Kesadaran Bernegara

197
Kunci lain dalam pemantapan stabilitas politik juga terletak pada
kesadaran politik seluruh masyarakat, setiap orang, partai politik,
organisasi masyarakat, organisasi profesi/fungsional, juga seluruh
tubuh pemerintahan.

c. Pers

Pers yang sehat dalam arti pers yang bebas bertanggung jawab,
jujur, dan efektif dengan tulisan-tulisan yang memberikan penjelasan-
penjelasan yang jujur, dedikatif, dan bertanggung jawab.

F. Isi Wawasan Nusantara

Isi Wawasan Nusantara terdiri atas tiga unsur, yaitu:

1. Tujuan

Tujuan yang terkandung dalam Wawasan Nusantara adalah seperti


yang dirumuskan dalam pembukaan UUD 1945, yaitu:

“…….untuk membentuk suatu Pemerintahan Indonesia yang


melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial
……. “

Segenap aspek kehidupan nasional Indonesia juga selalu menganut


dimanunggalkan secara serasi dan berimbang, sesuai dengan makna
negara Bhinneka Tunggal Ika, yang merupakan ciri asasi dari falsafah
negara Pancasila.

2. Sifat dan Ciri-ciri

Wawasan Nusantara mempunyai ciri-ciri atau sifat:

198
a. Manunggal

Keserasian dan keseimbangan yang dinamis dalam segenap aspek


kehidupan, baik alamiah maupun sosial.Segenap aspek kehidupan
sosial tersebut selalu menuntut untuk dimanunggalkan secara serasi
dan berimbang, sesuai dengan makna sesanti Bhineka Tunggal Ika
yang merupakan sifat asasi dari negara Pancasila.

b. Utuh Menyeluruh

Utuh menyeluruh bagi nusantara dan rakyat Indonesia sehingga


merupakan satu kesatuan yang utuh bulat dan tidak dapat dipecah-
pecah oleh kesatuan apa pun dan bagaimanapun, sesuai dengan
Satu Nusa, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa.

3. Cara Kerja

Cara kerja dalam Wawasan Nusantara berpedoman pada Pancasila


sebagai kebulatan pandangan hidup bangsa Indonesia. Kristalisasi
kepribadian, berwujud tata pergaulan dalam kehidupan yang dicita-
citakan bersama serta asas kenegaraan menurut UUD 1945, bahwa
dalam pandangan hidup bangsa Indonesia, yaitu Pancasila, telah
terkandung pula cita-cita, asas-asas, serta nilai-nilai filosofis.

G. Tata Laku Wawasan Nusantara

Mengenai tata laku dapat dirinci dalam dua unsur, yaitu tata laku
batiniah dan tata laku lahiriah. Tata laku batiniah tumbuh dan terbentuk
karena kondisi dalam proses pertumbuhan hidupnya, pengaruh keyakinan
pada suatu agama/kepercayaan termasuk tuntutan budi pekerti, seperti
pengaruh kondisi kekuasaan yang memungkinkan berlangsungnya
kebisaaan-kebisaaan hidupnya.

199
Wawasan Nusantara dalam wujud dan wadahnya, merupakan
kesatuan yang meliputi:

1. Isi Republik Indonesia berupa falsafah Pancasila dan UUD 1945.

2. Wadah Republik Indonesia berupa nusantara, yang manakala diisi


atau diberi "isi" menampakkan wujud dan wadahnya sebagai Wawasan
Nusantara.

3. Tata laku Republik Indonesia berupa UUD 1945 yang bila


dilaksanakan dan diterapkan berdasarkan Wawasan Nusantara, akan
menghasilkan Ketahanan Nasional Indonesia.

H. Implementasi Wawasan Nusantara

Implementasi Wawasan Nusantara dimaksudkan menerapkan atau


melaksanakan Wawasan Nusantara dalam kehidupan sehari-hari secara na-
sional yang mencakup kehidupan politik, ekonomi, sosial dan budaya, serta
pertahanan nasional. Dalam mengimplementasikan Wawasan Nusantara,
maka pemikiran, sikap, dan tindak tanduk warga negara Indonesia harus
bercermin pada Wawasan Nusantara dengan mengutamakan kepentingan
bangsa di atas kepentingan pribadi dan golongan.

1. Implementasi Wawasan Nusantara dalam Kehidupan Politik

Penerapan Wawasan Nusantara dalam kehidupan politik dapat


diartikan bahwa seluruh kehidupan, ketatanegaraan, baik menyangkut dasar
dan sistem pemerintahan Indonesia, harus mengutamakan persatuan dan
kesatuan serta wilayah Indonesia. Untuk mengimplementasikan Wawasan
Nusantara beberapa hal berikut harus diperhatikan:

200
a. Pelaksanaan kehidupan politik yang diatur dalam undang-undang,
seperti UU Partai Politik, UU Pemilihan Umum, UU Pemilihan
Presiden, UU Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD, DPRD I,
dan DPRD II, serta pelaksanaannya harus sesuai hukum dan
mementingkan kepentingan persatuan bangsa. Pemilihan presiden,
anggota DPR, dan kepala daerah, di samping menjalankan prinsip
demokratis dan mungkin menyebabkan kekecewaan dan
kekurangadilan dalam praktik, tidak diperbolehkan sampai
menghancurkan persatuan dan kesatuan bangsa. Demokrasi politik
harus diiringi dengan prinsip kedewasaan, yaitu siap menang, siap
kalah, dan melakukan kompromi.

b. Pelaksanaan kehidupan bermasyarakat dan bernegara di Indonesia


harus berdasarkan hukum yang berlaku. Implementasi dari adanya
satu hukum, bahwa seluruh Indonesia harus mempunyai dasar hukum
yang sama bagi setiap warga negara, dan tidak ada prinsip
pengecualian. Di Indonesia terdapat banyak produk hukum yang
dapat diterbitkan oleh provinsi dan kabupaten, semua keputusan
dalam bentuk peraturan daerah (perda) tersebut tidak boleh
bertentangan dengan hukum yang berlaku di tingkat nasional, namun
dapat mengakomodasi kepentingan daerah atau hukum adat yang
ada.

c. Mengembangkan hak asasi manusia dan sikap pluralisme untuk


mempersatukan berbagai suku, agama, dan bahasa yang berbeda-
beda. Dengan mengembangkan hak asasi dan pluralisme akan
menumbuhkan rasa toleransi, sikap menghargai terhadap perbedaan
sehingga kesatuan bangsa lebih mudah dipelihara.

d. Memperkuat komitmen politik terhadap partai politik dan lembaga


pemerintahan untuk meningkatkan semangat kebangsaan, dan
pertahanan untuk menjaga kesatuan bangsa yang terdiri atas pulau-
pulau.

201
e. Meningkatkan peran Indonesia dalam kancah internasional dan mem-
perkuat korps diplomatik untuk mempertahankan posisi dan
kedaulatan wilayah Indonesia dari upaya pencaplokan wilayah
Indonesia terutama pulau-pulau terluar dan pulau kosong.

2. Implementasi Wawasan Nusantara dalam Kehidupan Ekonomi

Implementasi dalam kehidupan ekonomi dimaksudkan sebagai upaya


pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
manusia yang ada di Indonesia dalam rangka peningkatan pendapatan
ekonomi dan harus memerhatikan asas manfaat, keadilan, efisiensi, sesuai
kebutuhan, dan menjaga kelestarian alam sehingga umur ekonomi dapat
diperpanjang untuk generasi mendatang, sehingga eksistensi negara
Indonesia pada saat ini dan masa mendatang akan terjamin. Untuk
mengimplementasikan Wawasan Nusantara beberapa hal berikut harus
diperhatikan:

a. Wilayah Nusantara merupakan potensi ekonomi yang tinggi.


Beberapa potensi tersebut adalah: (1) posisi di khatulistiwa
memungkinkan matahari muncul setiap hari dan dengan tanah yang
subur menjadikan potensi pertanian yang besar; (2) luas wilayah laut
dengan diakuinya ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif), menjadikan
Indonesia mempunyai pantai terpanjang di dunia dan merupakan
potensi bagi pengembangan industri kelautan; (3) Indonesia
mempunyai luas hutan tropis yang cukup besar untuk potensi industri
kehutanan; (4) Indonesia mempunyai hasil tambang dan minyak yarig
relatif besar; dan (5) Indonesia mempunyai jumlah penduduk yang
besar, sehingga menjadi potensi tenaga kerja dan pasar sekaligus.
Melihat potensi yang besar, maka pembangunan ekonomi harus
memaksimalkan potensi yang ada. Fokus pembangunan ekonomi
harus berdasarkan kondisi alam di Indonesia, oleh sebab itu fokus

202
pada sektor dan industri pertanian menjadi dasar yang kuat bagi
pembangunan ekonomi Indonesia.

b. Pembangunan ekonomi harus memerhatikan keadilan dan


keseimbangan antardaerah. Kepincangan ekonomi akan
menyebabkan adanya disintegrasi bangsa, oleh sebab itu adanya
otonomi daerah merupakan salah satu jawaban dalam upaya
menciptakan keadilan ekonomi. Otonomi daerah harus didukung terus
dan dilakukan perbaikan berkelanjutan. Selain itu, untuk menciptakan
keadilan, alokasi dana umum (DAU) dan dana perimbangan
pemerintah pusat dan daerah harus tetap dijalankan dengan
transparan untuk menciptakan keadilan, karena ada daerah yang
kaya dengan sumber daya alam dan ada yang miskin sumber daya
alam.

c. Pembangunan ekonomi harus dirancang dengan melibatkan


partisipasi rakyat, dan karenanya pengembangan usaha kecil dan
menengah yang jumlahnya sangat besar perlu didorong dan diberikan
fasilitas seperti kredit mikro, dan pemberian pelatihan serta peluang
pasar.

3. Implementasi Wawasan Nusantara dalam Kehidupan Sosial

Implementasi dalam kehidupan sosial dimaksudkan sebagai


penerapan budaya yang berupa adat istiadat dan tata cara, serta unsur
sosial seperti lembaga kemasyarakatan dan lapisan masyarakat yang
jumlahnya sangat banyak di Indonesia sehingga dapat memperkokoh
persatuan dan kesatuan bangsa. Untuk mengimplementasikan Wawasan
Nusantara, beberapa hal berikut harus diperhatikan:

a. Mengembangkan perikehidupan bangsa yang serasi antara


masyarakat yang berbeda, baik budaya maupun status sosial, dan
daerah dengan tingkat kemajuan yang sama, merata, dan seimbang
dengan kemajuan bangsa. Hal ini dapat dilakukan dengan pemerataan

203
pendidikan, sehingga tingkat pengetahuan antardaerah sama, program
wajib belajar harus.berjalan dan diprioritaskan bagi daerah yang masih
tertinggal. Selain program wajib belajar, program pertukaran anggota
masyarakatdan siswa perlu dilakukan untuk ciptakan keseimbangan
antardaerah.

b. Pembangunan bidang sosial harus berorientasi pada pengembangan


budaya Indonesia. Di Indonesia terdapat banyak sekali budaya karena
faktor suku dan daerah yang banyak. Budaya ini menjadi kekayaan
Indonesia dan harus dilestarikan. Program pelestarian budaya,
pengembangan museum, dan cagar budaya harus diperhatikan dan
ditingkatkan untuk mengembangkan kebudayaan Indonesia dan dapat
dijadikan kegiatan pariwisata sebagai sumber pendapatan nasional
dan daerah.

4. Implementasi Wawasan Nusantara dalam Kehidupan Pertahanan dan


Keamanan

Implementasi dalam kehidupan pertahanan dan keamanan


dimaksudkan untuk melaksanakan kegiatan dalam pertahanan dan
keamanan baik matra darat, laut, danudara dengan memperhatikan
partisipasi aktif dari masyarakat didalam rangka menjaga persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia.

Didalam rangka mengimplementasikan Wawasan Nusantara, harus


memperhatikan beberapa hal berikut:

a. Kegiatan pembangunan pertahanan dan keamanan harus


memberikan kesempatan kepada setiap warga negara untuk berperan
aktif. Kegiatan mempertahankan negara merupakan kewajiban setiap
warga negara.Oleh sebab itu, peran warga negara perlu ditingkatkan,
seperti memelihara lingkungan tempat tinggal, meningkatkan
kemampuan disiplin, melaporkan hal-hal yang mengganggu
keamanan kepada aparat, dan bahkan kegiatan belajar kemiliteran.

204
b. Membangun rasa persatuan, sehingga ancaman suatu daerah atau
pulau juga menjadi ancaman bagi daerah lain. Rasa persatuan ini
dapat diciptakan dengan membangun solidaritas dan hubungan erat
antara warga negara yang berbeda daerah dengan kekuatan
keamanan. Program seperti mengikutsertakan siswa dan mahasiswa
serta masyarakat dalam kegiatan operasional TNI dari satu daerah
dengan daerah lain dapat memupuk rasa persatuan.

c. Membangun TNI yang profesional serta menyediakan sarana dan


prasarana yang memadai bagi kegiatan pengamanan wilayah
Indonesia terutama pulau dan wilayah terluar Indonesia.

_____________________________________________________________

Diskusi

Soal Laut Cina Selatan, RI tak Takut Minta Cina Mundur

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Luar Negeri, Marty Natalegawa,


menegaskan sikap Indonesia terhadap persoalan Laut Cina Selatan,
Menurutnya, Indonesia tidak takut untuk meminta Cina mundur dari
persoalan Laut Cina Selatan.

"Kenapa takut? Gak ada masalah. Kan memang ini untuk kepentingan
tiongkok juga," katanya, Jumat (10/8). Jika jalur diplomasi tersumbat atau
terganggu antara ASEAN dan Tiongkok, misalnya soal Laut Cina Selatan itu
bisa membawa dampak yang lebih luas terhadap hubungan Tiongkok dan
ASEAN.

"Saya kira mereka juga memiliki kepentingan untuk bisa mengelola masalah
ini dengan baik," katanya. Menurutnya, road map untuk hal itu sudah jelas
dengan adanya kesepakatan bersama para Menlu ASEAN atas persoalan
Laut Cina Selatan.

Di dalam kesepakatan para Menlu ASEAN, tercantum Pelaksanaan DOC


(declaration of conduct) yang menyusun code of conduct yang sudah

205
disepakati elemen-elemennya dan unsur-unsurnya di Phnom Phenh,
Kamboja.

"Indonesia sendiri sedang bekerja untuk menjabarkan elemen-elemen itu


untuk menjadi suatu draf yang lebih utuh. Bersama dengan itu komunikasi
dengan Tiongkok penting untuk mengetahui pandangan dia. Pembahasan
Laut Cina Selatan sebagai bagian dari kerja sama ASEAN-Tiongkok, bagian
dari perkembangan di kawasan, masalah kelautan. Semua sangat bisa
dipahami," katanya

Sumber:http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/12/08/10/m8ixm
8-soal- laut-cina-selatan-ri-tak-takut-minta-cina-mundur

Untuk lebih menajamkan diskusi ini berikut adalah foto reklamasi China
Selatan yang diambil dari satelit:

Berikan analisis Anda terhadap berita dan ganmbar di atas dan bagaimana
tanggapan Anda dalam kasus Laut Cina Selatan itu?

206
Formulir 1

Ringkasan Pemahaman Materi

Bab : ……………………………………………………………………………..
Topik : ……………………………………………………………………………..

Nama : ………………………………………………………………….
NIM : ………………………………………………………………….
Program Studi : …………………………………………………………………..

Tuliskan pemahaman Anda mengenai materi pada bab ini !

Paraf Dosen

Catatan:
1. Setelah Anda mengisi formulir 1 ini secara lengkap kemudian
kumpulkan kepada dosen sebelum perkuliahan berlangsung.
2. Formulir ini diisi sebagai syarat Anda mengikuti perkuliahan.

207
Formulir 2

Hasil Disusi Kelompok


Bab : ........................................................................................................
Topik : ........................................................................................................

Kelas : ...........................................................................................
Program Studi : ...........................................................................................
Kelompok : ...........................................................................................
Ketua : ...........................................................................................
Anggota : 1. ......................................................................................
2. ......................................................................................
3. ......................................................................................
4. ......................................................................................
5. ......................................................................................

Tuliskan hasil diskusi kelompok Anda pada formuir ini!

Paraf Ketua Kelompok

208
BAB IX

KETAHANAN NASIONAL

Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mempelajari bab ini, pembaca diharapkan dapat:

1. Menyebutkan pengertian Ketahanan Nasional.

2. Menguraikan tujuan Ketahanan Nasional.

3. Menjelaskan sifatKetahanan Nasional.

4. Mengetahui konsepsi Ketahanan Nasional.

5. Mengetahui asas-asas Ketahanan Nasional.

6. Mengetahui permasalahan dalam Ketahanan Nasional.

7. Mengetahui aspek-aspek Ketahanan Nasional baik aspek alamiah (Tri


Gatra) dan aspeksosial(Panca Gatra).

8. Mengetahui relasi wawasan nusantara, ketahanan nasional dan


pembangunan nasional.

Deskripsi Singkat

Pada bab ini Anda akan mempelajari dan mendiskusikan tentang ketahanan
nasional dalam berbagai aspeknya. Setelah Anda membaca dan memahami
secara mendalam diharapkan Anda dapat menjelaskan tentangpengertian
Ketahanan Nasional, tujuan,sifat, konsepsi, serta asas,permasalahan,
danaspek-aspek Ketahanan Nasional baik aspek alamiah (Tri Gatra).

209
Jugaaspek sosial (Panca Gatra), dan relasi wawasan nusantara, ketahanan
nasional dan pembangunan nasional.

Pokok Bahasan

A. Pengertian Ketahanan Nasional.

B. Tujuan Ketahanan Nasional.

C. SifatKetahanan Nasional.

D. Konsepsi Ketahanan Nasional.

E. Asas-asas Ketahanan Nasional.

F. Permasalahan dalam Ketahanan Nasional.

G. Aspek-aspek Ketahanan Nasional baik aspek alamiah (Tri Gatra) dan


aspeksosial(Panca Gatra).

H. Relasi wawasan nusantara, ketahanan nasional dan pembangunan


nasional.

Bahan Bacaan

1. Bodenhamer David, J. 2001. Federalism and Democracy. Working


Paper. US Washington D.C.: Department of State.

2. ICCE UIN. 2003. Pendidikan Kewarganegaraan: Demokrasi, Hak Asasi


Manusia, Masyarakat Madani. Jakarta: UIN dan Prenada Media..

3. Kusnardi, M. dan Bintan Saragih. 2000. Ilmu Negara.. Jakarta: Gaya


Media Pratama.

4. Mansur, Hamdan, dkk. 2002. Pendididikan Kewarganegaraan. Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama.

5. Muluk Hadi, 2005. Otonomi Daerah Akibatkan Perubahan Identitas


Nasional. Perspektif, Oktober 2005.

210
6. Sedarmayanti. 2003. Good Governance dalam Rangka Otonomi
Daerah. Bandung: Mandar Maju.

7. Syarbaini, Syahrial (Editor). 2005. Materi Perkuliahan Pendidikan


Kewarganegaraan (PKn). Suscadoswar. Jakarta : Dikti.

Pertanyaan Kunci

1. Jelaskan pengertian Ketahanan Nasional.

2. Uraikan tujuan Ketahanan Nasional.

3. Jelaskan sifat Ketahanan Nasional.

4. Jelaskan bagaimana konsepsi Ketahanan Nasional.

Tugas

Anda harus membaca isi Bab 8 dan menuliskan pemahaman Anda pada
Formulir 1 serta menyerahkannya kepada dosen sebelum perkuliahan
dimulai.

A. Ketahanan Nasional

1. Pengertian Ketahanan Nasional

Kasus impor beras plastik membuat DPR Rl berencana membuat hak


angket yaitu hak menyelidiki kebijakan pemerintah. Tindakan ini diperlukan
karena impor tersebut menunjukkan lemahnya daya tawar bangsa terhadap
ketahanan pangan nasional. Pada kasus lain ada kegamangan dalam
pertahanan budaya, di mana generasi muda mulai enggan menggunakan
budaya nasional dan mulai terimbas budaya global. Oleh sebab itu,
perjuangan mengisi kemerdekaan pada saat ini harus berdasarkan

211
kemampuan nasional dan dibina secara berkelanjutan walaupun dihadapkan
pada berbagai jenis kendala, seperti pluralisme masyarakat, kondisi
geografis, dan dinamika lingkungan yang dampaknya tidak mungkin
diabaikan.Untuk itu diperlukan suatu strategi guna mewujudkan cita-cita
tersebut.

Strategi adalah ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya


bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam keadaan perang
dan damai (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002). Geostrategi adalah
suatu strategi dalam memanfaatkan kondisi geografis negara dalam
menentukan kebijakan, tujuan dan sarana untuk mewujudkan cita-cita
proklamasi dan tujuan nasional. Geostrategi memberi arahan tentang
bagaimana merancang strategi pembangunan guna mewujudkan masa
depan yang lebih baik, aman dan sejahtera.

Geostrategi/Ketahanan Nasional Indonesia adalah strategi dalam me-


manfaatkan konstelasi geografi negara Indonesia untuk menentukan kebi-
jakan, tujuan, dan sarana-sarana untuk mencapai tujuan nasional bangsa
Indonesia, serta memberi arahan tentang bagaimana merancang strategi
pembangunan guna mewujudkan masa depan yang lebih baik, aman, dan
sejahtera. Geostrategi Indonesia bukanlah merupakan geopolitik untuk
kepentingan politik dan perang tetapi untuk kepentingan kesejahteraan dan
keamanan. Geostrategi Indonesia dirumuskan dalam wujud konsepsi
"Ketahanan Nasional."

Geostrategi/Ketahanan Nasional adalah kondisi kehidupan nasional


yang harus diwujudkan.Kondisi kehidupan tersebut sejak dini dibina secara
terus-menerus dan sinergis mulai dari pribadi, keluarga, lingkungan, daerah,
dan nasional. Proses berkelanjutan untukmewujudkan kondisi tersebut
dilakukan berdasarkan pemikiran geostrategi berupa konsepsi yang
dirancang dan dirumuskan dengan memerhatikan kondisi bangsa dan
konstelasi geografi Indonesia.

212
2. Tujuan Ketahanan Nasional

Geostrategi/Ketahanan Nasional diperlukan dalam menunjang


keberhasilan tugas pokok pemerintahan, seperti tegaknya hukum dan
ketertiban, terwujudnya kesejahteraan dan kemakmuran, terselenggaranya
pertahanan dan keamanan, terwujudnya keadilan hukum dan keadilan
sosial, serta terdapatnya kesempatan rakyat untuk mengaktualisasikan diri.

3. Fungsi Ketahanan Nasional

Ketahanan Nasional Indonesia mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Daya Tangkal. Dalam kedudukannya sebagai konsepsi


penangkalanGeostrategi Indonesia ditujukan untuk menangkal segala
bentuk ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan terhadap
identitas, integritas, eksistensi bangsa, dan Negara Indonesia dalam
aspek:
a. Ketahanan pada aspek ideologi. Ketangguhan kekuatan nasional
dalam menghadapi ancaman dari luar maupun dari dalam, dalam
rangka menjamin kelangsungan kehidupan ideologi bangsa dan
negara Republik Indonesia.
b. Ketahanan pada aspek politik. Untuk mengejar ketinggalan dari
negara maju, kita perlu mengadakan proses perubahan atau
modernisasi, penegakan hukum, dan menegakkan disiplin nasional.
c. Ketahananan pada aspek ekonomi. Ketangguhan kekuatan nasional
dalam kegiatan yang berkaitan dengan produksi, distribusi, dan
konsumsi barang dan jasa, usaha untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat baik secara individu maupun kelompok.
d. Ketahanan pada aspek sosial budaya. Ketangguhan kekuatan na-
sional dalam menghadapi ancaman dari luar maupun dari dalam,
dalam rangka menjamin kelangsungan kehidupan sosial budaya
bangsa dan negara Republik Indonesia.

213
e. Ketahanan pada aspek pertahanan keamanan. Ketangguhan
kekuatan pertahanan nasional dan upaya untuk melindungi
kepentingan bangsa dan negara demi tetap terwujudnya kondisi
kelangsungan hidup bangsa.

2. Berfungsi sebagai pengarah bagi pengembangan potensi kekuatan


bangsa dalam ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan
keamanan (hankam) sehingga tercapai kesejahteraan rakyat. Ketahanan
Nasional sebagai pengarah berfungsi menyatukan pola pikir, pola tindak,
dan cara kerja intersektor, antarsektor, dan multidisipliner. Cara kerja ini
selanjutnya diterjemahkan dalam RJP (rencana jangka panjang) yang
dulu dikenal dengan GBHN. RJP yang dibuat pemerintah dan disetujui
DPR memuat kebijakan dan strategi pembangunan dalam setiap sektor
untuk mencapai tujuan nasional masyarakat adil dan makmur.

4. Sifat Ketahanan Nasional

Untuk mewujudkan Ketahanan Nasional, dilaksanakan dengan


mengelola dan menyelenggarakan kesejahteraan dan keamanan terhadap
sistem kehidupan nasional. Sebagai konsepsi pengaturan dan
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara, metode pendekatan
dan pengkajian Ketahanan Nasional terdiri atas pendekatan keamanan dan
pendekatan kesejahteraan. Sifat-sifat Ketahanan Nasional adalah sebagai
berikut:

1. Manunggal
Dalam membangun Ketahanan Nasional adanya kesatuan yang bersifat
komprehensif-integral antara trigatra dan pancagatra. Sifat integratif tidak
mempunyai arti mencampuradukkan semua aspek sosial secara begitu
saja, tetapi integrasi dilaksanakan secara serasi,imbang, dan harmonis.
2. Mawas ke Dalam

214
Geostrategi/Ketahanan Nasional ditujukan ke dalam diri bangsa dan
Negara sendiri karena bertujuan untuk mewujudkan hakekat dan sifat
nasional.
3. Kewibawaan Geostrategic/Ketahanan Nasional bertujuan mewujudkan
kewibawaan nasional, dan harus diperhitungkan oleh pihak lain.
4. Berubah menurut Waktu
Ketahanan Nasional bersifiat dinamis dan dapat berubah sesuai dengan
situasi dan kondisi bangsa.
5. Tidak Membenarkan Sikap Adu Kekuasaan dan Adu Kekuatan
Konsepsi Ketahanan Nasional dapat dipandang sebagai suatu alternatif
lain dari konsepsi yang mengutamakan penggunaan adu kekuasaan dan
adu kekuatan yang masih dianut oleh negara-negara maju pada
umumnya.
6. Percaya pada Diri Sendiri
Geostrategi/KetahananNasional dikembangkan dan ditingkatkan
berdasarkan sikap mental percaya pada diri sendiri. Suatu bangsa yang
merdeka dan berdaulat harus percaya dan yakin, bahwa ia dapat
mengurus dan mengatur rumah tangga sendiri dengan baik dan tidak
tergantung kepada bantuan luar. Andai kata diperlukan bantuan, maka
hal tersebut bersifat komplementer.
7. Tidak Tergantung pada Pihak Lain
Geostrategi/Ketahanan Nasional dibangun dan dikembangkan atas dasar
kemampuan sendiri dengan memanfaatkan segenap aspek kehidupan
nasional. Pengembangan kemampuan nasional dalam meningkatkan
daya saing bangsa diupayakan untuk tidak tergantung pada pihak lain.
Walaupun kebanyakan negara berkembang merupakan bekas daerah
jajahan yang masih dipengaruhi mental kolonial dan rasa tergantung
kepada bekas penjajahnya.

215
5. Konsepsi Ketahanan Nasional

Konsepsi adalah teori atau model yang merupakan pedoman dalam


menciptakan Ketahanan Nasional melalui pembangunan seluruh aspek
Ketahanan Nasional. Seluruh aspek yang dimaksud adalah meliputi aspek
trigatra (tiga gatra) dan aspek pancagatra (lima gatra) yang keduanya dikenal
dengan astagatra (delapan gatra).

Model-model yang ada dalam konsepsi Ketahanan Nasional meliputi:

1. Model Astagatra

Model astragatra merupakan model yang berisi delapan gatra yang


terdiri atas trigarta (Geografi, SDA, Demografi) dan Pancagatra (Ideologi,
Politik, Ekonomi, Sosial dan Budaya, serta Pertahanan, dan Keamanan).
Secara matematis, model ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

K (n) - f (Trigatra, Pancagatra) t - f (G, D, A), (I, P, E, S, H)t

Keterangan:

K(n) - Kondisi Kekuatan Nasional yang Dinamis


G - Kondisi Geografi
D - Kondisi Demografi
A - Kondisi Kekayaan Alam
1 - Kondisi Pemahaman dan Pengamatan Ideologi
P - Kondisi Sistem Politik
E - Kondisi Sistem Ekonomi
S - Kondisi Sistem Sosial Budaya
H - Kondisi Sistem Hankam
F - Fungsi dalam Pengertian Matematis
216
T - Dimensi Waktu
Antara trigatra dan pancagatra ada korelasi atau hubungan dan
interdepensi atau salin ketergantungan. Juga keduanya bersifat
komprehensif integral di dalam astagatra.

Model Morgenthau

Morgenthau mengadakan observasi atas tata kehidupan nasional se-


cara mikro dilihat dari luar sehingga ketahanan masyarakat bangsa
ditampilkan sebagai kekuatan.

