Anda di halaman 1dari 19

Kemampuan Pengambilan Keputusan...

(Heru Prambudi) 1

KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 1


KUTASARI PURBALINGGA

JURNAL SKRIPSI

Oleh
Heru Pramudi
NIM 08104244045

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
FEBRUARI 2015
Kemampuan Pengambilan Keputusan... (Heru Prambudi) 1

KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR SISWA KELAS XI


DI SMA NEGERI 1 KUTASARI PURBALINGGA

ABILITY of TAKING STUDENTS CARRIER DECISION of STUDENTS GRADE XI


at SMA NEGERI 1 KUTASARI PURBALINGGA

Oleh:Heru Pramudi, psikologi pendidikan dan bimbingan, pramzbopen@yahoo.co.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan pengambilan keputusan karir siswa kelas XI di
SMAN 1 Kutasari Purbalingga. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif dengan subyek siswa kelas XI
SMA N 1 Kutasari Purbalingga yang diambil dengan teknik proportional random sampling berjumlah 30 siswa.
Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan skala pengambilan keputusan karir. Teknik analisis
data yang digunakan yaitu analisis data deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan
pengambilan keputusan karir pada siswa kelas XI SMA N 1 Kutasari Purbalingga termasuk dalam kategori kurang,
artinya siswa kurang memiliki kemampuan pengambilan keputusan karir, diantaranya adalah kurangnya
kemampuan mengeksplorasi, mengkristalisasi, memilih, dan mengklarifikasi karir ke depan. Hal ini juga
ditunjukkan dengan nilai rata-rata sebesar 83,03. Selain itu juga di dapatkan hasil bahwa 70% siswa yang
mengambil keputusan karir sesuai dengan keadaan orang tua, 57% siswa yang mengambil keputusan karir sesuai
dengan minatnya, 77% siswa yang belum dapat memutuskan pilihan karirnya sendiri, dan 63% siswa yang belum
belum yakin terhadap keputusannya sendiri.

Kata kunci : kemampuan pengambilan keputusan karir, siswa

Abstract

This research aimed at describing ability of taking students’ carrier decision of students grade XI at SMA Negeri 1
Kutasari Purbalingga. This research is a descriptive quantitative research with students grade XI at SMA Negeri 1 Kutasari
Purbalingga as subject taken using sampling random proportional technique in amount of 30 students. Collecting data method
in this research used scala of taking carrier decision. Analizing data technique is quantitative descriptive data analysis. The
result of the research showed that ability of taking carrier decision of students grade XI at SMA Negeri 1 Kutasari
Purbalingga was categorized as low, which means that the students were not able to explore, crystalize, choose and clarify
their future carrier. It could be seen through the rate score in amount of 83,03. Moreover, the result showed that 70% students
whotake carrier decision were appropriate with their parents’ condition, 57% students woo take carrier decision were
appropriate with their interest, 77% students still could not decide their carrier choice, 63% students were not sure with their
own decision.

