Makalah Viktimologi Ba
Makalah Viktimologi Ba
TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
Oleh:
1. Sofia Kumala (B10020241)
2. Eka Endah Juniarti (B10020336)
3. Choniyya Fanya Aliya (B1A121392)
4. Ristiantika Prasetia (B1A121395)
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.2 Perlindungan Hukum Korban Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga
perspektif viktimologi
3.1 Kesimpulan
BAB I
PENDAHULUAN
Kekerasan sering menjadi pelengkap kejahatan itu sendiri ketika dikaitkan dengan
kejahatan. Sebagai alat atau upaya aparat penegak hukum untuk digunakan sebagai
acuan tindakan bagi aparat penegak hukum bagi pelaku KDRT, pasal-pasal yang
berkaitan dengan ketentuan legislatif terhadap KDRT sudah dimungkinkan. Selain
penyediaan bantuan hukum oleh pemerintah, semakin banyak organisasi berbadan
hukum dan keterlibatan masyarakat dalam memberikan bantuan hukum kepada
korban mendorong masyarakat untuk melakukannya juga.
Sanksi pidana harus ditegakkan secara tegas sebagai bagian dari penegakan
hukum untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan kasus kekerasan dalam rumah
tangga, yang merupakan tujuan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Menurut Pasal 5 Undang-Undang
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga meliputi
a) Kekerasan fisik
b) Kekerasan Psikis
c) Kekerasan Seksual
d) Penelantaran Rumah tangga
Perlunya diberikan perlindungan hukum pada korban kejahatan secara memadai
tidak saja merupakan isu nasional, tetapi juga internasional. Oleh karena itu, masalah
ini perlu memperoleh perhatian yang serius. Pentingnya perlindungan korban
kejahatan memperoleh perhatian yang serius.
Perlindungan menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Perlindungan saksi dan korban adalah segala upaya pemenuhan hak dan pemberian
bantuan untuk memberikan rasa aman kepada korban yang wajib dilaksanakan oleh
Lembaga Perlindungan saksi dan Korban LPSK atau lembaga lainnya sesuai dengan
ketentuan. Perlindungan ini diberikan dalam semua tahap proses peradilan pidana
dalam lingkup peradilan.
Semua anggota rumah tangga mungkin terpengaruh oleh kekerasan dalam rumah
tangga, tetapi perempuan lebih sering terpengaruh. Dalam rangka menegakkan
keadilan bagi perempuan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004
tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga, LBH APIK menawarkan perlindungan
hukum bagi perempuan.
Selain itu, terdapat pula lembaga atau organisasi sosial yang peduli terhadap
masalah KDRT yang tujuan dan fungsinya sesuai dengan apa yang menjadi nilai
dasar dalam Komnas Perempuan. International NGO Forum on Indonesia
Development INFID INFID merupakan suatu lembaga yang berdiri pada tahun 1985,
yang bertujuan untuk mewujudkan demokrasi, kesetaraan, keadilan sosial dan
perdamaian serta terjamin dan terpenuhinya Hak Asasi manusia di tingkat nasional
Indonesia dan di tingkat global sesuai dengan visi dan misi lembaga ini.
INFID mempunyai peran dan fungsi dalam hal memberikan perlindungan
terhadap hak anak dan perempuan, pusat bantuan untuk perempuan yang mengalami
kekerasan, terapi kelompok terhadap perempuan yang mengalami pelecehan seksual,
hotline counseling konseling via telepon khusus untuk perempuan, bantuan hukum
untuk perempuan, serta pendidikan dengan mendorong minat baca dan tulis.
Peran korban menjadi sebuah perhatian penting dalam sebuah tindak pidana
kekerasan dalam rumah tangga karena lingkup dalam kekerasan dalam rumah tangga
adalah lingkup yang bersifat privat antara anggota dalam sebuah rumah tangga
sehingga terbentuk sebuah hubungan yang mendalam dan intim antara pelaku dan
korban.
Mandelsohn Rena Yulia, 201052 dalam menguraikan bentuk peran korban atas
tindak kejahatan yang dialaminya menyatakan bahwa korban memiliki derajat
kesalahan dalam sebuah tindak kejahatan berupa :
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kekerasan dalam rumah tangga merupakan salah satu tindak pidana yang sering
ditemui dalam kehidupan sehari-hari, hal tersebut dikarenakan kekerasan dalam
rumah tangga sendiri memiliki unsur delik yang relatif mudah untuk terpenuhi serta
delik kekerasan dalam rumah tangga bersifat privat dalam lingkup rumah tangga.
Kekerasan dalam rumah tangga merupakan sebuah tindak pidana yang diatur dalam
UndangUndang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga
yang merupakan salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk memberikan
perlindungan terhadap individu di dalam lingkup keluarga.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga
dalam pengaturannya lebih memperhatikan perlindungan terhadap perempuan dan
anak karena dalam keadaan fisik maupun psikologis memiliki kedudukan yang lebih
lemah dari seorang laki-laki. Adapun berdasarkan praktik yang ditemui, kekerasan
dalam rumah tangga didominasi oleh korban perempuan dan korban anak yang
diakibatkan oleh beberapa aspek baik secara biologis, sosial, dan budaya. Pasal 1 ayat
1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga
menjelaskan lingkup kekerasan dalam rumah tangga berupa setiap perbuatan yang
menimbulkan derita khususnya terhadap perempuan berupa kekerasan fisik, psikis,
dan seksual beserta ancaman-ancaman yang terjadi dalam lingkup rumah tangga.
Secara khusus UndangUndang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Kekerasan Dalam
Rumah Tangga lebih memperhatikan mengenai perlindungan perempuan dalam
sebuah lingkup rumah tangga. Meskipun demikian subjek yang dilindungi dalam
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga
meliputi suami, istri, anak, serta seseorang yang berada dalam lingkup rumah tangga
seperti pembantu atau asisten rumah tangga.
Dalam rangka menegakkan keadilan bagi perempuan sesuai dengan Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga, LBH APIK
menawarkan perlindungan hukum bagi perempuan. Lembaga terkait penanganan dan
perlindungan hukum terhadap korban KDRT selalu tidak lepas dari yang namanya
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Menteri Hukum dan
HAM, serta Komnas Perempuan Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap
Perempuan juga turut andil dalam perjuangan penegakkan hak asasi manusia yang
berfungsi untuk memberikan perlindungan dan penanganan terhadap korban KDRT
dengan menempatkan hak-hak asasi manusia yang seharusnya dimiliki oleh semua
manusia termasuk seorang perempuan.
DAFTAR PUSTAKA
Shahrullah, R. S., & Melinda. Perlindungan Hukum Terhadap Korban Tindak Pidana