Secara matematis, model ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

K (n) - f (Unsur Stabil), (Unsur Berubah)

K (n) - f (G,A),(T, M, D, C, L, O)

Keterangan

K(n) = Kekuatan Nasional

G = Kemampuan Geografi

A = Kemampuan SDA

T = Kemampuan Industri

M = Kemampuan Mil iter

D = Kemampuan Demografi

C = Karakter Nasional

L = Moral Nasional

O = Kualitas Diplomasi

217
Model yang menekankan pentingnya Kekuatan Nasional dibina dalam
kaitannya dengan negara-negara lain. Artinya model ini menganggap
pentingnya perjuangan untuk mendapatkan power position (posisi yang kuat)
dalam satu kawasan. Sebagai konsekuensinya maka terdapat advokasi
untuk memperoleh power position sehingga muncul strategi ke arah balance
of power (kekuatan penyeimbang).

Model Alfred Thayer Mahan

Model ini menganggap bahwa kekuatan nasional suatu bangsa dapat


dipenuhi apabila bangsa tersebut memenuhi unsur-unsur berikut: geografi,
bentuk dan wujud bumi, luas wilayah, jumlah penduduk, watak nasional atau
bangsa, dan sifat pemerintahan. Menurut Mahan, kekuatan negara tidak
hanya tergantung pada luas wilayah daratan, akan tetapi sangat tergantung
juga pada faktor luasnya akses ke laut dan bentuk pantai dari wilayah
negara. Mahan juga berpendapat bahwa ada Kempat faktor yang
membentuk kekuatan laut suatu negara.

Keempat faktor tersebut adalah :

a. Situasi geografi, khususnya mengenai morfologi topografinya yang


dikaitkan dengan akses ke laut dan penyebaran penduduk.
b. Kekayaan alam yang dikaitkan dengan kemampuan industri serta
kemandirian dalam penyediaan pangan.
c. Konfigurasi wilayah negara yang akan memengaruhi karakter rakyat
dan orientasinya.
d. Jumlah penduduk

Model Cline

Cline melihat suatu negara dari luar sebagaimana dipersepsikan oleh


negara lain. Baginya hubungan antarnegara pada hakikatnya sangat

218
dipengaruhi oleh persepsi suatu negara terhadap negara lainnya, termasuk
di dalamnya persepsi atas sistem penangkalan dari negara lainnya. Dalam
bentuk matematis, model cline ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

P(p) - (Cr + M + E) (S + W)

Keterangan

P(p) = Perceived Power, Kekuatan Nasional Sebagaimana Dipersep

sikan oleh negara lain

Cr = Critical mass, yaitu Strategi antara Potensi Demografi dengan

Geografi

M = Kemampuan Militer

E = Kemampuan Ekonomi

S = Strategi Nasional

W = Kemauan Nasional atau Tekad Rakyat untuk Mewujudkan Strategi

nasional.

Model ini (Cr + M + E) merupakan faktor yang berwujud (tangible),


sedangkan (S + W) yaitu bagian yang tidak berwujud (intangible). Faktor
yang tangible, yaitu critical mass, yang dipresentasikan sebagai penjumlahan
dari potensi demografi dan geografi yang efektif untuk menunjang
pembentukan Kekuatan Nasional.

Menurut Cline bahwa suatu negara akan muncul sebagai kekuatan


besar apabila ia memiliki potensi geografi besar (wilayah besar) dan SDA
(Sumber Daya Alam) yang besar pula. Model ini mengatakan bahwa suatu
negara kecil bagaimanapun majunya tidak akan bisa memproyeksikan diri
sebagai negara besar Sebaliknya, suatu negara dengan wilayah yang besar

219
akan tetapi jumlah penduduknya yang kecil juga tidak akan menjadi negara
yang besar walaupun berteknologi maju.

B. Aspek-aspek Ketahanan Nasional

Komponen ini adalah komponen strategi yang terdiri atas delapan


gatra (aspek). Delapan gatra (aspek) ini dapat diklasifikasi dalam dua bagian
yang meliputi:

Aspek Alamiah (Trigatra)

Adalah komponen yang bersifat alamiah (tetap). Komponen ini me-


liputi tiga unsur yaitu:

a. Aspek Geografi

Aspek Geografi adalah aspek yang berkaitan dengan letak kondisi bumi di
mana negara berada.Pengaruh letak geografi terhadap politik melahirkan
geopolitik (Wawasan Nusantara) dan geostrategi (Ketahanan Nasional).
Beberapa Wawasan Nasional yang tumbuh karena pengaruh geografi
adalah seperti:

1. Wawasan benua adalah cara pandang negara yang dilandasi


lingkungan Negara.
2. yang serba daratan (benua) atau yang dikenal dengan Land Locked
Country.
3. Wawasan bahari adalah cara pandang negara yang dipengaruhi oleh
kondisi.
4. negara yang bersifat archipelago, tetapi negaranya sendiri bersifat
daratan.

220
5. Wawasan dirgantara adalah cara pandang negara yang dipengaruhi
oleh kondisiwilayah dirgantara yang strategis bagi penempatan GSO
(Geo Stationary Orbit).

6. Wawasan kombinasi adalah cara pandang negara yang dipengaruhi


oleh kondisigeografis negara yang memiliki wilayah daratan, lautan,
dan udara yang strategis (relatif berimbang).

Dalam kaitan dengan Wawasan Nasional di atas, negara Indonesia


dapat dikategorikan sebagai negara kesatuan yang menganut wawasan
kombinasi atau Wawasan Nusantara.

b. Sumber Daya Alam

Kekayaan alam yang terkandung dalam sumber daya alam (SDA)


Indonesia dapat dibagi tiga golongan, yaitu:

1. Hewani (fauna) adalah sumber daya alam yang menjadi sumber


bahan makananyang berasal dari binatang (hewan).
2. Nabati (flora) adalah sumber daya alam yang dapat menjadi sumber
bahanmakanan yang berasal dari unsur tumbuh-tumbuhan.
3. Mineral (tambang) adalah sumber daya alam yang memiliki nilai
tambah bagi devisa negara yang berasal dari eksplorasi dalam bumi.

Pola dasar pengelolaan sumber daya alam di atas, dilakukan


berdasarkan pada asas, yaitu:

1. Maksimal, yaitu prinsip pengelolaan sumber daya manusia secara


menyeluruh dan sungguh-sungguh oleh seluruh elemen bangsa dan
negara.

2. Lestari, yaitu prinsip pengelolaan SDA yang mengutamakan


kelangsungan lingkungan hidup secara berkelanjutan (sustainable).

221
3. Daya saing, yaitu prinsip pengelolaan SDA yang berorientasi pada
kualitas dan kuantitas yang bisa memiliki daya saing dengan produk
SDA negara asing (luar negeri).

Untuk mengatasi kesenjangan (gap) antara potensi SDA dengan


penduduk, maka diupayakan:

1. Menyusun pola pengelolaan SDA.

2. Mengembangkan IPTEK.

3. Membina kesadaran nasional.

4. Mengadakan program pembangunan yang serasi.

5. Mengadakan pembentukan modal yang cukup.

6. Menciptakan daya beli konsumen yang cukup.

c. Keadaan dan Kemampuan Penduduk

Penduduk adalah orang yang mendiami suatu tempat dalam wilayah


tertentu dengan tanpa melihat status kewarganegaraan yang dianut oleh
orang tersebut.

Masalah yang dihadapi dalam kependudukan adalah meliputi:

1. Jumlah Penduduk. Hal yang menjadi masalah dalam jumlah penduduk


adalah makinmeningkatnya jumlah penduduk yang tidak memiliki
kualitas, baik dirinya, masyarakat, dan negara.

2. Komposisi penduduk adalah susunan penduduk menurut usia, jenis


kelamin, agama, suku bangsa, dan pendidikan.

3. Distribusi Penduduk. Hal yang menjadi masalah dalam distribusi


penduduk adalah penyebaran penduduk yang tidak merata ke seluruh
wilayah negara (tanah air).

222
Aspek Sosial (Pancagatra)

Komponen pancagatra adalah komponen yang meliputi lima aspek


Ketahanan Nasional dalam kehidupan sosial (intangible). Komponen
pancagatra meliputi:

a. Ketahanan di Bidang Ideologi

Adalah Ketahanan Nasional yang berintikan pemahaman dan penga-


malan nilai ideologi Pancasila yang dapat menjadi landasan sikap dan
perilaku untuk mengatasi segala ancaman, tantangan, hambatan, dan
gangguan baik yang datang dari luar negeri maupun dari dalam yang
membahayakan kelangsungan kehidupan Pancasila sebagai dasar
falsafah dan ideologi bangsa dan negara Indonesia.

b. Ketahanan Nasional di Bidang Politik

Adalah Ketahanan Nasional yang berintikan kehidupan politik yang damai,


tertib, adil, jujur dan demokratis, serta tercipta stabilitas politik, yang dapat
untuk mengatasi segala ancaman, tantangan, halangan dan gangguan
(ATHG), baik yang datang dari luar negeri maupun dari dalam negeri yang
dapat membahayakan kelangsungan kehidupan bangsa dan negara
Indonesia.

c. Ketahanan Nasional di Bidang Ekonomi

Ketahanan Nasional yang berintikan tersedianya pangan, sandang,


lapangari kerja, perumahan, menurunnya angka kemiskinan sehingga
dapat mengatasi segala ATHG, baik yang datang dari luar negeri maupun
dari dalam yang membahayakan kelangsungan kehidupan ekonomi
bangsa dan negara Indonesia.

d. Ketahanan Nasional di Bidang Sosial dan Budaya

Ketahanan Nasional yang berintikan tersedianya pendidikan murah dan


berkualitas, hormat-menghormati, sopan santun, beretika, dan bangga
menjadi anak Indonesia. Melalui adanya ketahanan sosial dan budaya di

223
atas, diharapkan dapat menjadi saringan untuk mengatasi segala ATHG,
baik yang datang dari luar negeri maupun dari dalam negeri yang mem -
bahayakan kelangsungan kehidupan sosial dan budaya bangsa dan ne-
gara Indonesia.

e. Ketahanan Nasional di Bidang Hankam

Ketahanan Nasional yang berintikan adanya rasa aman, damai, tidak


sengketa dengan bangsa dan negara lain, percaya pada kemampuan
sendiri. Melalui hal di atas, diharapkan mampu mengatasi segala ATHG,
baik yang datang dari luar negeri maupun dari dalam yang
membahayakan kelangsungan kehidupan pertahanan dan keamanan
bangsa dan negara Indonesia.

C. Relasi Wawasan Nusantara, Ketahanan Nasional dan Pembangunan


Nasional

1. Komponen Strategi Trigatra

a. Gatra Geografi dan Sumber Kekayaan Alam

Hubungan gatra geografi dan SDA dapat menjadi sumber/tempat bagi


tumbuh dan berkembangnya potensi sumber kekayaan alam yang dapat
memberi nilai tambah bagi kesejahteraan keseluruhan rakyat
Indonesia.Demikian pula sebaliknya, potensi sumber kekayaan alam yang
dieksplorasi dari geografi (bumi) dapat memberi nilai tambah (nilai
ekonomis) bagi pengembangan dan pelestarian kondisi geografis
Indonesia.

Asas pengelolaan dan pengembangannya adalah; a) kemanfaatan, b)


kelestarian lingkungan hidup, c) kesinambungan, d) pemerataan, e)
keadilan, f) Pasal 33 UUD 1945.

b. Gatra Geografi dan Penduduk

224
Hubungannya adalah gatra geografi dapat menjadi sumber/tempat bagi
penduduk untuk memperoleh nilai tambah dalam meningkatkan taraf
hidup, pendapatan per kapita, dan lingkungan hidup yang sehat bagi
kesejahteraan seluruh rakyat negara Indonesia. Sebaliknya, potensi pen-
duduk (demografi) dapat memberi nilai tambah (nilai ekonomis) bagi
pengembangan dan pelestarian kondisi geografis Indonesia.

Untuk itu dalam pembinaan dan pengelolaan penduduk perlu beberapa


strategi, yaitu:

1. penciptaan kualitas penduduk.

2. distribusi penduduk (transmigrasi) yang merata.

c. Gatra Kekayaan Alam dan Penduduk

Hubungannya adalah gatra kekayaan alam dapat menjadi sumber bagi


penduduk untuk memperoleh nilai tambah dalam meningkatkan taraf
hidup, pendapatan per kapita, dan lingkungan hidup yang sehat bagi
'kesejahteraan keseluruhan rakyat Indonesia.Sebaliknya, potensi
penduduk (demografi) dapat memberi nilai tambah (nilai ekonomis) bagi
pengembangan dan pelestarian kondisi kekayaan alam agar tidak habis
atau rusak bagi kelangsungan kehidupan bangsa dan negara Indonesia.

2. Hubungan Antar komponen dalam Pancagatra

Komponen ini bersifat intangible atau bersifat kehidupan sosial.


Komponen ini meliputi:

a. Gatra Ideologi

Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara, berfungsi mengarahkan


perjuangan bangsa mencapai cita-cita dan tujuan nasional.

Membina ideologi pada hakikatnya adalah merupakan upaya


meningkatkan Ketahanan Nasional. Hubungan gatra ideologi

225
memengaruhi aspek politik, ekonomi, sosial budaya, dan
hankam(POLEKSOSBUD-HANKAM)

b. Gatra Politik

Politik dalam arti kebijakan merupakan suatu proses alokasi sistem nilai
dan norma kehidupan bernegara yang diyakini benar oieh suatu bangsa
yang dilakukan oleh sebuah institusl yang berwenang, agar menjadi
pedoman pelaksanaan dalam mewujudkan cita-citanya. Hubungan gatra
politik memengaruhi aspek ideologi, ekonomi, sosial budaya, dan hankam
(EKSOSBUDHANKAM).

c. Gatra Ekonomi

Proses kehidupan ekonomi mempunyai pengaruh yang positif dalam


meningkatkan kesejahteraan dan kesimbangan antara pengadaan,
permintaan dan distribusi barang dan jasa. Karenanya ekonomi memiliki
pengaruh langsung terhadap Ketahanan Nasional.Hubungan gatra
ekonomi memengaruhi aspek ideologi, politik, sosial budaya, dan hankam
(POLSOSBUDHANKAM).

. Gatra Sosial Budaya

Pada kenyataannya nilai budaya hanya dapat berkembang dalam situasi


aman dan damai. Kemegahan nilai sosial budaya bisaanya mencerminkan
tingkat kesejahteraan bangsa, baik fisik maupun dan kejiwaan warganya.
Sebaliknya keadaan sosial yang timpang serta adanya erosi dan
kemerosotan warga negara dalam memahami dan menghayati nilai-nilai
iuhur kebudayaan bangsa dapat menimbulkan ketegangan sosial (social
entrophy) yang dapat membahayakan Ketahanan Nasional.Hubungan
gatra sosial budaya memengaruhi aspek ideologi, politik, ekonomi, dan
hankam (IPOLEKHANKAM).

226
e. Gatra Hankam

Kondisi hankam yang baik, stabilitas nasional yang aman dan damai
merupakan prasyarat bangsa untuk dapat membina dan mengembangkan
aspek-aspek kehidupan bangsa (IPOLEKSOSBUD). Hubungan gatra
hankam memengaruhi aspek ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya
(IPOLSOSBUD).

3. Implementasi Ketahanan Nasional

Implementasi Ketahanan Nasional diartikan melaksanakan atau


menggunakan kemampuan berupa pengetahuan, keterampilan yang
dilandasi sikap ulet dan tangguh untuk mengembangkan daya saing bangsa
sehingga menjadi bangsa yang kompetitif dan dihormati di dunia. Untuk
menjadikan bangsa yang berdaya saing, maka bangsa Indonesia harus
mampu memecahkan permasalahan yang dihadapi dengan efisien,
transparan, dan accountable. Beberapa permasalahan besar adalah
masalah politik yang terkait dengan kesiapan menghadapi globalisasi, politik
luar negeri yang bebas dan aktif, masalah disintegrasi dan otonomi, sistem
partai politik dan birokrasi.Permasalahan dalam bidang ekonomi adalah
ekonomi biaya tinggi dengan adanya pungutan liar (pungli), kebijakan
ekonomi yang tidak berorientasi produk domestik, ekspor kebutuhan pangan,
dan masih kecilnya investasi. Masalah dalam bidang sosial budaya
dicerminkan rendahnya angka HDI (human development index) pada tahun
2004 pada nomor 117 dari 175 negara, pendidikan 60% penduduk masih
SD, kesadaran akan lingkungan dan disiplin yang masih rendah. Kondisi ini
di atas tahun 2007 menurut data HDI, Indonesia masih berada pada posisi
yang banyak berubah yaitu berada pada urutan 103 dari 133 negara.
Masalah dalam bidang hukum adalah lemahnya penegakan hukum,
banyaknya kasus korupsi, dan pelanggaran HAM.

227
a. Implementasi Ketahanan Nasional dalam Bidang Politik

Untuk menghadapi permasalahan dalam bidang politik, maka


sejumlah tindakan harus dilaksanakan, sehingga tercipta situasi politik yang
kondusif bagi peningkatan daya saing bangsa. Beberapa hal yang harus
dilaksanakan adalah:

1) Dalam rangka menghadapi globalisasi, maka perlu diambil langkah-


langkah mengadakan proses perubahan atau modernisasi. Peningkatan
kompetensi diplomat diperlukan dalam rangka menghadapi berbagai
perundingan internasional seperti ASEAN, AFTA, APEC, PBB, dan
WTO, sehingga kondisi Indonesia memperoleh keuntungan.
Modernisasi juga menyangkut sumber daya manusia (SDM) melalui
pendidikan sehingga kompetensinya sama dengan SDM luar negeri,
membangun watak bangsa, serta modernisasi sarana pertahanan
nasional untuk mempertahankan wilayah NKRI, dan mengembangkan
paradigma baru dalam TNI atau reformasi TNI. Peningkatan anggaran
dalam bidang pendidikan dan pertahanan merupakan salah satu
implementasi dalam bidang politik.

2) Mengembangkan politik luar negeri yang bebas dan aktif. Hal ini
dilakukan dengan berperan serta dalam proses perdamaian di dunia
internasional dan berpartisipasi aktif dalam peristiwa yang bersifat
global.

3) Masalah disintegrasi dan otonomi. Masalah disintegrasi bangsa harus


diselesaikan dengan baik. Banyak kasus disintegrasi disebabkan ada
ketidakadilan dalam bidang hukumpolitik, ekonominya, dan budaya.
Keberhasilan kasus Aceh merupakan wujud dari Ketahanan
Nasional.Oleh sebab itu, implementasi HAM, pemberlakuan hukum
sesuai dengan adat, serta memberikan otonomi dalam pengelolaan
ekonomi merupakan kunci masalah disintegrasi dan otonomi.
Pemberlakuan otonomi harus terus disempurnakan, yaitu memberi

228
kebebasan sesuai dengan kebutuhan lokal, namun menghindari
kebanggaan daerah yang sempit yang justru menjadi bibit disintegrasi.

4) Penataan sistem politik yang menjamin kestabilan pemerintahan.


Pengembangan demokrasi berupa pemilihan umum langsung ternyata
berjalan damai, baik DPR, Presiden, maupun Kepala Daerah. Hal ini
menunjukkan bahwa kedewasaan warga negara semakin tinggi dan
merupakan kekuatan bangsa di masa depan. Dalam bidang politik juga
perlu dilakukan pengembangansistem yang terbuka dan demokratis,
meningkatkan kemandirian partai serta melakukan pendidikan politik
yang intensif dan komprehensif.

5) Sistem birokrasi yang efisien. Efisiensi birokrasi dilakukan dengan pe-


nataan tanggung jawab yang sesuai dengan fungsinya, sistem penilaian
kinerja yang adil dan terbuka serta sistem numerasi yang memadai dan
layak. Dalam bidang birokrasi juga perlu dilakukan penataan peran
lembaga pemerintahan dan penyempurnaan peraturan perundang-
undangan.

b. Implementasi Ketahanan Nasional dalam Bidang Ekonomi

Untuk menghadapi permasalahan dalam bidang ekonomi, maka


sejumlah tindakan harus dilaksanakan, sehingga tercipta kondisi
perekonomian yang kondusif untuk menunjang pertumbuhan ekonomi dan
pemerataan hasil pembangunan. Beberapa hal yang harus dilaksanakan
adalah:

1) Menata kebijakan fiskal terutama yang terkait dengan pajak serta


restribusi. Persatuan baik UU maupun Perda yang memberatkan dunia
industry, ekonomi: menata kebijakan tri harus dicabut. Kebijakan fiskal
harus mampu membuat dunia industri efisien dan efektif serta berdaya
saing untuk ekspor.

2) Mengembangkan industri yang berorientasi pada produk dalam negeri.


Krisis moneter sudah meruntuhkan industri elektronika dan tekstil. Oleh

229
sebab itu, perlu dikembangkan industri berbasis pertanian, karena
kondisi Indonesia sangat cocok untuk pertanian dan hampir 50%
penduduknya hidup dari pertanian.

3) Menggiatkan swasembaga pangan. Pangan adalah kebutuhan pokok,


krisis pangan dapat membuat stabilitas politik terganggu. Indonesia
merupakan negara dengan penduduk mericapai 200 juta dan kebutuhan
pangan mencapai 50 juta ton. Oleh sebab itu, program swasembada
pangan harus dikembangkan dan memberikan harga yang memadai
bagi petani.

4) Mengembangkan iklim investasi yang baik. Pembenahan sistem


investasi dilakukan dengan mempermudah prosedur perizinan dan
memberi insentif yang memadai seperti keringanan pajak, sarana
infrastruktur, dan kepastian hukum dalam ketenagakerjaan.

5) Mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan dan mendorong usaha


kecil dan menengah dengan mengembangkan kredit mikro dan
penunjang yang memadai seperti pengembangan informasi pasar dan
teknologi.

6) Mengembangkan sistem pasar dengan mengurangi campur tangan


pemerintah dengan mendirikan lembaga yang mengawasi persaingan
usaha sehingga tidak terjadi monopoli yang merugikan konsumen.

7) Mengembangkan pasar modal yang sehat, transparan, dan efisien untuk


menjadi sumber permodalan.

8) Mengelola kebijakan mikro dan makro secara hati-hati sehingga tingkat


inflasi rendah dan tingkat suku bunga rendah untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi.

9) Meningkatkan efisiensi BUMN dan BUMD dengan melakukan


reorganisasi dan restrukturisasi, sehingga fungsi dan tanggung jawab
BUMN berjalan dengan baik.

230
c. Implementasi Ketahanan Nasional dalam Bidang Sosial dan Budaya

Untuk menghadapi permasalahan dalam bidang sosial dan budaya,


maka sejumlah tindakan harus dilaksanakan, sehingga tercipta kondisi sosial
budaya yang mendukung daya saing bangsa dengan terciptanya sumber
daya manusia yang kompeten, kondisi sosial yang stabil, dan
berkembangnya budaya sebagai hasil karya manusia Indonesia. Beberapa
hal yang harus dilaksanakan adalah:

1) Meningkatkan HDI Indonesia dengan melakukan: peningkatan mutu


pendidikan dengan penerapan standardisasi pendidikan, meningkatkan
jumlah wajib belajar sembilan tahun, meningkatkan daya saing
perguruan tinggi, peningkatan kesehatan ibu dan anak, serta
peningkatan fasilitas lingkungan.

2) Meningkatkan taraf pendidikan dari 60% lulusan SD menjadi lebih tinggi


dengan memberikan dana pendidikan minimal 20% dari APBN.

3) Meningkatkan perbaikan lingkungan dengan upaya: penataan daerah


industri melalui tata guna lahan, pengendalian konversi hutan,
pengelolaan sampah, dan pengendalian pencemaran udara, air, dan
tanah.

4) Meningkatkan disiplin masyarakat dengan upaya pemberian penyuluhan


tentang kedisiplinan, sosialisasi peraturan perundang-undangan dan
peraturan daerah, serta memberikan sanksi sosial yang tegas untuk
memberikan efek jera.

5) Meningkatkan kualitas pendidikan agama, kerukunan umat beragama,


dan mempermudah umat beragama dalam menjalankan ibadahnya
dengan upaya peningkatan toleransi antarumat beragama, dialog, dan
kerja sama antarumat beragama.

231
6) Mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh warga negara
untuk memberikan perlindungan terhadap kecelakaan kerja, kematian,
dan pelayanan hari tua.

7) Mengembangkan kebebasan berekspresi dalam bidang kesenian,


kebudayaan, dan pariwisata dengan memerhatikan etika, moral,
estetika, dan agama.

8) Meningkatkan peran serta perempuan dalam bidang politik dan ekonomi


sesuai dengan peranan kaum pria.

9) Mengembangkan iklim yang kondusif bagi pemuda untuk


mengembangkan kegiatan organisasi dan olahraga dalam rangka
peningkatan derajat kesehatan dan prestasi.

10)Mempercepat proses pembangunan daerah tertinggal sehingga terjadi


keseimbangan antardaerah dalam menikmati hasil pembangunan.

d. Implementasi Ketahanan Nasional dalam Bidang Hukum

Untuk menghadapi permasalahan dalam bidang hukum, maka


sejumlah tindakan harus dilaksanakan, sehingga tercipta kondisi tertib
hukum dan menjamin kepastian hukum, sehingga tercipta tertib sosial dan
kondusif bagi investasi dalam mendukung perkembangan bangsa Indonesia.
Beberapa hal yang harus dilaksanakan adalah:

1) Meningkatkan profesionalitas aparat penegak hukum dan dukungan


sarana penunjang yang memadai. Lemahnya penegakan hukum
diupayakan dengan melengkapi peraturan baik undang-undang maupun
peraturan pemerintah sehingga penegak hukum mempunyai dasar yang
kuat dalam menjalan tugasnya dan tidak melanggar HAM. Koordinasi
antarpenegak hukum seperti Kepolisian, Kejaksaan, KPK, dan Badan
Peradilan (Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi, dan Mahkamah
Agung, serta Mahkamah Konstitusi) yang lebih intensif sehingga
penanganan suatu permasalahan hukum dapat cepat diselesaikan.

232
2) Meningkatan pemberantasan korupsi.

3) Indonesia dikenal sebagai negara dengan tingkat korupsi yang tinggi,


maka pemberantasan korupsi harus membuat efek jera. Beberapa
lembaga pemberantasan korupsi seperti KPK, Timtastipikor, dan
peradilan korupsi dibentuk dengan maksud menurunkan tingkat korupsi,
di samp- ing lembaga penegak hukum lainnya.

4) Meningkatkan kesadaran HAM.

5) Penegak hukum, aparat keamanan, serta masyarakat masih banyak


yang melakukan pelanggaan HAM. Oleh sebab itu, pendirian Komnas
HAM, pengadilan HAM dimaksudkan untuk memberikan pendidikan
tentang HAM, sehingga kasus pelanggaran HAM menurun.

6) Mengembangkan budaya hukum di semua lapisan masyarakat. Dengan


menata sistem hukum yang menyeluruh dan terpadu, dengan
melakukan reorganisasi sistem peradilan yang di bawah satu payung
MA, dan mengembangkan Mahkamah Konstitusi untuk menguji
perundangan dan Mahkamah Yudisial untuk memberikan pengawasan
kinerja aparat peradilan dalam menjamin kepastian hukum dan keadilan.

7) Menyelenggarakan proses pengadilan yang cepat, mudah, murah, dan


terbuka untuk meningkatkan kepastian hukum.

Semua tindakan yang disampaikan di atas diharapkan dapat


mengatasi segala permasalahan, sehingga kehidupan bangsa dapat berjalan
baik dan mempunyai daya saing untuk terus berkembang di tengah
percaturan dunia. Keberhasilan dari implementasi Ketahanan Nasional juga
ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu:

1) Kepercayaan diri akan kompetensi, kemampuan, dan kekuatan sendiri


yang didasari sikap jujur dan disiplin.

2) Kesadaran, kepatuhan, dan ketaatan pada hukum yang berlaku.

233
3) Menjaga keseimbangan diri antara tuntutan hak dan menjalankan
kewajiban.

4) Mengembangkan ilmu dan pengetahuan sesuai dengan perkembangan


zaman dan mendayagunakan terhadap kebutuhan masyarakat.

5) Meningkatkan etos kerja, pengabdian, displin, dalam rangka


meningkatkan kesadaran akan cinta tanah air.

6) Mengembangkan kepribadian yang berisi semangat kerja sama tim


(team work) dan beriman kepada Tuhan

_____________________________________________________________

Diskusi

Rektor Unsat Dipecat Akibat Skandal Ijazah Palsu

MAKASSAR - Yayasan Pendidikan Mochammad Natzir Makassar memecat


Rektor Universitas Satria (Unsat) Makassar terkait kasus dugaan
menerbitkan ijazah palsu.

"Kami memecat saudara Prof Dr HM Tahir Malik sebagai Rektor terkait


temuan dugaan pemalsuan dua ijazah palsu Fakultas Hukum pada 2014
lalu," kata kuasa hukum yayasan, Budiman saat mengelar jumpa pers di
kampus Unsat di Makassar, Senin (29/6/2015).

Menurut dia, baru dua izasah yang diterbitkan tidak terdaftar di Pangkalan
Data Perguruan Tinggi (PDPT) Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan
Tinggi Republik Indonesia. Namun dirinya belum mau menyebut siapa
pemegang ijazah tersebut.

Berdasarkan Surat Keputusan (SK) pemecatan dikeluarkan Yayasan


Pendidikan Mochammad Natzir yang menaungi UNSAT Makassar pada 27
Juni 2015 dan ditanda tangani Ketua Badan Pengurus yakni Prof Dr Hj.
Rosdiana Natzir PhD.

Atas tindakan tersebut yang dilakukan Tahir Malik, kata dia, diyakini telah
merusak citra kampus dan bisa berdampak pada persoalan hukum. "Kami
masih akan melakukan penyelidikan selama satu bulan ke depan untuk

234
mencari ijazah palsu lainnya. Sementara ini proses hukum akan diajukan
kepada pihak berwajib," ujarnya.