Key words: ability of taking carrier decision, students

PENDAHULUAN diperlukan masyarakat, bangsa dan negara


(Muhibin, 2004: 23).
Undang-undang sistem pendidikan
Berdasarkan Undang-Undang tentang
nasional Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan
pendidikan dapat kita lihat bahwa salah satu tujuan
bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
pendidikan yaitu untuk membekali siswa agar
terencana untuk mewujudkan suasana belajar
memiliki keterampilan yang kelak dapat
dan proses pembelajaran agar peserta didik
mendukung pemenuhan persyaratan dan tuntutan
secara aktif mengembangkan potensi dirinya
pekerjaan. Keterampilan yang memadai merupakan
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
persyaratan materiil seseorang untuk dapat bekerja.
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
Pendidikan sendiri merupakan persyaratan formil
akhlak mulia serta keterampilan yang
2 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 02 Tahun ke 4 2015
seseorang untuk dapat membuktikan bahwa dirinya keputusan seperti ini mutlak dilakukan demi
telah memiliki keterampilan untuk bekerja sesuai keberhasilan dalam hidupnya kelak dengan karir
keterampilan yang didapatkan dalam proses yang dipilihnya itu.
pendidikan. Sebagai contoh, individu dengan Dalam pengambilan keputusan karir, siswa-
ijazah SMK Pariwisata dianggap telah mempunyai siswa SMA berada pada tahap kritis (remaja akhir)
keterampilan dan kemampuan untuk bekerja pada antara dua pilihan yang sangat menentukan.
perusahaan yang menjalankan usaha sektor Pertama, untuk memilih melanjutkan keperguruan
pariwisata. tinggi atau berhubungan dengan dunia kerja.
Dalam rangka mewujudkan tujuan Kedua untuk mencapai kematangan dalam
pendidikan di atas, maka diperlukan adanya proses pemilihan karir untuk menghadapi kedua pilihan
bimbingan. Bimbingan diselenggarakan untuk tersebut (Achmad Juntika Nurihsan & Akur
membantu mengoptimalkan perkembangan siswa, Sudianto, 2005: 2). Para siswa Sekolah Menengah
salah satunya pengambilan keputusan karir. Atas (SMA) dalam menentukan pilihan karirnya
Kemampuan pengambilan keputusan karir siswa memerlukan beberapa pertimbangan sebelum
dapat diupayakan melalui program bimbingan mengambil keputusan. Pengambilan keputusan
karir. Bimbingan karir adalah suatu proses bantuan, karir yang ditandai dengan adanya penetapan
layanan dan pendekatan terhadap individu pilihan karir adalah persoalan penting bagi siswa
(siswa/remaja), agar individu yang bersangkutan Sekolah Menengah Atas (SMA), karena akan
dapat mengenal dirinya, memahami dirinya, dan menentukan arah karirnya pada masa yang akan
mengenal dunia kerja, merencanakan masa datang.
depannya, dengan bentuk kehidupan yang Proses perkembangan karir siswa Sekolah
diharapkannya, untuk menentukan pilihannya, dan Menengah Atas (SMA) mengalami perubahan
mengambil suatu keputusan bahwa keputusannya dalam pemilihan karir karena beralih dari fase
adalah yang paling tepat sesuai dengan keadaan tentatif yang berada pada tahap transisi menuju
dirinya dihubungkan dengan persyaratan- fase realistik serta dengan adanya masalah-masalah
persyaratan dan tuntutan pekerjaan/karir yang yang berasal dari dalam diri, luar diri, dan
dipilihnya (Gani, 1996: 11). keduanya. Kondisi sosial, ekonomi, budaya yang
Mengenai pengambilan keputusan karir, mengalami perubahan kearah perkembangan
Dewa Ketut Sukardi (1993: 63) menyatakan minat, sikap, harapan dan kemampuan berpengaruh
bahwa pengambilan keputusan karir merupakan dalam proses pengambilan keputusan karir yang
suatu proses dimana seseorang mengadakan suatu merupakan bagian dari proses perkembangan karir
seleksi terhadap beberapa pilihan dalam rencana dalam perencanaan hidup (life planning).
masa depan. Penjelasan lebih lanjut dikemukakan Berdasarkan uraian tersebut, kematangan memilih
oleh Munandir (1996: 191), yang menyatakan karir meliputi: (1) pemahaman dan kemampuan
bahwa keputusan karir yang dimaksud adalah membuat rencana yang tepat, (2) sikap konsisten
keputusan yang diambil secara arif dan penuh terhadap tanggung jawab, dan (3) kesadaran
telaah serta penuh pertimbangan. Pengambilan terhadap segala faktor internal yang harus
Kemampuan Pengambilan Keputusan... (Heru Prambudi) 3
dipertimbangkan dalam membuat keputusan karir dipilihnya. Siswa merasa bingung untuk
(Winkel, 1997: 575). Dari uraian di atas dapat kita melanjutkan ke perguruan tinggi dan belum siap
lihat bahwa salah satu faktor yang dapat ketika memasuki dunia kerja. Di SMA Negeri 1
mempengaruhi keberhasilan proses perkembangan Kutasari, Bimbingan dan Konseling karir
karir tersebut adalah tingkat kematangan disampaikan oleh Guru BK dengan menggunakan
pemahaman diri. metode ceramah ditiap-tiap kelas pada saat jam
Pemahaman diri merupakan perbuatan atau pelajaran BK yang berdurasi 45 menit, sehingga
cara memahami dan menguasai pikiran serta siswa kurang informasi dan belum memiliki
perasaan diri. Dalam merencanakan karir, gambaran tentang karir.
pemahaman diri merupakan suatu hal yang sangat Upaya setiap siswa untuk mencapai tujuan
penting. Dengan adanya pemahaman diri, maka dalam karir yang diinginkan, kadangkala menemui
seseorang akan lebih mampu merencanakan karir hambatan di tengah jalan. Kenyataan tersebut
di masa depan. Pemahaman diri mendorong terjadi akibat dari berbagai kendala dan faktor yang
individu untuk mengetahui kelebihan, kekurangan dapat merintangi usaha seseorang untuk mencapai
dirinya, hambatan, dan cara mengatasi masalah. suatu tujuan yang diinginkan seperti pengalaman,
Pengembangan kreativitas dalam berkarir ekonomi, lingkungan yang berasal dari diri sendiri
memerlukan pemahaman tentang nilai-nilai, minat, maupun dari luar dirinya sendiri.
bakat, IQ, dan kepribadian, sehingga siswa akan Permasalahan karir siswa terdiri dari dua
memperoleh gambaran dan cenderung akan faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor
memberikan arah dalam kehidupan seseorang internal yaitu kepribadian diri siswa yang
untuk merencanakan masa depan. Masa-masa cenderung tertutup, belum fokus dengan
SMA merupakan masa belajar yang sangat penting keterampilan yang dimiliki yaitu sudah mengambil
bagi perkembangan individu seseorang jurusan sesuai dengan keterampilan yang dimiliki,
menentukan karir. Yang dimaksud dengan belajar namun ia merasa mampu dalam keterampilan lain
di sini tidak hanya mencakup keterampilan belajar dan ingin mencoba keterampilan tersebut, tidak
praktis, melainkan juga memperoleh perspektif percaya diri, dan adanya minat lain yaitu ketika
yang lebih luas tentang belajar di seluruh area siswa sudah mempunyai minat terhadap bidang
pengembangan manusia. tertentu akan tetapi karena banyaknya pilihan siswa
Dari hasil wawancara pada tanggal 12 berminat terhadap bidang yang lain. Faktor
Oktober 2013 terhadap siswa yang duduk di eksternal yaitu ekonomi keluarga menyebabkan
bangku kelas XI, diperoleh informasi bahwa pilihan karir siswa jadi terhambat yaitu siswa
terdapat beberapa siswa mengalami kesulitan kebanyakan tidak bisa menentukan pilihan karirnya
dalam mengambil keputusan karir. Sebagian siswa dengan memasuki pendidikan yang lebih tinggi,
merasa salah jurusan dalam menyesuaikan diri akan tetapi langsung memasuki dunia kerja karena
dengan jurusan pilihannya. Ketika siswa sudah kondisi ekonomi orang tua yang kurang mampu.
memilih jurusan sesuai dengan yang dipilihnya di Selain itu orang tua juga cenderung memaksakan
SMA ia belum dapat menguasai jurusan yang kehendaknya agar anak memilih pekerjaan, jenjang
4 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 02 Tahun ke 4 2015
pendidikan dan bidang pendidikan yang diinginkan Berdasarkan wawancara pada tanggal 12
oleh orang tua seperti orang tua menginginkan Oktober 2013, didapatkan data bahwa sebagian
anaknya setelah lulus melanjutkan ke perguruan siswa SMAN 1 Kutasari Purbalingga memiliki
tinggi dan mengambil jurusan kedokteran, tetapi latar belakang yang berbeda. Sebagian besar siswa
kemampuan anaknya bukan di bidang eksakta, ia SMA berasal dari ekonomi menengah ke bawah.
lebih mampu di bidang sosial. Hal ini Bagi mereka, ketika lulus mereka lebih memilih
menyebabkan anak tidak dapat memililih karir mencari pekerjaan yang cocok dan sesuai dengan
sesuai dengan minat dan potensi yang dimiliki. kemampuannya. Jarang sekali siswa dalam
Hurlock (1999: 42) menyatakan bahwa kelompok kalangan ekonomi ke bawah
remaja yang lebih tua, berusaha mendekati masalah memutuskan melanjutkan ke jenjang pendidikan
karir dengan sikap yang lebih praktis dan lebih yang lebih tinggi karena hambatan ekonomi. Bagi