Selain itu, apa yang dilakukannya telah mengorbankan masyarakat sebab


ijazah-ijazah itu patut diduga dikeluarkan tanpa melalui proses Tri Darma
Perguruan Tinggi secara benar dan transparan sehingga dianggap cacat
hukum.

Budiman menjelaskan, pihaknya telah membentuk tim investigasi guna


menelusuri secara komprehensif jumlah ijazah yang tidak terdatftar di PDPT.
"Dengan dasar ini, maka kami selaku perwakilan yayasan memberhentikan
sementara Rektor Unsat yakni Tahir Malik. Bila nantinya bukti-bukti ini
menguatkan maka akan dilanjutkan ke proses hukum untuk mengembalikan
citra kampus," ulas pengacara kampus tersebut.

Mengenai kekosongan pimpinan, lanjut dia, yayasan telah mengangkat, Prof


Dr H Juanda Nabawi sebagai pelaksana tugas rektor untuk menjalankan
proses akademik di kampus itu. "Semua telah kami lakukan sesuai dengan
prosedur dan kami sudah menembuskan surat ke Koordinator Kopertis
Wilayah IX untuk ditindaklanjuti," ujarnya.

Dikonfirmasi terpisah Tahir Malik membenarkan dirinya di nonaktifkan


sementara berdasarkan surat yang diterimanya nomor 09/Kep
Yapen/IV/2015 tentang pemberhentian sementara rektor Unsat Makassar.

Menyinggung tuduhan dugaan penerbitan ijasah palsu, Tahir Malik


membantah dan menyatakan tidak pernah menerbitkan ijasah palsu atau
ilegal yang mengarah pada dirinya.

"Saya kira ini keputusan prematur dan terkesan terburu-buru, karena setahu
saya PDPT saat ini masih melakukan perbaikan sistem data. Jangan sampai
dengan kejadian ini juga ditemukan mahasiswa tidak terdaftar padahal sudah
membayar," ujarnya melalui sambungan telepon kepada wartawan.

Mengenai ijazah palsu dirinya tidak mengetahui pasti sebab dirinya hanya
bertanda tangan yang diajukan pihak akademik sebagai pengesahan ijazah.
"Saya hanya bertanda-tangan dan semuanya terlihat asli dan kan sudah
diproses sesuai aturan baik melalui kemahasiswaan hingga bagian
administrasi, kalau itu dikatakan salah semua yang terkait juga harus
diperiksa jangan saya jadi tumbal," ujarnya.

Malik mengemukakan bila betul tidak terdaftar di PDPT, maka seharusnya


pihak yayasan tidak langsung melakukan penghakiman terhadap dirinya.
Kerena dia menyakni kalaupun terjadi kesalahan maka hal tersebut
ditimbulkan dari pihak fakultas.

235
"Tentunya tidak mungkin saya tiba-tiba tanda tangan kalau tidak ada
pengesahan atau paraf dari Dekan dan Wakil Rektor. Kemudian saya yang
dijadikan korban. Tetap saya akan melakukan perlawanan termasuk
mempelajari keputusan sepihak ini, saya pribadi dirugikan," ujarnya.

Sumber: http://news.okezone.com/read/2015/06/29/340/1173454/rektor-
unsat-dipecat- akibat-skandal-ijazah-palsu

Bagaimana tanggapan Anda tentang kasus ijazah palsu ini dalam konteks
ketahanan nasional?

236
Formulir 1
Ringkasan Pemahaman Materi

Bab : ……………………………………………………………………………..
Topik : ……………………………………………………………………………..

Nama : ………………………………………………………………….
NIM : ………………………………………………………………….
Program Studi : …………………………………………………………………..

Tuliskan pemahaman Anda mengenai materi pada bab ini !

Paraf Dosen

Catatan:
1. Setelah Anda mengisi formulir 1 ini secara lengkap kemudian
kumpulkan kepada dosen sebelum perkuliahan berlangsung.
2. Formulir ini diisi sebagai syarat Anda mengikuti perkuliahan.

237
Formulir 2

Hasil Disusi Kelompok


Bab : ........................................................................................................
Topik : ........................................................................................................

Kelas : ...........................................................................................
Program Studi : ...........................................................................................
Kelompok : ...........................................................................................
Ketua : ...........................................................................................
Anggota : 1. ......................................................................................
2. ......................................................................................
3. ......................................................................................
4. ......................................................................................
5. ......................................................................................

Tuliskan hasil diskusi kelompok Anda pada formuir ini!

Paraf Ketua Kelompok

BAB X

HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA

238
Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat:

1. Mengetahui dan menjelaskan pengertian agama.


2. Memahami dan menjelaskan hakikat agama.
3. Memahami dan menjelaskanunsur negara.
4. Memahami dan menjelaskan kebebasan beragama.

Deskripsi Singkat

Dalam bab ini Anda akan mempelajari dan mendiskusikan tentang


kebebasan beragama.Setelah Anda membaca dan memahami secara
mendalam diharapkan Anda dapat menjelaskan tentang pengertian agama,
haakikat agama, unsur agama, dan kebebasan beragama.

Pokok Bahasan

A. Pengertian agama.
B. Hakikat agama.
C. Unsur negara.
D. Kebebasan beragama.

Bahan Bacaan

1. Bodenhamer David, J. 2001. Federalism and Democracy. Working


Paper. Washington D.C. : US Department of State.

2. Fokus Media. 2004. Undang-undang Otonomi Oaerah. Bandung : Fokus


Media.

3. Iskatrinah. 2004. Pelaksanaan Fungsi Hukum Administrasi Negara


dalam Mewujudkan Pemerintah yang Baik. Makalah.

239
4. Kansil dan Kansii. 2005. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan
Tinggi.. Jakarta : Pradnya Paramita.

5. Kusnardi, M. dan Bintan Saragih. 2000. Ilmu Negara. Jakarta : Gaya


Media Pratama.

6. Manan Bagir. 2005. DPR, DPD, dan MPR dalam UUD 1945 Baru.
Yogyakarta : Ull Press.

7. MH, Amin Jaiz. 1980. Pokok-pokok Ajaran Islam. Jakarta : Korpri Unit
PT. Asuransi Jasa Indonesia.

8. Sinar Grafika: 2005. UUD 1945 Hasil Amandemen. Jakarta.: Sinar


Grafika.

9. Syarbaini, Syahrial (Editor). 2005. Materi Perkuliahan Pendidikan


Kewarganegaraan (PKn). Jakarta : Sus- cadoswar, Dikti.

10.http://id.wikipedia.org/wiki/Agama.

Pertanyaan Kunci

1. Sebutkan pengertian danhakikat agama!

2. Sebutkan hakikat dan unsur negara.!

3. Jelaskan kebebasan beragama!

4. Bagaimana dinamika hubungan negara dengan agama?

Tugas

Anda harus membaca isi Bab 9 dan menuliskan pemahaman Anda pada
Formulir 1 serta menyerahkannya kepada dosen sebelum pertemuan
dimulai.

A. Pengertian dan Hakikat Agama

Agama adalah sebuah koleksi terorganisir dari kepercayaan, sistem


budaya, dan pandangan dunia yang menghubungkan manusia dengan

240
tatanan/perintah dari kehidupan. Banyak agama memiliki narasi, simbol, dan
sejarah suci yang dimaksudkan untuk menjelaskan makna hidup dan / atau
menjelaskan asal usul kehidupan atau alam semesta. Dari keyakinan mereka
tentang kosmos dan sifat manusia, orang memperoleh moralitas, etika,
hukum agama atau gaya hidup yang disukai. Menurut beberapa perkiraan,
ada sekitar 4.200 agama di dunia.

Banyak agama yang mungkin telah mengorganisir perilaku,


kependetaan, definisi tentang apa yang merupakan kepatuhan atau
keanggotaan, tempat-tempat suci, dan kitab suci. Praktek agama juga dapat
mencakup ritual, khotbah, peringatan atau pemujaan tuhan, dewa atau dewi,
pengorbanan, festival, pesta, trance, inisiasi, jasa penguburan, layanan
pernikahan, meditasi, doa, musik, seni, tari, masyarakat layanan atau aspek
lain dari budaya manusia. Agama juga mungkin mengandung mitologi.

Kata agama kadang-kadang digunakan bergantian dengan iman,


sistem kepercayaan atau kadang-kadang mengatur tugas;Namun, dalam
kata-kata Émile Durkheim, agama berbeda dari keyakinan pribadi dalam
bahwa itu adalah "sesuatu yang nyata sosial" Émile Durkheim juga
mengatakan bahwa agama adalah suatu sistem yang terpadu yang terdiri
atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci.
Sebuah jajak pendapat global 2012 melaporkan bahwa 59% dari populasi
dunia adalah beragama, dan 36% tidak beragama, termasuk 13% yang ateis,
dengan penurunan sembilan persen pada keyakinan agama dari tahun
2005.Rata-rata, wanita lebih religius daripada laki-laki. Beberapa orang
mengikuti beberapa agama atau beberapa prinsip-prinsip agama pada saat
yang sama, terlepas dari apakah…. atau tidak prinsip-prinsip agama mereka
mengikuti tradisional yang memungkinkan untuk terjadi unsur sinkretisme,
milanarisme, akulturasi dan adaptasi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Agama adalah sistem yang


mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan
Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan
manusia dan manusia serta lingkungannya. Kata "agama" berasal dari

241
bahasa Sanskerta, āgama yang berarti "tradisi".Kata lain untuk menyatakan
konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latinreligio dan berakar
pada kata kerjareligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan
berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.

Menurut filologMax Müller, akar kata bahasa Inggris "religion", yang


dalam bahasa Latin religio, awalnya digunakan untuk yang berarti hanya
"takut akan Tuhan atau dewa-dewa, merenungkan hati-hati tentang hal-hal
ilahi, kesalehan" (kemudian selanjutnya Cicero menurunkan menjadi berarti
"ketekunan"). Max Müller menandai banyak budaya lain di seluruh dunia,
termasuk Mesir, Persia, dan India, sebagai bagian yang memiliki struktur
kekuasaan yang sama pada saat ini dalam sejarah. Apa yang disebut agama
kuno hari ini, mereka akan hanya disebut sebagai "hukum".

Banyak bahasa memiliki kata-kata yang dapat diterjemahkan sebagai


"agama", tetapi mereka mungkin menggunakannya dalam cara yang sangat
berbeda, dan beberapa tidak memiliki kata untuk mengungkapkan agama
sama sekali. Sebagai contoh, dharma kata Sanskerta, kadang-kadang
diterjemahkan sebagai "agama", juga berarti hukum. Di seluruh Asia Selatan
klasik, studi hukum terdiri dari konsep-konsep seperti penebusan dosa
melalui kesalehan dan upacara serta tradisi praktis. Medieval Jepang pada
awalnya memiliki serikat serupa antara "hukum kekaisaran" dan universal
atau "hukum Buddha", tetapi ini kemudian menjadi sumber independen dari
kekuasaan.

Tidak ada setara yang tepat dari "agama" dalam bahasa Ibrani, dan
Yudaisme tidak membedakan secara jelas antara, identitas keagamaan
nasional, ras, atau etnis. Salah satu konsep pusat adalah "halakha", kadang-
kadang diterjemahkan sebagai "hukum",yang memandu praktek keagamaan
dan keyakinan dan banyak aspek kehidupan sehari-hari.

Penggunaan istilah-istilah lain, seperti ketaatan kepada Allah atau


Islam yang juga didasarkan pada sejarah tertentu dan kosakata.Definisi
tentang agama di sini sedapat mungkin sederhana dan meliputi. Definisi ini

242
diharapkan tidak terlalu sempit maupun terlalu longgar, tetapi dapat
dikenakan kepada agama-agama yang selama ini dikenal melalui
penyebutan nama-nama agama itu. Agama merupakan suatu lembaga atau
institusi yang mengatur kehidupan rohani manusia. Untuk itu terhadap apa
yang dikenal sebagai agama-agama itu perlu dicari titik persamaannya dan
titik perbedaannya.

Manusia memiliki kemampuan terbatas, kesadaran dan pengakuan


akan keterbatasannya menjadikan keyakinan bahwa ada sesuatu yang luar
bisaa di luar dirinya. Sesuatu yang luar bisaa itu tentu berasal dari sumber
yang luar bisaa juga. Dan sumber yang luar bisaa itu ada bermacam-macam
sesuai dengan bahasa manusianya sendiri. Misal Tuhan, Dewa, God,
Syangti, Kami-Sama dan lain-lain atau hanya menyebut sifat-Nya saja
seperti Yang Maha Kuasa, Ingkang Murbeng Dumadi, De Weldadige, dan
lain-lain.

Keyakinan ini membawa manusia untuk mencari kedekatan diri


kepada Tuhan dengan cara menghambakan diri, yaitu:

a. Menerima segala kepastian yang menimpa diri dan sekitarnya dan


yakin berasal dari Tuhan, dan

b. Menaati segenap ketetapan, aturan, hukum dan lain-lain yang diyakini


berasal dari Tuhan.

Dengan demikian, agama adalah penghambaan manusia kepada


Tuhannya. Dalam pengertian agama terdapat 3 unsur, ialah manusia,
penghambaan dan Tuhan. Maka suatu paham atau ajaran yang
mengandung ketiga unsur pokok pengertian tersebut dapat disebut agama.

Lebih luasnya lagi, agama juga bisa diartikan sebagai jalan hidup.
Yakni bahwa seluruh aktivitas lahir dan batin pemeluknya diatur oleh agama
yang dianutnya. Bagaimana kita makan, bagaimana kita
bergaul,bersosialisasi, bagaimana kita beribadah, bagaimana kita berpolitik,

243
bernegara dan berbangsa dan sebagainya ditentukan oleh aturan/tata cara
agama.

B. Definisi Menurut Beberapa Ahli

Di Indonesia, istilah agama digunakan untuk menyebut enam agama


yang diakui resmi oleh negara, seperti Islam, Katolik, Protestan, Hindu,
Budhisme, dan Khonghuchu. Sedangkan semua sistem keyakinan yang
tidak atau belum diakui secara resmi disebut “religi”.

Agama sebagai seperangkat aturan dan peraturan yang mengatur


hubungan manusia dengan dunia gaib, khususnya dengan Tuhannya,
mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya, dan mengatur
hubungan manusia dengan lingkungannya. Secara khusus, agama
didefinisikan sebagai suatu sistem keyakinan yang dianut dan tindakan-
tindakan yang diwujudkan oleh suatu kelompok atau masyarakat dalam
menginterpretasi dan memberi tanggapan terhadap apa yang dirasakan dan
diyakini sebagai yang gaib dan suci. Bagi para penganutnya, agama
berisikan ajaran-ajaran mengenai kebenaran tertinggi dan mutlak tentang
eksistensi manusia dan petunjuk-petunjuk untuk hidup selamat di dunia dan
di akhirat. Karena itu pula agama dapat menjadi bagian dan inti dari sistem-
sistem nilai yang ada dalam kebudayaan dari masyarakat yang
bersangkutan, Juga menjadi pendorong serta pengontrol bagi tindakan-
tindakan para anggota masyarakat tersebut untuk tetap berjalan sesuai
dengan nilai-nilai kebudayaan dan ajaran-ajaran agamanya.

C. Diskursus dan Praktik Keagamaan

244
Peta tentang persebaran dan populasi agama di dunia dapat
dijelaskan sebagai berikut:

1. Kategori

Beberapa ahli mengklasifikasikan agama baik sebagai agama


universal yang mencari penerimaan di seluruh dunia dan secara aktif
mencari anggota baru, atau agama etnis yang diidentifikasi dengan
kelompok etnis tertentu dan tidak mencari orang baru untuk bertobat pada
agamanya. Yang lain-lain menolak perbedaan, menunjukkan bahwa semua
praktek agama, apa pun asal filosofis mereka, adalah etnis karena mereka
berasal dari suatu budaya tertentu.

Pada abad ke-19 dan ke-20, praktek akademik perbandingan agama


membagi keyakinan agama ke dalam kategori yang didefinisikan secara
filosofis disebut "agama-agama dunia". Namun, beberapa sarjana baru-baru
ini telah menyatakan bahwa tidak semua jenis agama yang harus dipisahkan
oleh filosofi yang saling eksklusif, dan selanjutnya bahwa kegunaan
menganggap praktek ke filsafat tertentu, atau bahkan menyebut praktik
keagamaan tertentu, ketimbang budaya, politik, atau sosial di alam, yang
terbatas. Keadaan saat studi psikologis tentang sifat religiusitas
menunjukkan bahwa lebih baik untuk merujuk kepada agama sebagai
sebagian besar fenomena invarian yang harus dibedakan dari norma-norma
budaya (yaitu " agama ").

Beberapa akademisi mempelajari subjek telah membagi agama


menjadi tiga kategori :

a. agama-agama dunia, sebuah istilah yang mengacu pada yang


transkultural, agama internasional.

b. agama pribumi, yang mengacu pada yang lebih kecil, budaya-tertentu


atau kelompok agama-negara tertentu.

245
c. gerakan-gerakan keagamaan baru, yang mengacu pada agama baru
ini dikembangkan.

2. Kelompok agama

Daftar gerakan-gerakan keagamaan yang masih aktif yang diberikan


di sini merupakan upaya untuk meringkas pengaruh regional dan filosofis
yang paling penting pada masyarakat lokal, tetapi tidak berarti keterangan
lengkap dari setiap umat beragama, juga tidak menjelaskan elemen yang
paling penting dari religiusitas individu.

Kelima kelompok agama terbesar menurut jumlah penduduk dunia,


diperkirakan mencapai 5 miliar orang, yaitu Kristen, Islam, Budha, Hindu
(dengan angka relatif untuk Buddha dan Hindu tergantung pada sejauh
mana sinkretisme) dan agama tradisional rakyat Cina.

Agama dan kepercayaan yang dicantumkan di bawah ini merupakan


agama dan kepercayaan dengan jumlah pemeluk yang signifikan di seluruh
dunia. Beberapa komunitas di berbagai belahan dunia juga memeluk
berbagai aliran kepercayaan yang dianggap sebagai golongan minoritas dan
belum dipaparkan.

3. Kekerasan

Perang Salib adalah serangkaian dari kampanye militer berjuang


terutama antara KristenEropa dan Muslim. Ditampilkan di sini adalah adegan
pertempuran dari Perang Salib Pertama.

Charles Selengut mengkarakterisasikan frase "agama dan kekerasan"


sebagai "gemuruh", menyatakan bahwa "agama dianggap menentang
kekerasan dan kekuatan untuk perdamaian dan rekonsiliasi. Ia mengakui,
bagaimanapun, bahwa" sejarah dan kitab suci agama-agama di dunia

246
memberitahu cerita kekerasan dan perang karena mereka berbicara tentang
perdamaian dan cinta."

Hector Avalos berpendapat bahwa, karena agama mengklaim


kemurahan ilahi untuk diri mereka sendiri, dan melawan kelompok lain, hal
kebenaran ini mengarah pada kekerasan karena konflik klaim untuk sebuah
keunggulan, berdasarkan alasan banding yang diverifikasi kepada Tuhan,
yang kemudian tidak dapat diadili secara obyektif.

Kritik agama dari Christopher Hitchens dan Richard Dawkins


melangkah lebih jauh dan menyatakan bahwa agama luar bisaa merugikan
kepada masyarakat dengan menggunakan kekerasan untuk mempromosikan
tujuan mereka, dengan cara yang didukung dan dimanfaatkan oleh para
pemimpin mereka.

Regina Schwartz berpendapat bahwa semua agama monoteistik


secara inheren kekerasan karena suatu eksklusivisme yang pasti mendorong
kekerasan terhadap mereka yang dianggap orang luar. Lawrence Wechsler
menegaskan bahwa Schwartz tidak hanya menyatakan bahwa agama-
agama Ibrahim memiliki warisan kekerasan, tetapi warisan sebenarnya
genosida di alam.

Byron Bland menegaskan bahwa salah satu alasan yang paling


menonjol untuk "kebangkitan sekuler dalam pemikiran Barat" adalah reaksi
terhadap kekerasan agama dari abad 16 dan 17. Dia menegaskan bahwa "
sekuler adalah cara hidup dengan perbedaan agama yang telah
menghasilkan begitu banyak horor. Dalam sekularitas, entitas politik memiliki
surat perintah untuk membuat keputusan independen dari kebutuhan untuk
menegakkan versi tertentu ortodoksi agama. Memang, mereka mungkin
bertentangan dengan keyakinan tertentu yang dipegang teguh jika dibuat
untuk kepentingan kesejahteraan bersama. Dengan demikian, salah satu
tujuan penting dari sekuler adalah untuk membatasi kekerasan."

247
Richard Dawkins telah menyatakan bahwa kekejaman Stalin
dipengaruhi bukan oleh atheisme tetapi dengan dogmatis Marxisme, dan
menyimpulkan bahwa sementara Stalin dan Mao kebetulan adalah atheis,
mereka tidak melakukan perbuatan-perbuatan mereka dalam nama ateisme.
Pada kesempatan lain , Dawkins telah membalas argumen bahwa Adolf
Hitler dan Josef Stalin yang antireligius dengan respon bahwa Hitler dan
Stalin juga sama tumbuh kumis, dalam upaya untuk menunjukkan argumen
yang menyesatkan. Sebaliknya, Dawkins berpendapat dalam The God
Delusion bahwa "Yang penting bukanlah apakah Hitler dan Stalin adalah
ateis, namun apakah ateisme secara sistematis mempengaruhi orang untuk
melakukan hal-hal buruk. Tidak ada bukti terkecil tentang hal itu." Dawkins
menambahkan bahwa Hitler sebenarnya, berulang kali menegaskan
keyakinan yang kuat dalam agama Kristen, tetapi kekejaman nya tidak lebih
disebabkan teisme ketimbang Stalin atau Mao adalah untuk ateisme mereka.
Dalam semua tiga kasus ini, menurutnya, tingkat pelaku 'religiusitas adalah
insidental. D'Souza menjawab bahwa seorang individu tidak perlu secara
eksplisit memanggil ateisme dalam melakukan kekejaman jika sudah tersirat
dalam pandangannya, seperti halnya dalam Marxisme.

4. Sains

Ilmu agama, menurut praktisi agama, bisa diperoleh dari para


pemimpin agama, teks-teks suci, kitab suci, atau wahyu pribadi. Beberapa
agama melihat pengetahuan seperti terbatas dalam lingkup dan sebatas
cocok untuk menjawab pertanyaan, yang lain melihat pengetahuan agama
sebagai memainkan peran yang lebih terbatas, sering sebagai pelengkap
pengetahuan yang diperoleh melalui pengamatan fisik. Penganut berbagai
agama agama sering mempertahankan bahwa pengetahuan agama yang
diperoleh melalui teks-teks suci atau wahyu adalah mutlak dan sempurna
dan dengan demikian menciptakan sebuah kosmologi agama yang
menyertainya, meskipun bukti seperti yang sering disebut tautologis dan

248
umumnya terbatas pada teks-teks agama dan wahyu yang membentuk dasar
dari keyakinan mereka.

Sebaliknya, metode ilmiah kemajuan pengetahuan dengan menguji


hipotesis untuk mengembangkan teori-teori melalui penjelasan fakta atau
evaluasi oleh eksperimen dan dengan demikian hanya menjawab
pertanyaan-pertanyaan kosmologi tentang alam semesta yang dapat diamati
dan diukur. Ini mengembangkan teori-teori dunia yang paling sesuai dengan
bukti-bukti fisik yang diamati. Semua pengetahuan ilmiah tunduk pada
perbaikan di kemudian, atau bahkan penolakan langsung, dalam
menghadapi bukti tambahan yang mendukung. Teori-teori ilmiah yang
memiliki dominan besar terhadap bukti yang menguntungkan sering
diperlakukan sebagai de facto verities dalam bahasa umum, seperti teori
relativitas umum dan seleksi alam untuk menjelaskan masing-masing
mekanisme gravitasi dan evolusi.

Mengenai agama dan ilmu pengetahuan, Albert Einstein menyatakan


(1940): "Untuk ilmu pengetahuan hanya bisa memastikan apa yang ada, tapi
tidak apa yang seharusnya, dan di luar pertimbangan nilai domainnya dari
segala macam tetap diperlukan. Agama, di sisi lain, hanya berurusan dengan
evaluasi pemikiran dan tindakan manusia, tidak dapat dibenarkan berbicara
tentang fakta-fakta dan hubungan antara fakta...Kini, meski alam agama dan
ilmu pengetahuan dalam diri mereka ditandai dengan jelas keluar dari satu
sama lain, namun ada di antara dua hubungan timbal balik yang kuat dan
dependensi. Meskipun agama bahwa mungkin yang menentukan tujuan, dan
bagaimanapun belajar dari ilmu pengetahuan, dalam arti yang luas, apa
yang diartikan akan memberikan kontribusi pada pencapaian tujuan-tujuan
yang telah ditetapkan."

249
5. Hewan kurban

Hewan kurban adalah ritual pembunuhan dan korban binatang untuk


menenangkan atau mempertahankan nikmat dengan dewa. Bentuk-bentuk
pengorbanan yang dipraktekkan dalam banyak agama di seluruh dunia dan
telah muncul historis di hampir semua budaya.

6. Sekularisme dan tidak beragama

Ranjit Singh mendirikan pemerintahan sekuler di wilayah Punjab pada


awal abad ke-19.Istilah "ateis" (tidak mempercayai pada setiap dewa atau
tuhan) dan "agnostik" (keyakinan namun dalam ketidaktahuan tentang
keberadaan/eksistensi dewa atau tuhan), meskipun secara khusus
bertentangan dengan para teistik (misalnya Kristen, Yahudi, dan Muslim)
dalam ajaran agama, menurut definisi tidak berarti kebalikan dari "agama".
Ada agama (termasuk agama Buddha dan Taoisme) yang pada
kenyataannya mengelompokkan beberapa pengikut mereka sebagai
agnostik, ateis, atau nonteistik. Kebalikan sebenarnya dari "agama" adalah
kata "tidak beragama". Tidak beragama menggambarkan absen terhadap
agama apapun, sedangkan anti-agama menggambarkan oposisi aktif atau
keengganan terhadap agama pada umumnya.

Agama menjadi urusan pribadi secara lebih dalam budaya Barat,


diskusi masyarakat menjadi lebih terfokus pada makna politik dan ilmiah, dan
sikap keagamaan (dominan Kristen) yang semakin dilihat sebagai tidak
relevan untuk kebutuhan dunia Eropa. Di sisi politik, Ludwig Feuerbach
merombak keyakinan Kristen dalam terang humanisme, membuka jalan bagi
karakterisasi terkenal Karl Marx tentang agama sebagai "candu rakyat".
Sementara itu, dalam komunitas ilmiah, T.H. Huxley pada tahun 1869
menciptakan istilah "agnostik" istilah-kemudian diadopsi oleh tokoh-tokoh
seperti Robert Ingersoll-bahwa, sementara secara langsung bertentangan
dengan dan novel untuk tradisi Kristen, diterima dan bahkan memeluk di

250
beberapa agama lain. Kemudian, Bertrand Russell mengatakan kepada
dunia Mengapa Saya Bukan seorang Kristen, yang dipengaruhi beberapa
penulis kemudian untuk membahas memisahkan diri mereka dari asuhan
agama mereka sendiri dari Islam ke Hindu.

Beberapa ateis juga membangun agama parodi, misalnya, Gereja


SubGenius atau Monster Spageti Terbang, yang memparodikan argumen
ketika waktu yang sama yang digunakan oleh perancangan cerdas teori
Kreasionisme. Agama Parodi juga dapat dianggap sebagai pendekatan
postmodernisme dengan agama. Misalnya, di Discordianisme, mungkin sulit
untuk mengetahui apakah bahkan ini "serius" ketika pengikutnya tidak hanya
mengambil bagian dalam sebuah lelucon yang lebih besar. Lelucon ini, pada
gilirannya, dapat menjadi bagian dari jalan besar menuju pencerahan, dan
seterusnya ad infinitum.

7. Kritik agama

Kritik agama memiliki sejarah panjang, akan kembali setidaknya


sejauh abad ke-5 SM. Selama zaman klasik, ada kritikus agama di Yunani
kuno, seperti Diagoras "ateis" dari Melos, dan di abad ke-1 SM di Roma,
dengan Titus Lucretius Carus's De Rerum Natura.

Selama Abad Pertengahan dan terus ke masa Renaissance, kritikus


potensial terhadap agama dianiaya dan sebagian besar dipaksa untuk tetap
diam. Ada kritikus terkenal seperti Giordano Bruno, yang dibakar di tiang
karena tidak setuju dengan otoritas keagamaan.

Pada abad ke-17 dan ke-18 dengan Pencerahan, pemikir seperti


David Hume dan Voltaire mengkritik agama.Pada abad ke-19, Charles
Darwin dan teori evolusi menyebabkan meningkatnya skeptisisme tentang
agama. Thomas Huxley, Jeremy Bentham, Karl Marx, Charles Bradlaugh,
Robert Ingersol, dan Mark Twain telah tercatat dalam abad ke-19 dan kritikus
awal abad ke-20. Pada abad ke-20, Bertrand Russell, Sigmund Freud, dan

251
lain-lain terus mengkritik agama.Sam Harris, Daniel Dennett, Richard
Dawkins, Victor J. Stenger, dan almarhum Christopher Hitchens adalah
kritikus aktif selama akhir abad 20 dan awal abad ke-21.