realistis dibandingkan dengan ketika ia masih siswa dalam kalangan tersebut, yang memilih
kanak-kanak. Namun dari sebagian siswa masih untuk meneruskan ke jenjang pendidikan yang
ada yang kebingungan dengan perkembangan lebih tinggi dengan hambatan ekonomi orang tua
karirnya, padahal mereka sama-sama sudah yang rendah juga nantinya akan menjadi masalah,
mendapat informasi karir di sekolah. Mereka karena biaya pendidikan yang mahal.
merasa bingung dengan pilihan apakah terus Fenomena di atas menggambarkan bahwa
melanjutkan sekolah, ke perguruan tinggi atau untuk mencapai tingkat kematangan dalam suatu
bekerja. Crites (1969: 31) menemukan bahwa 30% tahap tertentu atau mencapai tingkat kematangan
peserta didik merasa bingung semasa berada di yang komprehensif, siswa yang bersangkutan
sekolah sebagai akibat dari minimnya pengetahuan berulang kali melakukan pertimbangan dan
mereka tentang karir masa depan. penilaian kembali sesuai potensi diri, nilai-nilai,
Perasaan kebingungan ini diakui oleh serta pengaruh lingkungan yang senantiasa
Erikson (Salomone dan Mangicaro, 1991: 52) yang berubah-ubah (Munandir, 1996: 90). Agar siswa
menyatakan bahwa peserta didik di Sekolah dapat melakukan pertimbangan dan penilaian
Menengah Atas saat ini berada pada tahap secara tepat, maka diperlukan layanan bimbingan
kebingungan peran yang berbahaya (the danger of karir di sekolah, solusi untuk mengatasi masalah-
this stage is role confusion). Selain itu perbedaan masalah karir dan strategi dalam rangka
dalam aspirasi karir, di antara siswa-siswa lanjutan mematangkan kemampuan memilih, merencanakan
atas ternyata terdapat perbedaan subtansial dalam karir, dan mengembangkan karir siswa.
kebutuhan perkembangan dan kematangan Bimbingan karir merupakan salah satu jenis
karirnya. Banyak faktor yang menyebabkan bimbingan yang berusaha membantu siswa dalam
perbedaan-perbedaan ini. Faktor-faktor tersebut memecahkan masalah karir (pekerjaan), untuk
antara lain tingkat bantuan orang tua, latar memperoleh penyesuaian diri yang sebaik-baiknya,
belakang jenis kelamin rasial dan konsep diri, kegiatan layanan yang diberikan kepada siswa
perkembangan dan kesehatan fisik. dengan tujuan agar siswa memperoleh pemahaman
diri, nilai, dunia kerja dan pada akhirnya mampu
Kemampuan Pengambilan Keputusan... (Heru Prambudi) 5
menentukan pada pilihan karir dan menyusun persaingan era globalisasi dan tantangan masa
perencanaan kerja dengan baik dan berhasil depan karir.
(Utoyo, 1989: 2). Dengan mengetahui dirinya Pelaksanaan layanan bimbingan karir dapat
sendiri, kemampuannya dan arah kebutuhan- terlaksana dengan lancar dan baik apabila
kebutuhannya, individu akan berada dalam posisi didukung oleh konselor dan petugas bimbingan
untuk mempertimbangkan alternatif-alternatif yang lain dengan membuat program yang tepat,
akan datang, dan mengerti tujuan-tujuan melaksanakan dengan baik, dan mengevaluasi
pendidikan, pekerjaan dan kehidupannya (Utoyo, program dan pelaksanaanya. Program bimbingan
1989: 26). karir yang baik, berisi metode penyampaian yang
Dengan pemahaman yang baik terhadap tepat, teknik pendekatan, sumber-sumber informasi
potensi diri, sikap, nilai, serta kepribadian yang karir, serta sarana dan prasarana bimbingan karir.
dicocokkan dengan keadaan lingkungan pekerjaan Tujuan-tujuan program bimbingan karir
dan perencanaan karir yang tepat siswa dapat perlu ditetapkan dengan sasaran yang jelas, dan
memilih karir berdasarkan kemampuan yang menetapkan kriteria yang dapat diukur dan dapat
dimiliki melalui proses belajar. Sekolah Menengah dipertanggung jawabkan di antaranya
Atas (SMA) merupakan lembaga pendidikan yang perkembangan karir yang termasuk pemberian
mencetak tenaga terampil untuk mempersiapkan informasi baik informasi pendidikan, pekerjaan,
diri dalam memasuki dunia kerja dengan maupun aspek kehidupan lain yang pada dasarnya
pemenuhan kompetensi diberbagai pengembangan. perkembangan karir tidak hanya membantu siswa
Untuk merencanakan kehidupan karir lebih baik, dalam mencapai dunia kerja saja, tetapi juga aspek-
diperlukan suatu bimbingan yang memberikan aspek kehidupan yang lain sesuai dengan tugas-
bekal cukup kepada siswa. Dalam mengatasi dan tugas perkembangan siswa (Utoyo, 1997: 4-6).
mewujudkan hal tersebut diperlukan layanan Penelitian Yuliana Safitri pada siswa kelas
berupa layanan bimbingan karir. XI SMA Negeri 11 Yogyakarta tentang hubungan
Layanan bimbingan karir sangat diperlukan antara persepsi pola asuh demokratis dengan
dalam usaha memberikan arahan dan petunjuk pemilihan karir pada siswa kelas XI SMA Negeri
kepada siswa dalam menentukan karir di masa 11 Yogyakarta, mengidentifikasikan bahwa dalam
mendatang diperlukan strategi membantu memberikan layanan bimbingan karir, guru
mengembangkan karir siswa. Tanpa petunjuk dan bimbingan dan konseling mendapat dukungan dari
arahan, siswa tidak akan mendapatkan gambaran seluruh personil sekolah, baik oleh guru, kepala
tentang masa depannya yang disesuaikan dengan sekolah maupun karyawan. Selain itu guru
bakat, potensi dan kemampuan yang dimiliki, bimbingan dan konseling selalu berusaha
sehingga dengan adanya layanan bimbingan karir, membantu siswa mengatasi permasalahan yang
diharapkan lulusan Sekolah Menengah Atas dihadapi siswa. Materi-materi layanan bimbingan
(SMA) siap kerja dan memiliki sikap kemandirian karir yang diberikan kepada siswa kelas XI
yang dapat diandalkan mampu untuk menghadapi berdasarkan kebutuhan siswa itu sendiri, sehingga
siswa dapat mengenali diri, mencari tahu tentang
6 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 02 Tahun ke 4 2015
pekerjaan, langkah-langkah pendidikan serta karena di sekolah ini belum pernah diadakan
berusaha mengatasi masalah berkaitan dengan penelitian mengenai kemampuan pengambilan
pemilihan karirnya dan siswa akan termotivasi keputusan karir siswa.
untuk melakukan pencapaian tujuan serta harapan
kerja jika harapan kerja itu terpenuhi (Yuliana METODE PENELITIAN
Safitri, 2012: 91). Pendekatan Penelitian
Berdasarkan fenomena tersebut di atas Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
terlihat bahwa bimbingan karir di Sekolah deskriptif. Menurut Suharsimi Arikunto (2002:
Menengah Atas (SMA) sangat penting dalam 139), penelitian deskriptif adalah penelitian
menciptakan kemandirian siswa dalam memilih yang hanya menggambarkan keadaan atau atau
karir dan berkarir. Selain itu dapat memberikan status fenomena.
gambaran dan harapan yang akan dicapai oleh Metode yang digunakan dalam penelitian ini
siswa di masa yang akan datang di dunia karirnya, adalah metode survei dengan teknik
sehingga diharapkan lulusan Sekolah Menengah pengumpulan data menggunakan angket.
Atas (SMA) yang siap kerja dan memiliki sikap
kemandirian yang dapat diandalkan mampu untuk
menghadapi persaingan era globalisasi dan Subjek Penelitian
tantangan masa depan karir, serta mencetak tenaga Dalam penelitian ini, populasi dalam
terampil untuk mempersiapkan diri dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI SMA
memasuki dunia kerja dengan pemenuhan N 1 Kutasari Purbalingga yang berjumlah 119
kompetensi di berbagai pengembangan. Dengan siswa. Sampel diambil denagn teknik
kondisi yang demikianlah diperlukan layanan proportional random sampling. Penggunaan
bimbingan karir, permasalahan-permasalahan yang teknik ini agar semua kelas XI SMA N 1
menghambat perkembangan karir siswa. Kutasari Purbalingga dapat terwakili dengan
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian jumlah proporsi yang sama. Peneliti mengambil
terhadap kemampuan pengambilan keputusan karir 25% dari populasi sehingga jumlah sampelnya
siswa sangat penting untuk dilakukan agar dapat adalah 25% X 119 siswa = 30 siswa
mengetahui sejauh mana kemampuan siswa untuk
mengambil keputusan karir. Diharapkan dengan Instrumen Penelitian
penelitian ini setelah mengetahui tingkat Dalam penelitian ini, peneliti
kemampuan siswa dalam pengambilan keputusan menggunakan instrumen penelitian skala Likert.
karir, dapat juga diketahui hambatan dan solusi Pemilihan ini diambil karena peniliti
pemecahannya. Dengan alasan tersebut, peneliti menginginkan mendapatkan jawaban untuk
mengambil penelitian tentang “Kemampuan mengetahui bagaimana kemampuan
Pengambilan Keputusan Karir Siswa Kelas XI di pengambilan keputusan karir siswa kelas XI
SMAN 1 Kutasari Purbalingga”. Pemilihan lokasi SMA Negeri 1 Kutasari Purbalingga apakah
penelitian di SMAN 1 Kutasari Purbalingga, sangat baik atau sampai kepada sangat buruk.
Kemampuan Pengambilan Keputusan... (Heru Prambudi) 7
Skor Maksimal 140 200
Variabel Jumlah Skor Skor Interval Skor Minimal 28 40
Item Max Min

Pengambilan Tabel 10. Deskripsi Pengambilan Keputusan


Keputusan 28 140 28 28 Karir
Karir Berdasarkan data pada tabel 10 dapat
diketahui skor maksimal ideal untuk skala
HASIL PENELITIAN pengambilan keputusan karir sebesar 140, skor
1. Kategorisasi Pengambilan Keputusan minimal sebesar 28, dan interval kelas skala
Karir pengambilan keputusan sebesar 28. Setelah
Kemampuan pengambilan keputusan diketahui deskripsi skala pengambilan
karir pada penelitian ini diukur dengan keputusan karir, maka selanjutnya pembuatan
menggunakan skala pengambilan keputusan kategorisasi pengambilan keputusan karir.
karir yang dikembangkan dengan model skala Berdasarkan data tersebut, maka
Likert. Jumlah pernyataan sebanyak 28 item selanjutnya pembuatan kategorisasi
dan skor jawaban yang tertinggi adalah 5 pengambilan keputusan karir. Berikut ini hasil
serta skor yang terendah 1, sehingga kategorisasi pengambilan keputusan karir:
kemungkinan nilai total skor tertinggi adalah
28 x 5 = 140 dan nilai total skor terendah 28 x Tabel 11. Distribusi Kategorisasi Pengambilan
1 = 28. Dari hasil pengumpulan data maka Keputusan Karir
diperoleh skor total tertinggi 140 dan skor
total terendah sebesar 28. Deskripsi penilaian Kategori Range
diuraikan seperti pada tabel 9 sebagai berikut Sangat Kurang 28 – 56
: Kurang 57 – 84
Tabel 9. Perbandingan Data Empirik dan Sedang 85 – 112
Hipotetik Pengambilan Baik 113 – 140
Keputusan Karir
Berdasarkan tabel 10 tersebut,
Empirik Hipotetik kategorisasi dibagi menjadi 4 kategori.
N Valid 30 30 Kategori sangat kurang memiliki skor antara
Missing 0 0 28 – 56, kategori kurang memiliki skor antara
Mean 83.03 140.8 57-84, kategori sedang memiliki score antara
Median 80.00 142 85-112, dan kategori baik memiliki skor antara
Mode 74 150 113-140.
Sum 2491 4364.8 2. Hasil Perolehan Skor Pengambilan
Keputusan Karir
8 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 02 Tahun ke 4 2015
Berikut hasil skor kemampuan Tabel 13. Distribusi Kategorisasi Kemampuan
pengambilan keputusan karir siswa SMA N 1 Pengambilan Keputusan Karir
Kutasari Purbalingga dapat dilihat pada tabel
12 dibawah ini.
Tabel 12. Hasil Perolehan Skor Kemampuan
Pengambilan Keputusan Karir
Distribusi Frekuensi
Siswa SMA N 1 Kutasari (f) Kemampuan
Purbalingga Pengabilan
Keputusan Karir
Kategori Range f % 25
20
Sangat Kurang 28 – 56 0 0 15
10
5
Kurang 57 – 84 22 73.40% 0
28 - 56 57 - 84 85 - 112 113 - f
Sedang 85 – 112 7 23.30% 140