Kritikus menganggap agama sudah menjadi usang, berbahaya bagi


individu (misalnya pencucian otak anak-anak, iman kesembuhan, mutilasi
alat kelamin perempuan, sunat), merugikan masyarakat (misalnya perang
suci, terorisme, pemborosan sumber daya), menghambat kemajuan ilmu
pengetahuan, untuk melakukan kontrol sosial, dan untuk mendorong
tindakan asusila (misalnya pengorbanan darah, diskriminasi terhadap kaum
homoseksual dan perempuan, dan bentuk-bentuk tertentu dari kekerasan
seksual seperti perkosaan). Sebuah kritik utama dari banyak agama adalah
bahwa dari mereka membutuhkan keyakinan yang tidak rasional, tidak
ilmiah, atau tidak masuk akal, karena keyakinan agama dan tradisi tidak
memiliki dasar ilmiah atau rasional.

Beberapa kritikus modern, seperti Bryan Caplan, menahan agama


yang tidak memiliki utilitas dalam masyarakat manusia; mereka mungkin
menganggap agama sebagai irasional pemenang Nobel Perdamaian Shirin
Ebadi telah berbicara untuk menentang negara-negara Islam yang tidak
demokratis karena membenarkan "tindakan menindas" dalam nama Islam

8. Kerjasama antar agama

Karena agama tetap diakui dalam pemikiran Barat sebagai dorongan


universal, banyak praktisi agama bertujuan untuk bersatu dalam dialog
antaragama, kerja sama, dan perdamaian agama. Dialog utama yang
pertama adalah Parlemen Agama-agama Dunia pada 1893 Chicago World
Fair, yang tetap penting bahkan saat ini baik dalam menegaskan " nilai-nilai
universal " dan pengakuan keanekaragaman praktek antar budaya yang
berbeda. Abad ke-20 terutama telah bermanfaat dalam penggunaan dialog
antar agama sebagai cara untuk memecahkan konflik etnis, politik, atau

252
bahkan agama, dengan rekonsiliasi Kristen-Yahudi mewakili reverse lengkap
dalam sikap banyak komunitas Kristen terhadap orang Yahudi.

Inisiatif antaragama terbaru termasuk "A Common Word", diluncurkan


pada tahun 2007 dan difokuskan pada membawa para pemimpin Muslim dan
Kristen bersama-sama bersatu, yang "C1 World Dialogue", yang "Common
Ground" inisiatif antara Islam dan Buddhisme, dan PBB disponsori "World
Interfaith Harmony Week".

9. Cara Beragama

Dalam praktiknya, cara beragama dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Tradisional, yaitu cara beragama berdasar tradisi. Cara ini mengikuti


cara beragama nenek moyang, leluhur, atau orang-orang dari
angkatan sebelumnya. Pemeluk cara agama tradisional pada
umumnya kuat dalam beragama, sulit menerima hal-hal keagamaan
yang baru atau pembaharuan, dan tidak berminat bertukar agama.

2. Formal, yaitu cara beragama berdasarkan formalitas yang berlaku di


lingkungannya atau masyarakatnya. Cara ini bisaanya mengikuti cara
beragamanya orang yang berkedudukan tinggi atau punya pengaruh.
Pada umumnya tidak kuat dalam beragama. Mudah mengubah cara
beragamanya jika berpindah lingkungan atau masyarakat yang
berbeda dengan cara beragamnya. Mudah bertukar agama jika
memasuki lingkungan atau masyarakat yang lain agamanya. Mereka
ada minat meningkatkan ilmu dan amal keagamaannya akan tetapi
hanya mengenai hal-hal yang mudah dan nampak dalam lingkungan
masyarakatnya.

3. Rasional, yaitu cara beragama berdasarkan penggunaan rasio


sebisanya. Untuk itu mereka selalu berusaha memahami dan
menghayati ajaran agamanya dengan pengetahuan, ilmu dan

253
pengamalannya. Mereka bisa berasal dari orang yang beragama
secara tradisional atau formal, bahkan orang tidak beragama
sekalipun.

4. Metode Pendahulu, yaitu cara beragama berdasarkan penggunaan


akal dan hati (perasaan) di bawah wahyu. Untuk itu mereka selalu
berusaha memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan ilmu,
pengamalan dan penyebaran (dakwah). Mereka selalu mencari ilmu
dulu kepada orang yang dianggap ahlinya dalam ilmu agama yang
memegang teguh ajaran asli yang dibawa oleh utusan dari
Sesembahannya semisal Nabi atau Rasul sebelum mereka
mengamalkan, mendakwahkan dan bersabar (berpegang teguh)
dengan itu semua.

D. Unsur-Unsur Agama

Menurut Leight, Keller dan Calhoun, agama terdiri dari beberapa


unsur pokok sebgai berikut:

a. Kepercayaan agama, yakni suatu prinsip yang dianggap benar tanpa


ada keraguan lagi.

b. Simbol agama, yakni identitas agama yang dianut umatnya.

c. Praktik keagamaan, yakni hubungan vertikal antara manusia dan


Tuhannya, dan hubungan horizontal atau hubungan antarumat
beragama sesuai dengan ajaran agama.

d. Pengalaman keagamaan, yakni berbagai bentuk pengalaman


keagamaan yang dialami oleh penganut-penganut secara pribadi.

e. Umat beragama, yakni penganut masing-masing agama.

254
E. Fungsi Agama

Adapun beberapa fungsi agama dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Sumber pedoman hidup bagi individu maupun kelompok

2. Mengatur tata cara hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia


dengan manusia.

3. Merupakan tuntutan tentang prinsip benar atau salah

4. Pedoman mengungkapkan rasa kebersamaan

5. Pedoman perasaan keyakinan

6. Pedoman keberadaan

7. Pengungkapan estetika (keindahan)

8. Pedoman rekreasi dan hiburan

9. Memberikan identitas kepada manusia sebagai umat dari suatu


agama.

F. Hubungan Agama dan Negara di Indonesia

Enam agama besar yang paling banyak dianut di Indonesia, yaitu:


agama Islam, Kristen (Protestan) dan Katolik, Hindu, Buddha, dan
Khonghucu. Sebelumnya, pemerintah Indonesia pernah melarang pemeluk
Konghucu melaksanakan agamanya secara terbuka. Namun, melalui
Keppress No. 6/2000, Presiden Abdurrahman Wahid mencabut larangan
tersebut. Tetapi sampai kini masih banyak penganut ajaran agama
Konghucu yang mengalami diskriminasi dari pejabat-pejabat pemerintah.
Ada juga penganut agama Yahudi, Saintologi, Raelianisme dan lain-lainnya,
meskipun jumlahnya termasuk sedikit.

255
Menurut Penetapan Presiden (Penpres) No.1/PNPS/1965 junto
Undang-undang No.5/1969 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan
Penodaan agama dalam penjelasannya pasal demi pasal dijelaskan bahwa
Agama-agama yang dianut oleh sebagian besar penduduk Indonesia adalah:
Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Meskipun demikian
bukan berarti agama-agama dan kepercayaan lain tidak boleh tumbuh dan
berkembang di Indonesia. Bahkan pemerintah berkewajiban mendorong dan
membantu perkembangan agama-agama tersebut.

Tidak ada istilah agama yang diakui dan tidak diakui atau agama
resmi dan tidak resmi di Indonesia, kesalahan persepsi ini terjadi karena
adanya SK (Surat Keputusan) Menteri Dalam Negeri pada tahun 1974
tentang pengisian kolom agama pada KTP yang hanya menyatakan kelima
agama tersebut. SK tersebut kemudian dianulir pada masa Presiden
Abdurrahman Wahid karena dianggap bertentangan dengan Pasal 29
Undang-undang Dasar 1945 tentang Kebebasan beragama dan Hak Asasi
Manusia.

Lalu bagaimana hubungan Negara dan agama dewasa ini? Adalah


hal yang sangat penting membicarakan hubungan Negara dengan agama.
Apalagi di Indonesia merupakan Negara yang multi religi. Interaksi Negara
dan agama, khusus dalam kasus agama Islam. Hubungan keduanya masih
menjadi perdebatan panjang dan intensif di kalangan para pakar muslim.
Sebagaimana dikatakan Azyumardi Azra, yang ditulis Ubaedillah & Abdul
Rojak (2013: 31-34), Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani, mengatakan,”
Perdebatan itu telah berlangsung sejak hampir satu abad, dan masih
berlangsung hingga dewasa ini.” Karena menurut Azra, ketegangan
perdebatan tentang hubungan agama dan Negara dalam Islam disulut oleh
hubungan yang agak canggung antara Islam sebagai agama (din) dan
Negara (dawlah). Berbagai eksperimen telah dilakukan untuk menyelaraskan
antara din dan dawlah dengan konsep dan kultur politik masyarakat Muslim.
Seperti halnya percobaan demokrasi di sejumlah Negara di dunia,

256
penyelarasan din dan dawlah di banyak Negara Muslim telah berkembang
secara beragam. Perkembangan wacana demokrasi di kalangan negara-
negara Muslim dewasa ini semakin menambah marak perdebatan Islam dan
Negara.

Perdebatan Islam dan Negara berangkat dari pandangan dominan


Islam sebagai sebuah system kehidupan yang menyeluruh (syumuli), yang
mengatur semua kehidupan manusia, termasuk persoalan politik. Dari
pandangan Islam sebagai agama yang komprehensif ini pada dasarnya
dalam Islam tidak terdapat konsep pemisahan antara agama (din) dan politik
(dawlah). Arguemntasi ini sering dikaitkan dengan posisi Nabi Muhammad
SAW di Madinah. Di kota hijrah ini, Nabi Muhammad SAW berperan ganda,
sebagai seorang pemimpin agama sekaligus sebagai kepala Negara yang
memimpin sebuah system pemeintah awal Islam yang oleh kebanyakan
pakar, sangat modern di masanya.

Posisi ganda Nabi Muhammad SAWdi kota Madinah disikapi beragam


oleh kalangan ahli Secara garus besar perbedaan pandangan ini bermuara
pada apakah Islam identik dengan Negara, atau sebaliknya Islam tidak
meninggalkan konsep yang tegas tentang bentuk Negara, mengingat
sepeninggal Nabi Muhammad SAW tak seorang pun dapat menggantikan
peran ganda Beliau, sebagai pemimpin dunia yang sekuler dan si penerima
wahyu Allah sekaligus.

Menyikapi realitas perdebatan tersebut, Ibnu Taimiyah mengatakan,


bahwa posisi Nabi saat itu adalah sebagai Rasul yang bertugas
menyampaikan ajaran (AlQuran) bukan sebagai penguasa. Menurut Ibnu
Taimiyah, kalaupun ada pemerintahan, itu hanyalah sebuah alat untuk
menyampaikan agama dan kekuasaan bukanlah agama itu sendiri. Dengan
ungkapan lain, politik dan Negara dalam Islam hanyalah sebagai alat bagi
agama, bukan eksistensi dari agama Islam. Pendapat ini bersandar pada
ayat AlQuran (QS.57:25) yang artinya,”Sesungguhnya Kami telah mengutus
Rasul-rasul Kami yang disertai keterangan-keterangan, dan Kami turunkan
bersama mereka Kitab dan timbangan agar manusia berlaku adil, dan Kami

257
turunkan besi, padanya ada kekuatan yang hebat dan manfaat-manfaat bagi
manusia, dan agar Allah mengetahui siapa yang menolong-Nya dan
menolong Rasul-Nya yang ghaib (daripadanya)." Sehingga Ibnu Taimiyah
menyimpulkan bahwa agama yang benar wajib memiliki buku petunjuk dan
“pedang” penolong. Hal ini dimaksudkan bahwa kekuasaan politik yang
disimbolkan dengan pedang menjadi sesuatu yang mutlak bagi agama, tetapi
kekuasaan itu bukanlah agama itu sendiri. Adapun politik tidak lain sebatas
alat untuk mencapai tujuan-rujuan luhur agama.

Hubungan Islam dan Negara modern secara teoritis dapat


diklasifikasikan kedalam tiga pandangan: Integralistik, Simbiotik, dan
sekularistik.

1. Paradigma Integralistik:

Paradigma Integralistik hampir sama persis dengan pandangan


Negara teokrasi Islam/ Paradigma ini mengandung paham/konsep agama
dan Negara merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Keduanya merupakan dua lembaga yang menyatu (integrated). Pada paham
ini juga memberikan penegasan bahwa Negara merupakan suatu lembaga
politik dan sekaligus lembaga agama. Konsep ini menegaskan kembali
bahwa Islam tidak mengenal pemisahan antara agama (din) dan politik atau
negara (dawlah).

Dalam pergulatan Islam dan Negara modern, pola hubungan


integrative ini kemudian melahirkan konsep tentang agama-negara, yang
berate bahwa kehidupan kenegaraan diatur dengan menggunakan hukum
dan prinsip keagamaan. Dari sinilah kemudian paradigma integralistik identi
dengan paham ad-Din wa dawlah (Islam sebagai agama dan Negara), yang
sumber hukum positifnya adalah hukum Islam (syariat Islam). Paradigma
integralistik ini antara lain dianut oleh Negara Kerajaan Saudi Arabia dan
penganut syi’ah di Iran. Kelompok pencinta Ali r.a. ini menggunakan istilah
Imamah sebagai dimaksud dengan istlah dawlah yang banyak dirujuk
kalangan Sunni.

258
2. Paradigma Simbiotik:

Menurut pandangan simbiotik, hubungan agama dan Negara berada


posisi saling membutuhkan dan bersifat timbale balik (simbiosis mutualita).
Dalam pandangan ini, agama membutuhkan Negara sebagai instrument
dalam melestarikan dan mengembangkan agama. Begitu juga sebaliknya,
Negara juga memerlukan agama sebagai sumber moral, etika, dan
spiritualitas warga negaranya.

Paradigma simbiotik tanpaknya bersesuaian dengan pandangan Ibnu


Taimiyah tentang Negara sebagai alat agama diatas. Dalam kerangka ini,
Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa adanya kekuasaan yang mengatur
kehidupan manusia merupakan kewajiban agama yang paling besar, karena
tanpa kekuasaan Negara, maka agama tidak akan berdiri tegak. Pendapat
Ibnu Taimiyah tersebut melegitimasi bahwa agama dan Negara merupakan
dua entitas yang berbeda, tetapi saling membutuhkan. Olah karenanya,
konstitusi yang berlaku dalam paradigm ini tidak saja berasal dari adanya
kontrak social (social contract), tetapi bisa diwarnai oleh hukum agama
(syariah). Dengan kata lain, agama tidak mendominasi kehidupan bernegara,
sebaliknya ia menjadi sumber moral bagi kehidupan berbangsa dan
bernegara. Model pemerintahan Negara Mesir dan Indonesia dapat
digolongkan kepada kelompok paradigm ini.

3. Paradigma Sekularistik:

Paradigma sekularistik beranggapan bahwa ada pemisahan yang


jelas antara agama dan Negara. Agama dan Negara merupakan dua bentuk
yang berbeda dan satu sama lain memiliki garapan masing-masing,
sehingga keberadaannya harus dipisahkan dan tidak boleh satu sama lain
melakukan intervensi. Negara adalah urusan publik, sementara agama
merupakan wilayah pribadi masing-masing warga Negara.

259
Pengalaman Negara dan agama Islam di Indonesia sebagai negeri
muslim terbesar di dunia. Uniknya, Indonesia bukanlah sebuah negara Islam.
Dari keunikan ini perdebatan pola hubungan Islam dan negara di Indonesia
merupakan perdebatan politik yang tidak kunjung selesai. Perdebatan
tentang Islam dan nasionalisme Indonesia antara tokoh nasiolisme Muslim
dan nasionalis sekuler 1920-an merupakan babak awal pergumulan Islam
dan Negara pada kuru-kurun selanjutnya. Perdebatan Islam dan
nasionalisme -- dan konsep negara sekuler diwakili masing-masing oleh
nasionalis Muslim Mohammad Natsir, dan Soekarno, dari kelompok
nasionalis sekuler.

Menurut Ubaedillah & Abdul Rojak (2013: 135-137), Pendidikan


kewarganegaraan (Civic Education) Pancasila, Demokrasi, HAM, dan
Masyarakat Madani mengatakan, bahwa perdebatan Islam dan konsep-
konsep ideology sekuler menemukan titik klimaks pada persidangan formal
dalam sidang-sidang mejelis Badan Penyidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) bentukan pemerintah Jepang, 1945. Para
tokoh Muslim seperti H.Agus Salim, KH Mas Mansyur,dan KH Wahid
Hasyim, menyuarakan suara aspirasi Islam dengan mengajukan usul konsep
Negara Islam dengan menjadikan Islam sebagai dasar Negara bagi
Indonesia merdeka. Usulan ini bersandar pada alasan sosiologis bangsa
Indonesia yang mayoritas memeluk Islam sebagai agama dan keyakinannya.

Alasan kelompok nasionalis Muslim ini ditentang oleh kalangan


nasionalis sekuler yang mengajukan konsep Negara sekuler. Menurut para
nasionalis sekuler , kemajemukan Indonesia dan perasaan senasib melawan
penjajah mendasari alas an mereka menolak konsep Negara agama (Islam)
yang diajukan oleh kalangan nasionalis Muslim. Bagi mereka, Indonesia
yang majemuk baik agama, suku, dan bahasa harus melandasi berdirinya
Negara nonoagama (sekuler). Pada kesempatan perhelatan konstitusional
ini, tokoh nasionalis sekuler Soekarno merujuk pengalaman Turki Modern
dibawah Kemal Ataturk dengan konsep negara sekulernya. Lebih lanjut,

260
Soekarno kembali menyeruakan konsep sekulernya tentang lima dasar
negara Indonesia, yang kemudian dikenal Pancasila.

Tentu saja paham kebangsaan Pancasila tidak mudah diterimaoleh


kelompok nasionalis Muslim. Bagi mereka selain alasan mayoritas penduduk
Islam memeluk Islam, Islam agama ciptaan Allah yang bersfat unirsal dan
lengkap harus dijadikan dasar dalam tata kehidupan kenegaraan dan
kebangsaan Indonesia. Akhir dari perdebatan konstitusional BPUPKI
menghasilkan kekhawatiran bagi kelompok nasionalis dari kawasan
Indonesia Timur. Kekhawatiran mereka diwujudkan melalui keinginan
mereka menidirikan Negara sendiri dengan memisahkan diri konsep Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).Ancaman pemisahan diri dari konsep
NKRI melahirkan kekhawatiran dari semua kelompok nasionalis yang tengah
berdebat tentang masa depan Indonesia. Namun demikian, dibalik sengitnya
perdebatan tentang dasar dan bentuk Negara, terjadi kesepakatan atau
kompromi politik di kalangan tokoh-tokoh nasionalis baik Muslim maupun
sekuler.

Klimaks dari sidang BPUPKI berakhir dengan kesediaan kalangan


nasionalis Muslim untuk tidak memaksakan kehendak mereka menjadikan
Islam sebagai dasar Negara Indonesia. Demi persatuan dan kesatuan
terselenggarakannya kemerdekaan bagi bangsa Indonesia dari cengkraman
penjajah, mereka menerima konsep kalangan nasionalis sekuler, dengan
catatan Negara menjamin dijalankannya syariat Islam bagi pemeluk Islam di
Indonesia. Hasil dari kompromi antara kelompok nasionalis Muslim dengan
nasionalis sekuler dikenal dengan nama the gentlemen agreement yang
tertuang dalam Piagam Jakarta (Jakarta Charter) yang menyebutkan
Negara Indonesia berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya.

Setelah Indonesia merdeka, hubungan Islam dan negara dibawah


kepemimpinan Soekarno kembali mengalami ketegangan. Sumber
ketegangan itu berpusat pada perdebatan seputar tafsir klausul Sila Pertama
Pancasila,”dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya.”

261
Alotnya perdebatan tersebut berakhir pada pemahaman di kalangan tokoh
nasional bahwa NKRI adalah bukan Negara agama (Islam) dan juga negara
sekuler.

Berikut catatan sngkat pergumulan Islam dan Negara Indonesia: Pada


kurun 1950-1959, ketika Indonesia menjalankan prinsip Demokrasi
Parlementer, ketegangan Islam dan negara kembali terulang dalam bentuk
perseteruan sengit antara kelompok partai politik Islam, seperti Partai
Masyumi dan Partai NU, dengan partai politik sekuler; Partai Komunis
Indonesia (PKI), Partai Nasionalis Indonesia (PNI), dan sebagainya.
Perseteruan Ideologis Islam versus Ideologi sekuler terjadi dalam
persidangan Konstituante hasil pemilu demokratis yang pertama 1955.

Pemilu 1955 yang dinilai banyak ahli sebagai pemilu sebagai pemilu
paling demokratis dalam sejarah politik nasional Indonesia ternyata tak
menjamin terselenggarakannya proses pembuatan konstitusi dengan baik.
Sekalipun Majelis Konstituante hamper rampung menyelesaikan tugas-tugas
konstitusionalnya, ketidakstabilan politik dan ancaman disintegrasi dianggap
oleh Presiden Soekrano sebagai dampak langsung dari Demokrasi
Parlementer yang diadopsi dari Barat. Menurut Soekarno, demokrasi ala
Barat tidak sesuai dengan iklim politik Indonesia. Perseteruan sengit antara
partai-partai harus diakhiri dengan memberlakukan kembali UUD 1945
dibawah sistem Demokrasi Terpimpin (Guided Democracy) melalui Dekrit
Presiden 5 Juli 1959. Sejak saat itu Presiden Soekarno memiliki kekuasaan
yang tak terbatas, bahkan dinobatkan sebagai presiden seumur hidup.

Kekuasaan Presiden Soekarano yang tidak terbatas dibawah


Demokrasi Terpimpin masih tetap mengakomodasi kekuatan Islam.
Hubungan Islam dan Negara tercermin pada kepemimpinannya Presiden
Soekarno yang menjankan prinsip fusi politik ciptaannya, Nasakom
(nasionalis, agama, komunis), Nasakom terdiri atas tiga komponen dominan
hasil pemilu 1955; PNI, Islam (diwakili NU) dan PKI. Keberadaan PKI sangat
penting bagi pemerintahan Soekarno karena perolehan suaranya yang
sangat signifikan dalam pemilu. Model kepemimpinan “tiga kaki” Presiden

262
Soekarno ini menimbulkan kecemburuan politik di kalangan kelompok militer
dibawah Jenderal A.H.Nasution. Perseteruan politik dan ideology antara TNI
(tentara nasional Indonesia) dengan PKI berdampak pada persekutuan
politik antara kelompok Islam dan militer untuk menghadapi PKI yang tengah
dekat dengan Presiden Soekarno. Seperti perseteruan ideologi sebelumnya,
ideology sosialis komunis menjadi alasan utama kelompok Islam untuk
berkoalisi dengan TNI melawan paham komunis.

Sistem Demokrasi Terpimpin ala Soekarno berakhir dengan peristiwa


politik yang tragis, Gerakan 30 Sepetember 1965, gerakan maker ini menurut
beberapa ahli merupakan buah dari perseteruan ideologis panjang antara
PKI dengan TNI, khususnya Angkatan Darat, yang berujung pada
pembunuhan sejumlah elit pimpinan TNI di Lubang Buaya, Halim, Jakarta.
Peristiwa ini sekaligus merupakan awal kejatuhan politik Presiden Soekarno
dan awal naiknya kiprah politik Presiden Soeharto. Melalui Surat Perintah
Sebelas Maret (Supersmar), Panglima Kostrad (Komando Strategis
Angakatan Darat) Letnan Jenderal Soeharto kala itu memimpin pemulihan
keamanan nasional dengan melakukan penumpasan terhadap semua
unsure komunis di Indonesia.

Akhir masa pemulihan keamanan berhasil menaikkan Panglima


Kostrad Letjen Soeharto ke tampuk kepemimpinan nasional yang disyahkan
oleh siding umum MPRS (Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara)
dibawah pimpinan Jenderal A.H.Nasution pada 1968. Dengan sloga kembali
ke Pancasila secara murni dan konsekuen. Presiden Soeharto memulai
kepemimpinan nasional dengan sebutan Orde Baru, sebagai pengganti Orde
Lama yang dianggap telah menyimpang dari Pancasila dan UUD 1945.

G. Era Soeharto: Babak Baru Hubungan Islam dan Negara

Naiknya Presiden Soeharto melahirkan babak baru hubungan Islam


dan Negara di Indoneia. Menurut Imam Azis, dalam A.Ubaedillah & Abdul
Rozak (2004:138), pola hubungan antara keduanya secara umum dapat

263
digolongkan ke dalam dua pola: antagonistis dan akomodatif. Hubungan
antagonistis merupakan sifat hubungan yang mencirika adanya ketegangan
antara Islam dan Negara Orde Baru; sedangkan akomodatif menunjukan
saling membutuhkan antara kelompok Islam dengan Negara Orde Baru,
bahkan terdapat kesamaan untuk mengurangi konflik antara keduanya.
Namun demikian sebelum mencapai pola akomodatif, menurut Abdul Aziz
Thaba, telah terjadi hubungan agama dan Negara Orde Baru yang bersifat
resiprokal-kritis yakni awal dimulainya penurunan ketegangan antara agama
dan Negara Indonesia.

Hubungan antagonis antara Negara Orde Baru dengan kelompok


Islam dapat dilihat dari kecurigaan dan pengekangan kekuatan Islam yang
dilakukan pemerintahan Orde Baru. Sikap serupa merupakan kelanjutan dari
sikap kalangan nasionalis sekuler terhadap kelompok Islam, khususnya di
era 1950-an. Lalu pada pertengahan 1980-an merupakan awal perubahan
pendulum hubungan Islam dan Orde Baru. Hal ini ditandai dengan lahirnya
kebijakan-kebijakan politik Presiden Soeharto yang dinilai positif bagi umat
Islam. Menurut Efendy lagi, kebijakan-kebijakan Orde Baru memiliki dampak
luas bagi perkembangan politik selanjutnya baik struktural maupun struktral.

Kecenderungan akomodasi negara terhadap Islam juga ---menurut


Affan Gafar, ditengarai dengan adanya kebijakan pemerintah dalam bidang
pendidikan dan keagamaan serta kondisi dan kecenderungan
akomodasionis umat Islam sendiri. Pemerintah mulai menyadari akan
potensi umat Islam sebagai kekuatan politik yang potensil. Adapun menurut
Thaba, sikap akomodatif negara terhadap Islam lebih disebabkan oleh
pemahaman Negara terhadap perubahan sikap politik umat Islam terhadap
kebijakan Negara, terutama dalam konteks perlakuan dan penerimaan
Pancasila. Perubahan sikap umat Islam pada paruh kedua 1980-an, dari
penentang menjadi menerima Pancasila sebagai satu-satunya azas dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara bersinergi dengan sejumlah kebijakan
Orde Baru yang menguntungkan umat Islam pada masa selanjutnya.

264
Pengesahan RUU Pendidikan Nasional, RUU Peradilan Agama,
pembolehan pemakaian jilbab bagi siswi Muslim di sekolah umum,
kemunculan organisasi Ikatan Cendekiawan Muslim (ICMI), dan lahirnya
yayasan Amal Bakti Pancasila yang dipimpin oleh Presiden Soeharto
merupakan indicator adanya hubungan akomodatif yang dilakukan oleh elit
penguasa Orde Baru terhadap Islam.

Selanjutnya Islam dan Negara pasca Orde Baru harus kembali


melestarikan komitmen suci para pendiri bangsa (sacred commitment
founding fathers) untuk menjaga kesepakatan membangun masa depan
demokrasi Indonesia harus diletakkan dalam tataran Indonesia yang plural
dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Konsep NKRI
dan Pancasila dengan kebhinekaannya tidak bias dilepaskan dari ijtihad
kelompok Islam Indonesia yang harus dijaga, dilestarikan dan
diaktualisasikan dengan pengembangan ajaran-ajaran Islam yang
berwawasan inklusif, kemanusiaan, keadilan, dan keindonesia-an. Persoalan
yang sama harus dilakukan pula oleh Negara. Negara memiliki kewajiban
konstitusional untuk menjamin kemajemukan dan demokrasi di Indonesia.
Penyelenggara Negara harus tetap menjaga dan mengawal sunnatullah
kebineka Indonesia yang dijamin oleh konstitusi Negara, dengan menindak
tegas anasir yang mereduksi kebinekaan Indonesia dan keutuhan NKRI.

Jadi dapat dirangkumkan, bahwa hubungan agama dan Negara di


Indonesia lebih menganut pada azas keseimbangan yang dinamis, jalan
tengah antara sekularisme dan teokrasi. Keseimbangan dinamis adalah tidak
ada pemisahan antara agama dan politik, namun masing-masing dapat
saling mengisi dengan segala peranannya. Agama tetap memiliki daya kritis
terhadap negara dan negara punya kewajiban-kewajiban terhadap agama.
Dengan kata lain, pola hubungan agama dan negara di Indonesia membantu
apa yang sering disebut oleh banyak kalangan sebagai hubungan simbiotik-
mutualistik.

265
Diskusi:

JK larang kaset mengaji diputar di masjid, sebabkan polusi suara

Merdeka.com - Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) yang juga Ketua Dewan
Masjid Indonesia bakal melarang memutar kaset mengaji Alquran di masjid-
masjid. Sejauh ini, larangan memutar kaset mengaji sudah dirumuskan di
Dewan Masjid.

"Kita sudah buat rumusan di Dewan Masjid, mengaji tidak boleh pakai kaset,"
kata JK saat membuka ijtima' ulama komisi fatwa Majelis Ulama Indonesia
(MUI) di Pondok Pesantren At-Tauhidiyyah Cikura Tegal Jawa Tengah,
Senin (8/6). Demikian tulis Antara.