Baik 113 – 140 1 3.30% Sangat Kurang Sedang Baik


Kurang
Jumlah 30 100.00%
Gambar 1 . Grafik Distribusi Frekuensi

No Responden Score No Responden Score


Kategorisasi Pengambilan
1 Responden 1 84 16 Responden 16 79 Keputusan Karir
2 Responden 2 73 17 Responden 17 80
3 Responden 3 81 18 Responden 18 99
4 Responden 4 80 19 Responden 19 76
Berdasarkan tabel 12 dan gambar 1 di
5 Responden 5 73 20 Responden 20 82 atas diketahui bahwa siswa yang tergolong
6 Responden 6 68 21 Responden 21 74
dalam kategori kurang sebesar 73,40% atau
7 Responden 7 80 22 Responden 22 105
8 Responden 8 74 23 Responden 23 74
sebanyak 22 siswa, sedangkan siswa pada
9 Responden 9 83 24 Responden 24 129 kategori sedang sebesar 23,30% atau sebanyak
10 Responden 10 85 25 Responden 25 103
7 siswa dan siswa dalam kategori baik sebesar
11 Responden 11 79 26 Responden 26 82
12 Responden 12 74 27 Responden 27 72
3,30% atau sebanyak 1 siswa. Berdasarkan
13 Responden 13 80 28 Responden 28 88 hasil yang diperoleh tersebut dapat
14 Responden 14 84 29 Responden 29 90
disimpulkan bahwa kemampuan pengambilan
15 Responden 15 87 30 Responden 30 73
keputusan karir pada siswa kelas XI SMA N 1
Kutasari Purbalingga termasuk dalam kategori
Berdasarkan tabel 11 di atas, perolehan
kurang, artinya siswa kurang memiliki
skor kemampuan pengambilan keputsan karir,
kemampuan pengambilan keputusan karir,
skor tertinggi diperoleh sebesar 129 dan skor
diantaranya sebegai berikut:
terendah diperoleh sebesar 68. Perolehan skor
a. Mengeksplorasi
tersebut selanjutnya dimasukkan dalam empat
kategorisasi. Berikut distribusi kategorisasi Eksplorasi adalah kemampuan
kemampuan pengambilan keputusan karir: untuk menjelajahi kemungkinan alternativ
keputusan yang akan diambil. Berikut ini
Kemampuan Pengambilan Keputusan... (Heru Prambudi) 9
adalah hasil pengkategorisasian aspek mengenai keputusan pemilihan karir
eksplorasi: mereka nantinya. Berikut adalah
Tabel 14. Kategorisasi Kemampuan pengkategorisasian kemampuan
Eksplorasi Siswa Kristalisasi siswa:
Kategori Range f % Tabel 15. Kategorisasi Kemampuan
Sangat
Kategori Range f %
Kurang 8 - 16 0 0
Sangat Kurang 7 - 14 0 0.0%
Kurang 17 - 24 19 63.33%
15 -
Sedang 25 - 32 4 13.33%
Kurang 21 21 70.0%
Baik 33 - 40 7 23.33%
22 -
Jmlh 30 100.0%
Sedang 28 5 16.6%

Ekplorasi 29 -

20 Baik 35 4 13.3%
Jmlh 30 100%
15
Kristalisasi Siswa
10
Ekplorasi f
5

0 Kristalisasi
8 - 16 17 - 24 25 - 32 33 - 40 25
20
Sangat Kurang
KurangSedang Baik 15
10
5
0 Kristalisasi f
Gambar 2. Kategorisasi Kemampuan 7 - 14 15 - 21 22 - 28 29 - 35
Eksplorasi Siswa Sangat Kurang Sedang Baik
Kurang
Berdasarkan table 13 di atas
diketahui bahwa kemampuan Gambar 3. Kategorisasi Kemampuan
mengeksplorasi siswa dalam kategori Kristalisasi Siswa
kurang dengan persentase sebesar Berdasarkan table 14 di atas
63,33%. diketahui bahwa kemampuan siswa untuk
b. Kristalisasi mengkristalisasi dalam kategori kurang
Proses kristalisasi, siswa mulai dengan persentase sebesar 70%.
menemukan definisi karir yang menjadi c. Pememilihan
alternative pilihan siswa. dalam proses Dalam proses pemilihan ini, siswa
ini, siswa juga mulai memiliki keyakinan dihadapkan dengan masalah-masalah
untk menentukan suatu keputsan.dari individu yang berorientasi pada tujuan
proses ini diharapkan siswa dapat yang relevan. Dalam proses ini, siswa
mengambil keputusan dengan tepat mulai berfikir tentang tujuan pemilihan
10 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 02 Tahun ke 4 2015
karir. Berikut adalah kategorisasi Sedang 19 - 24 11 36.66%
kemampuan pemilihan siswa: Baik 25 - 30 4 13.33%
Table 16. Kategorisasi kemampuan Jmlh 30 100.0%
Pemilihan
Kategori Range f %
Sangat Kurang 7 - 14 0 0
Kurang 15 - 21 15 50.00%
Sedang 22 - 28 9 30.00%
Baik 29 - 35 6 20.00%
Jmlh 30 100.00%