Wapres menceritakan saat dia berada di kampung halaman di Sulawesi


Selatan. Pukul 04.00 WITA sudah dibangunkan suara pengajian dari empat
masjid, tapi suara tersebut berasal dari kaset.

"Pertanyaannya kalau yang mengaji kaset apakah mengaji dapat pahala, kita
jadi terganggu, terjadi polusi suara," katanya.

Dia mengatakan, di Indonesia karena banyak muslim, masjid dibangun


berdekatan sehingga saat menjelang subuh setiap masjid memutar kaset
pengajian dan suaranya saling bersahutan.

"Jadi jangan bangunkan orang satu jam sebelumnya. Kalau tidak jadi polusi
udara. Mudah-mudahan bisa dibicarakan apakah kaset itu ada pahala atau
tidak," tambah dia.

Dia mencontohkan di Turki, agar suara adzan terdengar jelas, panggilan


salat dilakukan bergantian tidak bersamaan.

"Ini hal penting menurut saya yang kelihatannya sepele, tapi harus
diselesaikan bersama," ujar Wapres.

Sumber: http://www.merdeka.com/peristiwa/jk-larang-kaset-pengajian-
diputar-di-masjid-sebabkan-polusi-suara.html

Analisis juga berita berikut ini!

Restaurants lay low during Ramadhan


South Tangerang municipality has begun to crack down on restaurants that
have violated the city’s regulation regarding opening hours during

266
Ramadhan, in order to “maintain the holiness of Ramadhan and interfaith
tolerance”.
In June, the South Tangerang administration and South Tangerang
Indonesian Ulema Council (MUI) issued a joint announcement letter
prohibiting any food stalls to operate before 12 p.m.
In the announcement letter, both institutions say that tourism-related
businesses, such as restaurants and cafes, should respect fasting Muslims
by not operating from 4 a.m. to 12 noon. If they open after 12 p.m., they are
obliged to install barrier curtains.
In line with the enforcement of the letter, the Public Order Agency and South
Tangerang Culture and Tourism Agency sealed eight restaurants at the
Flavor Bliss food court in Alam Sutera last week because they started
operating before noon. 
When representatives of the two agencies inspected the restaurants around
10:30 a.m., Papa Jack was caught serving two customers at two tables,
employee Bimo said, admitting that the restaurant had opened at 8 a.m. that
day.
Wendy’s assistant manager Sugi said that they thought the municipality’s
letter was just an appeal, not an obligation. “We misunderstood the
regulation,” he said.
A McDonald’s restaurant in Ciputat put an announcement on its doors saying
that in compliance with the administration’s letter, the restaurant would only
serve “drive thru” and delivery service from 5 a.m. to 12 p.m.
However, many restaurants in South Tangerang, like Bakmi Pelangi,
continued to open in the morning in spite of the ban.
“We have a permit from the tourism agency to begin our operation in the
morning as long as we put curtains in front of the restaurant,” said employee
Sella, adding that the agency also allowed her restaurant to operate in the
morning because its owner is non-Muslim.
Separately, Acintya Indracara, a non-Muslim resident of Jombang in South
Tangerang, said that she did not know about the regulation because during
Ramadhan she found that many restaurants were open in the morning. 

“I can easily find breakfast and lunch during Ramadhan as most restaurants
are open. That’s why I wasn’t aware of such a regulation,” she said.

She criticized, however, South Tangerang’s regulations as discriminatory. 


Mayor Airin Rachmi Diany said that the regulations were introduced four
years ago and had so far not negatively impacted the business climate.

267
The authorities decided to allow restaurants to start operating at 12 p.m.
because South Tangerang is a transit city and many long-distant travelers
pass through the city during long-distance trips. 
“We allow the restaurants to open at 12 p.m. because we would like to
respect long-distant travelers who are fasting for a half day,” Airin said.
In addition, Airin denied that the regulation was unfair to non-Muslims. “This
is a form of interfaith tolerance. How difficult it is to uphold tolerance by not
eating outside until 12 p.m.? You can eat at home, anyway.” (agn)
Sumber:
http://www.thejakartapost.com/news/2015/07/08/restaurants-lay-low-during-
ramadhan.html

Bagaimana pendapat Anda tentang dua berita di atas?

268
Formulir 1

Ringkasan Pemahaman Materi

Bab : ……………………………………………………………………………..
Topik : ……………………………………………………………………………..

Nama : ………………………………………………………………….
NIM : ………………………………………………………………….
Program Studi : …………………………………………………………………..

Tuliskan pemahaman Anda mengenai materi pada bab ini !

Paraf Dosen

Catatan:
1. Setelah Anda mengisi formulir 1 ini secara lengkap kemudian
kumpulkan kepada dosen sebelum perkuliahan berlangsung.
2. Formulir ini diisi sebagai syarat Anda mengikuti perkuliahan.

269
Formulir 2

Hasil Disusi Kelompok


Bab : ........................................................................................................
Topik : ........................................................................................................

Kelas : ...........................................................................................
Program Studi : ...........................................................................................
Kelompok : ...........................................................................................
Ketua : ...........................................................................................
Anggota : 1. ......................................................................................
2. ......................................................................................
3. ......................................................................................
4. ......................................................................................
5. ......................................................................................

Tuliskan hasil diskusi kelompok Anda pada formuir ini!

Paraf Ketua Kelompok

270
BAB XI

OTONOMI DAERAH DALAM BINGKAI NKRI

Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mempelajari bab ini, pembaca diharapkan dapat:

1. Menyebutkan pengertian otonomi daerah.

2. Menjelaskan landasan hukum otonomi daerah.

3. Menguraikan syarat-syarat pembentukan otonomi daerah.

4. Menjelaskan hakikat dan makna Otonomi Daerah.

5. Membedakan pembagian kewenangan pusat dan daerah.

6. Menjelaskan keterkaitan otonomi daerah dan politik lokal.

7. Menguraikan permasalahan dalam otonomi daerah.

Deskripsi Singkat

Dalam bab ini Anda akan mempelajari pengertian otonomi daerah, dan
dosen akan memberikan pemahaman tentang alasan, tujuan, dan prinsip
otonomi. Selanjutnya pada bagian akhir akan dilakukan diskusi dalam
menerapkan otonomi daerah dan membedakan pembagian urusan
pemerintahan.

Pokok Bahasan

A. Pengertian otonomi daerah.

B. Landasan hukum otonomi daerah.

271
C. Syarat-syarat pembentukan otonomi daerah.

D. Hakikat dan makna Otonomi Daerah.

E. Pembagian kewenangan pusat dan daerah.

F. Keterkaitan otonomi daerah dan politik lokal.

G. Permasalahan dalam otonomi daerah.

Bahan Bacaan

1. Bodenhamer David. J. 2001. Federalism and Democracy.Washinton


D.C: Working Paper. US Department of State.

2. Fokus Media. 2004. Undang-Updang Otonomi Daerah. Bandung:


Fokusmedia.

3. Kaloh, J. 2002. Mencari Bentuk Otonomi Daerah. Jakarta :.Renika


Cipta.

4. Kusnardi, M. dan Bintan Saragih. 2000. Ilmu Negara.. Jakarta: Gaya


Media Pratama.

5. Muluk Hadi, 2005. Otonomi Daerah Akibatkan Perubahan Identitas


Nasional. Perpektif, Oktober 2005.

6. Sedarmayanti. 2003. Good Governance Da/am Rangka Otonomi


Daerah. Bandung :Mandar Maju.

7. Sinar Grafika. 2005. UUD 1945 Hasil Amandemen. Sinar Grafika.


Jakarta

8. Syarbaini, Syahrial (Editor). 2005. Materi Perkuliahan Pendidikan


Pewarganegaraan (PKn). Jakarta: Suscadoswar, Dikti.

Pertanyaan Kunci

1. Jelaskan landasan hukum otonomi daerah!

2. Uraikan syarat-syarat pembentukan otonomi daerah!

272
3. Bandingkan tentang urusan pembagian kewenangan pusat dan daerah!

4. Uraikan bagaimana keterkaitan otonomi daerah dan politik lokal!

Tugas

Anda harus membaca secara mendalam bab ini dan menuangkan


pemahaman Anda pada lembar pemahaman yang telah disediakan serta
menyerahkannya kepada dosen sebelum pertemuan dimulai.

A. Pengertian Otonomi Daerah

“Desentralisasi terkait dengan masalah pelimpahan wewenang dari


pemerintah pusat yang berada di ibukota Negara baik melalui cara
dekosentrasi, misalnya pendelegian kepada pejabat dibawahnya maupun
melalui pendelegasian kepada pemerintah atau perwakilan di daerah,”
demikian definisi PPB tentang otonomi daerah.

Reformasi membuka jalan bagi setiap orang untuk menyuarakan


keadilan ekonomi, politik, sosial budaya, dan pelayanan. Pendekatan
pembangunan yang sentralistik selama Orde Baru berkuasa 31 tahun telah
banyak menimbulkan kesenjangan yang menimbulkan rasa ketidakadilan.
Kesenjangan tersebut antara lain pendapatan antar daerah yang besar,
kesenjangan investasi antardaerah, pendapatan daerah yang dikuasai
pemerintah pusat, kesenjangan regional, dan kebijakan investasi yang
terpusat. Untuk mengatasi hal tersebut, maka otonomi daerah merupakan
salah satu alternatif untuk memberdayakan setiap daerah dalam
memanfaatkan sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM)
untuk kesejahteraan rakyat.

Otonomi secara sempit diartikan sebagai "mandiri", sedangkan dalam


arti luas adalah "berdaya." Jadi otonomi daerah yang dimaksud di sini adalah

273
pemberian kewenangan pemerintahan kepada pemerintah daerah untuk se-
cara mandiri atau berdaya membuat keputusan mengenai kepentingan dae-
rahnya sendiri.

Sedangkan desentralisasi menurut M. Turner dan D. Hulme adalah


transfer/pemindahan kewenangan untuk menyelenggarakan beberapa
pelayanan kepada masyarakat dari pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah. Sementara desentralisasi menurut Shahid javid Burki dan kawan-
kawan adalah proses pemindahan kekuasaan politik, fiskal, dan administratif
kepada unit dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah.

Jadi, otonomi daerah dapat diartikan pelimpahan kewenangan dan


tanggung jawab dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Dalam
pola pikir demikian, otonomi daerah adalah suatu instrumen politik dan
instrumen administrasi/manajemen yang digunakan untuk mengoptimalkan
sumber daya lokal, sehingga dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk
kemajuan masyarakat di daerah, terutama menghadapi tantangan global,
mendorong pemberdayaan masyarakat, menumbuhkan kreativitas,
meningkatkan peran serta masyarakat, dan mengembangkan demokrasi.

B. Latar Belakang Otonomi Daerah

Ada beberapa hal yang melatar belakangi mengapa kita


membutuhkan otonomi daerah; Pertama, kehidupan berbangsa dan
bernegara selama ini sangat terpusat di Jakarta (Jakarta sentries). Dipihak
lain pembangunan di beberapa wilayah di Indonesia cenderung terabaikan,
bahkan dijadikan “sapi perahan” pemerintah pusat. Kedua, pembagian
kekayaan alam secara tidak adil dan merata. Daerah-daerah yang memiliki
sumber daya alam melimpah, seperti Irian Jaya, Riau, Aceh, Sulawesi,
Kalimantan, dan lain-lain tidak menerima perolehan dana yang patut dari
pemerintah pusat. Ketiga, kesenjangan sosial (social gap) antara satu
daerah dengan daerah lain sangat mencolok mata.

274
Untuk merespons krisis tersebut, pada masa reformasi dicanangkan
suatu kebijakan restrukturisasi sistem pemerintahan yang cukup penting,
yaitu melaksanakan otonomi daerah dan pengaturan perimbangan keuangan
antar pusat dan daerah. Paradigma lama dalam manajemen pemerintahan
yang berporos pada sentralisme kekuasaan diganti menjadi kebijakan
otonomi daerah, yang tidak dapat dilepaskan dari upaya politik pemerintah
pusat untuk merespon tuntutan kemerdekaan atau negara federal dari
beberapa wilayah, yang memiliki aset sumber daya alam melimpah, namun
tidak mendapatkan haknya secara proporsional pada masa pemerintahan
Orde Baru.

Karena itu otonomi daerah dianggap dapat menjawab tuntutan


pemerataan pembangunan sosial ekonomi, penyelenggaraan pemerintahan,
dan pembangunan kehidupan berpolitik yang efektif. Sebab dapat menjamin
penanganan tuntutan masyarakat secara variatif dan cepat.

C. Tujuan dan Prinsip Otonomi Daerah

Tujuan dilaksanakannya otonomi daerah menurut pendapat beberapa


ahli adalah sebagai berikut:

1. Dilihat dari segi politik, penyelenggaraan otonomi dimaksudkan untuk


mencegah penumpukan kekuasaan di pusat dan membangun
masyarakat yang demokratis, untuk menarik rakyat ikut serta dalam
pemerintahan, dan melatih diri dalam menggunakan hak-hak demokrasi.

2. Dilihat dari segi pemerintahan, penyelenggaraan otonomi daerah adalah


untuk mencapai pemerintahan yang efisien.

3. Dilihat dari segi sosial budaya, penyelenggaraan otonomi daerah


diperlukan agar perhatian lebih fokus kepada daerah.

275
4. Dilihat dari segi ekonomi, otonomi perlu diadakan agar masyarakat
dapat turut berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi di daerah
masing-masing.

Sebagian para ahli pemerintahan juga mengemukakan pendapat lain


tentang alasan perlunya otonomi-desentralisasi, yaitu:

1. Untuk terciptanya efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan


pemerintahan. Pemerintah berfungsi mengelola berbagai dimensi
kehidupan; seperti ekonomi, pertahanan dan keamanan, keuangan,
politik, kesejahteraan masyarakat. Selain itu, memberikan pelayanan
dan perlindungan kepada masyarakat. Oleh karena itu, penanganan hal
tersebut tidak mungkin dilakukan secara tersentralisasi, karena
pemerintahan negara menjadi tidak efisien.

2. Sebagai sarana pendidikan politik. Pendidikan politik pada tingkat lokal


sangat bermanfaat bagi warga masyarakat untuk menentukan pilihan
politiknya. Mereka yang tidak mempunyai peluang untuk terlibat dalam
politik nasional,akan mempunyai peluang untuk ikut serta dalam politik
lokal, baik pemilihan umum lokal, ataupun dalam pembutan kebijakan
publik.

3. Sebagai persiapan karier politik. Keberadaan pemerintahan daerah


(eksekutif dan legislatif lokal), merupakan wahana yang banyak
digunakan untuk menapak karier politik yang lebih tinggi, dan
merupakan persiapan untuk meniti karier lanjutan di tingkat nasional.

4. Stabilitas politik. Pergolakan di daerah terjadi karena daerah melihat


kenyataan kekuasaan pemerintah Jakarta sangat dominan. Hal ini
merupakan contoh konkrit bagaimana hubungan antara pemerintahan
daerah dengan ketidakstabilan politik kalau pemerintah nasional tidak
menjalankan otonomi dengan tepat.

5. Kesetaraan politik (political equality). Masyarakat di tingkat lokal,


sebagai mana halnya dengan masyarakat di pusat pemerintahan, akan

276
mempunyai kesempatan yang sama untuk terlibat dalam politik, apakah
itu melalui pemberian suara pada waktu pemilihan kepala desa, bupati,
wali kota, dan bahkan gubernur. Di samping itu, warga masyarakat baik
sendiri-sendiri ataupun secara berkelompok akan ikut dalam
memengaruhi pemerintahnya untuk membuat kebijakan, terutama yang
menyangkut kepentingan mereka.

6. Akuntabilitas publik. Demokrasi memberikan ruangdan peluang kepada


masyarakat di daerah untuk berpartisipasi dalam segala bentuk kegiatan
penyelenggaraan negara. Keterlibatan ini sangat dimungkinkan sejak
dari awal tahap pengambilan keputusan sampai dengan tahap evaluasi.
Dengan demikian, maka kebijakan yang dibuat dapat diawasi secara
langsung, dan dapat dipertanggungjawabkan karena masyarakat terlibat
langsung dalam penyelenggaraan pemerintahan.

D. Perkembangan UU Otonomi Daerah di Indonesia

Pelaksanaan otonomi daerah (OTDA) di Indonesia telah mengalami


perubahan sebanyak tujuh kali yang ditandai dengan perubahan UU OTDA/
Desentralisasi, yaitu:

1. UU Nomor 1 Tahun 1945, tentang Pemerintahan Daerah. Dalam


undang-undang ini ditetapkan daerah otonom adalah keresidenan,
kabupaten, dan kota. Tetapi tidak ada Peraturan Pemerintah (PP)-nya,
sehingga tidak dilaksanakan dan usianya hanya tiga tahun.

2. UU Nomor 22 Tahun 1948, tentang Susunan Pemda yang Demokratis.


Dalam undang-undang ini ada dua jenis daerah otonom yaitu, daerah
otonom bisaa dan daerah otonom istimewa. Juga ditetapkan tingkatan
daerah otonom yaitu, provinsi, kabupaten/kota besar dan desa/kota
kecil.

277
Dalam undang-undang ini, pemerintah pusat memberikan hak
istimewa kepada beberapa daerah di Jawa, Bali, Minangkabau, dan
Palembang untuk menghormati daerah tersebut guna melakukan pengaturan
sendiri daerahnya mengenai hak dan asal-usul daerah.

1. UU Nomor 1 Tahun 1957, tentang Pemerintahan Daerah yang berlaku


menyeluruh dan bersifat seragam.

2. UU Nomor 18 Tahun 1965, tentang Pemerintahan Daerah yang


menganut otonomi yang seluas-luasnya.

3. UU Nomor 5 Tahun 1974, tentang Pokok-pokok Penyelenggaraan


Pemerintahan Pusat di Daerah. Undang-undang ini usianya paling
panjang yaitu 25 tahun.

4. UU Nomor 22 Tahun 1999, tentang Otonomi Daerah.

5. UU Nomor 25 Tahun 1999, tentang Perimbangan Keuangan Pusat


dan Daerah.

6. UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Dalam


undang-undang ini terlihat jelas pembagian urusan pemerintahan, di
mana pemerintah pusat menjalankan urusan dalam pembuatan
perundangan, politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi,
kebijakan fiskal dan moneter, serta agama. Pemerintah daerah
mempunyai kekuasaan selain wewenang pusat, yaitu bidang ekonomi,
perdagangan, industri, perta- nian, tata ruang, pendidikan,
kesejahteraan, dan men-jalankan fungsi pemerintahan umum sebagai
wakil pemerintahan pusat.

7. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara


Pemerintah Pusat dan Daerah. UU ini mengatur pembiayaan
pembangunan daerah yang bersumber dari PAD, dana perimbangan,
dan pendapatan Iain-Iain. UU ini juga mengatur pembagian
penerimaan antara pemerintah pusat dan daerah yaitu: penerimaan

278
hasil hutan (pusat 20%, daerah 80%), penerimaan dana reboisasi
(pusat 60%, daerah 40%), pertambangan umum dan perikanan (pusat
20%, daerah 80%), pertambangan minyak (pusat 69,5%, daerah
30,5%), dan panas bumi (pusat 20%, daerah 80%).

E. Model Desentralisasi

Model desentralisasi adalah pola penyerahan wewenang


pemerintahan oleh pemerintahan kepada daerah otonomi untuk mengatur
dan menangani urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia

Menurut Rondinelli, model desentralisasi ada empat macam, yaitu:

1. Dekonsentrasi yaitu pelimpahan wewenang pemerintahan oleh


pemerintah kepada gubernur sebagai wakil pemerintah, dan atau
kepada invertikal di wilayah tertentu.

2. Delegasi adalah pelimpahan pengambilan keputusan dan kewenangan


manajerial untuk melakukan tugas-tugas khusus kepada suatu
organisasi, yang tidak secara langsung berada di bawah pengawasan
pemerintah pusat.

3. Devolusi adalah transfer kewenangan untuk pengambilan keputusan,


keuangan, dan manajemen kepada unit otonomi pemerintah daerah.

4. Privatisasi adalah tindakan pemberian kewenangan dari pemerintah


kepada badan-badan sukarela, swasta, dan swadaya masyarakat.

F. Pembagian Urusan Pemerintahan

Menurut UU Nomor 32 Tahun 2004, tentang Otonomi Daerah, urusan


pemerintahan dapat dibagi ke dalam urusan pemerintahan pusat,

279
pemerintahan daerah tingkat I, dan pemerintahan daerah tingkat II.
Pembagian urusan pemerintahan tersebut meliputi:

1. Urusan Pemerintahan Pusat, meliputi enam bidang, yaitu:

a. Politik Luar Negeri.

b. Pertahanan.

c. Keamanan.

d. Yustisi.

e. Moneter dan Fiskal Nasional.

f. Agama.

2. Urusan Wajib yang menjadi kewenangan Pemerintahan Daerah Provinsi,


meliputi 16 bidang, yaitu:

a. Perencanaan dan pengendalian pembangunan.

b. Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang.

c. Penyelenggaraan, ketertiban umum, dan ketentraman masyarakat.

d. Penyediaan sarana dan prasarana umum.

e. Penanganan bidang kesehatan.

f. Penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia


potensial.

g. Penanggulangan masalah sosial lintas kabupaten/kota.

h. Pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupaten/kota.

280
i. Fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah,
termasuk lintas kabupaten/kota.

j. Pengendalian lingkungan hidup. k. Pelayanan pertahanan termasuk


lintas kabupaten/kota.

k. Pelayanan kependudukan, dan catatan sipil.

l. Pelayanan administrasi umum pemerintahan.

m. Pelayanan administrasi penanaman modal termasuk lintas


kabupaten/kota.

n. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat


dilaksanakan oleh kabupaten/kota.

o. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-


undangan.

3. Urusan wajib yang menjadi kewenangan Pemerintahan Daerah


Kabupaten/Kota, meliputi 15 bidang, yaitu:

a. Perencanaan dan pengendalian pembangunan.

b. Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang.

c. Penyelenggaraan, ketertiban umum, dan ketentraman masyarakat.

d. Penyediaan sarana dan prasarana umum.

e. Penanganan bidang pendidikan.

f. Penanggulangan masalah sosial.

g. Pelayanan bidang ketenagakerjaan.

h. Fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah.

i. Pengendalian lingkungan hidup.

281
j. Pelayanan pertahanan.

k. Pelayanan kependudukan, dan catatan sipil.

l. Pelayanan administrasi umum pemerintahan.

m. Pelayanan administrasi penanaman modal,

n. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya.

o. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-


undangan.

G. Otonomi Daerah dan Demokratisasi

Otonomi daerah merupakan bagian tak terpisahkan dari sistem


demokrasi yang berintikan kebebasan kepada individu, kelompok, daerah
untuk mengatur, mengendalikan, serta menyelenggarakan pemerintahan
sendiri

Pemerintahan sendiri yang dimaksud adalah pemerintahan yang


diatur dan dikendalikan oleh masyarakat sendiri di daerah atas dasar
otonomi yang diberikan oleh pemerintah pusat. Kebijakan pemberian
otonomi daerah tidak boleh dipandang sebagai tujuan akhir (final
destination), melainkan lebih sebagai mekanisme dalam menciptakan
demokratisasi penyelenggaraan pemerintahan. Tujuan utama adanya
kebijakan otonomi daerah adalah sebagai upaya mewujudkan:

a. Kesetaraan politik (political equality), yaitu hak warga negara untuk


mendapatkan kesetaraan atau kesamaan politik.

b. Tanggung jawab daerah (local accountability), yaitu masyarakat daerah


dapat secara langsung ikut bertanggung jawab dalam membangun dan
mengembangkan segala potensi sumber daya alam (SDA), sumber

282
daya manusia (SDM), dan sumber daya buatan (SDB) yang ada pada
daerah bagi kesejahteraan dan kemakmuran rakyat dan daerahnya.

c. Kesadaran Daerah (local responsiveness) yaitu kesadaran daerah untuk


menumbuhkembangkan segenap potensi yang dimilikinya bagi
masyarakat maupun negara.

Sedangkan prasyarat yang harus dipenuhi untuk mencapai tujuan dari


kebijakan otonomi daerah adalah:

a. Memiliki teritorial kekuasaan yang jelas (legal territorial of power), yaitu


local leader executive by kebijakan dan keputusan yang dibuat serta
dilakukan pemerintahan danrakyat daerah adalah hanya meliputi batas
wilayah daerah kekuasan daerah tersebut.

b. Memiliki pendapatan daerah sendiri (legal territorial of power), yaitu agar


daerah memiliki pendapatan (income) sendiri yang dihasilkan dari
potensi SDA daerah, dan diperoleh dari Dana Alokasi Umum (DAU) dan
Dana Alokasi Khusus (DAK) yang berasal dari APBN.

c. Memiliki badan perwakilan (local reperesentative body), yaitu dapat


memiliki badan legislatif dan eksekutif yang dibentuk menurut kebutuhan
daerah oleh anggota legislatif hasil pemilihan secara langsung, dan
kepala pemerintahan daerah.

d. Memiliki kepala daerah yang dipilih sendiri melalui Pemilu (local leader
executive by election), yaitu dapat memiliki kepala daerah (gubernur,
bupati/walikota) yang merupakan hasil pemilu langsung kepala daerah
(PILKADA) oleh rakyat daerah provinsi atau kabupaten/kota.

Keterkaitan otonomi daerah dengan demokratisasi pernah


diungkapkan oleh Mohammad Hatta, Proklamator Rl, yang menyatakan
"memberikan otonomi daerah tidak saja berarti melaksanakan demokrasi,
tetapi mendorong berkembangnya auto-activiteit. Auto-activiteit artinya
bertindak sendiri, melaksanakan sendiri apa yang dianggap penting bagi

283
lingkungan sendiri. Dengan berkembangnya auto-activiteit, tercapailah apa
yang dimaksud dengan demokrasi, yaitu pemerintahan yang dilaksanakan
oleh rakyat untuk rakyat. Rakyat tidak saja menerrtukan nasibnya sendiri,
melainkan juga memperbaiki nasibnya sendiri.

Pemikiran Bung Hatta di atas memiliki makna bahwa kemajuan


masyarakat dan daerah sangat ditentukan oleh masyarakat atau daerah itu
sendiri, dengan alasan bahwa yang memiliki pengetahuan dan pemahaman
yang mendalam terhadap karakteristik masyarakat atau daerah tersebut
adalah masyarakat atau daerah itu sendiri. Posisi pemerintah adalah sangat
penting untuk memberikan dukungan berupa landasan hukum, seperti UU
Nomor 32 Tahun 2004, tentang Otonomi Daerah. Jadi, inti pelaksanaan
otonomi daerah adalah adanya keleluasaan pemerintahan daerah
(discretionary power) untuk menyelenggarakan pemerintahan sendiri atas
dasar prakarsa, kreativitas, dan peran-serta aktif masyarakat dalam
mengembangkan dan memajukan daerahnya. Memberikan otonomi daerah
tidak hanya berarti melaksanakan demokrasi di lapisan bawah, tetapi juga
mendorong masyarakat untuk melaksanakan sendiri apa yang dianggap
penting bagi lingkungannya.

Dengan berkembangnya pelaksanaan demokrasi dari bawah, maka


rakyat tidak saja dapat menentukan nasibnya sendiri melalui keputusan
politik, namun yang lebih penting adalah berupaya untuk memperbaiki
nasibnya sendiri. Hal itu dapat diwujudkan dengan memberikan kewenangan
yang cukup luas kepada pemerintah daerah guna mengatur, mengurus, serta
mengembangkandaerahnya. Kewenangan itu merupakan keleluasaan
menggunakan dana, baik yang berasal dari daerah sendiri maupun dari
pusat, sesuai dengan keperluan daerahnya tanpa campur tangan pusat,
keleluasaan untuk berprakarsa, memilih alternatif, menentukan prioritas dan
mengambil keputusan untuk kepentingan daerahnya, keleluasaan peroleh
dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang memadai, yang
berdasarkan atas kriteria objektif dan adil. Untuk itu, maka konsekuensi logis
dari cara pandang di atas adalah:

284
a. Otonomi daerah harus dipandang sebagai instrumen desentralisasi
dalam rangka mempertahankan keutuhan serta keberagaman bangsa.

b. Otonomi daerah harus didefinisikan sebagai otonomi bagi rakyat


daerah, bukan otonomi pemerintah daerah, juga bukan otonomi bagi
daerah.

H. Implementasi Otonomi Daerah

Implementasi otonomi daerah bagi daerah tingkat 1 dan tingkat 2,


seiring dengan pelimpahan wewenang pemerintah pusat dapat
dikelompokkan dalam lima bidang yaitu implementasi dalam pembinaan
wilayah, pembinaan sumber daya manusia, penanggulangan dan percepatan
penurunan kemiskinan, penataan hubungan fungsional antara DPRD dan
pemerintah daerah, serta peningkatan koordinasi atau kerja sama tim (team
work).

1. Implementasi Otonomi Daerah dalam Pembinaan Wilayah

a. Pelaksanaan otonomi daerah tidak secara otomatis menghilangkan


tugas, peran, dan tanggung jawab pemerintah pusat, karena otonomi
yang dijalankan bukan otonomi tanpa batas. Penjelasan Pasal 18
UUD 1945 menyatakan bahwa "Indonesia itu suatu eenheidstaat,"
Indonesia tidak akan mempunyai daerah dengan status staat atau
negara. Otonomi tidak dirancang agar suatu daerah memiki sifat-sifat
seperti suatu negara. Pemerintah pusat dalam kerangka otonomi
masih melakukan pembinaan wilayah.Pembinaan wilayah dapat
diartikan bagaimana mengelola dan mengerahkan segala potensi
wilayah suatu daerah untuk didayagunakan secara terpadu guna
mewujudkan kesejahteraan rakyat. Potensi wilayah termasuk segala
potensi sumber daya yang mencakup potensi kependudukan, sosial
ekonomi, sosial budaya, politik dan pertahanan keamanan.