Pemilihan
20
15
10 Gambar 6. Kategoriasi Kemampuan
5
Pemilihan f Klarifikasi yang Dimiliki Siswa
0
7 - 14 15 - 21 22 - 28 29 - 35 Berdasarkan table 15 di atas
Sangat Kurang Sedang Baik diketahui bahwa kemampuan siswa untuk
Kurang
memilih dalam kategori kurang dengan
Gambar 4. Kategorisasi kemampuan persentase sebesar 46,66%.
Pemilihan Berdasarkan pembahasan lebih
Berdasarkan table 15 di atas mendalam, dapat disimpulkan bahawa
diketahui bahwa kemampuan siswa untuk kemampuan siswa dalam menentukan pilihan
memilih dalam kategori kurang dengan karirnya masih tergolong pada kategori
persentase sebesar 50%. kurang. Hal ini juga ditunjukkan dengan nilai
d. Klarifikasi rata-rata sebesar 83,03. Selain dari
Kristalisasi adalah proses dimana kategorisasi tersebut, kurangnya kemampuan
siswa mulai mengalami kebingungan lagi siswa dalam pengambilan keputusan karir
untuk menentukan pilihan karir. Berikut ditunjukkan dari banyaknya siswa yang belum
ini adalah hasil ketegorisasi kemampuan dapat menentukan keputusannya sendiri dan
klarifikasi yang dimiliki siswa: masih banyak juga siswa yang belum yakin
Tabel 17. Kategorisasi Kemampuan dengan keputusan karir yang mereka ambil.
Klarifikasi yang Dimiliki Siswa Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 17 di
Kategori Range f % bawah ini.
Sangat Kurang 6 - 12 1 3.33% Tabel 18. KesesuaianPengambilan Keputusan
Kurang 13 - 18 14 46.66% Karir
Kemampuan Pengambilan Keputusan... (Heru Prambudi) 11
Ya Tidak Berdasarkan uraian sebelumnya dapat
No Pernyataan
f % f % disimpulkan bahwa pengambilan keputusan
Kesesuaian karir siswa dipengarui dari faktor eksternal,
keputusan karir seperti orang tua. Hal ini dapat dilihat dari
1 berdasarkan 21 70% 9 30% tabel 14 di atas bahwa sebagain besar siswa
keadaan orang menjawab mengambil keputusan karir sesuai
tua. dengan keadaan orang tua, akan tetapi masih
Kesesuaian banyak siswa yang belum yakin dengan
keputusan karir keputusan karirnya dan sebagian besar juga
2 17 57% 13 47%
berdasarkan menyatakan tidak menentukan sendiri dalam
minat. mengambil keputusan karirnya.
Kesesuaian
keputusan karir PEMBAHASAN
3 berdasarkan 10 33% 20 77%
Pengambilan keputusan pemilhan karir
keputusan
merupakan langkah yang diambil setiap orang
sendiri.
untuk memilih dan menetapkan pekerjaan yang
Kesesuaian
akan diambilnya. Sebelum suatu keputusan
keputusan karir
pemilihan karir yakin untuk diambil, seseorang
4 berdasarkan 11 37% 19 63%
harus mengenal dirinya sendiri, memahami
keyakinan
dirinya sendiri dan mengenal dunia kerja. Setiap
sendiri.
orang memiliki cara tersendiri untuk dapat
melakukan hal-hal tersebut sebelum pengambilan
keputusan karir sesuai dengan kemampuan
Dari tabel di atas terlihat bahwa lebih
mereka masing-masing.
banyak siswa yang mengambil keputusan karir
Penelitian tentang pengambilan keputusan
sesuai dengan keadaan orang tua yaitu sebesar
karir ini diperuntukkan untuk siswa SMA N 1
70% atau 21 siswa. Selain itu keputusan karir
Kutasari Purbalingga yang secara psikologis
yang diambil sebagian besar menyatakan
mereka belum mengenal dirinya dengan baik.
bahwa sudah sesuai dengan minatnya sebesar
Siswa SMA termasuk dalam masa remaja yang
57% atau 17 siswa. Akan tetapi, dalam
secara garis besar memerlukan bantuan-bantuan
menentukan keputusan karirnya berdasarkan
untuk dapat mengenali dirinya sendiri sebagai
keputusannya sendiri, sebagian siswa yang
awal untuk pemilihan karir mereka, walupun
menjawab tidak dengan presentase sebesar
tidak semua siswa SMA seperti demikian.
77% atau sebanyak 20 siswa, dan mengenai
Hurlock (1991: 207-2-9) menyebutkan bahwa
keyakinan akan keputusan karir, sebagian
masa remaja sebagai masa mencari identitas.
besar menjawab tidak, dengan persentase
Dengan demikian siswa SMA memerlukan
sebesar 63% atau sebanyak 19 siswa
12 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 02 Tahun ke 4 2015
layanan bimbingan karir dalam usaha memiliki keyakinan untk menentukan suatu
memberiakn arahan dan petunjuk untuk keputsan.dari proses ini diharapkan siswa dapat
menentukan karir di masa mendatang. mengambil keputusan dengan tepat mengenai
Kemampuan siswa dalam mengambil keputusan pemilihan karir mereka nantinya.
keputusan karir menurut Tiedeman dan O’Hara Kemapuan kristalisasi yang dimiliki siswa kelas
(Sharf, 1992: 307) terbagi dalam empat proses, XI SMA N 1 Kutasari Purbalingga ini termaksud
yaitu eksplorasi, kristalisasi, pemilihan, dan dalam kategori kurang.Siswa kelas XI kurang
klarifikasi. Eksplorasi adalah kemampuan untuk dapat mendiskripsikan dan berfikir dampak baik
menjelajahi kemungkinan alternatif keputusan atau buruk atas keputusan yang mereka ambil.
yang akan diambil. Proses eksplorasi ini Proses kritalisasi yang dilakuakn siswa
bertujuan untuk memilah dan memilih keputusan juga tidak lepas dari peran layanan bimbingan
apa yang akan dibuat nanti. Segala kemungkinan karir. Dengan bantuan bimbingan karir, mereka
yang mengiringi pengambilan keputusan dicoba dibantu untuk mengetahu deskripsi karir yang
untuk dicari, sehingga kemungkinan terjadi akan menjadi pilihan mereka nanti. Walaupun
ketidak puasan dalam keputusan ini bisa siswa mendapat bantuan untuk mendiskripsikan
diminimalisirkan. Selain itu, proses eksplorasi karir siswa, siswa tetap memiliki keputusan yang
juga bertujuan untuk mempertimbangkan mutlak tanpa mendapatkan pengaruh dari luar,
kemampuan siswa dalam menjalani hasil sehingga dalam proses ini siswa mulai memiliki
keputusan yang dibuatnya.Hal ini dikarenakan keyakinan terhadap keputusan pemilkihan karir
kemampuan yang dimiliki siswa berbeda-beda, yang menjadi pilihannya.
jika siswa dapat memperhitungkan ini sebelum Setelah proses kristalisasi selesai,
mengambil keputusan, maka siswa dapat selanjutnya adalah proses pemilihan. Dalam
menjalani keputusan yang diambilnya nanti tanpa proses pemilihan ini, siswa dihadapkan dengan
ada keraguan dan beban yang menyertainya. masalah-masalah individu yang berorientasi pada
Selanjutnya adalah proses eksplorasi yang tujuan yang relevan. Dalam proses ini, siswa
dilakukan siswa tidak lepas dari peran bimbingan mulai berfikir tentang tujuan pemilihan karir.
karir yang diebrikan guru BK untuk membantu Berdasarkan hasil penelitian, tujuan yang dimiliki
siswa dalam memahami dan mengenali dirisiny siswa sangat beragam, akan tetapi mereka
sendiri. Hal ini dimaksudkan jika siswa dapat memiliki kesamaan dalam berorientasi. Dalam
memahami dan mengenali dirisendiri, maka siswa proses ini siswa beroreintasi bahwa mereka
juga akan mengetahui batsa-batsan kemampuan memilih karir yang relevan dengan jurusan yang
yang siswa miliki, sehingga siswa tidak mereka ambil. Proses pemilihan yang dilakukan
mengambil keputusan diluar kemampuan yang siswa disesuaikan dengan tingkat kemampuan
siswa miliki sendiri. siswa sendiri, siswa tidak akan mengambil
Proses kristalisasi, siswa mulai keputusan karir diluar kemampuan yang siswa itu
menemukan definisi karir yang menjadi alternativ miliki. Untuk itu siswa mencoba mengambil
pilihan siswa. dalam proses ini, siswa juga mulai keputuan karir yang relecan dengan kejuruan
Kemampuan Pengambilan Keputusan... (Heru Prambudi) 13
yang mereka mabil di SMA N 1 Kutasari mereka pilih sendiri. Dalam proses pengambilan
Purbalingga, sehingga dalam proses ini siswa keputusan lagi, siswa meminta saran dan
semakin yakin dengan keputusan yang siswa masukan dari teman-temannya ataupun dari guru.
ambil sendiri. Berdasarkan keempat proses yang
Proses terakhir adalah klarifikasi. Ketika disebutkan O’Hara tersebut, dalam penelitian ini
siswa teah melakuak eksplorasi, kritalisasi dan dipergunakan dalam pegambilan data untuk
pemilihan, maka siswa dihadapkan dengan mengukur kemampuan siswa kelas XI SMA N 1
kenyataan dan fakta dilapangan.Ketika siswa Kutasari Purbalingga. Berdasarkan hasil yang
telah melakukan keputasannya tidak semua dapat diperoleh tersebut dapat disimpulkan bahwa
menjalani dengan lancar tanpa ada hambatan kemampuan pengambilan keputusan karir pada
yang menyertai.Pada saat siswa dihadapkan siswa kelas XI SMA N 1 Kutasari Purbalingga
dengan masalah kenyataan dilapangan, tidak termasuk dalam kategori kurang, artinya siswa
sedikit siswa yang mersa kebingungan dan memiliki kurang memiliki kemampuan
kembali memiliki keraguan untuk melanjutkan pengambilan keputusan karir, diantaranya adalah
keputusan yang telah siswa buat.Porses klarifikasi kurangnya kemampuan mengeksplorasi,
ini diperlukan saat siswa berasda dalm kondisi mengkristalisasi, memilih, dan mengklarifikasi