285
b. Pola pembinaan wilayah dilaksanakan dengan mendelegasikan tugas-
tugas pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dilaksanakan, dan
dipertanggungjawabkan oleh pemerintah daerah. Pada prinsipnya
pembinaan wilayah diserahkan kepada daerah untuk mengelola
sumber daya yang potensial untuk kesejahteraan daerah, dan dalam
negara kesatuan, tugas pemerintah pusat melakukan pengawasan.
Bentuk pengawasan dalam otonomi daerah adalah seluruh rancangan
kegiatan dan anggaran daerah tingkat II dibuat kepala daerah dan
DPRD II, serta diperiksa oleh gubernur. Untuk rencana kegiatan dan
anggaran tingkat I, dibuat gubernur dan DPRD I, dan diperiksa oleh
menteri dalam negeri atas nama pemerintah pusat.

c. Tugas dan fungsi pembinaan wilayah meliputi prinsip pemerintahan


umum, yaitu penyelenggaraan pemerintahan pusat di daerah,
memfasilitasi dan mengakomodasi kebijakan daerah, menjaga
keselarasan pemerintah pusat dan daerah, menciptakan ketentraman
dan ketertiban umum, menjaga tertibnya hubungan lintas batas dan
kepastian batas wilayah, menyelenggarakan kewenangan daerah, dan
menjalankan kewenangan lain.

d. Pejabat pembina wilayah dilaksanakan oleh kepala daerah yang


menjalankan dua macam urusan pemerintahan, yaitu urusan daerah
dan urusan pemerintahan umum.

2. Implementasi Otonomi Daerah dalam Pembinaan Sumber Daya


manusia

a. Pelaksanaan otonomi daerah memberikan wewenang pembinaan


daerah dilakukan secara sumber daya manusia kepada daerah. Hal
ini menjadi tugas berat bagi daerah, karena SDM pada umumnya
mempunyai tingkat kompetensi, sikap, dan tingkah laku yang tidak
maksimal. Menurut Kaloh (2002) banyak faktor yang menyebabkan
kinerja pegawai negeri sipil (PNS) rendah, yaitu: (a) adanya

286
monoloyalitas PNS kepada satu partai pada zaman ORBA, sehingga
mendorong PNS bermain politik praktis atau tersembunyi, (b) proses
rekrutmen PNS masih tidak sesuai dengan ketentuan yang ada
berdasarkan jenis dan persyaratan pekerjaan, (c) rendahnya tingkat
kesejahteraan, (d) penempatan dan jenjang karier tidak berdasarkan
jenjang karier dan keahlian, dan (e) PNS terkesan kurang ramah,
kurang informatif, dan lamban dalam memberikan pelayanan.

b. Dalam era otonomi, daerah harus mempersiapkan SDM untuk


memenuhi kebutuhan dengan prinsip keterbukaan dan akuntabilitas.
Pemerintah daerah membutuhkan PNS yang tanggap, responsif,
kreatif, tanggap, dan bekerja secara efektif.

c. Untuk menunjang kinerja daerah dalam rangka kerja sama


antardaerah dan pusat, Pemda membutuhkan SDM yang mempunyai
kemampuan mengembangkan jaringan dan kerja sama tim, dan
mempunyai kualitas kerja yang tinggi.

d. Untuk pembinaan SDM, Pemda diharapkan: (1) membuat struktur


organisasi yang terbuka, (2) menyediakan media untuk PNS berkreatif
dan membuat terobosan baru, (3) mendorong PNS berani mengambil
risiko, (4) memberikan penghargaan bagi yang berhasil, (5)
mengembangkan pola komunikasi yang efektif antarPNS, (6)
membangun suasana kerja di PNS yang inovatif, (7) mengurangi
hambatan birokrasi, (8) mencegah tindakan intervensi yang
mengganggu proses kerja profesional; dan (9) mendelegasikan
tanggung jawab dengan baik.

e. Memperbaiki cara kerja birokrasi dengan cara memberikan teladan,


membuat perencanaan, melaksanakan kerja dengan pengawasan
yang memadai, menentukan prioritas, memecahkan masalah dengan
inovatif, melakukan komunikasi lisan dan tulisan, melakukan
hubungan antarpribadi, dan memerhatikan waktu kehadiran dan
kreativitas.

287
f. Mengurangi penyimpangan pelayanan birokrasi. Pelayanan
pemerintah daerah seringkali banyak mengalami penyimpangan yang
disebabkan sistem birokrasi, atau keinginan menambah penghasilan
dari pegawai. Pemda harus melakukan perbaikan dengan:
Menegakkan disiplin pegawai dengan memberikan penghargaan dan
sanksi, membangun pelayanan yang berorientasi pelanggan,
menetapkan tanggung jawab dengan jelas, dan mengembangkan
budaya birokrasi yang bersih, serta memberikan pelayanan yang
cepat dan tepat dengan biaya murah.

3. Implementasi Otonomi Daerah dalam Penanggulangan Kemiskinan

a. Masalah kemiskinan merupakan masalah penting bagi pemerintah


daerah. Otonomi memberikan kewenangan kepada daerah untuk
mengelola sumber daya dengan tujuan peningkatan kesejahteraan
penduduk di wilayahnya.

b. Pengentasan kemiskinan menjadi tugas penting dari UU Nomor 25


Tahun 1999, di mana pemda mempunyai wewenang luas, dan
didukung dana yang cukup dari APBD. Pengentasan kemiskinan
menggunakan prinsip: pengembangan SDM dengan memberdayakan
peranan wanita, memberdayakan dan mempermudah akses keluarga
miskin untuk berusaha, dengan mendekatkan pada modal dan
pemasaran produknya, menanggulangi bencana, dan membuat
kebijakan yang berpihak kepada rakayat miskin.

c. Program penanggulangan kemiskinan harus dilakukan terpadu


berdasarkan karakter penduduk dan wilayah, dengan melakukan
koordinasi antar-instansi yang terkait.

d. Pembangunan dalam rangka penanggulangan kemiskinan harus


mengedepankan peran masyarakat dan sektor swasta, dengan

288
melakukan investasi yang dapat menyerap tenaga kerja dan pasar
bagi penduduk miskin.

e. Paradigma baru tentang peranan pemda, yaitu dari pelaksana menjadi


fasilitator, memberikan intruksi menjadi melayani, mengatur menjadi
memberdayakan masyarakat, bekerja memenuhi aturan menjadi
bekerja untuk mencapai misi pembangunan.

f. Dalam pemberdayaan masyarakat, peranan pemda adalah


memberikan legimitasi kepada LSM dan masyarakat penerima
bantuan, menjadi penengah apabila terjadi konflik, mendorong
peningkatan kemampuan keluarga miskin, turut mengendalikan
pembangunan fisik, dan memberikan sosialisasi gerakan terpadu
pengentasan kemiskinan.

g. Pemda dalam rangka percepatan penanggulangan kemiskinan dapat


mengambil kebijakan keluarga, yaitu mendata dengan benar karakter
keluarga miskin, mengidentifikasi tipe dan pola keluarga miskin,
melakukan intervensi kebijakan, yang meliputi kebijakan penyediaan
sumber daya melalui pendidikan dan pelatihan, menyediakan program
yang mendorong kesempatan kerja, dan menyediakan program untuk
membangun lingkungan fisik masyarakat miskin, seperti prasarana
jalan, jembatan, perumahan, listrik dan air bersih, dan pada tahap
akhir, pemda melakukan evaluasi efektivitas dari pelaksanaan
penanggulangan kemiskinan.

4. Implementasi Otonomi Daerah dalam Hubungan Fungsional Eksekutif


dan Legislatif

a. Hubungan eksekutif (pemda) dan legislatif (DPRD) dalam era otonomi


mencuat dengan munculnya ketidakharmonisan antara pemda dan
DPRD. Ketidakharmonisan dipicu oleh interprestasi dari UU Nomor 22
Tahun 1999, yang menyatakan bahwa peran legislatif lebih dominan

289
dibandingkan peran pemda, dan hal ini bertentangan dengan kondisi
sebelumnya, di mana pemda lebih dominant daripada DPRD.

b. Ketidakharmonisan harus dipecahkan dengan semangat otonomi,


yaitu pemberian wewenang kepada daerah untuk mengatur
daerahnya dalam menjawab permasalahan rakyat, yang meliputi
administrasi pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan publik.

c. Asas dalam otonomi menurut UU No. 22 Tahun 1999 adalah: (1)


penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah,
kecuali dalam bidang hankam, luar negeri, peradilan, agama,
moneter, dan fiskal, (2) pelimpahan wewenang pusat kepada
gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah, dan (3)
pembantuan yaitu penugasan pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah untuk melaksanakan tugas tertentu yang disertai pembiayaan,
sarana danprasarana, serta SDM, dengan kewajiban melaporkan
pelaksanaan dan pertanggungjawaban kepada pemerintah pusat.

d. Kepala daerah mempunyai wewenang: memimpin penyelenggaraan


pemerintah daerah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan DPRD,
bertanggung jawab kepada DPRD, dan menyampaikan laporan atas
penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada presiden melalui
mendagri, minimal satu tahun sekali melalui gubernur.

e. DPRD dalam era otonomi mempunyai wewenang dan tugas: memilih


gubernur/wakil gubernur, bupati/wakil bupati atau walikota/ wakil
walikota, membentuk peraturan daerah, menetapkan anggaran
pendapatan belanja daerah, melaksanakan pengawasan, memberikan
saran pertimbangan terhadap perjanjian internasional menyangkut
kepentingan daerah, serta menampung dan menindak- lanjuti aspirasi
masyarakat.

f. Kepala daerah dan DPRD dalam melakukan tugasnya dapat


melakukan komunikasi yang intensif, baik untuk tukar-menukar

290
informasi, dan pengembangan regulasi maupun klarifikasi suatu
masalah.

g. Prinsip kerja dalam hubungan antara DPRD dan Kepala Daerah


adalah: proses pembuatan kebijakan transparan, pelaksanaan kerja
melalui mekanisme akuntabilitas, bekerja berdasarkan susduk, yang
mencakup kebijakan, prosedur dan tata kerja, menjalankan prinsip
kompromi, dan menjunjung tinggi etika

5. Implementasi Otonomi Daerah dalam Membangun Kerja Sama Tim

a. Koordinasi merupakan masalah yang serius dalam pemerintah daerah.


Sering bongkar dan pasang sarana dan prasarana seperti PAM, PLN,
dan Telkom menunjukkan lemahnya koordinasi selama ini.

b. Dalam rangka otonomi, di mana pemda mempunyai wewenang mengatur


selain enam bidang yang diatur pusat, maka pemda dapat mengatur
koordinasi sektor riil seperti transportasi, sarana/prasarana, pertanian,
dan usaha kecil, serta wewenang lain yang ditentukan undang-undang.

c. Lemahnya koordinasi selama otonomi daerah telah menimbulkan


dampak negatif, di antaranya: inefisiensi organisasi dan pemborosan
uang, tenaga dan alat, lemahnya kepemimpinan koordinasi yang
menyebabkan keputusan tertunda-tunda, tidak tepat dan terjadi
kesalahan, serta tidak terjadi integrasi dan sinkronisasi pembangunan.

d. Penyebab kurangnya koordinasi dalam era otonomi daerah di pemda


antara lain karena sesama instansi belum mempunyai visi yangsama,
tidak adanya rencana pembangunan jangka panjang yang menyebabkan
arah kebijakan tidak strategis, rendahnya kemauan bekerja sama, gaya
kepemimpinan yang masih komando, rendahnya keterampilan, integritas,
dan kepercayaan diri.

291
e. Dalam rangka meningkatkan koordinasi, maka pemerintah daerah harus
menciptakan kerja sama tim. Kerja tim dilaksanakan dengan (1) pelatihan
kepada PNS pemda untuk menumbuhkan komitmen, integritas,
kejujuran, rasa hormat dan percaya diri, peduli terhadap pemerintah
daerah, mempunyai kemauan dan tanggung jawab, matang secara
emosi, dan mempunyai kompetensi, (2) mengembangkan visi dan misi
pemerintahan daerah yang menjadi acuan kerja, (3) membuat sistem
kerja yang baik, yaitu adanya kejelasan tugas pokok, fungsi dan
akuntabilitas pekerjaan, dan (4) membangun suasana dialogis
antarpimpinan dan staf pemda.

Terkait dengan implementasi otonomi daerah, maka ada beberapa hal


yang perlu diperhatikan untuk keberhasilan otonomi daerah, yaitu:

1. Pemda harus meningkatkan kualitas SDM yang dapat dilakukan melalui:

a. Pelaksanaan seleksi PNS yang jelas, ketat, dan baik, serta


berdasarkan pekerjaan dan spesifikasi lowongan pekerjaan.

b. Peningkatan kompetensi, keterampilan, dan sikap melalui pendidikan


dan pelatihan,sesuai dengan kebutuhan pemerintah daerah, serta
mengevaluasi keefektifan program pendidikan dan pelatihan.

c. Penempatan PNS berdasarkan kompetensi, minat, dan bakat, serta


kebutuhanpemerintah daerah.

d. Pengembangan SDM yang kreatif, inovatif, fleksibel, profesional, dan


sinergis di Pemda.

2. Menindaklanjuti ketentuan undang-undangtentang otonomi dengan


peraturan daerah yang terkait dengan kelembagaan, kewenangan,
tanggung jawab, pembiayaan, SDM, dan sarana penunjang terhadap
penugasan wewenang yang dilimpahkan pemerintah pusat.

3. Meningkatkan peran aktif masyarakat dalam bidang politik, ekonomi,


sosial budaya, dan hankam.

292
4. Pemda harus mengembangkan sistem manajemen pemerintahan yang
efektif, objekti, rasional dan modern.

Diskusi

KPK: Politik Dinasti Tidak Baik, Sarat Kepentingan

Jakarta - Wakil Ketua KPK Zulkarnain menolak adanya politik dinasti dalam
kepemimpinan kepala daerah. Politik dinasti dikhawatirkan merusak sistem
politik untuk kepentingan pribadi atau kelompok lingkungannya.

"Politik dinasti tidak baik dalam upaya membangun politik yang berintegritas,
potesi KKN, konflik kepentingan dan fraud-nya tinggi," kata Zulkarnain dalam
pesan singkatnya, Selasa (23/6/2015).

Penegasan ini disampaikan Zulkarnain mengenai politik dinasti yang diduga


dilakukan sejumlah kepala daerah. Saat ini ada kepala daerah yang sengaja
mengundurkan diri karena anggota keluarganya maju dalam pilkada serentak
bulan Desember 2015.

Apalagi saat ini pembahasan soal politik dinasti makin kencang karena
dikeluarkanya Surat Edaran KPU Nomor 302/KPU/VI/2015 yang seolah
memberi peluang bagi seorang politikus membangun 'dinasti politik'.

Surat Edaran tersebut memberikan penjelasan terkait Peraturan KPU Nomor


9 tahun 2015 yang mengatur mekanisme pendaftaran calon kepala daerah. 

Dalam surat edaran tersebut dijelaskan mengenai seorang kepala daerah


yang mundur dari jabatannya tak lagi disebut petahana. Walhasil keluarga
kepala daerah yang baru mundur beberapa hari menjelang digelarnya
pendaftaran pilkada itu bisa mencalonkan diri. 

Setelah proses pengunduran dirinya disetujui, maka status petahana gugur


dan keluarganya pun bisa mencalonkan diri. Sejumlah kepala daerah pun
mengajukan pengunduran diri menjelang dibukanya pendaftaran calon
kepala daerah pada 26 Juli 2015 nanti.

Dinasti politik ini memang rentan kaitannya dengan penyimpangan kepala


daerah sebagaimana sejumlah perkara yang ditangani KPK.

293
Misalnya dua kasus yang sedang ditangani KPK. Kasus suap gas alam
Bangkalan dan suap tambang batubara di Tanah Laut terjadi karena si
tersangka penerima suap memiliki hubungan kekeluargaan dengan kepala
daerah incumbent.

Ada juga soal Ratu Atut Chosiyah. Jaksa pada KPK dalam tuntutannya
(Senin 11/8/2014) menyinggung politik dinasti yang dibangun Atut dan
keluarganya di Banten berakibat buruk terhadap tatanan demokrasi dan
kehidupan. Politik dinasti menurut Jaksa KPK Edy Hartoyo dalam sidang
tuntutan melahirkan demokrasi super pasar bebas sehingga melahirkan
demokrasi 'wani piro'.

"Contohnya amati sendiri. Kan sudah ada yang menjadi perkara," sebut
Zulkarnain. 

Sumber: http://news.detik.com/berita/2950310/kpk-politik-dinasti-tidak-baik-
sarat-kepentingan

Bandingkan dengan hasil putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang terbaru!

Mahfud Nilai Putusan MK Terkait Politik Dinasti Sudah Tepat


Rabu, 8 Juli 2015 | 21:04 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud


MD, menilai, putusan MK yang mengabulkan permohonan uji materi
terhadap Pasal 7 huruf r Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang
Pemilihan Kepala Daerah sudah tepat. Dalam putusannya, MK menilai syarat
kepala daerah yang tidak memiliki konflik kepentingan dengan petahana
seperti yang diatur dalam UU Nomor 8 tersebut melanggar konstitusi. 

"Menurut saya putusan MK ini sudah sangat tepat bahwa tidak boleh
keluarga pejabat itu dilarang untuk menjadi calon," kata Mahfud di Istana
Wakil Presiden Jakarta, Rabu (8/7/2015). 

Menurut Mahfud, wacana mengenai pembatasan calon kepala daerah yang


memiliki hubungan keluarga atau kekerabatan dengan petahana sudah
dibicarakan sejak ia masih menjabat Ketua MK. Namun,ketika itu hakim MK
memiliki kesamaan pendapat bahwa hak konstitusional seorang warga
negara tidak boleh dibatasi.

Lagi pula, orang yang memiliki hubungan dengan petahana belum tentu
memanfaatkan fasilitas yang dimiliki petahana untuk memperoleh
kemenangan dalam pilkada. Bisa jadi orang tersebut justru bertentangan

294
dengan petahana lainnya. Kemungkinan lainnya, orang tersebut merupakan
calon yang memiliki kapasitas lebih baik dari petahanan.
"Karena bisa jadi dia punya kapasitas yang lebih bagus dari yang akan
diganti dan belum tentu juga dia didukung oleh kerabat. Bisa jadi dia saudara
tapi dia ingin mengganti kakaknya karena kakaknya dianggap kurang baik,
itu bisa juga. Maka tidak boleh ada larangan itu dan MK sudah benar
memutus itu. Karena dalam UUD itu disebut setiap orang, bukan setiap
keluarga berhak," tutur Mahfud.

Ia juga menilai bahwa fenomena politik dinasti yang berkembang di


Indonesia bukan semata-mata menyangkut persoalan konstitusionaliitas.
Menurut Mahfud, fenomena ini merupakan masalah moralitas politik. 

Dalam putusannya yang dibacakan siang tadi, hakim MK berpendapat


bahwa idealnya suatu demokrasi adalah bagaimana melibatkan sebanyak
mungkin rakyat untuk turut serta dalam proses politik. Meski pembatasan
dibutuhkan demi menjamin pemegang jabatan publik memenuhi kapasitas
dan kapabilitas, suatu pembatasan tidak boleh membatasi hak konstitusional
warga negara. Hakim menilai, Pasal 7 huruf r UU Pilkada mengandung
muatan diskriminasi. 

Hal itu bahkan diakui oleh pembentuk undang-undang, di mana pasal


tersebut memuat pembedaan perlakuan yang semata-mata didasarkan atas
status kelahiran dan kekerabatan seorang calon kepala daerah dengan
petahana. Adapun, permohonan uji materi ini diajukan oleh seorang anggota
DPRD Provinsi Sulawesi Selatan, Adnan Purichta Ichsan.

Sumber:
http://nasional.kompas.com/read/2015/07/08/21043481/Mahfud.Nilai.Putusan
.MK.Terkait.Politik.Dinasti.Sudah.Tepat

Bagaimana menurut Anda tentang politik dinasti tersebut?

295
Formulir 1

Ringkasan Pemahaman Materi

Bab : ……………………………………………………………………………..
Topik : ……………………………………………………………………………..

Nama : ………………………………………………………………….
NIM : ………………………………………………………………….
Program Studi : …………………………………………………………………..

Tuliskan pemahaman Anda mengenai materi pada bab ini !

Paraf Dosen

Catatan:
1. Setelah Anda mengisi formulir 1 ini secara lengkap kemudian
kumpulkan kepada dosen sebelum perkuliahan berlangsung.
2. Formulir ini diisi sebagai syarat Anda mengikuti perkuliahan.

296
Formulir 2

Hasil Disusi Kelompok


Bab : ........................................................................................................
Topik : ........................................................................................................

Kelas : ...........................................................................................
Program Studi : ...........................................................................................
Kelompok : ...........................................................................................
Ketua : ...........................................................................................
Anggota : 1. ......................................................................................
2. ......................................................................................
3. ......................................................................................
4. ......................................................................................
5. ......................................................................................

Tuliskan hasil diskusi kelompok Anda pada formuir ini!

Paraf Ketua Kelompok

297
BAB XII

GOOD GOVERNANCE: Kosep dan Implementasinya

Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mempelajari bab ini, pembaca diharapkan dapat:

1. Menjelaskan pengertian dan konsep good governance.

2. Menjelaskan prinsip-prinsip good governance.

3. Mengetahui aplikasi good governance di Indonesia.

4. Mengetahui struktur organisasi dan manajemen perubahan dalam good


governance.

5. Mengetahui good governance dalam Kerangka Otonomi Daerah.

Deskripsi Singkat

Pada bab ini Anda akan mempelajari dan mmendiskusikan tentang good
governance dalam berbagai aspek. Setelah selesai perkuliahan diharapkan
Anda dapat memahami secara mendalam tentang pengertian, konsep,
karakteristik dan prinsip-prinsip good governance. Pada tahap selanjutnya
Anda meahamii aplikasi good governance, struktur organisasi dan
manajemen perubahan dalam good governancesertagood governance
dalam kerangka otonomi daerah.

Pokok Bahasan

A. Menjelaskan pengertian, konsep dan karakteristik good governance.

298
B. Menjelaskan prinsip-prinsip good governance.

C. Mengetahui aplikasi good governance di Indonesia.

D. Mengetahui struktur organisasi dan manajemen perubahan dalam good


governance.

E. Mengetahui good governance dalam Kerangka Otonomi Daerah.

Bahan Bacaan

1. Herlia Tati. 2004. Fenomena Kultur dan Politik Indonesia. Jakarta :


JurnalDephan.

2. Iskatrinah. 2004. Pelaksanaan Fungsi Hukum Administrasi Negara


dalam Mewujudkan Pemerintah yang Baik. Makalah.

3. Luhulima. 2005. Globalisasi dan Manajemen Politik Luar Negeri.

4. Muhammad, Mar'ie. 2005. Indonesia Menghadapi Abad XXI.


MakalahpadaForum llmiah ITB.

5. Sedarmayanti. 2003. Good governance dalam Rangka Otonomi


Daerah. Bandung: Mandar Maju.

6. Sedarmayanti. 2004. Good governance Membangun Sistem


Manajemen KinerjaDaerah. Bandung: Mandar Maju.

7. Sulistyo, dkk. 2003. Good Corporate Governance: Berhasilkah


Diterapkan diIndonesia. Jurnal Vidya Warta.

8. Syarbaini, Syahrial (Editor). 2005. Materi Perkuliahan Pendidikan


Pewarganegaraan(PKn). Jakarta: Suscadoswar, Dikti.

Pernyataan Kunci

1. Jelaskan pengertian, konsep dan karakteristik good governance!

2. Uraikan prinsip-prinsip good governance!

299
3. Jelaskan implementasi good governance di Indonesia!

4. Mengetahui struktur organisasi dan manajemen perubahan dalam


goodgovernance.

Tugas

Anda harus membaca secara mendalam bab ini dan menuangkan


pemahaman Anda pada lembar pemahaman yang telah disediakan serta
menyerahkannya kepada dosen sebelum pertemuan dimulai.

A. Pengertian, Konsepdan Karakteristik Good Governance

1. Pengertian Good Governance

Pada dekade awal abad ke-21, Bangsa Indonesia menghadapi


gelombang besar pada masa reformasi berupa meningkatnya tuntutan
demokratisasi, desentralisasi, dan globalisasi. Sekalipun keadaan serupa
pernah terjadi pada beberapa kurun waktu yang lalu, namun tuntutan saat ini
mangandung nuansa yang berbeda sesuai dengan kemajuan zaman.

Globalisasi yang menyentuh berbagai bidang kehidupan di seluruh


wilayah pemerintahan negara menuntut reformasi sistem perekonomian dan
pemerintahan, termasuk birokrasinya, sehingga memungkinkan interaksi
perekonomian antardaerah dan antarbangsa berlangsung lebih efisien. Kunci
keberhasilan pembangunan perekonomian adalah daya saing, dan kunci dari
daya saing adalah efisiensi proses pelayanan, serta mutu ketepatan dan
kepastian kebijakan publik.

Kunci keberhasilan pembangunan perekonomian adalah daya saing;


dan kunci dari daya saing adalah efisiensi proses pelayanan, mutu, dan
kepastian kebijakan publik.

300
Dalam upaya menghadapi tantangan tersebut, salah satu prasyarat
yang periu dikembangkan adalah komitmen yang tinggi untuk menerapkan
nilai luhur dan prinsip tata kelola (good governance) dalam mewujudkan cita-
cita dan tujuan negara, sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan UUD
1945.

United Nations Development Program (UNDP) dalam dokumen


kebijakannya yang berjudul "Governance for Sustainable Human
Development" (1977), mendefinisikan kepemerintahan (governance) sebagai
berikut: "Governance is the exercise of economic, political, and
administrative authority to a country's affairs at all levels and means by which
states promote social cohesion, integration, and ensure the well being of
their population" (Kepemimpinan adalah pelaksanaan
kewenangan/kekuasaan dalam bidang ekonomi, politik, dan administratif
untuk mengelola berbagai urusan negara pada setiap tingkatannya dan
merupakan instrumen kebijakan negara untuk mendorong terciptanya kondisi
kesejahteraan integritas dan kohesitas sosial dalam masyarakat).

Pemerintah atau "Government" dalam bahasa Inggris diartikan


sebagai "The authoritative direction and administration of the affairs of
men/women in a nation, state, city, etc" (pengarahan dan administrasi yang
berwenang atas kegiatan orang-orang dalam sebuah negara, negara bagian,
kota, dan sebagainya). Ditinjau dari sisi semantik, kebahasaan governance
berarti tata kepemerintahan dan good governance bermakna tata
kepemerintahan yang baik.

Di satu sisi istilah good governance dapat dimaknai secara berlainan,


sedangkan sisi yang lain dapat diartikan sebagai kinerja suatu lembaga,
misalnya kinerja pemerintahan, perusahaan atau organisasi
kemasyarakatan. Apabila istilah ini dirujuk pada asli kata dalam bahasa
Inggris: governing, maka artihya adalah mengarahkan atau mengendalikan,
Karena itu good governance dapat diartikan sebagai tindakan untuk
mengarahkan, mengendalikan, atau memengaruhi masalah publik. Oleh
karena itu ranah good governance tidak terbatas pada negara atau birokrasi

301
pemerintahan, tetapi juga pada ranah masyarakat sipil yang dipresentasikan
oleh organisasi non-pemerintah dan sektor swasta. Singkatnya, tuntutan
terhadap good governance tidak hanya ditujukkan kepada penyelenggara
negara atau pemerintah, melainkan juga pada masyarakat di luar struktur
birokrasi pemerintahan.

Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa


pemerintahan yang baik adalah baik dalam proses maupun hasilnya. Semua
unsur dalam pemerintahan bisa bergerak secara sinergis, tidak saling
berbenturan, memperoleh dukungan dari rakyat, serta terbebas dari gerakan-
gerakan anarkis yang bisa menghambat proses dan laju pembangunan.
Pemerintahan juga bisa dikatakan baik jika produktif dan memperlihatkan
hasil dengan indikator kemampuan ekonomi rakyat meningkat, baik dalam
aspek produktivitas maupun dalam daya belinya; kesejahteraan spiritualnya
meningkat dengan indikator rasa aman, bahagia, dan memiliki rasa
kebangsaan yang tinggi.

2. Konsep Good Governance

Pemerintah atau government dalam bahasa Inggris adalah: "The


authoritative direction and administration of the affairs of men/women in a
nation, state, city, etc." Atau dalam bahasa Indonesia berarti "Pengarahan
dan administrasi yang berwenang atas kegiatan orang-orang dalam sebuah
negara, negara bagian, kota, dan sebagainya." Bisa juga berarti "The
governing body of nation, state, city, etc." Atau lembaga atau badan yang
menyeleng- garakan pemerintahan negara, negara bagian atau kota, dan
sebagainya.

Sedangkan istilah "kepemerintahan" atau dalam bahasa Inggris


"governance" adalah "The act, fact, manner of governing," berarti: tindakan,
fakta, pola, dan kegiatan atau penyelenggaraan pemerintahan." Dengan
demikian governance adalah suatu kegiatan (proses), sebagaimana
dikemukakan oleh Kooiman (1993) bahwa governance lebih merupakan

302
"....serangkaian proses interaksi sosial politik antara pemerintahan dengan
masyarakat dalam berbagai bidang yang berkaitan dengan kepentingan
masyarakat dan intervensi pemerintah atas kepentingan-kepentingan.

Istilah ”governance" tidak hanya berarti kepemeriritahan sebagai


suatu kegiatan, tetapi juga mengandung arti pengurusan, pengelolaan,
pengarahan, pembinaan penyelenggaraan serta bisa juga diartikan
pemerintahan. Oleh karena itu tidak mengherankan apabila terdapat istilah
public governance, private governance, corporate governance, dan banking
governance. Governance sebagai terjemahan dan pemerintahan kemudian
berkembang dan menjadi populer dengan sebutan kepemerintahan atau tata
kelola, sedangkan praktik terbaiknya disebut kepemerintahan atau tata kelola
yang baik (good governance).

Secara konseptual, pengertian kata baik (good) dalam istilah


kepemerintahan yang baik (good governance) mengandung dua
pemahaman:

2. Nilai yang menjunjung tinggi keinginan/kehendak rakyat, dan nilai-nilai


yang dapat meningkatkan kemampuan rakyat dalam mencapai tujuan
(nasional) kemandirian, pembangunan berkelanjutan, dan keadilan
sosial.
3. Aspek fungsional dari pemerintah yang efektif dan efisien dalam
pelaksanaan tugasnya untuk mencapai tujuan tersebut.

Selanjutnya, lembaga administrasi negara mengemukakan bahwa good


governance berorientasi pada:

1. Orientasi ideal negara yang diarahkan pada pencapaian tujuan


nasional.

2. Pemerintahan yang berfungsi secara ideal, yaitu secara efektif dan


efisien dalam melakukan upaya mencapai tujuan nasional. Orientasi
pertama mengacu pada demokratisasi dalam kehidupan bernegara

303
dengan elemen-elemen konstitusinya seperti: legitimacy (apakah
pemerintah dipilih oleh dan mendapat kepercayaan dari rakyatnya),
accountability scaring of human right, autonomy, and devolution of
power dan assurance of civian control. Sedangkan orientasi kedua,
bergantung pada sejauh mana struktur serta mekanisme politik dan
administrasinya berfungsi secara efektif dan efisien.

Lembaga Administrasi Negara (2000) menyimpulkan bahwa wujud


good governance adalah menyelenggarakan pemerintahan negara yang
solid dan bertanggung jawab, serta efisien dan efektif, dengan menjaga
kesinergisan interaksi yang konstruktif di antara domain-domain negara,
sektor swasta, dan masyarakat,

Selain itu, Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000


merumuskan arti good governance sebagai berikut: "Kepemerintahan yang
mengemban dan menerapkan prinsip-prinsip profesionalitas, akuntabilitas,
transparansi, pelayanan prima, demokrasi, efisiensi, efektivitas, supremasi
hukum, dan dapat diterima oleh seluruh masyarakat."

Dengan demikian, pada dasarnya pihak-pihak yang berkepentingan


dalam kepemerintahan (governance stakeholders) dapat dikelompokkan
menjadi tiga kategori, yaitu:

1. Negara/Pemerintahan. Konsepsi kepemerintahan pada dasarnya


adalah kegiatan kenegaraan, tetapi lebih jauh dari itu melibatkan pula
sektor swasta dan kelembagaan masyarakat madani.

2. Sektor Swasta. Pelaku sektor swasta mencakup perusahaan swasta


yang aktif dalam interaksi astern pasar, seperti: industri pengelolaan
perdagangan, perbankan, dan koperasi, termasuk kegiatan sektor
informal.

3. Masyarakat Madani. Kelompok masyarakat dalam konteks


kenegaraan pada dasarnya berada di antara atau di tengah-tengah
antara pemerintah dan perorangan, yang mencakup baik

304
perseorangan maupun kelompok masyarakat yang berinteraksi secara
sosial, politik, dan ekonomi.

3. Karakteristik Dasar Good Governance

Ada tiga karakteristik dasar good governance:

1. Diakuinya semangat pluralisms Artinya, pluralitas telah menjadi


sebuah keniscayaan yang tidak dapat dielakkan sehingga mau tidak
mau, pluralitas telah menjadi suatu kaidah yang abadi. Dengan kata
lain, pluralitas merupakan sesuatu yang kodrati (given) dalam
kehidupan. Pluralisme bertujuan mencerdaskan umat melalui
perbedaan konstruktif dan dinamis, dan merupakan sumber dan
motivator terwujudnya kreativitas yang terancam keberadaannya jika
tidak terdapat perbedaan. Satu hal yang menjadi catatan penting bagi
kita adalah sebuah peradaban yang kosmopolit akan tercipta apabila
manusia memiliki sikap inklusif dan kemampuan (ability)
menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitar. Namun, dengan
catatan, identitas sejati atas parameter-parameter otentik agama tetap
terjaga.Tingginya sikap toleransi, baik terhadap saudara sesama
agama maupun terhadap umat agama Iain. Secara sederhana,
toleransi dapat diartikan sebagai sikap suka mendengar dan
menghargai pendapat dan pendirian orang lain. Senada dengan hal
itu, Quraish Shihab (2000) menyatakan bahwa tujuan agama tidak
semata-mata mempertahankan kelestariannya sebagai sebuah
agama,

2. Namun juga mengakui eksistensi agama lam dengan memberinya hak


hidup, berdampingan, dan saling menghormati.

3. Tegaknya prinsip demokrasi. Demokrasi bukan sekadar kebebasan


dan persaingan, demokrasi juga merupakan suatu pilihan untuk

305
bersama-sama membangun dan memperjuangkan perikehidupan
warga dan masyarakat yang semakin sejahtera.

Masyarakat madani mempunyai ciri-ciri ketakwaan yang tinggi kepada


Tuhan, hidup berdasarkan sains dan teknologi, berpendidikan tinggi,
mengamalkan nilai hidup modern dan progresif, mengamalkan nilai
kewarganegaraan, akhlak, dan moral yang baik, mempunyai pengaruh yang
luas dalam proses membuat keputusan, serta menentukan nasib masa
depan yang baik melalui kegiatan sosial, politik, dan lembaga masyarakat.

B. Prinsip-Prinsip Good Governance

Prinsip dasar yang melandasi perbedaan antara konsepsi


kepemerintahan (governance) dengan pola pemerintahan yang tradisional
adalah terletak pada adanya tuntutan yang demikian kuat agar peranan
pemerintah dikurangi serta peranan masyarakat (termasuk dunia usaha dan
lembaga swadaya Masyarakat/organisasi non-pemerintah) semakin
ditingkatkan dan semakin terbuka aksesnya. Dalam Rencana Strategis
Lembaga Administrasi Negara tahun 2000-2004, disebutkan perlunya
pendekatan baru dalam penyelenggaraan negara dan pembangunan yang
terarah pada terwujudnya kepemerintahan yang baik (good governance),
yakni: proses pengelolaan pemerintahan yang demokratis, profesional,
menjunjung tinggi supremasi hukum dan hak asasi manusia, desentralisasi,
partisipatif, transparan, adil, bersih dan akuntabel, selain berdaya guna,
berhasil guna, dan berorientasi pada peningkatan daya saing bangsa."

Selain itu, Gambir Bhatta (1996) mengungkapkan pula bahwa unsur


utama good governance, terdiri atas akuntabilitas (accountability),
transparansi (transparency), keterbukaan (open), serta aturan hukum (rule of
law) ditambah dengan kompetensi manajemen (management compentence)
dan hak-hak asasi manusia (human right).

306
Berikutnya, UNDP (1997) mengemukakan bahwa karakteristik atau
prinsip yang harus dianut dan dikembangkan dalam praktik penyelenggaraan
kepemerintahan yang baik, meliputi:

a. Partisipasi (participation)

Setiap orang atau warga masyarakat, baik laki-laki maupun


perempuan, memiliki hak suara yang sama dalam proses
pengambilan keputusan, baik langsung maupun melalui lembaga
perwakilan, sesuai dengan kepentingan dan aspirasinya masing-
masing.

b. Aturan Hukum (rule of law)

Aturan hukum dan perundang-undangan harus berkeadilan,


ditegakkan, dan dipatuhi utuh, terutama aturan hukum tentang hak
asasi manusia.

c. Transparansi (transparency)

Transparansi harus dibangun dalam kerangka kebebasan aliran informasi.

d. Daya Tanggap (responsiveness)

Setiap institusi dan prosesnya harus diarahkan pada upaya untuk


mela- yani berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders).

e. Berorientasi Konsensus (consensus orientation)

Pemerintahan yang baik akan bertindak sebagai penengah bagi


berbagai kepentingan yang berbeda untuk mencapai konsensus atau
kesempatan yang terbaik bagi kepentingan masing-masing pihak, dan
jika dimungkinkan juga dapat cjroerlakukan terhadap berbagai
kebijakan dan prosedur yang akan ditetapkan pemerintah.

f. Berkeadilan (equity)

307
Pemerintahan yang baik akan memberi kesempatan yang baik
terhadap laki-laki maupun perempuan dalam upaya mereka untuk
meningkatkan dan memelihara kualitas hidupnya.

g. Efektif dan Efisien (effectivieness and efficiency)

Setiap proses kegiatan dan kelembagaan diarahkan untuk


menghasilkan sesuatu yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan
melalui pemanfaatan berbagai sumber-sumber yang tersedia dengan
sebaik-baiknya.

h. Akuntabilitas (accountability)

Para pengambil keputusan dalam organisasi sektor publik, swasta,


dan masyarakat madani memiliki pertanggungjawaban (akuntabilitas)
kepada publik (masyarakat umum), sebagaimana halnya kepada para
pemilik kepentingan (stakeholders).

i. Visi Strategis (strategic vision)

Para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang luas dan


jangka panjang tentang penyelenggaraan pemerintahan yang baik
dan pembangunan manusia, bersamaan dengan dirasakannya
kebutuhan untuk pembangunan tersebut. Keseluruhan karakteristik
atau prinsipgood governance tersebut saling memperkuat dan terkait
serta tidak berdiri sendiri.

C. Implementasi Good Governance di Indonesia

Implementasi good governance di Indonesia dilatarbelakangi oleh dua


hal yang sangat mendasar:Tuntutan eksternal: Pengaruh globalisasi telah
memaksa kita untuk menerapkan good governance. Good governance telah
menjadi ideologi baru negara dan lembaga donor internasional dalam
mendorong negara-negara anggotanya menghormati prinsip-prinsip ekonomi
pasardan demokrasi sebagai prasyarat dalam pergaulan internasional. Istilah

308
good governance mulai mengemuka di Indonesia pada akhir tahun 1990-an,
seiring dengan interaksi antara pemerintah Indonesia dengan

a. Negara-negara luar dan lembaga-lembaga donor yang menyoroti


kondisi objektif situasi perkembangan ekonomi dan politik dalam negeri
Indonesia.

b. Tuntutan internal: Masyarakat melihat dan merasakan bahwa salah satu


penyebab terjadinya krisis multidimensional saat ini adalah terjadinya
abuse of power yang terwujud dalam bentuk KKN (korupsi, kolusi, dan
nepotisme) dan sudah sedemikian rupa mewabah dalam segala aspek
kehidupan. Proses check and balance tidak terwujud dan dampaknya
menyeret bangsa Indonesia pada keterpurukan ekonomi dan ancaman
disintegrasi. Berbagai kajian ihvyal korupsi di Indonesia memperlihatkan
korupsi berdampak negatif terhadap pembangunan melalui kebocoran,
mark up yang menyebabkan produk high cost dan tidak kompetitif di
pasar global (high cost economy), merusakkan tatanan masyarakat dan
kehidupan bernegara. Masyarakat menilai praktik KKN yang paling
mencolok kualitas dan kuantitasnya adalah justru yang dilakukan oleh
cabang-cabang pemerintahan, eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Hal ini
mengarahkan wacana pada bagaimana menggagas reformasi birokrasi
pemerintahan (governance reform).

Realitas sejarah ini menggiring kita pada wacana bagaimana


mendorong negara menerapkan nilai-nilai transparansi, akuntabilitas,
partisipasi, dan desentralisasi penyelenggaraan pemerintahan. Good
governance ini dapat berhasil bila pelaksanaannya dilakukan dengan efektif,
efisien, responsif terhadap kebutuhan rakyat, serta dalam suasana
demokratis, akuntabel, dan transparan.

1. Implementasi Good Governance pada Sektor Publik

Penerapan sembilan prinsip good governance hendaknya dapat


diterapkan di seluruh sektor pembangunan, dengan memerhatikan agenda

309
kebijakan pemerintah untuk beberapa tahun mendatang yang perlu
disesuaikan dan diarahkan kepada:

a. Stabilitas moneter, khususnya kurs dolar AS (USD) hingga mencapai


target wajar, dan stabilitas harga kebutuhan pokok pada tingkat yang
terjangkau.

b. Penanganan dampak krisis moneter, khususnya pengembangan


proyek padat karya untuk mengatasi pengangguran dan percukupan
kebutuhan pangan bagi yang kekurangan.

c. Rekapitalisasi perusahaan kecil dan menengah yang sebenarnya


sehat dan produktif.

d. Operasional langkah reformasi meliputi kebijaksanaan moneter,


sistem perbankan, kebijakan fiskal, dan anggaran serta penyelesaian
utang swasta dan restrukturisasi sektor riil.

e. Melanjutkan langkah menghadapi era globalisasi, khususnya untuk


meningkatkan ketahanan dan daya saing ekonomi.

Di samping itu perlu juga diperhatikan adanya keberhasilan


pembangunan aparatur negara dalam rangka mewujudkan kepemerintahan
yang baik dalam era reformasi dewasa ini. Hal ini paling tidak dapat dilihat
dari seberapa jauh keberhasilan pencapaian tujuan reformasi sebagaimana
tercantum dalam Ketetapan MPR Nomor VIJI/MPR/1998, Bab III yang
mencakup:

a. Mengatasi krisis ekonomi dalam waktu sesingkat-singkatnya terutama


untuk menghasiIkan stabilitas moneter yang tanggap terhadap
pengaruh global dan pemulihan aktivitas usaha nasional.

b. Mewujudkan kedaulatan rakyat dalam seluruh sendi kehidupan


masyarakat, berbangsa, dan bernegara melalui perluasan dan
peningkatan partisipasi politik rakyat secara tertib untuk menciptakan
stabilitas nasional.

310
c. Menegakkan hukum berdasarkan nilai kebenaran dan keadilan, hak
asasi manusia menuju terciptanya ketertiban umum, dan perbaikan
sikap mental.

d. Meletakkan dasar-dasar kerangka dan agenda reformasi


pembangunan, agama, dan sosial budaya dalam usaha mewujudkan
masyarakat madani.

Sedangkan agenda aksi reformasi pemerintahan dalam rangka


mewujudkan kepemerintahan yang baik di Indonesia menurut Bintoro
Tjokroamidjojo (2000) adalah perlunya pengarahan terhadap beberapa hal
pokok sebagai berikut:

a. Perubahan sistem politik ke arah sistem politik yang demokratis,


partisipatif, dan egalitarian.

b. Reformasi dalam sistem birokrasi militer (TNI), di mana kekuatan


militer harus menjadi kekuatan yang profesional dan independen,
bukan menjadi alat politik partai atau kekuasaan pemerintah
(presiden), yang mendudukkannya sebagai kekuatan pertahanan
negara.

c. Reformasi dalam bidang administrasi publik perlu diarahkan pada


peningkatan profesionalisme birokrasi pemerintah dalam rangka
meningkatkan pengabdian umum, pengayoman, dan pelayanan
publik.

d. Reformasi pemerintahan yang juga penting adalah perubahan dari


pola sentralisasi ke desentralisasi, bukan dalam rangka separatisme
atau federalisme.

Agenda aksi reformasi lain yang juga strategis adalah menciptakan


pemerintah yang bersih (clean goverment) yang terdiri atas tiga pokok
agenda, yaitu:

311
a. Mewujudkan pemerintahan yang bersih dari praktik-praktik korupsi,
kolusi, kronisme, dan nepotisme (KKKN)

b. Disiplin penerimaan dan penggunaan uang/dana rakyat, agar tidak


lagi mengutamakan pola deficit funding dan menghapuskan adanya
dana publik nonbudgeter.

c. Penguatan sistem pengawasan dan akuntabilitas publik aparatur


negara.

Aplikasi good governance pada sektor publik tidak dapat terlepas dari
visi masa depan Indonesia sebagai fokus tujuan pembangunan
kepemerintahan yang baik. Pemerintah yang baik dapat dikatakan sebagai
pemerintah yang menghormati kedaulatan rakyat dan memiliki tugas pokok
yang mencakup:

a. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah


Indonesia

b. Memajukan kesejahteraan umum.

c. Mencerdaskan kehidupan bangsa.

d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,


perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Berkaitan dengan hal tersebut, maka perlu dipahami pula bahwa


dalam Ketetapan MPR Nomor VII/MPR/2001 telah ditetapkan visi masa
depan Indonesia dalam kurun waktu 20 tahun yang disebut Visi Indonesia
2020, yaitu: "Terwujudnya masyarakat Indonesia yang religius, manusiawi,
bersatu, demokratis, adil, sejahtera, maju, mandiri, serta baik dan bersih
dalam penyelenggaraan negara." Sedangkan pada Bab IV butir 9 ditegaskan
bahwa baik dan bersih dalam penyelenggaraan negara adalah mencakup:

312
1. Terwujudnya penyelenggaraan negara yang profesional, transparan,
akuntabel, memiliki kredibilitas dan bebas korupsi, kolusi, dan
nepotisme.
2. Terbentuknya penyelenggaraan negara yang peka dan tanggap
terhadap kepentingan dan aspirasi rakyat di seluruh wilayah negara
termasuk daerah terpencil dan perbatasan; dan berkembangnya
transparansi dalam budaya dan perilaku serta aktivitas politik dan
pemerintahan.

Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap


pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan
serta cita-cita bangsa bernegara. Dengan demikian, diperlukan
pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat,
jelas, dan legitimate, sehingga penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan dapat berlangsung secara berdaya guna, berhasil guna,
bersih dan bertanggung jawab, serta bebas dari korupsi, kolusi, dan
nepotisme.

Sejalan dengan hal tersebut, dan dalam rangka pelaksanaan


ketetapan MPR Rl Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara
yang Bersih dan Bebas Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme, dan Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang penyelenggara negara yang bersih
dan bebas kolusi, korupsi dan nepotisme sebagai tindak lanjut dan ketetapan
MPR tersebut, telah diterbitkan instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999
tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan. Dalam Pasal 3 undang-
undang tersebut dinyatakan tentang asas-asas umum penyelenggaraan
negara, asas kepentingan umum, asas keterbukaan, asas proporsionalitas,
asas profesionalitas, dan asas akuntabilitas.

Menurut penjelasan undang-undang tersebut, asas akuntabilitas


adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir
kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi
negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

313
berlaku.Presiden berkewajiban mempertanggungjawabkan seluruh kegiatan
pemerintahan secara period ik kepada MPR.Pertanggungjawaban Presiden
tersebut merupakan akumulasi dari keseluruhan pelaksanaan tugas-tugas
umum pemerintahan dan pembangunan instansi pemerintah, baik pusat
maupun daerah, yang perlu disampaikan pula kepada DPR atau DPRD.

Oleh sebab itu, Inpres Nomor 7 Tahun 1999 mewajibkan setiap


instansi pemerintah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan negara
mulai pejabat eselon II ke atas untuk mempertanggungjawabkan
pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya serta kewenangan pengelolaan
sumber daya dan kebi- jaksanaan yang dipercayakan kepadanya
berdasarkan perencanaan strategis yang dirumuskan sebelumnya.
Pertanggungjawaban dimaksud adalah:

1. Disampaikan kepada atasan masing-masing, kepada lembaga-


lembaga pengawasan dan penilaian akuntabilitas yang
berkewenangan, dan akhirnya kepada presiden selaku kepala
pemerintahan.

2. Dilakukan melalui sistem akuntabilitas dan media


pertanggungjawaban yang harus dilaksanakan secara periodik dan
melembaga.

Dalam rangka pelaksanaan Instruksi Presiden Republik Indonesia


Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
tersebut, presiden menugaskan Kepala Lembaga Administrasi Negara untuk
menetapkan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah sebagai bagian dan sistem akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah.

Dalam Surat Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor


589/1X/6/Y/99, yang diperbarui oleh Nomor 239/IX/6/8/2003 tentang
Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah,
diutarakan bahwa Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) adalah
perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggung-

314
jawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam
mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan melalui
pertanggungjawaban secara periodik. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah pada pokoknya adalah instrumen yang digunakan instansi
pemerintah dalam memenuhi kewajiban untuk mempertanggungjawabkan
keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi, terdiri atas
berbagai komponen yang merupakan satu kesatuan, yaitu perencanaan
strategis, serta perencanaan, pengukuran kinerja, dan pelaporan
kinerja.Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah
dokumen yang berisi gambaran perwujudan LAKIP yang disusun dan
disampaikan secara sistematik dan melembaga. LAKIP bermanfaat antara
Iain untuk:

Mendorong instansi pemerintah untuk menyelenggarakan tugas


umum pemerintah dan pembangunan secara baik dan benar (good
governance) yang didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang
berlaku, kebijaksanaan yang transparan, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Menjadikan instansi pemerintah lebih akuntabel sehingga dapat


beroperasi secara efisien, efektif, dan responsif terhadap aspirasi
masyarakat dan lingkungannya.Menjadi masukan dan umpan balik bagi
pihak-pihak yang berkepentingan dalam rangka meningkatkan kinerja
instansi pemerintah.

2. Implementasi Good Governance dalam Organisasi Kepemerintahan


akan Membantu Penerapan Good Corporate Governance di Sektor
Swasta

Dengan telah dipahaminya penerapan prinsip good governance pada


sektor publik, maka untuk mengaitkannya dengan penerapan good
governance di sektor swasta berikut ini perlu dipahami tentang good
corporate governance. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Badan Usaha
Milik Negara Nomor EP-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktik Good
Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN), maka
ditetapkan bahwa corporate governance adalah suatu proses dan struktur

315
yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha
dan akuntabllitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham
dalam jangka panjang dengan tetap memerhatikan kepentingan stakeholder
lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika.
Stakeholders adalah pihak-pihak yang memiliki kepentingan dengan BUMN,
baik langsung maupun tidak langsung, yaitu pemegang saham/pemilik
modal, komisaris/dewan pengawas, direksi dan karyawan serta pemerintah,
kreditor dan pihak yang berkepentingan lainnya.

Adanya prinsip-prinsip good corporate governance (GCG) yang


dimaksud dalam keputusan ini meliputi:

a. Transparasi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses


pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan
informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan.

b. Kemandirian, yaitu suatu keadaan di mana perusahaan dikelola secara


profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari
pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

c. Akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan


pertanggungjawaban organisasi sehingga pengelolaan perusahaan
terlaksana secara efektif.

d. Pertanggungjawaban, yaitu kesesuaian dalam pengelolaan perusahaan


terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-
prinsip korporasi yang sehat.

e. Kewajaran (fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi


hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Pola interaksi dan kolaborasi antara pemerintah dengan swasta dan


masyarakat yang sering disebut dengan istilah kemitraan, semakin dituntut

316
untuk lebih diimplementasikan di berbagai sektor, seperti dalam program
penanggulangan kemiskinan, penanggulanan bencana, pelestarian
lingkungan, penyelenggaraan pendidikan, dan sebagainya.

Kaitannya dengan akuntabilitas, saat ini walaupun Laporan


Akuntabilitas Instansi Pemerintah telah dibuat oleh masing-masing instansi
pemerintah, namun pada kenyataannya instansi pemerintah pada umumnya
masih belum atau kurang memiliki akuntabilitas yang diharapkan atau belum
mampu memenuhi dan mempertemukan tuntutan dan harapapr publik
dengan standar kinerja tertentu. Hal tersebut salah satunya disebabkan oleh
belum jelasnya standar kinerja.Bahkan, sifat pekerjaan dan individu birokrat
kadang-kadang bersikap overacting dan melampaui wilayah
kewenangannya, di samping tidak cukupnya pengetahuan, informasi, dan
standar pengukuran kinerja.

Sedangan kaitannya dengan transparansi, pada kenyataannya


transparasi masih bersifat semu, hal ini dapat dilihat antara lain dan cukup
banyaknya kebijakan publik yang berupa peraturan yang ditentukan sepihak
dan pemerintah, selain itu misalnya juga dalam memberi kesepakatan usaha
untuk proses tender masih tidak/belum transparan.

Berkaitan dengan keterbukaan, saat ini masih terlihat bahwa legislatif,


yudikatif, dan eksekutif dalam menjalankan fungsi, ketiga fungsi tersebut
masih sangat lemah, belum/kurang ada keterbukaan. Sedangkan kaitannya
dengan aturan hukum, pada hakikatnya tampak bahwa supremasi hukum
belum berjalan sebagaimana yang diharapkan. Tidak atau kurang adanya
kepastian hukum menyebabkan banyak pihak enggan menanamkan
modalnya di Indonesia.

Selain itu Islamy, (1998) mengutarakan bahwa penyebab utama


timbulnya maladministration (penyelenggaraan praktik) adalah rendahnya
profesionalisme aparat, kebijakan pemerintah yang tidak transparan,
pengekangan terhadap kontrol sosial, tidak adanya manajemen partisipatif,
berkembangnya ideologi konsumtif dan hedonistik di kalangan penguasa dan

317
belum adanya code of conduct yang kuat yang diberlakukan bagi aparat di
semua lini dengan disertai sanksi yang tegas dan adil. Karenany,a menurut
Islamy, perlu disusun agenda kebijakan pengembangan akuntabilitas dan
responsibilitas publik bagi semua anggota birokrasi publik.

Sejalan dengan komitmen nasional untuk melakukan transformasi dan


reformasi di segala bidang, maka bentuk-bentuk kemitraan antara
pemerintah dengan swasta dan masyarakat madani walaupun sudah mulai
dilakukan, namun belum atau masih jauh dari apa yang diharapkan. Hal
tersebut secara nyata terlihat dalam berbagai upaya kolaborasi dalam
penyusunan peraturan perundang-undangan, pengendalian, dan
pengawasan jalannya pemerintahan oleh masyarakat dan swasta,
penyelenggara program pembangunan dan pelayanan publik. Dewasa ini
telah banyak berkembang organisasi nonpemerintah atau Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) yang berfungsi mengawasi dan mengendalikan
jalannya pemerintah dan pelayanan publik seperti Masyarakat Transparansi
Indonesia (MTI), Indonesia Corruption Watch (ICW), Kontpas, Walhi, YLKI
dan sebagainya, selain banyak lagi perusahaan swasta yang menjalankan
usaha produksi barang dan jasa publik berdasarkan lisensi dan pemerintah.

Dari sinilah kemudian muncul pern iki ran baru yang mengarah pada
perubahan pola penyelenggaraan pemerintahan, yaitu dari pola tradisional
atau konvensional menjadi pola baru penyelenggaraan pemerintahan yang
melibatkan kolaborasi antara pemerintah dengan swasta dan masyarakat,
atau lebih dikenal dengan pergeseran paradigma dari pemerintah
(government) menjadi kepemerintahan (governance) sebagai wujud interaksi
sosial politik antarpemerintah dengan masyarakat dalam menghadapi
berbagai permasalahan kontemporer yang demikian kompleks, dinamis, dan
beraneka ragam.

Dalam konteks reformasi pemerintahan yang sedang berjalan dewasa


ini di Indonesia, perubahan paradigma tersebut memiliki relevansi yang
signifikan, khususnya dalam rangka mengembalikan kepercayaan
masyarakat, meningkatkan keberdayaan partisipasi masyarakat, serta dalam

318
upaya mencegah dan memberantas korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
Proses demokratisasi politik dan pemerintahan dewasa ini tidak hanya
menuntut profesionalitas serta kemampuan aparatur dalam pelayanan publik,
akan tetapi secara fundamental menuntut terwujudnya kepemerintahan yang
baik bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme (good governance and
clean government).

Berdasarkan konsepsi kepemerintahan yang baik yang pada


hakikatnya terdiri atas tiga pilar, yaitu pemerintah, dunia usaha atau sektor
swasta, dan masyarakat madani, maka arah kebijakan tersebut sejalan pula
dengan konsepsi dan prinsip "Reinventing Government "sebagaimana
direkomendasi oleh David Obsorne dan Ted Gaebler (1992), bahwa
pemerintah (negara) hendaknya berperan sebagai katalis (catalytic
government) di mana pemer- intah/negara hanya akan dibatasi pada peran
"steering rather than rowing" (peranan mengendalikan dan pada peran
melaksanakan).

Keberhasilan pemerintahan era Reformasi nasional dewasa ini harus


dapat diukurdari kinerja mengatasi krisis ekonomi, mewujudkan kedaulatan
rakyat dalam seluruh sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, menegakkan hukum secara berkeadilan, serta mewujudkan
masyarakat madani Indonesia. Agenda reformasi nasional untuk menjamin
kelancaran jalannya pemerintahan dalam upaya mewujudkan sasaran
tersebut antara lain mencakup:

a. Perubahan sistem politik ke arah sistem yang demokratis, partisipatif,


dan egalitarian.

b. Reformasi kedudukan kelembagaan militer (TNI). Reformasi


administrasi negara yang diarahkan pada peningkatan profesionaiisme
aparatur dalam menjalankan tugas pemerintahan, pembangunan, dan
pelayanan publik.