kebingungan dan keraguan. Ketika siswa mulai karir mereka ke depan. Hal ini ditunjukkan
kebingungan, siswa harus melakukan proses dengan nilai rata-rata sebesar 83,03. Untuk
klarifikasi dengan cara mengkaji ulang dari membantu siswa dalam mengambil keputusan
proses eksplorasi hingga proses pemilihan. karir, siswa tidak lepas dari peran dari guru
Pengulangan proses ini bertujuan untuk bimbingan dan konseling yang memberikan
meyakinkan kembali keputusan yang telah siswa layanan karir kepada siswa.
ambil. Dalam proses pengulangan ini, siswa Berdasarkan hasil penelitian, siswa
diharpakan untuk melakukan bimbingan karir mengambil keputusan menyesuaikan dengan
dengan guru atau orang yang mampu dalam keadaan orang tua mereka. Maksud dari
bidang bimbingan karir. Hal ini dimaksudkan pengambilan keputusan ini adalah siswa
agar siswa tidak mengambil keputusan mempertimbangkan keadaan ekonomi orang tua
berdasarkan orang lain, tetpai keputusan itu atau hal yang lain. Sebagaian besar siswa di SMA
dibuat oleh siswa yang bersangkutan itu sendiri. Kutasari Purbalingga, sebelum memutusakan
Seiring berjalannya waktu, jika siswa untuk pemilihan karir, mereka
mengalami keraguan kembali terhadap keputusan mempertimbangkan keadaan orang tua. Jika
yang siswa ambil, maka siswa kembali keadaan ekonomi orang tua siswa tidak
mengulang proses pemilihan karir. Hal ini perlu memungkinkan untuk melanjutkan studinya maka
untukdilakukan agar dalam pengambilan siswa mengambil keputusan untuk bekerja. Hal
keputusan lagi tanpa dipengaruhi oleh keputusan ini dilakaukan untuk membantu perekonomian
orang lain, mereka berharap keputusan yang keluarga mereka. Mereka memiliki pemikiran
mereka ambil merupakan keputusan yang murni mencoba untuk tidak membebani keluarga dan
14 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 02 Tahun ke 4 2015
jika mereka ingin melanjutkan studi mereka, diberikan sekolah. Peranan ini dimaksudkan agar
mereka bisa menggunakan beaya sendiri atau siswa dapat memahami dan mengenal dirinya
berusaha mendapatkan beasiswa. Hal ini yang sendiri sebelum siswa tersebut mengambil sebuah
menyebabkan siswa SMK N 1 Kutasari sebagian keputusan. Bimbingan ini dilakukan untuk
besa memilih untuk bekerja. meminimalis kesalahan siswa dalam mengambil
Keputusan pemilihan karir yang dilakukan keputusan mengenai karir yang akan mereka
oleh siswa, tidak hanya menyesuaikan dari ambil. Keputusan yang siswa ambil karena bukan
keadaan orangtua saja, mereka juga sepenuhnya atas keputusan sendiri, memberi
menyesuaikan dengan minat mereka masing- dampak yang kurang baik diantaranya adalah
masing. Minat merupakan salah satu pendukung siswa belum begitu yakin dengan keputusan yang
tercapainya cita-cita atau keinginan yang menjadi telah diambil.
angan-angan setiap orang. Pemilihan karir yang Berdasarkan penelitian yang telah
didasari dengan minat memiliki hasil yang lebih dilakukan, siswa sudah yakin dengan pilihan
baik dari pada pemilihan karir tidak berdasarkan yang mereka ambil. Keyakinan yang dimiliki
minat. Hal ini dikarenakan jika seseorang mereka ini juga tidak lepas dari bimbingan yang
memiliki minat, mereka akan berusaha untuk diberikan orang-orang di sekitar mereka, salah
mendapatkan apa yang diinginkan, mereka juga satunya adalah peran bimbingan karir yang
termotivasi untuk menjadi yang lebih baik dari diberikan oleh guru BK. Suatu keputusan jika
sebelumnya. diambil berdasarkan keyakinan yang siswa miliki
Berdasarkan hasil penelitian yang akan memberikan stimulius yang positif bagi
dilakukan pada sampel penelitian, siswa SMA N siswa itu sendiri. Jika mera telah yakin dengan
1 Kutasari Purbalingga mengambil keputusan apa yang menjadi keputusan mereka, maka
karir sesuai dengan minat mereka. Pengambilan mereka tidak akan memiliki keraguan untuk
keputusan jika dilandasi dengan keputusannya melangkah kedepan.
sendiri, memiliki pengaruh yang besar terhadap Berdasarkan uraian jawaban dari beberapa
perubahan dan usaha yang siswa lakukan. pertanyaan yang diajukan oleh peneliti dapat
Keputusan yang siswa buat sendiri memberikan disimpulkan bahwa kemampuan pengambilan
kepuasan tersendiri bagi mereka jika suatu saat keputusan karir pada siswa kelas XI SMA N 1
mereka mendapatkan hasil yang sesuai dengan Kutasari Purbalingga termasuk dalam kategori
apa yang diharapkannya. kurang, artinya siswa kurang memiliki
Siswa dalam menentukan pilhan karirnya kemampuan pengambilan keputusan karir,
masih belum sepenuhnya merupakan keputusan diantaranya adalah kurangnya kemampuan
sendiri. Keputsan yang diambil siswa, tidak mengeksplorasi, mengkristalisasi, memilih, dan
mutlak dikarenakan pemikiran siswa itu senidri, mengklarifikasi karir siswa. Hal ini dapat
melainkan mereka juga melalui proses yang dijelaskan lebih lanjut bahwa kurangnya
dibantu oleh orang-orang disekitarnya salah kemampuan mengeksplorasi dengan persentase
satunya adalah peran bimbingan karir yang 63,3% dalam kategori kurang, mengkristalisasi
Kemampuan Pengambilan Keputusan... (Heru Prambudi) 15
dengan persentase 70% dalam kategori kurang, kategori kurang. Selain itu skror rata-rata yang
pemilihan dengan persentase 50% dalam didapatkan siswa kelas XI SMA N 1 Kutasari
kategorisasi kurang, dan mengklarifikasi karir ke Purbalingga sebesar 83,03 masuk dalam
depan dengan persentase 46,6% dalam kategori kategori kurang.
kurang. Hal tersebut berarti siswa dalam 2. Peneliti juga menggunakan angket
melakukan proses pengambilan keputusan karir pengambilan keputusan karir yang terdiri dari
masih memerlukan bimbingan dari guru faktor-faktor yang mempengaruhi
Bimbingan dan konseling serta orang-orang pengambilan keputusan karir. Berdasarkan
disekitarnya yang dapat membantu siswa dalam hasil penelitian didapatkan bahwa sebagain
mengambil keputusan karir. Kurangnya besar siswa mengambil keputusan karir sesuai
kemampuan dalam mengambil keputusan karir dengan keadaan orang tua dan sesuai dengan
dibuktikan nilai rata-rata yang dimiliki siswa minatnya. Hal ini dibuktikan bahwa terdapat
sebesar 83,03 yang masuk didalam kategori 70% siswa yang mengambil keputusan karir
kurang. Kurangnya kemampuan siswa dalam sesuai dengan keadaan orang tua dan terdapat
mengabil keputusan dikarenakan siswa yang 57% siswa yang mengambil keputusan karir
bertempat tinggal di desa yang sebagian besar sesuai dengan minatnya. Akan tetapi masih
masih beranggapan tidak memerlukan sekolah banyak siswa yang belum yakin dengan
yang tinggi, melainkan yang diperlukan adalah keputusan karirnya dan sebagian besar juga
dapat mencari uang dan membantu keluarga. menyatakan tidak menentukan sendiri dalam
KESIMPULAN DAN SARAN mengambil keputusan karirnya. Hal ini
Simpulan ditunjukkan bahwa terdapat 77% siswa yang
Berdasarkan hasil peneltian dan belum dapat memutuskan pilihan karirnya
pembahasan yang diuraikan tersebut dapat sendiri dan terdapat 63% siswa yang belum
diambil kesimpulan bahwa: belum yakin terhadap keputusannya sendiri.
1. Kemampuan pengambilan keputusan karir Saran
pada siswa kelas XI SMA N 1 Kutasari Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas,
Purbalingga termasuk dalam kategori kurang ada beberapa saran yang dapat disampaikan yaitu
yaitu 73,40% siswa memperoleh skor antara sebagai berikut:
57-84, artinya siswa kurang memiliki 1. Bagi siswa, hendaknya memahami
kemampuan pengambilan keputusan karir, karakteristik dan identitas dirinya sendiri,
diantaranya adalah kurangnya kemampuan dengan cara menggalih potensi yang ada di
mengeksplorasi dengan persentase 63,3% dalam diri siswa maka siswa dapat
dalam kategori kurang, mengkristalisasi menyesuaikan karir yang akan dipilihnya
dengan persentase 70% dalam kategori kurang, nanti.
pemilihan dengan persentase 50% dalam 2. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini
kategorisasi kurang, dan mengklarifikasi karir dapat menjadi bahan pertimbangan dan dapat
ke depan dengan persentase 46,6% dalam melanjutkan penelitian. Selain itu, peneliti
16 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 02 Tahun ke 4 2015
selanjutnya juga dapat mengembangkan Ibnu Syamsi. (2000). Pengambilan Keputusan dan
penelitian tentang faktor-faktor lain yang Sistem Informasi. Jakarta: Sinar Grafika
mempengaruhi kemampuan dalam Offset.
pengambilan keputusan karir.
DAFTAR PUSTAKA Mohamad Nazir. (2005). Metode Penelitian. Bogor:
Ghalia Indonesia.
Achmad Juntika Nur Ikhsan & Akur Sudiyanto.
(2005). Menejemen Bimbingan Dan Konseling Muhibin Syah, M.Ed. (2004). Psikologi Belajar.
Di SMA. Jakarta: PT. Grasindo. Jakarta: Grafindo Persada.