319
c. Reformasi sistem penyelenggaraan pemerintahan dan sentralisasi pada
sistem desentralisasi dalam rangka peningkatan kemampuan
pemerintahan daerah otonom.

d. Reformasi pemerintahan untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih


(clean government) melalui pemberantasan KKN, peningkatan disiplin
pelaksanaan APBN, serta peningkatan akuntabilitas publik para
penyelenggara negara.

Dalam menyelenggarakan kepemerintahan yang baik (good


governance) menghendaki adanya akuntabilitas, transparansi, keterbukaan,
dan rule of law. Sementara pemerintahan yang bersih menuntut terbebasnya
praktik yang menyimpang (mal-administration) dari "etika administrasi
negara." Sedangkan pemerintah yang berwibawa menuntut adanya
ketundukan, ketaatan, dan kepatuhan (compliance) rakyat terhadap undang-
undang, pemerintah, dan kebijakan pemerintah.

Sedangkan pemerintahan yang berwibawa berkaitan dengan


"ketaatan, kepatuhan, dan ketundukkan masyarakat kepada pemerintah,
peraturan perundang-undangan, dan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah.
"Ketaatan, kepatuhan, dan ketundukan masyarakat sering muncul atau
ditemukan karena pemerintah menggunakan "otoritas kekuasaan" yang
mereka miliki. Compliance masyarakat sering pula terjadi disertai dengan
rasa takut. Mereka taat, patuh, dan tunduk pada suatu peraturan
perundangan.Kebijakan publik yang dibuat oleh pemerintah bukan dari
kesadaran sendiri dan memang harus ditaati, melainkan karena takut dan
ancaman yang mungkin timbul dari tidak taatnya peraturan perundangan
atau kebijakan publik.

Kepatuhan masyarakat karena pemerintah menggunakan otoritas


kewenangan yang dimiliki dan karena takut tadi sekalipun dapat membawa
"efektivitas dan efisiensi" kewibawaan yang demikian tadi tidak selalu dapat
menciptakan suasana yang kondusif bagi tumbuhnya keberdayaan

320
masyarakat. Karenanya, pemerintahan yang berwibawa dalam arti yang
sesungguhnya adalah pemerintahan yang bijaksana. Pemerintahan yang
bijaksana memiliki arti yang lebih mendalam, yakni tidak sekadar
mengandalkan legalitas hukum (otoritas) yang dimiliki untuk menjalankan
administrasi publik, akan tetapi juga berusaha menumbuhkan rasa memiliki
(sense of belonging) dan rasa bertanggung jawab (sense of responsible)
masyarakat terhadap proses administrasi publik dan hasil-hasil
pembangunan yang dicapai (Karhi Nisjar S 1997: 123). Karenanya,
pemerintah harus memberikan kesempatan dan peluang atau menciptakan
keberdayaan dan kualitas masyarakat yang lebih baik.

Berkaitan dengan hai tersebut, maka karakteristik clean governance


diharapkan dapat diwujudkan dengan cara melakukan pembangunan
kualitas manusia sebagai pelaku good governance, yaitu:

a. Pembangunan oleh dan untuk masyarakat.

b. Pokok pikiran community information planning system, dapat


diwujudkan dengan "sharing" sumber daya terutama sumber daya
informasi yang dimiliki oleh pemerintah kepada masyarakat.

c. Lembaga legislatif perlu berbagi informasi dengan masyarakat atas apa


yang mereka ketahui mengenai sumber daya potensial yang diperlukan
birokrat kepada masyarakat.

d. Birokrat harus menjalin kerja sama dengan rakyat, yaitu dengan


membuat program-programnya sesuai dengan apa yang diinginkan oleh
mereka agar mereka tidak dihadapkan pada berbagai macam tekanan.

e. Birokrasi membuka dialog dengan masyarakat, untuk memperkuat


interaksi yang lebih besar antara birokrat dengan rakyat atau pejabat
yang dipilih, dengan cara ini mempermudah melakukan konversi sumber
daya yang diperlukan dalam melakukan kontrol.

321
f. Nilai manajemen strategis, maksudnya berupaya untuk
mengembangkan organisasi yang mampu beradaptasi dengan
lingkungannya, menanggapi tuntutan lingkungannya .

Untuk mewujudkan "clean and good governance", diperlukan


manajemen penyelenggaraan pemerintah yang baik dan andal, yakni
manajemen yang kondusif, responsif, dan adaptif. Untuk dapat menciptakan
administrasi publik yang mengandung unsur sistem koperasi dan pendekatan
pelayanan publik yang relevan bagi masyarakat, maka Institute for
Governance (1996), sebagaimana dikutif oleh Nisjar (1997), hal tersebut
dapat ditempuh dengan menciptakan beberapa hal sebagai berikut:

a. Kerangka kerja tim (team works) antarorganisasi, departemen, dan


antar- wilayah.

b. Hubungan kemitraan (partnership) antara pemerintah dengan setiap


unsur dalam masyarakat negara yang bersangkutan tadi tidak sekadar
kemitraan internal di antara jajaran instansi pemenntah.

c. Pemahaman dan komitmen akan manfaat dan arti pentingnya


tanggung jawab bersama dan kerja sama (cooperation) dalam suatu
keterpaduan serta sinergisme dalam pencapaian tujuan.

d. Adanya dukungan dan sistem kemampuan dan keberadaan


menanggung risiko (risk taking) dan keberanian menanggung risiko
(risk taking dan berinisiatif, sepanjang hal ini secara realistik dapat
dikembangkan).

e. Adanya kepatuhan dan ketaatan terhadap nilai-nilai internasional


(kode etik) administrasi publik, juga terhadap nilai-nilai etika dan
moraiitas yang diakui dan dijunjung tinggi secara bersama-sama
dengan masyarakat yang dilayani.Adanya pelayanan administrasi
publik yang berorientasi kepada masyarakat yang dilayani, inklusif
(mencerminkan layanan yang mencakup secara merata seluruh
masyarakat bangsa yangbersangkutan, tanpa ada perkecualian),

322
administrasi publik yang mudah dijangkau masyarakat, dan bersifat
bersahabat, berasaskan pemerataan yang berkeadilan dalam setiap
tindakan dan layanan dalam setiap tindakan. Layanan yang diberikan
kepada masyarakat mencerminkan wajah pemerintah yang
sebenarnya atau tidak menerapkan standar ganda dalam menentukan
kebijakan. Memberikan layanan terhadap masyarakat berfokus pada
kepentingan masyarakat dan bukannya kepentingan internal
organisasi pemerintah, bersikap profesional, dan bersikap tidak
memihak.

Dari apa yang telah diutarakan, maka jelas bahwa pemerintah


memainkan peranan sentral dalam membentuk frame work legal institusional
dan regulator di mana dalam frame work ini "governance systems"
dikembangkan. Tanpa ada frame work yang kebijakan yang mencakup hal-
hal seperti hak-hak legal para pemegang saham dan kemampuan untuk
menuntut pertanggungjawaban bila hak-hak mereka dilanggar. Frame work
perlindungan terhadap para pemegang saham melalui regulasi melalui
kewajiban pengungkapan penuh risiko usaha. Ada sejumlah besar faktor lain
yang memengaruhi cara perusahaan dijalankan, dikelola, dan dituntut
pertanggungjawabannya, dan faktor-faktor ini sepenuhnya merupakan
bidang para pembuat kebijakan.

Berkaitan dengan hal tersebut, apabila penerapan good governance


atau kepemerintahan sudah dapat dilaksanakan sesuai dengan apa yang
seharusnya, maka secara otomatis hal tersebut akan memudahkan
pelaksanaan kegiatan di segala bidang, hal tersebut juga dapat membantu
penerapan good corporate governance di sektor swasta.

D. Struktur Organisasi dan Manajemen Perubahan dalam Good


Governance

Menurut Lukman Hakim Saifuddin, (2004) good governance (GG) di


Indonesia adalah penyelenggaraan pemerintahan yang baik yang dapat

323
diartikan sebagai suatu mekanisme pengelolaan sumber daya dengan
substansi dan implementasi yang diarahkan untuk mencapai pembangunan
yang efisien dan efektif secara adil. Oleh karena itu, good governanceakan
tercipta di antara unsur-unsur negara dan institusi kemasyarakatan (ormas,
LSM, pers, lembaga profesi, iembaga usaha swasta, dan Iain-Iain) memiliki
keseimbangan dalam proses checks and balances dan tidak boleh satu pun
di antara mereka yang memiliki kontrol absolut.

Pengembangan public good governance di Indonesia akan menunjuk


pada sekumpulan nilai (cluster of values), yang notabene sudah lama hidup
dan berkembang di masyarakat Indonesia. Sekumpulan nilai yang dimaksud
tersebut adalah 11 (sebelas) nilai good governance yakni (1) checkand
balances; (2) decentralization; (3) effectiveness; (4) efficiency; (5) equity; (6)
human rights protection; (5)integrity; (6) participation; (7) pluralism; (8)
predictability; (10) rule of law; dan (11) transparancy.

Pertanyaan yang muncul kemudian dalam implementasinya adalah


bagaimana mendekati, mengidentifikasi, mengurai, dan mengupayakan
pemecahan persoalan penegakan good governance. Menurut Lukman
Hakim, ada tiga faktor determinan pencapaian good governance, yakni
lembaga atau pranata (institutions/system), sumber daya manusia (human
factor), dan budaya (cultures).

Terkait dengan tiga faktor determinan tersebut, pada subbab ini akan
dibahas tentang lembaga atau pranata, budaya dan sumber daya manusia
dalam dua bagian, yaitu struktur organisasi dalam good governance dan
manajemen perubahan yang diperlukan oleh organisasi.

1. Struktur Organisasi dalam Good Governance

Globalisasi dan perkembangan informasi akan mempercepat


perubahan organisasi. Menurut Tulis (2000), perubahan terhadap sumber
daya manusia sebesar 10 persen saja dapat mengubah struktur organisasi,
selain perubahan yang disebabkan faktor teknologi, ekonomi, politik, dan
sosial. Praktik manajemen yang lama baik menyangkut struktur organisasi,

324
personel, dan tugas pokok, akan menyebabkan resistensi terhadap
perubahan dan menyebabkan sulitnya melakukan restrukturisasi organisasi
dalam rangka mencapai efisiensi. Dalam rangka menghadapi perubahan
yang begitu cepat,maka beberapa hal yang penting dilakukan adalah:

a. Memelihara kesadaran yang tinggi akan urgensi

Perubahan besar dalam organisasi, baik struktur dan budaya tidak


akan pernah sukses bifa organisasi tersebut cepat puas. Kesadaran
tinggi akan tingkat urgensi yaitu memahami hal yang mendesak dan
menempatkannya sebagai prioritas dalam menghadapinya, sangat
membantu proses mengatasi masalah dan langkah perubahan yang
besar. Peningkatan fungsi organisasi akan menyebabkan tingginya
tingkat organisasi. Untuk memelihara urgensi tingkat tinggi maka
diperlukan sistem informasi manajemen yang menyangkut sistem
informasi akuntansi, untuk keuangan, sistem informasi sumber daya
manusia (SDM) untuk mengukur kinerja SDM, dan sistem informasi
lain yang diperlukan oleh organisasi. Sistem informasi ini akan
menjamin kecermatan dan kejelian data, sehingga data yang
digunakan untuk pengambilan keputusan bersifat valid.

b. Penyusunan pranata organisasi

Misi dan tujuan setiap organisasi sektor publik adalah memuaskan


para pihak yang berkepentingan dengan pelayanan publik serta
melestarikan tingkat kepuasan masyarakat. Tantangan untuk
mencapai kepuasan adalah melalui mutu pelayanan yang prima atas
pelayanan dan kepercayaan publik.Permasalahan dalam peningkatan
mutu ini pada birokrasi terkendala dengan sumber informasi yang
terbatas, tingkat pengetahuan aparat yang tidak memadai, budaya
birokrasi, dan pengambilan keputusan yang tidak efektif karena
delegasi wewenang yang tidak optimal serta tidak adanya insentif dan
berkorelasi dengan sistem penggajian.

325
Permasalahan dalam penyusunan pranata organisasi adalah masalah
keagenan, yaitu kebijaksanaan yang salah dan berjalan terus-
menerus, program yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat,
serta peker- jaan yang tidak berkontribusi terhadap pencapaian tujuan
organisasi. Singkatnya, tantangan utama dalam mendesain dan
pengembangan pranata organisasi pemerintah dan sistem nasional
adalah mengoptimalkan informasi pengambilan keputusan serta
menciptakan sistem penggajian yang sepadan dengan kinerja.
Perbaikan sistem informasi dan sistem penggajian berbasis kinerja ini
akan meningkatkan mutu layanan dan kepercayaan publik.

c. Perubahan Struktur Organisasi

Perubahan kondisi pasar, teknologi, sistem sosial, regulasi, dan


pelaksanaan Good Governance dapat memengaruhi struktur
pengembangan organisasi. Untuk perubahan stuktur organisasi perlu
dilakukan analisis biaya dan manfaat terhadap pengaruh peiayanan
publik terhadap organisasi melalui perubahan yang bersifat strategis.
Perubahan struktur organisasi mencakup tiga unsur sebagai
determinan, yaitu: (a) sjstem penetapan wewenang, tugas pokok,
fungsi dan tanggung jawab, (b) sistem balas jasa yang sepadan, dan
(c) sistem evaluasi indikator atau pengukuran kinerja untuk individu
dan unit organisasi.

Perubahan struktur organisasi sebelum GG dan sesudah GG

Sebelum GG Sesudah GG

Struktur bersifat: Struktur bersifat:

1. Birokratik 1. Nonbirokratik, sedikit aturan


2. Multilevel 2. Lebih sedikit level
3. Disorganisasi dengan 3. Manajemen berfungsi baik
manajemen 4. Kebijakan, program dan
prosedur sederhana tidak

326
4. Kebijakan, program, dan menimbulkan
prosedur ruwet ketergantungan

Sistem: Sistem:

1. Tergantung pada beberapa 1. Tergantung pada sistem


sistem informasi kinerja informasi kinerja
2. Distribusi informasi terbatas 2. Distribusi informasi luas
pada eksekutif 3. Memberikan pelatihan
3. Pelatihan manajemen hanya kepada karyawan yang
pada karyawan senior membutuhkan

Budaya Organisasi: Budaya Organisasi:

1. Orientasi ke dalam 1. Orientasi keluar


2. Tersentralisasi 2. Memberdayakan sumber
3. Lambat dalam pengambiIan daya
keputusan 3. Pengambilan keptusan
4. Realistis idiologi cepat
5. Kurang berani mengambil 4. Terbuka dan berintegrasi
keputusan 5. Berani mengambil risiko

Masalah utama dalam perubahan struktur organisasi adalah


meyakinkan diri bahwa pengambil keputusan dan akuntabilitas semua pihak
yang berkepentingan terhadap organisasi mempunyai informasi dan
pengetahuan yang relevan mengambil keputusan yang, baik dan benar serta
adanya insentif sepadan yang menggunakan informasi secara produktif dan
terpercaya. Perubahan lingkungan yang berpengaruh terhadap perubahan
struktur organisasi, biaya, dan manfaat langsung maupun tidak langsung
harus dianalisis secara cermat dan hati-hati.

Dalam rangka pelaksanaan GG, maka organisasi modern dapat


melakukan:

1. Kesadaran yang tinggi terhadap tingkat urgensi,

2. Kerja sama tim yang baik dalam tatanan staf dan manajemen,

327
3. Bisa menciptakan dan mengomunikasikah visi, misi, dan program
dengan baik,

4. Pemberdayaan semua karyawan dengan memerhatikan minat dan


bakat,

5. Memberikan delegasi wewenang dengan efektif,

6. Mengurangi ketergantungan yang tidak perlu, dan

7. Mengembangkan budaya organisasi yang adaptif dan penggunaan


analisis kinerja.

2. Manajemen Perubahan

Sesuai dengan pertimbangan TAP MPR Rl Nomor ll/MPR/1999,


masalah krisis multidimensi yang melanda negara Indonesia merupakan
penghambat perwujudan cita-cita dan tujuan nasional. Reformasi di segala
bidang, diharapkan dapat menjadi suatu langkah penyelamatan, pemulihan,
pemantapan dan pengembangan pembangunan serta penguatan
kepercayaan diri.

Kemampuan para pemimpin penyelenggara pemerintahan dan


masyarakat yang mengelola perubahan menjadi sangat kritis dan strategis,
terutama sensitifitas dan responsibilitas terhadap tanda dan waktu
perubahan tersebut diperlukan, khususnya dalam langkah penyelamatan,
pemulihan, dan pengembangan. Ada dua hal yang perlu ditekankan dalam
manajemen perubahan, yaitu mengapa ada perubahan yang berhasil dan
ada yang gagal? Perubahan yang gagal disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu:

1. Terlalu cepat puas,

2. Team work yang gagal,

3. Merumuskan visi, misi, dan program dengan kurang tepat,

328
4. Kurangnya partisipasi dari seluruh anggota organisasi,

5. Gagal menciptakaiyfiarapan sukses kepada seluruh anggota organisasi,

6. Menganggap perubahan sudah selesai dan hanya sekalj memerlukan


perubahan, dan

7. Tidak bisa mengubah simbol, nilai, sikap dan norma organisasi dari
yang lama menjadi

8. budaya yang baru dalam organisasi.

Untuk mengurangi kegagaian dalam perubahan budaya organisasi,


maka harus dihilangkan atau dikurangi dampak negatif dari perubahan
seperti bubarnya organisasi, kehilangan pasar dan kepuasaan pelanggan,
penurunan gaji dan Iain-Iain. Sikap-sikap seperti resistensi dan frustrasi
dengan perubahan harus dikikis dengan menjelaskan mengapa organisasi
perlu mengadakan perubahan, bagaimana tahap perubahan, bagaimana
hasil akhir dari perubahan, dan bagaimana peran serta dari setiap anggota
organisasi dalam perubahan. Untuk mencapai keberhasilan dalam
perubahan, ada beberapa hal yang diperlukan, yaitu:

1. Menetapkan strategi, pentingnya, dan tahapan perubahan,

2. Mengembangkan semangat kerja sama tim yang tinggi,

3. Mengembangkan strategi komunikasi untuk menyampaikan visi, misi,


program perubahan, sehingga anggota dapat termotivasi, dan

4. Memberdayakan setiap anggota organisasi sesuai dengan


kompetensi, minat, dan bakat.

329
E. Good Governance dalam Kerangka Otonomi Daerah

Desentralisasi bagi penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good


governance) dan pembangunan regional menjadi topik utama di United
Nations Center for Development (UNHCRD) sejak pertemuan Nagoya tahun
1981. Hal tersebut diikuti dengan perhatian yang lebih mendalam terhadap
berbagai pandangan dan pengalaman negara-negara dalam mendesain dan
mengimplementasikan program-program pembangunan. Berbagai literatur
tentang desentralisasi sebagaimana dikemukakan oleh Walter O. Oyugi
memberikan penekanan bahwa desentralisasi merupakan prasyarat bagi
terciptanya good governance. Dasar asumsinya adalah bahwa good
governance menyangkut situasi di mana terdapat pembagian
kekuasaan(power sharing) antara pusat dan daerah dalam proses
pengambilan keputusan. Pemerintah lokal sebagai salah satu bentuk
desentralisasi memberikan kontribusi bagi local self-government, dengan
asumsi bahwa local self-government juga memiliki makna tersebut. Alasan
lainnya adalah bahwa pemerintahan lokal akan memelihara berbagai
penerimaan masyarakait (grassroot) terhadap demokrasi.

Perubahan paradigma penyelenggaraan pemerintah daerah, dari


sentralisasi ke desentralisasi, dari pusat kekuasaan pada pemerintah dan
pemer¬intah daerah (eksekutif) ke power sharing antara eksekutif dan
legislatif daerah, harus ditindaklanjuti dengan perubahan manajemen
pemerintahan daerah. Dari sisi manajemen pemerintahan daerah harus
terjadi perubahan nilai yang semula menganut proses manajemen yang
berorientasi pada kepentingan internal organisasi pemerintah ke kepentingan
ekstemal disertai dengan peningkatan pelayanan dan pendelegasian
sebagai tugas peiayanan pemerintah ke masyarakat.

Dalam rangka membangun good governance di daerah, prinsip-


prinsip fundamental yang menopang tegaknya good governance harus
diperhatikan dan diwujudkan tanpa terkecuali. Penyelenggaraan otonomi
daerah pada dasamya akan betul-betul terealisasi dengan baik apabila
dilaksanakan dengan memakai prinsip-prinsip good governance. Bahkan,

330
sebenarnya otonomi daerah dengan berbagai seluk beluknya memberikan
ruang yang lebih kondusif bagi terciptanya good governance.

_____________________________________________________________

Diskusi

Ahok Diminta Berhati-hati Terapkan "E-budgeting"

Alsadad RudiRapat input e-budgeting RAPBD DKI 2015 bidang keuangan


yang berlangsung bersamaan dengan rapat-rapat bidang lainnya, di Balai
Kota, Kamis (19/3/2015)
JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama
(Ahok) disarankan untuk berhati-hati dalam menggunakan sistem e-
budgeting dalam penyusunan APBD 2015. Walau niatnya baik, tapi ada
potensi sistem itu membuat Ahok tersandung masalah hukum atau
dikriminalisasi.
"Dalam titik tertentu (e-budgeting) justru malah membuat orang terpenjara,"
kata pengamat keuangan daerah, Dadan Suharmawijaya, dalam sebuah
diskusi bersama SmartFM, di Jakarta Pusat, Sabtu (21/3/2015).
Dadan menjelaskan, potensi lahirnya masalah disebabkan belum adanya
payung hukum yang mengatur penggunaan sistem e-budgeting. Ia
menganggap, sistem e-budgeting hanya inovasi yang bukan tidak mungkin
diwarnai kesalahan dan berujung pada pelanggaran hukum.

Dadan memberi contoh pada kasus payment gateway yang dituduhkan pada
mantan Wakil Menteri Hukum dan HAM, Denny Indrayana. Menurut Dadan,
terobosan yang dibuat Denny belum memiliki payung hukum dan kemudian
memicu dirinya diselidiki oleh Bareskrim Polri.
"Jadi e-budgeting ini masih sebatas inovasi, kalau tidak hati-hati bisa
berujung kriminalisasi. Kayak kasus (mantan) Wamenkum HAM, bikin inovasi
belum ada regulasi akhirnya dikriminalisasi," pungkas Dadan
Sumber:http://megapolitan.kompas.com/read/2015/03/21/14102571/Ahok.Di
minta. Berhati-hati.Terapkan.E-budgeting..

331
Bagaimana menurut Anda tentang e-budgeting bagi pengelolaan APBD di
seuruh Indonesia?

332
Formulir 1

Ringkasan Pemahaman Materi

Bab : ……………………………………………………………………………..
Topik : ……………………………………………………………………………..

Nama : ………………………………………………………………….
NIM : ………………………………………………………………….
Program Studi : …………………………………………………………………..

Tuliskan pemahaman Anda mengenai materi pada bab ini !

Paraf Dosen

Catatan:
1. Setelah Anda mengisi formulir 1 ini secara lengkap kemudian
kumpulkan kepada dosen sebelum perkuliahan berlangsung.
2. Formulir ini diisi sebagai syarat Anda mengikuti perkuliahan.

333
Formulir 2
Hasil Disusi Kelompok
Bab : ........................................................................................................
Topik : ........................................................................................................

Kelas : ...........................................................................................
Program Studi : ...........................................................................................
Kelompok : ...........................................................................................
Ketua : ...........................................................................................
Anggota : 1. ......................................................................................
2. ......................................................................................
3. ......................................................................................
4. ......................................................................................
5. ......................................................................................

Tuliskan hasil diskusi kelompok Anda pada formuir ini!

Paraf Ketua Kelompok

Riwayat Hidup Penulis

334
Dr. ArisseyantoNugroho, MM. Lahir di Singapura, 24
Februari 1969. Menempuh pendidika njenjang S1
jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
Indonesia (FTUI) dan lulus sebagai wisudawan terbaik
FTUI tahun 1992. Melanjutkanstudi S2 di Program studi
Magister Manajemen Fakultas Ekonom iUniversitas
Indonesia (FEUI) dan lulustahun 1999 serta program
Doktor Manajemen Bisnis IPB tahun 2010. Karirnya
diawali sebagai kontraktor dibidang migas dengan
pengalaman membangun tangki timbun BBM di
Indramayu, Dumai, serta Balikpapan. Dosen berkinerja
terbaik di Universitas Merc Buana (UMB) tahun 2011
danperaih penghargaan 50 wisudawan terbaik FTUI in
ijuga telah mengikuti kursus singkat Lemhanas
bekerjasama dengan Kadin 2014 Sejak tahun 2006
bergabung dengan Fakulta sEkonomi dan Bisnis UMB
dan mengampu mata kuliah: Pengantar Manajemen,
Kewirausahaan, Komunikasi Bisnis, danetik UMB. Saat
ini menjabat Rektor Universitas Mercu Buana (UMB) dan
berhasil mengantarkan UMB sebagai PTS unggulan
Kopertis III tahun 2014.

Dr. DADAN ANUGRAH, M.Si. Dilahirkan di Subang


Jawa Barat pada tanggal 20 Maret 1971. Menempuh
jenjang Pendidikan Tinggi S1 di IAIN Sunan Gunung
Djati Bandung pada Jurusan Komunikasi Penyiaran
Islam (KPI) sejak tahun 1993 dan lulus tahun 1997.
Program magister (S2) Bidang Kajian Utama Komunikasi
diselesaikannya tahun 2004 di Universitas Padjadjaran
(Unpad) Bandung, dan program doktoral (S3) ilmu
komunikasi lulus di almamter yang sama (unpad) tahun
2013 dengan mengambil disertasi berjudul “Polittik
Pencitraan Wakil Rakyat: Studi Dramaturgi tentang
Komunikasi Politik Wakil Rakyat di DPRD Kabuaten
Bandung Jawaa Baraat”.

Sejak dari Sekolah Menengah Atas (SMA), penulis


sudah aktif diberbagai organisasi sekolah dan luar
sekolah. Dimulai sebagai Ketua Umum OSIS SMAN I
Subang periode 1998-1991, Ketua Umum Senat
Mahasiswa Fakultas Dakwah IAIN SGD Bandung tahun

335
1994-1996, dan Ketua Komisi I Senat Institut IAIN SGD
Bandung tahun 1996-1997. Sementara di luar kampus,
penulis tercatat sebagai saah satu ketua Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Soreang Bandung.

Sejak tahun 2001 penulis diangkat sebagai dosen tetap


di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Bandung
dengan mengampu mata kuliah rumpun ilmu komunikasi,
dan saat ini penulis pun tercatan sebagai dosen pasca
sarjana Universitas Mercu Buana (UMB) Jakarta. Selain
aktif menulis di beberapa media massa, penulis pun
menjadi nara sumber pada beberapa seminar,
simposium, lokakarya dan forum ilmiah lainnya. Tahun
2013 penulis diberi kesempatan untuk mengikuti Kursus
Singkaat di Lemhanas RI.

H.GhazalyAma La Nora, S.IP., M.Si, lahir di


Donggo,Bima, 1 Januari 1959. Sekolah Dasar Negeri
(SDN) di Bima, 1969. SMP/SMA Muhamadiyah Slipi di
Jakarta,1971-1983. Pendidikan Guru Agama (PGA) Al-
Islamiyah 6 tahun, Kampung Kecil Kebayoran Lama
Jakarta Selatan, 1976. Pendidikan Guru Sekolah
Lanjutan Pertama (PGSLP) Negeri Kupang, 1979-1980.
Meneruskan kuliah di STP (Sekolah Tinggi Publisitik)
Canisius Menteng Jakarta Pusat, atau Institut Ilmu Sosial
Ilmu Politik (sekarang: IISIP) Lenteng Agung Jaksel,
macet 1984. Meraih Sarjana Ilmu Politik (S.IP.), di
STISIP (Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan IlmuPolitik)
Syamsul Ulum Sukabumi Jawa Barat, 2003. Dilanjutkan
Program Studi Megister of Science (MSi) di STIAMI
Jakarta, 2005. Saat ini tengah menyelesaikan studi
Program Pasca Sarjana Doktoral ILmu Komunikasi
Politik Universitas Sahid Jakarta. Karir mengajar diawali
menjadi Guru SMP Katholik Santa Ursula, Kwitang
Jakarta Pusat, SMP/SMA Tanah Air Rasunan Said
Kuningan Jakarta Selatan, MTs (Madrasah Tsaniwiyah)
Al Islamiyah Kampung Kecil Kebayoran Lama Jakarta
Selatan, SMP/SMA Patriot KS. Tubun Petamburan
Jakarta 1981-1984. Wartawan Politik Kordinatoriat
DPR/MPR RI Senayan Jakarta, dari Harian Umum Bali
Post, Jakarta. Surat Kabar Umum Dwi Mingguan

336
Progress, Majalah Mingguan As-Syifa, Jakarta, 1985-
1999. Tahun 2000-an menjadi Dosen Home Base
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana
Jakarta, mengampu mata kuliah: Ilmu KomunikasiPolitik,
Sistem Politik Indonesia, Pancasila, Etika Masyarakat
Islam Modern (Agama Islam), Etika Membangun Sikap
Profesionalisme Sarjana, EtikaBerwarganegara
(Pendidikan Kewarganegaraan). Alhamdulillah beberapa
tahun lalu pernah memperoleh Award Mercu Buana
selaku DosenTerbaik Pembelajaran Agama Islam.

337

Anda mungkin juga menyukai