Anas Sudijono. (2006). Pengantar Statistik Munandir. (1996). Program Bimbingan Karier Di
Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Sekolah. Jakarta: Jalan Pintu Satu.
Persada.
Munawir Yusuf. (1996). Pendidikan Tunanetra
Crites J.O. (1969). Vocational Psychology: The Study Dewasa Lansia Dan Pembinaan Karir.
of Vocational And Development. New York: DEPDIKBUD DIRJEN Pendidikan Tinggi
Mc Grow Hill. Proyek Pendidikan Akademik: Jakarta.

Ruslan A. Gani. (1996). Bimbingan Karir. Bandung:


Dewa Ketut Sukardi. (1993). Psikologi Pemilihan
PT. Angkasa.
Karier. Jakarta: Rineka Cipta.

Saifuddin Azwar. (2007). Sikap Manusia: Teori Dan


Greenhaus, J & Callanan, G. (2006). Encyclopedia of
Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Career Development. California: SAGA
Publication, Inc.
Salomone, P.R., & Mangicaro, L.L. (1991). Difficult
cases in carier counseling: IV----Floundering
Hurlock, Elisabeth B. (1991). Psikologi
occupational moratorium. The Career
Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang
Development Quarterly.
Rentang Kehidupan. (alih Bahasa:
Istiwidayanti). Jakarta: PT Erlangga.
Santrock, J. (2003). Adolescence perkembangan
Remaja. Jakarta: Erlangga.
_______________. (2007). Psikologi Perkembangan
Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Sharf. (1992). Applying Career Development Theory
Kehidupan edisi kelima. (alih Bahasa:
of Counseling. California: Wadswort,inc.
Istiwidayanti & Soedjarwo). Jakarta: PT
Erlangga.
Siti Jamilah (2005). Hambatan Hambatan yang
Mempengaruhi Ketepatan Pemilihan Karier
Kemampuan Pengambilan Keputusan... (Heru Prambudi) 17
Siswa Kelas 11 di SMA Negeri Kramat ________. (2004). Bimbingan dan Konseling di
Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2004/2005. Institusi Pendidikan. rev. ed. Yogyakarta:
Laporan Penelitian. Universitas Negeri Media Abadi.
Semarang. Yuliana Safitri. (2012). Hubungan Antara Persepsi
Pola Asuh Demokratis Dengan Pemilihan
Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Karir Pada Siswa Kelas XI Sma Negeri 11
Suatu Pendekatan dan Praktek. Jakarta: Yogyakarta. Skripsi. FIP-UNY.
Rineka Cipta.

________. (2010). Prosedur Penelitian Suatu


Pendekatan Praktik Edisi Revisi 2010. Jakarta:
Rineka Cipta.

Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Kualitatif.


Bandung: Alfabeta.

________. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif


Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfa Beta.

Sutoyo Imam Utoyo. (1989). Bimbingan Dan


Konseling Karir. Malang: PBB FIP UM.

Sutrisno Hadi. (1991). Analisis Butir untuk Instrumen.


Yogyakarta: Andi Offset.

Syamsu Yusuf LN. ( 2006). Psikologi Perkembangan


Anak & Remaja. Bandung : PT Rosda Karya.

Wikipedia. (2014). Pengambilan Keputusan.


http://id.wikipedia.org/wiki/Pengambilan_kep
utusan diakses pada 26 Agustus 2014 21:14.

Winkel, W.S. (1997). Bimbingan Dan Konseling Di


Institusi Pendidikan. Jakarta: P.T. Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai